1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Silencer

Discussion in 'Fiction' started by gurasuhoppa, Feb 24, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. gurasuhoppa Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 24, 2016
    Messages:
    35
    Trophy Points:
    7
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Salam kenal, saya member baru :elegan:

    Dan ini post pertama saya di sini, selamat membaca

    Iya, cerpennya mindahin dari ID saya di forum sebelah :iii:

    Aku merasakan napasku memburu seraya setiap detik berlalu. Tenggorokanku terasa gatal, tapi rasanya untuk sedikit berdehem pun aku tidak sanggup. Seluruh bajuku basah, bukan karena aku baru saja menembus hujan di luar, tapi keringat yang mengalirkan rasa dingin sampai kakiku sulit digerakkan. Sekian menit telah berlalu selama aku bersandar di dinding dalam bangunan terbengkalai ini. Genggaman pistol di tanganku semakin erat, tapi semakin lama rasanya genggamanku malah semakin licin.

    Dalam kepalaku, aku mengingat-ingat kembali informasi apa saja yang sudah didapatkan timku. Sialnya, kesimpulan yang kudapat adalah seharusnya aku tidak perlu melakukan pengejaran ini. Jaket anti peluru ini tidak akan berguna. Mungkin harusnya mereka menurunkan personil militer bersenjata lengkap ke sini. Bukannya tim kecil dengan pistol kacangan seperti ini.

    Tiba-tiba aku mendengar suara berdebam, seseorang terjatuh. Suaranya datang dari pintu belakang bangunan, beberapa meter ke arah lorong di sebelahku ini. Tidak, suaranya bukan satu orang, dua suara berdebam yang mirip segera menyusul. Aku menelan ludah, beranjak dari tempatku berdiri dan menodongkan pistol ke arah suara tersebut.

    Sialan!

    Tiga orang berseragam polisi terkapar di lantai. Tidak ada jejak lain yang dtinggalkan penyerangnya. Di sini aku mulai mengutuki banyak hal. Buronan yang kembali berhasil kabur setelah pengajaran entah keberapa, rekan-rekanku yang ceroboh membiarkan diri mereka bernasib seperti ini.

    Dan mengutuki betapa tololnya aku sendiri. Kalau buronan kami masih di sini, mungkin aku sudah menemani mereka berbaring di lantai.

    ***

    “Bagaimana keadaan mereka, dok?” tanyaku pada salah satu dokter di kepolisian yang baru saja menangani rekan-rekanku.

    “Kondisinya buruk. Saat ini mereka kehilangan kemampuan penglihatannya dan bagian tubuh dari pinggang ke bawah lumpuh. Kami masih belum bisa memastikan apakah kondisi ini permanen atau hanya sementara.”

    Kali ini pun kita belum bisa bertindak, termasuk juga pengejaran kemarin. Kami cuma berhasil menambahkan tiga nama ke daftar korban teroris ini, dan ketiganya adalah anggota kepolisian. Apa daya, pengejaran itu hanya sebagian kecil darigasi, hanya untuk mendapatkan info lebih lanjut mengenai keberadaan buronan kami. Siapa sangka, bukan hanya memastikan keberadaannya, tapi kami malah sampai berhadapan langsung dengan ******** itu.

    “Sersan Rudy,” terdengar suara seseorang memanggilku. Salah satu rekanku menghampiri, membawa berkas tersimpan dalam amplop coklat.

    “Ini laporan yang disusun dari sejumlah informasi terbaru, termasuk dari kesaksian Saudari Anna.”

    “Oh, saksi mata yang baru saja kita temui pagi ini?”

    “Benar. Untuk kondisinya sendiri, saat ini ia kehilangan kemampuan untuk mendengar dan berbicara. Prosesnya cukup sulit, tapi kami berhasil mendapat informasi yang kita butuhkan. Sejauh ini, dia satu-satunya saksi yang mengalami kontak langsung dengan target kita.”
    “Selain kehilangan kemampuannya untuk berkomunikasi secara lisan, dia lolos dengan selamat?”

    “Benar, saat ini, kesaksian Saudari Anna adalah informasi paling lengkap yang bisa kita dapatkan.”

    Setelah daftar panjang korban dengan kesaksian yang sejelas berita keberadaan UFO, munculnya informasi sejelas ini terasa seperti penghinaan. Tangkap aku kalau bisa, mungkin begitulah yang ada di pikiran buronan ini hingga dia sengaja meninggalkan petunjuk keberadaannya, mengumpankan dirinya pada para pemburu seperti tikus pabrik pelabuhan menantang kucing rumahan.

    Aku mencoba menyingkirkan rasa kesalku. Emosi yang buruk bisa menghalangi kemampuan untuk berpikir jernih. Setelah duduk dengan rileks di kursiku, aku membuka amplop coklat tersebut, mulai memeriksa isinya, kalimat demi kalimat. Sebuah kesaksian tentang Silencer, pelaku kriminal yang meneror kota ini sejak dua bulan terakhir.

    Dalam laporan yang ada di tanganku ini, aku menemukan sejumlah informasi baru. Mulai dari beberapa kemunculan orang yang dicurigai sebagai Silencer, daftar tempat-tempat terbaru yang dia jarah dan kerusakan yang ditimbulkan. Dari baris demi baris yang kubaca, ada bagian yang menarik perhatianku, informasi yang menyebutkan identitas buronan ini. Bagian ini ternyata ditulis oleh Nona Anna sendiri.

    Benar juga, dia dijuluki Silencer karena tidak ada saksi yang bisa memberikan informasi yang jelas tentangnya. SIapapun yang berhadapan dengannya tidak akan lolos dengan kondisi utuh. Berdasarkan pernyataan korban-korbannya yang jumlahnya sudah lebih dari dua puluh, mereka mengalami kebutaan sebelum bisa melihat wajah sang penjahat. Beberapa yang memergokinya saat melakukan penjarahan di sejumlah toko dan rumah penduduk, tiba-tiba mengalami kelumpuhan saat mencoba mengejarnya. Banyak di antara mereka belum pulih dari kondisinya hingga hari ini, dan sebagai tambahan, sejauh ini jumlah korban jiwa masih nol. Tidak ada yang bisa menjelaskan kenapa para korbannya mengalami hal seperti itu, seolah-olah buronan yang kami buru ini adalah seorang penyihir. Hingga hari ini, tidak ada data yang jelas mengenai identitasnya, dan laporan ini menjadi yang pertama.

    ***

    Di situ saya memergokinya saat memotong jalan ke arah stasiun, saya berjalan melewati gang di sebelah toko elektronik Hadi. Di situ saya melihat dia menenteng tas olahraga berwarna biru-hitam. Sekilas tidak ada yang mencurigakan, tapi saya melihat resleting tas itu sedikit terbuka, dan terlihat sejumlah perhiasan emas di dalamnya. Saat itu sepertinya dia sudah sadar kalau saya mencurigainya karena langkah saya berhenti dan mata saya terfokus pada tas yang dibawanya. Saya genti menatap ke arahnya, tapi saya tidak bisa melihat mukanya dengan jelas karena dia mengenakan jaket bertudung yang menutupi separuh wajahnya. Tapi dari sebagian wajahnya yang terlihat, saya bisa mengatakan dia adalah seorang wanita. Saya juga bisa melihat sedikit rambut hitam di dalam tudung jaket itu. Dia berdiri diam di tengah gang itu, dia tidak mau membiarkan saya berjalan melewatinya. Sebelum saya sempat berbalik arah dan melarikan diri, saya sempat melihat wajahnya sekali lagi. Saya melihat dia tersenyum ke arah saya, lalu mengacungkan jari telunjuknya di depan bibirnya. Saya tidak mengerti kenapa dia melakukan itu. Setelah itu tiba-tiba saya mulai kehilangan kesadaran.

    Silencer adalah seorang wanita. Ini hal yang baru. Tentu saja, tidak ada yang tahu pasti identitas buronan kami ketika ciri-ciri fisiknya yang kami ketahui sebatas seseorang dengan tinggi 170 centimeter dan nomor sepatu 39. Tidak ada yang tahu fitur wajahnya, tidak ada yang tahu rasnya, bahkan baru hari ini kami tahu kalau Silenceradalah seorang wanita.

    Dalam laporan ini disertakan sketsa wajah yang dibuat oleh Saudari Anna sendiri. Sepertinya dia punya kemampuan artistik yang bagus. Sayangnya, seperti yang dia sebutkan dalam laporannya, sketsa wajah ini hanya menggambarkan dari hidung ke bawah. Tidak banyak yang bisa didapatkan dari sketsa yang cuma separuh ini selain pendapatku pribadi yang membuatku semakin kesal, bahwa ternyata ******** yang kami buru selama ini sepertinya cukup cantik.

    ***

    Seminggu berselang setelah kami mendapatkan informasi yang cukup jelas untuk pertama kalinya mengenai buronan ini. Hari ini, lima belas personil elit kepolisian bersenjata lengkap diturunkan ke lapangan untuk mengepung bangunan kosong bekas pabrik berlantai tiga. Keberadaan Silencer yang sudah buron selama lebih dari dua bulan dan mengakibatkan kerugian bernilai jutaan kali ini sudah dipastikan, dan gedung yang menjadi persembunyiannya selama seminggu terakhir ini akan menjadi tempat di mana aksi kejahatannya akan berakhir.
    Atau, setidaknya kuharap begitu.

    Lima belas melawan satu, satu yang bersembunyi di gedung berlantai tiga. Pengejaran kali ini sepertinya terlihat berlebihan, tapi tidak ada yang namanya terlalu berhati-hati. Apalagi setelah korban jiwa pertama jatuh tiga hari lalu, dalam suatu aksi penjarahan bank di siang bolong. Korbannya bukan satu atau dua, tapi belasan petugas bank dan nasabah yang menurut tim forensik, dalam sekejap seluruh sistem sarafnya berhenti berfungsi. Dalam satu hari, status buronan kami dari seorang pelaku penjarahan berubah menjadi pelaku pembantaian. Saat itu, saksi yang selamat hanyalah satu kamera pengawas di bank yang dijarahnya ketika seluruh kamera lain berhasil dilumpuhkan.

    Aku teringat kembali saat aku menonton rekaman dari kamera tersebut, aku teringat bagaimana amarah seluruh anggota kepolisian yang juga menonton rekaman tersebut memuncak, ketika Silencer melempar senyum dari balik tudung jaketnya dan melambai ke arah kamera tersebut sambil menenteng tas berisi lembaran uang. Aksi ******** ini sudah tidak bisa dibiarkan berlanjut seenaknya.

    Sekarang setelah kami tahu bahwa buronan kita tidak segan-segan melakukan aksi pembunuhan, kepolisian juga tidak akan menahan diri dalam menindak kejahatannya. Begitu sampai di lokasi persembunyian target kita, semuanya bergerak ke posisi masing-masing. lima orang memasuki gedung dari pintu depan dan lima orang dari pintu belakang. Aku dengan posisiku sebagai spesialis ketika menjalankan aksi penangkapan seperti ini, ditempatkan di lantai tiga gedung kantor yang berada tiga ratus meter ke arah selatan dari persembunyian target kami. Sementara personil sisanya menjadi koordinator melalui radio komunikasi.

    Sembilan puluh persen tugas penembak jitu adalah menahan ketidaknyamanan. Sambil mengingat kata-kata itu, aku menunggu dalam diam di posisiku. Sekian menit berlalu, dan setelah hampir satu jam, muncul tanda-tanda adanya sesuatu yang tidak beres.

    “Kita kehilangan kontak dengan grup A! Sepertinya mereka telah dilumpuhkan!” ucap suara dari radio komunikasi kami.

    Sialan! Mungkinkah buronan kami menyiapkan jebakan yang tidak terduga dalam tempat persembunyiannya? Atau malah dia menghadapi langsung tim yang menemukannya? Aku tidak bisa membayangkan situasi di sana. Kemungkinan terburuk yang muncul di pikiranku adalah mereka yang berada di dalam kini sudah terkapar tak bernyawa.

    “Kita juga kehilangan kontak dengan grup B!”

    Sialan! Sialan! Sialan!! Kini setelah semua yang di dalam sana berhasil dihabisi sang target, sisanya bergantung padaku. Pemburu sudah menjadi yang diburu, tapi aku berada di tempat tidak bisa dia jangkau. Sekarang, kalau dia menampakkan dirinya sedikit saja, aku bisa mengakhiri semuanya.

    Tiba-tiba pintu menuju atap gedung pabrik itu membuka, seseorang mengenakan jaket bertudung terlihat melangkah ke tengah-tengah atap beton datar tersebut.

    Itu dia! Tidak salah lagi!

    Aku menarik napas dalam, membuangnya perlahan-lahan, lalu menahan sedikit udara yang tersisa di paru-paruku. Genggamanku stabil, dan kepala sang target berada tepat di tengah-tengah teropong senapanku. Baru saja aku akan menarik pelatuk, tiba-tiba aku tersadar ada sesuatu yang tidak beres.

    Dia menatap ke arahku.

    Seolah-olah dia sadar aku berada di sini, tersembunyi darinya dalam jarak ratusan meter. Dia membuka tudung jaketnya, menunjukkan wajah seorang wanita muda yang begitu rupawan dengan rambut hitamnya yang bergelombang berkibar tertiup angin. Sejenak, perhatianku buyar, aku menatap wajahnya dan matanya yang biru balik menatapku. Sisi gila di otakku mengajukan pertanyaan tolol, mungkinkah aku mengenal wanita cantik ini? Jadi aku bisa melupakan kalau dia adalah teroris yang sedang buron dan mengajaknya berkencan. Tapi sebelum aku menyadari apa yang terjadi. Dia tersenyum ke arahku, mengacungkan jari telunjuknya ke depan bibirnya dan membisikkan sesuatu. Aku tidak bisa mendengarnya, tentu saja, tapi dari gerak bibirnya, aku tau apa yang dia ucapkan.

    “Silence!”
     
    • Semangat! Semangat! x 2
    • Like Like x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    humm :iii:

    eksekusi yang bagus :hmm:

    jalinan kata n ceritanya runtut. gak ada tumpang tindih juga antara narasi n dialognya. yang jadi poin minus buat saya palingan bagian endingnya yang mungkin emang sengaja dibuat bad ending ato gantung begitu. yah, kayak gak memberikan konsklusi aja, sih. aku setengah ngerti maksudnya penulis yang emang bikin ending seperti itu. tapi buatku pribadi kurang menarik.

    selain itu, diksi n pembawaannya lancar-lancar aja sih :hmm:

    and welcome :hi:
     
  4. gurasuhoppa Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 24, 2016
    Messages:
    35
    Trophy Points:
    7
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Makasih sudah dibaca, mbak perilalat :lalala:


    ----------

    Gw baru sadar, ni cerpen jadi banyak kata-kata yg disensor di sini :iii:

    Fitur auto sensornya lebih ketat ya :puyeng:
     
    • Like Like x 1
  5. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Ceritanya bgus juga :smile4:
    Setiap bagian cerita begitu jelas, mudah dimengerti :top:

    cerita berakhir dengan antiklimaks, :ogbloon:tapi cara penyampaiannya masih nyaman. :hmm:


    terakhir, welcome di idws fiction :smile4:
     
    Last edited: Feb 24, 2016
  6. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    yg bintang2 ******* ini kata apa sih :lol::lol: saya pensaran :swt:

    apa yg mw sy dikomen udh dikomen diatas :swt::swt: Nice kill :top:
     
  7. gurasuhoppa Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 24, 2016
    Messages:
    35
    Trophy Points:
    7
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Makasih sudah dibaca :lalala:


    --------------

    Nanti yg disensor gw coba benerin, nanti, kalo kepengen
     
    • Like Like x 2
  8. dreamanzie Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 19, 2011
    Messages:
    80
    Trophy Points:
    32
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +46 / -0
    Menurut gue cerita ini bagus, sangat misterius.
    Ekspektasi gue sih bakal ada deduksi-deduksi ala detektif gitu.
    Soalnya lo keren membangun suasana penasarannya.
    Tapi sayangnya gak ada, just planning to catch the silencer.

    So akhirnya gue menilai cerita ini cuma memberikan sebuah perumpamaan.
    Betapa mematikannya seorang wanita cantik bagi semua laki-laki...
     
  9. gurasuhoppa Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 24, 2016
    Messages:
    35
    Trophy Points:
    7
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Terima kasih sudah dibaca

    ----------

    Pesan dari ceritanya yah, actually, there are not really any message here :iii:

    Cerita ini gw tulis buat lomba cerpen bulanan di forum sebelah. Waktu itu temanya tentang disabilitas.
    Ketika yg lain bikin karakternya mengalami disabilitas, gw ambil approach berbeda dengan bikin ada karater yang punya superpower untuk bikin orang lain jadi disable.

    I prefer to let my reader to interpret the message, tapi kalo buat cerita ini sendiri mungkin jatuhnya lebih ke lore/background story dari karakter yang (mungkin) akan gw pakai lagi.
     
  10. Lazt_stand M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Aug 15, 2009
    Messages:
    4,286
    Trophy Points:
    193
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +3,432 / -0
    terlalu banyak penggunaan berturut turut kata dgn akhiran "-ku". cb diminimalisir, atau diakali dgn kata/kalimjat pengganti. krn penggunaan akhiran yg sama dalam jangka waktu yg sinjgkat itu bs membuat efek jenuh bagi pembaca

    contoh nya paragraf ini

    Aku merasakan napasku memburu seraya setiap detik berlalu. Tenggorokanku terasa gatal, tapi rasanya untuk sedikit berdehem pun aku tidak sanggup. Seluruh bajuku basah, bukan karena aku baru saja menembus hujan di luar, tapi keringat yang mengalirkan rasa dingin sampai kakiku sulit digerakkan. Sekian menit telah berlalu selama aku bersandar di dinding dalam bangunan terbengkalai ini. Genggaman pistol di tanganku semakin erat, tapi semakin lama rasanya genggamanku malah semakin licin.


    diubah jd


    Kurasakan desah nafas memburu dari mulutku, detik demi detik. Tenggorokan ini terasa gatal, tapi untuk sedikit berdehem pun rasanya tak sanggup. Basah bukan main bajuku, bukan karena menembus hujan di luar, tapi keringatku yang mengalirkan rasa dingin sampai kedua kaki pun sulit digerakkan. Sekian menit telah berlalu sejak kusandarkan punggungku di dinding dalam bangunan terbengkalai ini. Semakin erat kugenggam pistol di tangan, tapi lama-lama malah terasa semakin licin genggamanku.


    di luar konteks akhiran "ku-", ane sekalian ubah bbrp struktur kalimat untuk menyesuaikan
    yg pasti, tidak perlu pakai akhiran "ku" setiap kali ingin menjelaskan kepemilikan suatu obyek dalam kalimat, atau menjelaskan siapa subyeknya. biarkan pembaca sedikit berpikir. Hal kecil namun bs mengurangi kejenuhan pembaca dalam berimajinasi. semoga membantu :XD:
     
  11. 4eva Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 18, 2010
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +115 / -0
    Bagus ceritanya. Love it!

    Jujur, pas pertama baca judulnya, yg keinget adalah karakter dota hahaha
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.