1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic The Great Indonesia-Man

Discussion in 'Fiction' started by Numbertwo, Sep 3, 2015.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : The Beginning
    Chapter 1 - Berawal Dari Mimpi

    Mimpinya selalu terjadi berulang-ulang, entah apa dia berada dalam kasur yang salah atau kurangnya berdoa tadi malam. Dalam mimpi itu tangannya dipegang oleh seorang wanita, sekitar berumur 35 tahun. Rambut coklatnya berkilauan, bola matanya sangat biru. "Ayo nak kita jalan-jalan," seru wanita itu. Sang anak hanya tersenyum dan mengangguk tanda ia setuju untuk di ajak pergi.

    Mereka berjalan santai keluar dari rumah, udara sore yang dingin saat itu tidak bisa mengalahkan hangatnya hubungan Ibu dan anak. Ibu menuntun anaknya dengan sangat hati-hati, melewati blok demi blok hingga terlihat sebuah taman. Taman itu berbentuk lingkaran dengan air mancur yang menjadi objek vital dalam kawasan itu. Arena bermain tersedia di sini; ayunan, perosotan, jungkat-jungkit. Si anak dengan sigap melepaskan tangannya lalu berlari menuju arena perosotan.

    "Ibu, lihat aku akan meluncur," dengan semangat anak itu berkata kepada Ibunya. Semua tampak ceria dan normal, sebelum langit berubah menjadi gelap. Petir menggelegar dan angin mulai bertiup dengan kencang, sang anak ketakutan dan berlari menuju Ibunya.

    "Bu, aku takut," kata sang anak lirih.
    "Tenang nak, ada Ibu disini tidak usah khawatir."

    Sang anak memeluk Ibunya dengan sangat erat di kedua kakinya, enggan melehmahkan pelukan itu. Keadaan semakin kacau sehingga membuat sang anak menangis. Melihat anaknya menangis, Ibu mulai menurunkan badannya lalu mulai memeluknya sembari berkata, "Ibu akan selalu ada untukmu, jangan menangis lagi nak".

    Mendengar perkataan itu sang anak mulai tenang, ketika sang anak mulai membuka matanya. Sosok Ibu menghilang, cuaca yang tadinya sangat kacau menjadi sangat cerah. Kebingungan dia melihat sekelilingnya banyak anak-anak yang seumuran dengannya sedang bermain bersama Ibu mereka masing-masing. Mereka terlihat sangat nyaman bermain, sang anak mulai panik dan mulai berteriak memanggil Ibunya.

    "Ibu...Ibu....Ibu!!!"

    ...........
    ...........

    "Ibu..!!!", seorang anak muda terbangun dari tidurnya. Banyak sekali selang-selang yang tertempel dalam tubuhnya, terlihat sebuah monitor kecil di sampingnya menunjukan indikator-indikator yang sama sekali tidak ia kenali.

    "Aku dimana?, dimana Ibuku!", anak muda itu terlihat begitu kebingungan lalu ia mencabut semua selang dan mulai meninggalkan kamar itu. Berjalanlah ia, menelusuri tempat itu yang tampak seperti rumah sakit namun sedikit tidak terurus. Penerangan juga tidak begitu bagus, ia meneruskan perjalannya sehingga menemukan sebuah ruangan dengan pintu yang besar. Pintu ini dikunci dengan pemindai retina, ketika ia mencoba mendekati pemindai itu mulai memindai matanya lalu pintu besar itu terbuka dan mengeluarkan suara, "Nomor Tujuh, Akses diterima."

    Sungguh kagetnya dia melihat isi di ruangan itu, banyak sekali kapsul didalamnya. Ada Sepuluh kapsul seukuran manusia dengan nomor yang tertera di masing-masing kapsul. Dia melihat keatas ada sebuah ruangan yang dilapisi kaca. Dirinya Mulai bertanya-tanya, "Tempat apa ini sebenarnya?...Kapsul ini untuk apa?".

    Sesaat kemudian kepalanya terasa sakit sekali sehingga membuatnya berlutut, lalu rasa sakit yang amat dalam membuatnya terjatuh. Pandangan Matanya mulai kabur, pintu terbuka dan dia mendengarkan sebuah nama, kurang begitu jelas. Sesosok orang dengan pakaian dokter mulai mendekatinya.

    "Akhirnya kau sadar juga," kata dokter itu.
    "Kau....siapa?"
    "Kamu cukup kuat sehingga dapat bertahan dan sadar, kini saatnya kamu tidur kembali," dokter itu mengeluarkan pistol dan menembaknya.

    ............
    ............

    Kali ini ia terbangun di sebuah ruangan yang berbeda, tidak ada selang ataupun monitor. Semua normal, banyak poster di dinding dan sebuah komputer. Terdengar suara langkah kaki di luar, suara anak kecil juga terdengar keras. Dia memberanikan diri untuk keluar kamar dan ia sangat terkejut ketika ia melihat banyak sekali anak-anak di sini.

    "Kak...," seorang anak kecil mendekati dan memeluknya.
    "Kakak, ayo bermain," anak itu menarik-narik bajunya.

    Dirinya terdiam, sebenarnya apa yang terjadi. Lalu Munculah seorang wanita, sosoknya sama seperti Ibunya yang ada dalam mimpinya. "Rika, Ka Aldi baru saja bangun, main sama yang lain yah," wanita itu tersenyum lalu Rika mulai meninggalkan mereka berdua.

    "Siapa Anda? kenapa saya ada di sini, lalu kap.."
    "Lebih baik kita bicara di ruang sebelah, di sini terlalu banyak anak-anak," wanita itu memotong pembicaraan.

    Keduanya menuju salah satu ruangan yang ada di rumah itu, seperti sebuah ruangan kepala sekolah. Banyak piala-piala dan foto dokumentasinya, Aldi dipersilahkan duduk oleh wanita itu. Dia mulai mengenalkan dirinya dan menjelaskan kenapa dia ada di sana.

    "Baik, nama saya Sarah dan saya pendiri sekaligus pemilik panti asuhan ini."
    "Panti Asuhan?" Aldi terkejut.
    "Iya benar, ini adalah Panti Asuhan Sarah Mutiara. kamu sudah dititipkan di sini sejak umur kamu baru 5 tahun."
    "Jangan bercanda! baru saja aku melihat kapsul-kapsul dan sebuah ruangan aneh!," Dia menghentak.
    "Itu hanya mimpi, kau baru saja pulang dari kegiatan di kampus dan keliatan sangat lelah."

    Masih tidak percaya dengan yang di katakan oleh Sarah, Aldi lalu keluar ruangan tersebut dengan muka marah dan perasaan yang tidak enak. Dirinya selalu memikirkan tentang kapsul dan ruangan aneh tersebut, tidak mungkin dirinya mengalami mimpi tuk kedua kalinya dalam satu mimpi. Dia lebih memilih beranjak keluar dan memang benar dia berada dalam Panti Asuhan Sarah Mutiara.

    Bangunan panti tidak begitu besar keliatannya belum terlalu lama berdiri namun halamannya luas, dengan cat bernama putih bersih bangunan ini terlihat sangat elegan. Papan penanda panti terlihat di depan, terlihat juga arena bermain yang sama dengan mimpinya. Membuatnya teringat lagi mimpi itu, dirinya lalu memutuskan untuk duduk sebentar di dekat arena bermain. Sesaat kemudian Rika muncul dan mulai mendekatinya lagi.

    "Ka, kakak kenapa?," dengan polosnya dia bertanya.
    "Tidak apa-apa dik, hanya menghirup udara sore hari," sambil tersenyum.
    "Tetapi, itu air mata kakak keluar," menunjuk muka Aldi.
    "Hah? benarkah?," dirinya tidak menyadari dia mengeluarkan air mata.
    "Ayo kak kita main, biar ga sedih lagi."

    Dirinya pun menyanggupi permintaan gadis kecil itu, dia lagi-lagi teringat dengan mimpi yang di alami tadi. Apalagi ketika Rika menaiki perosotan, memorinya kembali mengenang kejadian itu. Waktu sudah senja, Rika pun masuk ke dalam sedangkan dia masih berdiam diri di luar. Ternyata sedari tadi Sarah mengamatinya dan merasa kasihan dengannya, Sarah menghampirinya namun Aldi terlihat tidak senang. Dengan sikap marah dia masuk ke dalam tanpa mengeluarkan satu pun suara.

    Kegiatan di malam hari panti ini sama seperti panti-panti lainnya, mereka memulai acara makan malam. Berbeda dengan apa yang ia lihat saat keluar kamar, seisi panti ini tidak terlalu banyak. Hanya ada Sarah sebagai pemilik, lalu dua orang wanita yang terlihat berumur, empat orang anak kecil salah satunya rika, dan seorang laki-laki dan perempuan yang umurnya di bawah Aldi sedikit.

    Acara makan malam tersebut sangat ramai, karena anak-anak kecil seumuran Rika sangat bersemangat dan riang tetapi tidak mengubah suasana hati Aldi. Dia terus merhatikan Sarah dan muncul pertanyaan dibenaknya, apakah dia orang yang menembaknya barusan. Seusai makan mereka melanjutkan acara selanjutnya, anak-anak kecil sibuk belajar sedangkan dua orang yang seusia aldi lebih memilih bermain game di ponsel mereka sementara Aldi dia masuk ke dalam kamarnya.

    Dia mulai mengamati lagi kamarnya, memang terasa aneh kenapa ia terbangun di dua tempat berbeda. Mungkin hanya mimpi tapi mimpinya begitu nyata. Dia mulai membuka komputernya dan melihat-lihat media sosial yang sudah terbuka, di sana ia melihat banyaknya foto-foto bersama anak panti dan sekumpulan orang yang tampak asing baginya. Lalu ia melihat-lihat lagi kamarnya dan ada sebuah ponsel, ada beberapa pesan masuk diantaranya menanyakan tentang mata kuliah.

    "Aku seorang mahasiswa?," pikirnya. "Bagaimana bisa aku tidak bisa mengingat semua ini?," lanjutnya.

    Sebuah rak buku menggantung di dinding kamarnya, dia melihat buku-buku yang ada di sana. Banyak buku yang membahas tentang informasi teknologi, dan sebuah buku binder. Dia ambil buku binder itu dan mulai melihat-lihat. Ternyata memang benar, dia seorang mahasiswa di salah satu Universitas di Jakarta. Dengan banyaknya pertanyaan yang ada dalam benaknya, dia memutuskan untuk mencari tahu secara lebih detil di Universitas, esoknya. Terlebih mengenai mengapa ia bisa melupakan semua hal dan ada apa dengan mimpi itu, dan misteri kapsul-kapsul yang ia lihat.
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Feb 29, 2016
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : The Beginning
    Chapter 2 - Nomor Tujuh

    Pagi hari di Panti Asuhan Sarah Mutiara, setelah sebelumnya mengalami mimpi buruk dan membingungkan akhirnya di pagi ini dia tidak mengalami mimpi itu lagi. Namun beberapa pertanyaan harus segera ditemukan jawabannya. Kegiatan sarapan menjadi penanda awal aktifitas yang akan di lakukan oleh anak-anak di panti ini, sebelum memulai aktifitas masing-masing.

    Hampir semua anak di sini dapat mengeyam bangku pendidikan, mulai dari anak seumuran Rika sampai anak seumuran Aldi. Belum diketahui dari mana pendiri panti ini mendapatkan uangnya untuk menyekolahkan mereka semua. Menu pagi ini adalah nasi goreng, mungkin yang membuatkan ini adalah dua orang tua yang merupakan bagian panti juga. Mereka makan dengan lahap tapi tidak dengan Aldi, dia terus menatap tajam ke Sarah.

    Setelah sarapan berakhir mereka semua mulai pergi ke tempat sekolahnya masing-masing, sedangkan Aldi berangkat menuju kampus dengan segudang pertanyaan. Jarak dari panti ke kampusnya tidak begitu jauh, hanya membutuhkan 45 menit jika jalanan lengang. Akhirnya dia sampai, Ketika ia berjalan kedalam kampus, dari kejauhan terlihat seseorang melambaikan tangan. Orang itu mulai mendekatinya, lagi-lagi ia tidak ingat siapa orang itu. Orang asing itu mulai berbicara seakan akrabnya dengannya.

    "Hei Aldi, mau kemana?," tanya orang asing itu.
    ".....," dirinya terdiam.
    "Hei, kamu Aldi kan? kenapa bro? engga salah sarapan kan? hahaha", sambil memegangi dahi Aldi.
    "...."
    "Kau butuh penyegaran, sini ikut."

    Aldi tidak banyak bicara dan menuruti kata orang asing itu, mereka berjalan menuju arah kantin. Suasana kantin di pagi masih sepi, hanya ada beberapa penjual yang mulai berjualan. Mungkin ini saat yang tepat untuk menanyakan beberapa pertanyaan untuk orang itu, Aldi memulai dengan pertanyaan yang sangat simpel.

    "Kamu siapa?," tanya Aldi.
    "Hei..hei kawan, itu sebuah pertanyaan? sudah jelas aku Satria kan."
    "Satria?"
    "Ayo Aldi belum saatnya tuk bercanda, lagi galau yah?"
    "Hmm," dirinya mulai mengingat-ngingat apakah ada memori yang tersimpan. "Apakah kau orang yang akrab denganku?"
    "Hei! ada apa dengan mu sebenarnya, kita bahkan sudah berteman sejak SMA!," Satria mulai tidak nyaman dengan sikap Aldi.

    Suasana mulai canggung, bahkan Satria keliatan bingung dan keheranan. Berbeda dengan Aldi, setidaknya dia mendapatkan informasi walaupun sedikit dan tidak ada hubungannya dengan mimpi itu. Tetapi jika mereka sudah berteman sejak SMA berarti Satria merupakan teman dekatnya, dengan rasa penasaran dia mulai bertanya tentang panti asuhan.

    "Sebelumnya aku meminta maaf, tapi aku sangat membutuhkan banyak informasi saat ini, mau kah kau membantu?," Aldi mengajukan penawaran kepada Satria, raut wajahnya berubah dan mukanya menjadi semakin bingung.
    "Sebentar," menghela nafas. "Sikap mu sangat aneh hari ini teman, sebenarnya apa yang terjadi?"
    "Hmm"
    "Hanya 'hmm'? aku ini teman baik mu kau bisa bercerita apa saja dengan ku, jadi sebenarnya apa yang terjadi?"

    Aldi tidak menjawab, mungkin masih ada keraguan dari dirinya untuk bercerita apa yang ia alami kemarin. SMA dan teman baik belum cukup meyakinkannya, semakin lama sikapnya seperti seorang polisi yang mengintrogasi seorang tersangka kejahatan.

    "Apakah kau tahu tentang panti asuhan Sarah Mutiara?"
    "Iya, itu kan tempat tinggal mu, Ny. Sarah sungguh orang yang baik."
    "Lalu? apa lagi?"
    Satria mulai menyerah dan mulai menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Aldi, "Itu hanya sebuah panti asuhan biasa, ada beberapa anak kecil dan beberapa orang yang seusia dengan mu."

    Tampaknya Satria hanya mengetahui sedikit tentang panti asuhan itu, waktu pun berlalu sampai kelas pertama di hari itu di mulai. Satria berjanji akan memberitahunya 'informasi' lain jika Aldi mau bercerita apa yang terjadi dengannya. Waktu begitu singkat hingga kegiatan perkuliahan selesai di jam siang, mereka berdua kembali ke kantin. Aldi mulai memberitahunya tentang mimpi aneh yang dia alami, dan dia menjadi orang yang amnesia lupa akan segalanya.

    Satria terkejut, karena sebelumnya tidak ada hal yang terjadi pada Aldi. Terakhir mereka bersama, keadaan Aldi sangat prima dan tidak menunjukan gejala-gejala aneh. Dia menceritakan apa yang ia ketahui tentang panti asuhan, di sini Aldi mendapat salah satu info penting. Ternyata Sarah Mutiara adalah seorang Dokter Spesialis Syaraf, ketika ia bangun tuk pertama kalinya sesudah mimpi itu tempatnya seperti rumah sakit, mungkin ini ada hubungannya dengan tempat itu.

    Tidak ada lagi yang bisa Satria ceritakan, dia sudah bercerita apa yang ia tahu tentang panti itu. Cara satu-satunya untuk mendapat segala jawaban yang ia tahu hanyalah bertanya langsung ke Sarah Mutiara, pemilik sekaligus pendiri Panti Asuhan. Ia bergegas menuju panti, ia berharap Sarah ada di sana. Jalanan siang ini tidak begitu penuh, ia masih bisa memacu kendaraannya dengan kencang.

    Hal yang mengejutkan terjadi ketika ia sampai di panti, beberapa mobil suv terparkir di halaman panti. Orang-orang berpakaian rapih terlihat dari luar, pintu asuhan juga terbuka. Dia mulai mendekat sampai salah satu menghalanginya.

    "Tenang nak."
    "Hei apa yang terjadi?."
    "Ini bukan urusan mu nak, kau coba urus anak ini bawa ia ke belakang panti," menyuruh rekannya satu lagi.
    "Tunggu! hei...!"

    Aldi pun di bawa ke bagian belakang panti, sebuah ruangan sedikit besar. Dirinya terkejut di sana sudah berada Rika dan anak lainnya, hanya saja dua orang lagi belum ada di sana kemungkinan belum pulang ke panti. Di pintunya ada juga orang berpakain rapih yang berjaga.

    "Diam dahulu di sini, jangan mencoba berbuat sesuatu yang mencurigakan!," kata seorang berpakaian rapih. Setelah pintu tertutup, Aldi meminta Rika untuk menjelaskan apa yang terjadi di panti ini. Rika sangat ketakutan hingga menangis lalu berlari memanggil Ibu Harun yang juga berada di ruangan yang sama. Aldi mencoba bertanya kepada Ibu Harun tentang keadaan yang terjadi sekarang ini.

    "Bu Harun, sebenarnya ap..."
    "Ssttt.... banyak anak-anak di sini, mereka semua ketakutan. Nanti aku akan menceritakannya setelah Ibu Mariana sudah selesai dengan orang di depan itu."
    "Hm..baiklah, tapi dimana Sarah sekarang?"
    "Sarah? maksudmu Ibu Sarah, dia kebetulan sedang berada di rumah sakit."

    Setelah hampir 1 jam menunggu di ruangan itu, akhirnya mereka semua diperbolehkan keluar, anak-anak masih terlihat ketakutan. Orang-orang berpakain rapih itu pun pergi, di depan panti terlihat Ibu Mariana. Ibu Harun lalu mengajak anak-anak memasuki kamar, dan meminta Ibu Mariana menjaganya. Lalu Ibu Harun mulai menceritakan tentang orang-orang yang berpakaian rapih barusan.

    "Orang-orang berpakaian rapih barusan merupakan orang-orang suruhan petinggi pemerintahan," Kata Ibu Harun.
    "Pemerintahan? lalu apa hubungannya dengan panti ini?," tanya Aldi.
    "Ibu Sarah, pemilik sekaligus pendiri panti pernah melakukan kerjasama dengan mereka. Ia bilang kerjasama di bidang kesehatan, itu saja yang saya tahu."

    Terlampau aneh jikalau kerja sama di bidang kesehatan tetapi sampai banyak orang-orang yang berpakaian rapih, mereka semua memakai jas hitam dan dasi hitam. Lebih tepat mereka merupakan badan intelejen negara, pikir Aldi. Di saat menjelang malam, Sarah tiba. Ia langsung di hampiri oleh Ibu Harun dan Ibu Mariana, mereka bercerita. Raut muka Sarah nampak terkejut, Aldi melihatnya dari kejauhan dan ia pun ingin sekali menanyakan tentang semua hal yang membingungkannya saat ini.

    Rutinitas malam mereka lakukan mulai dari makan malam bersama, lalu anak-anak mulai belajar ditemani oleh Ibu Mariana. Sedangkan orang-orang yang seusia Aldi lebih memilih melakukan kegiatannya sendiri. Momen seperti ini dimanfaatkan oleh Sarah, dia lalu memasuki ruangannya di ikuti oleh Ibu Harun. Melihat hal ini Aldi bergegas menuju ruangan, di luar ruangan terdengar suara yang tidak begitu jelas. Memberanikan diri memasuki ruangan tersebut.

    "A...Aldi," Sahut Ibu Harun.
    "Sarah, bisa kau jelaskan sebenernya ada apa ini?," dengan nada sedikit tinggi.
    "Aldi, apa begitu sikapmu? dimana sop...."
    "Biarkan Ibu Harun, saya yang akan menasehatinya kelak," sahut Sarah. "Sekarang Ibu Harun bisa keluar dahulu sebentar, ada yang saya ingin sampaikan ke anak ini," lanjutnya.
    "Baiklah Ibu Sarah," sambil meninggalkan ruangan.

    Setelah Ibu Harun pergi, hanya tersisa mereka berdua saja. Aldi semakin tidak sabaran dan terus meminta Sarah menjelaskan tentang semua, berawal dari mimpinya, ingatan yang hilang, dan ruangan yang dipenuhi oleh kapsul-kapsul. Sarah terdiam sejenak, dirinya belum siap menceritakan semua namun Aldi terus memaksanya sehingga akhrinya Sarah mau menceritakan semuanya, semuanya.

    "Persiapkan dirimu Aldi, jika begitu keras keinginan kamu. maka ini lah jawabannya," jemarinya mulai menekan tombol yang ada di bawah mejanya. Seketika sebuah lemari kaca bergerak kesamping, hampir tidak berbunyi. Terlihat sebuah tangga menuju bawah tanah. Aldi sedikit kaget, dirinya tidak percaya ada sebuah jalan rahasia di tempat panti asuhan seperti ini.

    "Ikuti aku," sahut Sarah. Mereke berdua memulai menuruin sebuah tangga, di ujung ada sebuah pintu. Sarah menempelkan jarinya ke pintu itu, seketika pintu itu terbuka. Apa yang dilihat Aldi kali ini benar-benar di luar dugaan, sebuah rumah sakit yang lebih tepatnya disebut laboratorium. Suasannya tidak asing bagi Aldi, seperti saat pertama kali terbangun dari mimpinya.

    Bagaimana bisa laboratorium besar seperti ini berada di bawah panti asuhan, apakah ini tempat rahasia, ataukah orang-orang tadi berhubungan erat dengan ini, pikir Aldi sembari mengikuti langkah Sarah dibelakang. Sampailah kedua di sebuah ruangan, ada kaca yang melapisinya. Tidak ada apa-apa di balik kaca itu sampai Sarah mulai menyalakan lampunya, dan Aldi terhenyak. Iya, itu adalah sebuah ruangan besar yang berisi kapsul-kapsul yang berjejeran rapih.

    Semua kapsul berjumlah sepuluh, dengan nomor-nomor yang terdapat di bagian depan kapsul. Bagian atas kapsul terdapat sebuah benda seperti tabung infus, hanya saja ukurannya lebih besar maupun selangnya. Semua saling terhubung dengan tabung besar transparan yang berada di sebelah masing-masing kapsul.
    Aldi mulai mengingat ketika ia di tembak di bawah situ, orang yang menembaknya itu bisa saja Sarah.

    "Apa kau yang menembaku saat itu?," tanya Aldi.
    "...." Sarah terdiam
    "Jawab!, lalu kenapa aku terbangun ditempat seperti ini?"
    "Itu karena kau adalah bahan percobaan penelitian ilmiah dan proyek pemerintahan, sama seperti delapan orang lainnya," jawab Sarah.
    "Penelitian?"
    "Benar, sang nomor tujuh. atau sekarang aku bisa memanggilmu dengan code name 4-3-7."

    Akhirnya sedikit demi sedikit kebenaran telah terungkap, walaupun semuanya belum terpecahkan. Namun kejadian ini sangat mengagetkan Aldi sekaligus menambah pertanyaan-pertanyaan yang ada dibenaknya selama ini. Tidak mungkin Sarah hanya dokter spesialis syaraf biasa, namun bisa menjalin hubungan kerjasama proyek penelitian dengan pemerintahan. Sebenarnya proyek apa yang dilakukannya, dilihat dari jumlah kapsulnya berarti bukan dia seorang yang menjadi bahan percobaan. Yang menjadi pertanyaan lagi dalam benaknya, dimanakah yang lainnya? apa mereka semua masih hidup?
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Feb 29, 2016
  4. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : The Beginning
    Chapter 3 - S.I.P.P

    Tak berhenti sampai di situ, Aldi ingin tahu yang sedetilnya-detilnya tentang proyek ini dan Sarah pun bercerita.

    "Sebenarnya proyek ini dimulai sekitar lima tahun yang lalu, proyek ini adalah proyek rahasia milik pemerintah dan beberapa ilmuwan hebat. Proyek ini di namakan Proyek S.I.P.P atau Super Individual Person Project, tak lain untuk membuat manusia-manusia unggulan. Yang saya tahu proyek ini untuk beberapa bidang, seperti pertahanan negara, olahraga, atau bidang sains. Pimpinan proyek ini adalah Prof. Subiantoro, lalu ada beberapa ilmuwan lainnya termasuk saya," Aldi memperhatikan dengan serius. "Kami memproduksi serum khusus, yang kami namai serum SP. Cara kerja serum tidak bisa ditentukan, dia akan bekerja sendiri dengan melihat potensi apa yang dimilik oleh seseorang tersebut. Prof. Subiantoro mencoba serum itu untuk pertama kali pada manusia, hasilnya tingkat intelejensi Prof. Subiantoro meningkat. Dia tidak perlu lagi melihat-lihat modul atau melakukan uji serum, dia bisa langsung membuat formulanya dan memproduksinya dalam jumlah banyak. Melihat kesuksesan serum tersebut, pemerintah tidak segan-segan memberinya biaya untuk penelitian dan dibangunlah laboratorium ini beserta isi-isinya. Panti yang kau tinggali sekarang adalah sebagai kamuflase, karena ini proyek rahasia bahaya jika disalahgunakan," lanjutnya.
    "Lalu?"
    "Akhrinya Prof. Subiantoro meminta sembilan orang untuk dijadikan kelinci percobaan, dia ingin membuat serum inti agar bisa diberikan kepada orang lain tanpa harus memulai dari awal lagi. Kebanyakan dari kelinci percobaan ini adalah anak-anak yatim piatu, dikarenakan lebih mudah mengurus dokumen mereka. Dalam waktu sebulan terkumpul sembilan orang lainnya, terdiri dari enam orang laki-laki dan tiga orang perempuan dengan rentang usia remaja 13-16 tahun dan kamu salah satu dari mereka. Pemerintah dengan ini sangat pintar membujuk kalian, sebenarnya saya merasa kasihan tetapi dengan di imingi-imingi kehidupan yang layak dan pemerintah akan membantu keuangan panti-panti akhirnya kalian bersedia. Sudah terkumpul sepuluh orang termasuk Prof. Subiantoro dan percobaan lebih matang pun di mulai, kalian semua masuk ke dalam kapsul itu, kapsul kalian saling terhubung karena terdapat selang di atasnya. Lalu dimasukan serum SP tersebut kedalam kapsul sehingga kalian semua tenggelam didalamnya. Kesembilan orang itu menjadi panik, mereka ketakutan tenggelam didalam kapsul. Namun sesaat kemudian mereka tertidur dan 'mati'."

    Aldi terlihat sangat tenang, dia memperhatikan Dokter Sarah dengan seksama. Dia ingin mengetahui ceritanya sampai selesai baru ia akan mengajukan beberapa pertanyaan yang masih tersimpan dalam benaknya.

    "Tidak seperti Prof. Subiantoro, kalian membutuhkan waktu seminggu untuk 'bangun' dan mendapati diri kalian sudah berbeda. Untungnya potensi dan kekuatan yang terlihat berbeda satu sama lain, dan bisa di bilang uji coba tahap 1 berhasil."
    "Potensi dan kekuatan."
    "Benar Aldi, saya akan mengurutkannya. Di mulai dari Prof. Subiantoro, kapsul nomor 1. Sebelumnya ia hanya disuntik, namun ketika sudah didalam kapsul intelejensinya meningkat pesat. Dia menjadi sangat jenius dan iq nya mencapai 500. Lalu Kapsul nomor 2, Vandra. Ia seorang perempuan dan hasilnya adalah kekuatan pikiran atau telekinesis, nomor 3 Bandi dengan kecepatannya, 4 adalah kekuatan untuk terbang yaitu Yunita, nomor 5 dapat membuat tubuhnya seelastis karet dan dapat memanjangkan tubuhnya orang ini bernama Gindra, nomor 6 dapat membesarkan atau mengecilkan 10 kali lipat dari tubuhnya ia bernama Ramma, sedangkan nomor 7 yaitu kau Aldi Dirgantara, tubuhnya sangat keras dan kuat, benda tajam dan peluru tidak bisa menembusnya. Lalu ada Hana di nomor 8, kekuatannya tidak begitu istimewa hanya memiliki pendengaran dan penglihatan yang sangat tajam, nomor 9 tidak terlihat secara fisik namun ia bisa bernafas dalam air dia bernama Arya. Dan di nomor 10 ini benar-benar diluar dugaan, dia satu-satunya yang memiliki elemen, dengan kekuatan listrik Ryan bisa mengeluarkan listirk dari tangannya dan tubuhnya."
    "Baiklah sudah cukup tentang potensinya, lalu kenapa aku di beri code 4-3-7 ?, " Aldi mulai bertanya.
    "Hmm...," raut mukanya menunjukan penyesalan.

    Proyek rahasia ini berjalan dengan lancar, sesampainya di bulan pertama. Efek samping mulai dirasakan, mulai dari konsentrasi terganggu hingga hilangnya kesadaran. Sampai puncaknya, Bandi dan Yunita tidak terbangun. Walaupun di monitor tampak mereka berdua masih hidup namun kondisinya semakin menurun, setiap harinya orang-orang ini selalu di cek kesehatannya dengan monitor tanpa terkecuali Prof.Subiantoro. Untungnya uji sampel dna orang-orang yang terlibat sudah diambil dan disimpan. Keadaan mereka semakin parah di hari-hari berikutnya sedangkan Aldi dan yang lain menunjukan kemajuan. Di tengah kebimbangan, ilmuwan lain menyarankan agar dua orang itu direlakan dan mencari penggantinya. Namun dengan biaya yang sangat besar dan potensi yang sudah ada rasanya sangat disayangkan kalau talenta mereka berdua disia-siakan.

    Prof. Subiantoro mengambil langkah yang berani yaitu mencoba menggabungkan dna mereka berdua kepada yang lainnya, tentunya ide ini di tolak mengingat setiap dna manusia berbeda-beda dan unik. Di khawatirkan semua yang sudah dilakukan menjadi berantakan dengan ide ini. Namun tidak ada waktu lagi untuk mendebatkan hal ini, lalu semua memasuki kapsul masing-masing kecuali Bandi dan Yunita. Di mulai dengan memasukan serum SP kedalam kapsul, lalu dicampurkan dengan dna Bandi dan Yunita. Selama satu jam di kapsul, tidak ada reaksi apa-apa. Dna mereka berdua tidak bisa menyatu dengan serum sehingga terlihat gumpalan-gumpalan merah.

    Merasa tidak ada harapan dan ilmuwan dihadapkan pada kenyataan mereka harus mencari orang lain pengganti mereka berdua tiba-tiba kapsul Aldi berubah warna menjadi Kuning. Hanya Ia satu-satunya yang dapat menerima penggabungan ini, setelah semua usai ketika di uji lapangan Aldi tidak hanya bertubuh kuat namun dapat berlari cepat dan juga terbang. Seminggu kemudian Bandi dan Yunita meninggal karena tubuhnya sudah tidak kuat lagi.

    "Jadi, karena itu aku diberi nama 4-3-7."
    "Memang, berawal dari kejadian itu percobaan ini mengalami kemunduran dan akhirnya menemui akhir."
    "Akhir?" Aldi mengerutkan dahinya.

    Dokter Sarah melanjutkan ceritanya kembali, lima bulan pasca meninggalnya Bandi dan Yunita peneltian tetap dilanjutkan seperti rencana semula yaitu selama satu tahun. Ilmuwan menetapkan tidak mencari pengganti mereka berdua karena di nilai akan menyita banyak waktu lagi. Semuanya mengalami kemajuan pesat dan beberapa sudah dapat beradaptasi dengan potensinya, tetapi Ryan tidak. Dia terlihat mulai tidak menyukai proyek ini lagi, kemajuannya tidak pesat dan sering kali absen. Proyek ini seperti halnya kursus belajar, sehingga tidak menggangu kehidupan asli anak-anak yang dijadikan bahan percobaan.

    Memasuki bulan ke enam, barulah bencana ini di mulai. Ryan mulai kehilangan akal dan tidak dapat mengendalikan kekuatannya. Keadaan laboratorium mulai kacau, dia tidak segan-segan menyerang anak lainnya bahkan ilmuwan-ilmuwan. Aldi ingin menghentikannya, dia melompat dan mencoba menangkapnya. Tetapi sambaran petir menyambarnya, tubuhnya menjadi lemah. Vandra lalu dengan kekuatan telekinesis mencoba menahannya, namun sekali lagi kekuatan Ryan terlalu besar. Ia lalu melarikan diri dengan membuat lubang besar ke atas, tidak ada pilihan lain ilmuwan menghubungi pemerintah. Dengan sikap tegas pemerintah memerintahkan unit spesial Densus 88 untuk menangkap Ryan.

    Ryan melarikan diri ke pusat kota dan mulai membuat onar, dia membuat badai petir yang dahsyat dan memporak-porandakan seisi kota. Tidak ada yang bisa menghentikannya, melihat kota sudah berantakan Ia pergi dengan kecepatan kilat entah kemana. Sehari setelahnya proyek resmi dibubarkan dan media dilarang meliput atau menanyakan apapun tentang proyek ini, semua hasil penelitian disimpan rapih oleh pemerintahan. Bekas lubang besar itu kini ditutupi oleh taman yang berada di halaman Panti Asuhan. Dokter Sarah lalu menceritakan bahwa mimpin Aldi waktu itu adalah ulahnya, 2 bulan terakhir kondisi Aldi memburuk dan tidak bisa mengontrol kekuatannya sendiri. Dengan terpaksa Dokter Sarah menembaknya serum PS yang efeknya kebalikan dengan serum SP. Hal ini membuat Aldi kehilangan kekuatan, dan ingatannya walaupun sementara.

    "Bagaimana dengan anak lainnya?"
    "Yang saya tau mereka dikembalikan ke tempat asalnya masing-masing."
    "Bagus," mulai berdiri lalu pergi.
    "Kau ingin kemana?," melihat Aldi pergi meninggalkannya.
    "Kembali ke panti, mereka akan bertanya-tanya jika kita terlalu lama disini dan terima kasih atas penjelasannya..... Dokter."
    "Dasar!," tersenyum.
     
    Last edited: Feb 29, 2016
  5. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : The Beginning
    Chapter 4 - Heroes Reborn Part I

    Rahasia-rahasia yang mulai terkuak membuka diri Aldi, dirinya menjadi lebih terbuka dan tidak seperti pertama kali Ia terbangun. Kehidupan pun berlanjut, sebuah rutinitas Ia jalani kembali dan rahasia ini tersimpan rapih antara Ia, Dokter, dan kedua asistennya. Hari di mulai ketika Ia berangkat menuju kampusnya, tak seperti biasa jalanan yang Ia lalui kali ini terasa sangat penuh. Motornya pun susah untuk meliuk-liuk dijalanan, rasa penasarannya tumbuh Ia melihat-lihat disekitar dan dikejauhan terlihat kerumunan orang. Berpakaian seperti pemadam kebakaran, mobilnya terparkir di luar.

    Ketika Ia sudah dekat, ternyata tadi pagi terjadi sebuah kebakaran di lingkungan daerah padat penduduk yang mengakibatkan kemacetan hari ini. Terlintas sedikit dibenaknya tentang kekuatannya, apakah bisa digunakan untuk menolong sesama. Setibanya dikampus Ia masih terpikirkan hal tadi, tetapi Ia sendiri tidak tahu bagaimana menggunakannya walaupun sudah dijelaskan Dokter Sarah kalau kekuatannya adalah kecepatan, terbang, dan fisik yang kuat. Dalam renungannya dirinya terkejut ketika dari belakang ada yang menepuk pundaknya.

    "Hei!," suara tepukan terdengar keras.
    Aldi menoleh kebelakang dan ternyata itu Satria, "Oh kau Satria," mukanya sedikit datar.
    "Masih pagi nih, ngelamun aja."
    "Engga," lalu bertanya hal aneh kepada Satria, "Jika kamu punya kekuatan super, apa yang akan kau lakukan?"
    Terdiam sebentar, "Hah?! lagi-lagi pertanyaan aneh," sambil memegang dagunya, "Mungkin aku ingin jadi superhero, hahaha..," tertawa keras.
    "Superhero?"
    "Ah sudahlah, tidak usah terlalu dipikirkan. Eh iya sebentar lagi masuk, aku harus cepat dosennya galak." Melambaikan tangan seraya pergi meninggalkan Aldi.

    'Superhero?' 'Apa hal seperti itu nyata?' pikir Aldi, kejadian kebakaran tadi menggugah hatinya. Apalagi setelah mengetahui hal sebenarnya dari Dokter Sarah, seharian berada dikampus dirinya tidak bisa fokus. Masih terpikirkan kejadian tadi pagi dan jawaban yang diberikan oleh Satria, saat pulang dari kampus Ia melewati jalan yang sama dan betapa kagetnya terlihat kepulan asap dari kejauhan. Orang-orang banyak berkumpul dan lagi-lagi ada mobil pemadam kebakaran, Ia lalu mendekat dan mencoba melihat-lihat. Keadaan sangat parah, puing-puing rumah berantakan hangus terbakar. Disamping ada seorang Ibu-ibu yang menangis melihat rumahnya habis terbakar sambil memeluk anaknya yang menangis juga.

    Perjalanan pulang menuju panti, setelah melihat berbagai kejadian hari ini akhirnya Ia berniat untuk menggunakan kekuatannya untuk melindungi dan menjaga orang-orang, terutama keluarganya yang berada di panti. Ia tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi kepada orang di panti. Satu-satunya orang yang paham akan kekuatannya dan cara mengaktifkannya adalah Dokter sarah, setelah Ia terbangun seakan-akan Ia kehilangan kekuatannya. Sore hari Dokter Sarah belum terlihat pulang, lalu Ia menunggunya pulang hingga malam tiba. Setelah makan malam Ia menghampiri Dokter Sarah diruangannya.

    "Dokter, ada yang ingin kutanyakan?"
    "Keliatannya serius sekali, ada apa?"
    "Aku ingin tahu bagaimana cara kekuatannya kembali."
    "Hmm..Mungkin ini saatnya, ikut aku."

    Dokter Sarah mengajak Aldi kembali ke laboratorium, lalu tibalah mereka disebuah ruangan yang besar mirip sebuah lapangan.

    "Tempat apa ini?" Adli bertanya penasaran.
    "Ini adalah lapangan uji test kalian dulu."
    "Uji test?"
    "Iya, kekuatan kalian atau kami para ilmuwan menyebutnya dengan 'potensi' akan di uji dilapangan ini, dengan maksud agar kalian dapat menguasainya," Dokter Sarah menjelaskan. "Baiklah kau tunggu di sini, saya akan memandu mu dari ruang kontrol di atas. Kekuatan mu tidak hilang, hanya saja kau kehilangan kemampuan untuk menggunakannya," lanjutnya.
    "Ok," Aldi mengiyakan.

    Dokter Sarah sudah berada di ruang kontrol, Ia terlihat oleh Aldi yang berada di lapang. Dengan menggunakan pengeras suara Dokter Sarah mulai memberikan instruksi.

    "Kau mendengar suaraku?," Adli memberikan jempolnya. "Baik, aku tidak tahu apa yang membuatmu ingin mengaktifkan potensi mu tapi ini merupakan langkah besar yang pemerintah sendiri enggan melakukannya, untuk pertama aku ingin kau fokus. Jika berat mulainya dari potensi yang menurut mu mudah di lakukan," lanjutnya.

    Aldi memejamkan matanya, dia mengira-ngira dari tiga kekutannya yang mana yang lebih mudah dikuasai. Setelah lama berpikir Ia memutuskan untuk membuat dirinya terbang terlebih dahulu. Dirinya mulai fokus, membayangkan Ia terbang di langit-langit kota. Kaki-kaki terasa tidak menapak tanah, ketika Ia membuka matanya ternyata tidak terjadi apa-apa, hal barusan merupakan imajinasi yang menjadi nyata.

    "Fokus! jangan biarkan dirimu terlena oleh imajinasi, buatlah jadi nyata!"
    "Baik..."

    Lalu Ia mengubah posisinya menjadi posisi duduk ala yoga, agar pemikirannya terpusat. Lima belas, Dua puluh menit Ia melakukan itu Ia merasakan dirinya melayang, namun Ia tidak berani membuka matanya takut itu hanya bayangnya saja.

    "Bukalah matamu Aldi," teriak Dokter Sarah.
    perlahan-lahan Ia membuka mata dan Ia melayang, satu meter dari tempat asalnya. Langkah pertama sudah berhasil, walaupun belum mampu terbang sesukanya namun hal ini merupakan kemajuan yang Ia lakukan dengan waktu yang singkat, belum bisa mengontrolnya Ia tersungkur. Tak terasa waktu sudah tengah malam, Aldi di minta melanjutkan latihannya esok hari.

    Pagi hari di mulai dengan semangat, Ia makan dengan lahap. Memulai harinya di kampus, Satria kebingungan dengan tingkahnya kali ini, datang dan pergi dengan cepat tanpa ada basa-basi, hanya menyapa saja. Malam harinya latihan dimulai, dengan memfokuskan diri lagi untuk bisa terbang. Latihannya kali ini memakan waktu satu bulan hingga Ia akhirnya bisa terbang dengan sempurna dan mengendalikannya dengan baik. Kali ini Ia memfokuskan untuk menambah kecepatannya, latihannya dimulai dengan berlari mengelilingi lapangan dalam lab, hasilnya seperti orang biasa kebanyakan.

    Pemberitaan di televisi yang semakin marak memberitakan berita kriminal membuat dirinya ingin sekali bisa menyelesaikan latihannya dengan cepat, Ia menambah latihannya dengan mencoba berlari menuju kampus dan hasilnya Ia selalu telat bahkan melewatkan satu sampai dua mata kuliah. Satria semakin bingung melihat tingkah temannya, namun ketika ditanya Aldi selalu menghindar dan memilih fokus di latihannya, kali ini waktunya lebih singkat hanya dalam tiga minggu Ia bisa berlari secepat kilat dan bisa mengontrolnya kapan harus menggunakan kekuatan dan kapan tidak.

    "Perkembangan yang sangat pesat, kurang dari dua bulan kau bisa memulihkan kekuatan mu," kata Dokter Sarah.
    "Tinggal satu lagi, kekuatan alami ku, kekuatan fisik super."
    "Dahulu saat kau menguasainya, tidak ada yang bisa menembus badan mu, kecuali petir Ryan, hanya itu satu-satunya kelemahan mu."
    "Dan dia sekarang tidak diketahui keberadannya, aku akan menemukannya, pasti!"
    "Semangat yang bagus, tapi ada yang ingin kukatakan kepadamu."

    Saat awal mula proyek dimulai, kekuatan Aldi baru terlihat karena 'kecelakaan'. Saat itu semua sedang berada dalam lapangan uji test, dengan ditemani oeh ilmuwan mereka mulai mengeluarkan kekuatannya dan mencoba mengendalikannya. Namun kecelakaan terjadi saat Vandra mencoba memindahkan balok-balok batu dengan kekuatan telekinesisnya, Ia kehilangan kendali sehingga batu-batu itu terbang tak terkendali dan memencar keseluruh lapangan. Ketika dua batu akan meluncur ke arah salah satu ilmuwan, dengan sigap Aldi menghadang batu-batu itu dengan tubuhnya. Hal ajaib terjadi, Ia tidak merasakan sakit dan dari situ diketahui kalau Ia memliki kekuatan fisik yang hebat.

    Dijatuhkan puluhan batu, dilemparkan jauh oleh Vandra, sehingga ditembaki peluru tidak menimbulkan rasa sakit yang berarti. Jalan satu-satunya untuk mengetahuinya kekuatannya dengan uji fisik. Karena semua alat uji coba dan pendukungnya telah ditarik oleh pemerintah maka uji fisik tidak bisa dilakukan di lab. Aldi lalu memutuskan untuk mengujinya saat terjadi marabahaya, ide ini sempat ditolak oleh Dokter Sarah karena ketakutannya kalau sosok Aldi diketahui oleh masyarakat dan menimbulkan kehebohan publik.

    "Tenang saja Dokter, aku tidak akan gegabah, lagipula kejahatan di kota ini tidak selalu terjadi disekitar kita," mencoba meyakinkan Dokter Sarah.
    "Bailklah, tetapi ingat jangan sampai identitas mu diketahui oleh orang-orang."
    "Laksanakan!," tegasnya.

    Mengharapkan sesuatu buruk terjadi memang tidak diperbolehkan, tetapi itu jalan satu-satunya untuk mengetahui apakah kekuatannya telah kembali atau belum sama sekali. Hari demi hari di lalui, keadaan kota membaik. Sekalipun ada kejahatan tetapi itu tidak terpantau oleh Aldi, karena kehidupan kampusnya menyita waktu. Sehingga kejadian yang Ia harapkan terjadi. Sepulang dari kampus, Ia melihat kepulan asap hitam lalu Ia mengencangkan motornya. Betapa terkejutnya panti asuhan tempat mereka bernanung kebarakan, baru ada satu mobil petugas pemadam tetapi api semakin besar. Ia menghampiri Bu Harun dan Bu Mariana, terlihat beberapa anak sudah berada didekatnya.

    "Apa yang terjadi Bu?" tanya Aldi
    "Nak Aldi, ini kecerobohan Ibu. Sehabis memasak Ibu lupa mematikan kompor lalu terjadi kebakaran seperti ini," Jawab Ibu Harun.
    "Dimas, Ayu, Kendra,....Rika!, dimana Rika Bu?"
    "Rika?..saya tidak melihatnya."
    "Celaka! dia masih di dalam, saya melihatnya sepulang sekolah tadi dia langsung tidur," Sahut Ibu Mariana.

    Aldi tampak cemas dan sangat khawatir, Rika masih terjebak di dalam panti. Dua orang petugas tidak menyadarinya, mereka juga sedang berjibaku dengan api. Kekuatan utamanya belum diketahui apakah masih ada atau belum pulih, namun dia tidak bisa menunggu, Rika dalam bahaya. Dengan berani Ia menerobos kobaran api. Dua petugas tidak dapat mencegahnya masuk.

    "Rika!.....Rika!," teriak Aldi. Ia mulai menuju kamar Rika. Api semakin besar, asap mulai memenuhi panti. Pintu coba di buka, tidak bisa pintu terkunci. "Rika, ini Kak Aldi, buka pintunya," tidak ada balasan. Ia mendobrak-dobrak pintu sehingga Ia terpental ke dalam saat pintu terbuka, namun tidak ada Rika. Atap mulai runtuh, Ia bisa menghindari, Ia mulai sesak karena asap sangat banyak. Ia lalu mencoba menuju kamarnya, kali ini pintu tidak terkunci. "Rika!"..."Kak Aldi..tolong..", dia menatap ke bawah kasurnya, dan Rika berada di sana. Atap kamarnya dipenuhi api dan langit-langit kamar ingin runtuh, ketika Ia berlari menuju pintu sambil membawa Rika atap kamarnya jatuh dan menutup akses keluar.

    Asap makin pekat, Rika sudah batuk-batuk dan mulai sesak. Melihat jendela kamarnya, Ia membukanya dan membiarkan Rika keluar lebih dahulu.

    "Rika, keluar duluan nanti Kak Aldi menyusul," sambil membantu Rika keluar.
    "Takut...," tidak berani melompat. Atap kamar sudah tidak bisa menahan lagi, puing-puing jatuh menghampiri mereka berdua.
    "Maafkan Kak Aldi Rika," Aldi mendorongnya keluar sehingga Rika terjatuh dan keluar dari panti. Puing-puing itu menimpa Aldi, dia terbakar hidup-hidup.

    Petugas mendengar teriakan Rika dari samping panti, dengan sigap Ia menghampirinya dan seketika itu mobil pemadam lainnya datang. Rika sudah selamat di bawa oleh petugas dan di beri oksigen, karena sudah menghirup banyak asap. Kakinya terkilir dan lecet-lecet karena terlempar jauh oleh Aldi, lima mobil pemadam sudah tiba dan dengan cepat memadamkan api. Semua cemas akan keselamatan Aldi karena Ia belum juga muncul, petugas juga tidak berani masuk karena rumah sudah rubuh dan sulit menembusnya. Setengah jam sesudahnya api berhasil dipadamkan, petugas mulai mencari Aldi dengan berasumsi Aldi sudah tewas dan mereka mencari mayatnya.

    Satu-persatu kamar mereka periksa, tiba di kamar Aldi hal yang mengejutkan terjadi. Dinding kamarnya jebol dan petugas menelurusi tembok itu, Ia melihat dan menelurusinya. Anehnya jalur ini tidak terdapat puing-puing, mereka seperti tersapu ke pinggir. Semakin menuju luar panti dia melihat sosok Aldi, dengan pakaian yang compang-camping dan kulit yang menghitam. Dengan sigap petugas mengangkatnya dan menyadari bahwa ada detak jantung yang terasa di lengannya. Dokter Sarah akhirnya tiba, dua anak lainnya pun tiba juga. Mereka terkejut dengan keadaan panti seraya bersedih tempat tinggal mereka hancur lebur.

    ------ -------- --------



    "Aku di mana?" Aldi membuka kedua matanya perlahan, masih terasa sakit ditubuhnya, "tempat ini bukan rumah sakit," lanjutnya.

    keadaan kamarnya sangat rapih, dengan kasur yang empuk, jendela besar yang dihiasi gorden putih, dia bangun dan mencoba melihat cermin. Banyak perban yang menghiasi tubuhnya dan kepalanya pun di perban. Ia mengingat-ngingat kejadian yang sebelumnya, yaitu panti yang terbakar. Ia pun panik dan keluar dari kamar, melihat sekitar tempat ini sangat asing, seperti rumah pribadi. Melihat-lihat rumah yang bernuansa modern minimalis, tiba-tiba suara halus mengagetkannya.

    "Kau sudah bangun nak?," sapa wanita misterius.
    Aldi menoleh dan itu adalah Ibu Harun, "Bu Harun, saya di mana?"
    "Kamu berada di kediaman pribadi Dokter Sarah, letaknya tidak jauh dari panti," jelas Ibu Harun.
    "Lalu yang lainnya?"
    "Yang lainnya juga tinggal di sini, sementara panti di renovasi kalian semua akan tinggal di sini, Kamu juga baru sadar setelah tiga hari tidak sadarkan diri."

    'Tiga hari'?, pikirnya. Jadi Ia berada dikediaman Dokter Sarah, Jarang sekali melihat Dokter Sarah tidak pulang karena Ia selalu menghabiskan waktunya di panti selama ini. Dengan kembali rutinitas seperti biasa, dia yakin kalau Rika tidak apa-apa dan sudah sembuh dari lukanya. Yang menjadi perhatiannya Ia merasa bahwa waktu itu Ia mengira tubuhnya sudah hangus terbakar karena tertimpa reruntuhan bangunan, tetapi faktanya tubuhnya tidak hangus dan hanya tersisa luka-luka minor saja, apakah kekuatan kekebalan tubuhnya sudah kembali? Lalu sebenarnya apa yang terjadi setelah Ia tertimpa reruntuhan? Karena Ia hanya mengingat saat dirinya tertimpa reruntuhan puing-puing dikamarnya sendiri.
     
    Last edited: Feb 29, 2016
  6. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : The Beginning
    Chapter 5 - Superhero Reborn part II

    Pagi itu walaupun Ia sudah terbangun tetapi masih merasakan sedikit rasa sakit,perban-perban yang menghiasi tubuhnya mulai Ia buka. Luka-luka dalam tubuhnya masih ada, bekasnya sedikit lagi bakal menghilag. Lingkungan rumah Dokter Sarah berada di kawasan elit Jakarta, terlihat dari bangunan rumahnya sendiri yang megah dan halaman yang luas. Ibu Harun membuatkan sarapan untuknya, namun Ibu Mariana tidak terlihat di rumah. Rumah sangat sepi dan sunyi, di dalam kesunyian itu Aldi menanyakan apa yang terjadi kepada Ibu Harun.

    "Bu, tentang kebakaran itu...," sedikit terhenyak.
    "Kami semua sempat khawatir saat panti rubuh dan rata oleh tanah, petugas pemadam sudah mencari mu di puing-puing rumah..."
    "Lalu?"
    "Mereka menemukan mu di belakang reruntuhan, saat mereka bawa kami sempat shock terutama Rika sampai menangis, keadaan mu sangat parah waktu itu."
    "Apakah saya sempat di bawa ke rumah sakit?"
    Menghela nafas, "Tidak..., karena Dokter Sarah datang kemudian, dan dia meminta melakukan perawatan sendiri."

    Setelah sarapan dan menyiapkan diri Ia pergi melihat keadaan panti saat ini, jarak dari rumah Dokter Sarah ke Panti tidak terlalu jauh, dapat ditempuh dalam waktu lima belas menit. Saat melihat panti banyak tukang bangunan yang sedang membangun lagi panti tersebut, Ibu Mariana juga ada di sana. Proses pembangunan ulang lagi membutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena kondisi bangunan yang sepenuhnya hancur oleh kejadian kebakaran lalu. Kunjungannya ke panti tidak lama karena Ia hanya ingin tahu keadaan terakhir panti lalu Ia memutuskan untuk pulang lagi mengistirahatkan tubuhnya.

    Malam harinya setelah semua orang sudah selesai dengan kegiatannya masing-masing mereka berkumpul, mengetahui Aldi sudah bangun dan bisa ikut makan malam bersama membuat mereka senang terutama Rika, semenjak siang sepulang sekolah Ia terus mengajak Aldi untuk bermain bersama.

    "Aldi, bagaimana keadaan mu?" Tanya Dokter Sarah.
    "Membaik, masih terasa ngilu sedikit," ucapnya.
    "Setelah makan malam kamu ikut ya, kita ke sesuatu tempat."
    "Hm...," terlihat kebingungan, "Baiklah."

    Selesai makan malam, mereka berdua berpamitan karena ingin pergi ke sesuatu tempat, alasan Dokter Sarah adalah mengajak Aldi untuk proses pengecekan kesehatan lanjutan namun alasan ini seperti bukan alasan yang sebenarnya. Dengan mengendarai mobil mereka pergi, setelah beberapa jalan di lalui nampaknya arahnya tidak asing, jalurnya sama seperti yang di lalui Aldi tadi pagi yaitu mengarah ke panti.

    "Apa kita ingin ke panti?"
    "Lebih tepatnya ke Lab, Aku ingin melalukan pengecekan kepada mu."
    "Tapi panti masih di renovasi, mungkin jalur rahasianya tertutup," sahutnya.
    "Jalur itu sengaja saya yang buat, sebenarnya bukan itu jalan utama masuk ke lab."

    Melewati panti beberapa pekerja tampak sedang menikmati waktu istirahatnya dengan bersantai dan berkumpul bersama, tidak jauh dari sana mereka berhenti di sebuah bangunan. Cukup besar dan banyak kendaraan terparkir dihalamannya, mereka keluar dari mobil dan mulai masuk ke bangunan itu. Ternyata bangunan itu adalah sebuah Gor Bulu Tangkis, beberapa orang sedang bermain. Di lihat dari perawakannya mereka yang bermain tidak tampak seperti anak muda, tetapi lebih ke orang-orang dewasa yang bermain bulu tangkis. Dokter Sarah menghampiri bagian tiket, disana ada seseorang yang bertubuh agak gemuk dengan kaos merah menyala yang seakan kontras dengan kulitnya yang sawo matang.

    "Dani, bagaimana keadaan mu?," sapaan yang menghangatkan malam.
    "Dokter! ya...saya baik-baik saja," jawab pemuda itu dengan semangat.
    "Bisa antar kami ke...," tidak menyebutkan dengan jelas maksudnya.
    "Hm..," berpikir sejenak, "Oh...tempat itu, baiklah Dokter saya antar."

    Aldi hanya bisa diam saja saat Dani berbicara dengan Dokter Sarah, mereka lalu meningggal orang-orang yang sedang bermain bulu tangkis dan menuju ke sebuah ruangan yang berada tepat di bagian tiket tempat Dani tadi. Mereka masuk menutup pintu dengan rapat agar orang-orang di luar tidak mengetahui apa yang mereka kerjakan, di dalam perhatian mereka tertuju pada sesosok perempuan yang tertidur di depan komputer. Perempuan ini tertidur dengan menghadapkan mukanya ke meja.

    "Nab...Nab...Nabila!," Dani mencoba membangunkan perempuan itu.
    "Hah..hmm...Dani, ada ap....waa....," terkejut. "Dok...Dokter Sarah...," Ia panik sehingga menjatuhkan kacamatanya.
    "Hai Nabila, sudah lama yah," Dokter Sarah menyapanya.

    Nabila tampak sibuk dengan dirinya sendiri, mengambil kacamata yang terjatuh, membereskan meja kerjanya. Aldi hanya bisa diam saja melihat tingkah-tingkah orang berada di Gor ini.

    "Dok, ada perlu apa?," Nabila bertanya sambil membetulkan posisi kacamatanya.
    "Panti sedang di renovasi akibat kebakaran tempo hari jadi Saya tidak mengakses ke lab lewat panti, jadi saya kesini untuk mengakses lab."
    "Kebakaran? kapan?"
    "Kau mana tahu, setiap hari kau hanya bermalas-malasan di sini," sahut Dani.
    "Kata siapa? jangan mengada-ngada!," balas Nabila.
    "Sudah-sudah..," Dokter Sarah melerainya. "Bisa antar kami ke Lab?," lanjutnya.

    Berbeda dengan di panti, di Gor ini membutuhkan sistem komputer untuk membuka akses ke Lab. Nabila tampak serius, Ia membuka suatu program dan mulai mengutak-atiknya. Dokter Sarah lalu memasukan user name dan passwordnya di komputer itu, kemudian sebuah rak besi yang berada di samping mereka bergeser ke arah kiri. Terlihat sebuah lift yang muncul, Dani lalu mengantarnya lewat lift itu. Ia menekan tombol yang membawa mereka ke lantai paling bawah di bangunan ini. Lift terbuka mereka melihat sebuah jalur, seperti jalur kereta dan ada juga kereta kecil di situ.

    "Saya hanya bisa mengantar kalian sampai sini, itu ada kereta kalian tinggal masuk saya dan Nabila yang akan mengoperasikannya dari komputer di sana," kata Dani.
    "Terima kasih banyak Dani, kami tidak akan lama di Lab hanya ingin melihat-lihat."

    Dani kemudian pergi ke atas, mereka berdua memasuki kereta itu. Bentuknya seperti peluru dan tidak banyak bangku, kereta ini mungkin dulunya di pakai oleh para ilmuwan untuk memasuki Lab. Kereta mulai berjalan dan mengantar mereka menuju ke lab.

    "Siapa orang-orang tadi?" tanya Aldi.
    "Mereka itu orang-orang pemerintah, namun ditugaskan untuk mengantarkan kami menuju lab. Walaupun kami yang di beri kewenangan melakukan penelitian tetapi kami tidak bisa semaunya keluar masuk ke lab waktu itu, dan kedua orang tadi yang bertugas mengantar kami sewaktu dulu."
    "Lalu kenapa Dokter bisa memiliki jalan rahasia menuju lab?"
    "Itu saya yang memintanya sendiri, untuk pintu darurat saja...hehehe.," tertawa kecil.
    "Hm..," menatap tajam.

    Tidak lama mereka akhirnya sampai di depan pintu utama Lab, terbuat dari besi baja dengan desain futuristik. Lalu Dokter Sarah menghadap ke depan pintu itu, terdapat sebuah kamera yang mulai memindai tubuh Dokter Sarah. Pintu terbuka di iringi dengan suara 'Dokter Sarah, akses diterima'. Ini pertama kalinya bagi Aldi memasuki lab melalui pintu utama, pemandangan yang tidak bisa terhampar. Berbeda sekali melalui pintu darurat, di sini terlihat bahwa interior lab serba putih dan modern minimalis. Mereka jalan melalui lorong-lorong, terdapat banyak ruangan di sisi lorong-lorong tersebut yang dihiasi kaca transparan sehingga mereka bisa melihat alat-alat canggih didalamnya.

    Ruangan pengecekan berada sedikit jauh dari pintu utama, ruangan ini tempat yang sama ketika Aldi pertama kali terbangun dan lupa akan semuanya. Dokter Sarah menempelkan beberapa peralatan dan mulai mengeceknya, diketahui tubuhnya stabil dan kondisi yang prima. Lalu mereka melanjutkan menuju ruangan uji test, di sini Dokter Sarah ingin melihat sekali lagi apakah benar semua kekuatan Aldi telah pulih atau tidak. Seperti biasa Dokter Sarah berada di ruangan kontrol sedangkan Aldi berada di Lapangan.

    "Aldi, saya ingin melihat nya sekali lagi," melalui pengeras suara.
    "Baik," Aldi mulai mendemostrasikan kekuatannya. Ia terbang dengan lancar, mengelili lapangan sebanyak dua kali, lalu menambah kecepatannya sehingga Ia terbang sangat cepat walaupun begitu Ia bisa mengontrol sepenuhnya kekuatan ini. Kemudian Ia mulai berlari, awalnya di mulai dengan kecepatan biasa lalu lama-lama bertambah cepat. Terakhir karena tidak ada alat untuk mengujinya Ia mendapat sebuah ide, Ia memukul bawah lapangan sekuat tenaga hasilnya area yang Ia pukul membuat tanahnya hancur dan membuat bekas kawah kecil.
    "Ide yang bagus nak, tetapi kau harus membetulkannya nanti," dengan nada bercanda.

    Akhirnya kekuatannya telah kembali sepenuhnya, dalam niatan sebelumnya Ia ingin menggunakan kekuatannya untuk kebaikan apalagi kejadian seperti kebakaran kemarin walaupun belum sepenuhnya kembali tetapi setidaknya Ia dapat menyelamatkan seseorang yang dekat dengannya. Aldi lalu membicarakan niat ini kepada Dokter Sarah, Ia tampaknya sangat mendukung keputusan ini karena proyek awal S.I.P.P adalah untuk menciptakan orang-orang yang dapat menolong dan berguna bagi masyrakat, namun Dokter Sarah mengingatkan bahwa identitas asli Adi harus dirahasiakan dan tidak boleh sampai bocor ke publik karena akibatnya akan sangat fatal bila kedepannya identitas dia menyebar.

    Setelah semuanya beres, mereka keluar dari lab dan berangkat lagi pulang menuju jalan bawah tanah melalui kereta kecil. Lift pun terbuka didalamnya sudah ada Dani, mereka berdua di antar lagi ke atas. Setelahnya mereka berpamitan kepada Dani dan Nabili, orang-orang yang bermain bulu tangkis masih ada namun jumlahnya berkurang. Lalu di perjalanan pulang Dokter Sarah, Aldi menanyakan sesuatu kepada sang dokter.

    "Dokter, kau tahu, mungkin kurang kalau...."
    "Ya aku tahu, sebuah kostum superhero yang keren kan?..hehe," tertawa kecil.
    "....," tersipu malu.
    "Aku sudah memikirkannya, Aku akan menghubungi seorang teman di Surabaya, mereka bisa membuatkan yang bagus untuk mu."
    "Terima kasih Dokter," sambil tersenyum.

    Beberapa minggu selalu menghabiskan waktu bersama, membuat hubungan Aldi dan Dokter Sarah semakin dekat dan membaik. Aldi pun menganggap Dokter Sarah sebagai Ibunya walaupun usia mereka tidak begitu jauh. Sesampainya di panti mereka di sambut Ibu Harun, sedangkan anak-anak lainnya sudah tertidur. Mereka pun istirahat dan Aldi terlihat memikirkan sesuatu, bukan tentang kostum tetapi hal yang lebih penting, Ia memikirkan apakah bisa Ia menggunakan kekuatan untuk membantu semuanya. Masalahnya Ia hanya seorang diri sedangkan banyak sekali orang-orang yang membutuhkan bantuannya kelak, Ia berpikiran untuk menghubungi teman-teman lainnya untuk membantunya.

    Esoknya Ia kembali beraktifitas seperti biasa, yaitu mengeyam pendidikan di kampus. Baru saja Ia kembali ke kampus, Satria menyambutnya dengan senang.

    "Aldi....kau sudah sembuh," sahut Satria.
    "Menurut mu?"
    "Syukur lah, aku sangat terkejut dengan kejadian kebarakan lalu, aku dan dia sempat menjenguk mu, karena dia sangat khawatir mengetahui kau terkena musibah itu."
    "Dia? Dia siapa?," Aldi bertanya.
    Mengetahui Satria mengucapkan apa yang seharusnya tidak diucapkan dia lalu mengubah haluan topik pembicaraan, "Hm...maksud ku dia ya sudahlah, aku sangat bersyukur kau sudah sembuh kebetulan aku harus cepat masuk kelas, hehe," menepuk pundak Aldi berkali-kali lalu pergi meninggalkannya.

    Aldi nampak kebingungan, Ibu Harun bahkan tidak bercerita kalau ada yang temannya yang menjenguknya waktu itu. Sesaat kemudian Ia kembali melanjutkan kegiatannya di kampus sampai sore hari, saat keluar kampus ingin pulang menuju rumah Ia mendengar banyak mobil polisi lewat. Penasaran dengan apa yang terjadi Ia mengikuti mobil polisi tersebut dengan motornya hingga mereka terhenti di sebuah bangunan seperti sebuah mini market. Tampak dari luar terjadi perampokan sekaligus penyanderaan yang dilakukan oleh para perampok. Di saat sore yang ramai seperti ini, benar-benar gila pikirnya.

    Lima orang yang disandera, dua diantaranya adalah kasir mini market tersebut. Terlihat beberapa polisi memasuki bangunan disebelahnya dan seperti akan melewati bagian atas untuk meringkus tiga orang perampok ini, sedangkan polisi lain siap dalam posisi menembak dan satu polisi terlihat memegang toa dan melakukan negosiasi dengan perampok tersebut. Terlihat satu perampok membawa sandera ke bagian atas mini market, sepertinya strategi tadi bisa dikatakan gagal karena satu perampok menuju bagian atas. Polisi yang ingin sudah berada di bagian atas bangunan lain mengurungkan niatnya menyebrang setelah melihat perampok membawa sandera ke atas.

    Semakin sore negosiasi belum menunjukan hasil, Aldi ingin membantu namun Ia tidak membawa sesuatu untuk menutupi identitasnya. Ia pergi ke tempat yang sepi dan membuka ranselnya, siapa tahu ada benda yang bisa Ia gunakan untuk menutup mukanya atau sesuatu untuk menyamarkan identitasnya. Ketemulah sebuah masker, Ia sudah melihat tkp dan sedikit menganalisis bagaimana Ia akan menyelamatkan kelima orang sandera. Ia meninggalkan tasnya, kemudian menutup sebagian mukanya dengan jaket hodienya. Lalu terbang ke angkasa, Ia terbang tinggi agar masyrakat yang menonton tidak melihatnya, kemudian mengitari bangunan sehingga berada tepat di bagian depan bangunan mini market.

    Dari atas sini terlihat kerumunan orang seperti semut-semut yang sedang berkumpul mengambil tumpahan gula, Ia merendah dan di titik ini terlihat sedikit jelas perampok itu hanya mengacungkan senjatanya dan merangkul korbannya. Dengan kecepatannya Ia terbang menerobos beberapa bangunan hingga melesat menghantam perampok itu hingga perampok itu terpental ke tembok dan pingsan. Keadaan menjadi tidak terkendali, polisi dan warga yang menonton keheranan bahkan ada yang berteriak karena reflek perampok itu menembakan pistolnya namun tidak menengai sandera.

    Ia lalu berlari cepat menuju ke bawah tampak perampok yang panik mulai merangkul sandera, tetapi dapat digagalkan dengan kecepatan Aldi. Ia memukul perampok hingga terpental mengenai rak tempat minuman dingin, sedangkan satunya lagi yang terdiam Ia lemparkan menuju rak rokok. Ketiga perampok tak sadarkan diri, polisi tampak kebingungan dan terdengar suara warga yang menanyakan siapa orang yang sudah menghajar perampok itu. Ia lalu berlari cepat menuju pintu keluar dan langsung terbang ke atas tanpa mengeluarkan sepatah dua patah pun.

    Setelah dirinya tidak terlihat oleh warga Ia kembali ke bagian sisi lain bangunan mini market dengan kecepatannya, Ia membuka jaket dan maskernya lalu memasukannya ke dalam ransel. Dengan muka yang tidak tahu apa-apa Ia mengambil motornya yang terpakir dekat dekat kejadia barusan, Ia melihat polisi sudah meringkus perampok tersebut dan memasukannya ke dalam mobil, sedangkan warga yang menonton masih banyak yang melihat-lihat ke atas dan sebagian masih tidak percaya apa yang dilihatnya.

    Ia lalu pulang ke rumah dengan rasa bangga dan sedikit takut, Ia takut pukulannya terlalu keras sehingga bisa mengakibatkan kematian. Terutama dengan perampok yang berada di lantai dua tadi, sesampainya di rumah ketika Ia bebenah berita perampokan tadi langsung masuk berita. Yang menjadi topik utama bukanlah penyanderaan yang dilakukan oleh perampok tetapi sesosok misterius berjaket biru bergaris putih dan bermasker hijau. Ternyata ketika terjadi perampokan ada seorang warga yang merekamnya dengan ponsel sehingga sosoknya tertangkap kamera.

    Ia melihat tas nya dan ada sebuah jaket biru, jaket yang sama yang dipakai oleh sosok misterius yang ada di televisi. Sejak saat itu Ia menyimpan jaketnya dan menggantinya dengan jaket polos yang berwarna merah. Pemberitaan ini sampai ke Dokter Sarah, malam harinya mereka membicarakan hal ini. Dokter Sarah memuji tindakannya dan memberikan apresiasi dengan tindakan beraninya sore tadi. Setelah kejadian itu Aldi menjadi sangat aktif membantu orang-orang seperti menolong saat terjadi kebakaran, ataupun menolong korban kebanjiran dan memberantas kejahatan malam seperti begal dan penodongan. Ketika Ia melakukan aksinya Ia menggunakan jaket merahnya dan kaos putih, dan lagi-lagi penampakannya menjadi bahan pemberitaan viral terutama di media sosial.

    Satu bulan sejak kejadian perampokan, Ia terus melakukan aksinya. Hampir setiap hari Ia melakukan patroli khususnya saat malam hari, saat siang dan sore Ia memilih untuk menggunakan motornya untuk berkeliling. Dan hasilnya Ia berhasil mengagalkan perampok toko emas dan penjambretan di siang bolong, walaupun menggunakan jaket merah dan kaos putih dalam menjalani aksinya, saat kuliah ia selalu menggunakan kemeja sehingga orang-orang tidak curiga karena Ia dan sosok misterius itu memiliki jaket yang sama.

    Semakin eksisnya dia di dunia maya, bahkan orang-orang ada yang menyebutnya dengan nama INDONESIA-MAN. Jauh dari hiruk pikuk ibu kota, menuju sebuah pulau kecil di gugusan pulau-pulau di bagian utara Ibu kota. Terlihat sosok orang yang sudah tua sedang mengamati pemberitaan sosok misterius yang menyelamatkan kota dari tindakan kejahatan, dirinya tersenyum lalu dibelakangnya berdiri empat makhluk misterius yang berukuran besar.

    "Sabarlah, belum saatnya untuk menampakan diri kalian," Ujar Pria tua misterius dan di ikuti oleh anggukan keempat makhluk dibelakanganya tersebut.


    -The Beginning-​
     
    Last edited: Feb 29, 2016
  7. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : Beast Kingdom
    Chapter 6 - The King

    Satu Bulan sudah sejak Dokter Sarah pergi ke Surabaya, dia kembali dengan membawa sesuatu yang bagus untuk Aldi yaitu sebuah kostum. Malam hari di lab rahasia tepat di bawah Gor Dokter Sarah memberikannya kepada Aldi. Dengan warna dasar Abu muda lalu corak dua buah bendera Indonesia yang saling menyerong satu sama lain sehingga membentuk huruf V yang memanjang hingga bagian lengannya, lalu sebuah sabuk berwarna merah yang terhubung langsung dengan topeng seukuran matanya yang sama juga berwarna merah. Topengnya tersebut memiliki teknologi pengliatan malam dan thermal yang dapat diaktifkan jika sabuknya terpasang.

    Kostum itu juga terbuat dari serat karbon yang tahan terhadap peluru, tidak tembus saat air , lalu tahan terhadap panas dan api sampai kondisi 1000 derajat celcius. Melihat kostumnya yang sedemikian rupa tampak wajah Aldi sangat senang dan saat itu juga dia langsung mencobanya di lab rahasia. Di saat yang menurut mereka situasi sudah terkendali ternyata di luar sana ada seseorang yang sedang merencanakan sesuatu.

    "Hei Pak tua! kapan saya harus keluar?", tampak seseorang sedang berbicara kepada pria tua misterius.
    Pria tua misterius menoleh, "Tenang sedikit, serum itu belum sempurna, kau harus bersabar," membetulkan kacamatanya.
    "Bagaimana bisa?, kau yang mengatakan kau orang terpintar di jagat dunia ini?"
    Tersenyum kecil, "Tubuh kalian belum mampu memaksimalkannya."

    Sebuah tempat, dapat dikatakan sebagai laboratorium. Pencahayaan di tempat ini minim, cahaya terang hanya dihasilkan oleh komputer-komputer yang terdapat di sini. Lebih tepatnya ini adalah sebuah gua yang dijadikan laboratorium, pria tadi keluar dari lab terpapar sebuah daratan yang dipenuhi rumput hijau dan sebuah pasir didepannya seperti sebuah pantai. Dia berjalan menuju pantai dan melihat seorang pria yang sedang memandangi langit malam, Dia menghampirinya.

    "Sedang apa kau di sini, teman."
    "Tidak, hanya memandangi langit malam."
    "Apa kau tidak senang berada di sini "Jack"?, pria didepannya tidak menjawab. "Di sini lebih enak bukan dibanding di penjara, kita bisa menghirup udara bebas dan berbuat sesukanya di sini."
    "Benar, namun kita tidak sepenuhnya "bebas" di sini. Apa kau bisa keluar dari pulau ini?" Tanya nya.

    Di belakang terdengar teriakan, kali ini suaranya terdengar seperti suara perempuan. Dia memanggil pria-pria itu dengan keras.

    "Yudha..! Ivan..!, " kedua orang itu menoleh kebelakang, sesosok perempuan dengan rambut pendek dengan postur yang tidak begitu tinggi datang mendekat.
    "Dia ingin kalian masuk, ada yang ingin disampaikannya," terlihat sebuah anting tindikan dibibirnya ketika Ia berbicara. "Di mana Brama?", lanjutnya.

    Ivan mengangkat bahunya tanda Ia tidak tahu sedangkan Yudha tampak tidak peduli dia hanya melihat perempuan itu dengan tatapan dingin. Bertiga mereka mulai masuk lagi kedalam gua, di hadapan pria tua misterius terdapat satu orang lagi, tubuhnya besar dan gemuk.

    "Tia, kerja bagus sudah membawa mereka berdua."
    "Iya..ya pak," jawabnya singkat.
    "Bagus, sekarang kalian semua sudah berkumpul dan ini sudah waktunya, ikuti saya."

    Mereka berlima memulai berjalan menelusuri gua itu, di sepanjang perjalan banyak tabung-tabung kecil berisikan binatang. Mulai dari darat, air, dan udara. Binatang-binatang itu berada di dalam tabung yang berisi cairan berwarna hijau sebuah selang tertanam di tengah tubuh binatang-binatang itu. Sampailah mereka di depan sebuah pintu yang besar, tidak lama pintu terbuka. Di samping kiri dan kanan terdapat dua ranjang kecil yang ada pengikat di bagian tangan dan kaki lalu sebuah tabung yang lagi-lagi berisikan cairan hijau sedangkan tepat di ujung depan ada sebuah komputer.

    Satu-persatu mulai tiduran di ranjang itu dan mengikatkan diri, setelah semuanya bersiap Pria tua mulai memasukan infus berisikan cairan hijau dalam tabung tersebut ke setiap orang dan Ia duduk di depan komputernya. Beberapa menit setelahnya mereka mulai kejang-kejang dan mulai berteriak keras, Pria tua melihat komputernya dan tersenyum.


    .......
    .......


    Ibu kota semakin aman dengan bantuan Aldi sebagai Indonesia-Man, walaupun masih banyak kasus-kasus kriminal kecil yang sering kali muncul yang tidak dapat Ia atasi seperti pencopetan di angkutan umum. Dirinya hanya sendirian sedangkan kejahatan itu terjadi tidak kenal lelah, Ia sudah membantu pihak kepolisian tanpa lelah. Memasuki masa UAS dikampusnya memberi sedikit kelonggaran, dengan begini Ia memiliki banyak waktu "patroli", siang itu setelah UAS Aldi bersama sahabatnya Satria mengunjungi kantin kampus tuk melepas penat.

    "Bro, gimana tadi UASnya?," Satria bertanya.
    "Sedikit susah, hehe," tertawa kecil. Aldi teringat ketika itu Satria bilang bahwa ada orang lain yang mengkhawatirkan dirinya, Ia langsung bertanya ke Satria. "Oh iya waktu itu kau menyebutkan "Dia", "Dia itu siapa?".
    "Ehm...kapan? ga pernah ah," bahasa tubuhnya menunjukan Ia berbohong, dengan sigap Ia membelokan topik. "Bro, ini di twitter liat deh ada hal aneh," sibuk melihat ponselnya.
    "Hei..bukannya tadi omong..."
    "Beneran nih, coba liat," menyodorkan ponselnya.

    Di dalam ponselnya terdapat suatu berita yang sedang dibicarakan, yaitu adanya seorang aneh yang menyerang pasar induk dengan sebuah bola besi berisikan gas air mata, di berita itu juga dikatakan bahwa polisi sudah datang tetapi menunggu bala bantuan yaitu topeng gas karena keadaan pasar penuh dengan gas air mata. Melihat hal ini Aldi bergegas pergi, Satria terkejut melihat Aldi namun Aldi dapat berkeloh kalau Ia teringat ada janji dengan Rika untuk menjemput sekolahnya. Ia pun segera menuju parkiran kampus, Ia berpikir akan lebih cepat jika langsung terbang saja namun Ia sendiri tidak tahu dimana letak pasar induk tersebut sehingga Ia menggunakan motornya.

    Dengan menggunakan ponsel pintarnya dengan mudah Ia tahu letak pasar induk tersebut, Ia mengikuti petunjuk jalan yang ditampilkan oleh ponselnya. Jalanan yang macet membuat dirinya sedikit lama sampai ke lokasi pasar, hampir 45 menit Ia akhirnya sampai. Polisi sudah banyak yang datang dan beberapa terlihat sedang menggunakan topeng gas dan ingin segera masuk, ada juga polisi yang telah membawa orang-orang keluar dari pasar, ada media juga yang meliput. Pelakunya belum juga ditangkap, situasi ini menyulikan polisi karena pasar sangat besar dan hanya dalam waktu singkat tempat ini di penuhi oleh asap yang ditimbulkan oleh bola besi yang berisi gas air mata.

    Aldi langsung berlari menuju ketempat yang sepi dimana tidak ada orang yang melihatnya, lalu Ia mulai berganti kostum dan menggunakan topeng. Ia masuk melalui jalur lain dengan berlari cepat, sebelum masuk Ia mengaktifkan mode thermal untuk melihat melalui panas tubuh dikarenakan area pasar sangat gelap oleh asap yang mengganggu pandangan. Lalu Ia masuk sambil menahan nafasnya, dan mulai menulusuri pasar dengan kecepatannya dengan melihat hasil dari pandangan thermal. Sebisa mungkin Ia tidak menabrak polisi yang ada di sini, Ia berlari sambil memperhatikan tubuhnya. Banyak terlihat polisi yang sedang mengevakuasi korban-korban. Dengan adanya selaput dalam topeng matanya membuat Ia tidak terkena asap yang dihasilkan oleh gas air mata itu.

    Tidak lama, ada sebuah pemandangan yang aneh, yaitu terlihat ada seseorang yang berjalan sambil melemparkan bola-bola. Ia langsung menghampirinya dan berlari sehingga dirinya berada didepannya, area ini berada di ujung sebelah kiri lantai paling bawah dan belum semuanya terkena asap. Akhirnya Ia bisa bernafas dengan normal ketika Ia mengnonaktifkan thermal, sesosok orang terlihat jelas. Dia tersenyum lebar memamerkan gigi-giginya, pakaiannya di ikatkan dipinggang sehingga Ia hanya menggunakan pakaian dalam, dilehernya sebuah kalung gas Ia kalungkan, lalu sebuah tas besar ada di kiri dan kanan tangannya sudah terbuka dan berisi bola-bola besi rambutnya acak-acakan tidak terkendali.

    "Hei, hentikan sekarang!"
    "Bla...bla..bla," memainkan lengannya, "Siapa kau? hmm..sebentar, sepertinya aku tahu siapa kau. Kau yang ada di tv itu kan, In..Indonesia-Man! hahahah," tertawa lepas.
    "Hentikan dan menyerah atau aku akan.."
    "Akan apa? hahaha...jika kau punya nama seperti itu maka aku akan juga mengikrarkan diri sebagai The Minor, keliatan keren bukan?"

    Ia lalu menyerang Aldi dengan melemparkan bola-bola besi itu, sekali lagi Aldi harus menahan nafasnya. Ia diselimuti oleh asap-asap, dan suara langkah kaki dan tawa terdengar menjauh. Aldi mulai berlari keluar dari kepulan asap, The Minor sudah hilang. Dia kembali mengaktifkan thermal, dan mengejarnya. The Minor berlari sembarang sambil menjatuhkan bola-bola besi berisi gas air mata, namun hal itu belum cukup menghentikan Aldi sebagai Indonesia-Man, dengan keras Ia menghantam The Minor sehingga terjatuh dan topeng gas yang Ia kenakan lepas sedangkan tas-tas berisi bola besi keluar semua dan mengeluarkan asap yang sangat pekat.

    The Minor mulai merasakan senjatanya sendiri Ia mengucurkan banyak air yang keluar dari mata maupun hidungnya. Aldi segera membawa The Minor keluar dari pasar dan menyerahkannya kepada polisi yang berada diluar.

    "Lihat, itu Indonesia-man," teriak salah satu warga di ikuti dengan warga lainnya sehingga membuat riuh sorak.
    "Pak Polisi ini dia pelakunya, kondisinya seperti ini karena Ia terkena senjatanya sendiri, mohon segera diamankan," seraya memberikan The Minor ke pihak kepolisian.
    "Terima kasih saudar.."
    "Panggil saja Indonesia-man."
    "Iya terima kasih Indonesia-man atas bantuannya hari ini, saya sangat mengapresiasinya."

    Cahaya-cahaya kilat dari sebuah kamera ponsel dari warga maupun media bermunculan, Aldi bergegas pergi dengan cara terbang secepat kilat ke angkasa walau sebenarnya Ia hanya kembali ke bagian pasar lainnya untuk mengganti pakaiannya. Dengan rasa gembira dan bangga Ia pulang menuju rumah Dokter Sarah, sore hari keadaan Ibu kota memang seringkali di landa kemacetan sehingga Ia lagi-lagi terjebak kemacetan yang seakan tiada habisnya. Hari sudah mulai gelap ketika Ia melewati komplek di mana panti berada, Ia ingin melihat sudah sejauh mana panti di renovasi lagipula arahnya sejalan dengan rumah Dokter Sarah. Lalu didepannya terlihat seseorang berdiri yang tersorot lampu motornya, Ia menghentikan motornya dikejauhan.

    Orang itu kemudian berubah bentuk menjadi sesosok monster yang besar, dari sorot lampu motor Aldi terlihat sesosok Singa berwarna hitam dengan mata merah menyala. Tubuhnya setinggi 4 meter dan berdiri dengan dua kaki, monster singa itu kemudian menerjang Aldi yang membuat Ia terpental dari motornya dan motornya pun terbanting sehingga membuat lampu depannya hancur, hanya dengan penerangan jalan monster itu kemudian berlari dengan cepat ke arah Aldi, dirinya masih terkejut dengan serangan pertama sehingga Ia belum sepenuhnya berdiri ketika monster singa itu melayangkan serangan berupa cakaran tepat ke badan Aldi, bajunya terseok-seok terkena cakaran itu tetapi kostum Indonesia-man nya hanya terdapat goresan saja, ranselnya pun putus atas serangan tadi.

    Monster Singa itu tersenyum dan lalu melakuan sesuatu diluar nalar yaitu berbicara, Aldi sudah mulai bisa berdiri walaupun masih terengah-engah.

    "Aldi Dirgantara alias Indonesia-man, begitukah?" sebuah penyataan yang membuat Aldi terkejut.
    "Siapa kau sebenarnya, bagaimana kau bisa tahu identitas ku?"
    Sang monster singa tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan Aldi, "Ini baru permulaan, namun aku sudah menikmatinya, sebentar lagi kerajaan ku yang akan berkuasa di sini, kerajaan binatang buas "Beast Kindom"."

    Monster Singa itu kemudian berlari lari ke arah Aldi dengan cepat, Aldi pun kali ini sudah siap untuk melawan, ketika jarak sudah semakin dekat dan Aldi bersiap meninjunya sosok Singa itu menghilang, meninggalkan hembusan angin ke badan Aldi. Serangan tadi nampaknya sedikit memberikan efek ke tubuh Aldi, walaupun sudah kuat namun serangan Singa itu jauh lebih kuat. Dia tidak bisa membayangkan apabila Ia tidak menggunakan kostum, mungkin badannya akan tercabik atau akan menimbulkan luka yang cukup serius.

    "Mungkin sudah saatnya karena kekuatan ku muncul juga orang-orang jahat dengan kekuatan yang besar dan kuat," ucapnya, "Lihat yang ditimbulkan monster tadi, bagaimana aku akan menceritakan kepada semuanya?," lanjutnya. Dengan pertanyaan yang mengisi pikirannya Ia mendorong motornya yang rusak dengan baju compang-camping. Ia menyembunyikan kostumnya di dalam tasnya yang juga menjadi korban, gelapnya malam itu menjadi penghantar dirinya pulang menuju rumah Dokter Sarah.
     
    Last edited: Feb 29, 2016
  8. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : Beast Kingdom
    Chapter 7 - Invasion


    Setelah serangan tadi Ia berjalan menuju rumah Dokter Sarah, belum terlalu malam hingga akhirnya Ia sampai. Bu Harun yang membukakan pintu terkejut melihat keadaan Aldi, Ia beralasan di jalan terjadi kecelakaan sehingga membuat dirinya seperti ini. Anggota keluarga yang lain menghampiri dan merasa cemas namun bersyukur bahwa Aldi tidak mengalami luka yang begitu serius. Dokter Sarah yang melihat kejadian ini tidak begitu percaya dengan cerita Aldi, karena Ia tahu betul apa yang dilakukan Aldi selama ini.

    Aksi The Minor menjadi santapan media malam itu, hampir semua televisi memberitakannya. Aldi cukup pintar membuat luka palsu ditubuh dan mukanya, seakan-akan dirinya memang terlibat suatu kecelakaan. Semuanya berkumpul di ruang tamu, Aldi berada di tengah-tengah mereka sambil di obati oleh Bu Harun. Televisi tersebut mengungkapkan bahwa The Minor adalah seorang petugas kebersihan pasar itu sendiri yang bernama Bayu Kusuma, motifnya adalah Ia merasa tidak puas karena gajinya tak kunjung naik. Satu hal yang masih di investigasi kepolisian adalah darimana Ia mendapat peralatan untuk menyerang pasar.

    Malam sudah larut, anggota keluarga sudah tertidur. Di saat seperti ini Dokter Sarah menanyakan hal yang sebenarnya terjadi kepada Aldi, sunyi sepinya rumah ini hanya di hiasi oleh suara mereka berdua.

    "Aldi, yang barusan itu, sebenarnya apa yang terjadi?"
    "Kejadiannya begitu cepat, saya di serang oleh sesosok monster," dengan raut muka yang serius.
    "Monster?" Dokter Sarah terkejut. "Maksudmu?" lanjutnya.
    "Iya, seperti seekor Singa, berwarna hitam, dan tubuhnya kekar dan tinggi, sangat kuat."

    Aldi menjelaskan lagi detil dari monster itu, yang jadi perhatiannya adalah bagaimana monster itu tau namanya, terlebih lagi nama lengkapnya.

    "Satu lagi dokter, dia tahu namaku."
    "Hm.. kau harus lebih berhati-hati sekarang, kalau sudah begini akan lebih berbahaya jika mereka tahu dimana kau tinggal," terdiam lalu menahan dagu dengan lengannya, "Jika Ia tahu nama mu, berarti ada kemungkinan monster itu mengenali mu atau mungkin skenario terburuknya adalah orang yang berada di lingkungan yang sama dengan mu."

    Setelah terbangun saat itu, orang-orang terdekatnya hanya Dokter Sarah, anak-anak panti, lalu seorang temannya di kampus. Ia berpikir apakah orang-orang yang terlibat dalam eksperimen waktu itu adalah pelakunya, para ilmuwan, staf, atau anak-anak yang dijadikan kelinci percobaan. Entahlah malam itu Aldi merasa lelah lalu Ia pergi istirahat setelah perbincangannya usai lagipula esok hari Ia ada kegiatan UAS dikampusnya. Dokter Sarah masih belum tidur, Ia memikirkan bagaimana nasib Aldi kedepannya, Ia sedikit khawatir.

    Kegiatan UAS dikampusnya berlangsung selama dua minggu, selama itu juga Ia selalu melakukan aktivitas patrolinya di sore hari dan malam. Kini Ia lebih hati-hati dalam bertindak dan selalu waspada agar serangan seperti waktu itu bisa Ia atasi. Hari demi hari berlalu tanda-tanda monster singa itu tidak nampak, UAS juga sudah memasuki hari akhir setelah ini waktu libur yang panjang menanti Aldi. Ia berencana akan memperluas daerah patrolinya selama masa libur nanti, yaitu mencakup daerah Jabodetabek.


    .......


    "Di mana Ivan?" tanya Tia.
    "Entahlah...." jawab Yudha singkat.
    "Seperti percuma bertanya padamu, kenapa juga aku harus terperangkap di sini bersama orang-orang aneh, ah...," menggaruk-garuk kepalanya kemudian pergi meninggalkan Yudha sendirian.

    Tia lalu pergi dan mulai mencari Ivan, ukuran pulau tidak terlalu luas namun jika harus berjalan kaki untuk berkeliling akan memakan waktu lama. Saat siang seperti ini Ia tidak bisa menggunakan "kekuatannya", itu lah kelemahan dirinya dibandingkan rekannya yang lain. Ia kemudian berjalan, berjalan lagi hingga teriakan yang besar terdengar dan melaluinya.

    "Argh..," hembusan angin yang kencang menghampirinya, pohon-pohon terjatuh tersapu oleh suara teriakan itu, di tengah-tengahnya sesosok singa hitam berdiri di sana. Itu Ivan, Tia menghampirinya.

    "Hei..hei, apa kau sudah gila?!!" teriaknya, "Kau hampir saja melukai ku!!" tambahnya
    Dengan suara yang besar, "Seharusnya kau tidak berada di sana tadi, hahaha," tertawa.
    "Dengar, Pak tua sepertinya ingin memberi tahu sesuatu, mungkin sudah saatnya kita melakukannya."
    "Benarkah?," menangkap Tia lalu menggendongnya.
    "Apa...apa yang akan kau lakukan kurang ajar!!," Ivan lalu berlari sekuat tenaga...

    Dengan berlari dalam Beast Mode akan menghemat waktu untuk pergi ke lab utama, begitulah alasan Ivan. Di dalam lab utama sudah terkumpul semua, hanya Ivan yang masih dalam keadaan Beast Mode. Pak Tua mulai memberikan arahan kepada mereka berempat akan tugas mereka malam itu, Ivan sangat antusias berbeda dengan Yudha yang nampak tidak begitu perduli dengan tugas mereka. Tia dan Brama menyimak dengan serius, namun Tia masih kesal karena tindakan Ivan barusan karena dinilainya membahayakan dirinya.

    Memasuki masa akhir UAS, Satria mengajaknya untuk menghabiskan waktu untuk bersantai sejenak. Aldi sempat menolak karena Ia harus pulang dan melakukan tugasnya, namun karena Satria memaksanya dan hari ini juga hari terakhir UAS maka Ia mengiyakan. Pergilah mereka ke sebuah caffe yang berada di kawasan Jakarta Pusat. Tidak hanya Satria dan Aldi, namun kali ini juga hadir Resa dan Erga yang merupakan teman mereka berdua dan satu tongkrongan juga di kampus. Obrolan remaja yang menuju kedewasaan tidak jauh dari wanita, lalu wanita, dan wanita lagi.

    "Di, kamu putus ya sama Des...," Resa nyeletuk.
    "Eh Ga, masih jomblo aja gimana nih, haha..," Satria memotong pembicaraan.
    "Benar juga yah, sudah lama ga lihat kalian berdua, kenapa?" raut muka Erga terlihat serius.
    "Des..siapa? siapa yang kalian maksud?"

    Kali ini muka Erga dan Resa terlihat kebingungan, Satria melihat keadaan semakin kacau jika Aldi tahu yang sesungguhnya. Sebelumnya perempuan yang sedang ditanyakan itu sudah menitipkan pesan ke Satria jangan memberitahu Aldi tentangnya, memakai trik yang sama seperti waktu itu Satria mulai mengubah topik pembicaraan.

    "Eh lihat nih, di Twitter lagi ada yang ramai dibicarakan," berpura-pura serius melihat ponselnya. "Katanya sih di Bandung sama Makassar juga ada orang-orang misterius seperti Indonesia-Man di Jakarta sini." Taktiknya kembali berhasil mengalihkan perhatian ketiga temannya, terutama Aldi dengan serius menanyakan hal tersebut.
    "Seperti Indonesia-Man? Bandung dan Makassar yah?," berpikir keras.
    "Iya beneran, semenjak Indonesia-Man muncul di kota lainnya juga banyak lho yang kaya begitu."

    Aldi berpikir mungkin itu juga adalah hasil percobaan S.I.P.P waktu itu, semenjak percobaan diberhentikan keberadaan orang-orang yang terlibat tidak diketahui dan bersifat rahasia. Obrolan mereka berlanjut hingga waktu malam, tidak terasa memang jika sudah berkumpul dengan teman-teman dekat. Tawa canda yang hangat menghiasi obrolan mereka, beban pikiran seakan menghilang. Saat mereka sedang berada dalam kegembiraan, tiba-tiba Erga merasakan sesuatu yang janggal.

    "Teman-teman, kerasa ga? kayaknya ada gempa nih."
    "Gempa?," Resa berdiam dan mengamati sekitar.

    Lama-kelamaan getaran semakin kuat, dan mereka berempat segera menyadarinya begitupun pengunjung lain. Semakin kuat membuat mereka terguncang, cangkir kopi di meja bergetar dengan kuat. Pengunjung berhamburan keluar dari caffe itu termasuk Aldi dan temannya, ketika berada diluar betapa terkejutnya mereka mobil-mobil dijalan berterbangan seperti tersapu oleh sesuatu. Kejadian itu membuat orang-orang panik dan mulai berlarian tidak karuan, beberapa orang terlihat terjatuh karena getarannya semakin kuat. Satria, Erga, dan Resa juga berlari untuk menghindari mobil yang berterbangan.

    Tanpa temannya menyadari Aldi sudah terbang ke angkasa mencoba melihat apa yang sebenarnya terjadi, dari atas sana Aldi melihat puluhan badak seukuran mobil pemadam kebakaran berlarian. Lalu ada sesuatu yang menaiki badak di urutan paling depan, dari bentuknya yang besar dan berbulu itu adalah seekor beruang khas Amerika yaitu beruang Grizzly. Dengan cepat dia sudah berganti kostum lalu melesat mengejar kawanan badak itu dan langsung menjadikan beruang itu sebagai target.

    Dia terbang di samping kanan kawanan badak, kecepatannya mampu menyusulnya lalu dengan berani Ia menerjang beruang tanpa disadarinya. Dia mendorongnya hingga terjatuh dan terpental ke sebuah bangunan yang berada di sisi kiri kawanan badak itu. Melihat beruang itu langsung terbangun Indonesia-Man menjauh. Lalu beruang itu berbicara sama seperti singa waktu itu.

    "Hm..sayang sekali," menghela nafas. "Padahal King ingin sekali duel dengan mu tetapi malah aku yang bertemu."
    "King?" Indonesia-Man terhenyak.

    Beruang ini memiliki tubuh yang lebih besar dari singa hitam tempo hari, warna bulunya sangat khas grizzlyyaitu coklat tetapi lebih gelap. Berdiri tegap layaknya manusia, dengan badan kekar dan kuku-kuku yang tajam mengkilat. Dia mulai menyerang Indonesia-Man, Dia berlari kemudian menelungkup dan seketika tubuhnya menjadi seperti sebuah meriam. Indonesia-Man berhasil menghindar dan meriam itu mengenai sebuah bangunan.

    "Badak-badak itu, sebenarnya mereka apa?"
    Sambil berjalan santai keluar dari reruntuhan bangunan, "Jika kau ingin tahu, kenapa tidak mengikuti mereka? kau cepat pasti bisa mengejarnya," tersenyum sinis.

    Dalam keadaan ini Indonesia-Man sangat kebingungan, kalau mengikuti kawanan badak mungkin saja beruang ini akan melakukan aksi gila di sekitar sini, kalau melawannya mungkin saja Ia tidak bisa mencegah badak-badak itu berlarian dan tidak mengetahui tujuan mereka kemana, terlebih lagi Ia tidak menginginkan banyak korban. Ia berharap teman-temannya bisa menemukan tempat yang aman. Tidak lama terdengar suara tembakan, polisi berdatangan membantu Indonesia-Man.

    "Indonesia-Man, serahkan yang di sini kepada kami!" teriak salah satu polisi.
    "Tetapi Pak..."
    "Kami pasti bisa meringkusnya, unit lain juga sedang menuju kesini, ada laporan sekumpulan makhluk berukuran besar lainnya sedang menuju ke arah Monas."
    "Baiklah Pak, berhati-hatilah."

    Walaupun agak berat, tetapi dia mempercayakan kepada polisi untuk menahan monster beruang itu. Lalu Ia terbang dengan kecepatan tinggi, sudah tertinggal oleh kawanan badak namun Ia masih bisa mengejarnya. Kawanan-kawan hewan lainnya yang berukuran besar juga mulai bermunculan, ada banteng, gorila, gajah, dan hewan-hewan lainnya juga berlari menuju kesatu titik yaitu Monas. Keadaan kota yang tenang dan keceriaan setelah UAS selesai sirna dalam waktu sekejap, kekacauan terjadi dimana-dimana.

    Indonesia-Man tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa mempercayai petugas-petugas kepolisian melakukan tugasnya, baru kali ini Ia melihat sekumpulan hewan-hewan berukuran besar muncul. Yang Ia bisa lakukan adalah menghentikan semua ini dengan mengalahkan komando atau pemimpin dari mereka semua yaitu singa hitam yang mereka sebut King. Sesampainya masuk ke area Monas, kawanan-kawanan hewan sudah berbaris rapih di bagian puncak tugu emas terlihat seekor kelelawar dengan ukuran raksasa hinggap di sana. Dan dibagian tengah Monas berdiri singa hitam yang waktu itu menyerangnya.

    Tidak ingin membuang waktu Indonesia-Man mencoba langsung menyerang sang singa hitam, dengan cepat Ia melesat tetapi seekor serigala putih entah darimana datang lalu menendang Indonesia-Man dengan sangat kuat sehingga membuat Indonesia-Man terpental jauh keluar dari area Monas dan menghempas sebuah gedung.

    "Kerja bagus Jack Wolf ," Seekor serigala putih menunduk dihadapannya. "Dimana Ace ?"
    Sambil menunduk, "Tidak usah khawatir King Leo, semua persiapan sudah siap."
    "Bagus, hahaha..." tertawa kegirangan.

    Dengan aba-aba King Leo, kelelawar yang hinggap di puncak mulai terbang dan di puncak ternyata sudah di pasang suatu alat seperti tiang pemancar namun berukuran lebih kecil yang ditanam mengelilingi tugu, berjumlah empat buah yang diatasnya ada sebuah lampu indikator berwarna merah. Ketika aba-aba diberikan indikator berubah menjadi hijau lalu terpancar sebuah laser solid berwarna merah yang keluar dari atasnya, ke empat laser itu memancar ke atas lalu bertemu di satu titik tengah yang tepat berada di atas tugu emas.

    Titik tengah itu membentuk suatu medan energi yang besar lalu terhempas jauh ke angkasa dengan volume yang besar, sesampainya di angkasa energi itu meledak dengan dahsyat dan memancar energi ke segala sudut kota. Anehnya pancaran energi itu seakan-akan ingin menutup kota Jakarta, King Leo melihat ke atas raut mukanya menujukan sikap yang senang.

    "Dengan begini, kota ini akan terisolasi dengan energi itu, lalu sebagai awal kota ini yang akan kita kuasai," sahut King Leo.

    Pasukan hewan-hewan yang berukuran besar ini sudah disiapkan untuk memudahkan menguasai kota Jakarta, jumlahnya memang tidak terlalu banyak namun dengan ukuran besar seperti itu cukup baginya untuk menang jika hanya melawan manusia biasa. Indonesia-Man belum juga nampak lagi setelah mengenai tendangan Jack Wolf dan langit Jakarta dengan waktu singkat sudah berubah menjadi berwarna merah tandanya medan energi itu sudah menutupi kota Jakarta. Dengan begini Jakarta sepenuhnya terisolasi.

    King Leo mengambil nafas dengan kuat lalu mengaung sekuat tenaga, suara anguangnya terdengar hingga jarak beribu-ribu meter dari tempatnya berdiri, itu tandanya pasukan siap menyerang dan kawanan hewan-hewan mulai berlarian ke segala arah, sedangkan kelelawar raksasa terbang ke arah timur lalu Jack Wolf ke arah barat. Si beruang yang belakangan bernama Ace sudah membereskan sekawanan polisi yang tadi menggangunya beserta bala bantuan polisi tersebut, kini dia berada di depan gedung produsen Emas, menatap lalu tersenyum lebar.
     
    Last edited: Feb 29, 2016
  9. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : Beast Kingdom
    Chapter 8 - The Rules


    Aungan yang dikeluarkan oleh King Leo merupakan pertanda bahwa pasukan mulai menyebar dan menyerang, keadaan tempat sekitar Monas menjadi sangat kacau. Banyak orang yang kalang kabut berlarian, hewan-hewan buas berlarian kesana kemari. Di sudut kota lainnya, ketiga teman Aldi sang Indonesia-Man sangat panik. Hewan buas terlihat dan mulai berlarian ke arah mereka, mengikuti laju orang-orang yang berlarian akhirnya menemukan tempat persembunyian. Yaitu sebuah area parkir bawah tanah sebuah gedung perkantoran, situasi sedikit terkendali sampai ketiganya mencoban menghubungi Aldi untuk mengetahui keberadaannya.

    Satria mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Aldi, tetapi Aldi tidak bisa dihubungi mungkin mereka berada di sebuah parkiran bawah tanah. Resa mencoba keluar dari parkiran ditemani kedua temannya sambil melihat-lihat apakah ada hewan buas diluar. Diluar aman Satria mencobanya lagi, namun tetap tidak bisa. Resa yang mencobanya kali ini, kembali gagal dan Resa melihat keponselnya ternyata tidak ada sinyal. Dia menanyakan kepada Satria dan Erga, mereka berdua juga mengalami hal yang sama.

    "Sial!, disaat seperti ini!," Resa kesal.
    "Kenapa yah?," Erga kebingungan.
    "Mungkin ini akibat dari langit yang berubah warnanya menjadi merah, mungkin saja kan?" Satria menambahkan.
    "Dengan kejadian-kejadian aneh malam ini, bisa saja hal itu memutus sinyal, kita hanya bisa berharap kejadian ini cepat berakhir," disetujui dengan anggukan Satria dan Resa, "Semoga saja Aldi selamat," tambahnya.

    Mereka bertiga lalu kembali bersembunyi di area parkir bawah tanah, menunggu semua ini selesai dan berharap tidak ada hewan buas yang kemari. Dinding yang bolong menjadi pertanda bahwa Indonesia-Man terhempas sangat kencang, isi ruangan ini pun letaknya tidak beraturan karena dentuman yang dihasilkan dari hempasan tadi. Indonesia-Man mulai tersadar dan menyadari dirinya pingsan untuk beberapa saat. Ia terbangun lalu berjalan sedikit dan melihat keadaan sekitar melalui dinding yang hancur tadi.

    "Hewan buas itu, apa tujuan mereka melakukan ini?," melihat keadaan diluar, Ia mencoba menghubungi dokter Sarah. "Dok...Dokter.."

    Tidak ada jawaban, alat komunikasi wireless Ia simpan ditelinganya dan tersambung oleh topeng mata dan sabuknya. Namun alat itu tidak berfungsi, Ia berharap Rika dan lain selamat atau setidaknya bisa menemukan tempat untuk bersembunyi. Mengambil nafas yang dalam Indonesia-Man lalu terbang menuju Monas lagi, tendagan tadi memang membuatnya terhempas cukup jauh namun dengan kecepatan terbangnya Ia dapat kembali lagi ke Monas. Masih tampak beberapa hewan buas yang menjaga disini, begitu pun King Leo yang agak terkejut dengan kehadiran Indonesia-Man.

    "Hei...hei, untuk apa kau kesini lagi ha!," Indonesia-Man diam tak menghiraukannya, tatapannya menuju puncak Monas, "Apa yang kau lihat?" ujar King Leo.
    Berkata dalam hati, "Tiang-tiang itu apa harus aku hancurkan agar medan energi ini bisa yang menutupi kota ini bisa hilang? aku akan mencobanya."

    Indonesia-Man tanpa menghiraukan King Leo langsung fokus ingin menghilangkan medan energi yang menutupi kota ini dengan cara menghancurkan ke empat tiang yang memancarkan energi seperti laser ini. Ia langsung mendekat ke salah satu tiang itu, ketika Ia ingin mendaratkan pukulannya tiba-tiba titik inti energi yang membentuk sinar laser yang besar ke angkasa dan menghasilkan medan energi menembaknya sinar energi yang besar dan telak mengenai Indonesia-Man, Ia lalu terjatuh ke tanah. Dirinya belum pulih benar akibat tendangan tadi, melihat itu King Leo mendekati Indonesia-Man.

    "Kenapa terlalu terburu-buru?" mencengkram Indonesia-Man dan mengangkatnya ke atas, "Tindakan mu tadi sangat-sangat bodoh!" melemparnya lagi ke tanah.
    "Apa tadi yang menyerang ku barusan?," belum sepenuhnya bangun dan menjadikan dengkulnya sebagai tumpuan.
    "Pencipta alat itu tidak sebodoh yang kau kira, dia sangat teliti. Ha..ha...ha," tertawa lepas di iringi sorakan dari hewan-hewan buas pengikutnya "Sampai kota ini sepenuhnya dikuasai, permainan ini tidak akan selesai."
    "Kau sebut semua ini permainan?!" sudah berdiri mantap dengan kedua kakinya.
    "Intinya kau harus mengalahkan kami semua, dan tampaknya itu tidak mungkin. Ha..ha..ha"

    Indonesia-Man lalu menyerang King Leo, namun semua serangannya berhasil di hindari. Ia dengan mudahnya dihempaskan lagi dan lagi. Seakan-akan sangat lemah dihadapan King Leo, dia menyadari bahwa belum pernah Ia melawan lawan yang kuat seperti ini. King Leo yang mulai bosan mengubah bentuknya ke wujud manusia, badannya dipenuhi oleh tato tribal yang menghiasi tangannya. Dia memperkenalkan diri sebagai Ivan, Ivan Valent. Lalu di luar dugaan Ia menjelaskan tentang "game" ini.

    "Sangat..sangat membosankan!" ujarnya, "Aku kira dengan hadirnya In..do..nesia-man akan membuat hal ini semakin menarik, tapi Pak tua itu sudah mempersiapkan semuanya dengan matang, dasar payah!"
    "Apa maksudmu? siapa Pak tua yang kau maksud?!"
    "Seseorang yang membebaskan kami dari penjara, walaupun harus menjadi seperti ini aku sangat menikmatinya. Ha..ha..ha," berjalan mengitari Indonesia-Man "Baiklah kau melihat ini?" menunjukkan sesuatu di belakang lehernya.
    "Sebuah bola dengan huruf N," jawab Indonesia-Man.

    Sebuah bola, berukuran sebesar bola golf dengan ukiran huruf N tertanam di belakang leher Ivan. Bola itu tranparan dan terbuat dari kaca karena Indonesia-Man dapat melihat proyeksi dirinya.

    "Benar, huruf N yang berarti North atau utara, ada tiga lainnya S yaitu South, E atau East dan W yaitu West ," menghela nafas "Hanya bola-bola itu yang bisa menghentikan aliran medan energi ini, tentu caranya adalah kau harus mengambilnya dari mereka," tambahnya.
    "......," hanya bisa terdiam mengamati musuhnya berbicara.
    "Ya, lagi-lagi Pak tua itu sudah mendesain semua ini, kau harus mengambil mulai dari huruf E,W,S lalu terakhir N yang ada padaku," menajamkan matanya.
    "Aku akan langsung mengambil dahulu punyamu, lalu yang lainnya setelahnya!"
    "Bola-bola ini mempunyai sensor yang apik didalamnya dan sudah di atur sedemikian rupa, jika salah satu tercabut tidak sesuai urutan maka energi yang dihasilkan akan lebih besar, bahkan bukan tidak mungkin seluruh negeri ini akan terisolasi."

    Indonesia-Man terkejut dan mulai muncul pertanyaan dibenaknya tentang semua yang King Leo jelaskan.

    "Apa maksudmu memberitahuku semua ini?"
    "Hmm... aku sangat menyukai permainan dan tampaknya tidak seru jika bermain sendirian, teman-temanku yang lain ingin juga merasakan hal yang sama."
    "Cih, itu tidak masuk akal!"
    "Lalu apa yang kau perbuat sekarang, semakin lama kau di sini keadaan semakin menguntungkan ku. ha..ha..ha," seketika berubah menjadi Beast Form.

    Tidak mempunyai banyak pilihan Indonesia-Man langsung menuju E atau East yaitu arah timur, terbang dengan kecepatan penuh sesekali melihat keadaan di bawah belum tampak bala bantuan dari pihak kepolisian tiba atau pun tentara yang datang membantu. Agak aneh karena situasi seperti ini harusnya dapat memicu pertolongan yang lebih besar datang. Ia berharap warga dapat bertahan selama mungkin karena Ia ingin menyelesaikan ini secepatnya. Terus terbang ke arah tiimur lalu Ia melihat seekor kelelawar hitam raksasa yang sedang hinggap di salah satu gedung tinggi.

    Dengan kecepatan tinggi Indonesia-Man memukulnya, telak mengenai kepala kelelawar raksasa itu. Raksasa itu kehilangan keseimbangan dan Indonesia-Man memegangi salah satu sayapnya dan melemparnya ke angkasa. Lalu di angkasa Indonesia-Man mulai memukulinya dengan keras dan cepat tanpa memberi celah kelelawar raksasa itu untuk menyerang balik. Setelahnya Indonesia-Man memukul bagian belakang raksasa itu, dengan keras menghantam salah satu gedung. Ia yakin malam seperti itu sudah tidak orang yang berada di gedung itu.

    Perlahan setelah menghantam gedung, kelelawar raksasa itu terhuyung jatuh ke tanah. Sayapnya yang besar mampu menutupi jalan dan merusak tiang-tiang di sekitarnya. Ketika Ia ingin mengambil bola di raksasa itu banyak hewan buas yang menghalanginya, selagi Ia membereskan hewan-hewan buas yang tidak terkontrol tiba-tiba ada sesuatu keluar dari perut raksasa-raksasa itu. Perlahan-perlahan mulai dari tangan , kepala, hingga keseluruhan tubuhnya muncul. Berwujud seperti kelelawar hanya saja layaknya perempuan dengan dadanya yang terbentuk, sayap yang terpisah dari lengannya yang membuatnya berbeda dengan kelelawar biasanya.

    Lalu kelelawar itu mengangkat tangannya dan seketika hewan-hewan buas terhenti termasuk yang menyerang Indonesia-Man.

    "Baiklah semua, Ratu kalian sudah muncul, berikan aku persembahan kalian!" dengan lantangnya diikuti sorakan dari hewan-hewan buas.

    Hewan-hewan buas mulai melihat beberapa warga yang berada di sini dan belum menemukan tempat yang aman, namun entah dari mana seekor hewan buas berbentuk baboon terlihat membawa seorang pemuda dan ia menuju badan kelelawar raksasa itu. Indonesia-Man mencoba menghentikannya namun banyaknya hewan buas yang menghalangi jalannya sampai baboon tersebut sudah berada lagi di hadapan kelelawar itu. Pemuda itu diserahkan kepadanya, Ia ketakutan namun tiba-tiba terdiam nampak seperti orang yang terhipnotis. Dengan taringnya yang tajam kelelawar itu mulai menghisap darah pemuda itu sampai habis.

    Setelahnya mata merahnya menyala tajam, Ia sangat menikmati makanan pertamanya. Melihat Indonesia-Man lalu Ia memerintahkan pasukannya untuk membawanya kehadapannya.

    "Bawakan aku orang itu," menunjuk ke Indonesia-Man.

    Hewan-hewan buas semakin ganas, Indonesia-Man sudah berada di sudut dengan kepungan hewan-hewan buas yang ingin menangkapnya dan menjadikan dia santapan berikutnya. Di lain sudut ratu kelelawar itu tersenyum lebar dan menjilat sisa darah yang menempel di sisi samping bibirnya. Waktu semakin malam saat itu dan hampir seluruh kota sudah terkepung oleh hewan-hewan buas yang mulai menjalar ke sudut-sudut kota, termasuk daerah perumahan tempat Dokter Sarah dan yang lainnya berada.
     
    Last edited: Feb 29, 2016
  10. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : Beast Kingdom

    Chapter 9 - Above Night


    Sesaat sebelumnya Dokter Sarah yang sedang mengendarai mobil diperjalanan pulang dikejutkan oleh adanya hewan-hewan buas berukuran besar yang mengamuk dijalanan, khawatir dengan keadaan keluarga di rumah Ia dengan cepat menekan gas mobilnya dan langsung bergegas. Tak lama kemudian ketika sampai area perumahan tampak lengang, tak ingin membuang waktu Ia membawa seluruh anggota keluarga masuk kemobilnya kecuali Tomi dan Monica mereka berdua menggunakan motor.

    Anggota keluarga yang lain merasa kebingungan atas tingkah laku Dokter Sarah yang aneh, Ia sendiri tidak menjelaskan kejadian yang Ia lihat barusan. Ia hanya fokus mencari tempat yang aman untuk keluarganya, lalu Ia membawa mereka ke sebuah gor di dekat rumahnya. Gor yang menyimpan sebuah lab rahasia, tidak ada pilihan lagi selain itu walaupun Ia harus menerima resikonya kalau identitas Aldi akan terbongkar. Sesampainya di Gor Dokter Sarah sudah di sambut oleh Dani, badannya yang gemuk membuat jalannya lambat.


    "Dani, Nabila ada?" tanya Dokter Sarah

    "Dok, kau tidak apa-apa? merasa heran melihat Dokter Sarah dalam keadaan panik.

    "Biar nanti saja saya jelaskan, jadi Nabila ada?"

    "Ada, Dia berada di dalam."

    "Bagus!"


    Dokter Sarah bergegas masuk ke dalam beserta rombongan keluarganya di ikuti Dani, di dalam nampak Nabila sedang tertidur. Dani membangunkannya, Nabila terkejut melihat banyak orang berkumpul diruangannya.


    "Hmm...ada apa?" belum sadar sepenuhnya.

    "Nabila, bukakan akses menuju lab, lalu kau dan Dani ikut juga."

    "Aku juga?" Dani menunjuk dirinya.

    "Ketika di lab saya akan jelaskan semuanya, waktu kita tidak banyak."


    Melihat Dokter Sarah yang panik Nabila dengan cepat membuka akses menuju lab, semua yang ada diruangan itu berangkat menaiki lift bergantian. Ibu Harun dan Ibu Mariana berserta anak-anak pergi duluan kemudian di susul oleh Dokter Sarah dan yang lain. Begitu pun saat menaiki kereta menuju pintu utama lab, anak-anak seumuran Rika tercengang melihat pintu lab terbuka namun reaksi Tomi dan Monica berbeda mereka menaruh kecurigaan. Keadaan lab masih sama seperti terakhir Dokter Sarah dan Aldi datang untuk melatih kekuatannya.


    Sementara Ibu Harun dan Ibu Mariana mengajak anak-anak keruangan lain, Dokter Sarah membawa Dani, Nabila, Tomi , dan Monica ke ruangan tempat Aldi berlatih. Ia tahu banyak yang ingin Tomi dan Monica tanyakan tapi lebih baik kalau Ia yang menjelaskannya sendiri ke mereka. Mereka semua duduk di ruangan kaca di mana dibawahnya terdapat area latihan Aldi, Dani tercengang melihat kondisi area latihan itu banyak lubang dan retakan sana sini. Dokter Sarah mulai menjelaskan semuanya mulai kejadian hari ini, tempat ini, dan rahasia Aldi.


    "Mungkin kalian bertanya mengapa saya bawa kalian semua kesini, adapun cerita ini kalian percaya atau tidak namun inilah yang terjadi. Di jalan pulang tadi banyak sekali hewan-hewan buas berukuran besar, jauh dari ukuran normal seharusnya. Saya juga tidak tahu darimana mereka berasal, yang saya pikirkan hanyalah keadaan keluarga di rumah dan langsung membawa kalian ke sini."

    "Hewan-hewan buas berukuran besar? hm..." Dani memegang dagunya.

    "Terus lab ini tempat apa Bu? kenapa Bu dokter tahu ada tempat seperti ini di sini?" tanya Monica.

    "Hm..ini adalah sebuah lab...." agak ragu menjelaskannya, "Sebuah lab milik pemerintah yang menjelaskan proyek-proyek rahasia," lanjutnya.

    "Bukannya Bu Sarah dokter spesialis syaraf?"

    "Iya benar, namun saya juga seorang ilmuwan pemerintah."


    Tomi dan Monica terkejut mendengarnya, karena yang mereka tahu selama ini Dokter Sarah adalah seorang dokter spesialis syaraf yang bekerja di sebuah rumah sakit. Belum lagi cerita mengenai hewan-hewan buas yang berkeliaran di luar sana, lalu Nabila menyinggung soal proyek yang Dokter Sarah jelaskan. Walaupun Ia bekerja di bawah pemerintah namun Ia tidak tahu soal proyek-proyek yang mereka kerjakan, terlebih di lab ini.


    "Lalu bagaimana dengan proyek yang kau bicarakan barusan?" tanya Nabila.

    "Benar, apakah yang aku lihat tadi juga akibat proyek itu?" tambah Dani.

    "Proyek itu bernama S.I.P.P, kami ingin membuat model manusia baru yang unggul dalam segala bidang, awalnya proyek kami ini berhasil dan menjelang setahun terjadi sesuatu tragedi yang mengakibatkan proyek di tutup dan dihentikan," terdiam sejenak "Dan Aldi adalah salah satu manusia percobaan hasil proyek S.I.P.P."

    "Kak Aldi?!," Monica terhenyak.

    "Selain dia yang lainnya tidak diketahui keberadaannya, pemerintah menutup semua informasi tentang mereka."

    "Jangan-jangan superhero yang selama ini membantu melawan kejahatan itu Kak Aldi?"

    "Iya Monica, dia Indonesia-Man," semua terkejut dan terdiam.


    Di luar keadaan makin belum terkendali, bala bantuan sudah sedikit datang namun belum bisa menghadang para hewan-hewan buas tersebut. Indonesia-Man juga sedang dilanda kesulitan melawan ratu kelelawar ini, hewan-hewan buas silih berganti menyerangnya. Ia mampu menghindari dan melawan balik namun hal ini malah membuang waktunya, entah mengapa semakin lama Ia bertarung maka semakin banyak hewan-hewan buas yang datang dan menyerang kota. Lalu Ia memfokuskan diri menyerang ratu kelelawar itu. Ia terbang kearahnya namun ratu kelelawar terbang menghindar.


    "Kenapa terlalu terburu-buru tampan?," Ratu Kelelawar merayu.

    "Aku tidak ada waktu bermain dengan kalian!"

    "Bermain? ha..ha..ha.," tertawa genit.

    Indonesia-man melayangkan pukulannya, namun ratu kelelawar berhasil menahannya dengan sayapnya lalu mengeluarkan gelombang suara ultrasonik yang sangat kencang membuat Indonesia-Man tersapu lalu kehilangan fokus di udara. Ratu kelelawar menyergapnya di udara lalu Ia membuat gerakan berputar seperti tornado menghempaskan ke tanah dengan keras. Indonesia-Man terkapar akibat serangan itu, lalu sang ratu mengangkatnya tinggi mulutnya terbuka memperlihatkan gigi taringnya yang tajam. Indonesia-Man terbangun, terkejut melihat Ratu kelelawar ingin mengigitnya Ia lalu memegang tangan Ratu kelelawar dan melemparnya ke kejauhan.

    "Ugh..apa kekuatanku masih kurang?, aku harus lebih kuat dari ini," berbicara dalam hati.

    Ia terdiam dan memfokuskan diri, kekuatan mengalir dari tubuhnya. Secepat kilat Ia berlari ke arah Ratu kelelawar, membuat pola lingkaran mengelilingi sang Ratu. Lingkaran itu membuat pusaran angin, Ratu kelelawar mulai tersudut Ia mencoba keluar dengan terbang ke atas. Namun usahanya sia-sia karena angin di dalam pusaran ini terlalu kuat, Indonesia-Man menambah kecepatan larinya sehingga membuat pusaran angin semakin kuat. Ratu kelelawar pun akhirnya terhisap ke dalam pusaran dan berputar-putar didalamnya.

    Sudah terhenyak dalam pusaran Indonesia-man menghentikan larinya, Ratu kelelawar keluar dari pusaran dengan keras ke udara. Di saat seperti itu Indonesia-Man tidak membuang waktunya lalu terbang menghampiri Ratu kelelawar, Ia melayangkan pukulan telak ke tengan perut Ratu kelelawar. Dirinya terhempas ke tanah dan terseret jauh akibat pukulan telak tadi. Indonesia-Man mencoba menghampirinya, Ia melihat sekarang sudah ada sesosok perempuan biasa yang merupakan perwujudan dari Ratu kelelawar. Ia membalikan badan perempuan itu untuk mengambil bola kristal yang tertanam dileher belakangnya.

    Ketika di balik, ternyata bola itu tidak terdapat di situ. Di leher perempuan itu tidak ada bola yang tertanam, sedikit kebingungan Indonesia-Man mencoba berpikir sejenak. Ia teringat bahwa Ratu Kelelawar itu muncul dari tubuh kelelawar raksasa, Ia mencoba menghampiri tubuh kelelawar raksasa itu. Banyak hewan-hewan buas di sana namun bukan perkara sulit untuk Indonesia-Man untuk melawan dan menghajar mereka. Ketika sudah selesai Ia membalikan tubuh kelelawar raksasa itu yang sebelumnya terlentang.

    Dibutuhkan sedikit tenaga untuk membalikkannya karena ukuran kelelawar tersebut yang besar, Ia mencari di sekitar leher. Bulu kelelawar yang lebat cukup menyulitkan awalnya, dengan usaha ekstra bolanya ditemukan. Tidak berlama-lama Ia langsung mencabutnya, ketika di cabut bola itu langsung terbang ke atas dengan cepat lalu terbang menuju sumber energi yang berada di Monas. Ternyata jika bola itu dilepaskan maka otomatis langsung pergi menuju sumber energi, ini dapat menghemat waktunya tanpa perlu membawa bola itu.

    "Bagus!, tinggal tiga lagi, aku harus bergegas," dengan penuh semangat.

    Karena terlalu fokus mencari bola kristal itu, Ia tidak menyadari bahwa hewan-hewan buas datang menghampirinya. Dalam keadaan tidak siap, Ia yakin akan mengenai serang hewan buas yang tiba-tiba menyerang. Tetapi terdengar suara tembakan, Ia menoleh dan ternyata itu adalah tembakan dari seorang tentara. Bala bantuan yang diharapkan sudah tiba. Indonesia-Man menyerahkan sepenuhnya area ini kepada bala tentara yang ada, Ia langsung menuju arah Barat dari tempatnya berada untuk mengambil bola lainnya.

    Di tempat lain, terlihat dua orang petugas keamanan yang terkapar di lantai. Keadaan ruangan itu juga sangat kacau, sebuah pintu brangkas besi besar tergeletak jauh dari tempatnya. Tempat ini adalah sebuah gedung penyimpanan emas yang dikunjungi oleh Ace sebelumnya, Ia sudah mengambil seluruh emas yang tersimpan di sini. Sekarang Ia berada di Kepulauan Seribu yang menjadi basis mereka, dihadapannya terdapat beberapa rangka besi yang berisikan emas-emas yang diambilnya.

    "Aku sudah bawakan kepada Mu emas ini Pak Tua."

    "Ya kerja yang bagus," tersenyum manis, "Kau bisa bawakan emas ini ke ruangan dalam, aku ingin melakukan sesuatu," tambahnya.

    "Baik Pak Tu...maksud Ku Professor..."

    "Dengan ini maka rencana Ku akan jadi sempurna....," tertawa kecil lalu membuka kacamatanya.
     
    Last edited: Feb 29, 2016
  11. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : Beast Kingdom

    Chapter 10 : The Truth Behind

    Kali ini target Indonesia-Man adalah bola kristal West. Ia bergerak cepat ke arah barat, bala bantuan sudah mulai berdatangan namun dia masih khawatir dengan keselamatan orang-orang. Ia menambah lagi kecepatannya, bergerak melewati kecepatan peluru. Tidak jauh dengan situasi daerah sebelumnya, di area ini juga terjadi baku hantam antara tentara dan hewan-hewan buas. Lalu dia melihat sebuah serigala putih berukuran 2 meter berdiri di salah satu gedung pencakar langit, serigala itu adalah Jack Wolf dan Indonesia-Man berniat menyerangnya.

    Jack Wolf mendadak hilang dan tiba-tiba sudah ada tepat di samping Indonesia-Man, Ia terkejut dengan kecepatan yang di miliki oleh serigala ini. Jack Wolf membisikan sesuatu.

    "Ikuti aku, tidak aman kita bicara di sini."

    Indonesia-Man hanya terdiam, Jack Wolf lalu melompat di udara menuju sebuah bangunan yang lebih kecil dari gedung yang Ia tempati tadi. Sebuah kaca dipecahkannya, Indonesia-Man mengikutinya dari belakang.

    "Kenapa kau mengajakku ke sini?", Indonesia-Man bertanya.
    "Dengarkan aku, aku tidak akan menyerang mu. Aku akan memberitahu mu sesuatu," berubah perlahan menjadi wujud manusia.

    Indonesia-Man mengamatinya, dari raut mukanya tampaknya dia bukan orang jahat. Tingginya hampir sama dengan sosok Aldi, rambutnya sebahu. Lalu orang itu mulai membicarakan sesuatu.

    "Apa ini mengganggumu?", menujuk ke arah vital.

    "Ti..dak, ruangan ini cukup gelap."

    "Baiklah, sebelumnya perkenalkan aku Yudha, Yudha Kesatriya. Aku sebenarnya tidak ingin melakukan semua ini."

    "Apa maksudmu?"

    "Kami semua sebenarnya napi yang dibebaskan oleh seseorang, lalu kami semua dijadikan bahan eksperimen."

    "Seseorang?"

    Terdengar bunyi suara termbakan di bawah, tampaknya pertarungan di bawah begitu sengit. Mereka berdua melanjutkan pembicaraan mereka.

    "Ya, awalnya orang itu mengaku dari sebuah yayasan. Orang itu sudah tua, berkacamata. Aku mengira kami berempat akan di bina menjadi pribadi yang lebih baik namun ternyata tidak. Kami di bawa ke suatu pulau, dan dijadikan bahan eksperimennya."

    Indonesia-Man mulai mencurigai seseorang di balik semua ini, tetapi dirinya masih belum yakin kalau dugaannya tepat sehingga Ia menyimpannya dan tidak jadi menanyakannya.

    "Lalu kenapa kau tidak menolaknya? padahal kalian berempat bisa dengan mudah melarikan diri."

    "Aku sendiri tidak bisa, ini balas budi karena dia sudah membebaskan ku. Semenjak mengetahui rencananya sesungguhnya aku berniat memperbaiki diri, aku tidak mau menjadi orang jahat lagi," memegangi leher belakangnya. Ia melepaskan sebuah bola kristal dari lehernya, "Dengan ini tinggal dua lagi bukan?", lalu bola itu terbang keluar dari bangunan ini.

    "Aku harus berterima kasih atas bantuan mu ini, lalu apa rencanamu selanjutnya?"

    "Aku akan menemui keluarga ku, tempat tinggal mereka tepat berada di kota sebelah," merubah dirinya menjadi sesosok serigala besar lagi. "Ada satu hal lagi yang ingin aku katakan."

    Jack Wolf mengatakan sesuatu hal lagi pada Indonesia-Man, hal ingin membuat Indonesia-Man geram dan ingin cepat-cepat menyelesaikan kekacauan ini. Di akhir perkataannya Jack Wolf melukai dirinya sendiri dengan membuat luka garis horizontal di bagian mukanya. Ia beralasan luka yang dibuatnya sebagai tanda bahwa Ia terlahir sebagai manusia yang baru. Setelah itu Ia melompat keluar bangunan dan menghilang di malam yang sunyi meninggalkan Indonesia-Man sendiri di bangunan itu.

    Dengan begini sisa dua lagi, lalu Ia memburu seekor beruang yang di awal tadi menyerangnya. Menurut penjelasan King Leo beruang itu memiliki bola kristal South yang berarti di wilayah selatan. Tidak membuang waktu lagi-lagi dengan kecepatan penuh dirinya terbang melintasi langit Ibu Kota, sekarang Ibu Kota tampak seperti medan perang. Suara tembakan terdengar di sana-sini, bala tentara melakukan tugasnya dengan baik. Berada di daerah selatan tidak terlihat sesosok berunag besar.

    Ia meninggikan dirinya untuk melihat di ketinggian, Ia amati daerah sekitar masih tidak terlihat. Hanya terlihat beberapa hewan buas yang sedang menghadapi tentara. Ia mulai berpikir sejenak memejamkan matanya mengingat kejadian sebelumnya, kejadian awal di mana pasukan badak raksasa datang. Dari situ Ia mencoba kembali lagi ke tempat awal, sebuah rumah makan yang Ia datangi bersama temannya. Baru saja Ia ingin meninggalkan daerah ini terlihat sebuah badak raksasa yang sedang berlari kencang yang menerobos pasukan tentara.

    Diatasnya ada seekor beruang besar menaikinya, itu dia yang Indonesia-Man cari. Seekor beruang besar dengan bola kristal dilehernya. Beruang itu adalah Ace Grizzly namun Ia senang menyebut dirinya dengan sebutan Ace saja. Barikade pasukan tentara dibuatnya berantakan, seekor badak raksasa sangat kuat dan tidak mempan diserang dengan peluru maupun roket yang diarahkan kepadanya. Ace lalu turun dan menangtang Indonesia-Man untuk berduel, sebuah angungan yang besar menjadi tanda bahwa Ia siap menghadapi Indonesia-Man.

    Ace si beruang mulai berlari menggunakan kaki dan tangannya, lalu Ia membentuk dirinya menjadi sebuah bola dan mulai berputar kencang dan meluncur ke arah Indonesia-Man. Ia bersiap dengan menyiapkan tenaga untuk memukul mundur bola besar beruang yang berputar kencang itu, sangking kencangnya menimbulkan angin di kedua sisinya. Jarak sudah semakin dekat Indonesia-Man bersiap memukul, dan ketika bola itu di pukul Indonesia-Man malah terpental jauh. Ternyata pukulannya tidak mampu menghentikan laju kekuatan bola besar itu. Ace lalu berenti dan merubah bentuk menjadi seekor beruang lagi.

    "Hanya itu saja kemampuan mu hah!," Dirinya mulai berlari lagi dan menjadi bola besar lagi

    Indonesia-Man masih terkapar karena terpental jauh, bola besar Ace mulai meluncur lagi namun kali ini Ia memantulkan diri ke atas dan ingin menimpa Indonesia-Man. Masih belum siap Indonesia-Man dengan telak terkena timpahan bola besar Ace. Ace melompat ke atas lagi lalu siap menimpa Indonesia-Man, percobaan keduanya berhasil lagi mengenai Indonesia-Man. Lalu Ia mengulanginya lagi, tidak ingin terkena serangan itu lagi Indonesia-Man dengan sekuat tenaga menghindarinya, namun efek benturan yang ditimbulkan berhasil membuat terpental.

    Menghentikan lajunya dan berubah wujud menjadi beruang besar lagi, "Tampaknya dua teman ku mampu menyulitkan mu, namun perjalanan mu sampai di sini saja," memulai lagi berputar dengan rotasi yang lebih gila dari sebelumya.

    "A..ku tidak akan kalah," mencoba bangkit lalu mengumpulkan energinya, otot-ototnya mengeras.

    Bola besar Ace melaju dengan cepat, kali ini Indonesia-Man akan mencoba menghentikan laju putarannya. Dengan sekuat tenaga Indonesia-Man menahan laju putaran dengan kedua tanganya di sisi kiri dan kanan membuat jalan hancur oleh efek yang dihasilkan. Putarannya semakin melemah, melemah dan sampai akhirnya berhenti. Lalu Ia menguncinya dengan tangannya dan tidak membiarkannya bergerak, Ia membawanya terbang ke angkasa. Tinggi, lebih tinggi lagi lalu Ia melepaskan kunciannya Ace terjatuh dan sekarang berada di udara.

    Di udara ini Indonesia-Man mulai memukulinya, efek pukulannya membuat Ace terjatuh lebih cepat ke tanah. Ia mengepalkan tangannya, memfokuskan tenaganya pada pukulan terakhir ini. Lalu Ia pukul sekuat tenaga ke perut sang beruang, sang beruang meraung seraya meluncur sangat cepat ke tanah. Demtuman keras terdengar jelas, meninggalkan sebuah lubang besar. Ace berada tepat di tengah lubang itu, kali ini dirinya sudah kalah tidak mampu bergerak. Indonesia-Man membalikan badannya dan mulai mencari bola kristal.

    "Untungnya bola ini sangat kuat," mencabut bola di leher beruang Ace.

    Bola sudah terbang menuju poros tengah, aksi Indonesia-Man membuat tentara menjadi termotivasi dan lebih bergairah menghadapi serangan hewan-hewan buas di daerah ini. Indonesia-Man mulai pergi meninggalkan tempat ini, Ia terbang dengan kecepatan biasa dahulu, sambil mengumpulkan tenaga. Kecepatannya makin kesini makin cepat dan akhirnya tenaga sudah terkumpul dan kecepatannya semakin meningkat. Sekarang tinggal mengalahkan King Leo, daerah luar monas juga terjadi pertempuran yang sengit namun pasukan tentara tidak bisa menerobos masuk.

    Dari jalur darat banyak sekumpulan hewan-hewan buas menghadang, dari udara juga terdapat burung-burung ganas yang ukuran tidak kalah besar menjadikan area Monas steril dari gangguan musuh. Dengan pakaian superhero yang terlihat robek sana-sini, Ia mulai memasuki area Monas. Ia melepaskan topeng mata yang hancur akibat melawan beruang Ace. Pasukan hewan buas berteriak keras melihat kedatangan Indonesia-Man. King Leo dalam wujud manusianya terlihat berada di tengah Monas.

    "Tenang wahai rakyat ku," mengangkat tangannya, kemudian suasana menjadi tenang.

    "Ayo kita mulai," Indonesia-Man menggertaknya.

    "Hahaha....," tertawa lepas lalu berubah menjadi wujud Singa Hitamnya. "KAU AKAN MATI DI SINI INDONESIA-MAN!"
     
    Last edited: Feb 29, 2016
  12. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : Beast Kingdom

    Chapter 11 : A Man Behind The War


    Pertarungan pun terjadi, King Leo yang sudah berubah menjadi wujud buasnya berlari cepat menuju Indonesia-Man. Dengan kuku-kuku panjangnya Ia siap membelah tubuh Indonesia-Man menjadi dua. Melihat musuhnya mencoba menyerang, Indonesia-Man mengambil langkah yaitu melompat tinggi dan melayang di udara. Ia tahu seekor singa tidak bisa terbang.

    Serangan yang tadinya ingin dilancarkan gagal, tak kehabisan akal King Leo menggunakan suara aungannya yang keras untuk menyerang. Suara itu berpola seperti angin ribut, walaupun diarahkan ke udara namun akibat getaran yang kuat mengakibatkan tanah tempat King Leo berdiri retak kemudian hancur.

    Indonesia-Man tidak bisa mengelak, tangannya membentuk pertahanan diri. Tetapi karena terlalu kuat Ia pun terpental terkena serangan itu. Dirinya berputar-putar di udara, tanpa disadari tepat dihadapannya King Leo sudah mencapainya. Tangannya yang besar menggemgam kepala Indonesia-Man, lalu Ia mengayun dengan kuat dan melemparnya ke tanah.

    Tidak sampai di situ saja, singa hitam itu lalu meluncur ke arah Indonesia-Man yang terjatuh tadi. Ia menabrakan dirinya begitu saja, lalu suara hantaman keras terdengar. Kerusakan hebat terjadi, menimbulkan lubang yang berdiameter cukup besar. Suara gemuruh pasukan King Leo terdengar riuh.

    Seakan masih belum puas melihat Indonesia-Man yang terkapar, King Leo menyeret Indonesia-Man dengan cara memegang kepalanya dan berlari cepat. Ia berputar dua kali lalu melempar Indonesia-Man. Lemparannya jauh sehingga tubuh Indonesia-Man telak mengenai pagar besi disebelah barat Monas.

    “Lihat!, tidak ada yang bisa mengalahkanku!” mengangkat kedua tangannya diikuti suara riuh pasukannya.

    Indonesia-Man belum sadarkan diri, kondisinya begitu mengenaskan. Ia tersangkut di pagar besi, pakaian khusus yang Ia kenakan mengalami kerusakan disana-sini bahkan topeng yang Ia pakai dimatanya hancur. Nafasnya begitu pelan, dikejauhan terlihat King Leo yang berjalan santai menghampirinya.

    Ia dengan santai melakukan peregangan tubuh, lalu mulai mengasah kuku-kukunya sampai muncul percikan api setiap Ia menggesekan kuku di kedua tangannya. Jarak masih jauh namun Indonesia-Man belum juga bergerak. Lalu sang singa mulai mempercepat langkahnya, ia pun sekarang berlari. Kukunya yang tajam siap menerkam, gerakan menusuk Ia lakukan namun serangannya gagal mengenai Indonesia-Man, sesaat sebelum mengenai dada Indonesia-Man tangannya terhenti. Tangan kiri Indonesia-Man memegang tangan kanan King Leo, Ia terkejut.

    “Apa?!”

    Sebuah senyuman hadir dari muka Indonesia-Man seraya berkata, “Fiuh, hampir saja.”

    Aura merah keluar dari tubuh Indonesia-Man, genggamanya semakin kuat. Dengan sekuat tenaga Indonesia-Man memukul telak dada King Leo hingga terpental jauh, suara riuh pasukannya sekejap langsung hilang. Indonesia-Man kini berdiri dengan gagah, aura merah semakin banyak keluar.

    “Aura apa ini?” sambil melihat kedua tangannya.

    “Padahal hampir saja aku terkena serangan itu, namun kekuatan ini tiba-tiba muncul, seketika aku mendapatkan energi yang luar biasa,” lanjutnya dalam hati.

    King Leo masih terlihat terbaring di tanah sambil memegangi dadanya.

    “Arghh… pukulan tadi itu sangat cepat, sial!” mulai bangkit dan berdiri tegak.

    King Leo melihat ada yang berbeda dari Indonesia-Man. Yaitu seluruh bagian tubuhnya sekarang dilapisin oleh energi berwarna merah menyala. Dikegelapan malam energi tampak bersinar terang. Indonesia-Man menghampiri King Leo, Ia melakukan serangan pukulan dengan kombinasi dan berpola zig-zag.

    Dengan energi merah diseluruh tubuhnya serangan itu terlihat seperti jam pasir jika dilihat dari atas dan King Leo berada ditengah-tengahnya. Kecepatan serangannya Ia tambahkan sehingga tidak ada lagi kesempatan untuk musuh menyerang balik. Di akhir serangannya, Ia menggunakan kedua tanganya untuk memukul tubuh King Leo. Pukulan itu berhasil mengalahkan King Leo.

    Monster singa itu akhirnya kalah dan terkapar di tanah, tak percaya pemimpin mereka kalah pasukan hewan buas yang berada di sekitar mendadak diam tanpa mengeluarkan kata-kata. Lalu energi yang melapisi tubuh pun ikut hilang, Indonesia-Man kehilangan keseimbangan dan tersungkur.

    “ternyata kekuatan itu hanya sementara,” ujarnya.

    Bola Kristal terakhir dengan sendirinya terlepas dan langsung terbang ke arah puncak Monas. Sudah terkumpul semua bola Kristal dan ke empat bola itu berputar-putar mengelilingi puncak dan menimbulkan reaksi aneh. Laser yang menembakan energi perisai bewarna merah yang menutupi kota Jakarta kali ini menembakkan lebih jauh ke angkasa menembus awan. Ternyata bola-bola itu mengakibatkan efek yang lebih parah.

    “Hahaha…Pak Tua itu sangat cerdas memperhitungkan semuanya,” King Leo sudah berubah ke sosok manusia.

    “Ya, aku sudah mengetahuinya.”

    “Ap..apa maksudmu?!”

    Indonesia-Man teringat perkataan Jack Wolf sebelum Ia pergi dan menghilang di gelap malam.

    “Ini semua permainannya, yang kau kalahkan seharusnya bukan King Leo.”

    “Dia siapa?”

    “Dia orang yang merancang semua ini, seorang Pak Tua yang sebenarnya adalah seorang Professor. Kau bisa saja melewatkan bola Kristal yang terakhir dan langsung menuju orang itu, namun sebaiknya kau ikuti saja permainan ini lalu setelah itu baru kau menemuinya.”

    “Di mana dia berada?”

    “Gugusan Pulau Seribu.”

    “Bagaimana bisa kau…’

    Jack Wolf langsung keluar dari gedung dan meninggalkan Indonesia-Man.

    Setelah mengingat dan tahu langkah selanjutnya Indonesia-Man meninggalkan King Leo begitu saja dan bergegas menuju gugusan Pulau Seribu sambil berharap kepada bala tentara untuk menjaga ketertiban kota. Ia mengawali perjalanannya dengan terbang di udara, tenaganya belum terkumpul semua.

    Setelah menghela nafas panjang dengan kekuatan penuh Ia terbang menuju tempat yang disebutkan oleh Jack Wolf. Tampak sekilas terlihat jejak kaki hewan raksasa , Ia berpikir mungkin di tempat itu semua hewan-hewan buas itu berasal. Ia langsung menuju ke gugusan yang paling besar.

    Langit cerah sekitar gugusan pulau memperlihatkan bahwa energi perisai mulai tampak dan bergerak, mungkin kali ini energi itu akan menutupi seluruh kawasan Jabodetabek. Ia sudah tidak ada banyak waktu dan harus segera bergegas. Masuk ke salah satu tempat seperti gua yang berada disebuah bukit yang ada di gugusan pulau itu.

    Tampak tidak ada yang aneh sampai lampu berwarna hijau mulai terlihat dan menerangi tempat itu, Ia terkejut bagaimana mungkin di tempat seperti ini ada sebuah laboratorium modern. Ia mulai menulusuri tempat itu sampai akhirya Ia mendengar suara orang tertawa. Ia bergegas menuju sumber suara.

    Tempat sumber suara yang Ia masuki seperti ruangan control, terdapat layar besar di depannya dengan alat-alat canggih yang mengoperasikannya. Terlebih di sisi kiri dan kanan juga ada layar kecil dan peralatan canggih. Ia melihat seseorang berdiri di depan layar besar itu, karena lampu berwarna hijau Ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa sosok yang berdiri disana.

    “Selamat datang,” sosok misterius itu menyambutnya. “Kau hebat bisa menemukan tempat ini, aku berasumsi kau mengikuti jejak-jejak kaki hewan-hewan buas itu,” lanjutnya.

    “Hentikan semua ini sekarang juga!” Indonesia-Man sedikit membentaknya.

    “Jangan terburu-buru,” Ia menepuk tangannya, seketika lampu di ruangan itu berubah menjadi putih dan sekarang menjadi jelas.

    Terlihat sosok laki-laki, dari perawakannya Ia masih muda sekitar umur 30an. Lengkap memakai baju ala Professor dengan kacamata dan rambut kelimis yang disisir kebelakang, tingginya hampir sama dengan Indonesia-Man. Tidak ada sosok orang tua yang sering dibicarakan oleh monster-monster yang Ia telah hadapi.

    “Dimana Pak Tua yang menjalankan ini semua?” Indonesia-Man bertanya.

    “Pak Tua?, semua ini aku yang mengoperasikan…Aldi.”

    “Kenapa…kenapa kau bisa tahu?”

    “Ternyata serum itu menunjukkan hasil yang hebat jauh dari perkiraan ku, bahkan serum buatan dengan DNA binatang tak sanggup mengalahkan mu.”

    “Hah?..serum?..jangan-jangan kau?”

    “Ya ini aku Subiantoro, dengan Professor didepannya.”

    Yang berada didepannya adalah Professor Subiantoro, orang nomor satu dibalik proyek S.I.P.P. Yang membingungkan sosoknya menjadi muda kembali dan tampak gagah. Indonesia-Man masih tidak percaya apa yang dikatakan orang itu, namun jika ada orang yang mengenalinya dan tahu tentang serum maka tidak bisa diragukan orang itu adalah Professor Subiantoro.

    “Bagaimana bisa kau kembali menjadi muda seperti ini?”

    “Kau mungkin ingat dengan beruang besar berwarna coklat? Pasti kau ingat, aku menyuruhnya membawa emas-emas batangan dalam jumlah banyak agar aku bisa menciptakan serum tambahan untuk diriku sendiri. “

    “Untuk apa kau lakukan semua ini? Kau tidak lihat bagaimana keadaan menjadi kacau dan kota menjadi hancur atas apa yang kau lakukan.”

    “Apa kau pernah merasakan bagaimana kerja keras yang tidak dihargai? Padahal insiden itu hanya insiden kecil tetapi mereka malah menutup hasil proyek ku, yang lebih parahnya mereka semua menyimpan data-data dan menutup akses ku untuk mengambilnya, padahal itu adalah hasil karya ku!”

    Seluruh tubuh Professor Subiantoro menjadi berwarna keemasan termasuk pakaian yang Ia kenakan. Lalu Ia membentuk tangannya seperti pistol, dari jari telunjuknya Ia menembakkan peluru emas yang mengarah ke Indonesia-Man. Namun bidikannya meleset.

    “Hmm..sepertinya aku belum terbiasa menggunakan kekuatan ini, baiklah jika kau ingin aku menghentikan semua ini aku akan menghentikannya.”

    Professor Subiantoro membalikan badannya dan menekan sebuah tombol merah. Lalu layar besar dibelakangnya menunjukkan hitungan mundur dari angka sepuluh dan terus bergerak.

    “Kita akan bertemu lagi, sampai jumpa…Aldi.” Tubuh Professor Subiantoro pecah dan menjadi cairan, lalu meresap kedalam tanah dan melarikan diri.

    “Tunggu!”

    Akibat pertarungan dan terbang dengan sekuat tenaga ke tempat ini tubuh Indonesia-Man mengalami kelalahan yang luar biasa, dengan waktu terus berjalan Ia mencoba keluar dari bukit itu. Belum sampai ke pintu keluar ledakan sudah terjadi, atap-atap bukit mulai berjatuhan. Indonesia-Man mencoba terbang untuk menuju pintu keluar.

    Ledakannya sangat besar hingga mengenai tubuh Indonesia-Man. Ia terpental sekaligus berhasil keluar dari bukit itu, dirinya tergeletak di pasir. Ia mencoba bangun, melihat bukit yang tadinya besar sekarang hancur meninggalkan lubang besar diatasnya. Lalu Ia melihat langit, laser besar yang menembakkan energi perisai perlahan menghilang.

    “Benar, Ia menghentikan semuanya…,” Indonesia-Man terhenyak. “Tapi…,” Ia mulai terbang kearah kota, walaupun sinar laser telah tiada namun pasukan hewan buas masih ada.

    Ia terbang ke daerah terdekat, dari atas Ia tidak melihat satupun hewan-hewan buas berukuran besar. Hanya noda-noda seperti cairan berwarna hijau, dengan rasa penasaran Ia menuju arah Monas. Apa yang dilihatnya sungguh mengejutkan, Monas dipenuhi oleh cairan-cairan hijau, di sini juga sudah banyak tentara. Ia mencoba memegangnya, cairan itu agak kental. Lalu seorang tentara menghampiri.

    “Kerja yang bagus,” sambil memegang pundak Indonesia-Man.

    “Ya… lalu bagaimana dengan…”

    “Tidak usah khawatir, dia sudah kami tangkap. Setelah kau pergi barikade kami berhasil memasuki kawasan ini dan kami langsung meringkusnya.”

    “Syukurlah.”

    Malam itu menjadi salah satu malam yang menyeramkan dan menengangkan yang pernah dirasakan Aldi sebagai Indonesia-Man, pertempuran yang terjadi seakan-akan mengingatnya pada peperangan jaman dahulu. Setelah itu Ia pergi, mengganti bajunya lalu mencari temannya. Mereka semua kembali berkumpul setelah jalur komunikasi kembali aktif.

    Temannya sempat khawatir karena Aldi tiba-tiba menghilang, namun Aldi dapat memberikan alasan yang baik dan temannya tidak mencurigainya. Kini Ia lebih mengkhawatirkan keadaan orang-orang sudah, Ia langsung menelepon Dokter Sarah. Syukurnya keadaan mereka baik-baik saja dan kini Ia menjadi tenang.

    Jalan pulang dipenuhi oleh cairan-cairan hijau yang penuhi kota, sebelumnya Ia sudah mengambil salah satu sampel untuk diteliti dilaboratorium. Ketika pulang Ia disambut oleh anggota keluarga, seperti biasa Ia menyembunyikan hal yang sebenarnya terjadi. Tanpa Ia sadari beberapa anggota keluarganya sudah mengetahui identitas asli Aldi. Dokter Sarah hanya tersenyum melihatnya kembali pulang dalam keadaan selamat.

    Pagi hari setelah kejadian itu, pemberitaan di penuhi oleh kejadian malam kemarin. Karena komunikasi terputus mereka hanya mendapat berita dari saksi, polisi, maupun tentara pada malam itu. Berkaca dari kejadian ini pemerintah berencana membentuk tim khusus untuk menangani kasus-kasus luar biasa.

    Aldi yang masih penasaran diam-diam kembali ke gugusan pulau seribu, tampaknya polisi belum mengetahui ledakan diantara gugusan pulau. Tempat ini masih sama seperti yang Ia lihat, sebuah bukit besar yang mempunyai lubang besar. Ia mencoba masuk lewat lubang tersebut, namun di dalam sudah tertutup puing-puing. Ia mengangkat puing-puing itu agar bisa menemukan sesuatu atau apapun yang bisa menuntunnya untuk menemukan jejak Professor Subiantoro.

    Ketika Ia mengangkat salah satu puing, ada sebuah alat laboratorium. Kondisinya sudah hancur, Ia mengangkatnya dan melihat-lihat alat tersebut. Di salah satu sudut alat tersebut terdapat tulisan “Property of SkyCorp”. Tulisan itu tidak begitu besar dan harus diliat dari dekat agar terlihat jelas.

    “SkyCorp? Apa mereka terlibat dalam kejadian malam kemarin…” Ujar Aldi.



    - Beast Kingdom-​
     
    Last edited: Feb 29, 2016
  13. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : Skycorp

    Chapter 12 : Strength Circle


    Permasalah baru muncul ketika Aldi menemukan serpihan yang bertuliskan “Skycorp” disana. Menurutnya perusahaan besar seperti Skycorp nampaknya tidak mungkin mendanai proyek Prof.Subiantoro untuk mengacaukan kota Jakarta kemarin.

    Sesaat Ia ingin kembali ke rumah dan memberikan beberapa penemuannya dilapangan, suara terdengar dari reruntuhan lab Prof.Subiantoro. Ia lalu mendekati reruntuhan itu lagi dan melihat sesosok misterius, serba hitam dengan motif kepala seperti kepala burung.

    “Hei! Siapa kau?”

    Sosok itu terdiam, lalu menembakan sesuatu ke Aldi.

    “Gas ini, huk..huk..,” asap pekat menutupi pandangan Aldi, sekilas Ia melihat sosok tersebut berlari pergi.

    Beberapa menit kemudian asap menghilang dan sosok misterius itu juga tidak nampak lagi,

    “Siapa barusan, apa dia mengetahui kejadian kemarin...”

    Teleponnya berdering, itu telepon dari Dokter Sarah. Sepertinya Dokter membicarakan sesuatu yang penting, terlihat dari raut wajah Aldi yang sedikit terkejut. Setelah pembicaraan singkat tersebut Ia lalu pulang untuk menemui Dokter Sarah.

    Sesampainya di rumah, semua anggota keluarga sudah berkumpul di ruang keluarga. Mereka tampak sedang menonton tayangan berita tentang kejadian kemarin. Isi dari berita tersebut lebih menyorot dampak dari kejadian dan pihak pemerintah melalui departemen pertahanan negaranya membuat departemen khusus.

    “Aldi, kau harus melihat ini,” Dokter Sarah menyuruhnya untuk duduk bersama.

    Departemen khusus itu mereka namai dengan “Extreme Level Specialist” atau masyarakat dapat menyebutnya dengan ELS. Dibentuknya departemen ini juga sekaligus membekukan segala aktivitas Indonesia-Man terhadap segala bentuk pertolongan terhadap kejadian kejahatan luar biasa.

    Mereka menambahkan bahwa Indonesia-Man tidak boleh ikut terlibat lagi dalam kegiatan menumpas kejahatan, karena Indonesia-Man dinilai bukan anggota resmi kepolisian atau pihak-pihak berwenang lainnya dalam menangani kasus kejahatan. ELS akan mulai beroperasi mulai esok hari.

    Melihat berita seperti itu Aldi merasa terpukul, memang dia bukan pihak berwenang tetapi melihat sekawanan hewan buas yang menyerang, ELS mungkin tidak akan sanggup melawannya. Walaupun begitu Ia akan tetap melindungi kota ini juga.

    “Aldi, bisa keluar sebentar?” Dokter Sarah mengajaknya keluar.

    “Hm.. ya,” sambil menganggukan kepala.

    Setelah dihalaman luar

    “Bagaimana tanggapan mu?”

    “Mereka belum mengetahuinya, apa yang akan mereka hadapi.”

    “Lalu, apa yang akan kau lakukan? Jika benar apa yang mereka katakan mungkin mereka juga akan ‘melawan’mu juga?”

    “Aku akan tetap melindungi kota itu, mereka, dan juga keluarga ini.”

    Lalu Aldi mengeluarkan serpihan reruntuhan yang Ia dapatkan barusan, lalu memberikannya kepada Dokter Sarah.

    “Aku menemukannya direruntuhan lab orang itu, akan lebih baik kita membicarakannya di lab gor. Aku akan kedalam untuk mengambil satu benda lagi yang aku temukan.”

    Aldi masuk kedalam, mengambil benda yang Ia temukan sehabis laboratorium Prof.Subiantoro hancur dan meninggalkan cairan hijau yang mengotori kota. Lalu Dokter Sarah menatap serpihan yang bertuliskan Skycorp itu dengan tajam. Mereka berdua lalu pergi ke laboratorium utama yang letaknya berada di bawah gedung olahraga.

    Waktu pagi membuat situasi gor sangat sepi, bahkan Dani dapat menyetel lagu dengan keras. Kedatangan mereka berdua disambut hangat oleh Dani, tanpa membuang waktu mereka menuju ruangan Nabila. Dia terlihat sangat segar dan bersemangat.

    Hal yang membingungkan Aldi adalah keikutsertaan Dani dan Nabila bersamanya, biasanya Dani hanya mengantar sampai kereta kecil sedangkan Nabila membukakan aksesnya. Namun kali ini mereka berdua ikut serta menaiki kereta kecil menuju laboratotium utama.

    “Dok, kenapa mereka berdua ikut?”, berbisik ke Dokter Sarah.

    “Hm... ketika sampai akan aku jelaskan.”

    Dani terlihat begitu senang, sampai memainkan alisnya naik turun.

    Pintu laboratotium utama terbuka, mereka berempat masuk lalu menuju ruang A1 yaitu sebuah ruangan tempat analisis zat-zat, sel, ataupun molekul-molekul ilmiah. Ruangan tersebut lumayan besar, serba putih, banyak alat-alat penelitian mulai dari miskroskop, tabung-tabung kecil, serta beberapa komputer.

    Aldi, Dani, Nabila mulai berdiri sejajar, tampaknya Dokter Sarah ingin menyampaikan sesuatu hal.

    “Baiklah, mulai hari ini Dani dan Nabila akan membantu urusan mu Aldi, sebagai Indonesia-Man.”

    “Mohon kerjasamanya,” Ucap Nabila.

    Aldi tampaknya tidak sejutu dengan keputusan Dokter Sarah, lagipula mengapa Ia begitu mudahnya membeberkan identitasnya dihadapan Dani dan Nabila.

    “Dokter, ada apa ini!”

    “Tenang Aldi, biarkan mereka berdua membantu mu. Aku tidak mungkin menelantarkan pasien, walaupun aku seorang ilmuwan sejatinya aku adalah Dokter. Menolong orang sakit adalah prioritas.”

    Keadaan menjadi tegang, suasana memanas. Senyuman yang hinggap di muka Dani barusan hilang seketika.

    Lanjut Dokter Sarah, “Aku sudah memberitahu mereka semenjak kejadian tempo hari, kau tidak bisa melakukan itu semua sendiri Aldi.”

    “Ya aku tahu, tetapi ini menyebabkan kehidupan mereka berdua menjadi terancam.”

    “Aldi, kami berdua bisa kok melindungi diri kami sendiri,” tambah Dani.

    “Apa kau yakin Dan? Kau tidak tahu betapa mengerikannya mereka!” Aldi keluar ruangan, Ia membanting pintu ruangan itu.

    Kini keadaan semakin kacau, Nabila dan Dani bahkan merasa bahwa mereka adalah penyebabnya.

    “Biarkan aku yang bicara padanya, dia masih muda dan emosinya masih labil,” Dokter Sarah kemudian mengejar Aldi.

    Dokter Sarah mencari Aldi, laboratorium ini begitu luas dan banyak sekali ruangan yang ada. Namun Dokter Sarah tahu betul kemana Aldi, dia pasti berada diruangan tempat Ia memperoleh kekuatannya. Yaitu ruangan pelatihan yang memiliki lapangan luas tempat Ia berlatih dulu.

    Benar saja, Aldi berada di sana memandagi lapangan melalui ruangan kaca. Sosok Dokter Sarah terpantul melalui kaca itu, Aldi masih marah. Dokter Sarah mulai berdiri disampingnya.

    “Aku tahu mungkin ini akan membahayakan mereka, tetapi bisakah kita bekerja sama sebagai tim?” Aldi masih diam, “Aku sudah memikirkan ini sejak pertama kali kau memutuskan menjadi sosok Indonesia-Man, kau akan membutuhkan orang lain yang selalu siap sedia ketika kau sedang berada diluar. Aku rasa Nabila dan Dani adalah orangnya.”

    “Apa Dokter memberitahu orang lain selain mereka?”

    “Ti..dak, tidak ada, hanya mereka,” Ia terpaksa berbohong. “Aku akan selalu membantumu, itu pasti. Namun aku tidak bisa melakukannya setiap waktu, kau tahu sendirikan pekerjaan seorang Dokter. Lagipula adik-adik mu lebih membutuhkan perhatianku, apa aku benar?” Dokter Sarah menatapnya.

    Aldi mulai terbayang akan Rika dan yang lainnya, perkataan Dokter Sarah ada benarnya juga. Disamping pekerjaan Dokter yang tidak bisa dikesampingkan, adik-adiknya lah yang masih kecil-kecil sangat membutuhkan sosok Ibu di dalam hidup mereka.

    “Apa kau sudah mengerti sekarang?”

    “Iya aku mengerti, maaf atas sikapku barusan.”

    “Tidak apa-apa, kau masih muda. Bagaimana kalau kita kembali ke ruangan A1? Tidak enak meninggalkan mereka berdua disana.”

    Sesaat ingin meninggalkan ruangan tersebut, Aldi mulai membicarakan siapa sosok dibalik serangan kemarin.

    “Dok, ada yang ingin aku sampaikan. Hal ini berkaitan dengan siapa orang yang merencakan serangan kemarin.”

    “Apakah itu Prof.Subiantoro?”

    “Bagaimana Dokter tahu?”

    “Serpihan Skycorp dan beberapa hewan raksasa bagiku sudah jelas, tidak ada lagi orang kompeten seperti Professor yang dapat melakukannya,” lanjutnya, “Pendanaan awal program S.I.P.P direncanakan berasal dari Skycorp, hanya saja pemerintah tidak menyetujui adanya pihak swasta yang terlibat. Karena Ide awal program ini murni dari pemerintah, Prof dan timnya hanya ditugaskan untuk bereksperimen dan meneliti.”

    Pintu ruangan terbuka, Nabila dan Dani menyusul mereka berdua.

    “Maaf kami harus menyusul, kalian begitu lama. Aku takut terjadi apa-apa,” Kata Nabila.

    “Tidak terjadi apa-apa, semua baik-baik saja, iyakan Aldi?”

    “Iya, seperti apa kata Dokter. Oh iya aku ada sesuatu,” mengeluarkan benda dari saku celananya, “Aku menemukannya di jalan, nampaknya cairan ini berasal dari hewan-hewan besar yang mengamuk.”

    Dani mengambilnya, “Serahkan pada kami, akan kami teliti.”

    Mulai saat itu mereka berempat bekerja sebagai tim, walaupun Dokter Sarah mengawasi namun itu sudah cukup bagi Aldi. Ia berharap kehadiran tim ini dapat banyak membantunya dalam menghadapi orang-orang yang berbuat kejahatan dan mengancam keselamatan keluarga dan masyarakat.
     
    Last edited: Feb 29, 2016
  14. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : Skycorp

    Chapter 13 : E.L.S


    Setelah cairan itu diteliti dan dilakukan uji laboratorium, ternyata kandungan terbesar cairan itu adalah rumput laut. Digabungkan dengan sel-sel dan dna hewan darat dan udara. Cairan hijau itu juga dapat bereaksi jika diberikan sinyal alat komunikasi, hal itulah yang membuat hewan-hewan menjadi besar, buas, dan begitu kuat.

    “Lalu disana juga aku melihat sesosok misterius,” ucap Aldi. “Serba hitam, kepala burung...elang sepertinya, dan dia menembakan gas kearahku lalu dia hilang begitu saja,” lanjutnya.

    “Elang...jangan-jangan,” Nabila membuka ponselnya dan memperlihatkan suatu gambar kepada semuanya.

    Itu adalah foto sesosok mahkluk yang dibicarakan oleh Aldi, foto tersebut tidak begitu jelas.

    “Darimana kau mendapatkan foto itu Nabila?,” Dokter Sarah bertanya.

    “Aku dapat di media sosial, di Bandung sana sosok ini begitu terkenal. Ada yang mengatakan sosok ini bernama Darkeagle, namun terakhir kali penampakannya muncul di era 80-an.”

    “Aku juga membaca artikel, di Bandung tingkat kejahatan terus menurun sejak kembalinya Darkeagle. Penggambarannya di artikel dia memang serba hitam, memakai topeng motif elang jawa. Dia tidak mengenakan jubah namun terdapat ‘sayap-sayap’ yang muncul ketika kedua tangannya di angkat, dengan itu dia bisa terbang. Yang lainnya belum diketahui banyak,” tambah Dani.

    “Siapapun dia, jika berada dipihak yang sama dengan kita, dia tidak berbahaya. Tetapi kita harus tetap waspada,” ucap Aldi.

    Dua minggu setelah kejadian penyerangan yang dilakukan oleh Prof.Subiantoro, keadaan kota sudah seperti biasa. Musuh warga hanyalah kemacetan saja, tidak ada lagi kasus-kasus munculnya monster atau orang dengan kekuatan super. Semua aman terkendali berkat Exteme Level Spesialist atau ELS. Setiap ada kasus kejahatan mereka selalu terlibat dan berhasil menumpasnya.

    Aldi sendiri masih memantau, karena adanya ELS tugas dia untuk menjaga keamanan kota cukup terbantu. Walaupun ada keinginan untuk membantu tetapi pihak berwenang telah memberi peringatan bahwa Indonesia-Man tidak boleh ikut terlibat dalam menangani kasus-kasus kejahatan. Sampai suatu hari kejadian yang tidak terduga muncul.

    Televisi nasional di pagi hari menyiarkan secara langsung penyerangan oleh sesosok manusia besar, tingginya tiga meter, berkulit abu-abu gelap seperti warna bebatuan, dan mengenakan celana army. Otot-otot badannya begitu besar, terlihat jelas karena manusia ini tidak memakai baju, kepalanya pelontos.

    Targetnya adalah kantor pusat Skycorp yang berada di Jakarta Pusat. Di acara berita itu baru ada sekolompok polisi dan pengaman perusahaan saja yang menghadangnya, peluru yang ditembakkan tidak ada yang mempan. Siaran itu menyiarkan segalanya, Keluarga Dokter Sarah pun yang sedang bersiap melakukan aktivitas terhenti sejenak.

    Anak seumuran Rika tampak ketakutan melihat tayangan tersebut, Ibu Harun dan Ibu Mariana lalu mengajak mereka ke tempat lain agar suasana mereka menjadi tenang. Aldi yang menyaksikan siaran itu hanya bisa terdiam, jika Ia pergi kesana sekarang malah membuat anggota keluarga lain menjadi curiga. Jadi Ia hanya menunggu.

    “Aldi! Bukannya kau ingin kuliah, kenapa hanya diam saja?,” kata Dokter Sarah.

    “Di televisi tadi kan warga harus menunggu sampai situasi terkendali baru boleh keluar rumah.”

    “Ahh..alasan saja, kampus mu kan sangat jauh dari lokasi penyerangan, kau akan baik-baik saja.”

    Aldi baru menyadari bahwa kata-kata itu sengaja Dokter Sarah keluarkan agar Ia bisa keluar dan meringkus penjahat itu, dengan sigap Aldi keluar rumah dan menuju ke lokasi.

    “Apa Kak Aldi akan baik-baik saja Bu? Tanya Monica.

    “Tenang saja, dia anak yang kuat,” Tersenyum ke arah Monica dan Mario.

    Dilokasi kejadian beberapa polisi dan pengaman telah berhasil dilumpuhkan oleh manusia besar itu, dia berjalan masuk, mengamuk dan mulai menghancurkan apapun dihadapannya seraya berteriak.

    “KENAPA AKU MENJADI SEPERTI INI, ARGHHH!!!”

    Sosok itu melihat seorang petugas keamanan dalam, dia mendekatinya. Petugas itu menembaki namun tidak mempan, lalu petugas itu diangkat dengan satu tangan.

    “BERITAHU AKU DIMANA LAB KALIAN?!!”

    “Ti...tidak ada lab di sini,” Jawab petugas itu.

    Tidak puas dengan jawaban petugas itu, sang manusia besar bersiap melemparkan. Sesaat ingin melemparkan sebuah tembakan mengarah kewajahnya dan meledak. Petugas itu terlepas lalu melarikan diri, ternyata pasukan ELS telah datang.

    Mereka datang dengan pakaian rompi dan berdandan seperti densus 88, hanya saja mereka tidak mengenakan helm. Di bagian rompi bertuliskan “E.L.S”, dengan warna keemasan. Di bagian kiri seragam mereka terdapat bintang dengan angka “1st” didalam. Sisi kanan terdapat bendera Indonesia.

    “Yo...Monster tenanglah sedikit,” tetap mengarahkan senjata. “Kau seperti batu kali besar, bagaimana kalau aku menamaimu Solid ?”

    “Bisakah kau serius sedikit kapten?” wanita berkacamata berbisik kepadanya.

    “Ya..ya..aku mengerti,” menatap Solid. “Bagaimana?”

    Solid semakin marah, dia tidak suka dengan sikap kapten ELS. “DIAM KAU!!!”

    Dia berlari ke arah pasukan ELS yang berisi delapan orang itu, kapten mereka mengarahkan membentuk formasi.

    “Alex, Dimitri, ikatkan tambang listrik pada kedua sisi kakinya...lalu Erma dan Shanon dikedua tangannya.. kalian bertiga arahkan tembakan ke muka, aku bersiap arahkan grenade launcher,” Kapten ELS memberi arahan.

    “Siap!!” mereka semua bergerak.

    Dengan gerakan sigap dan cepat mereka melakukan apa yang dikomandoi sang kapten, tembakan ke arah muka efektif membuat Solid berhenti bergerak. Tambang tali ditembakan melalui pistol khusus yang dapat menghantarkan listrik.

    Tali itu akan terikat dengan sendirinya, dan hanya pemegang pistol yang dapat melepaskan ikatan itu.

    Setelah kaki dan tangannya terikat, mereka mulai menembakkan listrik tegangan tinggi, Solid meraung. Tampaknya serangan itu berhasil melumpuhkannya, dia mulai goyah dan mulai tertunduk namun Ia kembali bangkit lalu memegangi tali ditangannya mencoba untuk melempar petugas ELS.

    Erma dan Shanon langsung melepaskan pistol mereka untuk menghindar, namun Solid mengayunkan kedua pistol ke arah Alex dan Dimitri. Mereka berdua berhasil menghindar namun pistol mereka juga terlepas. Dengan terlepasnya ke empat pistol, tali itu hanya menjadi tali biasa. Tali masih terikat karena di pistol itu ada tombol untuk melepaskan lilitan tali tambang.

    Solid semakin marah, nafasnya terengah-engah mendapati serangan seperti itu. Tanpa ragu Ia menyerang kapten ELS, ketiga anak buahnya langsung menembaki muka Solid tetapi Ia tetap melaju dan mengarahkan serangannya ke mereka berempat. Kapten ELS menembakan grenade launcher ke arah muka Solid, ledakan kecil terjadi.

    Sang kapten menghampiri Solid, kepulan asap menghalangi pandang Solid sehingga kapten dapat meluncur dikakinya tanpa diserang. Ia berlari kecil lalu menaiki badan belakang, melompat dan menempelkan sesuatu di atas kepala Solid.

    Asap hilang Solid langsung melihat kapten ELS tepat berada didepannya. Kesal Ia lalu menyerang, sesaat ingin melancarkan pukulan kapten ELS tersenyum seketika kepalanya seperti disambar petir. Solid lansung tersungkur dan tidak sadarkan diri.

    “’Dead Brain’, aku tidak menyangka akan seperti itu, senjata yang mematikan.”

    Wanita berkacamata menghampiri disusul oleh rekan yang lain

    “Bagaimana kapten?,” tanya wanita berkacamata.

    “Panggil pasukan ELS lain yang berada di luar dan mobil pengangkut, kita akan bawa makhluk ini ke penjara ELS, kau tidak terluka kan Nissa?,” nada bercanda.

    “Bisakah kau memanggil dengan kode namaku saja? Panggil aku Jessica jika sedang bertugas, kapten ‘Joey’?.”

    “Hm... dia sangat dingin.”

    Jarak 500 meter dari lokasi sudah ditutup dari umum, karena berita begitu cepat tersebar banyak warga dan media yang datang untuk melihat dan meliput kejadian. Polisi dan pasukan ELS berjaga-jaga, sedangkan Aldi melihat-lihat di jarak 100 meter. Gerakannya yang cepat tidak disadari oleh petugas yang berjaga mengamankan lokasi kejadian.

    Dia melihat pasukan kapten Joey keluar dari gedung, memberikan arahan keapda petugas ELS lainnya. Berbeda dengan pasukan kapten Joey, ELS yang berjaga diluar mengenakan helm hitam dan tidak ada bintang dibagian sisi kiri lengan seragamnya. Truk besar datang, warnanya serba hitam dengan tulisan berwarna kuning “Extreme Level Spesialist” di sisi kiri. Bagian truk belakang terbuka, pasukan-pasukan membawa Solid masuk. Ia sudah dirantai dan masih tidak sadarkan diri, setelah sudah memasuki mobil. Mobil bergerak ke arah kerumunan, Aldi bergegas menuju kerumunan untuk melihat dari dekat.

    Warga dan media disuruh untuk menepi, memberikan jalan untuk truk ELS. Karena begitu banyaknya warga maupun awak media. Keadaan sedikit ricuh, namun polisi yang berjaga mampu mengendalikan situasi. Truk mereka dikawal oleh polisi dan pasukan ELS. Awak media maupun warga diminta tidak mengikuti iringan truk ELS, demi keamanan bersama.

    Ada desas desus dikerumunan wartawan bahwa akan diadakan konferensi pers saat malam. Truk ELS pergi jauh, warga dan media berhamburan melihat lokasi gedung Skycorp, mereka ingin melihat kondisi bangunan. Walaupun masih ada beberapa polisi yang berjaga dan garis polisi sudah dibentangkan. Aldi lalu melanjutkan aktivitasnya kembali.

    Malam hari, saat yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Konferensi pers terkait insiden penyerangan gedung Skycorp Jakarta Pusat. Mereka yang hadir adalah pasukan kapten Joey, kepala ELS, dan Presiden Skycorp yang langsung datang memberikan pernyataan terkait insiden penyerangan yang menimpa perusahaannya. Konferensi pers ini disiarkan live oleh beberapa stasiun televisi.

    “Malam semua, konferensi pers ini kami adakan agar tidak terjadi salah persepsi antara media dan masyarakat atas apa yang terjadi barusan. Saya Soedirman, kepala ELS. Disebelah kanan saya pasukan 1st Star Unit ELS yang dipimpin kapten Joey, lalu sebelah kiri saya Presiden Skycorp Leo Hadiputra. Untuk mempersingkat waktu langsung saja kita mulai, untuk rekan media harap bertanya bergiliran satu-satu.”

    Kepala ELS yang bernama Soedirman memiliki postur tubuh tegap, memakai pakaian serba hitam. Dilihat dari mukanya umurnya belum memasuki kepala lima. Memakai topi dan memiliki sorot mata yang tajam. Berbanding terbalik dengan Leo, dirinya sangat santai. Rambutnya kelimis bergaya anak muda, usianya baru 30 tahun tapi sudah menjadi presiden perusahaan sebesar Skycorp.

    “Untuk Bapak Soedirman beserta pasukannya, bagaimana tanggapan Bapak atas keberhasilan pasukan ELS dalam menghadapi teror tadi?”, wartawan mulai bertanya.

    “Baik, untuk pertanyaan ini biar kapten Joey yang menjawab. Dia dan pasukannya berada di medan pertempuran barusan.”

    “Malam semua, pertempuran tadi bisa dibilang pertempuran perdana melawan makhluk-makhluk tidak biasa yang kami lakukan. Kami sangat senang atas hasil akhirnya, baik kami dan masyarakat tidak ada yang terluka. Itu yang terpenting, bahwa semua dalam keadaan selamat dan baik-baik saja. Kita tidak pernah tau makhluk apalagi yang akan menyerang tetapi kami siap melindungi masyarakat.”

    “Ada lagi?” Kepala ELS Soedirman memberikan kesempatan lagi.

    “Baik, malam semua. Sebelumnya saya ucapkan selamat atas keberhasilan ELS tadi. Saya ingin bertanya kepada Pak Leo, makhluk besar barusan menyerang perusahaan Bapak. Apa ada hubungan langsung antara makhluk tadi dengan Skycorp?”, wartawan lain bertanya.

    “Ya Saya sendiri belum tahu apakah dia karyawan Skycorp atau bekas karyawan. Apa motifnya menyerang juga saya belum tahu, mungkin bapak-bapak dari ELS bisa menjelaskannya,” melemparkan ke pasukan ELS.

    “Sejak tertangkapnya makhluk itu, sampai saat ini Ia belum sadarkan diri. Jadi kami belum mendapatkan informasi apa-apa.”

    “Untuk bapak Leo, dari informasi yang kami dapat makhluk itu sempat menyebut ‘lab’ beberapa kali. Apa Skycorp memiliki lab?” kali ini seorang wartawan dari televisi yang terkenal kritis dalam memberitakan sesuatu.

    “Seperti yang kalian tahu, Skycorp sendiri merupakan perusahaan dijaringan komunikasi, internet, dan telekomunikasi. Kami menyediakan fasilitas internet dan jaringan televisi kabel, ada yang pakai produk kami di sini?,” beberapa wartawan tertawa kecil. “Beberapa tahun kebelakang kami mencoba sebuah industri baru, yaitu industri obat-obatan herbal dan tentu saja kami mempunyai sebuah lab untuk melakukan analisis dan pengujian terhadap tanaman-tanaman yang bisa dijadikan obat, Saya juga tidak keberatan jika polisi atau pihak ELS ingin memeriksa lab kami.”

    Situasi di rumah Aldi tidak begitu serius, karena yang menonton berita ini hanya Dokter Sarah dan Aldi sedangkan yang lain sibuk belajar. Aldi menatap tajam, seakan tidak percaya dengan perkataan yang dikeluarkan oleh Presiden Skycorp.

    “Mereka pasti menyembunyikan lab itu, mana mungkin ada mahkluk besar yang tiba-tiba secara khusus menyerang sebuah perusahaan,” ucap Aldi.

    “Bagaimana dengan The Minor? Bukannya dia pekerja pasar induk yang merasa sakit hati? Apa jangan-jangan makhluk tadi hasil percobaan mereka?” tambah Dokter Sarah.

    “Aku yakin ini perbuatan Prof.Subiantoro, aku juga yakin bahwa dia melakukan hal serupa kepada orang lain. Dia harus segera dihentikan!”

    Konferensi pers selesai setelah hampir satu jam ditayangkan oleh televisi, kesimpulan yang didapat adalah pihak kepolisian dibantu oleh ELS akan menyelidiki kasus ini lebih mendalam. Dan mereka akan segera melakukan pemeriksaan lab Skycrop yang mereka gunakan untuk meneliti tanaman herbal. Kepala ELS juga menghimbau masyarakat selalu waspada dan hati-hati karena kasus kejahatan bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.
     
    Last edited: Feb 29, 2016
  15. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    oke, tampaknya saya komenter pertama disini :hmm:

    sayangnya, saya baca chapter 1 nya pun rada2 diskip :swt:

    hemm, pembawaannya masih kurang menarik untuk genre sci-fi. perpindahan settingnya terlalu cepat, dan ada kesalahan tanda baca di beberapa tempat juga. ceritanya sendiri tampaknya berkutat soal anak pilihan profesor yang dihilangkan ingatannya (mungkin). tiba-tiba ada di panti asuhan, plot twist yang paling mungkin yaitu si anak sengaja diilangin ingatannya ato si anak emang lagi berada di dunia virtual.

    hmm, okelah. saya bakal baca chapter berikutnya lain waktu.

    and welkum :hi:
     
    • Like Like x 1
  16. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Beri komentar dulu ya :lalala:

    Untuk semangat nulisnya aku salut bener dah :top:

    Kalau dari crita kehidupan MC diawali dengan tinggalnya ia dilaboratorium. Terus cerita terus berlanjut pada kemampuan dia yang sekuat superman. Bisa terbang, memiliki badan sekuat baja.

    Saya duga situ ingin mengawali cerita dari penjelasan, terus berjalan ke konflik, dan akhir cerita. Cukup matang memang dalam menempatkan cerita. Tapi, rasanya pemberian begitu banyak penjelasan cerita membuat cerita terkesan lambat.

    Andai saja situ memberikan semua secara perlahan. Mungkin itu cukup baik. Sebuah contoh misalnya: mengapa dalam pelajaran di sekolah tidak dilakukan sekaligus. Kenapa harus setiap seminggu sekali? Alasannya agar siswa terhindar rasa jenuh.

    Semua terlihat dari Chapter 1 sampai 4 hanya penjelasan berputar pada sosok aldi yang merupakan MC, tapi tokoh antagonis yaitu yang profesor baru bergerak beberapa Chapter setelahnya.

    Maka aku bilang ceritain cukup baik, hanya kurang di situ saja :smile4:


    Untuk kemampuan MC sangat luarbiasa ya, ceritanya penuh action dibagian tengah. Tapi yang terkadang bikin aku kurang puas yaitu si monsternya terkesan menganggap remeh MC, jadi kalahnya terkesan gimana gitu.

    Keknya panjang ya, akhir kata selamat menulis ya
     
    • Like Like x 1
  17. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Makasih buat masukannya, next bakal lebih diperhatiin tanda bacanya...hehehe :oghormat:

    hehe..makasih ya gan komennya... niatnya dikasih banyak penjelasannya biar lebih detil tapi malah bkin alurnya melambatnya.. hehe :oghormat:
     
  18. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : Skycorp

    Chapter 14 : Heat The Pressure!

    Sesudah konferensi pers yang mereka lakukan, pasukan ELS langsung menuju markas utama untuk menyusun rencana kedepannya. Lokasi markas mereka tidak jauh dari pusat pemerintahan, sangat transparan bagi masyarakat yang sekedar ingin melihat-lihat dari luar. Mereka berkumpul di suatu ruangan, Kepala Soedirman siap memberikan arahan.

    “Kita semua sudah berkumpul di sini, langsung saja saya ingin menegaskan kita tidak boleh memakan mentah-mentah apa yang terjadi barusan. Walaupun dia memberikan izin untuk memeriksa lab baru milik mereka, kita harus tetap waspada, “ menghela nafas. “Joey dan Jessica kalian esok hari bersiap memeriksa laboratorium mereka yang berada di daerah pegunungan di Bogor, tidak usah membawa perlengkapan lengkap. Di sana banyak pekerja, buat suasana senyaman mungkin untuk mereka.”

    “Siap pak!,” mereka berdua kompak menjawab.

    “Hm...lalu untuk anggota sisanya, kalian tetap berjaga di sel khusus. Terus pantau sampai makhluk besar yang Joey namakan Solid tersadar hingga kita bisa menginterogasinya.”

    Bahasan tadi berlangsung singkat, karena pasukan ELS bertindak sangat baik hari ini dan cukup melelahkan mereka. Esok harinya, waktu sesudah Subuh Joey sudah menunggu Jessica di Loby apartemennya. Semua pasukan yang tergabung dalam ELS ditempatkan di sebuah mess yang letaknya berada di lingkungan markas, hanya saja pasukan khusus “1st Star Unit” ditempatkan di apartemen yang terpisah-pisah.

    Hal ini tentu mempunyai maksud, mereka ditempatkan di beberapa titik agar jika terjadi situasi darurat pasukan khusus yang berada paling dekat dengan situasi darurat dapat langsung terjun untuk membereskan situasi tersebut. Pintu menuju lift apartemen terbuka, Jessica datang. Memakai pakaian formal berupa kemeja putih, celana hitam, dan heels. Rambut panjangnya di ikat kebelakangan, lalu kacamata terpasang pas diwajahnya yang kecil berbentuk V.

    “Kau membawa jaket ELSnya kan?” Tanyanya dingin.

    “Ya...tentu saja, ada di mobil,” Joey tertawa kecil.

    “Seingatku, Pak kepala bilang kita berangkat jam 8 pagi? Apa aku salah mendengarnya?”

    “Tidak, hanya saja aku ingin mencoba sarapa..,” belum selesai Joey berbicara Jessica pergi meninggalkannya. “Si wanita dingin itu!!” Joey menggerutu.

    Sementara itu pagi yang sibuk juga terlihat dikediaman Dokter Sarah, keadaan panti yang belum selesai dibangun lagi membuat rumah Dokter Sarah tampak lebih sibuk dibandingkan sebelum panti hancur. Aldi sendiri ingin juga memeriksa laboratorium baru milik Skycorp. Dia tahu lokasinya setelah melihat di website resmi milik perusahaan itu.

    Namun dia banyak sekali mempertimbangkan resikonya, terlebih dia tidak bisa menyusup diam-diam kesana tanpa menghancurkan sesuatu. Dia tidak mempunyai alat untuk melakukan pekerjaan penyusupan seperti mata-mata. Akhirnya Ia memutuskan untuk beraktivitas seperti biasa, sambil menunggu hasil terbaru dari ELS melalui media sambil terus memperhatikan keadaan kota.

    Pagi ini jalanan tidak begitu macet, dia tidak perlu meliuk-liuk ditengah kendaraan. Ia sengaja melewati kantor Skycorp yang diserang kemarin. Masih terdapat garis polisi dan ada beberapa media yang masih meliput tentang peristiwa kemarin. Kampus juga masih terlihat sepi, beberapa mahasiswa tampak berjalan santai di area kampus.

    “Aldi!!” suara dari kejauhan memanggil.

    Ternyata itu Satria, dia tidak sendiri ada seorang perempuan disebelahnya.

    “Kau baru datang?” Satria bertanya.

    “Ya, baru saja.”

    “Oh iya Aldi, ini Des...,” perempuan itu menginjak kaki Satria, Aldi bingung.

    “Aku Tiara, salam kenal,” menjulurkan tangannya ke Aldi.

    “Iya, aku Aldi,” ketika Aldi menjabat tangannya, Ia merasa kalau tangan ini sudah pernah Ia pegang sebelumnya. Ketika dilihat-lihat lagi perempuan ini tampak tidak asing bagi dirinya.

    “Hei!! Apa yang kau..,” mengeluh kesakitan.

    “Kami ada kelas pagi ini, duluan yah,” perempuan itu tersenyum ke Aldi, lalu menarik Satria dan pergi.

    Perempuan itu seperti sudah lama dikenal oleh Aldi, tinggi semampai, rambut hitam sebahu membelah dua sehingga wajah manisnya terlihat. Matanya sedikit besar berbanding terbalik dengan bibirnya yang tipis, Sweater berwarna merah pagi itu memberi kesan tegas kepada perempuan itu.

    “Perasaan ini, “Aldi memandangi tangannya.

    Sementara setelah mereka berdua cukup jauh dari Aldi.

    “Tiara? Bukannya itu nama tengah mu Des?” Satria masih menahan rasa sakit.

    “Kau sudah tahu kan apa kata Dokter Sarah?” berjalan sambil membawa buku ditangannya menutupi bagian dadanya.

    “Iya sih, tapi kau sendiri tidak apa-apa dengan ini?”

    “Aku tidak ingin dia mengalaminya lagi,” mukanya gelisah.

    “Enak yah Aldi, kapan aku bisa mendapatkan perempuan yang sangat perhatian, hm...,” mendadak lemas sedangkan Tiara hanya bisa mentertawakan temannya itu.

    Keadaan di kota Bogor tidak begitu jauh dengan Jakarta, kemacetan juga ada di sini. Banyaknya Angkutan Kota dan kesadaran masyarakat akan berkendara benar yang rendah membuat jalanan sedikit macet. Mereka sudah sampai di Bogor dua jam lalu, masih terlalu pagi karena Lab belum memasuki jam operasional. Mereka singgah dahulu untuk mengisi tenaga.

    Joey memarkikan mobilnya di pedagang Doclang, kuliner khas Bogor yang sajiannya mirip kupat tahu dan lontong sayur. Tempat ini ramai dipenuhi orang-orang yang sarapan. Setelah sarapan dengan Doclang, mereka bergegas menuju lab, dari pusat kota memakan waktu satu jam lebih. Lab terletak didaerah pegununan tepatnya di dekat perkebunan teh, akses jalan mudah karena Skycorp dengan izin pemerintah telah memperbagus jalanan di sini.

    Di depan Lab banyak berkumpul orang, mereka adalah buruh. Tugas mereka adalah untuk mengemas barang-barang dan melakukan operasional pabrik. Joey dan Jessica lalu disambut oleh seseorang penanggung jawab lab ini yaitu Pak Surya Salihin. Perawakan tubuhnya pendek, rambutnya juga sudah mulai menipis, pagi ini Ia memakai pakaian kemeja panjang garis-garis merah. Kerutan di wajahnya menunjukkan Ia sudah memasuki usia tua.

    “Pagi Pak Joey dan Bu Jessica,” sapanya sopan.

    “Ya pagi, jangan panggil ‘Pak’, saya masih 28 tahun. Panggil saja Joey.”

    Menganggukkan kepala, “Untuk pabrik di sebelah sebentar lagi akan mulai jam operasional, dan untuk laboratorium sekitar setengah jam lagi.”

    “Bisa antarkan saya menuju pabrik?” Jessica meminta Pak Surya mengantarnya.

    Untuk mempercepat kerja mereka maka tugas ini di bagi dua, Joey memeriksa Lab sedangkan Jessica memeriksa laboratorium.

    “Bu, untuk kedepan biar bapak ini yang mengantar, jika ada yang ingin ditanyakan bisa ditanyakan langsung ke bapak ini,” dihadapan Jessica berdiri seorang Bapak kepala pabrik, tubuhnya besar sehingga kemeja yang Ia pakai terlihat kecil.

    Jessica langsung di ajak masuk, bapak itu mulai menjelaskan tentang pabrik itu. Mulai dari kegiatan apa saja yang dilakukan sampai alur prosesnya. Namun Jessica tampak tidak perduli, Ia mulai menekan sisi kiri kacamatanya, seketika pandangannya berubah menjadi pandangan X-ray. Sambil berjalan Ia melihat sekeliling.

    Ada sebuah tabung besar yang menarik perhatiannya, ketika di X-ray tabung itu tidak tertembus sehingga bagian dalamnya tidak terlihat.

    “Pak, bisa antarkan saya mendekat ke tabung itu?,” sambil menunjukkan jarinya.

    Kepala pabrik itu mengantarnya, “Ini tabung penetral botol-botol obat, isinya cairan.”

    Jessica Jessica tidak begitu saja percaya dan tidak mungkin meminta untuk membuka tabung itu, karena aktivitas pabrik sudah dimulai dan ini akan menghambat kerja mereka. Sudah selesai dipabrik Ia menyusul Joey yang berada di laboratorium, Ia mungkin akan membicarakan tentang tabung tadi dengannya. Ia berjalan sebentar namun sosok Joey sudah berada di luar.

    “Apa kau sudah selesai?” tanya Jessica.

    “Ya, disana hanya ada alat-alat laboratorium dan di scan menggunakan kacamata X-ray juga tidak ada hal yang tersembunyi.”

    “Tadi aku menemukan....”

    Ponsel Joey berbunyi, itu panggilan dari markas pusat. Solid telah sadar dan Kepala Soedirman yang langsung menginterogasinya. Mereka berdua diminta bergegas menuju markas pusat. Di perjalanan pulang raut muka Jessica nampak menunjukkan ketidakpuasan, merasa penasaran Joey bertanya kepadanya.

    “Oh iya sebelum berangkat kau bilang menemukan sesuatu, apa itu?” menoleh ke Jessica.

    “Tadi di sana ada satu buah tabung besar yang tidak bisa di scan oleh kacamata ini,” menunjukkan kacamatanya.

    “Tidak ter-scan? Tidak mungkin, apa didalam tabung itu terdapat sesuatu?”

    “Entahlah, kepala pabrik bilang itu berisi cairan penertal botol obat.”

    “Baiklah, mungkin hari ini akan menjadi hari yang melelahkan bagi kita,” tertawa kecil.

    Dibalik tertawanya itu Joey sadar ada sesuatu yang tidak beres dipabrik itu namun karena adanya panggilan darurat mau tidak mau Ia dan Jessica harus mempatuhinya. Ia akan membereskannya kemudian setelah selesai dengan urusan Solid.

    Solid ditempatkan di sel khusus ELS, yaitu sebuah ruangan kecil yang dilapisi oleh sebuah kaca. Yang mereka klaim kaca ini lebih kuat dan lima belas kali lebih tebal dibanding kaca khusus mobil presiden. Tangan Solid diborgol menggunakan borgol magnet yang sangat kuat dan berat. Ia duduk dan matanya menatap tajam ke arah Kepala Soedirman.”

    “KAU HANYA SENDIRIAN?” tertawa, “KAU YAKIN SEL INI DAPAT MENAHANKU?”

    ”Ya aku sendiri dan ingin membicarakan banyak hal secara personal denganmu, kau keberatan?” Solid diam, “Baik, diam aku anggap berarti kau tidak keberatan. Lalu kenapa kau menyerang Skycorp, apa motif mu?”

    Mengepalkan tangannya dengan keras, “MEREKA YANG TELAH MEMBUAT KU MENJADI SEPERTI INI, SEPERTI MONSTER!!!” diam sebentar, “SETELAH TENAGA KU PULIH AKU AKAN KELUAR DARI SINI DAN MENGHANCURKAN MEREKA SEMUA!!!”

    “Apa yang ‘mereka’ perbuat?”

    “MEREKA TAHU KELUARGA KAMI MEMBUTUHKAN BIAYA YANG BESAR UNTUK MENEBUS BIAYA PENDIDIKAN ANAK KAMI, LALU MEREKA DATANG MEMBANTU DENGAN SATU SYARAT.”

    “Dia bisa berbicara selancar ini, berarti ‘mereka’ ini hanya mengubah bentuk fisik tidak secara psikis,” berbicara dalam hati.

    Solid melanjutkan perkataannya, “MEREKA INGIN SAYA MENJADI SUBJEK TES OBAT TERBARU MEREKA, MEREKA BILANG ITU SEBUAH MULTIVITAMIN PENAMBAH STAMINA. SETELAH ITU SAYA DIBAWA KE SUATU TEMPAT SEPERTI RUANGAN RUMAH SAKIT, DISANALAH SEMUA BERMULA.”

    “Darimana kau tahu ‘mereka’ ini dari Skycorp? Kau bahkan tak menyebutkan ‘mereka’ ini berasal dari sana.”

    “OBAT YANG MEREKA BERIKAN TERBUNGKUS DALAM PLASTIK OBAT BERTULISKAN SKYCORP.”

    “Terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa ‘mereka’ itu dari Skycorp, bisa saja ada oknum tertentu yang ingin menghancurkan perusahaan itu, lagipula aku harus menunggu hasil laporan Jessica dan Joey,” berbicara dalam hati.

    Lalu Kepala Soedirman menyudahi interogasi ringan tersebut, ketika Ia ingin keluar dari ruangan yang memiliki lima sel khusus itu Solid mengatakan sesuatu hal.

    “TUNGGU! KAU INGIN TAHU HAL MENARIK LAINNYA?”

    “Apa itu?”

    “KETIKA AKU MENANDATANGANI SURAT PERJANJIAN TIDAK SENGAJA AKU MELIHAT DAFTAR ORANG-ORANG LAIN YANG SUDAH MEREKA JADIKAN SUBJEK TES OBAT TERSEBUT. DAFTARNYA SUDAH BANYAK, KAU TAHU ARTINYA BUKAN?”

    “Ya banyak orang yang akan menjadi seperti mu, kau sangat koperatif hari ini mungkin aku bisa membantu meringankan hukuman mu. Dan soal keluarga yang kau sebutkan, mereka akan baik-baik saja,” pergi keluar ruangan.

    Diluar pasukan 1st Star Unit sudah menunggu, Kepala Soedirman memberikan arahan kepada mereka untuk menyelediki dan mencari tahu apakah ada laporan orang hilang secara misterius atau orang yang terkena penyakit misterius. Karena berdasarkan pernyataan Solid sudah banyak orang yang diberikan obat itu.

    Sore harinya setelah Joey dan Jessica tiba ke markas utama setelah mereka pulang ke tempat tinggal masing-masing dan menggantinya memakai seragam 1st Star Unit mereka menghadap Kepala Soedirman untuk mengetahui apa yang terjadi.

    “Jadi apa yang kau dapatkan Kapten Joey dan Letnan Jessica?”

    “Saya tidak mendapatkan apa-apa, laboratorium bersih dari benda mencurigakan,” Joey memegang rambut belah tengahnya.

    “Kau Jessica?”

    “Ada salah satu tabung besar yang tidak bisa ditembus oleh kacamata X-ray ini Pak,” jawabnya tegas.

    “Untuk tab....”

    Suara teriakan terdengar keras, mereka bertiga keluar dari ruangan. Banyak pasukan ELS bersenjata lengkap berlari menuju ruangan sel khusus, mereka juga bergegas kesana. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat keadaan sel khusus yang hancur. Bagian depan telah dilapisi oleh cairan lava dan melelehkan hampir semuanya begitu pun dengan borgol magnet yang hancur terkena lava.

    Solid berdiri diluar sel, dihadapannya banyak pasukan menodongkan senjata padanya. Seketika ruangan itu menjadi panas akibat lava yang keluar dari tubuh Solid. Lava yang keluar dari tubuhnya memenuhi lantai, membuat bola-bola uap kecil. Kepala Soedirman memerintahkan untuk menahan tembakan, Solid hanya menundukkan kepala.

    Sesaat kemudian Ia menaikan kepalanya, matanya menjadi putih. Tubuhnya retak-retak seperti batuan magma dan lava keluar dari sana. Lalu Ia membuat pergerakan, merendahkan tubuhnya, seperti bersiap untuk meluncur. Lantai mulai retak-retak, sesaat sebelum meluncur Kepala Soedirman memerintahkan untuk melakukan tembakan namun semuanya sia-sia. Solid meluncur ke atas, menghancurkan bagian atas ruangan ini.

    “Amankan bagian luar, lindungi masyarakat!” Kepala Soedirman berteriak memberikan arahan.

    “Kapten?,” Jessica memberikan isyarat bahwa mereka harus mengumpulkan anggota lainnya.

    “Jadi, dia itu adalah batuan magma. Ini akan lebih sulit,” berbicara dalam hati.

    Solid yang kini telah berubah seperti batuan magma sudah berada diatap markas ELS. Letaknya yang bersebelahan dengan kepolisian membuat polisi-polisi yang ada di sekitar segera mengambil tindakan. Mereka menembakinya melalui kaca-kaca gedung kepolisian, usaha mereka tidak berarti. Badan Solid yang penuh cairan magma tidak merasakan sakit.

    Lalu Solid melancar serangan dengan memuntahkan lava ke segala penjuru, karena posisinya yang tinggi serangan itu seperti hujan lava. Sangat panas dan berbahaya. Mobil-mobil polisi yang terkena serangan itu meleleh, anggota kepolisian yang berada didekatnya berhasil menghindar dengan memasuki gedung. Area pintu menuju atap telah dilapisi oleh lava, sehingga mustahil lewat sana.

    “Kapten, pintu akses menuju atap telah dilapisi lava, mustahil kita bisa masuk,” ucap Dimitri.

    “Kalian membawa pistol pengait?,” Joey mengeluarkan pistol pengaitnya.

    Semua anggota 1st Star membawanya, lalu Joey memerintahkan mereka untuk memanjat lewat semua sisi gedung. Karena jumlah mereka genap delapan orang, maka disetiap sisi akan dilakukan oleh dua orang. Joey dengan Jessica, Alex dengan Shanon, Dimitri dengan Erma, dan sisanya adalah Darius dan Nitro.

    “Kalian sudah diposisi masing-masing?,” Kapten Joey memastikan pasukannya berada diposisi yang benar.

    “Ya kapten!,” semua menjawab.

    “Baik, kita lakukan seperti latihan beberapa waktu yang lalu, Saya juga sudah meminta polisi digedung seberang untuk membuatnya sibuk dan pasukan ELS lainnya sudah siap menyerbu dengan helikopter.”

    Sudah hal umum jika kaca-kaca gedung bertingkat di desain agar tidak bisa di buka, cara satu-satunya adalah dengan menghancurkannya. Pasukan ELS lain sudah terlihat dengan helikopternya, Kapten Joey memberikan aba-aba. Dalam hitungan ketiga mereka mulai berlari ke arah kaca, lalu melompat. Seketika kaca pecah, dalam momen singkat itu mereka membalikkan badan lalu mulai membidik atap dengan pistol pengaitnya.

    Satu-persatu pasukan 1st Star mulai naik, Kapten Joey berharap area di atas tidak dipenuhi dengan lava. Kejadian itu menarik beberapa masyarakat sekitar yang terdiri pejalan kaki atau pekerja yang kantornya berada didekat situ dan hal ini dengan cepat menjadi viral di media sosial. Sementara itu di kampus tempat Aldi belajar.

    “Tes...tes...satu...dua,” terdengar suara misterius, Aldi melirik kesana-kemari.

    “Halo...kau bisa mendengarkan aku?,” suara itu terdengar lagi, namun Aldi mengenali suara ini.

    Aldi tersadar Ia memakai alat komunikasi di dalam telinganya, ini Ia lakukan agar mendapat info kejahatan sedini mungkin dan ini adalah suara Dani.

    “Dani...Iya aku bisa mendengarmu, ada apa?,” sambil menekan telinga kirinya dengan telunjuk.

    “Kau masih ingat makhluk besar yang menyerang Skycorp? Sekarang dia sedang mengamuk di kantor ELS.”

    “Baik aku akan segera kesana,” bergegas pergi meninggalkan area kampus.

    Ketika ingin mencari tempat yang aman untuk berganti pakaian, Ia berpapasan dengan Tiara, perempuan yang baru Ia kenal tadi pagi. Mereka berdua hanya melempar senyum, namun Tiara terheran kenapa Aldi terlihat terburu-buru. Area Parkir bawah tanah menjadi pilihannya, dengan cepat Ia berganti kostum lalu melesat terbang keluar agar tidak ketahuan seseorang. Masih terhubung dengan Dani dia memberitahu dimana lokasi kantor ELS. Aldi terbang dengan cepat, tetapi sebuah angin yang kencang menimpanya, langkahnya terhenti. Sesosok orang melayang menghalangi jalannya.

    “Jadi ini Indonesia-Man?,” ucap sosok itu.

    “Siapa kau?,” Indonesia-Man mengamatinya.

    Sosok itu menggunakan kostum “Superhero” sama sepertinya, dengan warna dasar putih. Bahan Spandex melihatkan otot-otot besarnya dengan baik. Sarung tangan sampai siku dan sepatu boots berwarna sama yaitu biru langit. Memiliki logo seperti pusaran angin yang dilihat dari atas berwarna senada. Hal yang membedakannya dengan Indonesia-Man adalah Ia memiliki jubah dengan warna biru langit juga yang Ia tempelkan melalui kedua bahunya dan tidak menggunakan topeng mata sehingga mukanya terlihat jelas.

    “Saya Ouranos, penguasa langit,” mukanya tersenyum, raut mukanya menunjukkan Ia lebih senior dari segi usia dibandingkan Aldi.

    Kini kedua orang luar biasa itu sama-sama berdiri di angkasa, saling bertatapan. Kemunculan Ouranos yang tiba-tiba dihadapannya membuat teka-teki baru bagi Indonesia-Man, dia itu berada di pihak musuh atau memang di pihak kebenaran seperti dirinya.
     
  19. noprirf M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 14, 2014
    Messages:
    1,337
    Trophy Points:
    142
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +427 / -0
    Rasanya mulai disini udah mulai menghubungkan antara dr. Subiantoro dengan perusahaan skycorp :bloon: petunjuk itu datang dari seseorang yang pernah jadi bahan percobaan yang bernama solid. Trus ketemu super hero yang lain. Rasanya mulai menarik nih, bagus lah :top:
     
    • Like Like x 1
  20. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    thx sensei....:ogterharu:
     
  21. Numbertwo Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 12, 2013
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +8 / -0
    Arc : Skycorp

    Chapter 15 : Ouranos the Sky Emperor


    “Penguasa Langit? Dengar aku tidak punya waktu untuk ‘chit chat’ dengan mu.”
    “Buru-buru sekali...,” diam sejenak. “Baiklah setidaknya aku sudah mengenalkan diri,” memberi jalan untuk Indonesia-Man pergi.
    Indonesia-Man bergegas menuju markas ELS, tidak butuh waktu lama karena dia sendiri terbang dengan kecepatan penuh. Keadaan makin memburuk, pasukan 1st star unit terlihat menembaki Solid namun sayang sekali peluru mereka tidak bisa tembus. Indonesia-Man mendekat lalu pasukan ELS berhenti menembak.
    “Baiklah petugas, biar saya yang melanjutkannya, tetap waspada,” memberi tahu pasukan ELS 1st star unit.
    Indonesia-Man menyiapkan diri, melemaskan tubuhnya sebentar lalu dengan cepat menghempas tubuh Solid hingga menjauhi gedung ELS. Dengan kekuatannya Ia membawa terbang jauh Solid, Ia merasakan sedikit rasa panas akibat lava yang keluar dari tubuh Solid. Semakin lama rasa panas semakin kuat, dengan kekuatan sisa Ia melempar Solid ke bawah ke sebuah lapangan.
    Ia melihat kedua tangannya, mengeluarkan asap dan memerah. Belum lagi beberapa bagian kostumnya mengalami kerusakan karena tidak mampu menahan panasnya lava.
    “Tampaknya kostum ku harus segera di upgrade setelah ini,” turun lalu bersiap menyerang Solid lagi.
    Kejadian tadi tidak memberikan efek besar terhadap Solid, Ia langsung berdiri lagi. Tubuhnya semakin menyala dan menjadi sedikit membesar. Ia meraung sangat keras dan mulai berlari menuju Indonesia-Man. Indonesia-Man langsung terbang kearahnya, satu pukulan keras mendarat di dada Solid. Seperti tidak merasakan apa-apa tangan Solid meraih lengan kanan Indonesia-Man, saking besarnya tangan Solid mampu menggenggam bagian atas lengan Indonesia-Man melebihi sikut.
    Lalu Solid membanting Indonesia-Man ke tanah, diangkatnya lagi lalu membantingnya lagi lalu Ia lempar. Indonesia-Man terseret jauh namun Ia masih sanggup berdiri, lengan kanannya berasap, kostumnya dibagian itu hancur. Solid berjalan mendekat, Indonesia-Man bersiap lagi tetapi rentetan peluru menghujam Solid.
    Kapten Joey, Jessica, dan Dimitri berada di helikopter menembaki Solid.
    “Dimitri, kau bersiap menembakan grenade launcher dan kau Jessica terus buat Solid diam seperti itu,” ucap Kapten Joey.
    “Siap!!” keduanya menjawab.
    Dimitri sudah siap posisi menembak, Solid masih diam karena konsentrasinya diganggu Jessica dan Kapten Joey. Aba-aba dari Kapten Joey datang, Dimitri menembakkan grenade launcher. Tembakkannya tepat mengenai Solid, ledakan terjadi. Asap hitam pekat muncul.
    “Apa kita berhasil?” Dimitri menurunkan senjatanya.
    “Semoga saja,” begitu juga Kapten Joey.
    Posisi helikopter mereka tidak begitu tinggi dan dekat dengan kepulan asap itu, hal yang tidak terduga terjadi. Dari kepulan asap itu muncul sosok Solid, Ia melompat ke arah helikopter. Indonesia-Man terbang ke arah mereka namun sedikit terlambat karena jaraknya cukup jauh dan luka dilengan kanannya melambat pergerakannya.
    Sang pilot helikopter juga tidak bisa berbuat banyak ketika tiba-tiba Solid melompat ke arah mereka. Merasa di ujung tanduk ketiga pasukan ELS 1st star unit terdiam melihat sosok sebesar bus siap menerjangnya. Solid sudah semakin mendekat dan tangannya membentuk kepalan tangan yang besar. Ketika di momen genting tersebut, hembusan angin yang kuat dari atas menerjang Solid terlebih dahulu ke tanah.
    Efek angin yang besar membuat helikopter berputar-putar, Jessica terlepas dari pegangannya Ia terjatuh dari helikopter.
    “Jessica!” Kapten Joey mencoba meraihnya.
    Namun kali ini Indonesia-Man berhasil menyelamatkannya dan membawanya menjauh dari Solid.
    “Kau tidak apa-apa?”
    “Hmm...ya...”
    Tatapan Jessica kemudian berubah, Ia melihat ke atas dan menampilkan ekspresi terkejut. Indonesia-Man menoleh kebelakang dan melihat ke atas. Ia melihat seseorang melayang di udara, jubahnya berkibar terkena angin. Dia adalah Ouranos, seseorang yang Ia temui barusan.
    Helikopter berhenti berputar, Kapten Joey sudah melihat Jessica selamat kekhawatirannya hilang. Dimitri memberi tahu Kapten Joey ada sesosok manusia yang melayang di udara.
    “Kapten, lihat ke atas.”
    Ia mencoba melihat tetapi terhalang oleh sinar matahari, “Siapa dia?, jubah?”
    Sosok itu merendah dan menghampiri helikopter, mereka berdua bersiap dengan senjatanya.
    “Saya akan membereskan ini, bisakah kalian sedikit menjauh? Kalian masih masuk kedalam jangkauan kekuatan ku.”
    Pilot helikopter menjauh, hembusan angin barusan cukup memberi efek kepada Solid. Ia baru terbangun dan berdiri setelah beberapa saat. Ouranos menunjuk ke arah Indonesia-man.
    “Hei kau juga yang berada disana, menjauhlah sedikit dan lindungi wanita mu itu!”
    Indonesia-Man merasa Ouranos hanya mengejeknya, Ia sudah membawa Jessica ke tempat yang jauh dari Solid tetapi tanpa disadarinya muka Jessica memerah mendengar ucapan Ouranos. Ouranos bersiap, Ia melemaskan tubuhnya dengan menaik-turunkan bahu. Solid meraung dengan kuat, Ouranos mengacuhkannya. Ia terbang ke arah Solid lalu berputar-putar.
    Putarannya menghasilkan angin topan. Semakin cepat Ia berputar sekarang angin topannya sudah membesar menutupi Solid. Dengan tinggi 60 meter, angin topan itu menjulang tinggi ke angkasa. Pasukan ELS dan Indonesia-Man dibuat takjub dengan kekuatan Ouranos. Solid yang berada didalamnya masih bisa bertahan, Ia mencoba melemparkan lava namun usaha itu sia-sia.
    Angin semakin cepat berputar, lava yang menyala ditubuh Solid sekarang menjadi redup. Ia memegangi lehernya, mulai kehabisan udara. Perlahan Ia mulai rubuh, mulai terdesak karena kehabisan nafas dan akhirnya Ia tumbang. Melihat keadaan Solid Ouranos menghentikan angin buatannya. Angin topan yang menjulang tinggu perlahan hilang. Pasukan ELS lain datang didampingi beberapa petugas kepolisian.
    Helikopter mendekati Ouranos dan Solid, Jessica kemudian ikut bergabung Ia terdengar mengucapkan terima kasih kepada Indonesia-Man walaupun hanya seperti suara berbisik. Sosok asing seperti Ouranos tampaknya membuat pasukan sedikit bersiaga, hal ini memang sengaja dilakukan karena orang-orang seperti memilki kekuatan jauh di atas manusia biasa.
    “Baik kalian bisa sedikit menurunkan ketegangan, dia yang berhasil melumpuhkan Solid.”
    Jessica menghampirinya, “Kapten, maaf tadi saya sedikit ceroboh.”
    “Tidak apa-apa yang penting kau selamat,” melihat ke arah Indonesia-Man. “Kemana dia?”
    Jessica menoleh kebelakang, sosok Indonesia-Man sudah menghilang.
    Kemudian Kapten Joey memerintahkan pasukan untuk memborgol Solid dan merantainya dengan kuat. Mereka memborgolnya dengan borgol magnet dikedua tangan dan kaki, merantainya dengan rantai bertegangan tinggi. Lalu seluruh pasukan membawanya dan pergi dari sana, Ouranos ikut bersama sepertinya Ia ada rencana lain.
    Sebelum pasukan ELS yang lain masuk, Indonesia-Man sudah pergi dari sana. Ia menganggap tugasnya sudah selesai di sana.
    “Dan..Dani, kau disana?” menggunakan alat komunikasi yang tertanam ditelinga sebelah kanannya.
    “Iya Aldi, apa yang kau perlukan?”
    “Apa kau bisa menyediakan air es? Tangan kanan ku terasa sangat panas.”
    “Baik.”
    Indonesia-Man menuju GOR, tanpa menggunakan kostum. Ia berjalan masuk, beberapa mahasiswa terlihat bermain bulu tangkis. Dani menghampirinya.
    “Apa kau baik-baik saja?” tanya Dani.
    “Lumanyan.”
    Mereka berdua masuk ke ruangan kontrol dan langsung menuju lab. Sesampainya di lab sudah ada ember berisi ais dan es.
    “Ini kan yang kau perlukan?” menunjuk ember.
    “Ya terima kasih, oh iya Nabila kemana? Aku tidak melihatnya?”
    “Dia pergi menemui Dokter Sarah.”
    “Oh...baiklah.”
    Dengan perlahan Ia membasuh lengannya dengan air es itu, perlahan hangat yang Ia rasakan mulai menghilang.
    “Dan, bisa aku bertanya sesuatu?”
    “Ya silahkan.”
    “Ada Perlu apa Dokter Sarah dengan Nabila?”
    “Kau tau kan topeng mata berwarna merah yang kau pakai, di bagian matanya terdapat lapisan kaca transparan yang membantu mu memberikan pandangan X-ray maupun Thermal. Disana juga terpasang kamera sehingga kami yang berada di lab mampu melihat apa yang kau lakukan sebagai Indonesia-Man. Saat tangan kanan mu terkena lava dan membuat kostum hancur Dokter Sarah langsung menghubungi ku dan meminta Nabila datang menemuinya.”
    Aldi berbicara dalam hati, “Berarti Dokter Sarah masih mengawasi ku,” lalu menanggapi Dani “Apa mungkin dia meminta Nabila mengambil kostum cadangan? Karena tidak mungkin aku beraksi dengan kostum yang hancur.”
    “Mungkin saja.”
    Merasa bosan Dani mencoba menyetel saluran televisi melalui layar di lab. Hingga Ia menemukan saluran berita, mereka membahas kejadian yang tadi. Aldi mengamati sambil terus membasuh tangannya dengan air es. Tajuk berita itu membahas sosok misterius yang mengalahkan Solid yang sekarang berada di kantor ELS.
    Saluran itu juga membahas adanya pertemuan ELS dan Ouranos, yang dilakukan secara tertutup. Selang beberapa menit saluran itu langsung mengubah tayangannya ke bagian konferensi pers, disana ada kepala ELS Pa Soedirman, Kapten Joey mewakilkan pasukan ELS, Menteri Pertahanan dan Ouranos yang disiarkan secara langsung.
    Pewancara mulai bertanya kepada mereka, kebanyakan dari mereka menanyakan tentang sosok Ouranos.
    “Bisa tolong dijelaskan dari mana Anda berasal dan bagaimana kekuatan mu bisa muncul?” pewancara wanita bertanya.
    “Hm.. sebelumnya saya adalah Ouranos sang penguasa langit,” dengan penuh percaya diri. “Saya berasal dari kerajaan langit yang kebetulan berada di langit Indonesia, tentang kekuatan? Jelas ini adalah pemberian yang spesial.”
    Jawaban yang dilontarkan cukup membingungkan, namun itu tidak mengurungkan niat pewancara lain untuk bertanya. Sudah cukup pertanyaan diberikan akhirnya Kepala Soedirman menutup konferensi itu dengan kesimpulan.
    “Semua pertanyaan sudah dilontarkan dan sudah dijawab oleh Ouranos dan perwakilan kami, Saya mempunyai informasi penting sebagai penutup yaitu dengan ini Ouranos dengan resmi menjadi rekan ELS dalam memberantas kejahatan-kejahatan diluar batas yang terjadi. Dia juga sudah resmi sebagai penegak hukum yang sah menurut Undang-undang yang memiliki jabatan setara dengan pasukan ELS 1st star unit dan kami juga sedang merancang penjara khusus untuk menahan orang-orang seperti Solid, itu saja terima kasih.”
    Konferensi telah berakhir namun penyataan terakhir kepala Soedirman malah membuat pewancara disana menjadi ingin tahu akan kelengkapan informasi barusan. Aldi terkejut atas pernyataan kepala Soedirman, dia mengira dengan ini maka gerak-geriknya semakin dipersempit. Dia juga tidak habis pikir kenapa mereka bisa dengan semudah itu bekerja sama dengan orang yang bahkan baru mereka kenal.
    Dani memandangi Aldi, Ia melihat kekecewaan dari raut muka Aldi. Dalam situasi panas pintu lab terbuka, Nabila datang dengan membawa koper. Ia merasa keadaan di lab kurang kondusif.
    “Apa aku melewatkan sesuatu? Apa ada hal yang menyakitkan kalian berdua ?”
    “Tidak, mungkin karena kami sedikit lelah,” Dani tertawa kecil.
    “Tidak apa-apa Nabila,” Aldi menambahkan, “Koper itu berisi apa?”
    Nabila mulai mendekati mereka berdua dan mulai membuka kunci koper tersebut.
    “Tadi Dokter Sarah juga berpesan seperti ini...,” menarik nafas panjang, “Tolong dijaga baik-baik.”
    Nabila membuka koper itu lalu Aldi dan Dani sama-sama melotot kaget melihat isi koper tersebut.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.