1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Fate, stay here

Discussion in 'Fiction' started by lrk, Jan 27, 2015.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. lrk M V U

    Offline

    IELTS teacher

    Joined:
    May 18, 2011
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    107
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +263 / -0
    "FATE, STAY HERE"



    Salju turun disertai dengan angin yang sangat lebat. Kedua anak kecil itu tidak bisa bermain dengan leluasa di luar seperti biasanya. Negeri yang sangat indah itu telah tertutup oleh badai salju sejak tadi pagi, sehingga kedua kakak adik itu yang baru saja menyelesaikan sarapan mereka beberapa saat yang lalu kembali berjalan ke ruang tengah rumah yang terbuat seluruhnya dari kayu itu dengan muka tertekuk.

    "Nenek!" teriak si bocah laki-laki.

    Si nenek tua terus dengan asyiknya menyulam di atas kursi dekat perapian.

    "Nenek!" teriak si bocah perempuan.

    "Siapa yang kalian panggil nenek?" si nenek tersenyum manis.

    "Nenek sayang." kata si bocah laki-laki kali ini lebih pelan.

    "Nenek jelek." kata si bocah perempuan dengan lebih pelan lagi.

    Dengan entengnya sang nenek melemparkan sebuah ram layaknya frisbee ke kepala si bocah perempuan. Bletak! Kepala si bocah perempuan otomatis benjol. Tapi bocah perempuan itu hanya terkekeh geli walaupun sudah benjut begitu. "Hihihi... nenek jelek, bisiknya lagi."

    "Ada apa Andrew?" ucap si nenek kepada si bocah laki-laki.

    "Nek, di luar badai salju."

    "Jadi?"

    "Tolong hentikan."

    "Tidak mau."

    "Kenapa tidak mau? Kami tidak bisa bermain di hutan dan di laut, Nek?"

    Si bocah perempuan kembali memanggil berbisik, "Nenek Jelek, hei Nenek Jelek,"

    "Steffi?" ucap si nenek pada bocah perempuan.

    "Ya nek lek?" balasnya nakal dan tak perduli.

    Si nenek tiba tiba merogoh ke dalam kutangnya, dan dari balik kutang si nenek itu tiba tiba tangannya sudah memegang cermin seukuran wajah orang dewasa, dan si nenek hadapkan cermin itu kepada Steffi.

    Steffi memandang wajahnya dan baru menyadari adanya benjut besar di kepalanya langsung histeris. "Haaahh?!!! Aku benjol! Aku benjol!"
    Lalu ia pun menggoyang-goyangkan tangan kiri Andrew yang berdiri di sebelah kanannya.
    "Andrew- Andrew aku benjol aku benjol, sembuhkan aku!"

    Yang dimintai bantuan menarik lepas tangan kirinya dari Steffi, menarik kepalannya mundur, sebelum lalu dihujamkan bogem kirinya ke wajah Steffi.

    Steffi terbang melayang 4 meter dan menghantam lemari kayu yang pintu-pintunya terbuat dari kaca dan amblaslah dia masuk ke dalam lemari itu yang tentu saja langsung jebol.

    Steffi bangkit dengan marah. Dari posisi terjatuh ia jongkok, mengambil ancang-ancang dan melesat vertikal menembus langit-langit rumah kayu tersebut. "Aku mau pergi main badai salju." pekiknya yang terdengar hanya sayup-sayup.

    Si nenek hanya menggelengkan kepalanya melihat Steffi kabur dan bilang ingin main badai salju.

    "Bereskan seperti semula, Andrew."

    Hanya dengan menggerak-gerakkan tangannya beberapa saat saja dengan mata menatap lemari yang jebol dan atap kayu yang bolong oleh ulah adiknya, semua bagian yang hancur tadi kembali normal.

    "Sudah nek."

    "Anak pintar."

    "Nek? Aku bosan."

    "Kau mau apa?"

    "Aku mau cerita, nek."

    "Cerita apa?"

    "Cerita yang nenek suka?"

    Sang nenek berpikir sejenak, lalu matanya berbinar.

    "Semua cerita menarik. Tapi ada satu. Ada satu orang yang punya cerita yang lebih baik dari segala cerita. Dan ini bukan sembarang cerita. Ini terjadi ribuan tahun yang lalu."

    "Ada pencerita yang lebih baik dari nenek?"

    "Ada."

    "Namanya Pompadouri. Dia adalah seorang legenda. Dengan kemampuan bercerita yang sangat mempesona."

    "Steffi, kembali, nenek punya cerita baru." batin Andrew dalam hati.

    Hitungan detik, Steffi masuk menerobos dinding kayu dan langsung duduk bersila di dekat si nenek.

    Andrew merapikan dinding kayu yang bolong tanpa disuruh.

    Steffi membatin, "Ulang ceritanya."

    Dan si Nenek pun dengan otomatis mengulang kalimatnya barusan.

    "Namanya Pompadouri. Dia adalah seorang legenda. Dengan kemampuan bercerita yang sangat mempesona."
     
    • Like Like x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. lrk M V U

    Offline

    IELTS teacher

    Joined:
    May 18, 2011
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    107
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +263 / -0
    EPISODE 1​


    LEGENDA POMPADOURI



    Siang itu sangat terik. Tidak ada orang berada di luar bangunan. Kecuali sosok asing dengan pakaian satin lengan panjang berwarna merah terang dan celana berwarna hitam. Ia mengenakan caping dan kacamata hitam. Wajahnya penuh dengan goresan luka. Menyandang sebuah buntalan kumal berwarna coklat kehitaman, sosok ini berjalan dengan pelan menembus siang hari yang terik tersebut. Pada kedua kakinya terdapat gelang-gelang dengan bel, sehingga saat ia melangkah bunyi gemerincing yang ritmis akan terdengar ke seluruh penjuru kemana gelombang suara bisa terdengar.

    Ia pun berteriak saat ia tiba di tengah jembatan Parkinstars. "Pompa douriiii!!!"

    "Pompa douriiii!!!"

    "Pompa douriii!!!"

    Mendengar teriakan aba-aba khas kencang itu warga berbagai usia keluar dari rumah masing-masing karna tahu bahwa sang pendongeng telah datang.

    "Pompadouri datang! Pompadouri datang!" seluruh mereka yang berhamburan keluar rumah memekik mekik memberitahukan kepada mereka yang masih di dalam rumah.

    Tak butuh waktu lama hingga jembatan Parkinster ramai dengan manusia dari berbagai jenis dan golongan.

    Lalu Pompadouri pun mengambil posisi duduk sila. Dan ia dalam keadaan masih bersila mulai membuat tubuhnya melayang-layang di udara sehingga ia bersila di udara dengan jarak 2 meter dari tanah dengan demikian semua orang bisa melihatnya dengan jelas.

    Seluruh warga bertepuk tangan riuh rendah melihat atraksi yang sudah biasa mereka saksikan itu, tapi tetap saja mereka kagum setiap kali melihat Pompadouri melakukan yang demikian.

    "Pompadouri! Beri kami cerita baru!"

    "Ya Pompadouri! Beri kami cerita baru!" ucapan - ucapan senada diteriakkan oleh banyak orang.

    "Tenang! Semua Tenang! Hari ini saya akan ceritakan pada kalian apa yang sebenarnya terjadi di negeri ini."

    "Kalian semua! Hari ini saya akan bercerita kenyataan sebenarnya yang terjadi di negeri ini, beberapa ratus tahun yang lalu! Kalian siap mendengarnya?!"

    "Siap Pompa douriiii!"

    "Apa kalian tahu, apa nama negeri ini sebenarnya?"

    "Negeri Amnesia!!!" Semua orang berteriak lantang.

    "Ya, kalian benar-benar amnesia." keluh Pompadouri.

    "Ini bukan negeri Amnesia, Master! - Nama sebenarnya dari negeri ini adalah negeri Zaratroid! Dan kalian adalah 'Master!'"

    "Apa itu 'Master'?" bisik banyak orang.

    Tak ada yang paham dengan istilah yang digunakan oleh Pompadouri. Mereka semua tampak kebingungan.

    Ada pula yang nampak bingung mendengar nama Zaratroid untuk pertama kalinya.

    "Ini adalah kisah yang menyangkut tentang identitas kalian yang sebenarnya, jadi dengarkan baik-baik, 'Master'.' pinta Pompadouri sang pendongeng.

    'Aku akan mulai bercerita ..."
     
  4. lrk M V U

    Offline

    IELTS teacher

    Joined:
    May 18, 2011
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    107
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +263 / -0
    EPISODE 2​


    DONGENG NEGERI ZARATROID



    Pada tahun 2237, dunia tidak lagi memiliki negara. Seluruh isi dunia adalah satu tempat yang disebut sebagai negeri Zaratroid. Dan di negeri Zaratroid, manusia yang masih punya kemampuan berpikir dianggap 'gila' dan diasingkan atau lebih tepatnya dikurung di daerah khusus yang tak bisa ditembus, karena dijaga ketat oleh tentara 'Master.' 'Master' sendiri adalah sebutan untuk seluruh manusia yang sudah terhubung dengan mesin pendataan manusia. Para Master tidak memperdulikan keinginan dan pemikiran manusia, melainkan hanya memperdulikan keinginan dan pemikiran mesin.

    Ini adalah dampak revolusi robotik yang digagas oleh Googlax Corp pada tahun 2150 dimana semua orang diatur komponen pemikirannya dan dihubungkan dengan mesin pengaturan berpikir. Manusia - manusia yang masih bisa berpikir dan memiliki kemampuan emosi tak bisa dihubungkan dengan mesin, karena hanya akan meledakkan mesin-mesin saja dan menimbulkan kerugian tak terduga bagi Googlax.

    Mereka ini tidak dibunuh karena masih dianggap menyimpan potensi anomali dalam tubuh mereka dan hanya diasingkan dan dikurung di suatu daerah yang berada dalam penjagaan ketat. Daerah ini diberi nama Albetistra.

    Pemimpin para Master yaitu para pemilik Googlax terus mengembangkan mesin-mesin yang diharapkan bisa mengimbangi potensi berpikir para penduduk Albetistra dengan tujuan agar dapat menguasai mereka sepenuhnya. Hanya menunggu waktu saja sebelum mesin-mesin ini bisa disempurnakan, dan seluruh penduduk Albetistra akan dijadikan 'Master' yang dikelola dengan mesin.

    Tapi tanpa disadari sedikitpun oleh para pemimpin Master, suatu peristiwa besar akan segera terjadi di Albetistra dalam hitungan hari. Peristiwa ini yang nantinya akan sepenuhnya mengubah wajah Zaratroid.

    Dari sekian banyak orang-orang di Albetistra, perubahan tak terduga itu bertumbuh dari bilik yang paling tak terduga pula, bilik Indonesia.

    Bilik Indonesia di Albetistra dihuni oleh empat orang pria muda bernama Songke, Dandra, Ibang dan Jonson.

    Dan kau tahu, dari tempat inilah dan keempat orang inilah, semua kekacauan besar akan bermula.
     
  5. lrk M V U

    Offline

    IELTS teacher

    Joined:
    May 18, 2011
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    107
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +263 / -0
    EPISODE 3​


    ALBETISTRA: BILIK INDONESIA DAY 1



    "Dandra!!!!" suara cowok kurus yang duduk di depan meja komputer tiba-tiba melengking tinggi.

    "Apaaan sih Ke, ribut amat?" Yang namanya merasa dipanggil nggak nyahut. Ini si Jonson yang kekar lagi angkat-angkat barbel.

    "Ini ingusnya si Dandra di keyboard, kena tangan gw ah! Brengsek banget kan tuh anak." Songke ngomel.

    "Ibang, Dandra mana?" teriak Songke lagi sekarang manggil ke Ibang.

    "Dandra kan tadi keluar. Katanya tadi mau cari tisu, abis dia bersin-bersin. Makanya komputer kosong walaupun lagi jam dia pake sekarang kan." Ibang menjelaskan dengan bijaksana.

    "Ya tapi gak ingus semua di keyboard gini dong, kan gw gak tau." Songke masih sebal.

    "Ya mungkin dia sekarang beli tisu, mau ngelap ingus disitu." Ibang masih tetap membela Dandra.

    "Aisshh mana mungkin, orang super jorok kaya dia ngurusin begituan."
    Dan Songke masih tetap ngomel.

    "Lagian gw heran, gw udah bilang bolak-balik, gw bingung Googlax pada bego-bego amat sih, orang kaya si Dandra itu ya, udah jadiin Master aja sekalian. Apa hebatnya sih dia? Apa joroknya dia yang bikin mesin jadi meledak pada ga tahan sama dia? Kalo gw kan jelas nih, pinter, mesin Master mah ancur mau ngeladenin gw. Si Jonson kan ototnya beh banget tuh, makannya juga dua bakul sendiri. Lu Bang, udah jelas kalo lu mah, power lu, TUA! Nah si Dandra spesialnya apaan pake disimpen segala sama Googlax di mari?'

    "Yang kamu bilang tua itu siapa? Saya ini ndak tua, saya ini dewasa. Beda lho arti dewasa dengan tua."

    "Songke," suara Jonson yang super ngebass bunyi mendadak, "Si Dandra itu ndak cuma jual cerewet dia yang kaya nenek-nenek itu, tapi juga dia itu orangnya lucu kali, kan aku pun sering dibuatnya kencing di celana kalau dia sudah main lucon."

    "Le- Lu - Con." koreksi Songke, "Lucon mah apaan?"

    "Ya itu lah pokoknya." Jonson enggak tahu mau bilang apa.

    Nah si Jonson ini sudahlah dia ngomongnya ngebass dan pelan, dia punya kesulitan membaca. Dia kalau mau baca ada kalimat yang kebaca sama dia maksimal 7 kata yang terbaca kalau dia berusaha keras dan itu pun random.

    Pernah waktu si Jonson berlagak pesan makan sendiri di restoran,

    Pas dikasih menu sama mbak resto cepat sajinya, dan ditanya, "Silakan, pesan yang mana."

    Si Jonson berusaha keras untuk baca, dan jawab dengan polosnya, "Pesan, pahamu lezat dan dadamu lezat 2."

    Ketiga rekannya terkekeh - kekeh sakit perut menahan untuk tidak tertawa, dan keluar dari resto cepat saji tersebut dan berguling-guling tertawa di pelataran parkir resto cepat saji satu-satunya di Albetistra tersebut.

    Dan ironisnya lagi, Jonson tak tau kalau apa yang diucapkannya itu salah. Selalu dia pikir apa lah yang dia baca itulah yang terbenar, karena ia berpikir bahwa dia pintar dan itulah mengapa Googlax tak sanggup mengkonversinya menjadi Master. Padahal ....

    Dandra datang dari luar, "Siapa yang mau tisu?"

    "Gw!" teriak Songke, "Ingus lo tuh, ke keyboard jadi kena tangan gw,"

    "Dih kok nyalahin gw sih? Katanya pinter, kalo pinter mata dipake dong, liat ke keyboard kalo mau pake keyboardnya." cerewet Dandra gak ada yang mengalahkan.

    "Eh monyong, di dunia ini mana ada orang ngetik di Keyboard ngeliat ke keyboardnya?" Songke jelas kesal.

    "Dan lo ngaku-ngaku lo yang paling pinter di sini? Huh, Pinter apanya. Jelas-jelas itu si Jonson ada, tiap ngetik liat ke keyboard komputer, trus dipencet pake jempol kanan kiri ... dikiranya keyboard hape pake jempol ngetiknya." Si Dandra cerewet memberikan alibinya, yang gak ngenakkin buat si Jonson.

    "Ndra," Jonson dengan suara bass lagi, "Kau mau pilih keselek otot bisepku atau mau kutimpuk palamu, pake Barbel ini?"

    "Sudah - sudah, jangan berantem, nggak baik itu," Ibang menengahi.

    Dan Songke, Dandra serta Jonson ketiganya saling pandang dan langsung serempak meneriaki Ibang, "Huu Dasar TUA!"

    Padahal Ibang memang belum tua - tua banget, umurnya juga baru 21 tahun. Tapi ya begitulah Ibang, semua tindakannya bukan dibuat-buat tapi memang beneran dewasa dan terkesan TUA, karakter yang diperlukan tapi sangat bikin sebal anak-anak bilik Indonesia.
     
  6. lrk M V U

    Offline

    IELTS teacher

    Joined:
    May 18, 2011
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    107
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +263 / -0
    EPISODE 4​


    ALBETISTRA: BILIK INDONESIA DAY 2



    "Kenapa kalian kalian ini tak jadi Master?" suara Jonson berat saat mereka sedang makan malam. Dia tengah asik dengan sup udangnya dan duduknya agak menjauh dari temannya yang lain.

    "Hei kerbau bermuka manusia, jangan nanya yang gak penting gitu dong. Lo alibi doang kan pura pura bolot, itu sup udang udah 3 mangkok ke perut lo semua? Telen sama mangkoknya sekalian Son." Dandra ketus gak kebagian sup udang.

    "Otot ku butuh ini udang udang." Jonson membela diri.

    "Bang, lo TUA kan? Mau sampe kapan lo biarin si Jonson menindas kita saban makan malam dengan cara-cara seperti ini? Masa lo TUA gak ngeliat ini sebagai bentuk ketidakadilan." Songke protes.

    "Kalian kan kalau mau beli udangnya nanti bisa ke market sendiri. Nah Jonson kan ndak bisa. Jadi biarlah dia makan ransum udang dari Googlax ini. Kalian kan masih punya tahu dan cabe rawit. Dinikmati lah." ucap Ibang santai membela Jonson.

    "Be tul Pasar aku tak bi sa." Dengan gaya patah-patah dan suara beratnya, Jonson mengamini ucapan Ibang.

    Dandra lalu mengedipkan matanya pada Songke. Mendapat kode tersebut Songke pun langsung beraksi, dilemparkannya dua buah cabe rawit dari tahu-tahu yang ada di depannya ke arah Dandra layaknya seorang pitcher mengumpan bola mudah bagi sang pemukul, Dandra mengayunkan tangan kirinya yang memegang sendok hanya dengan pergerakan pelan pergelangan tangannya saja kepala sendok langsung mengenai kedua cabe rawit tersebut sekaligus. Dua buah cabe rawit itu pun melesat menuju dua lubang hidung Jonson ... dan sleppp ... masuk dengan pas menyumbat kedua lubang hidung tersebut. Jonson yang tengah hendak menyuap supnya, mulanya kaget, lalu mendelik dan bersin, sehingga baik sup di sendok maupun yang di mangkuk pun tumpah dan jatuh ke lantai.

    "Praaang!" Bunyi mangkuk dan sendok bergelimpangan di lantai.

    Dandra dan Songke diam menahan senyum dikulum. Ibang yang tak melihat perbuatan keduanya, bertanya pada Jonson, "Ada apa Son?"

    Jonson pun menyahut terbata, "Ter bang ca be dua masuk hidung aku bersin."

    "Pffft," baik Songke dan Dandra tawanya sudah nyaris pecah mendengar Jonson yang begitu polos.

    Ibang melihat gelagat tak baik dari Songke dan Dandra pun menegur, "Kalian ini telepati jangan dipakai untuk ganggu Jonson lah. Kasian kan dia?"

    Dan dengan telepati nya pun, Songke dan Dandra berteriak, "TUAAA!!"

    Ibang yang mendengar teriakan telepati itu cuma menggeleng-gelengkan kepalanya saja melihat perbuatan Songke dan Dandra yang seperti bocah.

    Lalu tiba-tiba Jonson berkomentar, "Eh, aku kok kayak dengar ada yang bilang TUA ya?"

    Jelas ini sangat mengejutkan bagi Ibang, Songke, dan Dandra!
    Jonson sebelumnya 'buta telepati'.

    “Son! Lo bilang tadi dengar apaan?” Dandra bersuara.

    “TUA”

    Songke penasaran. Ia kirim telepati lagi.
    “Nah sekarang lo denger apaan?” tanya Songke.

    “KETEK”

    “Sekarang?” Dandra melanjutkan

    “JONSON”

    “Sekarang?” Songke sekali lagi.

    “HITAM?”

    “Dibaca dong. Tiga - tiganya” Songke menyarankan.

    “KETEK JONSON HITAM?” Jonson menuruti dengan polosnya
    Dan tak pelak lagi berderailah tawa Dandra dan Songke, bahkan Ibang pun tersenyum saja melihat Jonson dikerjai kali ini.

    “Ei, siapa ini ada bilang ketek aku hitam?”Jonson mulai sadar sedang dikerjai.

    “Nah Bang, dia bisa denger sekata – sekata Bang, tapi dia gak tau yang ngirim siapa.”

    “Coba kirim telepati panjang” saran Ibang pada Songke dan Dandra, “Kita lihat apa dia bisa ‘mendengar’ lebih baik dari dia membaca?”

    Dandra pun mengirim telepati semacam ini “KENTUT JONSON BAU SAMPAH SEPERTI MUKANYA YANG SANGAT TIDAK WAJAR BAGAI KERBAU BAU.”
    Lalu ia bertanya, “Son kau ada dengar sesuatu tidak?”

    “JON SON SEPERTI NYA SANGAT TIDAK BAU” ucap Jonson.
    “Ah gak seru lo Son,” Dandra kecewa.

    “Yah Bang, tuh liat sendiri kan, sama aja dia mah, gak baca gak denger otaknya ada lembaga sensornya kali nih Bang. Mungkin gegara ginian nih mesin Googlax meledak semua kalo dikonekin ke dia.” Songke menganalisis keadaan Jonson.

    “Itu bisa jadi.” Ibang berkomentar singkat sembari memikirkan apa sebenarnya yang sedang terjadi.

    “Tapi ini pasti anomali,” lanjut Ibang.

    “Anomali gimana Bang?” Dandra ingin tahu.

    “Ada sesuatu yang mengubah kepekaan telepati Jonson. Dan kita harus cari tau apa itu.”

    Mereka semua hening beberapa saat mencoba mencerna kata - kata Ibang barusan.

    “Ah gw tau, gw tau,” Songke langsung seperti biasa menunjukkan kejeniusannya.

    Wajah Ibang dan Dandra tampak sumringah dan sangat tertarik, Jonson tetap dengan ekspresi bodohnya.

    “Apa?!” Tanya Ibang dan Dandra.

    “Sup udang!” Songke menunjuk ke mangkuk yang terjatuh di lantai.

    “Sup udang ini adalah ransum dari Googlax, dan ini tidak hanya diberikan kepada kita saja.” Ibang dengan satu kalimat.

    “Akan tetapi, di bilik kita, di antara kita berempat, satu siluman kerbau gila berwajah manusia, melahap hampir semua dari sup udang tersebut, dan mendadak dia bisa mendengar telepati.” Dandra pun dengan satu kalimat.

    “Dan mengingat, Jonson adalah jenis moron yang sangat unik dan tangguh, serta mempertimbangkan faktor apapun yang terjadi padanya kecuali steroid dan barbel akan menimbulkan efek bertolak belakang, maka bisa disimpulkan bahwa sup udang ini memiliki kandungan tertentu yang bertujuan melemahkan kemampuan telepati kita, namun dalam hal ini rencana Googlax ini menjadi bumerang dan justru menguntungkan kita, dan semua ini bisa dibuktikan, dengan menganalisis kandungan sup udang ini, kita akan bisa mengetahui zat apa yang membuat Jonson bertambah kemampuan telepatinya, dan dengan membuat komponen yang sama kita berikan pada Jonson agar ia semakin membaik, dan komponen reversanya kita berikan pada kita bertiga agar kita pun mendapat peningkatan kemampuan apapun itu.” Jenius Songke dengan kalimatnya yang tak terhitung telah bersuara.

    Inilah titik balik di Albetistra. Dengan segera Dandra mengambil sisa sup udang dan membawanya ke laboratorium Songke.

    Ketiganya bergegas menuju ruang serba guna. Tinggallah Jonson sendiri di ruang makan, “Sup ku.”
    Suaranya terdengar begitu pilu.
     
  7. lrk M V U

    Offline

    IELTS teacher

    Joined:
    May 18, 2011
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    107
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +263 / -0
    EPISODE 5​


    ALBETISTRA: BILIK INDONESIA DAY 3



    "Kena!"

    "Apaan yang kena?" Suara Jonson seperti biasa full bass.

    "Aku berhasil menentukan komponen terakhir dari partikel ..." Songke tak melanjutkan penjelasannya menyadari yang bertanya adalah Jonson.

    "Ibang sama Dandra mana?"

    "Pergi survei lingkungan" jawab Jonson.

    "Ransum!" Terdengar teriakan Master di depan bilik Indonesia.

    "Ya letakkan saja disana. Kami sedang sibuk." teriak Songke.

    "Habiskan ransum!" Master berteriak sekali lagi.

    "Ya tentu saja! Akan kami habiskan!"

    Lalu tiba-tiba pintu bilik terbuka dan Ibang serta Dandra masuk. Dandra membawa kotak ransum yang diletakkan para Master di depan tadi.

    "Jonson tutup pintu," perintah Ibang.

    Segera Jonson menutup pintu bilik.

    "Semua, coba agak mendekat kemari." Ibang meminta teman-temannya mendekat.

    "Dengarkan baik-baik. Aku tadi mendengar kabar rahasia dari rekan-rekan di bilik Selandia Baru. Mereka bilang besok akan terjadi sesuatu hal yang direncanakan di Pasar Albetistra. Tepatnya, beberapa orang baru telah ditangkap dan dalam perjalanan menuju Albetistra baru-baru ini. Dan anehnya, menurut kabar, mereka tidak akan masuk bilik."

    "Tidak akan masuk bilik?" Dandra bingung

    "Ya."

    "Lalu apa yang sebenarnya akan terjadi?" Songke bertanya.

    "Ada dua kemungkinan, ini bisa jadi plot lain lagi dari Googlax untuk memasukkan mata-mata di antara kita Albetistran. Kemungkinan yang lain adalah, mereka adalah kaum tak berdaerah."

    "Kaum tak berdaerah?" Dandra masih bingung

    "Gypsy." Songke berkata lirih.

    "Merekalah kemungkinannya. Mereka mistis dan sangat kejam."

    "Bistik sangat lezat?" Jonson yang tidak fokus ikut bertanya.

    "Ya Jonson, mereka adalah 'Bistik yang sangat lezat'." Songke jadi kesal.

    "Mistis, Jonson." ucap Ibang pelan.

    "Misis? Jonson suka misis sangat lezat."

    Kesal dengan Jonson, Dandra pun buka suara.

    "Ibang, kau kan TUA di grup ini, bisa gak kira-kira kita tukar si Jonson ini dengan Master? Bilik kita gak maju-maju karena ada dia ini nih."

    "Oh ya, aku hampir lupa, aku sudah melokalisir komponen terakhir nanti malam kita bisa mulai membuat tiruan zat pada sup udang tersebut dan reversanya." Songke mengabarkan pekerjaannya tadi.

    "Kerja bagus Songke." puji Ibang.

    "Ingatlah kalian semua, kita tidak tahu sudah seberapa dekat Googlax menciptakan komputer yang juga bisa menetralisir Albetistran. Apapun yang terjadi malam ini dan besok, ingat bahwa keadaan akan sangat rentan untuk perubahan drastis. Jadi apapun yang terjadi kita harus tetap bersatu, paham?"

    "Paham, Bang" ucap Songke, Dandra dan Jonson.

    "Paham apa Son?" Tanya Ibang.

    "Ingatlah, kita tidak tahu komputer." jawab Jonson.

    "Mati aku," ucap Dandra sambil menepuk jidatnya.
     
  8. lrk M V U

    Offline

    IELTS teacher

    Joined:
    May 18, 2011
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    107
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +263 / -0
    EPISODE 6​


    KEGADUHAN DI PASAR ALBETISTRA



    Jangan dibayangkan bahwa yang disebut dengan Pasar Albetistra itu sama dengan konsep-konsep pasar yang lazim dikenal. Di Albetistra yang disebut pasar adalah segala sesuatu yang masih berada dalam peti segel Googlax Corp, segala sesuatu yang berbahaya dan tentu saja para Albetistran yang baru tertangkap diturunkan disini.

    Tidak salah bila beranggapan bahwa Albetistra adalah melting pot dunia baru yang diciptakan oleh Googlax Corp sebagai laboratorium penelitian besar yang belum selesai. Parameter kesehatan Albetistran adalah satu-satunya hal yang bisa dipantau oleh Googlax, dan bila ada Albetistran yang turun standar kesehatannya dari batas normal, ia akan segera ditangkap dan dimasukkan ke database untuk menjadi 'Master'.

    Otak dan daya pikir manusia diserap untuk dihimpunkan menjadi otak dan daya pikir mesin. Mesin akan menjadi sangat kuat dan superior, sedangkan manusia yang gemar merusak menjadi lebih terkendali dan kehilangan kemampuan merusaknya.

    Memang benar para Albetistran pada dasarnya adalah individu-individu berkemampuan khusus yang tak bisa dikuasai oleh Googlax dalam mega plan mereka mengkonversi ras manusia menjadi ras 'Master'. Tak lain karena setiap mereka dimasukkan dalam jaringan Googlax maka komputer dan jaringan Googlax lah yang akan hancur lebur. Dengan kata lain, para Albetistran ini tak ubahnya virus-virus sangat berbahaya.

    Pada kenyataannya, Albetistran yang tinggal di Albetistra, untuk membedakan dari individu berpotensi khusus yang belum tertangkap oleh Googlax dan masih mengembara di alam kebebasan, mereka ini tidak berbahaya bagi satu sama lain utamanya karena dua alasan.

    Yang pertama, jumlah mereka tergolong sedikit dibandingkan para Master. Dan yang kedua, walaupun Albetistran luas dan cukup nyaman untuk ditinggali, mereka tidak mempercayai para Master ini, dan lebih mempercayai sesama Albetistran.

    Alasan jumlah dan alasan beda visi dengan Master inilah yang membuat Albetistran berbahaya bagi Googlax namun tidak berbahaya bagi sesamanya.

    Namun hari ini, sesuatu yang berbeda terjadi.

    Para Albetistran berkumpul di Pasar Albetistran. Mereka mengamati turunnya peti segel dari atas dome. Dua buah peti diturunkan perlahan.

    Setiap kali ada penghuni baru adalah detik-detik yang sangat menegangkan. Saat pertama kali Teloy, Albetistran dari Afrika datang misalnya, ia turun dengan peti segel berisi singa.

    Baik Teloy dan si Singa langsung lari dengan beringas menendang-nendang kaca Dome yang melingkari dan membatasi Pasar Albetistran. Dome ini tidak akan terbuka hingga 5 menit kemudian. Singa tersebut meraung gelisah. Ini tentu saja bukan singa biasa, melainkan jenis yang sangat ganas karena kalau singa biasa saja pasti sudah dihisap oleh mesin Googlax.

    Teloy memicingkan matanya memerah. Ia nampak berang dengan semua orang terlihat dari cara serabutannya memukul-mukul kaca Dome pembatas. Semua Albetistran mundur teratur. Tapi karena Singa itu begitu berisik mengaum dan mengaum, perhatian Teloy pun teralihkan kepadanya. Teloy berlari dan melompat setinggi 3 meter dan saat turun kakinya menghujam tepat ke belakang kepala Singa tersebut. Kepala Singa tersebut hancur terinjak seketika, dan si hitam botak Teloy menyelesaikannya dengan bangkit secara perlahan.

    Dan pintu pembatas Dome pun mulai bergeser terbuka.

    Semua bersiap dengan segala kemungkinan.

    Teloy melangkah keluar dari pasar Albetistra.

    Padre Benedetto, dari bilik Italia, yang sudah cukup uzur melangkah maju dan ia pun menyapa Teloy dalam bahasa yang asing bagi semua orang disana.

    "Wonk 'umuntu lapha umngane." ucapnya.

    "Ngempela?" Teloy menjawab

    "Yebo, ndodana yami." Padre meyakinkan.

    Dan air muka Teloy pun nampak menjadi lebih bersahabat.

    Itu adalah satu cerita. Tapi beda lagi saat Jonson baru diturunkan di Pasar Albetistra.

    "Ini Indonesia nih kayanya." kata Dandra melihat Jonson muncul dengan batik.

    "Belum tentu, Batik kan internasional. Afrika juga bisa," ucap Ibang.

    Songke diam saja tak banyak berkomentar.

    Pintu Dome terbuka 5 menit kemudian.

    Kata-kata pertama yang diucapkannya adalah, "Aku mau pi pis. Uang tak punya. Pergi dimana?" dan itu diulanginya 3 kali.

    "Bang, pura-pura gak ngerti aja Bang. Ni orang sakit kayanya nih, gila nih." Songke berbisik pelan pada Ibang.

    Ibang tak mau bergerak, tapi Dandra menyeret lengan bajunya dan mereka berjalan balik ke Bilik.

    Suara Padre Benedetto, "Anak muda, ikuti orang tiga itu temanmu dan mereka mau ke WC."

    "Teri ma Kasi. Hei Tunggu. Ikut aku."

    Songke, Dandra dan Ibang terhenti langkahnya, dan mata mereka terpejam penuh penyesalan.

    Tapi kali ini, siapa yang sebenarnya akan keluar dari kedua peti segel tersebut?
     
  9. lrk M V U

    Offline

    IELTS teacher

    Joined:
    May 18, 2011
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    107
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +263 / -0
    EPISODE 7​


    GADIS GIPSI DAN SI PENYAMUN




    "Tzooiittttt," bunyi kedua pintu peti segel terbuka.

    Dari dalamnya melangkah keluar dua sosok unik. Yang satu adalah gadis gipsi tampil dengan pakaian khasnya ala tukang ramal sambil mengunyah permen karet. Bedanya gadis gipsi yang satu ini rambutnya pirang, dan matanya biru.

    "Ini gipsi apa ABG Jerman? Cantik bener, putih lagi," bisik Dandra pada Songke.

    "Tau tanya gih sono ama si TUA, menurut gw ini dia salah masuk peti, ini kayaknya sih dia mau ikutan cosplay dimana tau ini?" Songke menjawab.

    Dandra pun bertanya pada Ibang, "Bang, ni gipsi beneran? Cantik banget Bang. Ga kaya gipsi."

    Tapi tak ada komen balasan.

    Dandra yang tadi tidak melihat ke arah yang ditanya, sekarang balik badan sekedar untuk melihat dan mendapati Ibang sedang memerah pipinya, dan matanya merem melek ga keruan serta mulutnya lidahnya melet kemana-mana.

    "Songke, buruan liat si Ibang tumbenan sange'. Apa gara-gara liat si Gipsi boobsnya gede?"

    Songke kaget juga liat Ibang keadaannya udah kayak pasien ayan gitu.

    "Bang, woy jaga nama baik bilik woy, masa lo TUA sangek gitu sih liat cewek. Woy kontrol woy."
    Songke mengira ia menyatakannya dengan telepati. Tapi ternyata tidak. Ia nyablak dari mulutnya semua pernyataan barusan dengan keras suara level tertinggi sehingga semua pasang mata beralih pada Ibang yang sedang dalam keadaan tak sedap dipandang itu. Termasuklah si gadis Gipsi yang perlahan berjalan mendekat ke arah Ibang. Tapi kaca Dome masih belum terbuka.

    Di peti segel satunya, muncul ...

    "Captain Jack Sparrow." ucap Dandra.

    "Eh," Songke memperhatikan, "captain who?"

    "Ini bajak laut terkenal Ke, masa lo ga tau?" Dandra bingung.

    Memang pria dengan kostum bak penyamun ini terlihat seperti bajak laut yang bintang film itu. Tapi insting Songke mengatakan ini bukan seperti yang dibayangkan Dandra.

    "Ndra mundur Ndra. Jonson, lindungin Ibang. Ayo kita cari tempat aman. Gw feeling bakal rusuh bentar lagi di sini."
    Songke memerintah koleganya saat Ibang tak bisa diandalkan.

    Keempatnya langsung berlari bersembunyi di bangunan yang cukup jauh, Bilik Rusia. Tapi mereka masih bisa memantau keadaan di Pasar Albetistra.

    Dan ketika pintu Dome terbuka, gadis gipsi cantik itu berteriak.
    "Selamat siang Albetistra!"

    "Nama saya Annabelle! dan ini adalah pacar saya Sir Canckefon die der Ariel!"

    "Hah? Dia udah punya pacar? Haduuuh" tiba-tiba Ibang sudah kembali pulih dan berkomentar lagi.

    "Lo knapa TUA, barusan? Sakit ngarep lo ye? Kalo Googlax tau lo kaya gini, bakal penuh ni tempat dijejelin sama cewek master pake dandanan cosplay. Malu-maluin bilik aja lo."

    "Biasa, setiap orang kan punya kelemahan toh." Ibang gak mau tengsin coba membela diri.

    Padre Benedetto bertanya, "Mau apa kau datang kemari, Hai sang Gipsi asisten Iblis?"

    "Ha! Rupanya ada orang yang bisa mengenaliku disini. Aku sungguh tidak menduga. Menyenangkan bila kau terkenal bukan?"

    "Kau sembunyikan seperti apapun rupamu kau ubah, aku tetap tahu siapa kau," balas Padre Benedetto.

    "Kau harus segera menghadap Tuhanmu, Padre. Kalau tidak urusanku disini bisa kacau."

    Tak terlihat gerakannya oleh mata, gadis gipsi itu kini telah mencekik leher Padre Benedetto dan perlahan kaki Padre pun terangkat dari tanah.

    "Jonson, lindungi Padre. Aku aman disini bersama Songke dan Dandra," instruksi Ibang.

    "Tidak mau, aku disini saja," ucap Jonson menentang perintah.

    "Cewek itu punya buah semangka di dadanya. Bertemanlah dengannya agar kau diberinya," bujuk Dandra.

    "Oh ya?" Mata Jonson berbinar.

    Lalu Jonson berlari dengan secepat kilat tak ubahnya badak lepas mengarah ke si gadis gipsi yang membahayakan nyawa Padre.

    "Hei No na! Aku mau minta semangkamu!!" teriakan Jonson dapat didengar jelas oleh semua orang hingga semua warga Albetistra pun tersenyum.

    "Semangka apa maksudmu?" Gadis gipsi nampak kesal melihat semua orang tersenyum.

    "Semangka yang kau simpan di dadamu." Jonson polos menuturkan yang ia dengar dari Dandra.

    "Mau menghadap Tuhan mu ya?" Gadis gipsi melepaskan cekikannya dari si Padre. Padre pun dibanting ke tanah. Dan kini dengan cepat ia sudah mencekik leher Jonson dan berusaha mengangkatnya dari tanah.

    Tapi tak bisa diangkat.

    "Kau mau apa?" tanya Jonson. Tapi tinju kirinya ia layangkan ke perut si gadis Gipsi dengan sangat cepat telak menghantam samping abdomen dan si gadis Gipsi pun terpental sejauh 8 meter dan membentur kaca Dome.

    Gadis Gipsi menahan kesakitan dan si penyamun tampak sangat marah. Terlepas dari itu, ekspresi kaget terbaca jelas di wajah keduanya.

    Cuma Ibang, Dandra dan Songke sedang bersalam-salaman di kejauhan merayakan kesuksesan mitranya itu.

    "Padre, kau baik saja?" ucap Jonson seraya membantu Padre Benedetto berdiri.

    "Terima kasih, Jonson. Kau anak baik. Tapi berhati-hatilah dia itu asisten iblis."

    Padre yang mendapatkan telepati dari Songke bergegas mendatangi tempat persembunyian Songke, Dandra dan Ibang. Para Albetistran lainnya juga membubarkan diri dari tempat itu mencari perlindungan. Dan pertempuran sangat mungkin terjadi sebentar lagi.
     
    Last edited: Jan 27, 2015
  10. lrk M V U

    Offline

    IELTS teacher

    Joined:
    May 18, 2011
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    107
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +263 / -0
    EPISODE 8​


    LULLABY FOR ANNABELLE




    "Apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini Padre?" tanya Dandra penasaran.

    "Wanita itu hanya tubuh. Jiwanya sedang diduduki oleh Annabelle. Asisten Iblis ini suka menempati sosok-sosok yang rapuh. Tapi dia bukan penguasa sebenarnya dari jiwa itu."

    "Lalu bagaimana dengan pacarnya "si cakepan dia dari Ariel?"tanya Dandra lagi.

    "Oh, itu kemungkinan adalah pengawalnya dari bangsa Jin."

    Songke dari tadi diam saja dan keningnya berkerut tanda ia sedang berpikir keras.

    "Ada sesuatu yang kau pikirkan, Ke?" tanya Ibang pada karibnya yang jenius ini.

    "Aku sedang mengkalkulasi kemungkinan Jonson menang melawan mereka berdua, tapi ya, saat ini pasti ada kelemahan mereka yang harus kita ketahui."

    Sir Canckefon die der Ariel yang memang lumayan ganteng mencabut pedang panjangnya dan bergerak maju akan menebas Jonson.

    Jonson menghindar, membungkuk dengan gemulai, pedang itu berselisih beberapa sentimeter saja dari lehernya. Menangkap cepat tangan kiri si bajak laut, lalu dipelintir hingga si bajak laut terbanting memutar dan terkapar di lantai. Dengan satu kali injak di bahunya, terdengar bunyi tulang patah. Dan bajak laut itu pun tak bergerak lagi. Jonson belum selesai bermain. Diangkatnya tubuh si bajak laut, dimasukannya ke dalam peti segel. Lalu dipencetnya tombol peti tersebut mengurung si bajak laut di dalamnya.

    "Mau ma suk sen diri atau aku bantu?" ucap Jonson pada Annabelle.

    "Hiss!" lalu mata Annabelle tiba - tiba saja mengeluarkan api yang membakar pakaian Jonson.

    Badan Jonson sepertinya sudah terselimuti api. Tiga temannya dan si Padre tampak sangat cemas.

    "Ibang apa yang harus kita lakukan?" tanya Songke mengkhawatirkan Jonson.

    "Tidak ada. Kau lihatlah, Jonson begitu tenang dalam setiap gerakannya." Ibang menunjuk ke arah Jonson.

    Benar saja walaupun pakaian dan rambutnya mulai terbakar api, Jonson mencopoti kancing kemeja putihnya satu demi satu dengan tidak terburu - buru, dengan sebelah tangan kirinya saja sambil matanya tersenyum melirik Annabelle si gadis cosplay gipsi berambut pirang. Lalu dilemparkannya pakaian yang terbakar api tersebut. Ditepuk-tepuknya sedikit sisa api di celana bagian belakang dan samping, dan sesudahnya ia mengusap rambutnya yang dilahap api seperti orang berkeramas saja dan satu kali usapan, api tersebut pun padam.

    "No na, kau hanya ingin lihat dadaku kan?"

    Tubuh Jonson yang sangat bidang, bugar, tentulah tidak mengherankan bagi teman-temannya di Bilik Indonesia, karena mereka setiap hari melihat Jonson fitness. Tapi, nampaknya tidak demikian halnya dengan nona Annabelle, ia sangat takjub melihat fisik Jonson tersebut.

    "Sayangku, kau sangat tampan dan perkasa? Kau mau diriku?" Annabelle bergerak mendekati Jonson dan sepertinya merayu.

    "Oh sial, ada sesuatu yang tidak beres disini. Aku butuh ide cepat." keluh Songke.

    Dandra, "Mungkin ada sesuatu yang berhubungan dengan boobsnya?"

    Ibang menepak kepala Dandra dari belakang, "Yang bener idenya. Malah ngelawak."

    Dandra, "Mungkin ada sesuatu yang berhubungan dengan bajak lautnya?"

    Padre menepak kepala Dandra dari belakang, "Yang bener idenya. Bajak lautnya udah kalah."

    "Kok ikutan mukul sih," keluh Dandra.

    "Mungkin ada sesuatu yang berhubungan dengan ramalan?" Dandra mencoba lagi, kali ini dengan langsung jongkok tak mau kepalanya dikeplak lagi.

    Mata Songke berbinar, "That's it! Ia menduduki seorang peramal gipsi untuk mencari tahu sesuatu. Gipsi adalah orang Romani betul Padre? Dan mereka ini, menurut kitab Shahnameh yang ditulis oleh Firdaus si penyair tahun 1000an, punya kadar ilmu pengetahuan yang luar biasa. Ilmu pengetahuan. Googlax. Albetistra. Kali Sara. Mahanisha Puja!"

    "Aum Kreem Kalikaye Namaha" dengan sangat cepat Songke merapal mantra yang baru saja dicernanya itu berulang kali. Ia berjalan dengan pelan dan mata tertutup mendekat ke Annabelle. Kedua tangan Songke tertangkup di depan dada dengan jemari menunjuk ke langit.

    Benar saja, mendengar mantra tersebut diucapkan, reaksinya mulai terlihat pada Annabelle yang terjatuh berlutut dan memegang kepalanya kesakitan.

    Songke terus mendekat hingga ia berdiri tanpa jarak dengan si gadis gipsi pirang. Dan akhirnya gadis gipsi itu terkulai tak sadarkan diri.

    Semua Albetistran keluar dari persembunyian di bilik masing-masing dengan lega. Begitu pula dengan Padre, Dandra, dan Ibang. Mantra tadi tampak berhasil mengeluarkan sisi negatif yang ada di sekitaran Pasar Albetistra.

    Tapi, mendadak Jonson mendekati gadis gipsi itu. "Eh tidur lagi, aku mau minta semangkanya," seraya menyentuh kancing pakaian si Annabelle.

    Lutut Songke yang tak jauh dari situ naik menghantam kepala Jonson, membuatnya berguling - guling dan terkapar telentang beberapa meter dari tempat Annabelle berbaring.

    "Lo diboongin Dandra, Jonson. Itu bukan semangka. Itu boobs." ucap Songke.

    Jonson hanya tersenyum tipis memandang langit biru cerah di luar Dome yang melingkupi Albetistra. Ia berbaring dengan tangan terentang lebar.

    "Di a bi lang sayang pada ku."

    Ibang hanya menunduk melihat jari-jari kakinya mendengar itu. Wajahnya agak muram.
     
    Last edited: Jan 28, 2015
  11. lrk M V U

    Offline

    IELTS teacher

    Joined:
    May 18, 2011
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    107
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +263 / -0
    EPISODE 9​


    RAMALAN RAYA PART 1




    “Apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang dengan gadis ini Padre?” tanya Ibang.

    Annabelle yang masih tak sadarkan diri kini tengah terbaring di sofa di ruang serba guna di bilik Indonesia. Keempat Albetistran bilik Indonesia beserta Padre Benedetto sedang menunggunya sadarkan diri.

    “Kalau memang Annabelle si asisten iblis telah lepas karena mantra yang dibacakan oleh Songke, semestinya jiwa gadis ini kembali pulih dan bisa menceritakan pada kita apa yang sebenarnya terjadi.” Padre menerka situasi.

    “Begitu ya. Padre boleh aku bertanya sesuatu yang sifatnya pribadi?”

    “Silakan saja Ibang.”

    “Apa yang membuatmu tidak bisa dikuasai oleh Googlax?”

    “Aku bisa bicara seluruh bahasa.”

    “Dan Googlax tidak bisa mengalihkanmu menjadi master karena hal itu?”

    “Oh, sebaliknya, Googlax sangat menginginkan hal itu. Mesin-mesin penerjemah mereka sangat baik dan bila menguasaiku kukira akan semakin hebatlah mesin-mesin itu?”

    “Lantas apa yang berbeda?”

    “Aku membaca bahasa seseorang dari matanya. Mata memancarkan emosi dan semua hal yang telah dialami masa lalu. Googlax tidak memiliki emosi. Bahasa yang kukuasai adalah bentuk pemahaman emosi. Begitulah.”

    “Lalu siapa yang kau sebut dengan asisten iblis? Annabelle? Apakah itu bukan nama asli gadis ini?”

    Padre tidak menjawab pertanyaan itu langsung. Ia memperhatikan kalung berlian biru yang ada di leher si gadis gipsi pirang itu.

    “Annabelle, bukan nama gadis ini. Aku pernah bertemu dengan Annabelle saat aku masih belum dibawa Googlax ke Albetistra. Hantu yang masuk ke boneka, dan mengganggu orang-orang. Dia tidak tahu aku pun berbicara bahasa boneka. Dan aku tahu semua rencananya dan gerak-geriknya. Tapi itu cerita lama, aku rasa gadis ini akan segera pulih sekarang, lihatlah kalung itu.” Padre menunjuk kalung berlian biru yang berkilauan perlahan kian bercahaya.

    Gadis itu perlahan membuka matanya, “Ah, sakit, dimana aku?” Ia memegang bagian tubuhnya yang dipukul oleh Jonson.
    Jonson pun tak enak hati, “Ma af,” lalu meninggalkan ruangan itu dengan wajah bersalah.

    “Kau ada di Albetistra,” jawab Ibang dengan konsentrasi penuh, berupaya untuk tidak salah tingkah lagi.

    “Siapa namamu? Apa kau ingat apa yang terjadi denganmu?” tanya Songke.

    “Namaku Raya. Aku ditangkap Googlax saat melintasi perbatasan. Tapi …”

    “Tapi apa?” kejar Songke.

    “Googlax tak tahu, bahwa aku memang sengaja ingin ditangkap.”

    “Apa? Atas alasan apa?”

    “Aku mendapatkan ‘pandangan’. Ada saat – saat dimana aku mengetahui kira-kira apa yang akan terjadi di masa depan. Dan aku harus menuju arah itu. Tidak enak menjadi Gipsi, kau tahu banyak hal yang akan terjadi, kau pikir kau bisa untuk tidak campur tangan, tapi hati kecilmu selalu menuntut untuk menceritakan ‘pandangan’ tersebut kepada yang memerlukan. Itulah alasan sebenarnya mengapa kami selalu berpindah tempat.”

    “Apa yang akan terjadi di Albetistra?” tanya Padre

    “Kalian tidak akan mau mendengarnya.”

    “Cepat katakan!” Dandra tak sabar.

    Awalnya Raya masih memilih berdiam diri, tapi akhirnya ia menyudahi bungkamnya. Matanya memejam, dan setengah berteriak ia katakan apa 'pandangannya' itu.

    “Sebuah ledakan besar!”
     
  12. lrk M V U

    Offline

    IELTS teacher

    Joined:
    May 18, 2011
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    107
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +263 / -0
    EPISODE 10​


    RAMALAN RAYA PART 2




    “Eh? Ledakan besar? Sebesar apa?" tanya Dandra penasaran.

    "Semua Albetistra meledak. Itu yang kutahu." jawab Raya si gadis gipsi.

    "Seberapa akurat ramalanmu ini?" Songke bertanya cepat.

    "Selalu tepat."

    "Ada apa lagi di mimpi itu? Ayolah pasti ada sesuatu yang bisa kami jadikan petunjuk?" Ibang berharap.

    "Aku ... rasanya tidak ada."

    "Sepertinya kita benar-benar dalam bahaya." Songke mulai cemas.

    "Padre, bisa aku titipkan Raya di bilikmu? Kami rasa kami akan cukup sibuk membahas masalah ini." Ibang bertanya.

    "Tentu saja Ibang, mari nona Raya, banyak makanan lezat di bilik Italia, kau tentu lapar bukan?"

    Raya pun mengangguk, dan berjalan mengikuti Padre ke pintu keluar.

    Namun persis sebelum ia keluar dari bilik Indonesia, langkahnya terhenti. Ia berbalik badan dan berkata, "Aku tidak yakin apakah ini berkaitan atau tidak, tapi beberapa pekan sebelum 'pandangan' ku tentang ledakan tadi, aku mengalami 'pandangan' lain yang berulang, tapi tidak begitu jelas."

    "Tentang apa?" sambar Dandra cepat.

    "Ophelia."

    "Ophelia?" Ketiga pemuda nampak bingung.

    Gadis itu mengangguk, "Semoga Tuhan melindungi kita semua." Dan melangkah keluar meninggalkan bilik itu.

    Setelah gadis itu pergi, Jonson kembali dari persembunyiannya di dapur.

    "Ada apa? Apa gadis itu terluka?

    "Dia baik-baik saja Jonson. Dia ke bilik Italia untuk sementara tinggal di sana bersama Padre."

    "Oh syukurlah. Lalu, kalian mengapa tegang?"

    Songke pun menceritakan tentang ramalan raya tadi secara perlahan kepada Jonson, dan seketika Jonson pun nampak terbakar emosinya.

    "Kau kenapa?" Tanya Ibang melihat sikap Jonson yang tak wajar.

    "Harus lindungi Raya. Albetistra meledak." Jonson menjawab tanpa melihat Ibang.

    Songke dari tadi mondar-mandir di ruang tengah bilik tersebut.

    "Ini mengubah keadaan. Tampaknya aku tak akan sempat menggandakan zat penguat kemampuan yang kemarin baru dibuat. Tapi aku bisa menciptakan beberapa mili zat pengubah. Kita hanya perlu zat aslinya. Dandra dan Jonson, kumpulkan ransum Googlax dari semua bilik dan bawa ke labku. Abang Ibang bisa bantu mencari tahu tentang Ophelia dengan bertanya pada para Master maupun Albetistran."

    Selepas ketiga temannya pergi melaksanakan tugas yang telah ditentukan, Songke merasa teringat akan sesuatu hal dan segera ia mengobrak abrik ruang baca dan membuka koleksi buku kunonya. Tangannya bergerak cepat menyisir halaman dari halaman, hingga akhirnya ia menemukan nama itu. Ophelia.

    Bunuh diri atau kecelakaan?
    Ophelia.

    Songke menggerakkan jari jemarinya masuk ke jaringan komputer Googlax yang telah ia hack sedemikian rupa agar tidak langsung meledak.

    Ophelia - Googlax Master Number - 0PH3L14 - Current Location: Alexandria.

    Walking Distance from Albetistra: 4 days.

    "Gotcha!" Songke terlihat puas.
     
    Last edited: Jan 31, 2015
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.