1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen [Fiksi] Ganteng-Ganteng Pendaki Galau

Discussion in 'Fiction' started by Chumhienk, Dec 14, 2014.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Chumhienk Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Apr 22, 2012
    Messages:
    213
    Trophy Points:
    52
    Ratings:
    +3,666 / -0
    [​IMG]

    Sometimes I start to wonder, was it just a lie?

    If what we had was real, how could you be fine?

    'Cause I'm not fine at all


    "Udah hampir seminggu gue menye-menye begini terus. Kayaknya gue harus ngapa-ngapain, nih!" kata gue sambil manyun-manyunin bibir sok unyu.

    "Ngapain?" tanya Ardo, sahabat gue yang paling setia nemenin gue kemana-mana. Mungkin karena doi pengangguran.

    "Naik gunung sendirian, kali ya? Belum pernah nih gue..." jawab gue.

    "Kalau ngomong tuh ditaker, lo sendiri yang bilang kalau naik gunung gak ada temennya itu bahaya!" kata Ardo sambil ngeliatin gue.

    "Ah, tapi gue galau mulu nih! Ah, cewe sialan!" gue mengumpat-umpat.

    "Lagian lu, cewe udah punya pacar, lo taksir. Udahlah, jangan galau lagi, ngumpul aja yuk sama anak-anak?" ajak Ardo.

    "Tapi dia juga naksir gue, Do! Gue yakin! Waktu gue bilang sayang dia.... dia....." gue meratap, hampir nangis.

    "Dia bilang sayang balik?"

    JLEB.

    "Ardo mulutnya astaga...."

    "Dia bilang sayang balik gak???? Gue tanya, nyet!"

    "Dia... selalu diem aja sih.... Gimana ya???"

    "HAHAHAHAHAAHHHA"

    Kemudian Ardo gue cekik sampe mati.

    ***

    The pictures that you sent me they're still living in my phone

    I'll admit I like to see them, I'll admit I feel alone

    And all my friends keep asking why I'm not around

    It hurts to know you're happy, yeah, it hurts that you've moved on

    It's hard to hear your name when I haven't seen you in so long

    It's like we never happened, was it just a lie?

    If what we had was real, how could you be fine?

    "ARGGGH!"

    Hampir semua penumpang kereta disekeliling ngeliatin. Lupa gue kalau lagi pake headset. Dan malah heboh teriak-teriak. Asli, lagu Amnesia dari 5 Seconds of Summer bener-bener nancep. Plis! Bikin gue lupa ingatan tentang lo!

    "Mas, masnya baik-baik aja?" tanya Ibu-ibu di samping gue sambil nyodorin tissue. Gue kaget, sampai gak sadar kalau ada air hangat yang mengalir di pipi.

    "Makasih, Bu. Maaf ya, tadi ngagetin...." jawab gue. Menerima kebaikan Ibu tadi sembari memberikan senyum terpahit gue.

    "Masalah cinta ya, Mas?" dan gue baru ngeh, bukan Ibu-ibu namanya kalo gak kepo.

    "Oh bukan bu, piaraan saya mati, saya sedih aja...."

    "Wah, saya juga punya piaraan lho, Mas! Mas miara apa? Bla bla bla........"

    Diem-diem gue kerasin lagi suara musik di headset. Dan balik lagi menikmati goncangan kereta, pemandangan yang bergerak lebih cepat, Ibu sebelah yang ngecuprus semaunya, hati yang masih goyah, dan mata yang mulai berkaca-kaca.

    ***

    If today I woke up with you right beside me
    Like all of this was just some twisted dream
    I'd hold you closer than I ever did before
    And you'd never slip away
    And you'd never hear me say


    "Candra, gue pusing begini terus...." genggaman tangan Raina mengendur. Gak lagi sehangat dan sekencang dulu.

    "Maksudnya?" jawab gue pura-pura gak tau. Gue gak mau berspekulasi. Gue mencoba untuk gak sakit hati.

    "Lo tau kan gue masih ada si Willy...? Salah gue sih, kenapa gue nanggepin lo dulu..." kali ini Raina malah melepaskan genggamannya, sambil berkaca-kaca.

    ".....tapi.... gue sayang sama lo, Ra..." gue terbata-bata. Mencoba nahan air mata.

    "Iya, gue tau...."

    Gue memberanikan diri menggenggam tangan Raina. Gue menguatkan diri.

    "Tapi selama ini, lo juga sayang sama gue....., kan?"

    "Gue gak tau.... Gue gak bisa jawab." Perlahan tubuh Raina memudar.

    "Oke gini deh...." gue makin menguatkan hati.

    "Bisa gak lo bilang kalo... selama ini lo gak sayang sama gue? Kalo selama ini lo gak nyaman sama gue? Kalo selama ini lo gak suka ada gue di sekeliling lo..."

    "Bisa... gue cuma gak tega." tubuh Raina mulai menghilang.

    Jawaban Raina membuat hati gue terasa dingin.

    "Ra..... lo....." gue gak bisa nahan tangis. Megenggam semakin erat tangan orang yang gue sangat sayangi akhir-akhir ini.

    "Ra...... tapi kita....."

    Perasaan dingin itu menjalar ke tangan, dan mulai menjalar ke muka. Sampai-sampai gue bisa merasakan bekas aliran air yang dingin di pipi. Raina semakin menghilang. Raina pergi. Raina berlari dan loncat ke jurang. Gue menarik tangannya.... tapi dia gak bisa gue sentuh... dan....

    "RA!!!!"


    ***

    I wish that I could wake up with amnesia

    And forget about the stupid little things

    Like the way it felt to fall asleep next to you

    And the memories I never can escape

    'Cause I'm not fine at all​



    02:00am

    15 derajat Celcius.

    Gue terjaga dari mimpi yang selalu menghantui malam-malam belakangan ini. Menatap malas seisi tenda.

    Gue gak nyangka ternyata Mandalawangi bisa sedingin ini. Gila, dinginnya menusuk-nusuk sampai ke jantung. Sama kayak kenangan bareng Raina yang mulai melintasi kepala gue satu per satu. Membuat gue semakin kedinginan.

    Kenangan waktu kami makan Ayam Bakar kuning dan sambelnya nyemprot kemeja gue, dia ngakak. Gue suka banget sama giginya yang putih berbehel itu. Kenangan waktu tengah malem pergi ke kosannya, membawakan kebab xtra large, makanan kesukaannya, iya, kami sama-sama doyan makan, gue ke sana diem-diem sok surprise dengan riang gembira meskipun masih ngantuk, tapi malah di surprise-in balik karena doi gak ada di lokasi, dan berakhir dikirimin sticker LINE nangis-nangisan karena dia lagi nginep kosan temennya. Tapi gue tetep suka.

    Waktu gue pertama kali pegang tangannya. Deg-degan banget rasanya. Apalagi waktu menatap matanya, gue gak sanggup ngeliat dia lama-lama. Terus Raina mulai tersenyum. Senyum yang paling gue suka. Senyum manis banget yang selalu bisa bikin gue salting dan melting. Apalagi waktu kami nyanyi bareng. Gue suka Ariana, dia suka Mariah Carey. Berdebat soal siapa yang lebih berbakat. Suaranya gak bagus-bagus amat, tapi gue suka. Apapun tentang Raina gue suka.

    Waktu kami ngedit foto instagram bareng-bareng, waktu gue megang tangannya pas nonton, waktu dia meluk perut gue di atas motor, waktu dia pengen banget makan martabak, waktu dia ngirim sticker LINE yang menandai kalau dia kangen, pas gue lagi di gunung, meskipun gak bilang kangen.

    Semua kenangan gue sama Raina standar banget. Tapi gue menikmati setiap moment bareng dia. Bersamanya, gue bahagia tanpa cela. Bersamanya, gue kehilangan segala lelah. Berdua dengannya, adalah kebahagiaan gue yang paling sempurna.

    "Lo kedinginan, ya? Sini gue peluk." kata Raina, sambil melingkarkan tangannya ke leher gue. Meluk gue dari belakang.

    "Tapi... lo gak nyata, Ra...."

    Gue menenggelamkan diri dalam Sleeping Bag lagi. Mencoba menghalau udara dingin yang terus menusuk tubuh gue. Meskipun gue tau, bukan udara dingin yang akan membuat gue membeku, tapi perasaan kehilangan. Meskipun gue udah menyiapkan hari ketika kehilangannya, tapi gue ternyata gak siap, gak pernah siap.....

    Dan air mata gue meleleh lagi.

    ***

    'Cause I'm not fine at all
    No, I'm really not fine at all
    Tell me this is just a dream
    'Cause I'm really not fine at all

    Gue duduk sendirian menatap warna lembayung langit Mandalawangi pagi ini. Semburat cahaya matahari mulai muncul diantara pepohonan gelap. Gue membelai lembut bunga Edelweiss yang ada di sekitar. Merasakan embun yang dingin tapi segar.

    "Eh eh, minta tolong mas itu fotoin yuk!"

    Tiba-tiba suara berisik khas cewe-cewe kalau lagi ngumpul beredar di sekitar jangkauan telinga gue. Ah, ni cewe-cewe gangguin kegalauan gue aja.

    "Ah, malu gue! Na, tolongin dong!"

    Kemudian mereka terdengar cekikikan lagi. Dan gue merasakan derap langkah kaki serombongan manusia menuju ke arah gue. Males banget deh. Gak tau apa ada jomblo sedih lagi galau.

    "Mas......" sentuhan lembut gue rasakan di pundak. Perlahan gue membalikkan badan.

    "Boleh minta tolong ambilin fo....."

    Dia terdiam. Gue mematung.

    RAINA!


    ***

    Baca kelanjutannya di Ganteng Ganteng Pendaki Galau: Episode 2

    ***

    Disclaimer:

    Seperti yang ada di sinetron-sinetron, cerita ini hanyalah fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama tokoh, lokasi, dan jalan cerita yang banyak dramanya, tentu aja karena disengaja. Apabila ada kejadian yang dirasa sama, jangan tersinggung, bukan berarti saya sedang nyinyirin anda, bisa jadi nasib kita sama.

    Original Post from Jalan Pendaki
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.