1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic I am Hacker

Discussion in 'Fiction' started by noprirf, Feb 15, 2016.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    I am Hacker
    Genre: Action, Sci-fi

    [​IMG]

    [​IMG]

    Prologue :

    Saat aku kembali menatap cakrawala di dunia ini, aku selalu melihat dengan cara yang sama. Dalam sebuah dunia khayalan yang tercipta dari sebuah mesin, semua hanya terasa menyilaukan. Hanya saja, tak ada rasa panas yang bisa dirasakan. Barangkali, bila berada di dunia nyata, teriknya mentari akan terasa panas membakar tubuhku dan angin gurun akan terasa menusuk bagai duri. Dan kembali, padangan ini selalu sama, ketika puluhan orang sudah jatuh tersungkur membisu.

    Aku baru sadar tak ada satupun dari mereka berdiri di hadapanku. Setiap pedang sudah terbenamkan pada tubuh mereka. Ketika mereka tertebas, muncul satu percikan cahaya terlihat bagai darah yang tertumpah. Terkadang, Aku tak mengerti rasa yang ada dalam diriku sendiri. Mengapa aku selalu ingin mengulanginya? Mengapa selalu ada sebuah rasa yang terkadang menyenangkan namun juga terasa menyakitkan?

    Membosankan ...

    Tapi, mengapa aku yang dalam permainan ini tak pernah berniat untuk berhenti? Apa karena aku yang terlalu kuat. Tidak, atau mungkin mereka saja yang terlalu lemah. Atau karena semua karena terasa menyenangkan? Barangkali aku sedang mencari seseorang yang mampu menghentikan hidup ini yang kini terasa layaknya orang gila.

    Contents:

    Chapter 1 |
    Sekolah
    Chapter 2 | Game Online
     
    • Like Like x 2
    Last edited: Apr 1, 2016
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Classes:

    Warrior :
    Warrior

    Guardian:


    Monk :


    Assassin :


    Wizard :


    Rider :


    Archer :

    Glossary :

    AI | Artificial Intelligence
    GUI | Graphical User Interface
    MOBA | Multiplayer Online Battle Arena
    NPC | Non Player Character
    PK | Player Killer
    TUI | Text-based User Interface
    VRMMORPG | Virtual Reality Massive Multiplayer Online Role Playing Game
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Apr 1, 2016
  4. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Bab 1 | Sekolah

    3 tahun yang lalu, 2213 M

    Angin terus saja berlarian di atas langit yang gelap turut diiringini rintik air yang sejuk. Begitu pula dengan dedaunan yang dihamburkan dirinya dipermainkan oleh angin yang mengoyak. Dinding setebal 15 cm ini seakan tak kuasa menahan dinginnya cuaca di luar sana. Ingin rasaya aku tertidur di atas kasur yang bersamaan dengan tebalnya selimut yang hangat. Waktu pun masih menunjukkan jam 5 pagi. Pastinya hanya orang yang benar-benar punya berniat kuat saja yang mau terbangun di waktu seperti ini. Hasrat yang selalu bersembunyi dibalik selimut terus saja berbisik untuk menutup mata.

    Aku yang masih terbaring di atas kasur bisa merasakan mata ini menutup berat. Perlahan mulai mengangkat badan, terduduk sembari melihat jendela kamar yang tak jauh dari tempat tidur. Ternyata tak seperti apa yang dipikirkan. Suasana masih lenggang dan sunyi. Hanya rintik air saja yang menghias langit yang begitu gelap.

    Wah, belum hujan aja sudah begini?

    Agak lama aku terduduk, ini adalah tahun pertama menjalani hidupku sebagai siswa. Seperti nasehat pamanku dulu, walaupun kemajuan teknologi meningkat, semua hal tergantung pada diri, apakah kita mau mempelajarinya atau tidak.

    Sekarang adalah tahun 2213. Setelah terjadi perang pada akhir abad ke 21 atau tepatnya pada 25 tahun yang lalu yang menandakan akhir perang dunia ke 3. Setiap negara seakan terus berlomba-lomba mulai berkembang di berbagai ilmu pengetahuan. Walaupun perang dianggap sebuah titik balik dari semua kemajuan ini, tapi tak ada sedikit pun yang pamanku ceritakan saat kecilnya dulu. Ia menganggap aku terlalu muda untuk mengetahui pahitnya kehidupan waktu itu.

    Aku mulai membuka pintu yang ada di depan. Baru buka ratusan angin dingin langsung menyambut. Semua begitu dingin, jauh lebih dingin dibanding di dalam selimut yang hangat.

    Mulai melakukan langkah keluar dari tempat aku terbaring. Di jalanan semua tampak begitu sunyi, tak ada satu pun yang lewat, yang nampak hanyalah sampah dan dedaunan lantaran angin dan gerimis di sepanjang malam. Semua tak ubahnya habis dijatuhkan semuanya. Dari tempat ini, mata pun mampu melihat sekolah yang begitu jauhnya. Bisa dibayangkan, sebesar apa sekolah bila sudah sampai di sana.

    Sebenarnya tempatku belajar hanyalah sekolah swasta. Namun ada yang membuatnya jauh berbeda dengan sekolah yang lain. Di sekolah tersebut memberikan kebebasan dari pembayaran terutama bagi siswa yang berprestasi. Syaratnya selain siswa itu lulus secara akademi, ia juga harus mempunyai prestasi yang begitu banyak. Maka bisa dikatakan hanya yang benar-benar beruntung saja yang bisa masuk ke sana. Bila tidak, maka orang tua yang haus akan prestasi dari anaknya harus mengeluarkan uang yang tentunya tidak sedikit. Kini, aku adalah satu dari ribuan anak yang beruntung itu.

    Sekolah itu sendiri didirikan oleh Biosphere Cooporation, sebuah perusahaan raksasa yang paling maju saat ini. Dengan semua kelebihannya maka bisa dibayangkan betapa mudahnya untuk mendapat pekerjaan atau pun melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Maka tak heran bila sekolah itu dianggap paling maju dan paling favorit melebihi sekolah lainnya.

    “Semangat nih!, Aldi mau ke sekolah ya.” Tegur seseorang dari belakangku

    “Eh, pak Agus!” jawabku agak sedikit kaget. Aku pun mulai menengok ke belakang dan ternyata memang benar, ia adalah Pak Agus pemilik kos tempat sekaligus pamanku. Melihat dia yang sudah memakai baju lengkap beserta peci di atas kepalanya. Perawakannya agak sedikit tua, ia terlihat begitu religius, hanya dengan memperhatikan apa yang ia pakai pasti semua orang tahu bila ia merupakan menganut agama yang begitu taat.

    “Sistem edukasi sekarang semakin ketat saja ya, tak seperti zaman dulu.” Ucap pak Agus padaku lagi. Perlahan ia mendekat dan duduk tepat sampingku. Ia tampak melihat jauh ke depan sambil menatap tenang. Sejenak, aku sedikit bisa merasakan perasaan hangat darinya.

    “Ia tuh pak, dulu sekolah biasa masuk pada pukul tujuh pagi. Kini sudah berubah menjadi jam enam, bangun pun terpaksa harus lebih pagi.” balasku lagi.

    “Apakah kamu sering kerepotan?”.

    “Sebenarnya sih enggak, hanya saja aku jadi enggak punya persiapan pas lagi pagi aja. Tapi walaupun waktunya lebih siang, aku tetap masuk pagi kok.” Ucapku memberi alasan.

    “Kamu ini benar-benar sama seperti bapakmu. Kalau pergi ke sekolah selalu datang pergi pagi-pagi. Di sekolah juga ia begitu terkenal. Ia selalu mendapat nilai paling tinggi dari kami semua, waduh nak maaf jadi membahas yang sudah lama”

    Perlahan aku menundukkan wajah lalu menghembuskan nafas dari mulutku. “Rasanya sulit bagiku untuk bisa menyamainya lagipula aku sendiri tak pernah bertemu dengannya.” ucapku pelan.

    Mendengar jawaban itu, ia pun mulai tersenyum, “Nak, sebenarnya sejak kecelakaan itu bapak sering khawatir sama kamu. Bapak tahu masa kecil ku pasti sangat sulit. Tapi bapak senang kamu bisa sekolah hingga sekarang.”

    “I, iya pak, Aku juga senang paman mau membantu sejak awal bersekolah, bisa bingung sendiri kalau enggak ada bapak.”

    “Sama-sama nak, jadi gimana sekolah nya, lancar-lancar aja?”

    “Sampai hari ini lancar aja pak, do'akan aja pak hari ini lancar semuanya”

    Aku pun hanya membalas nya dengan senyuman. Terkadang ucapannya membuat teringat tentang ayahku. Sejujurnya diri sendiri tak pernah melihat wajahnya walau hanya sekalipun. Bila ia melihatku, ia pasti membicarakan dirinya. Dia bilang, wajahnya seperti aku dan mataku sama seperti mata ibuku. Ketika tersadar, kuhanya bisa membayangkan dirinya saja.

    Walaupun tak pernah bertemu dengannya, namun diriku teramat senang masih ada yang peduli padaku. Berkat bantuannya, aku bisa sekolah di sini. Sebuah tempat yang begitu murah nya bisa kudapat di tengah tingginya harga barang di saat sekarang. Sebenarnya dia ingin sekali membantu dengan tak membebaniku semua biaya, namun aku sangat malu untuk menerimanya. Memang bila dilihat dari tempat ini memang agak jauh, tapi bila jalan semuanya pasti tak terasa.

    ***​

    Perlahan rintik air kian datang dari atas langit. Aku sadari harus ke sekolah secepat mungkin. Dengan segera mulai mempercepat langkah kakiku. Sesekali pandangan menatap langit yang berawan. Nafas sedikit terputus dan terasa agak lelah, namun aku khawatir akan terguyur hujan nantinya.

    Begitu mendekat, seketika saja aku mulai melambatkan langkah. Aku coba dengan tenang memasukkan ID card milikku pada sebuah lubang yang ada di dekat gerbang dan perlahan gerbang pun terbuka

    Tak berselang lama sebuah hologram tiba-tiba hadir di depanku. Ia tampak melayang bebas di udara. Rupanya seperti layaknya sebuah bola logam yang berwarna kuning ditambah mata lensa yang yang terkesan sedang menatap ke arah diriku. Selain itu ada tangan pada kedua sisinya.

    Selamat datang, Aldi!” Ucap hologram yang ada di depanku.

    “Selamat pagi, Charlie.” balasku langsung.

    Suhu tubuhmu normal tapi denyut nadimu sangat tak teratur pagi ini. Apa yang terjadi denganmu?

    “Tidak ada. Hanya saja aku terlalu terburu-buru ke sini untuk terhindar dari hujan.” Jawabku langsung.

    Ia adalah Charlie, sebuah Artificial Intelligence (A.I.) yang bertugas mengurus semua jaringan di sekolah ini. Sejak pemerintahan yang terbaru, ia sudah ada sejak sekolah mulai dibagun. Sudah menjadi aturan tersendiri bila sebuah sekolah minimal mempunyai sebuah A.I. di dalamnya. Selain itu, ia pun bertugas mengatur jadwal siswa di sekolah serta mengawasi dan memonitor perkembangan maupun mental mereka.

    Di depan sebuah ruangan kelas aku bersandar sembari menahan lelah pada diriku. Kakiku kini benar-benar lemas. Aku bisa merasakan denyut nadiku belum berjalan teratur. Perlahan aku mengangkat kepala sedikit dan melihat ke arah langit. Semua tampak begitu gelap, yang terlihat hanyalah awan mendung dan rintik kecil yang bergerak samar dan berganti dengan deras nya hujan datang mengguyur. Suara-suara gemuruh datang hingga mengguntur pun mengikuti. Aku mengeluarkan nafas panjang. Untung saja aku cukup cepat berlari. Kalau tidak, aku bisa basah kuyup saat perjalanan tadi.

    Tak berselang lama sebuah mobil hitam masuk melalui gerbang dan perlahan mulai melambat dan memakirkan tepat di tak jauh di depanku. Mobil itu tampak sedikit melayang di udara. Memang, mobil jenis ini kian hadir pada beberapa puluh tahun terakhir.

    Prinsipnya yaitu memberikan medan medan magnet yang cukup seakan mobil itu tampak melayang di udara seperti pada kereta magnet di awal awad dua puluh satu. Namun tak sesederhana itu. Seperti magnet pada umumnya, untuk mengimbanginya setiap jalan harus mempunyai medan magnet serupa agar mampu menahan beban pada mobil. Semua hal itu tak lepas dari kerja keras Thomas Müler, seorang profesor jenius yang telah membuat semua keajaiban di awal abad ke-22. Perlahan satu persatu mobil pun mulai menerapkan teknologi serupa yang kemudian menjadi perkembangan terbaru di dunia otomotif.

    Bila menerapkan prinsip mobil saat ini, maka sangat jelas bila berat ringannya mobil akan menentukan magnet berjalan stabil atau tidak. Namun, mobil dengan ukuran sebesar itu membuatnya terlihat begitu langka. Asitektur yang mewah telah menjadi salah satu daya tariknya. Tak lama berselang, dari pintu depan keluar seorang pria tua yang kemudian membukakan pintu bagian belakangnya. Tampak dari pintu itu seorang remaja yang perawakannya seperti orang-orang di Eropa sana. Wajahnya begitu putih dengan rambut lurus yang berwarna hitam.

    Ia adalah seseorang yang menjadi teman akrab ku, Peter Konneker dan sering menyapanya dengan nama Peter. Aku sudah jauh mengenalnya sejak duduk di bangku SD. Ia tergolong keluarga yang begitu kaya. Ayahnya merupakan berkewarganegaraan Inggris dan ibunya adalah orang asli Indonesia. Ia juga merupakan anak tunggal dari perusahaan yang mendirikan sekolah ini. Kami sudah berkenalan sejak pertama kali kami duduk di bangku sekolah dasar. Sejak itulah kami terus berteman hingga sekarang.

    Perlahan ia berjalan mendekat. Langkahnya terlihat berhati-hati dan berjalan di tiap sisi gedung seperti mencoba agar air hujan tak mencapai dirinya.

    Ia mengenakan seragam sama seperti yang aku kenakan sekarang. Dengan pepaduan jaket berwarna merah tua lalu ditambah dasi yang berwarna biru. Semua cukup rapi selaras dengan celana panjang yang berwarna putih.

    "Sekarang masih agak hujan, ayo kita ke dalam aula!" Peter.

    Aku pun kembali membuka buku panduan siswa dan di sana juga tercantum lokasi-lokasi yang ada di lingkungan sekolah. Setidaknya sekolah memiliki sembilan gedung utama. Gedung yang paling depan yang dekat dengan gerbang merupakan gedung serba guna dan terkadang menjadi aula. Selanjutnya ruang khusus guru, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang olahraga air, mushola dan sisanya adalah ruang belajar dan mengajar.

    Kami pun mulai memasuki bagian aula. Ruangannya begitu besar dan luas. Tampak ada beberapa orang sedang mempersiapkan segala sesuatu di depan podium. Kursi pun sudah disusun rapi di seluruh ruangan lalu kami pun mulai duduk di kursi yang telah tersedia.

    Perlahan satu-persatu murid mulai masuk dan suasana pun berubah menjadi ramai. Tak berselang lama acara pun dimulai. Tampak seorang gadis berdiri di atas podium menjadi pembawa acara. Kemudian berlangsunglah acara utama dengan penyampaian dari kepala sekolah di podium kepada kami semua.

    Setelah acara selesai, para murid mulai mencari ruang kelas masing-masing. Aku sendiri masuk Kelas 1-A dan untungnya Peter satu kelas denganku sehingga kami bisa mencarinya bersama-sama. Awalnya aku mengira mencari ruang kelas sendiri bisa begitu mudah tapi ternyata butuh waktu agak lama. Setelah menemukan, aku mulai duduk di kursi bagian tengah kelas yang juga bersampingan dengan Peter.

    Entah kenapa, rasanya semua yang ada di dalam kelas mulai memandangi kami terutama dari kalangan perempuan. Tentu tak ada satu pun yang tak tahu, Peter merupakan anak pendiri sekolah ini. Apalagi, tampilannya yang tampan yang jauh berbeda dengan laki-laki Indonesia kebanyakan. Pastinya bila dikatakan kami sudah berteman sejak kecil akan banyak yang tidak percaya.

    Bel tanda kegiatan belajar dimulai. Tak lama seorang guru mulai memasuki ruangan kelas. Beberapa teman-teman yang lain pun mulai terdiam. Tampak sebuah buku absen di pegang olehnya yang seolah ia ingin tiap muridnya mengenalkan diri satu-persatu di depan kelas.

    "Baiklah, Saya guru Farida yang akan menjadi wali murid kalian. Pertama guru minta untuk memperkenalkan diri kalian satu-persatu. Yang pertama, Aldi Hermawan!" ucap guru di depanku.

    Astaga, aku langsung di panggil. Aku malah kalut dibuatnya. Inilah rasanya bila mempuyai nama yang berada di abjad yang pertama, sehingga semua hal yang berkaitan dengan kegiatan belajar harus dimulai dari diriku. Rasanya aku belum siap berdiri untuk memperkenalkan diri di depan semua orang.

    "Aldi, Tak perlu gugup, ayo ke depan!" bisik Peter.

    Teguran itu mulai menyadari bila diriku sedang dipanggil. Aku mulai berjalan menuju ke depan kelas. Saat berdiri di depan semua orang, aku merasa sedikit gugup dan kepala terasa begitu berat dan entah kenapa sekadar bicara pun terasa sulit. Aku pun mulai sadar bila tak mempunyai persiapan saat ini. Aku mulai memandang di sekitar melihat semua teman kelasku dan kini bisa aku melihat Peter yang duduk di tengah kelas.

    "Namaku Aldi Hermawan, salam kenal!" dengan segera aku pun langsung di tempat duduk sambil menunduk.

    Rasanya aku malu akan sikapku tadi, tapi mungkin karena baru masuk sehingga aku sendiri terlalu gugup. Tapi, kuyakin tak lama lagi, aku pasti akan terbiasa.
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Apr 1, 2016
  5. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    hmm, baru prolog? :gadisglek:
    jd ini ttg hacker yg berpetualang dgn keyboard dan sword kh? :gadisbingung:
     
    • Like Like x 1
  6. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    udah kok kakak :smile4:
    ini coman reopen cerita lama :lalala:
    cerita MMORPG ala sword art onlien, hanya repair untuk memperbaiki kekurangan :oggaring:
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Feb 17, 2016
  7. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    buat reserved dulu, file kupindah ke atas :gadisp:
     
    • Like Like x 2
    Last edited: Apr 1, 2016
  8. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    okelah :iii:

    rasa2nya aku jadi pengen ngulang komennya sachichan di karya2mu sebelumnya, soal penempatan kata ganti "-ku" atau "ku-". Yah, gimana yah? secara tata bahasa memang gak pas sih jadinya tiap kali baca bagian itu rasanya eneg juga :iii:

    lewat soal itu, latarnya kurang lebih 200 taun kedepan, tapi penggambaran suasananya masih kerasa kek taun 2008 ato semacamnya. hmm, gak kerasa ada unsur masa depannya sama sekali. munkin bisa ditambah dengan adanya mobil terbang, ato dunia yang rusak, ato semacamnya :iii:

    plotnya sendiri masih belum ketauan sih, jadi ya silakan dilanjut :siul:
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
  9. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    thanks senpai :XD:

    well, ini memang cerita lama, dan anehnya sering jadi titik lemahnya kalau buat cerita :sepi:
    sering terbentur tarsok, nanti kedepan nuansa masa depannya lebih kutambah aja deh :???:



    makasih udah mampirnya:hmm:
     
    Last edited: Feb 24, 2016
  10. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    hmm, settingnya masa depan kah? rada repot juga klo menurut aku.
    klo misal e plotnya ngga ada relevannya ama setting yang bahaya. apalagi klo teknologinya sama aja ama abad 21. :hmm:

    well, ganba~ faighto~ kurescendo~ :onfire::onfire: bab 2 ditunggu. :hmm:
     
    • Thanks Thanks x 1
  11. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    thanks ya, aku rada malu jawabnya, well tapi mungkin updatenya rada lama :malu2:
    don't worry, jauh jauh sebenarnya fokus ane dalam cerita ini pada "planner" pertarungan. mc yang dibuat sedemikian tinggi untuk melengkapi keseluruhan cerita. jadi mungkin harus rada updet teknologi juga. kalau enggak imaginasi ane gak kuat :swt:
    ya, dua minggu sekali lah ku usahain :onfire:



    thank you senpai :onfire:
     
    • Like Like x 1
  12. spinx04 Veteran

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Nov 22, 2009
    Messages:
    1,675
    Trophy Points:
    217
    Ratings:
    +2,539 / -0
    Hmm, udah lama banget gak ngeforum. Aq ikutan komen sebelum tidur ya :malu:

    Dari yang aku baca sejauh ini, dari ceritanya aku ngebayangin dunia yang kembali biasa2 saja, soalnya semua udah pada hancur setelah perang dunia ke 3. So aku cukup setuju kalo setiap negara akan berlomba lomba untuk memenangkan race pencarian pengetahuan yang hilang demi menjadi negara adidaya baru.

    Yang bikin aq sedikit risih itu penggunaan majas perbandingan dan perumpamaan yang rasanya menurut aq kurang menggigit... errr... kurang hiperbola, haha. Misalnya, ketika si Aku ngejelasin dinginnya cuaca di luar, kenapa yang di jadikan perbandingan adalah selimut yang hangat?

    Kemudian, kalimat kepanjangan dalam 1 paragraf memang bikin yang baca capek (aq sendiri masih sering nyangkut dengan kebiasaan ini), tapi sebentar bentar nemu titik juga bikin ngos-ngosan. Kohorensi antar kalimat dalam paragraf juga jadi lebih sulit dibangun. Bikin proper aja, yang penting semuanya saling mendukung dan bahasa kalimat kalimat nya mengalir membentuk satu kesatuan ide

    Kemudian satu lagi. Di awal si Aku cukup deskriptif penulisan nya, tapi kebelakang, terutama bagian dialog, kejelasan siapa pembicara, lawan bicara, dan objek yang dibicarakan menjadi sedikit sulit diikuti dan sempat bikin bingung. Untung nya baru sedikit karakter yang terlibat dalam dialog, ntar kalo udah melibatkan beberapa atau banyak orang pasti bakal jadi nightmare kayak nya.

    Well, cerita nya baru mulai, n sejauh ini menurut aq udah keren konsep masa depannya. Bahasanya juga sebenarnya gampang banget di mengerti. Tapi ya seperti itu tadi, antar kalimat masih kurang hubungan kasih nya menurut aq, I know you can make it better! But, style kalimat singkat2 akan menjadi super bagus kok kalo target pembacanya anak anak. It's totally up to you :siul:

    Cuma pendapat orang gak jelas, mungkin lebih banyak sesat dari bener nya. Mohon dimaklumi ya :maaf:
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    • For The Win For The Win x 1
    • Setuju Setuju x 1
  13. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0

    :sembah:


    ====


    ya, rasanya ane memang perlu banyak belajar, ane akui banyak kesalahan mendasar terutama saat membaca ulang cerita. :oglonggar: majas ataupun gaya bahasa mungkin adalah sebuah hal yang harus dituntut pda era tulis menulis sekarang. ini cerita lama, waktu ane masih belum tahu banyak tentang menulis, ya cerita ketiga dari semua cerita yang pernah ane buat sih :oggaring:.



    Rasanya perlu perombakan besar-besaran. dan makasih buah sarannya ya, sangat membantu sekali :maaf:makasih udah mampir ya :oggomen:
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Mar 15, 2016
  14. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    buat reserved dulu, file kupindah ke atas :gadisp:
     
    • Like Like x 2
    Last edited: Apr 1, 2016
  15. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    Lanjut :top:
    Keknya lumayan bnyk jg dijelasin tech stuffnya d ch ini ya. Semoga nnti ada gunanya d plot :top:

    [​IMG]
     
    • Like Like x 1
  16. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    semoga semua berjalan lancar deh, keknya kalau menambahin tech gini bisa nambah inspirasi :ogblink:
     
  17. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    maaf ya kak, karena kebanyakan ane gabung part 1 dan 2. cerita udah kupindah ke atas :gadisp:
     
    Last edited: Apr 1, 2016
  18. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Chapter 2 | Game Online

    Bel berdentang, tepat jam 2 siang tanda berakhirnya pelajaran sekolah. Dari jendela terlihat langit begitu cerah. Baru saja reda hujan yang mengguyur sejak tadi pagi. Aku pun merapikan buku-buku milikku. Satu persatu murid pun sudah mulai melangkah pergi.

    "Hei, kelas hari ini sudah selesai, bagaimana kalau kita main 'Knight of Destiny' di game center aja? Tanya Peter yang masih merapihkan buku miliknya.

    "Mungkin nanti. Aku sendiri harus siap-siap buat ke depannya nanti. Jadi, sekarang masih belum bisa." balasku langsung.

    "Itukan masih lama acaranya."

    "Tapi, hari ini aku ..."

    "Sudahlah! Sekali-sekali kita nikmati dulu di hari-hari pertama di sekolah!" ujar Peter menyela.

    Aku mulai melirik Peter yang berdiri di sebelahku. Sebenarnya ada yang harus kulakukan begitu sampai di rumah. Lagipula, aku hendak mendaftarkan diri di festival teknologi dua bulan lagi. Tapi rasanya ia akan terus memaksaku sampai aku menuruti keinginannya.

    "Baiklah, tapi jangan lama-lama, ya!" Ucapku pasrah sambil menghela nafas panjang. Kami yang sudah merapihkan buku di atas meja langsung melangkah meninggalkan kelas.

    Sesampai kami keluar kelas, siang terik terasa menghangatkan tubuh dan angin lembut langsung datang menemui. Tak jauh, di depan gerbang tampak seseorang berdiri menunggu di depan mobil. Ia pun menyambut Peter dengan membukakan pintu bagian belakang untuknya disusul dengan diriku. Duduk melihat jauh di balik jendela membuatku bisa merasakan mobil sedang melaju kencang namun tak satu getaran pun yang bisa terasa.

    Tak berselang lama, kami pun sampai di tempat tujuan. Di sini agak ramai ternyata, banyak orang lalu-lalang di depan pintu. Begitu kami mulai memasukinya, suasana justru jauh berbeda. Tampak di sekeliling ruangan dipenuhi dengan incubator yang mirip seperti sebuah cangkang telur. Masing-masing terlihat begitu besar dan di sisi depannya terbuka yang merupakan bagian pintunya.

    Tak jauh di depan pintu. Peter pun mulai berbicara dengan yang menjaga tempat ini.

    "Apakah masih ada ruangan yang tersisa?" Tanya Peter.

    "Iya masih, tapi hanya ada dua ruang lagi. Tempatnya ada di 'basement' lantai bawah di ruang 37 sama 38. Kedua ruangannya kosong kok." ucap pria itu kepada kami.

    "Sepertinya hanya di ruangan bawah yang tersisa. Ikuti aku dari belakang saja, ya!" Ucap Peter. Aku pun mulai berjalan mengikutinya. Beberapa meter di depan terlihat sebuah tangga, Peter pun menuruninya diikuti aku yang ada di belakang. Tak lama, Peter pun berhenti di sebuah ruangan.

    "Baiklah nanti kamu pergi ke tengah-tengah kota, ya. Aku tunggu kamu di sana." terangnya. Setelah itu Peter pun masuk ke dalam Incubator yang tertulis nomor 38 lalu menutup pintunya.

    Pintu Incubator nomor 37 pun juga tampaknya sudah terbuka dan perlahan aku mulai memasukinya. Di dalam ada tempat tidur lengkap dengan helm yang ada di sampingnya. Bentuknya kurang lebih mirip seperti helm yang ada sekarang. Hanya saja, beberapa ada kabel mencuat di belakangnya. Aku mulai memasangnya di kepalaku.

    "We will scan your body, Pease wait any moment... " suara mesin vr berdengung memberitahuku sambil menulis yang ia katakan di layar kaca.

    Dengan semakin berkembangnya teknologi, Virtual Reality generasi terbaru mampu mengambarkan dunia virtual lalu mengirimkannya ke otak. Mesin diatur untuk memeriksa kondisi tubuh dan memberi peringatan bila sudah tak memungkinkan untuk melakukan permainan. Selain itu, mesin pun mampu untuk log off secara otomatis bila pemain sudah bermain cukup lama.

    Sembari menunggu, aku memasukkan media penyimpanan portable yang sengaja diselipkan di kantong baju. Bila dibandingkan dengan pendahulunya, ukuran yang sekarang jauh lebih kecil, namun memiliki media penyimpanan yang jauh lebih besar. Ukuran yang aku punya sekarang pun sudah mencapai 8 TB.

    "Scaninng is complete!"

    "Welcome!"

    Mendadak seluruh ruangan berubah menjadi gelap membuatku tak terlihat apapun. Perlahan tampak dari kejauhan muncul setitik cahaya disusul dengan berbagai warna lainnya yang mulai mendekat seakan aku berada di ruangan yang berbeda. Ruangan seakan tak punya gravitasi sama sekali. Semua terasa begitu ringan.

    Tak lama, aku melihat pilihan permainan. Aku memainkan jemariku memilih satu diantara sekian permainan yang ada. Begitu nama permainan itu terlihat, aku pun memberikan sentuhan lebih lama.

    "Are you sure?"

    Suara mesin vr kembali terdengar. Seketika muncul dua pilihan layar antara 'Yes' dan 'No'.

    'Knight of Destiny adalah permainan yang sedang Peter mainkan. Kemudian aku pun akhirnya memilih 'Yes'. Tak ama seluruh ruangan berubah menjadi terang membuatku menutup mataku seakan membawaku ke dunia yang berbeda.

    ***

    Aku mulai membuka kedua mataku. Begitu terang menyilaukan, terlihat langit luas terbentang di hadapanku. Sekilas, puluhan monster terbang tinggi mendominasi langit membayangi diriku. Terlihat di kejauhan bangunan yang begitu besar dan megah berasa ditengah-tengahnya. Semua yang pastinya takkan pernah bisa ku lihat di dunia nyata.

    Sesuai perjanjian, aku harus ke tengah-tengah kota. Sekali-sekali tampak bangunan yang begitu khas ditambah dengan berbagai makhluk aneh yang tak pernah ada di dunia nyata. Di sekelilingku pula terlihat banyak penjual yang tengah berjualan di sisi jalan. Walaupun tempat ini seperti pasar dan begitu ramai, hampir setiap orang yang ditemui mempunyai wajah mirip denganku. Wajahku rasanya biasa-biasa saja, mungkin ke depan aku akan mengubahnya sekadar membedakan penampilanku dengan yang lain.

    Tak berapa lama langkahku terhenti pada seseorang yang bersandar di sebuah tiang besar. Ia Memakai armor yang berwarna putih dengan kombinasi garis yang berwarna merah. Di sini ramai, namun tampaknya hanya dia yang terlihat berdiri menunggu sesuatu. Aku pun mulai mendekatinya.

    "Permisi, apa kamu Peter?"

    Ia pun mengalihkan pandangan membuatku bisa melihat ekspresi datarnya tertuju padaku." Kau lama sekali! Penampilanmu juga biasa, memang levelmu sudah sejauh apa?"

    Sejenak aku melihat level milikku sendiri yang ada dekat menubar. "Masih level 4 sih,"

    "Apa, masih segitu!" ucap Peter yang tampak mengedutkan dahinya.

    "Memangnya kenapa?"

    "Kukira kau hanya bercanda bila baru tahu tentang game ini. Memangnya di bumi ini kamu ngapain aja? Ini game pertamamu ya?

    Aku tersenyum kering mendengarnya.

    Memang harus kuakui dalam urusan game Virtual Reality, aku masih jauh dengannya. Aku saja baru kemarin mendaftarkan akun milikku usai diberitahu olehnya beberapa hari yang lalu. Sebenarnya, game ini sudah booming cukup lama. Hanya saja, aku sering berutak atik di bagian sistem atau pun pada teknologi VR yang sedang mereka kembangkan. Lagipula, ini bukan satu-satunya game yang aku mainkan.

    "Kamu pilih Class guardian, ya?"

    "Ya, seperti yang kau lihat." balasku singkat. Aku yakin ia pasti langsung tahu begitu melihat tameng yang cukup besar nyaris menutupi lenganku.

    Di game ini, terdapat 7 class dan semua tergantung keinginan pemain. Warrior, Guardian, Monk, Assasin, Archer, Healer dan Rider. Diantara beberapa Class yang ada, aku pilih adalah Guardian yang cenderung bermain bertahan. Ada beberapa pemain yang mungkin memilih Class yang sama sepertiku. Hanya saja, aku memainkan game cenderung sebagai developer. Maka bila dipilih class mana yang membuatku bisa bermain lebih lama, maka sudah pasti Guardian menjadi pilihan yang paling tepat.

    "Aldi, lakukan yang seperti ini ya!" ucap Peter. Tak lama aku melihat Peter yang tampak menggerakkan tangannya ke udara. Seketika saja muncul sebuah layar di depannya. "Pada bagian menu, kamu pilih 'Accesoris', lalu pilih item 'Clock' yang berada di bagian paling bawah. Ini adalah aplikasi yang lebih berguna ketimbang seluruh item yang kamu punya."

    "Jam?!"

    "Iya, jam. Ya sudah kamu enggak usah banyak tanya, kamu cukup atur seperti yang aku perintahkan!" Ucap Peter yang tampak sedikit mengabaikanku.

    Hanya mendengarnya cukup membuatku bingung. Aku pun melakukan sesuai yang Peter perintahkan. Kini tampilan jam awalnya hanya benda bulat polos dengan dua jarum bertambah rumit dengan ada jam digital, petunjuk hari serta berapa lama aku bermain di game.

    "Tapi, bukankah ini hanya aplikasi biasa?"

    "Ya memang aplikasi biasa." Peter menjawab ringan.

    "Kalau begitu kenapa ini lebih penting ketimbang semua item yang aku punya?"

    "Kurasa karena kamu baru, tapi apakah kamu tahu, hampir di setiap tempat tak bisa menemukan sesuatu sebagai petunjuk waktu?" Terang Peter.

    "Benarkah? Tapi, mengapa hal yang sederhana itu justru bisa terjadi?" ucapku heran.

    "Walaupun sudah menghabiskan banyak waktu di sini, suasana takkan ada yang berubah. Begitu kau melihat langit, matahari pun akan tetap berada di atas sana. Mereka beralasan agar setiap pemain bisa bermain tanpa terikat waktu namun semua agar pemain tak tahu berapa lama waktu yang ia habiskan. Lalu, semua berakhir ketika pemain menyadari ketika tubuh sudah mengalami sakit atau bahkan lebih parah."

    Penjelasannya cukup membuat diriku meneguk ludahku. Aku tak menyangka, permainan justru dikembangkan hingga sejauh itu.

    Tiba-tiba sebuah layar transparan muncul mengalihkan perhatianku. Lalu, kubawa jariku perlahan membuka pesan yang ada di dalamnya.

    "Ada apa, Aldi?" Peter bertanya heran.

    "Enggak ada, Aku hanya ingin memeriksa data-dataku saja." jawabku pelan. Sudah dari tadi aku menunggu, namun baru sekarang data ini muncul. Data ini adalah code untuk A.I. yang sedang ku kembangkan. Awalnya, aku berniat untuk menghabiskan waktu pulang sekolah untuk memperbaiki beberapa datanya dan rasanya bila memperbaiki di sini akan jauh lebih merepotkan.

    Tak lama terdengar suara keributan, namun terjadi di tempat yang agak jauh. Sulit bagiku untuk melihatnya dari sini. Tak lama, Peter mulai menggerakkan jarinya di udara dan mengaktifkan skill miliknya.

    <Hawk eyes - Active>

    "Apa yang terjadi di sana?"

    "Kalau dari pakaiannya, mereka sepertinya berasal dari guild yang sama. Lebih baik kita lihat dulu keadaan di sana." Terang Peter yang masih sulit melihat jelas walau telah menggunakan skillnya.

    Rasanya kejadian ini lumayan menghebohkan. Kami pun dengan segera mendekati tempat kejadian. Begitu sampai di sana, tampak mereka seakan hendak memaksa perempuan itu ikut bersama mereka. Namun tak ada satu orang pun yang membantunya.

    Sekilas mereka mengenakan armor berwarna hitam dengan garis berwarna ungu. Mereka pun tampak dari Class yang berbeda-beda. Seseorang yang membawa pedang tampaknya berasal dari Class Warrior, satunya yang membawa belati kecil berasal dari class Monk, dan yang terakhir yang membawa tongkat berasal dari class wizard.

    "Hei, cukup! Kalian tak perlu memaksanya begitu!" Ucap Peter menengahi.

    Tak lama perempuan itu mulai bersembunyi dibalik kami berdua. Aku bisa merasakan perempuan itu ketakuan. Rasanya aneh, hanya sekedar permainan mereka sampai bersikap keras yang bahkan tak mau membiarkannya pergi begitu saja.

    Salah satu dari mereka tiba-tiba maju mendekati kami. "Kami hanya ingin tahu kenapa salah seorang dari tiba-tiba menghilang. Sebaiknya kau tak perlu menghalangi sebab kami takkan pergi sebelum membawanya ke ketua kami!"

    "Begitukah! Kalau begitu, sampaikan padanya mulai sekarang ia akan masuk ke dalam kelompokku," Balas Peter.

    "Sialan! Berani sekali, seakan kau tak kenal kami merupakan guild terbesar di sini!" Suara serak menghardik datang dari mereka.

    "Aldi, biar aku yang mengurusnya," ucap Peter yang nyaris berbisik di dekatku.

    Aku pun mulai menjauh beberapa langkah darinya. Peter akan benar-benar serius, tak ada rasa canggung darinya walaupun jumlah lawan yang dihadapi lebih banyak. Suasana semakin gaduh, kerusuhan kian memuncak. Terjadi hiruk-pikuk di tengah kota yang datang dari semua orang.

    Selain di arena, pertarungan apapun yang berada di dalam kota takkan di izinkan sebelum dilakukan perjanjian terlebih dahulu oleh para pemain. Tampaknya, Peter sendiri yang mengirimkan surat tantangan dan mereka menyetujuinya. Setelah perjanjian telah di setujui, sebuah layar transparan terlihat di udara memperlihatkan pertandingan antara Peter melawan 'Necromancer' yang merupakan guild mereka bertiga.

    Peter mulai memainkan jarinya di udara lalu menghadirkan cahaya dan perlahan membentuk sebuah pedang besar yang tajam di kedua sisi. Sebuah layar transparan dari sepuluh mulai menghitung mundur. Ketika angka sudah mencapai akhir, pertarungan pun dimulai.

    Mereka memulai serangan. Salah satu dari mereka yang berasal dari class wizard mengangkat tongkatnya ke depan dan memunculkan dinding sihir.

    <Tornado Flame! - Active!>

    Dari dinding sihir muncul begitu banyak bola api yang menyerang ke arah Peter yang dengan mudah menghindarinya ke samping. Namun tiba-tiba api itu berubah arah dan menjadi pusaran api yang terus berputar mengepungnya. Di sisi yang lain, beberapa rekan yang lain mulai mendekati Peter dan juga mau mengaktifkan tehnik mereka dari jarak lebih dekat.

    Aku terkejut, Peter terlihat terdesak. Rasanya semua darahku berkumpul di dada dan membeku seketika.

    Tiba-tiba dari kepungan api terlihat sebuah pedang terlempar ke atas. Ketika musuh mulai mengaktifkan sihir, saat itu juga serangan kejutan muncul dari pusaran api berupa lemparan pedang yang begitu cepat. Keduanya bisa menghindar, namun seseorang dari class wizard tak bisa menangkisnya membuat badai api perlahan menghilang. Dalam sekejap, semua terdiam sunyi seakan tak percaya serangan mereka menjadi sia-sia.

    Tanpa membuang waktu, Peter langsung melakukan serangan cepat ke depan. Pedang besar yang dibawa olehnya terbelah dua membuatnya mampu menggunakan pedang di kedua tangannya. Begitu dekat, Peter langsung melompat tinggi. Mata memang sulit mengikuti pergerakan yang lurus secara tegak sehingga musuh tak mampu mengikuti gerakan Peter yang sudah berada di atasnya. Sekejap saja, Peter memberi tebasan bertubi-tubi di udara dan merubahnya benjadi berkeping-keping cahaya.

    Mereka mulai ketakutan. Tak lama musuh melihat salah satu rekannya yang masih tak bisa bergerak karena menerima serangan. Ia terlihat terkejut seakan menemui sosok yang jauh lebih kuat dari yang mereka bayangkan.

    "Lebih baik kalau kalian pergi! Sampaikan padanya kalau perempuan ini jadi urusanku." ucap Peter.

    Tanpa menunggu lama, kedua orang itu pergi begitu saja. Ia pun mengambil kembali pedang tersebar di lapangan lalu menyatukannya kembali menjadi satu pedang yang besar. Sorak sorai terdengar dari seluruh kota seakan menjadi tanda kemenangan buat Peter.

    "Kau hebat sekali! Bagaimana kau bisa melakukannya?" Tanyaku agak sedikit heran.

    Peter mulai berbalik, ia melihatku sambil mengubah pedangnya kembali menjadi cahaya. "Saat terkepung api, aku sengaja melempar pedang ke atas untuk memastikan posisi mereka dari bayangan yang terpantul pada sisi pedang. Lalu, sisanya aku tinggal melempar senjata tepat mengenai mereka."

    "Jadi, kau lakukan itu semua?"

    "Dibantu dengan skill penglihatan. Tapi jauh dari itu semua, rasanya musuh tak sadar kalau api yang diciptakan justru menutupi pandangan dan akhirnya kekacauanlah yang membunuh di saat semua sudah kehilangan ketenangan." terang Peter.

    Diriku kini terkagum akan penjelasannya. Dia benar-benar mampu memenangkannya. Ku yakin ia tak mungkin sanggup melakukan semuanya, kecuali sudah mempunyai pengalaman yang tak terbayangankan.

    "Maaf, biarkan aku perkenalkan diri, namaku Angela. Anda pasti Layton, dan juga ketua dari salah satu sepuluh guild terkuat, 'Chevalier Blanc'. Aku sering mendengarmu, tapi baru sekarang aku melihat secara langsung." Sapa perempuan itu riang.
    "Ya, memang benar, bila tertarik kalian bisa bergabung dalam guild kami." Seketika saja ia menggerakkan tangannya. Lalu tak lama dari diriku muncul sebuah layar berisi pesan permintaan di depanku. "Usernameku di sini adalah Layton. Salam kenal ya Aldi."

    Sesaat aku terkejut melihat levelnya yang cukup tinggi yang telah mencapai 96. Semua telah usai, mungkin ada baiknya bila pergi dari sini.

    Ketika mulai melangkah entah mengapa pandanganku mendadak kabur lalu berubah menjadi gelap. Begitu tersadar, aku sudah terduduk di dalam Incubator dengan mesin virtual reality yang masih terpasang di kepala.

    "Apa yang terjadi?" ucap ku dalam batin.

    Sejenak fikiranku melayang pada sesuatu hal yang membuatku log off dengan sendirinya. Rasanya kepalaku terasa sakit. Dengan ujung jemariku, perlahan aku mengusap hidung yang rasanya sedikit nyeri. Sekilas kumelihat ujung jemariku terlihat berwarna merah seperti darah. Sekujur tubuhku gemeretak, dengan segera aku meletakkan emulator dan langsung keluar dari Incubator. Tak berapa lama, pintu incubator di sebelahku ikut terbuka.

    Dari dalam muncul seseorang yang sedang memakai jaket sembari memakai tudung di kepalanya. Aku sama sekali tak curiga, namun anehnya ia terus melihatku. Kami pun saling pandang cukup lama membuatku bisa mengenal wajahnya. Aku pun menoleh ke belakang sejenak mengira ia pasti menatap orang lain. Namun itu pun salah, tak ada seseorang di belakang. Begitu kembali melihatnya, ia justru berbalik lalu pergi meninggalkan ku.

    Entah apa maksud dari sikapnya, semuanya hanya menimbulkan tanda-tanya. Tapi aku bisa merasakan firasat buruk yang akan terjadi di waktu yang tidaklah lama.
     
    Last edited: Apr 1, 2016
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.