1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Fauna Bekantan (Nasalis larvatus)

Discussion in 'Flora dan Fauna' started by phantomshadow63, Aug 10, 2014.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. phantomshadow63 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 12, 2010
    Messages:
    620
    Trophy Points:
    207
    Ratings:
    +48,078 / -1
    Bekantan (Nasalis larvatus)







    Perkenalan
    Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal monyet Nasalis.
    Bekantan yang merupakan satu dari dua spesies anggota Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. Dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey. Nasalis larvatus larvatus terdapat dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus orientalis terdapat di bagian timur laut dari Pulau Kalimantan.
    Bekantan merupakan monyet pemalu, dia akan pergi bila bertemu dengan manusia.Bekantan merupakan monyet pemalu, dia akan pergi bila bertemu dengan manusia. Setiap kelompok dipimpin oleh bekantan jantan atau disebut mandah. Ciri-cirinya mempunyai postur tubuh yang besar dan pembawaannya tenang. Selain di tepi sungai, bekantan juga menyukai hutan mangrove.


    Karakteristik
    Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari monyet lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Monyet betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei (kxd) disebut bangkatan. Dalam bahasa Belanda disebut Neusaap (Belanda). Masyarakat Kalimantan sendiri memberikan beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang ini seperti Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.

    Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Monyet betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.

    Masa kehamilan 166 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor anak. Setelah berumur 4-5 tahun sudah dianggap dewasa. Bekantan hidup berkelompok/sub kelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai 20 ekor.


    [TH="background-color: #D3D3A4"]Bekantan[/TH]



    [TH="background-color: #D3D3A4"]Status Konservasi[/TH]



    [TH="background-color: #D3D3A4"]Klasifikasi ilmiah[/TH]


    [​IMG]
    Terancam

























    Kerajaan: Animalia
    Filum: Chordata
    Kelas: Mammalia
    Ordo: Primata
    Famili: Cercopithecidae
    Upafamili: Colobinae
    Genus: Nasalis
    É. Geoffroy, 1812

    Spesies: N. larvatus
    Habitat
    Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan.
    Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau Borneo (Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunai). Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 monyet. Sistem sosial bekantan pada dasarnya adalah One-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya. Selain itu juga terdapat kelompok all-male, yang terdiri dari beberapa bekantan jantan. Jantan yang menginjak remaja akan keluar dari kelompok one-male dan bergabung dengan kelompok all-male. Hal itu dimungkinkan sebagai strategi bekantan untuk menghindari terjadinya inbreeding. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain. Untuk menunjang kemampuan berenangnya, pada sela-sela jari kaki bekantan terdapat selaputnya. Selain mahir berenang bekantan juga bisa menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada hidungnya juga dilengkapi semacam katup.


    Makanan
    Daun, biji, buah dan vertebrata kecil. Monyet bekantan memperoleh 60 % makanannya sekurang- kurangnya 4 dari 55 jenis tanaman. Mereka adalah pemakan utama biji-bijian yang melimpah ditempat tersebut. Mereka pemakan buah-buahan dari Januari-Mei dan pemakan biji-bijian dari Juni-Desember.


    Save Bekantan!!
    Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I. Pada tahun 1987 diperkirakan terdapat sekitar 260.000 Bekantan di Pulau Kalimantan saja tetapi pada tahun 2008 diperkirakan jumlah itu menurun drastis dan hanya tersisa sekitar 25.000. Hal ini disebabkan oleh banyaknya habitat yang mulai beralih fungsi dan kebakaran hutan.
     
    • Like Like x 22
    Last edited by a moderator: Sep 8, 2014
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. phantomshadow63 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 12, 2010
    Messages:
    620
    Trophy Points:
    207
    Ratings:
    +48,078 / -1
    Pulau Kaget - Bekantan

    [​IMG]
    Pulau Kaget sebenarnya adalah sebuah delta yang terbentuk dari endapan lumpur di muara sungai Barito. Ketika sungai Barito mengalir, maka alirannya akan turut serta membawa sedimen akibat dari pengikisan tepi dan dasar sungai. Sedimen ini kemudian berkumpul di muara sungai Barito. Seiring dengan berjalannya waktu sedimen yang menumpuk di muara sungai Barito semakin lama bertambah hingga akhirnya membentuk pulau Kaget.

    Sedimen yang menumpuk di pulau Kaget membawa berbagai macam mineral penting yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Oleh karena itu biasanya delta mempunyai tanah yang subur, seperti yang terdapat di pulau Kaget. Pulau Kaget saat ini dipenuhi dengan berbagai pepohonan. Sehingga membentuk hutan lebat yang cocok untuk habitat berbagai macam hewan.

    Salah satu penghuni pulau Kaget adalah monyet dari spesies langka, yaitu bekantan. Jika anda pernah pergi ke Dufan, Ancol, maka salah satu ikonnya adalah monyet berhidung besar. Monyet inilah yang disebut dengan bekantan oleh masyarakat Kalimantan. Bekantan mempunyai ciri khas yang membuatnya unik ketimbang monyet lain, misalnya bekantan jantan mempunyai hidung yang panjang, besar, dan berwarna merah.

    Semakin tua bekantan, maka semakin besar hidungnya. Selain dari hidung yang besar, bekantan juga mempunyai muka berwarna kemerahan dan perut yang buncit. Ciri tersebut membuat monyet yang mempunyai nama latin Nasalis larvatus ini terlihat lucu. Dalam proses pemilihan pasangan, bekantan betina lebih menyukai bekantan jantan yang hidungnya lebih besar ketimbang bekantan jantan muda yang hidungnya lebih kecil. Karena hidungnya yang panjang, besar, dan berwarna merah inilah, bekantan juga sering disebut dengan monyet Belanda.

    Selain dihuni oleh bekantan, pulau Kaget juga dihuni oleh spesies monyet lainnya seperti monyet ekor panjang dan lutung. Sementara itu dari jenis burung, pulau Kaget dihuni oleh elang bondol, elang laut, burung kipas, betet, trucukan, bangau, dan bebek. Hewan ini hidup dalam lingkungan hutan yang ditumbuhi oleh pepohonan dari jenis rambai, bakau, api-api, nipah, bakung, piai, jeruju, dan pandan. Dari sekian banyak jenis pohon yang tumbuh di hutan pulau Kaget, pohon yang paling dominan adalah dari jenis rambai.

    Bekantan yang tinggal dalam hutan pulau Kaget sangat membutuhkan pohon rambai. Karena selain digunakan sebagai tempat beristirahat pada malam hari dan digunakan oleh bekantan betina untuk mengasuh anak-anaknya, daun pohon rambai juga merupakan makanan utama dari bekantan.

    Bekantan dikenal bisa meloncat dari satu ranting ke ranting pohon rambai lainnya. Bahkan tubuh mereka mampu terjun dari ketinggian 15 meter dari atas pohon rambai menuju daratan atau air yang ada dibawahnya. Hutan pulau Kaget yang dipenuhi oleh pohon rambai, membuatnya menjadi lokasi yang tepat untuk tempat tinggal bekantan.

    Pertumbuhan pohon rambai di pulau Kaget saat ini bisa dibilang berada dalam kondisi yang baik. Ini bisa dilihat dari populasi yang terjaga jumlahnya sehingga membuat pohon rambai bisa tumbuh sepanjang tahun dan menghasilkan daun yang dibutuhkan oleh bekantan sebagai bahan makanan. Posisinya yang terpisah dari pulau utama Kalimantan, membuat pulau Kaget menjadi benteng alami bagi hewan penghuni pulau. Karena predator seperti kucing hutan tidak bisa memasuki pulau Kaget.

    Meskipun demikian bekantan masih belum aman sepenuhnya dari para predator. Masih ada buaya dan ular yang harus diwaspadai oleh para bekantan. Spesies elang yang hidup di pulau Kaget juga dikenal sebagai pemangsa bekantan, terutama yang masih kecil.
    Dimasa lalu bekantan juga mempunyai musuh utama yang tidak kalah ganas dari para predator, yaitu musim kemarau.

    Musim kemarau dapat membuat daun pohon rambai berguguran. Ini dilakukan oleh pohon rambai untuk mengurangi proses fotosintesis yang memakan energi dan air yang banyak. Pada saat musim kemarau datang yang ditandai dengan daun pohon rambai yang berguguran, bekantan biasanya turun dari atas pohon dan mencari makanan di permukaan tanah. Ini membuat mereka rentan terhadap serangan predator. Pada sisi lain pemandangan pohon rambai yang kehilangan sebagian besar daunnya dan bekantan yang beradaptasi terhadap perubahan musim membuat kunjungan ke pulau Kaget berkurang drastis.

    Selain dari musim kemarau yang panjang, fenomena daun rambai yang berguguran juga bisa dilacak akibat dari perusakan lingkungan oleh industri yang berada didekat sungai barito. Karena lokasi yang berada di muara sungai barito, membuat pulau Kaget rentan terhadap limbah yang terangkut aliran sungai barito. Untuk mengatasi permasalahan ini, pada tahun 1998 sebagian dari populasi bekantan penghuni pulau Kaget dipindahkan ke pulau Jawa dan juga pulau lainnya yang berada tidak jauh dari sungai barito.

    Dengan menyebarnya populasi bekantan yang tidak lagi terpusat di satu pulau, membuat pohon rambai bisa memulihkan diri dengan cepat dan menghasilkan daun segar baru untuk makanan para bekantan. Sekarang kondisi hutan pulau Kaget telah menghijau kembali. Karena populasi bekantan yang lebih kecil masih memungkinkan bagi pohon rambai dalam menyediakan makanan yang cukup untuk para bekantan.

    Pulau Kaget masuk kedalam wilayah Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Dari ibukota Kalimantan Selatan, Banjarmasin lokasi pulau Kaget bisa ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit menggunakan speed boat.

    Bila berangkat menggunakan klotok (perahu motor), maka pulau Kaget bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam. Karena pulau Kaget dihuni oleh salah satu spesies langka seperti Bekantan, maka akhirnya pemerintah pada tahun 1976 menetapkan area seluas 85 hektar dari total luas lahan 200 hektar pulau Kaget sebagai cagar alam. Ini membuat pulau Kaget menjadi salah satu dari 3 cagar alam yang bisa anda kunjungi di provinsi Kalimantan Selatan.
    sumber
     
  4. phantomshadow63 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 12, 2010
    Messages:
    620
    Trophy Points:
    207
    Ratings:
    +48,078 / -1
    Bekantan, Berjuang Melawan Kepunahan

    [​IMG]
    KOMPAS.com - Seekor monyet bekantan kecil mencoba mengejar kelompoknya yang seolah berlari di cabang-cabang pohon di tepian sebuah sungai di Kalimantan. Di atas pohon tepat di tepian sungai itu, mereka berhenti. Sungai mengalir perlahan. Warnanya coklat. Monyet dewasa tak ragu naik ke dahan lebih tinggi, lalu dengan gaya khas melompat ke seberang. Melayang di udara, tangan mereka menggapai-gapai ke depan mencari pegangan.

    Tap! Akhirnya memegang ujung ranting sebuah pohon di seberang. Lompatan sempurna, seolah terukur, gerak lambat mereka ketika melayang di udara sangat indah dan elegan, seolah puisi dari hutan belantara.

    Monyet ini, karena hidungnya yang khas, mendapat julukan ‘monyet belanda’. Apa yang terjadi jika orang Inggris yang menjajah Indonesia? Mungkin monyet bekantan akan mendapatkan nama lain. Nama latinnya nasalis larvatus, dan primate yang satu ini kini adalah hewan langka yang terancam punah. Dunia internasional memasukkan hewan ini sebagai hewan langka yang harus dilindungi. Perdagangannya sangat dilarang.

    Nasalis senang hidup dekat wilayah berair di dekat muara sungai atau hutan bakau. Di tempat seperti itu, tunas-tunas baru selalu tumbuh di pepohonan. Makanan berlimpah di sana. Menurut Mohamad Soenjoto, seorang ahli biologi, ”Bekantan senang makan tunas daun bakau, juga memakan kepiting, atau ikan kecil.”

    Tapi pemangsa mereka juga tak kurang. Di sungai yang diceritakan di atas, misalnya, buaya-buaya menanti monyet ceroboh yang tak tahu strategi menyeberang. Begitulah, seperti tampak dalam berbagai film dokumenter, ketika seekor monyet menyeberang, jalur lompatannya akan menyerupai lemparan batu: naik sedikit lalu melayang turun.

    Itu sebabnya, mereka naik ke atas dahulu baru melompat. Bila kurang kuat, maka bukannya cabang kayu di seberang yang mereka raih, tapi mereka akan jatuh tercebur ke air sungai. Tak masalah kalau toh tercebur. Bekantan bisa berenang, bahkan kalau perlu, mereka bisa juga menyelam. Jari-jari mereka punya selaput kecil, dan hidung mereka, menurut keterangan para ahli biologi, memiliki katup penutup.

    Tetapi bekantan tak ceroboh berenang di sembarang tempat. Di sudut-sudut Pulau Kalimantan, di tepian sungai-sungai, terutama dekat muara. Si hidung panjang berdampingan dengan para buaya, yang siap memangsa monyet mana pun yang tak kuat menyeberang.

    Namun bukanlah para pemangsa yang menjadi keprihatinan utama. Di tengah hutan yang sedang berubah menjadi lahan tanpa pepohonan, karena kayunya dibutuhkan untuk memperkuat ekonomi daerah dan nasional, atau sebagai bahan pemasukan penduduk lokal, monyet mancung ini berjuang melawan kepunahan. Ya, si londo ini memang sedang menghadapi perubahan di lingkungan habitatnya dan hal ini berpengaruh pada populasinya.

    Kepala Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Batulicin, Kalimantan Selatan, Suwandi mengatakan, salah satu penyebab berkurangnya populasi bekantan adalah perambahan hutan mangrove dan kualitas hutan mangrove.

    “Bahkan ada bekantan yang berkeliaran ke perkampungan penduduk karena kesulitan mendapatkan makanan di hutan,” kata Suwandi.

    Rusliandi, seorang mahasiswa Banjarmasin, menyebutkan bahwa ada peneliti yang berani menyatakan bekantan akan punah 14 tahun lagi.

    “Semuanya berubah, bekantan tampaknya tak akan bisa bertahan.” Bisa jadi dia salah, bisa jadi dia benar, bisa jadi dia mengarang cerita tanpa dasar.

    Yang jelas, menurut berbagai peneliti, kawasan hutan yang menjadi tempat berkembang biak bekantan tersebut, memang semakin berkurang. Sekarang ini masih ada sejumlah tempat yang menjadi habitat hidup bekantan, dan boleh dikunjungi para wisatawan.

    Data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel pada 2007 menunjukkan bahwa populasi si hewan hidung panjang ini diperkirakan masih mencapai sekitar 5.010 ekor.

    Di cagar alam Selat Sebuku, Kabupaten Kota-baru terdapat 3.500 ekor, di suaka margasatwa Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut (Tala), 1.200 ekor bekantan berkelana di hutan-hutan.

    Di Kuala Lupak Tabunganen Kabupaten Barito Kuala tinggal 150 ekor, pembuatan tambak dan aktivitas warga di Kuala Lupak, mengusik bekantan sehingga keluar dari kawasan konservasi untuk mencari makan.

    Di Pulau Kaget, Kalimantan Selatan, bekantan kini tinggal 100 ekor, menurun menjadi sepertiga dalam waktu lima belas tahun.

    Kawasan mangrove di lokasi wisata Taman Alam Pulau Kembang, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, merupakan habitat aneka fauna seperti lutung (Presbytis cristata), kera abu-abu (Macaca fascicularis), serta fauna kelompok elang dan bangau. Kini hanya tinggal 10 ekor bekantan yang hidup di sana.

    Pulau kembang berjarak dua kilometer dari Banjarmasin namun masuk wilayah Kabupaten Barito Kuala. Pulau yang berada tepat di tengah sungai Barito ini ditempuh sekitar seperempat jam menggunakan perahu motor dari Banjarmasin.

    Di Pulau Bakut, laporan dari lima tahun lalu menyebutkan bahwa ada 50 ekor bekantan di Pulau Bakut, Kalimantan Selatan, kini hanya tersisa sekitar 12 ekor.

    Memang ironis, padahal tempat-tempat itu berkali-kali dipromosikan sebagai tempat perlindungan bagi satwa langka bekantan.

    Bekantan memang sedang menderita, seperti halnya berbagai satwa langka lainnya yang perlu dilindungi. Pepohonan habitatnya ditebang, atau diseruduk tongkang pengangkut batu bara, seolah tak ada yang peduli. Itulah sebabnya saat ini dipasang tonggak-tonggak pelindung habitat mereka di berbagai tempat.

    Jika ada tongkang yang sembarangan melaju, mereka tak akan lagi menyeruduk bakau, namun akan tertumbuk pada tonggak pelindung. Inilah salah satu usaha melindungi habitat satwa yang menjadi kebanggaan Kalimantan, karena hanya di Pulau Kalimantan mereka ditemukan.

    Di wilayah Tarakan, sebuah hutan bakau yang terletak dekat pusat kota menjadi tempat perlindungan bagi satwa ini. Ada jembatan kayu dibangun menyusuri hutan seluas 21 hektar.

    Pada awalnya tempat ini hanya seluas 9 hektar, namun dengan keputusan Wali Kota Tarakan, hampir sepuluh tahun lalu, wilayah konservasi ini berkembang menjadi indah seperti sekarang.

    Hutan ini adalah kebanggaan kota Tarakan, hampir semua warganya dengan bangga menceritakan hutan wisata yang sampai saat ini merupakan satu-satunya kawasan konservasi mangrove di Indonesia yang lokasinya berada di pusat kota.

    ”Tidak ada kota yang seperti ini di Indonesia,” kata Muhamad Rusli, seorang warga Tarakan, yang dengan santai menjadi pemandu kami saat berkunjung ke tempat itu.

    Di atas kami, Jack, nama salah satu ‘pemuka’ komunitas bekantan di tempat itu berlari, seolah meluncur di atas batang-batang pohon bakau yang menjulang. Perutnya yang buncit tak mengganggu gerak lincahnya.

    Rusli tak terlalu salah, bayangkan saja, sesudah mengunjungi pasar tradisional atau pusat pembelanjaan, anda bisa menikmati kesegaran hutan, lengkap dengan penghuninya yang langka. Kawasan ini menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik.

    Tak heran bila Wali Kota Jusuf S Kasim yang merencanakan dan meresmikan KKMB (Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan) ini, terus dikenang sebagai Wali Kota yang memberi kebanggaan pada kota di batas Malaysia. Tak heran pula, bila Tarakan sempat mendapat penghargaan atas prestasinya ini.

    Sebuah renungan bagi masyarakat dan para pemimpin di daerah-daerah: bila Anda melindungi satwa dan lingkungan dengan cara yang cerdas, Anda akan didukung dan dikenang dengan cara yang indah. (Arifin Hutabarat)
    sumber
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.