1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Guci Misterius

Discussion in 'Fiction' started by shani, Aug 19, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. shani Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 13, 2011
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +0 / -0
    Guci Misterius


    Siang itu masih pukul 14.25 ketika mendadak hapeku berbunyi, aku perhatikan notifikasi yang ternyata adalah sebuah orderan untuk mengantar barang. Sudah tujuh bulan ini diriku bekerja sebagai pengemudi ojek online, aku aktif ngojek selepas jam kuliah (kuliahku di salah satu PTN dan jam berakhir kuliah untuk mahasiswa reguler adalah pukul 12.30). Segera aku nyalakan motorku dan menuju lokasi penjemputan barang yang akan aku kirim, kira-kira barang apa yah yang bakal aku kirim siang ini?

    Aku mengarahkan motorku menuju ke sebuah jalan yang lumayan rame di bagian barat kota Surabaya, tak lama kemudian sampailah aku di alamat yang meng-order jasaku, ternyata yang order adalah karyawan sebuah jasa pengiriman paket, dalam hatiku berpikir kenapa mereka tidak mengirim sendiri barang itu kan mereka ini kurir, ah sudahlah yang penting aku dapat order siang ini dan alamat yang dituju pun lumayan sedikit keluar kota jadi ongkosnya lumayan besar.

    Seorang karyawan menemuiku sambil membawa sebuah benda yang dibungkus kertas dan dilapisi kayu sebagai pelindung, tak lama kemudian datang atasan mereka menemuiku sambil sedikit memberi infi kalao barang yang akan aku kirim ini berupa guci dan jangka waktu pengirimannya sudah jatuh tempo namun sama sekali tidak di klaim oleh pengirim maupun penerimanya, baik si pengirim atau pun si penerima sama sekali tidak menyertakan nomer kontak yang bisa dihubungi dan si pengirim (anehnya) juga tidak menyertakan alamatnya hanya memberikan alamat si penerima saja. Akhirnya setelah info singkat itu aku pun berangkat untuk mengirim paket berisi guci ini, guci ini tidak terlalu besar sih ukurannya sekitar 50cm x 20cm jadi aku bisa meletakkannya dengan aman di motorku, yang unik dari guci ini ini adalah sesekali aku mendengar suara seperti gelas pecah dan aroma wangi seperti dupa hampir sepanjang perjalananku, dalam hati aku berpikir guci ini paling untuk sembahyangan kali ya, sekitar 30 menit berkendara akhirnya aku mulai keluar dari jalan utama kota Surabaya dan mulai memasuki wilayah kota Sidoarjo, dan mulai mendekati alamat yang dituju.

    Jam menunjukkan pukul 15.11 saat aku tiba di sekitar alamat yang aku tuju, dari sini dimulailah kebingunganku, dari awal menyusuri jalan aku perhatikan bahwa nomor bangunan urut deh tapi kenapa aku tidak menemukan rumah/bangunan dengan nomor 12? Tidak kehabisan akal aku bertanya ke satpam sebuah bengkel bubut (bangunan nomer 11) “permisi pak, saya numpang nanya ya, ini saya mengirim paket untuk alamat Jl. Rekso nomer 12, tapi kok nomernya tidak saya temukan ya” dengan baik hati bapak satpam ini membantuku memberikan petunjuk, dia mengatakan disebelah bengkel yang dia jaga cuma ada nomor 9, 10, 13, 14, 15, nah diantara nomor 11 dan 13 ini ada gang kecil diameter sekitar 1,5 meter tapi tidak ada bangunan sama sekali dibelakang bangunan-bangunan sepanjang jalan Rekso ini, di sebelah bengkel bubut ini adalah sebuah gedung sekolah tua yang masih dipakai dan di halaman depannya tumbuh sebuah pohon asem besar dan sebuah pohon beringin yang lebat sehingga menimbulkan kesan mistis bagi orang yang melihatnya.

    Sambil berpikir aku jadi mulai mengerti kenapa paket berisi guci ini diserahkan kepadaku untuk dikirimkan. Satpam tadi menyarankan aku untuk mengecek alamat ke pos polisi di ujung jalan atau ke kantor lurah desa, mungkin saja ada informasi yang bisa aku dapatan disana. Akhirnya aku bertanya di pos polisi dan mendapatkan jawaban yang sama bahwa sepanjang jalan Rekso tidak ada bangunan dengan nomer 12, setelah itu aku kelilingi lagi seputar daerah itu sembari beberapa kali berhenti untuk bertanya. Waktu sudah menjelang maghrib, aku berhenti sejenak untuk ibadah dan mengisi perut.

    Selepas maghrib aku menelepon kantor si pengirim paket tadi (kantor kurir) untuk mengembalikan guci ini pada mereka tapi sepertinya mereka sudah tutup, batinku aslinya lega sih karena sudah dibayar dari awal dan rumahku berada di pinggiran Surabaya yang lumayan tidak jauh dari daerah “misterius” ini. Akhirnya aku berjalan lagi dengan niat untuk pulang saja dan mengembalikan guci ini besok selepas kuliah.

    Di perjalanan pulang aku melintasi kembali jalan rekso dan dimulailah hawa gaib menyelimuti perjalananku. Guci yang aku bawa ini mulai sering “bergerak” dengan sendirinya dan mengeluarkan aroma bunga sedap malam (padahal tadi cuma bau dupa yang aku cium). Jantungku mulai berdegup kencang sekali ketika mendekati sekolah tua yang berada di sebelah bengkel tadi, aku berkeringat walau udara malam dingin sekali dan tiba-tiba……….ckreeek duk, motorku mogok pas di depan sekolah tua

    mogoknya persis di depan pohon asem yang ada di halaman sekolah tua tadi, apesnya aku hari ini, aku tuntun motorku ke pinggir jalan pas di depan sekolah tua. Dengan senter yang ada di jok aku periksa kenapa motorku ini tiba-tiba mogok, padahal masih tergolong motor keluaran baru, sembari aku mengutak-atik motor tiba-tiba sebuah suara memecah konsentrasiku.
    “selamat malam nak, maaf ya bapak mengganggu sejenak” oh iya ada apa pak? -jawabku-
    “bapak ini sedang menunggu sebuah kiriman sebuah guci tua nak, kebetulan tadi bapak bertanya pada satpam bengkel terus dia bercerita tentang kamu” balasnya sambil tersenyum.
    Belum sempat aku membalas dia berkata lagi “saya Sutrisno nak, saya yang tinggal di jalan Rekso nomer 12, saya sudah tiga bulan menunggu guci kesayangan saya diperbaiki di banten”
    Bagaimana aku tahu kalau pria tua ini adalah si penerima, nama saja tidak tertera di kertas receive yang diberikan kepadaku dan hanya alamat saja yang ada, itu juga alamat sepertinya palsu atau nyasar. Tanpa pikir panjang aku sekali lagi mengecek kertas receive dan mataku terbelalak kaget….ada nama SUTRISNO tertulis disana (padahal sejak dari kantor kurir jelas-jelas tidak bernama dan hanya ada alamat penerima saja). Segera saja aku serahkan guci itu ke bapak tua ini. “Terima kasih ya nak sudah repot-repot mengirim sampai malam begini, ini ada sangu untukmu karena sudah bekerja keras hari ini, sudah ya nak bapak pulang dulu”. Aku terbengong menerima “uang” yang diberikan oleh bapak tua tadi, ada saja rejeki hari ini ;pikirku. Aku perhatikan bahwa bapak tua itu berjalan memasuki gang kecil yang berada diantara bengkel dan sekolah tua, entah mengapa aku tergerak untuk mengikutinya karena belum sempat mengucapkan terima kasih, ketika berada di depan gang itu mendadak BLUK!!! tengkukku sepertinya dipukul keras dan aku tak sadar……….apa aku dibegal????

    Mataku perlahan terbuka…..dan bau minyak kayu putih aku cium di sekitar hidungku, dan beberapa orang ada di depanku, salah satunya adalah bapak satpam yang tadi siang menjaga bengkel dan dua orang sepertinya warga sekitar. Aku tersadar dan mereka menanyakan keadaaanku, aku yang mendadak segar langsung menjelaskan semua kejadian sebelum aku pingsan. Satpam ini sembari bergeleng-geleng berkata
    “mas, ini sudah jam 01.45 malam dan sampeyan kami temukan tergeletak di sebelah motor, mungkin sampeyan tadi kelelahan terus semaput”
    Kaget aku begitu mengetahui jam berapa ini sekarang, tak lama salah satu dari dua warga tadi bereaksi setelah mendengar ceritaku tentang si bapak tua
    “mas, gang kecil itu jalan masuk ke areal pemakaman kuno desa ini, gak ada rumah sama sekali bahkan makamnya gak punya juru kunci”
    Lemas rasanya setelah mendengar penjelasan warga tadi, sambil banyak berpikir aku berterma kasih dan berpamitan pada mereka bertiga. Aku pulang menuju rumah, sesampainya di rumah aku teringat akan uang pemberian bapak tua tadi, uangnya masih utuh dan tidak berubah jadi daun hehehehe, segera aku lanjut untuk tidur dan besok aku akan kembali ke kantor kurir untuk menyerahkan surat receive dan menceritakan yang aku alami tadi.

    -tamat-


    sumber: http://tak-begitu-indah.blogspot.co.id/
     
    Last edited: Aug 19, 2016
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.