Other Alien dan budaya untuk manusia

Pada suatu masa serombongan Alien turun ke bumi. Dalam perjalanannya, langkah mereka terhenti ketika tetiba saja mendengar seorang perempuan bernyanyi. Setelah dihampiri , nampaklah perempuan itu menyanyikan sebuh lagu sambil mencuci pakaian di antara bebatuan pada sebuah titik di kali. Suaranya merdu sekali. Alien dan kawan – kawannya -pamannya juga ikut sih- , terkagum – kagum pada suara teramat indah yang dilantunkan perempuan itu. Maklumlah di planetnya tak ada Alien yang mampu bernyanyi. Mereka terkesima. Lalu para Alien mulai saling berdalih. Diantaranya, menurut mereka penduduk bumi perlu diajarkan bercocok tanam dan menari.

“Bercocok tanam?” Alien A berseloroh. Namun tak ada respon. “Menari?” Alien B, C, D, dan E suaranya kompak tanpa ekspresi percis layaknya di sinetron . Tetap, tak ada jawaban juga. “Bagaimana kalau kita ajarkan mereka berpolitik?” Alien A memberikan idenya lagi. Semua Alien menghela napas tak sepakat bahkan tepok jidat capedeh. Eh, Alien A bersuara lagi gak kapok - kapok: “Kita ajarkan mereka beragama, jadi agama mereka cukup satu untuk semua, bagaimana?” Senyap. Sunyi tak ada jawaban. Satu, dua, tiga,… “Ha ha ha ha ha ha ha“… terdengar suara gelak tawa terbahak - bahak. Bukan Alien saja, si kecoa yang sedari tadi ikut nguping jadi terguling – terguling kayak kambing guling berguling – guling di tanah sambil ngakak padahal si kecoa teh pada gulingan terakhir posisi tubuhnya terlentang hingga ia tidak bisa balik lagi. Kasihan.

Alien Z sebagai ketua regu barung hitam yang sedari lahir dilahirkan untuk tidak tersenyum tapi cenderung nyinyir mulai gusar. “Cukup!” satu suara sang ketua cukup mendiamkan suara gelak tawa, kemudian ia berbicara dengan penuh wibawa : “Gak beres kalian, kita ke bumi disuruh mencari jejak : tanda panah atau ranting patah, lah ini malah mau berlagak menggurui manusia. Mau jadi apa kalian nanti kalau sudah besar? Hah!...”

“Pak ...pak…Kami di sini…” Alien B mengingatkan Ketuanya. Ketua menengok ke belakang, mukanya malu “Oh, maaf…” ungkapnya sambil membalikkan badannya yang grogi, lalu ia melanjutkan: “Sudahlah lebih baik kita pulang kembali ke planet kita. Sesuai moto kita : ‘Planet Aing Kumaha Aing’ segala sesuatu kita serahkan sepenuhnya kepada penduduk bumi. Lagian jemuran saya belum diangkat mas…” para Alien sebenarnya ingin tertawa tapi takut ketuanya ngambek. Kalau Ketua mereka ngambek entar siapa yang jadi supir pesawat? Pesoal cuman dia yang bisa nyetir pesawat. Dia dijadikan ketua juga sebenarnya agar mau bawa pesawat.

Akhirnya para Alien pun saling merentangkan tangannya seperti mau melakukan senam. Mereka berbaris berduyun teratur satu per satu menuju pesawat mereka : ‘mangkuk cap ayam jago’ yang ukurannya luar biasa jumbo. Pesawat merekapun melesat cepat terbang meninggalkan sang kecoa yang masih gosar - geser berusaha ke posisi reguler. Nah, kecoa naas itulah peninggalan Alien…