1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Jailangkung Iseng Berujung Teror Pocong

Discussion in 'Fiction' started by shani, Aug 20, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Jailangkung Iseng Berujung Teror Pocong


    Sebodoh-bodohnya orang yang paling iseng si Ridho 'CS' ini adalah yang terbodoh dari mereka, bagaimana tidak, berawal dari permainan isengnya seluruh kampung Sukorondo jadi kena imbasnya diteror pocong, sungguh perbuatan paling tolol yang bikin geram. Penasaran ingin tahu kisahnya?

    Minggu sore itu Ridho, pemuda ABG umur 18 tahun, berkumpul di pinggir lapangan kampung Sukorondo seusai bermain sepak bola, ada Bagio, Sarimin dan Anas mereka semua teman sepermainan, entah apa yang ada di pikiran Ridho 'CS' sore itu mereka mula-mula membahas filem tentang jailangkung yang semalam diputar di layar tancap, dari situ Ridho mengajak teman-temannya itu untuk mengadakan ritual jailangkung seperti yang ada filem tersebut. Bagio yang pakdhenya adalah seorang dukun menambah dengan gagasan agar boneka jailangkungnya terbuat dari gedebog (batang pohon) pisang yang dikafani layaknya pocong, ide Anas ini rupa-rupanya disetujui oleh rekan-rekannya, lalu sebelum maghrib mereka belanja semua keperluan untuk ritual nyeleneh itu, dari mulai kemenyan, kembang tujuh rupa, minyak arab, minyak srimpi dan tentunya kain kafan.

    Selepas isya' mereka berkumpul di rumah Ridho dulu untuk menentukan tempat untuk bermain jailangkung, Sarimin yang rumahnya berada paling ujung di kampung mengusulkan untuk menggelarnya di rumah kosong milik pak Tarmo yang sudah 3 tahun tidak ditinggali dan letaknya cuma beberapa meter dari pemakaman desa, Bagio dan Ridho langsung setuju karena tempat itu terkesan seram dan sangat pas untuk bermain jalilangkung, sedangkan Anas terpaksa ikut saja dengan keputusan ketiga temannya itu, walau dia aslinya agak takut karena rumah pak tarmo yang sudah tak dihuni itu terkenal angker.

    Rumah kosong milik pak Tarmo itu bukannya tanpa alasan ditinggalkan begitu saja, dulu ketika masih ditinggali oleh pak Tarmo dan keluarganya di rumah itu ada kejadian yang ganjil, menantu pak tarmo tiga kali keguguran di usia kehamilan yang muda, janinnya selalu gugur sebelum usia kehamilan 5 bulan, dan akhirnya menantu pak tarmo itu itu ikut meninggal pada kehamilan yang ketiga, saat itu usia kehamilannya hampir saja mencapai lima bulan. Sungguh riwayat kematian yang aneh, hingga pak Tarmo memutuskan untuk meninggalkan saja rumah tersebut dan pindah ke desa tetangga, selepas ditinggal oleh keluarga pak Tarmo rumah itu tak laku untuk dijual, maka dibiarkan saja terbengkalai tak berpenghuni hingga sekarang.

    Jam 9 malam Ridho dan teman-temannya mulai menuju rumah pak Tarmo sambil membawa semua perlengkapan permainan jailangkung, kecuali satu, mereka tidak membawa gedebog pisang. Setibanya di rumah kosong tersebut Bagio mengajak Sarimin ke pemakaman desa untuk menebang pohon pisang muda, sementara Ridho dan Anas menunggu di dalam rumah kosong sambil memeprsiapkan 'ubo rampe' untuk si jailangkung. Anas yang daritadi merasa takut berkali-kali mengatakan kepada Ridho bahwa dia merasakan hawa yang tidak enak, Ridho mencoba menenangkannya dengan mengatakan bahwa itu hanya terjadi karena dirinya haya merasa ketakutan saja. Sarimin pun kembali bersama Bagio sambil menggotong gedebog pisang yang mereka tebang dari pemakaman desa, kemudian Ridho dan Anas pun turut membantu mengkafani gedebobg tersebut, Bagio yang sepertinya paham dengan praktek perdukunan dari pakdhenya lalu mengambil sebungkus kain dari sakunya, Anas menanyakan apa isi kain itu, bagio pun dengan santai menjawab 'tanah kuburan' dari makam baru, lalu Bagio mengusap-usapkan tanah itu ke kain kafan dan gedebog pisang tadi dan diciprati pula dengan minyak srimpi, Ridho pun tak lupa membawakan untuk teman-temannya, dia membawa sebuah kepala boneka untuk dijadikan kepala jailangkung. Kini jailangkung yang sudah menyerupai pocong itu pun sudah jadi dan siap untuk 'dimainkan'.

    ''Hong Hiyang Ilaheng Hen Jagad Alusan Roh Gentayangan Ono'e Jaelangkung Jaelengsat siro Wujud'e Ning kene Ono Bolon'e Siro Wangsul Angslupo Yen Siro Teko Gaib Wenehono Tondo Ing Golek Bubrah Hayo Enggalo Teko Pangundango Hayo Ndang Angslupo Ing Rupo Golek Wujud..Wujud..Wujud"

    Begitu mantra pemanggil jailangkung yang dibaca oleh keempat ABG tersebut, Anas tiba-tiba menanyakan kenapa mereka hanya berempat, seharusnya kan harus ganjil minimal lima orang untuk bermain jailangkung, Bagio dengan enteng menjawab bahwa ini ritual yang modern, sambil terkekeh. Lalu mereka melanjutkan membaca lagi mantera itu, mereka membaca dan membacanya terus sampai tiba-tiba di dalam rumah kosong itu berhembus angin dingin yang membuat mereka merinding dan berdiri bulu kuduknya.

    Boneka jailangkung tadi mulai bergerak sendirinya di tangan mereka berempat, kapur dan tongkat yang diikatkan pada badan jailangkung mulai bergerak menunjuk-nunjuk papan tulis, suasana gaib mulai mereka rasakan ketika boneka itu bergerak semakin sering dan bertambah berat dengan sendirinya. Di papan tulis yang mereka siapkan si jailangkung ini hanya menulis tiga kata "masih lapar darah", Anas yang membacanya menyeletuk karena takut "kami nggak bawa darah", lalu dengan seperti bergerak tak karuan jailangkung itu menulis lagi "Joko lapar........darahmu saja", Anas yang tambah ketakutan langsung melepaskan tangannya dari si jailangkung, sekejap jailangkung itu terlempar dari dengan sendirinya dari tangan ketiga teman-temannya. Ridho yang telanjur serius menegur Anas yang ketakutan karena menyebabkan jailangkungnya terlempar, Bagio dan Sarimin malah tertawa melihatnya, lalu Ridho beranjak dari duduknya kemudian menuju tempat jailangkung tadi terlempar.

    Betapa terkejutnya Ridho mengetahui bahwa jailangkung yang tadi terlempar sama sekali tidak bisa dia temukan, padahal tadi masih terlihat kalau jailangkung itu tergeletak di sudut ruangan walau gelap. Kemudian dia memanggil teman-temannya untuk membantunya mencari si jailangkung, di dalam rumah kosong itu Ridho, Bagio, Anas dan Sarimin berkutat mencari jailangkung mereka, hingga tiba-tiba Sarimin berteriak-teriak sangat keras sekali "pocooong pocooong, aku dikejar pocooong" Ridho dan yang lainnya mendatangi Sarimin dan berusaha menenangkannya. Anas yang makin ketakutan tiba tiba tergoda untuk menengok ke arah Sarimin tadi berlari, terlihat dengan samar sebuah buntelan putih besar sedang meloncat-loncat ke arahnya, Anas langsung berlari keluar meninggalkan ketiga temannya tanpa berkata apa pun. Ridho yang terkejut melihat Anas berlari ketakutan ikut-ikutan melihat ke arah buntelan putih tadi meloncat-loncat, spontan dia berteriak lalu berlari dan dikuti oleh Sarimin dan Bagio.

    Keempat ABG tadi berlari ketakutan meninggalkan rumah kosong milik pak Tarmo tanpa membereskan apa yang telah mereka mulai. Beberapa hari berlalu dan isu teror pocong menjadi semakin intens di kampung Sukorondo. Selepas maghrib kampung ini berubah mejadi sepi, sebuah kampung mati, begitu julukan orang-orang dari desa tetangga yang mengetahui tentang isu pocong ini. Sudah banyak warga yang tiap malam mengaku melihat pocong gentayangan di kampung, ada yang rumahnya digedor-gedor pada tengah malam, ada juga yang mencium bau wewangian orang mati dan suara merintih tiap malam. Teror pocong ini sungguh sangat membuat warga menjadi resah apalagi pada malam hari, anak-anak yang selepas maghrib dulu rajin belajar mengaji di masjid sekarang pada tak berani keluar rumah, apalagi warung-warung yang buka pada malam hari pada tutup semua.

    Pedagang-pedagang yang berjualan pada malam hari melewati kampung ini juga menceritakan hal yang mereka alami ke desa tetangga, sehingga ada saja orang yang penasaran jadi ingin melihat si pocong itu gentayangan, juga beberapa orang yang suka dengan hal gaib juga menawarkan diri untuk mengatasi teror pocong di kampung Sukorondo tapi dengan imbalan yang tidak sedikit dan hak publikasi ke media-media.


    Hingga pada suatu hari Anas tidak sengaja membuka mulutnya pada teman sekolahnya tentang permainan jailangkung yang pernah dia dan ketiga rekannya lakukan. Berawal dari pengakuan 'tak sengaja' si Anas akhirnya ada orang pintar dari desa tetangga yang mendatangi rumah Kepala Desa Sukorondo untuk menawarkan diri "menetralkan" gangguan pocong itu gratis, akhirnya pak Kades lampu hijau untuk melakukan penetralan. Menjelang maghrib, berbekal 'pengakuan' dari Anas maka Ridho, Bagio dan Sarimin pun ikut dipanggil untuk menyertai orang pintar tadi menuju rumah kosong milik pak Tarmo, disana mereka disuruh membersihkan sisa-sisa ritual jailangkung yang pernah mereka lakukan dulu, yang aneh adalah boneka jailangkung dari gedebog pisang yang dikafani sama sekali tidak bisa ditemukan oleh keempatnya, kemudian orang pintar itu menyuruh mereka untuk menunggu di luar rumah.

    Sekitar 15 menit kemudian orang pintar itu keluar dengan membawa si jailangkung, kain kafan yang dipakai untuk membungkus gedebog pisang itu terlihat lusuh kumal serta berbau amis, lalu entah tahu darimana si orang pintar ini mengajak Bagio seorang untuk menuju pemakaman desa, Ridho, Sarimin dan Anas disuruhnya pulang dan mandi. Entah apa yang orang pintar lakukan di pemakaman malam itu bersama Bagio, yang pasti sejak malam itu teror pocong berhenti menghantui kampung Sukorondo dan si Bagio jadi berubah, dia menjadi alim dan lebih rajin datang ke masjid serta pengajian daripada bermain bersama teman-temannya.
    Yah begitulah kisah ini yang saya ceritakan, sampai jumpa lagi di cerita berikutnya ya.


    -TAMAT-
     
    Last edited: Aug 21, 2016
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.