1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Couple (s)

Discussion in 'Fiction' started by paulinalee, Jul 18, 2014.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Welcome to my thread !

    Semoga menikmati cerita fiksi original karyaku ya...

    Semua masukan dan tanggapannya sangat ditunggu.... ^^

    Couple (s) bercerita tentang kehidupan 3 orang kakak beradik yang semuanya adalah laki-laki yang dari luar terlihat begitu sempurna, dengan kehidupan yang sempurna.
    Cerita ini mengupas setiap 'ketidaksempurnaan' yang dialami oleh ketiga orang bersaudara ini.

    "Semua orang mempunyai awan mendung dan hujannya masing-masing ..... "
     
    • Like Like x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 1 - The Introduction of Our Couples


    Ada beberapa alasan mengapa sebuah nama belakang keluarga bisa begitu terkenal di seluruh penjuru negeri.
    1. Mungkin karena keluarga tersebut adalah keluarga konglomerat yang mempunyai banyak perusahaan.
    2. Mungkin karena keluarga tersebut adalah keluarga dengan banyak figur sensasional yang sering diberitakan di media massa.
    3. Mungkin karena keluarga tersebut adalah keluarga konglomerat dengan 3 orang anak laki-laki terkenal yang namanya tidak pernah absen menghiasi pemberitaan di media massa.

    Keluarga Tanubrata. Tidak ada yang tidak mengenal keluarga ini. Seantero negeri mengenal mereka dengan sangat baik lewat semua prestasi dan sensasi yang mereka ukir setiap hari.

    Putera pertama. Daniel Tanubrata, 33 tahun.
    Dengan idealisme-nya yang tinggi, ia dengan tegas menolak untuk meneruskan perusahaan keluarganya yang sudah berdiri puluhan tahun itu. Ia lebih memilih untuk mendirikan perusahaannya sendiri dan membuktikan diri sebagai salah satu insinyur muda dengan bayaran tertinggi di Indonesia.
    Dikenal sebagai seorang figur yang luwes dan menyenangkan, namun percaya bahwa wanita hanya melihat harta dan penampilan yang ia miliki. Karena itu ia memutuskan untuk melajang selamanya, daripada terikat dengan wanita yang tidak benar-benar mencintainya.
    Wajahnya sering terlihat di layar televisi karena banyaknya skandal yang dibuatnya dengan beberapa selebritis ternama. Walaupun semua skandal itu menguap seperti angin setelah Daniel bosan bermain-main dengan semua wanita cantik itu.

    Putera kedua. Michael Tanubrata, 29 tahun.
    Sosok yang digadang-gadang akan menjadi pewaris seluruh perusahaan keluarga Tanubrata.
    Dikenal sebagai pemimpin termuda di perusahaan TANUBRATA GROUP dan bertangan dingin dengan semua keputusan bisnisnya. Ia hanya tertarik dengan hal yang bisa membuat bisnis keluarganya berkembang.
    Michael percaya bahwa cinta adalah hanyalah salah satu instrument yang tidak real dan tidak akan berlangsung selamanya.
    Pernah dikhianati oleh cinta pertamanya dan segera menutup hati untuk wanita sejak saat itu, namun ia tidak keberatan untuk menikah jika itu akan menjamin kelangsungan perusahaannya.

    Putera ketiga. Jeffry Tanubrata, 25 tahun.
    Sejak muda tidak pernah tertarik dengan bisnis keluarga dan memutuskan untuk menjalani karirnya sebagai seorang selebritis.
    Meskipun karirnya sebagai selebritis terbilang sangat memuaskan, namun tidak begitu dengan kehidupan percintaannya. Ia tidak pernah diberitakan dekat dengan wanita manapun sejak awal karirnya dan itu yang membuat munculnya rumor bahwa Jeffry adalah seorang penyuka sesama jenis.
    Tidak ada yang mengetahui bahwa ia pernah mempunyai seorang kekasih sebelum debutnya sebagai seorang selebritis dan tidak ada yang mengetahui bahwa itulah alasan mengapa ia tidak bisa mencintai wanita lain.
    Hari ini adalah hari perayaan ulang tahun perusahaan keluarga mereka, TANUBRATA GROUP yang ke-50. Para wartawan datang sejak awal pesta berlangsung, selain untuk mengabadikan kedatangan tokoh-tokoh penting seperti menteri negara dan juga konglomerat lainnya, tentu saja ini adalah kesempatan langka di mana ketiga anak laki-laki pilar keluarga Tanubrata bisa berkumpul pada waktu dan tempat yang sama.

    “ Aku baru saja mewawancarai Jeffry Tanubrata , ckckck ... bocah itu baru saja memenangkan penghargaan festival film di Canes dan sepertinya ia akan semakin sombong karenanya!” ujar salah seorang wartawan yang hadir.
    “ Jeffry bukan sombong, dia memang memiliki tampang tampan yang menyebalkan seperti itu sejak awal. Tapi setidaknya itu lebih baik daripada kakaknya. Aku baru saja mengkonfirmasi kedekatan antara Daniel Tanubrata dengan Anita Iskandar, mereka jelas-jelas sudah kedapatan berciuman di restoran mahal itu, dan apa kau tahu apa yang ia katakan padaku barusan? Dia bilang bahwa hubungan mereka hanyalah teman dekat. Cih!” sahut salah seorang wartawan lainnya menimpali.
    “ Setidaknya kalian berdua masih bisa mewawancarai kedua orang itu dan menuliskannya sebagai bahan berita. Aku sudah mengantri untuk mewawancarai Michael Ferdinand dan dia menolak semua wawancara di pesta malam ini. Orang itu benar-benar luar biasa menyebalkan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana tingkahnya saat ia benar-benar mewarisi semua perusahaan keluarganya ini.”

    *****

    Jeffry menghampiri kakak pertamanya sambil mengulurkan segelas champagne.
    “ Thanks. Kau sudah bertemu papa?” tanya Daniel sambil mengambil champagne dari tangan adiknya dan segera meneguknya.
    Jeffry menggelengkan kepalanya.
    “ Papa sedang sibuk mengobrol dengan menteri-menteri itu.”
    “ Sudah bertemu Michael?” tanya Daniel lagi.
    Jeffry kembali menggelengkan kepalanya.
    “ Kak Michael sedang sibuk menemani papa mengobrol dengan menteri-menteri itu.”

    Jeffry dan Daniel saling bertatapan dan memutar matanya sambil tertawa.
    “ Sepertinya kita berdua tidak perlu bekerja dengan keras dan menyerahkan seluruh masa depan kita pada Michael. Kita cukup mengandalkan saham kita di perusahaan dan kita tidak akan hidup berkekurangan.” sahut Daniel.
    “ Kau benar, Kak. Dengan cara Kak Michael bekerja, keluarga kita tidak akan kelaparan bahkan tanpa harus bekerja keras.” timpal Jeffry sambil meringis.
    “ Oya, selamat untuk penghargaanmu di Canes ya. Wah... Anita bilang penghargaan itu sangat sulit untuk didapat.” sahut Daniel memuji prestasi adiknya dengan bangga.
    “ Kau masih bertemu Anita? Pemberitaan tentang kalian berdua sudah tersebar di mana-mana. Apa kali ini kau sungguh-sungguh?” tanya Jeffrey dengan pandangan ragu. Ia tidak pernah melihat kakaknya serius dengan wanita manapun selama ini.
    Daniel menggeleng dengan wajah datar.
    “ Aku hanya perlu seorang gadis untuk menemaniku makan malam, that’s all.”
    “ Ah.... Sepertinya aku harus kembali kehilangan hubungan baik dengan satu artis lagi berkat kelakuan kakak pertamaku ini.” sahut Jeffry sambil menghela napas panjang.
    “ Hahaha, tenanglah, berhubungan dengan artis seperti itu tidak akan ada untungnya untukmu.”

    Di tengah-tengah perbincangan mereka, Michael datang menghampiri mereka dan mengulas seulas senyuman di wajahnya.
    “ Sudah lama kita tidak bertemu seperti ini.” sahutnya.
    “ Itu karena kau menghabiskan waktu luangmu untuk bolak balik ke Amerika, Kak.” timpal Jeffry.
    “ Dan karena kau menghabiskan waktu luangmu untuk rapat, rapat, dan rapat, Dik.” timpal Daniel.
    Michael tertawa.
    “ Bicara seperti ini dengan kalian membuatku menyadari kalau sepertinya aku harus meluangkan lebih banyak waktu untuk persaudaraan kita.”
    “ Tidak perlu memaksakan diri, Kak. Kami sangat mengerti kok, lagipula jika kami pensiun dini, kami harus menggantungkan hidup kami padamu.” jawab Jeffry sambil tersenyum manis.
    “ Daripada berpikir untuk pensiun dini, lebih baik kau urus image-mu baik-baik. Aku sudah bosan mendengar pemberitaan tentang kelainan orientasi seksualmu.” timpal Michael sambil menepuk pundak adik bungsunya itu.
    Daniel tertawa mendengar perkataan Michael pada Jeffry.
    “ Hahahaha, bocah ini menyatakan dirinya sebagai selebritis, tapi tidak satu kalipun ia berhasil membuat skandal dengan selebritis, apakah aku perlu mengajarimu caranya?”

    Jeffry meletakkan kedua tangannya, menolak dengan sopan.
    “ Maaf, tapi aku tidak tertarik menodai biografi hidupku dengan wanita-wanita tidak jelas. O ya, kudengar papa akan mengaturkan sebuah kencan buta untukmu, apakah benar?” tanya Jeffry sambil menatap Michael dengan serius.
    “ Yup, semoga gadis itu sesuai untuk menjadi pendamping dari pewaris TANUBRATA GROUP Corporation.” sahut Michael datar, seakan ini bukanlah pembicaraan mengenai seseorang yang akan jadi pendamping hidupnya.

    Pembicaraan mereka terputus saat beberapa wartawan menghampiri mereka. Pemandangan ini termasuk pemandangan langka, di mana ketiga Tanubrata bersaudara sedang berdiri berdampingan seperti ini.
    “ Permisi, apakah kami bisa mengambil foto kalian bertiga?”
    “ Kami ti---“ Michael baru saja hendak menolak hal tersebut ketika Daniel menyikutnya sambil tersenyum.
    “ Tentu saja, kurasa sudah banyak orang yang ingin melihat wajah kami bertiga di majalah.”
    Akhirnya Daniel, Michael, dan Jeffry berdiri berdampingan dan mengijinkan wartawan itu mengambil gambar mereka.

    *****

    Siang itu, Daniel baru saja selesai mengunjungi lokasi proyek pembangunan rumah sakit yang menjadi proyek berjalannya sekarang.
    “ Apakah ada yang perlu kami benahi, Pak?” tanya sang kontraktor yang ikut berkeliling bersamanya.
    “ Hall 1 dan 3, marmer di sana terlalu menonjol untuk hall bagian pediatric, coba dilihat lagi blue print awalnya, dan juga bagian ICU tidak perlu ditopang dengan pilar yang terlalu banyak. Pergerakan di area sana harus bebas dan tidak terganggu.”
    “ Baik, Pak. Akan segera saya koordinasikan dengan yang lain.”
    Daniel mengangguk dan meneruskan langkahnya. Tiba-tiba handphone-nya berdering dan dengan enggan ia mengangkat telepon dari Anita Iskandar. Sudah seminggu lebih ia tidak menghubungi gadis itu, seharusnya gadis itu mengerti apa maksudnya bukan?

    “ .... Halo?”
    “ Daniel, kau keterlaluan!!”
    “ Ada apa denganmu? Matahari sudah bersinar dengan panasnya hari ini dan kau berteriak-teriak seperti ini.”
    “ Kau bilang hubungan kita hanya sebatas teman saja?? Aku membaca artikel itu hari ini dan rasanya aku akan meledak!!”
    “ Lalu kau ingin aku menjawab apa? Menjadi teman Daniel adalah hal yang bisa kau banggakan di kalanganmu, nona.”
    “ Apa kau bilang? Dengan apa yang sudah kita lakukan kau bilang kita adalah teman semata?!! DANIEL!! Di mana kau sekarang?!! Aku sudah berada di Rumah Sakit dan kita harus bicara sekarang juga!!”
    “ R-rumah sakit?!! Kenapa kau ada di rumah sakit?? Siapa yang memberitahumu aku ada di sini?!”
    “ Siapa lagi kalau bukan sekretarismu yang melihat kita berciuman di kantormu minggu lalu? Orang asing saja sudah bisa menilai kalau hubungan kita pasti lebih dari sebatas teman!! DI MANA KAU SEKARANG?!!”
    Daniel buru-buru menutup teleponnya. Wanita yang sedang mengamuk adalah jenis wanita yang harus ia hindari apapun konsekuensinya! Daniel buru-buru berlari ke tempat mobilnya diparkir.


    Monica melangkah dengan gontai. Ia tidak bisa menahan tangisan di wajahnya dan tidak peduli dengan orang-orang yang melihatnya sambil mentertawainya.
    “ Garry... dokter bilang ada kista di rahimku...”
    “ Lalu apa hubungannya denganku? Aku sudah bilang kalau aku ingin kita putus sekarang juga!”
    “ .... Apakah kau harus memperlakukan seperti ini di saat aku baru saja mendengar kabar buruk dari dokter?”
    “ Aku tidak peduli lagi, aku benar-benar lelah berpacaran denganmu, yang bisa kau lakukan hanyalah merengek dan menggangguku!”
    “ A-aku akan berubah... aku tidak akan mengganggumu lagi...”
    “ Satu-satunya cara agar kau tidak menggangguku adalah pergi dari hidupku!”

    Monica menangis tersedu-sedu sambil terus melangkah. Pandangannya kabur dan ia hanya melihat ada sebuah sedan berwarna hitam sedang mengantri di gerbang keluar rumah sakit. Tanpa pikir panjang ia segera membuka pintu belakang mobil dan duduk di sana. Di matanya, mobil yang ia naiki jelas adalah sebuah taksi.

    Daniel nyaris terlonjak karena terkejut saat pintu belakang mobilnya tiba-tiba dibuka. Ia sedang berusaha keluar dari area rumah sakit secepat mungkin dan ia pikir Anita berhasil menemukannya dan masuk ke mobilnya.
    Ia menoleh ke belakang dan ia melihat gadis yang tidak ia kenal sama sekali.
    Gadis itu menangis dengan wajah yang bengkak dan ingus yang mengalir deras dari hidungnya.
    “ Nona, sepertinya anda sa----“
    “ Bawa aku pergi dari rumah sakit ini... ke manapun juga.” sahut wanita itu tetap menangis tersedu-sedu dengan handphone menempel di telinganya. Jelas wanita ini tidak menyadari bahwa ia baru saja naik ke salah satu mobil sedan termahal di negeri ini.
    Daniel hendak meluruskan kesalahpahaman ini ketika ia melihat Anita berlari dari arah belakang beberapa meter dari mobilnya. Tanpa pikir panjang, Daniel segera menancap gas dan membawa kabur mobil serta penumpang gelap di mobilnya itu.

    *****

    Daniel mengendarai mobilnya cukup lama sampai ia merasa berada cukup jauh dari rumah sakit dan tidak mungkin selebritis gila itu mengikutinya.
    Ia masih belum berhasil meluruskan kesalahpahaman dengan gadis di belakang mobilnya karena yang bersangkutan masih asyik menelepon dengan berurai air mata.
    “ Garry... sebenarnya apa kesalahanku hingga kau meninggalkanku seperti ini?”
    “ Kumohon, berhenti meneleponku, sekarang aku sedang bekerja dan semua orang terganggu dengan teleponku yang terus berdering!!”
    “ Aku akan berubah... kumohon jangan tinggalkan aku sendiri sekarang...”
    TELEPON DITUTUP

    Daniel kaget ketika wanita di belakang mobilnya tiba-tiba menangis kencang luar biasa, ..... hanya karena putus dengan kekasihnya.
    “ Nona... maaf mengganggu, tapi kau ingin aku membawamu ke mana sekarang?”
    “ Garry..... “ gumam gadis itu sambil terus menerus menangis.
    Daniel menatap gadis itu lewat kaca spion dengan sinis. Menyedihkan melihat seorang manusia, ciptaan Tuhan yang paling sempurna bisa bersikap seperti ini hanya karena ditinggal kekasih.
    “ Kalau begitu aku yang akan menentukan kita akan ke mana ya.” sahut Daniel sambil menancapkan gas.

    Monica menatap ke luar kaca jendela mobil dan bingung saat mobil berhenti persis di depan sebuah restaurant Italia.
    Kebingungannya bertambah saat sang supir taksi turun dan membukakan pintu untuknya.
    “ Ayo turun, nona, kita sudah sampai.”
    “ ..... sampai di mana? .... kenapa kau membawaku kemari?”
    “ Karena perutku lapar dan aku belum sempat makan siang.” jawab Daniel sambil tersenyum geli melihat wajah gadis di hadapannya yang jelas sangat berantakan.
    “ A-aku tidak ingin datang kemari! Antarkan aku pergi dari sini!” seru Monica protes, bagaimana mungkin ia punya nafsu makan setelah hari berat yang ia hadapi, apalagi di restaurant mahal seperti ini.
    Namun sang supir taksi malah menarik tangannya dan masuk ke dalam restaurant.

    Monica menatap sang supir taksi di hadapannya tanpa berkedip ketika laki-laki itu memesan makanan dengan bahasa Perancis yang sempurna. Saat itulah ia baru menyadari kalau laki-laki tinggi tampan dan terlihat kaya raya ini tidak mungkin adalah seorang supir taksi.

    “ Kau tidak akan memesan apapun? Kau yakin tidak lapar?” tanya Daniel yang langsung dijawab dengan gelengan kepala.
    “ ..... kau bukan .... sopir taksi .... ya?”
    “ Akhirnya aku bisa bicara denganmu dengan perhatianmu padaku. Sepertinya kau menganggap mobilku sebagai taksi dan aku sebagai supir taksi sejak di rumah sakit.” sahut Daniel sambil menyuapkan croissant yang dipesannya sebagai makanan pembuka.
    “ Ma... Maafkan aku, .... t-tadi aku...”
    “ Kau sedang patah hati, aku mengerti, aku mendengar semua pembicaraanmu dengan kekasih... mantan kekasihmu di perjalanan menuju kemari.” sahut Daniel dengan senyuman di wajahnya.
    “ Se-Sekali lagi maafkan aku. Aku tidak akan mengganggu waktumu lagi.” sahut Monica sambil buru-buru berdiri dan berlari keluar dari restaurant. Sekilas ia menoleh melihat ke arah sedan yang terparkir di tempat VVIP. Sedan itu jelas adalah mobil mewah, bagaimana mungkin ia melihat mobil seperti itu seperti sebuah taksi??

    ******

    Jennifer Agatha duduk sambil menyeruput kopi yang menemaninya sore itu. Ia melirik ke arah bodyguard yang berjaga-jaga di depan coffee shop. Ia benci papa dan mamanya yang memaksanya untuk bertemu laki-laki itu hari ini.
    Tidak lama berselang, seorang pria dengan jas lengkap dan wajah dingin masuk ke dalam.
    Seisi coffee shop sudah dikosongkan dan hanya ada mereka berdua di sana.

    Michael berhenti melangkah persis di hadapan wanita yang akan dijodohkan dengannya.
    “ Maaf, aku datang terlambat.”
    “ Aku malah berharap kau tidak datang sekalian.” jawab gadis itu dengan ketus.
    Michael tersenyum dingin.
    “ Kalau begitu, kenapa kau repot-repot menungguku di sini?”
    “ Apakah kau senang bertemu denganku, ... Michael?” sahut Jennifer dengan sinis. Ia bahkan tidak merasa perlu menatap orang yang sedang ia ajak bicara.
    “ Tentu saja, aku datang jauh-jauh kemari untuk menemuimu, .... Jennifer.”
    Jennifer menatap laki-laki di hadapannya dengan kesal.
    “ Apakah kau benar-benar akan melakukan semua perjodohan ini??” seru Jennifer dengan nada suara yang meninggi.
    “ Kenapa? Apakah kau tidak ingin menikah denganku mengingat semua masa lalu yang pernah kita lalui?”

    Jennifer menatap Michael dengan kesal.
    Mereka berdua memang memiliki masa lalu. Masa lalu yang ingin mereka lupakan.

    Bagi Michael, Jennifer adalah cinta pertamanya. Saat itu ia rela melakukan apapun untuk gadis itu bahkan jika ia harus melepaskan semua hal yang ia miliki. Namun gadis itu dengan mudahnya memutuskan hubungan dengannya dan pergi jauh ke Amerika.
    Saat Michael mengetahui bahwa papanya ingin menjodohkannya dengan keluarga Agatha , ia sudah melalui hari-hari penuh kebencian itu dan ia berhasil datang dengan wajah datar tanpa ekspresi hari ini.

    “ Kau membenciku, kenapa kau mau menerima perjodohan tidak masuk akal ini??”
    “ Karena aku percaya penilaian papaku, papaku menilai kau adalah calon istri yang paling tepat untukku.”
    Jennifer menatap Michael dengan sinis.
    “ Kau memang tidak pernah berubah, selalu menjadi boneka papamu!”
    Michael menutup telinganya dan melanjutkan perkataannya tetap dengan nadanya yang dingin dan datar.
    “ ..... jika semua berjalan dengan lancar, kedua keluarga kita akan bertemu 2 minggu lagi, silakan kau dan keluargamu yang tentukan kita akan bertemu di mana.” sahut Michael sambil berdiri dan melangkah keluar, tetap dengan ekspresi yang datar.
    Jennifer membanting gelas kopinya ke atas meja dengan kesal. Kenapa ia harus kembali bertemu dengan laki-laki yang tidak pernah ingin ia temui lagi sejak 6 tahun yang lalu itu.

    ******

    Jennifer kembali ke rumahnya dan kedua orang tuanya sudah menunggunya dengan tidak sabar.
    “ Kau sudah bertemu dengan Michael tadi?” tanya mamanya bahkan sebelum Jennifer sempat duduk.
    “ Apakah kalian harus memaksaku untuk hidup menderita lagi??” seru Jennifer kesal.
    “ Jennifer.... perusahaan mereka sudah membantu perusahaan kita keluar dari masalah besar kali ini.... perusahaan kita nyaris bangkrut jika bukan karena Robert Tanubrata yang membantu keluarga kita!”
    “ Itu urusanmu dengan papa Michael!! Kenapa harus aku yang berterimakasih dengan cara rendahan seperti ini?!”
    “ Robert Tanubrata menyesali semua yang terjadi padamu dulu dan ia ingin menebusnya dengan mengikatmu menjadi bagian dari keluarga mereka.... apa yang salah dengan itu? ..... dulu kau sangat mencintai Michael bukan?” tanya mamanya dengan lembut.
    “ ..... itu dulu, Ma .... sebelum aku kehilangan semua yang kucintai karena dirinya....”
    Jennifer masuk ke kamar dan mengunci pintu kamarnya rapat-rapat.

    *****

    Pandangan Michael langsung beralih ke arah pintu ruangan kantornya yang terbuka. Hanya ada 1 orang yang masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu dulu, dan itu papanya.
    “ Tidakkah ini terlalu singkat untuk pertemuan kedua calon pengantin?” sahut papanya yang baru saja masuk ke dalam ruangan Michael.
    “ Pa.” sapa Michael dengan sopan. Ia meletakkan semua pekerjaannya di atas meja dan menghampiri papanya.
    “ Bagaimana pertemuan pertamamu dengan putri keluarga Agatha?”
    “ ..... Aku sudah menyampaikan apa yang harus kusampaikan padanya, 2 minggu lagi kita akan mengadakan pertemuan keluarga.”

    Papanya tersenyum dan memberi isyarat agar putra keduanya itu duduk di sampingnya.
    “ Kau adalah anakku yang paling menghormatiku, dibanding kakak dan adikmu, kaulah satu-satunya harapanku untuk perusahaan ini. “
    “ ..... ya, aku mengerti, Pa.”
    “ Lalu hal besar seperti pernikahan ini, .... apakah kau tidak ingin bertanya padaku kenapa aku memilih gadis itu untukmu?”
    Michael terdiam sejenak, dengan ragu ia membuka suara.
    “ ..... aku tidak akan mempertanyakan keputusan papa tentang itu... tapi aku ingin bertanya, apakah aku harus menikah untuk bisa mewarisi perusahaan milik papaku sendiri?”
    “ Tentu saja, perusahaan ini memang milik kakekmu, milik papamu, tapi kau tidak bisa melupakan pemilik lainnya, para pemegang saham yang mempunyai suara yang cukup signifikan dalam rapat umum pemegang saham.
    Mereka ingin memastikan kau memiliki pendamping dan kepastian bahwa kau akan meneruskan lini keluarga Tanubrata, sebelum mereka bisa mempercayakan kursi tertinggi padamu.”
    “ .... meskipun aku tidak menikah, keluarga kita tidak mungkin berakhir pada generasi kita... kak Daniel akan berkeluarga, demikian pula Jeffry, tidakkah mereka bisa berpikir ke sana?”
    “ Yang akan memegang perusahaan ini adalah kau, tidak ada hubungannya dengan kakak dan adikmu.”

    Michael kembali terdiam, tentu saja ia mengerti ekspektasi para pemegang saham terhadapnya. Dengan ragu ia kembali membuka mulut.
    “ ..... papa bukannya tidak tahu kalau Jennifer adalah ---“
    “ Mantan kekasihmu, tentu saja papa tahu, seorang Michael Tanubrata tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun seumur hidupnya kecuali dengan wanita bernama Jennifer. “
    “ ..... lalu kenapa papa memilihnya sebagai... calon istriku?”
    “ Keluarga Agatha memiliki hutang budi pada keluarga kita, dengan begitu mereka tidak akan memasang banyak persyaratan untuk pernikahan ini, Jennifer akan menjadi pendamping yang tidak akan merepotkanmu kelak... selain itu, bukankah lebih baik bersama seseorang yang sudah kau kenal, dibanding seseorang yang tidak kau kenal sama sekali? .... apakah kau masih belum bisa lepas dari masa lalumu, Michael?” sahut papanya sambil tersenyum penuh arti.
    “ ..... bagiku pernikahan ini hanyalah tiket untukku bisa duduk di kursi CEO, tidak kurang dan tidak lebih, Pa.”
    Papanya menepuk pundak Michael sambil tertawa.
    “ Itulah kenapa papa sangat menyayangimu dibanding kakak dan adikmu. Kepalamu selalu dingin dalam segala situasi.”

    Michael terdiam, ia tidak bisa tersenyum sesuai dengan apa yang diperintahkan kepalanya. Pikirannya kalut memikirkan bahwa ia harus menikah dengan wanita yang sudah 6 tahun berusaha ia buang jauh-jauh dari dalam hatinya.

    *****

    Evelyn Winata menatap dari kejauhan tanpa bisa mengedipkan matanya. Ia tidak bisa berjalan pergi begitu saja saat ia melihat laki-laki itu tepat di depan matanya.

    Ia baru saja melewati serangkaian proses audisi yang harus ia lewati, hingga akhirnya ia berhasil bergabung dengan salah satu agensi terbaik di negerinya.
    Meskipun ia hanya berhasil menjadi model produk-produk rumah tangga yang tidak terlalu menjanjikan, setidaknya ia bisa mulai menabung mulai dari sekarang.
    Ia baru saja hendak pulang setelah menandatangani kontrak-nya dengan agensi itu selama 2 tahun ke depan ketika ia melihat Jeffry Tanubrata sedang berdiri di balkon audisi. Tentu saja laki-laki itu tidak akan melihatnya, hanya dirinyalah yang menatap laki-laki itu dari kejauahan.

    “ ..... Jeffry .... juga.... ada di dalam agensi ini?” gumam Evelyn pada dirinya sendiri.
    Evelyn menundukkan kepalanya dan berjalan dengan lunglai, ia mungkin akan berpikir beberapa kali lagi jika ia mengetahui hal itu sebelum ia menandatangani kontrak kerjasama itu. Jika ia berada dalam 1 agensi yang sama maka ia pasti akan bertemu lagi dengan Jeffry, dan itu yang mati-matian ia hindari selama 2 tahun belakangan ini.
    Ia mengenal Jeffry sebelum Jeffry terkenal dan sukses seperti sekarang. Mereka berkuliah di universitas yang sama dan walaupun Jeffry sangat terkenal sebagai anak konglomerat, namun itu tidak menghindarkan persahabat di antara keduanya yang sama-sama bergabung dalam club fotografi.
    Tidak butuh waktu lama di antara keduanya untuk saling tertarik satu sama lain dan akhirnya memutuskan untuk berpacaran, namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Evelyn segera menyadari kalau dirinya tidak pantas berada di sisi laki-laki itu. Tidak dulu, maupun sekarang.

    *****

    Jeffry sedang menikmati udara segar di satu-satunya area terbuka di kantor agensinya.
    Ia baru saja menyelesaikan syuting film terakhirnya dan ia ingin mengambil waktu untuk beristirahat setidaknya untuk sebulan lamanya.
    “ Ada beberapa newbie yang baru bergabung di sini, bagaimana kalau kita mengadakan pesta penyambutan untuk mereka?” cetus Hans Kadarusman, salah satu aktor yang juga bernaung di bawah agensi yang sama dengan Jeffry.
    “ Apa pesta penyambutan yang kau maksud adalah mabuk-mabukan di bar dan kemudian melanjutkannya ke hotel?” celetuk Jeffry sambil tersenyum geli.
    “ Jeffry!! Kau memang paling pintar membaca pikiranku!! Bagaimana? Deal? Deal??” seru Hans pada semua artis management yang ada di sana.
    “ Dasar gila! Jangan berpikir kau bisa menjebakku dengan wanita lagi seperti yang kau lakukan minggu lalu. Aku hampir saja jadi headline majalah gossip berkatmu!”
    “ Memang ada berapa orang yang bergabung dengan agensi hari ini?”
    “ Sebentar! Aku bahkan sudah mencatat nama-nama mereka, kita bisa mengundi namanya dan melakukan candlelight dinner dengan mereka! Aku sudah melihat mereka semua, dan mereka semua cantik!! Fresh!! .... ini dia nama-nama mereka... Susan Iskandar, Hanny Susilo, Margareth Renata, Monita Rizky, dan Evelyn Winata. Nama-namanya saja sudah enak didengar kan??” sahut Hans kegirangan sendiri.

    Namun Jeffry mendadak terdiam.
    “ ... ada apa denganmu?” tanya Hans melihat respon Jeffry yang membingungkan.
    “ .... kau bilang ada anak baru yang bernama ... Evelyn ...Winata?”
    Hans mengecek catatannya lagi dan mengangguk.
    “ Yup, Evelyn Winata, 25 tahun. Kenapa? Kau mengenalnya?”
    Jeffry tidak menjawab pertanyaan Hans, ia buru-buru pergi ke kantor direktur agensinya dan langsung bertanya tanpa basa basi.
    “ Bisakah aku melihat profil anak-anak baru?”
    “ Jeffry? Kau datang untuk melihat profil anak baru? Tidak biasanya kau peduli dengan hal-hal semacam ini.” tanya sang direktur agensi dengan bingung.

    Jeffry buru-buru mengambil map yang disodorkan padanya dan membuka lembaran demi lembaran dengan jantung yang berdetak dengan kencang.
    Saat sampai di halaman terakhir, ia menghela napas panjang. Akhirnya ia menemukan Evelyn. Wanita yang dicarinya selama 2 tahun terakhir, yang tiba-tiba menghilang lenyap ditelan bumi.
     
  4. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 2 - What's Going On Between Us ?

    Evelyn tidak bisa menolak ketika seseorang meneleponnya dan mengaku dirinya sebagai Hans Kadarusman, rekan agensinya yang sering ia lihat wajahnya di televisi itu memintanya untuk datang ke sebuah restaurant.
    Setelah Evelyn menelepon beberapa model yang menandatangani kontrak bersamanya dan memastikan bahwa semua memang diundang untuk datang ke pesta penyambutan mereka, dengan langkah berat ia datang ke restaurant itu.

    Evelyn masuk ke ruangan karaoke dengan perlahan dan dengan cepat memastikan siapa saja yang ada di ruangan itu. Ia baru bisa bernapas lega setelah memastikan tidak ada Jeffry di sana.
    Tentu saja, tidak ada alasan seorang aktor terkenal seperti dia menyibukkan diri dalam acara penyambutan newbie seperti ini bukan?
    “ Welcome, my sisters!!!” seru Hans dengan penuh semangat. Dalam waktu singkat Evelyn sudah tahu kalau laki-laki itu masuk dalam kategori laki-laki yang harus ia hindari sebisa mungkin.
    “ Sebagai senior, kami ingin mengenal junior kami dengan lebih baik. Dengan itu maka kami bisa melindungi kalian dan juga bisa mengajarkan kalian bagaimana untuk bisa sukses dalam industri entertainment ini bukan?”
    Evelyn ikut bertepuk tangan menanggapi kalimat omong kosong yang ia dengar barusan.

    Tiba-tiba ruangan karaoke VIP itu terbuka dan jantung Evelyn serasa berhenti untuk berdetak selama beberapa detik ketika ia melihat Jeffry Tanubrata masuk ke dalam.
    “ Hai, maafkan aku datang terlambat! Aku sudah membeli bir untuk menemani kita sampai malam.” sapanya dengan ramah.
    Semua newbie berusaha untuk menahan diri tidak terlihat terlalu senang dengan kehadiran seorang Jeffry Tanubrata.
    Evelyn menundukkan kepalanya sedalam yang ia bisa, walaupun ia tahu itu tidak akan membantu banyak. Mustahil laki-laki itu tidak melihatnya.

    Jeffry memang sudah melihat Evelyn. Gadis itu adalah orang pertama yang tertangkap oleh matanya. Gadis itulah satu-satunya alasan baginya untuk datang ke acara tidak penting seperti ini.
    Dengan leluasa Jeffry menyeret kursi dan duduk persis di samping Evelyn.
    Evelyn menghela napas panjang, laki-laki itu pasti sudah melihatnya. Walaupun begitu Jeffry sama sekali tidak mengatakan apapun padanya. Laki-laki itu hanya duduk di sampingnya tanpa mengucapkan sepatah katapun terhadapnya. Ia malah terlihat sibuk bercengkrama dengan artis-artis yang lainnya.

    Malam itu berjalan sangat lambat bagi Evelyn. Ia baru bisa pulang tepat jam 12 malam, tepatnya setelah Hans tidak sadarkan diri karena terlalu mabuk.
    Ia berpamitan pada semua seniornya di sana dan segera berjalan keluar bersama dengan artis rekrutan baru yang lain.
    “ Evelyn, kau mau naik taksi dengan kami?” tanya Susan Iskandar, sesama rekrutan baru di agensinya.
    Evelyn menggeleng dengan sopan.
    “ Aku akan naik bus saja. Kulihat ada halte bus tidak jauh dari sini.”
    “ Kau masih naik bus? Sebentar lagi kau harus mulai terbiasa untuk tidak naik angkutan umum lagi, kita akan jadi orang terkenal sebentar lagi!” bisik Susan dengan bersemangat.
    “ .... Ya, saat aku sudah terkenal, aku akan membiasakan diri untuk naik taksi. Hehehe.... kalian duluan saja.”
    “ Sampai besok, Evelyn!”
    Evelyn melambaikan tangannya pada rekan-rekannya yang segera melesat pergi dalam taksi yang membawa mereka.

    Evelyn berjalan di jalanan yang sudah sepi itu menuju ke halte bus tidak jauh dari sana.
    “ Kau benar-benar akan pulang begitu saja tanpa menyapaku ?”
    Langkah Evelyn terhenti. Ia tahu suara siapa itu dan ia tahu ia tidak bisa menghindari ini terus menerus. Ia menoleh ke belakang perlahan dan melihat Jeffry berdiri tidak jauh darinya.
    “ ..... H-hai.... sudah lama tidak bertemu denganmu, ..... Jeffry.”
    “ Biar kuantar kau pulang.” sahut Jeffrey singkat.
    Evelyn buru-buru menggeleng.
    “ ..... kurasa tidak ada yang bisa kita bicarakan sekarang, aku akan pulang naik bus saja.”
    Jeffry berlari dan berdiri tepat di depan Evelyn.
    “ Apa kau pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja? Aku harus bicara denganmu. Sekarang.”

    *****

    Evelyn masuk ke dalam mobil Jeffry dan berusaha untuk tidak pingsan karena tekanan yang ia rasakan sekarang.
    Jeffry tidak berkata apa-apa untuk 10 menit pertama. Laki-laki hanya menyandarkan kepalanya dan seakan terhanyut dalam lamunannya sendiri.
    “ ..... kau bilang ada yang harus kau bicarakan denganku.... kenapa sekarang kau diam saja?” tanya Evelyn.
    “ ..... ke mana saja kau selama ini?”
    “ .... aku tinggal di Jakarta.... aku tidak ke mana-mana....”
    “ Kau meninggalkanku dan menghilang begitu saja!!! Kau masih bilang kau tidak ke mana-mana?!!” seru Jeffry sambil memukul setir mobilnya dengan kesal.

    Evelyn terdiam, ia tahu hal ini pasti tidak akan bisa ia hindarkan lagi.
    “ .... sepertinya kau sangat membenciku... kalau kau membenciku untuk apa kau repot-repot memaksaku untuk masuk ke mobilmu? ..... sekarang kau adalah seniorku, aku adalah juniormu.... dan bagimu aku ini bukan siapa-siapa, demikian pula bagiku.”
    “.... apakah sekarang pun kau belum bisa memberitahuku kenapa kau tiba-tiba menghilang?”
    “ ..... aku menghilang karena aku tidak ingin bertemu lagi denganmu.... bukankah itu sudah jelas? Untuk apa kau menanyakan sesuatu yang sudah jelas?” sahut Evelyn dengan suara bergetar.
    Jeffry menatap wanita di sampingnya dengan tatapan tidak percaya.
    “ ..... kurasa tidak ada hal yang bisa kita bicarakan lagi. Aku tidak akan mengganggu hidupmu, jadi jangan ganggu hidupku.” sahut Evelyn sambil melangkah turun dari mobil dan setengah berlari pergi dari sana.

    *****

    2 minggu berlalu dan tiba waktunya untuk sebuah pertemuan 2 keluarga Lee dan Jeon. Michael menjemput Jennifer di salon sesuai dengan permintaan gadis itu.
    Mereka naik lift menuju ke lantai teratas hotel, tempat restaurant termewah di Jakarta berada.
    Jennifer tersenyum sinis sambil bertanya pada laki-laki yang berdiri agak jauh darinya.
    “ Apa kau masih berpikir untuk menikah denganku?”
    “ ... Tentu saja, makanya aku menjemputmu untuk datang ke pertemuan ini.” jawab Michael sambil menatap lurus ke depan.
    “ Apakah aku masih belum cukup membuatmu membenciku?? Apa kau masih berpikir bahwa hidupmu akan bahagia jika kau menghabiskannya denganku?!” bentak Jennifer kesal.
    Entah sejak kapan laki-laki di sampingnya bisa berubah menjadi begitu dingin dan seperti tidak mempunyai perasaan.
    “ Kau benar, seharusnya aku membencimu, tapi mengapa sejak kita bertemu kemarin, seolah-olah kau yang lebih membenciku. .... Apakah kau membenciku, Jennifer?” tanya Michael.
    Jennifer menatap tajam ke arah calon suaminya itu.
    “ Tentu saja aku membencimu, makanya aku meninggalkanmu dulu! Apakah kau masih tidak mengerti bagaimana perasaanku terhadapmu?!”
    “ Lalu, kenapa kau membenciku dulu?”
    Jennifer terdiam, ia sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak pernah memberitahu laki-laki itu tentang apa yang terjadi padanya 6 tahun yang lalu.

    Michael menghela napas, sepertinya ia tidak akan mendapatkan kejelasan seperti dulu.
    “ Aku tidak peduli dengan perasaanmu, bagiku pernikahan ini adalah persyaratan bisnis yang harus kujalani, dan aku akan menjalani apapun yang diperlukan untuk menjadi pewaris perusahaan keluargaku.” tandasnya sambil melangkah keluar dari lift.

    *****

    Michael membungkukkan badannya dengan hormat pada kedua orang tua Jennifer. Saat mereka berpacaran 6 tahun yang lalu, ia pernah beberapa kali bertemu dengan kedua orang tua Jennifer. Dan saat itu mereka jelas tidak menyukai hubungannya dengan putri mereka. Situasi yang benar-benar berbeda dengan sekarang.
    “ Selamat malam, Om, Tante.”
    “ Oh ya, kau sudah datang?” sapa papa Jennifer dengan ramah, sangat berbeda dengan dulu.
    “ Kami sudah memesankan makanan untuk kalian, apa kalian ingin memesan yang lain?” tanya papa Michael dengan wajah sumringah.
    “ Tidak, Pa.” jawab Michael. Sementara Jennifer menutup mulutnya rapat-rapat, ia sama sekali tidak repot-repot berusaha untuk menunjukkan sikap hormatnya pada papa Michael.
    Robert Tanubrata menatap calon menantunya dengan senyuman penuh arti, ia tidak terkejut dengan perlakuan gadis itu terhadapnya, dan ia tidak mengharapkan lebih dari itu.

    “ Aku ini sudah tua, sebentar lagi aku akan segera turun dari jabatanku sekarang dan menikmati masa tuaku sebagai pemilik pasif saja. Tentu saja setelah aku turun nanti, hanya Michael-lah, putraku yang akan menggantikan jabatanku, karena kedua putraku yang lain tidak pernah terlibat dalam perusahaan keluargaku.” sahut papa Michael memulai pembicaraan.
    Kedua orang tua Jennifer hanya mendengarkan dan sesekali menganggukkan kepala mereka.
    “ Sebelum Michael menduduki posisi CEO, aku ingin sekali melihatnya memiliki pendamping yang akan membantunya mengelola perusahaan dan menolongnya sehari-hari.”
    “ Sepertinya aku tidak berminat mengelola perusahaan dan juga tidak berminat menolong dia sehari-hari.” celetuk Jennifer dari ujung meja.
    “ Jennifer! Jaga bicaramu! .... maafkan dia, sebenarnya pernikahan ini terlalu mendadak untuknya, dan dia masih perlu waktu untuk----“
    Kalimat papa Jennifer tidak selesai karena Michael segera memotongnya dengan dingin.

    “ Pernikahan ini akan menguntungkan untuk kita semua. Setelah menikah, aku akan bisa menduduki jabatan CEO dengan lebih tenang dan keluarga Agatha juga akan segera mendapatkan suntikan dana segar dari TANUBRATA GROUP, .... kudengar kalian memiliki rencana untuk membuka pabrik baru di Sumatera, bukan begitu?”
    “ Ah... kau benar sekali... mengenai itu... tentu saja kami sangat berterimakasih karena TANUBRATA GROUP sudah bersedia menjadi investor tetap untuk rencana pembuatan pabrik kami.”
    “ Kalau begitu tidak perlu berlama-lama lagi, kurasa bulan depan adalah waktu yang tepat untuk mengadakan pernikahan, aku akan meminta orang untuk datang dan mengurus semuanya, kalian tidak perlu repot.” sahut Michael.
    Jennifer mengepalkan kedua tangannya, sekali lagi laki-laki itu mengejutkannya dengan perkataannya yang dingin dan tidak berperasaan.

    “ Hahahaha, anak muda sekarang memang tidak senang berbasa basi dan langsung ke topik pembicaraan, hal yang sangat baik, bukan begitu?” tanya papa Michael dengan tatapan yang hanya bisa dimengerti oleh papa Jennifer.
    “ T-tentu saja baik, bulan depan adalah waktu yang baik untuk pernikahan mereka.” sahut papa Jennifer sambil menatap ke arah anak perempuan satu-satunya yang tampak sangat tidak bahagia di meja itu.

    ******

    Daniel buru-buru melemparkan kunci mobilnya pada petugas vallet dan berlari ke dalam hotel. Ia sudah telat 30 menit dari waktu acara makan malam penting adiknya. Papanya akan memakannya hidup-hidup jika ia tidak segera hadir di pertemuan keluarga dengan calon besan pertama keluarga Tanubrata.
    Ia berusaha memasang tampang cool ketika pintu lift terbuka dan beberapa orang gadis cantik sudah berdiri di dalamnya. Tentu saja dengan tampang yang ia miliki dengan mudah para gadis itu melirik dan mencuri pandang ke arahnya. Moment seperti ini sangat ia nikmati.
    Lalu kemudian gadis-gadis cantik itu mulai berbincang satu sama lain.

    “ Aku tidak mengerti mengapa ia masih memutuskan untuk datang kemari, bukankah sudah jelas kalau kita adalah sahabat Garry? Meskipun kita mengundangnya, seharusnya ia tahu diri dan tidak hadir ke sini.”
    “ Benar! Padahal Garry sudah memutuskan hubungan dengannya. Sejak awal mereka bersama, aku sudah yakin Garry tidak akan tahan berlama-lama dengan gadis membosankan itu.”
    “ Jadi bagaimana ini? Apakah kita tetap akan membiarkannya ikut makan malam dengan kita?”
    “ Dia bilang sekarang dia sudah ada di atas, .... hhm bagaimana jika kita bilang kalau kita mengganti waktu acara makan ke lain waktu karena .... bilang saja Anna sedang tidak enak badan! Lalu setelah dia pergi, baru kita makan.”
    “ Wah, kau jahat sekali!” sahut salah seorang gadis di sana namun dengan tawa riang yang terdengar sangat menyebalkan.

    Daniel tersenyum miris, tentu saja. Wanita memang bukanlah makhluk yang baik, itulah makanya ia tidak ingin memiliki hubungan yang serius dengan wanita manapun. Wanita itu hanyalah sekumpulan makhluk berpikiran dangkal dan picik, hanya memikirkan apa yang terbaik untuk mereka, apa yang paling nyaman untuk mereka.
    Pintu lift akhirnya terbuka saat mereka sudah sampai di lantai tempat restaurant berada. Daniel sempat terkejut melihat seorang wanita yang berdiri persis di depan lift dengan wajah penuh senyuman. Ia sering mengalami kesulitan untuk mengingat wajah seseorang yang baru dikenalnya, namun ia tidak akan melupakan wajah wanita yang bisa bisanya menganggap mobilnya adalah sebuah taksi.
    Dan wanita itu sekarang berdiri di hadapannya.

    Monica melambaikan tangannya pada teman-temannya yang baru saja tiba.
    “ Haiiii, aku sudah memesan meja yang paling enak untuk kita.” sahutnya sambil tersenyum lebar.
    Kumpulan gadis itu keluar dari lift dan Daniel tidak bisa menahan dirinya untuk melihat apa yang akan mereka lakukan pada gadis itu.
    “ Kudengar Garry meminta putus darimu ya? .... kau tidak datang kemari dan berpikir untuk bertemu Garry di sini kan?”
    “ ..... kalian sudah mendengar kabar itu ya.... t-tentu saja aku datang kemari bukan untuk bertemu Garry, sudah lama kita tidak bertemu bukan?”
    “ Iya, kau benar... tapi bagaimana ya, Anna mendadak tidak enak badan dan sepertinya lebih baik kita membatalkan acara malam ini, kita akan meneleponmu lagi jika kita akan bertemu lagi, bagaimana?”
    “ Ooo.... benarkah? Anna, kau tidak apa-apa?” tanya Monica benar-benar kuatir pada salah satu temannya itu.
    “ Aku hanya sedikit tidak enak badan, ... maaf ya, kita terpaksa membatalkan acara malam ini.”
    “ Tidak apa-apa, tentu saja kau harus beristirahat sekarang.... Kalau begitu apa kita akan ke bawah bersama?” tanya Monica lagi.
    “ Kau duluan saja, kami harus membatalkan pesanan meja dan aku ingin ke toilet sebentar.”
    “ ..... ya sudah.... aku duluan kalau begitu. Anna, cepat sembuh ya!”

    Monica berjalan melewati Daniel dan sama sekali tidak menoleh seakan-akan ia benar-benar melupakan laki-laki itu.
    Daniel mendengus kesal.
    “ Ia wanita pertama yang bisa-bisanya tidak melirikku, dasar wanita aneh.” gerutunya. Namun di dalam hati ia cukup prihatin dengan wanita yang baru saja ditipu mentah-mentah itu.
    Daniel melangkah menuju ke meja tempat papa dan Michael berada.
    “ Selamat malam, maaf aku terlambat.” sahutnya sambil menarik kursi dan duduk di samping Michael.
    “ Dia kakakku, kalian sudah mengenalnya bukan? Daniel.” sahut Michael memperkenalkan kakak tertuanya.
    “ Ya, tentu saja. Arsitek sesukses dia, tidak mungkin kami tidak mengenalnya.” puji mama Jennifer berbasa basi.

    Jennifer menundukkan kepalanya sedikit ke arah Daniel. Walaupun ia tidak menghargai papa Michael sama sekali, namun ia jelas menghormati kakak pertamanya. Walaupun sikapnya memang menyebalkan dan tidak pernah serius, tapi setidaknya saat ia mengalami masa-masa sulit dulu, Daniel dengan tegas memihaknya.
    “ Akhirnya, setelah semuanya, kau tetap akan menjadi adik iparku. Welcome to the family!” sapa Daniel sambil tersenyum lebar pada Jennifer.
    “ Jika sudah tidak ada yang ingin dibicarakan, kurasa kita sudahi saja makan malam hari ini. Aku akan segera mengirimkan orang ke tempatmu untuk persiapan pernikahan kita.” sahut Michael.
    “ Terserahmu saja.” jawab Jennifer tidak kalah dinginnya.

    *****

    Daniel menyikut adiknya itu dan berbisik.
    “ Kenapa suasana makan malam ini begitu menyeramkan?”
    Michael tersenyum masam. “ Terimakasih untuk kesimpulannya.” bisiknya.
    Kedua keluarga besar saling mengucapkan salam perpisahan dan Michael otomatis berdiri di samping Jennifer.
    “ Kau tidak perlu mengantarku pulang, aku bisa pulang bersama orang tuaku.” sahut Jennifer ketus.
    “ Tentu saja, silakan.”
    Daniel hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat bagaimana cara 2 orang yang akan segera menikah ini berinteraksi.

    Pintu lift terbuka dan Daniel melihat gadis aneh tadi keluar dari dalam lift. Untuk apa dia kembali lagi kemari di saat semua teman-temannya sedang asyik bercengkrama sambil menikmati makan malam mereka?
    “ Kau tidak akan masuk?” tanya papanya dari dalam lift. Namun Daniel tidak beranjak dari tempatnya berdiri.
    “ Kalian duluan saja, kurasa aku melihat temanku di sana dan aku akan menyapanya dulu sebelum pulang.”
    “ Sampai jumpa nanti, Kak!” sahut Michael.

    Monica meninggalkan tasnya di restaurant. Tentu saja, sifat cerobohnya memang sudah melekat sampai ke tulangnya.
    Ia melangkah menuju ke meja yang sudah ia pesan sebelumnya dan langkahnya terhenti tidak jauh dari meja itu. Ia melihat semua teman-temannya sedang duduk dan bersantap malam di sana dengan tawa gembira.
    Ia tidak tahu harus berbuat apa selain melihat ke arah mereka dengan hati yang seakan baru dihantam dengan palu.
    “ Kau di sini rupanya, aku mencarimu dari tadi, nona.” sahut sebuah suara membuyarkan lamunannya.
    Monica menoleh dan ia melihat wajah yang familiar di matanya.
    “ ..... hhm..... kau.... supir taksi.... itu?” sahutnya terbata-bata.
    “ Supir taksi?? .... baiklah, anggaplah ini kesalahanku karena tidak segera memperkenalkan diriku dengan tepat tempo hari.” sahut Daniel sambil menggigit bibir bawahnya menahan kedongkolannya.

    “ ..... kau mencariku? ..... kenapa mencariku?”
    “ Untuk apa berdiri di sini terus? Orang-orang seperti itu tidak pantas kau anggap sebagai temanmu. Berikan mereka pukulan telak dan melangkahlah dengan dagu terangkat.” sahut Daniel sambil tiba-tiba menggandeng lengan Monica dan menariknya berjalan menuju ke meja tempat teman-teman Monica sedang bersantap malam.
    Sontak teman-teman Monica gelagapan melihat Monica tiba-tiba berdiri di sana, dengan seorang pria tampan yang mereka jumpai di lift.
    “ M-Monica?? K-kenapa kau kembali?”
    “ .....oo... t-tasku tertinggal... m-maaf mengganggu makan malam kalian.” sahut Monica terbata-bata sambil buru-buru menyambar tasnya yang tertinggal. Ia hendak pergi dari sana namun laki-laki di sampingnya tetap tidak bergeming dan berdiri di sana.

    “ Monica, apakah kau tidak akan memperkenalkanku pada teman-temanmu?” tanya Daniel, membuat Monica kembali menatapnya dengan tatapan bodohnya.
    “ Permisi, tapi .... kau ada hubungan apa dengan Monica?” sahut salah seorang teman Monica yang tidak bisa lagi membendung rasa penasarannya.
    Daniel tersenyum penuh arti dan melanjutkan perkataannya.
    “ Kudengar mantan kekasih Monica adalah sahabat kalian ya? Tolong sampaikan rasa terimakasihku padanya karena sudah memberikan kebebasan untuk Monica. Dengan itu akhirnya aku bisa menggantikannya.”
    “ M-menggantikan Garry?? K-kau bilang... kau adalah.... kekasih Monica??”

    Bukan hanya teman-teman Monica yang terkejut, bahkan Monica sendiri terkejut dan terbelalak melihat laki-laki asing yang tiba-tiba mendeklarasikan dirinya sebagai kekasihnya.
    “ Kalau begitu kami permisi dulu ya. .... O ya, makan malam kalian hari ini sudah kubayar semuanya, dan aku juga sudah memesankan wine untuk kalian, silakan menikmati makan malam kalian." sahut Daniel sambil membungkuk dan kembali menyeret Monica pergi dari sana, diiringi dengan tatapan bingung dan shock teman-temannya.

    *****

    Daniel melepaskan genggaman tangannya saat mereka sudah berada di depan lift.
    Monica masih menatap ke arah laki-laki asing di sampingnya dengan bingung.
    “ Orang-orang menyebalkan itu sejak awal sudah tidak ingin kau ikut makan malam dengan mereka. Mereka berbohong padamu dan berharap kau pergi.” sahut Daniel memberikan penjelasan.
    Monica menghela napas.

    “ ...... tentu saja.... mereka pasti bersikap begitu padaku setelah aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Garry.”
    “ Mereka tidak boleh memperlakukan siapapun seperti itu, nona. Apakah kau masih akan terus bersikap positif dan naif seperti ini??”
    “ ..... aku bisa apalagi selain bersikap seperti ini? ..... lalu kenapa tiba-tiba kau berbohong pada mereka? .... dan kenapa kau harus membayar semua makan malam mereka? Apa yang kau pikirkan?”
    Pintu lift terbuka, Daniel melangkah masuk disusul Monica yang merasa harus menyelesaikan percakapan di antara mereka berdua.
    “ Bukankah sudah kubilang untuk memberikan pukulan telak untuk mereka dan melangkah dengan dagu terangkat?”
    “ .... itu untukku, kenapa kau melakukan itu untukku? .... aku bahkan tidak mengenalmu.”

    Daniel menoleh dan tersenyum dengan manisnya sambil memperkenalkan diri.
    “ Kau benar, aku belum memberitahu namaku ya. Namaku Daniel Tanubrata. Kau pasti pernah melihat wajahku dan mendengar namaku di suatu tempat sebelum ini bukan?”
    “ ..... aku pernah bertemu denganmu saat.... aku melakukan kesalahan.... tapi namamu tidak pernah kudengar sebelumnya... saat itu kau memang tidak memberitahu siapa namamu bukan?” sahut Monica sambil mengingat-ingat kejadian memalukan yang sudah coba ia lupakan.
    Daniel menghela napas. Gadis ini memang benar-benar membuat darahnya naik sampai ke ubun - ubun.
    “ Kalau begitu mulai sekarang ingat baik-baik wajah ini dan nama ini, oke??”
    “ ..... bagaimanapun aku sangat berterimakasih untuk bantuanmu tadi... setidaknya aku bisa menyelamatkan wajahku hari ini.... maafkan untuk semua kerepotan ini.” sahut Monica sambil membungkuk rendah-rendah dan melangkah pergi.

    Namun baru saja ia melangkah beberapa langkah, langkahnya kembali terhenti saat ia melihat Garry berjalan masuk melintasi lobby hotel.
    Garry melihatnya dan menghampirinya dengan tampang kecut.
    “ Apa yang kau lakukan di sini? Aku rasa setelah kita putus, berarti kau juga tidak diijinkan untuk menghabiskan waktu dengan kami lagi. Apakah hal seperti ini sulit untuk kau mengerti??”
    “ ...... kau tidak pernah mengangkat teleponku.... dan aku harus bicara denganmu....” sahut Monica lirih.
    “ Kenapa lagi? Kau masih ingin memohon mohon padaku? Sudah ribuan kali aku bilang, aku jenuh denganmu, aku bosan denganmu dan aku sudah tidak lagi mencintaimu, apakah itu belum cukup untukmu berhenti menggangguku? Jika kau seperti ini terus, aku benar-benar menyesal pernah berpacaran denganmu!”
    Monica menggigit bibir bawahnya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia memang selalu seperti ini di akhir setiap hubungannya dengan pria manapun yang pernah berpacaran dengannya. Walaupun ia merasa dirinya sangat menyedihkan, tapi ia tidak bisa berhenti untuk terus bersikap menyedihkan.

    Daniel yang dari tadi memperhatikan dari belakang lama-lama tidak tahan juga setelah mendengar kata-kata penuh hujaman dari laki-laki yang sama sekali tidak menarik itu.
    Ia berjalan menghampiri Monica dan kembali menggandeng tangan gadis itu.
    “ Kupikir laki-laki yang membuatmu menangis terus ini adalah laki-laki yang tampan , ternyata tampangnya biasa saja, sikapnya menyebalkan pula.”
    Garry terkejut ketika seorang pria tiba-tiba ikut campur pembicaraannya dengan mantan kekasihnya itu.
    “ Siapa kau? Kenapa kau ikut campur urusan kami?”
    “ Ups! Kau benar, tidak seharusnya aku ikut campur. Kalau begitu ijinkan kami pergi lebih dulu.” sahut Daniel sambil menarik Monica bersamanya.

    *****

    “ Ada apa denganmu ?!! Kenapa kau membawaku pergi?!! Tidak mudah akhirnya aku bisa bertemu dengan Garry!!” seru Monica kesal.
    “ Apakah kau akan terus bersikap begitu menyedihkan di hadapan laki-laki itu?! Apakah kau akan terus membuatnya merasa besar kepala karena berhasil membuatmu menangis-nangis dan memohon mohon terhadapnya?!!”
    “ Kau tidak punya hak untuk menjelek jelekkannya!! ..... pergilah, kau bahkan bukan orang yang kukenal!!” seru Monica sambil berbalik dan berniat mengejar Garry kembali.
    “ Kau tidak akan pernah mendapatkan hatinya dengan sikapmu sekarang ini, nona.” cetus Daniel.
    Langkah Monica terhenti.
    “ ..... lalu apa yang harus kulakukan agar ia mau kembali menerimaku?”
    “ Kau harus membuatnya berbalik mengejarmu dan membuatnya tidak bisa kehilanganmu.”
    “ ..... apa kau sedang bercanda? Bagaimana aku bisa melakukan hal itu??”
    “ Kau mau aku membantumu?” sahut Daniel sambil tersenyum penuh arti.
    Monica menatap Daniel tanpa berkedip, ia tidak mengenal laki-laki ini dan laki-laki ini sudah melihatnya dalam situasi yang memalukan beberapa kali. Dan sekarang laki-laki ini menawarkan bantuan padanya.

    *****

    Evelyn mengetuk-ngetuk pintu rumahnya sambil menangis.
    “ Pa!! Kumohon, maafkan aku!!” serunya dari luar.
    Hujan mulai turun dan membasahi sekujur badannya, namun pintu rumahnya tetap tidak dibukakan.
    Evelyn terduduk lemas di depan pintu dan pasrah membiarkan air hujan terus turun menghujamnya.
    Setelah beberapa jam akhirnya pintu rumahnya dibukakan dan berdirilah papa tirinya dengan memegang sebatang tongkat judo.

    “ Apa kau sudah menyadari kesalahanmu?”
    “ A-aku akan mencari uang lebih banyak dan memberikannya padamu, kumohon maafkan aku....”
    “ Ckckckck, ibumu membawa kabur uangku, anaknya tidak becus mencarikan uang untukku, kalian memang benar-benar ibu dan anak !!”
    Evelyn terus menangis hingga papa tirinya masuk tanpa menutup pintu, itu tandanya ia sudah diperbolehkan untuk masuk ke dalam rumah.

    Setelah papa kandungnya meninggal di saat usianya masih 6 tahun, mamanya memutuskan untuk menikah lagi dengan papa tirinya sekarang. Kehidupan keluarga mereka berjalan dengan baik sampai suatu hari mamanya ketahuan berselingkuh dengan laki-laki lain. Setelah itu rumah selalu dipenuhi dengan pertengkaran dan tidak jarang papa tirinya akan menggunakan kekerasan terhadap mamanya dan juga Evelyn.
    Mungkin karena itu mamanya tidak tahan lagi dan membawa kabur seluruh uang tabungan papa tirinya dan kabur hingga hari ini. Tentu saja Evelyn sudah cukup dewasa untuk pergi meninggalkan papa tirinya dan mencari kebebasan hidupnya, namun papa tirinya mengancam akan melaporkan mamanya kepada pihak berwajib kecuali Evelyn melunasi semua uang yang sudah dibawa kabur oleh mamanya.
    Itulah yang membuat Evelyn bekerja keras mati-matian dan memilih karir sebagai model sambil berharap dapat segera mengumpulkan uang untuk melunasi seluruh hutang mamanya dan pergi dari rumah papa tirinya.

    Evelyn mengganti pakaiannya yang basah dan berbaring di atas tempat tidurnya sambil menggigil. Besok ia harus bangun pagi-pagi untuk pemotretan dan sekarang ia jatuh sakit.
    Ia harus segera beristirahat agar besok bisa beraktifitas dengan maksimal, pikirnya.

    *****

    Jeffry baru saja tiba ke lokasi pemotretan untuk majalah fashion edisi terbaru. Ia memang sengaja datang lebih pagi agar bisa memilih pakaian yang akan dikenakannya untuk sesi foto dengan lebih leluasa.
    “ Hai, Jeffry! Kau sudah datang? Kami baru akan memulai photo-session yang pertama.” sapa sang fotografer.
    “ Yup, aku memang sengaja datang lebih pagi untuk memilih pakaianku. This is fashion magazine, right?”
    “ Hahaha, okeeee!”
    Jeffry memilih pakaian demi pakaian yang tergantung di sana, semuanya adalah pakaian dengan branded terkenal dan ia kelimpungan sendiri memilih sedikit dari begitu banyak pakaian yang disediakan.
    Namun tiba-tiba terdengar suara teriakan yang bahkan mengalahkan lagu pengiring sesi foto itu sendiri.

    “ Apakah kau berpikir sesi foto ini adalah sesi foto murahan sehingga kau bisa datang kemari dengan tampang seperti itu?!!!”
    Jeffry menoleh dan Anita, artis yang baru saja di’buang’ oleh kakaknya sedang marah-marah di depan model baru, .... Evelyn.
    “ M-Maafkan aku... aku akan mempersiapkan dengan lebih baik.”
    “ Iklan ini adalah iklan vitamin C, kesegaran tubuh, fresh! Apa kau mau merusak iklanku dengan memasang tampang seperti ikan kelaparan itu di depan kamera?!!”
    “ Maafkan aku....”
    “ Kau tidak diijinkan ikut ke dalam sesi foto ini, lebih baik aku melakukan ini dengan model yang lebih sedikit dibanding memasukkan wajahmu ke sana! Pergi!!” seru Ga In dengan kasar.

    Rupanya ini adalah foto untuk iklan terbaru Anita, dan biasanya beberapa orang model sering disertakan untuk menjadi figuran foto.
    “ Kumohon, aku sangat ingin mencoba proyek ini....” sahut Evelyn memohon.
    “ Apa aku perlu mengusirmu lagi?! Cepatlah pergi! Kita sudah kehilangan banyak waktu karenamu!!” bentak Anita dengan kasar.

    Jeffry melihat Evelyn berbalik dengan lesu dan terkejut melihat wajah pucat gadis itu. Rupanya Anita tidak melebih lebihkan, wajah Evelyn memang tampak seperti iklan kelaparan sekarang.
    “ Apa kau datang kemari dengan tampang seperti itu dan berharap tidak dimaki maki? Kau pikir menjadi model adalah pekerjaan gampang?” sahut Jeffry yang tiba-tiba berdiri di hadapan Evelyn..
    Evelyn terkejut melihat Jeffry ada di sana, dan rasanya ia ingin menghilang saja setelah menyadari laki-laki itu pasti melihat semua yang baru saja terjadi.
    “ Tidak perlu mengurusiku.” sahut Evelyn sambil duduk di depan meja rias. Gadis itu berusaha untuk membubuhkan lebih banyak make up di wajahnya.
    “ Apakah kau masih berpikir Anita akan mengijinkanmu untuk masuk dalam sesi pemotretan??” tanya Jeffry tidak habis pikir dengan sifat keras kepala gadis itu yang seakan tidak lekang dimakan waktu.
    Evelyn tidak menanggapi pertanyaan Jeffry, ia mengambil lipstik dan mencoba membuat bibirnya lebih merona.
    “ Kau memang selalu keras kepala!” gerutu Jeffry sambil melangkah pergi.

    *****

    Jeffry menyelesaikan sesi fotonya dengan cepat. Ia sudah kehilangan semangatnya karena ia harus melakukan sesi foto dengan pemandangan seorang Evelyn sedang memohon-mohon pada Anita tidak jauh dari sana.
    “ OK!! Done!!” seru sang fotografer.
    “ Terimakasih semuanya!” sahut Jeffry sambil membungkuk dengan sopan. Tidak ada gunanya bersikap menyebalkan dan membuat musuh di dunia yang sedang ia geluti sekarang.
    Karena itu Jeffry selalu bersikap sopan pada semua staff yang bekerja dengannya. Namun ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak ikut campur dan bersikap sopan terhadap Anita yang nampak sangat menikmati waktu untuk memarahi Evelyn sekarang.

    “ Kulihat juniorku sedang membuatmu kesal ya.” celetuk Jeffry menghampiri Anita dan Evelyn.
    “Dia juniormu? Pantas saja aku tidak pernah melihat dia sebelumnya, ternyata dia memang model tanpa pengalaman yang masih bodoh.”
    “ Kau benar, dia masih sangat bodoh, maka itu biarkan saja dia lolos kali ini, ok?” sahut Jeffry sambil tersenyum seperlunya.
    “ .... Apa ini ? Kau sedang membela gadis ini? Kau tidak lihat bagaimana dia berusaha begitu keras untuk merusak sesi fotoku??”
    “ Tentu saja aku melihatnya dan aku tahu kenapa kau sangat terganggu. Ijinkan aku untuk membawanya pergi dan tidak merusak sisa harimu lagi, oke?”
    Jeffry menarik tangan Evelyn dan berniat untuk segera membawanya dari sana ketika Anita kembali bersuara.
    “ Tunggu! Urusanku denganmu masih belum selesai, Jeffry!”

    Jeffry menghela napas, ia tahu cepat atau lambat ia harus berurusan karena tingkah kakaknya.
    Ia menoleh ke belakang dan berkata dengan serius pada rekan selebritisnya itu.
    “ Aku minta maaf jika kakakku memperlakukanmu dengan tidak semestinya, tapi aku sudah memperingatkanmu tentang ini sejak pertama kau memberikan nomor teleponmu padanya.”
    Anita mendengus kesal, keningnya berkerut.
    “ Apakah dia sudah mempunyai wanita lain di sisinya sekarang? Artis? Model??”
    “ Kalaupun dia memiliki wanita lain di sisinya, kau tidak perlu kuatir karena itu tidak berarti apapun, baginya tidak ada 1 wanitapun yang cukup penting dibanding dirinya sendiri, seperti itulah kakakku. Aku sudah memperingatkanmu sejak awal. .... aku permisi dulu.” sahut Jeffry sambil menarik Evelyn.

    Evelyn menarik lepas tangannya sesaat sebelum Jeffry membukakan pintu mobil untuknya.
    “ Apa yang kau lakukan?! Aku harus ikut pada sesi foto ini!!” seru Evelyn sambil membalikkan badannya, namun Jeffry buru-buru menahannya.

    “ Sampai tahap apa kau akan memohon pada wanita itu?! Sampai kau tidak punya harga diri yang tersisa?!”
    “ Itu bukan urusanmu! ..... dan kumohon untuk menjaga sikapmu terhadapku di tempat umum, aku tidak ingin ada orang menyangka yang tidak-tidak tentang kita!” seru Evelyn sambil mengambil jarak dari Jeffrey.
    “ Kenapa? Apa kau jiik jika ada orang yang melihatmu sedang berada bersamaku?! Apakah aku begitu menjijikan untukmu, Evelyn?!”
    Evelyn terdiam, ia berusaha mati-matian agar tidak memandang Jeffry dengan penuh kerinduan.
    “ ..... iya, .... aku tidak ingin ada orang yang menyebutkan nama kita pada 1 kalimat yang sama.” jawab Evelyn lirih.
    Jeffry menatap gadis di hadapannya tanpa berkedip.
    “ .... sejak kapan kau menjadi begitu mengerikan, Evelyn?”
    “ Kau memang tidak pernah benar-benar mengenalku, .... Jeffry.”
     
  5. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 3 - Surprise ! Surprise !

    Jennifer menatap lusinan gaun pengantin ekslusif di hadapannya yang disediakan khusus untuknya dengan tatapan kosong.
    Jelas pikirannya tidak sedang berada di dalam butik pengantin ini.
    “ Apakah ada desain yang anda ingin coba sekarang?”
    “ ..... kau ingin pernikahan? .... aku akan memberikanmu pernikahan yang akan membuatmu menyesal selamanya...” gumam Jennifer bicara pada dirinya sendiri.
    “ Bagaimana, nona?” tanya sang pegawai butik sekali lagi.
    “ Berikan aku gaun di paling ujung itu, kurasa itu gaun yang paling cantik di antara gaun lainnya.”
    “ Baiklah, silakan mari dicoba, nona.”

    Jennifer berdiri dan masuk ke kamar ganti. Ia sudah berpikir tentang hal ini semalaman, ia mengerti dengan jelas kalau betapapun ia berteriak dan mengumpat, pernikahan ini akan tetap terjadi sejauh keluarganya masih membutuhkan sokongan dana dari keluarga Michael.
    Ia harus menikah dengan laki-laki itu. Namun, ia akan memastikan laki-laki itu segera menceraikannya dalam waktu sesingkat-singkatnya.
    “ Michael Tanubrata ..... kau benar-benar akan menyesali semua keputusan yang kau buat....” gumam Jennifer sekali lagi.
    Jennifer berusaha untuk mengeraskan hatinya dan tidak mengingatkan dirinya akan laki-laki yang membuatnya begitu bertekuk lutut 6 tahun yang lalu itu.

    Michael sedang sibuk di ruang kerjanya seperti biasa. Ia jarang sekali meninggalkan kantornya saat jam kerja kecuali untuk meeting penting atau janji makan siang dengan tamu penting perusahaan.
    Pintu ruangannya diketuk dan sekretarisnya masuk sambil membungkuk memberi hormat.
    “ Tuan, rumah baru anda sudah lengkap terisi dengan semua furniture terbaik yang bisa kami temukan. Tuan besar berpesan untuk segera menyelesaikannya untuk acara pernikahan anda di akhir bulan ini.”
    Michael menghentikan kegiatannya sejenak dan menatap sekretarisnya itu sambil menghela napas.
    “ ..... baiklah, tinggalkan kunci pintu rumah di mejaku dan kau boleh kembali bekerja.”

    “ Apakah anda akan mengajak nona Jennifer untuk melihat rumah itu? Aku bisa menyiapkan makan malam untuk anda berdua malam ini di sana.”
    “ Tidak perlu, kami tidak akan melihat rumah itu hingga hari pernikahan kami. Tidak perlu repot-repot. Kau boleh kembali bekerja.”
    Sekretarisnya mengerutkan alisnya dengan bingung. Ia memang sudah biasa menghadapi sikap atasannya yang sedingin es, tapi ia tidak menyangka atasannya itu akan tetap bersikap seperti sebongkah es batu bahkan terhadap acara pernikahannya sendiri.
    “ Ooo ya, 1 hal lagi... hari ini nona Jennifer sudah melakukan fitting terakhir untuk gaun yang akan dikenakan pada pemberkatan serta pesta pernikahan.”
    Michael menghela napas pandek.
    “ Lain kali kau tidak perlu melaporkan hal di luar pekerjaan padaku, Lina. Terimakasih sebelumnya.”

    *****

    Sepulang dari kantor, Michael tidak melewati rute pulangnya yang biasa. Ia mengambil jalan memutar dan memarkirkan mobilnya di tepi taman bermain besar di daerah Ancol. Tentu saja taman bermain itu sudah tutup pada larut malam seperti ini, namun ia tetap turun dari mobil dan berdiri tidak jauh dari pintu masuk taman bermain.
    Ia berusaha untuk berhenti mengingat hal yang sudah berlalu begitu lama, namun kenyataan bahwa ia akan menikahi wanita dari masa lalunya membuatnya tidak bisa berpaling dari semua kenangan yang ia kubur selama beberapa tahun belakangan itu.

    Dulu ia sering menghabiskan waktu hingga larut malam untuk hanya duduk di bangku luar taman bermain bersama Jennifer. Mereka tidak masuk ke dalam dan bermain seperti yang dilakukan orang-orang kebanyakan.
    Mereka hanya akan duduk di bangku luar sambil menikmati kemeriahan dari dalam taman bermain. Mereka akan menghabiskan waktu dengan berbincang-bincang dan tertawa sepanjang malam di sana.
    Entah berapa ratus kali mereka melakukan hal itu hingga Michael pernah berpikir untuk melamar wanita itu di tempat ini.
    Jennifer adalah wanita dari masa lalu dan ia tidak pernah menyangka bahwa wanita yang ia kira tidak akan pernah kembali itu akan menikah dengannya dalam waktu kurang dari 1 bulan dan kembali menjadi bagian hidupnya. Hanya saja kali ini wanita itu hadir tanpa cinta menggebu-gebu yang pernah mereka rasakan dulu.

    Tidak jauh dari tempat Michael duduk, Jennifer sedang melangkah dengan perlahan. Ia baru saja menyelesaikan fitting gaun pengantinnya dan entah apa yang membuatnya menyetir sampai ke tempat ini.
    Jennifer menghentikan langkahnya seketika itu juga ketika ia melihat Michael sedang duduk di bangku yang sedang ia tuju.
    Refleks ia membalikkan badannya dan berjalan secepat yang ia bisa untuk menjauh dari tempat itu.
    Setelah berjalan cukup jauh, ia baru memberanikan diri untuk menoleh dan melihat Michael dari kejauhan.
    “ ..... apa yang kau lakukan di tempat ini?” gumamnya bertanya pada laki-laki yang tidak akan pernah menjawab pertanyaannya itu.

    Jennifer berdiri di sana dan tanpa terasa 1 jam berlalu. Michael masih duduk di sana tanpa bergeming.
    “ ..... jika tempat ini begitu penting untukmu... jika hubungan kita begitu penting untukmu.... jika aku begitu penting untukmu.... kenapa kau mengusirku dari hidupmu 6 tahun yang lalu....? Dan kenapa kau kembali kemari setelah kau membuangku dari hidupmu?” gumam Jennifer sambil menggigit bibir bawahnya sambil menahan tangis.

    *****

    Daniel membuka pintu setelah bel apartemennya berbunyi 2 kali berturut-turut. Ia tidak bertanya-tanya siapa yang datang bertamu pada larut malam seperti ini.
    Ia sudah membuat janji temu dengan ‘teman baru’nya dan ternyata waktu kosong yang cocok untuk mereka berdua adalah pada malam hari ini.
    Pintu apartement dibuka dan Monica berdiri di muka pintu dengan tatapan tegang yang tidak bisa ia jelaskan.
    Ini pertama kalinya ia datang seorang diri ke rumah seorang pria, bahkan ia tidak pernah datang seorang diri ke rumah Garry selama mereka berpacaran. Terlebih lagi pria ini adalah pria yang baru 2 kali ia temui. Entah apa yang merasukinya.

    Daniel tersenyum lebar dan mempersilakan Monica masuk dengan gestur tangannya yang sopan. Monica masuk ke dalam apartemen mewah itu dengan tegang dan duduk dengan posisi punggung 90 derajat.
    “ Kau ingin minum apa? Wine? Kopi?” tanya Daniel sambil berjalan menuju ke dapur terbuka tidak jauh dari tempat Monica duduk.
    “ ....A-air putih saja, terimakasih.”

    Daniel datang dan meletakkan segelas wine di hadapan Monica sambil tersenyum penuh arti.
    “ Aku tidak akan membiarkan seorang wanita minum air putih di apartemenku.”
    “ ..... ma-maafkan aku karena datang begitu malam kemari.... tapi meeting di kantorku memang baru saja selesai.”
    “ Tidak apa-apa, aku ini jauh lebih hidup di malam hari.” jawab Daniel melontarkan jawaban yang membuat Monica bergidik.
    “ ..... s-sebenarnya aku tidak memaksa untuk segera bertemu denganmu.... a-aku hanya...”
    “ Nona , it’s ok. Sudah kubilang aku tidak masalah dengan kedatanganmu ini. Lagipula besok aku memang akan pergi ke luar negeri dan tidak akan berada di Indonesia untuk beberapa lama, jadi malam ini adalah waktu yang tepat untuk bertemu denganku.”
    “ ..... luar negeri? B-bagaimana kau bisa membantuku jika kau pergi keluar negeri?” tanya Monica dengan tatapan serius dan kecewa yang menjadi satu.

    Daniel menatap gadis polos di hadapannya itu dan tersenyum geli.
    “ Aku tidak akan pergi untuk selamanya, nona. Aku akan kembali 2 minggu lagi... Oya, kau belum menjelaskan maksudmu untuk bertemu denganku. Apakah kau setuju dengan tawaran bantuan dariku?”
    Monica menelan ludahnya dan terdiam cukup lama hingga akhirnya ia menganggukkan kepalanya.

    Daniel mendekatkan wajahnya dan memaksa Monica untuk semakin menundukkan kepalanya karena risih.
    “ Kau tahu apa yang paling membuat pria bersemangat?”
    “ ..... a-apa?”
    “ Kompetisi. Lomba. Pertarungan. .... semua pria normal mempunyai hasrat untuk menjadi seorang pemenang.”
    “ ...... lalu?”
    “ Kalau kau ingin laki-laki itu kembali padamu, maka kita harus menciptakan kompetisi untuknya dan menjadikanmu sebagai piala yang ingin ia menangkan.”
    “ Kompetisi? .... t-tapi kompetisi hanya bisa dilakukan jika ada seseorang yang menjadi lawannya....”
    “ BINGO! Sudah kuduga kepalamu ada isinya, nona!”

    Monica menatap Daniel sambil mengerucutkan bibirnya. Terkadang laki-laki itu akan mengeluarkan kalimat yang sangat tidak enak didengar di telinganya.
    “ ..... aku masih tidak mengerti dengan teorimu.... dan kau bisa berhenti memanggilku nona... namaku Monica.”
    “ Baik, .... Monica. Anggap saja aku sedang tidak ada kerjaan dan memutuskan untuk berbuat baik pada sesama. Aku akan menawarkan diri untuk menjadi rival laki-laki itu dalam kompetisi memperebutkanmu. Bagaimana?”

    Monica tidak bisa berkata apapun untuk beberapa saat dan hanya menatap Daniel sambil mengedipkan matanya beberapa kali.
    “ Sudah cukup kau melamun nona... Monica! Kita putuskan begitu saja ya!” seru Daniel membuyarkan lamunan gadis di hadapannya itu.
    “ T-Tunggu.... bagaimana caranya kau menjadi rival Garry? .... apa yang akan kau lakukan?”
    “ Setelah aku kembali ke Indonesia 2 minggu lagi, aku akan menjadi kekasihmu, aku akan menjadi kekasih terbaik dan membuatmu semua orang melihat bahwa gadis sepertimu adalah idaman laki-laki hebat sepertiku. Dan mantan kekasihmu juga akan melihatmu sebagai gadis yang seharusnya menjadi miliknya, dan BAM! Rencana kita akan berhasil dalam waktu singkat.”

    Monica mendengarkan rentetan kalimat yang diucapkan oleh laki-laki bernama Daniel Tanubrata itu dengan pandangan ngeri.
    “ .....A- apa kau yakin rencana.... kontroversial ini akan berhasil? ..... sepertinya aku memang tidak pernah cukup menarik di mata Garry, meskipun aku sudah cukup berusaha untuk...membenahi diriku.”

    “ Monica, kau pernah pergi ke pameran seni?”
    “ .... aku pernah melihat pameran lukisan....”
    “ OK, apa kau pernah melihat sebuah lukisan yang hanya terdiri dari beberapa warna atau mungkin beberapa coretan yang kau sendiri bingung apa arti lukisan itu? Dan saat kau melihat harga lukisan itu, ternyata lukisan itu jauh lebih mahal daripada harga sebuah rumah?”
    Monica berpikir sambil mengingat-ingat dan kemudian mengangguk. Ia pernah melihat lukisan abstrak dengan label harga selangit.
    “ Kau pikir apa yang membuat lukisan sederhana yang tidak menarik itu mempunyai harga yang mahal?”
    “ ..... hhm.... entahlah....”
    “ Karena ada orang penting yang tergila-gila pada lukisan itu dan menawarkan sejumlah uang untuk membeli lukisan itu. Saat lukisan itu terjual dengan harga selangit, maka saat lukisan itu dijual kembali, harganya akan semakin tinggi. Orang tidak lagi melihat apakah lukisan itu bagus atau tidak di mata mereka, bagi mereka lukisan itu adalah lukisan yang indah dan mereka adalah orang bodoh jika tidak menganggap lukisan itu indah.”
    “ ..... kau sedang menyamakan aku dengan lukisan abstrak?” tanya Monica sambil menatap Daniel dengan tatapan meremehkan.
    “ Percaya saja padaku, jika dalam waktu 3 bulan laki-laki itu tidak bertekuk lutut padamu, maka aku akan mengenalkanmu pada laki-laki yang 10 kali lipat lebih baik dibanding keparat itu.... mantan pacarmu maksudku.” sahut Daniel meralat perkataan kasarnya.

    *****

    Evelyn memastikan pintu kamarnya sudah terkunci saat ia membaringkan tubuhnya yang benar-benar letih itu di atas tempat tidurnya.
    Sebelah tangannya terangkat sambil memegangi foto dirinya bersama Jeffry yang selalu ia simpan baik-baik.
    Saat foto itu diambil mereka berdua sedang ikut pawai kebudayaan dan benar-benar berjalan kaki sepanjang beberapa kilometer malam itu.
    Saat itu Jeffry baru saja memulai debutnya di dunia selebritis dan belum banyak orang yang mengenali wajahnya. Mereka bisa berjalan dengan leluasa di tengah kerumunan orang orang.

    Hari-harinya saat itu terasa begitu sempurna sehingga entah berapa ribu kali Evelyn ingin kembali ke masa-masa itu lagi. Masa itu terlalu indah hingga sekarang masa-masa itu terasa seperti sebuah mimpi panjang bagi Evelyn.
    Ia kembali teringat kejadian memalukan hari ini yang harus terjadi di hadapan Jeffry, entah harus berapa kali lagi ia mempermalukan dirinya di hadapan laki-laki itu.

    Lamunan Evelyn terus bergerak mundur. Saat itu mamanya tiba-tiba melarikan diri dan membawa kabur uang papa tirinya. Papa tirinya begitu marah dan melampiaskan semua kekesalannya pada dirinya.
    Tidak jarang Evelyn harus mengalami kekerasan fisik dari papa tirinya itu. Dan ia tidak bisa menceritakan hal itu pada Jeffry. Hubungannya dengan laki-laki begitu sempurna, dan Jeffry melihatnya sebagai wanita sempurna. Ia tidak bisa membiarkan Jeffry mengetahui latar belakang keluarganya yang kelam. Tidak jarang Evelyn harus berpura-pura sibuk atau sakit untuk membatalkan janji temunya dengan Jeffry hanya untuk menyembunyikan lebam dan bekas luka di wajahnya.

    Dan kemudian karir Jeffry terus menanjak dan bahkan meroket. Wajahnya dikenali oleh semua orang di Indonesia, mereka tidak lagi bisa dengan leluasa berkencan di tempat umum tanpa dibuntuti oleh fans atau reporter.
    Saat hubungan mereka tercium media dan sempat menghiasi media infotainment, Evelyn begitu takut latar belakang keluarganya akan tercium media dan mempengaruhi karir laki-laki yang sangat ia cintai itu.
    Jika papa tirinya mengetahui hubungannya dengan Jeffry, ia pasti memaksanya untuk memanfaatkan penghasilan Jeffry yang tidak sedikit itu.
    Evelyn tidak bisa lagi hidup dengan tekanan untuk memanfaatkan Jeffry, dan ia tidak ingin menjadi beban untuk laki-laki itu hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Jeffry, walaupun ia tidak menemukan apapun yang pantas dijadikan alasan untuk berpisah dari laki-laki itu.

    *****

    Jeffry bukanlah orang yang akan berhenti melangkah hanya karena ada orang yang memintanya untuk berhenti. Dan itu pun berlaku saat ia harus berhadapan dengan Evelyn. Cukup sekali ia berhenti melangkah karena wanita itu memintanya untuk berhenti, kali ini akan berbeda. Ia akan terus berjalan hingga ia mendapatkan jawaban mengapa gadis itu tiba-tiba menginginkan untuk berpisah dengannya 2 tahun yang lalu.

    Ia menunggu sambungan telepon dengan tidak sabar hingga akhirnya sutradara Joshua Landau mengangkat telepon darinya.
    “ Jeffry? ... apa kau tidak tahu sekarang jam berapa? Ada apa meneleponku malam-malam begini?”
    “ Ah, maafkan aku, Om Joshua .... , anda sudah tidur?”
    “ Tentu saja aku sudah tidur! Lihatlah sekarang jam berapa!”
    “ Maafkan aku, aku sedang sibuk berpikir tentang tawaran film darimu hingga aku tidak melihat jam.”
    “ Kau sedang memikirkan tawaran film dariku?? Benar? Agensimu berkata kau sudah menolak untuk bekerjasama denganku untuk film itu.”
    “ ..... aku akan bergabung dengan film-mu... dengan 1 syarat.”
    “ Syarat? Aku tidak bisa menaikkan lagi bayaranmu, bayaranmu sudah hampir menyamai artis hollywood untuk film ini!”
    “ Bukan itu... kalau perlu aku bersedia untuk tidak menerima bayaran sepeserpun... asal kau menyetujui seseorang yang kurekomendasikan untuk memerankan pemeran utama wanita.”
    “ Pemeran utama wanita? .... hhm.... siapa yang kau rekomendasikan?”
    “ Seseorang yang belum pernah bermain film.... seseorang yang baru saja menandatangani kontrak dengan agensi kami sebagai seorang model.”
    “ Model? Apa kau sedang bercanda denganku?? Jeffry, film ini bukan film murahan yang bisa diperankan siapapun!”
    “ Dan kudengar orang yang paling cocok untuk memerankannya adalah aku, bukan begitu? .... aku sudah membaca naskah nya dan bagian untuk pemeran wanitanya tidak banyak, .... kabulkanlah syaratku kali ini saja.”

    *****

    Michael duduk di ruangan khusus mempelai pria. Ia belum melihat Jennifer sejak pagi tadi dan hanya mendapatkan laporan bahwa Jennifer ada di ruangan sebelah dan sudah siap menanti acara pemberkatan dilangsungkan. Ia sama sekali belum melihat wajah gadis itu sejak pertemuan keluarga terakhir yang mereka lakukan. Entah mengapa tapi pernikahan ini terasa begitu lucu dan tidak nyata bagi Michael.
    Pintu ruangannya terbuka dan kedua saudara kandungnya melangkah masuk dengan senyum penuh arti.

    “ Aku tidak menyangka kau bersedia berkorban sampai tahap ini demi keluarga kita. Bravo!” seru Daniel sambil menepuk pundak adiknya itu.
    “ Kak, setidaknya kau akan menikah dengan wanita yang sudah kau kenal, dan kabar baik lainnya, aku sudah mengintipnya sebelum kemari dan kakak ipar benar-benar cantik luar biasa!” seru Jeffry berusaha untuk mencerahkan suasana hati Michael.
    Michael tersenyum pahit.
    “ Kuharap aku tidak akan pernah menyesali keputusan yang kubuat tentang ini.”
    “ Perlakukanlah adik iparku dengan baik, meskipun ia membencimu, aku yakin ia bukan jenis wanita yang akan memakanmu hidup-hidup di malam hari.” celoteh Daniel.
    “ Kau akan memperkenalkan wanita yang datang bersamamu, Kak Daniel?” sahut Jeffry sambil menyikut kakak pertamanya.

    Daniel tertawa lepas. Pasti adik bungsunya melihat ‘teman baru’nya itu di luar sesaat sebelum mereka masuk menemui Michael.
    “ Hahahaha... dia? Hahahaha, ceritanya panjang, tapi dia belum sampai pada tahap untuk diperkenalkan pada kalian berdua. Perlu keajaiban sampai aku memperkenalkannya pada kalian berdua.”
    “ Berhentilah mempermainkan wanita, suatu saat mereka akan menyulitkanmu.” sahut Michael pada kakak tertuanya itu.
    “ Wow! Kedua pria yang pernah disakiti wanita akhirnya menasihatiku tentang wanita!!” seru Daniel diiringi tawa kedua adiknya itu.

    ******

    Hari ini adalah perhelatan akbar untuk penerus TANUBRATA GROUP Group, yang berarti tempat pemberkatan serta acara pesta pernikahan dipenuhi oleh semua awak media baik itu media nasional maupun media luar negeri.
    Michael berusaha untuk menampilkan sedikit keramahan di wajahnya, walaupun sebenarnya ia tidak peduli dengan ribuan pasang mata yang tengah menatapnya sekarang. Ia lebih peduli pada gadis di ujung altar yang sedang berjalan perlahan menuju ke arahnya.

    Jennifer memang tidak bisa lebih sempurna lagi dibanding penampilannya sekarang. Tubuhnya yang tinggi jenjang bak model dibalut oleh gaun pengantin sederhana yang semakin menampilkan sisi elegan dalam diri wanita itu.
    Jennifer berjalan menuju ke arah Michael dengan mata tertunduk ke bawah seakan menghindari untuk bertatap mata dengan laki-laki yang dalam hitungan menit akan menjadi suaminya itu.

    Papa Jennifer mengulurkan tangan putrinya pada calon menantunya dan Michael memegang tangan Jennifer untuk pertama kalinya setelah ia berpisah dengan wanita itu 6 tahun lalu.
    Jennifer menahan napasnya sesaat, ia harus berhasil melewati tahap tersulit ini dan semua akan berjalan sesuai dengan rencananya. Diam-diam ia melirik ke samping dan ia melihat Michael berdiri tegap dengan setelan tuxedo yang membuatnya terlihat begitu tampan.
    Well, laki-laki itu memang selalu tampan dengan apapun yang ia kenakan.

    Michael dan Jennifer berdiri berhadapan dan Jennifer tidak punya pilihan lain selain mendongakkan wajahnya dan menatap calon suaminya sambil berharap pendeta tidak terlalu lama memberikan wejangan pada mereka.
    Namun perkataan pendeta yang panjang lebar itu sama sekali tidak terdengar di telinganya, pandangan Jennifer seakan terpaku pada sorot mata Michael yang dalam. Ia lupa bahwa laki-laki itu memiliki sorot mata paling dalam dari semua pria yang pernah ia kenal selama hidupnya. Sorot mata yang berisi begitu banyak hal yang tidak ia mengerti.
    Lamunan Jennifer buyar saat Michael tiba-tiba membuka mulutnya dan mengucapkan janji pernikahan persis di hadapannya.

    “ Aku, Michael Tanubrata. Berjanji menerimamu Jennifer sebagai istriku di hadapan Tuhan. Aku berjanji untuk .... terus mencintaimu, dan .... terus setia dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan sakit maupun sehat.... sampai.... maut memisahkan.” sahut Michael sambil menatap mata Jennifer dalam-dalam.
    Wedding Organizer kini mengulurkan microphone ke depan mulut Jennifer.
    “ A-Aku,.... J-Jennifer.... berjanji menerimamu Michael sebagai .... suamiku di hadapan Tuhan. .... Aku berjanji untuk terus .... terus mencintaimu dan terus setia dalam keadaan senang maupun susah,.... dalam keadaan sakit maupun sehat.... sampai maut memisahkan.” sahut Jennifer sambil mengakhirinya dengan helaan napas panjang.

    *****

    Monica tidak bisa duduk dengan tenang dan ia benar-benar ingin memukul laki-laki yang memaksanya untuk ikut ke undangan pernikahan adiknya dan kini duduk di sampingnya tanpa dosa itu.
    Daniel Tanubrata baru saj kembali ke Indonesia kemarin dan hal pertama yang dilakukan laki-laki itu adalah memberitahunya bahwa hari ini ia harus datang ke gedung ini untuk menemani laki-laki itu menghadiri sebuah acara pernikahan.

    Monica datang dengan setelan yang biasa ia gunakan untuk pergi ke sebuah pernikahan dan sekarang ia tampak seperti orang bodoh. Ia masih tidak percaya bahwa ia duduk di meja paling depan dan paling strategis di sebuah acara pernikahan terbesar yang pernah ia lihat selama hidupnya.
    Bahkan ada orang yang terus menerus membidikkan kameranya ke arah meja ekslusif yang sedang ia duduki sekarang. Bagaimana tidak, meja itu diperuntukkan untuk anggota keluarga.

    Bagaimana mungkin Daniel bisa-bisanya memintanya untuk datang ke acara pernikahan anggota keluarganya tanpa pemberitahuan lebih dulu dan membuatnya datang seperti salah kostum seperti ini.
    Ia menarik ujung jas Daniel dan berbisik pada laki-laki itu.
    “ .... orang yang menikah hari ini adalah adikmu?”
    Daniel mengangguk.
    “ ..... dan adikmu adalah penerus TANUBRATA GROUP Group?”
    Daniel mengangguk.

    “ ...... Dan berarti kau adalah putra pemilik TANUBRATA GROUP Group?”
    “ Putra pertama.” jawab Daniel singkat dengan tatapan yang tetap tertuju ke arah altar.
    Monica menatap ke seberang meja dan ia melihat wajah yang hanya bisa ia lihat di televisi. Jeffry. Laki-laki sesekali akan menatapnya dan tersenyum dengan begitu sopan.
    “ ..... dan Jeffry Tanubrata... adalah adikmu?” tanya Monica berusaha untuk tidak terkena serangan jantung.
    “ Ooo, dia adik bungsuku. Kami 3 bersaudara.”
    “ ..... b-bagaimana mungkin kau tidak menceritakan tentang hal itu sama sekali padaku?? Aku tampak seperti orang bodoh sekarang dengan penampilan seperti ini!” gerutu Monica ingin segera bersembunyi di kolong meja.

    Daniel nyaris terlonjak kaget karena Monica tiba-tiba menggerutu padanya seperti itu.
    “ Apa kau benar-benar tidak tahu semua hal yang barusan kau tanyakan itu?” tanyanya takjub.
    “ Apakah aku bisa tahu jika kau tidak pernah memberitahuku??? ”
    Daniel melipat kedua tangannya dan tersenyum penuh perhatian.
    “ Meskipun aku bukan direktur termuda di TANUBRATA GROUP dan aku ini bukan selebritis seperti adikku tapi wajahku sering masuk televisi nona, ... apakah kau yakin kau sama sekali tidak pernah melihatku?”
    “ A-Aku tidak hobi menonton televisi.” jawab Monica masih mengerucutkan bibirnya.

    Daniel menoleh ke arah gadis lugu yang entah mengapa semakin ia kenal semakin membuatnya tertarik untuk mengenalnya lebih jauh.
    “ Kau gadis pertama yang kuajak pergi tanpa kau mengetahui siapa aku. Entah apakah aku harus mengasihanimu atau memberimu selamat.”
    “ ..... apakah kau serius.... akan membantuku? .... orang sepertimu?” tanya Monica ragu. Sebelum ia mengetahui siapa Daniel, ia sudah merasa ragu pada laki-laki asing yang tampaknya tidak berkekurangan apapun itu benar-benar akan membantunya, dan setelah ia mengetahui siapa sebenarnya Daniel, keraguannya nyaris berubah menjadi kepastian.
    “ Tentu saja, aku memintamu datang kemari sebagai kekasih yang menemaniku. Daniel Tanubrata tidak pernah menarik perkataan yang keluar dari mulutnya, nona.” sahut Daniel sambil mengedipkan sebelah matanya.

    *****

    Evelyn tergesa-gesa mendatangi ruangan direktur agensinya yang tiba-tiba memintanya datang pagi itu. Ia tidak pernah bertemu muka dengan direktur agensinya dan hal itu membuatnya takut sekaligus penasaran.
    “ S-Selamat pagi.” sapanya sesaat setelah ia masuk ke ruangan direktur agensinya itu.
    “ Evelyn? Kau yang bernama Evelyn Winata?”
    “ I-Iya, aku Evelyn Winata... ada apa anda memanggilku? ... apakah aku melakukan kesalahan ata----”
    “ Aku punya berita yang sangat mengejutkan untukmu. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa seseorang pendatang baru sepertimu bisa menerima keberuntungan seperti ini.” sahut direktur agensinya memotong perkataan Evelyn.
    “ ..... k-keberuntungan apa .... maksud anda?” tanya Evelyn dengan wajah bingung.
    Joshua Landau menginginkanmu terlibat dalam film terbaru yang akan ia produksi!”
    “ ..... Joshua Landau? .... s-siapa dia? ..... film? Aku?”
    “ Joshua Landau adalah orang penting di industri perfilm-an kita. Beberapa judul film seperti AIR, TALI PELURU, BANDUNG – JAKARTA 11 JANUARI, dan yang terakhir adalah BURONAN. Semua adalah film hasil besutan tangan dinginnya. Orang sekaliber itu ingin memakaimu di filmnya. Ini adalah permulaan yang fantastis untukmu!!”

    “ B-benarkah? .... t-tapi kenapa tiba-tiba orang seperti itu... i-ingin memakaiku?” tanya Evelyn bingung sekaligus terkejut.
    “ Mari kita anggap ini adalah keberuntunganmu. Tuhan ada di pihakmu. Jadi sekarang mari kita jangan membuang waktu lagi dan segera tanda tangani kontrak kerjasamanya. Aku tidak ingin Joshua Landau berubah pikiran lagi.” sahut direktur agensinya sambil menyorongkan sebuah kertas kontrak ke hadapan Evelyn.

    Evelyn keluar dari ruangan direktur agensinya dengan senyuman lebar yang tidak tertahankan. Berakting di sebuah film dengan sutradara yang begitu terkenal. Itu melebihi mimpi yang berani ia mimpikan.
    Ia membayangkan berapa bayaran yang akan ia terima jika film itu berhasil, mungkin ia bisa segera membayar hutang pada papa tirinya dan segera terbebas dari papa tirinya.
    Ia tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum begitu lebar. Ia terlalu bahagia hingga ia tidak tertarik untuk bertanya dengan siapa saja ia akan berakting dalam film itu. Di kepalanya sekarang adalah bagaimana ia bisa menyelesaikan project film pertamanya itu dengan baik dan mendapatkan uang sebanyak yang ia bisa.

    *****

    Pesta pernikahan itu akhirnya selesai. Setelah gala dinner besar yang diselenggarakan, akhirnya Jennifer dapat segera mengakhiri senyuman palsu di wajahnya. Ia mengganti pakaiannya dengan gaun biasa dan bersiap untuk segera pergi berbulan madu.
    Michael masih menggandeng tangannya berjalan menerobos kerumunan wartawan yang masih haus dengan foto-foto pemberitaan mereka berdua.
    Jennifer memaksakan senyuman di wajahnya dan melambaikan tangannya hingga akhirnya ia berhasil masuk ke dalam mobil yang akan segera membawanya ke bandara untuk pergi ke Hawaii, tempat mereka akan berbulan madu.

    Setelah pintu mobil ditutup, Jennifer segera menarik tangannya dari Michael dan membuang muka ke luar jendela.
    “ Aku tidak mengerti mengapa kita masih harus pergi ke Hawaii. Kita berdua tidak akan ada yang menikmati acara bulan madu ini!” gerutunya pada Michael.
    Michael menatap lurus ke depan dan menjawab dengan dingin.
    “ Karena dengan cara ini kedua keluarga kita tidak akan menerima pemberitaan miring. Dengan cara ini semua orang di dunia akan melihat kita sebagai pasangan normal yang berbahagia di hari pernikahan mereka.”

    “ Semua kita lakukan demi keluarga kita... kapan kita bisa melakukan sesuatu demi kebahagiaan kita sendiri?” cetus Jennifer, nyaris bergumam pada dirinya sendiri.
    Michael tidak menjawab pertanyaan Jennifer. Ia hanya menekan pelipisnya dan memejamkan matanya di sepanjang perjalanan menuju ke bandara bahkan di perjalanan menuju Hawaii. Ia jelas-jelas menghindari percakapan dengan Jennifer.

    *****

    Matahari bersinar begitu terang saat Jennifer dan Michael tiba di Hawaii.
    Jennifer menunggu di pinggir jalan saat Michael pergi mengambil mobil sewaan yang sudah menunggunya.
    Jennifer menghela napas kesal saat sebuah mobil berkap terbuka berhenti di hadapannya. Michael tidak memakai supir yang berarti ia benar-benar harus menghabiskan waktu berduaan saja dengan laki-laki itu.

    “ Aku tidak suka melihatmu terlalu lama, jadi bagaimana jika kita mengurus diri kita masing-masing selama 3 hari ini.” sahut Jennifer sambil menutup pintu mobil.
    “ Aku tidak keberatan dengan hal itu. Kau ingin mengantarkanmu ke mana sekarang?”
    “ Turunkan saja aku di hotel dan aku akan mengurus diriku sendiri.”
    Michael menghela napas dan menginjak pedal gas sekencang yang ia bisa. Sejak dulu Jennifer memang adalah seorang gadis keras kepala yang tidak bisa ditundukkan dengan mudah. Dan sekarang ia kembali harus berhadapan dengan wanita paling keras kepala yang ia kenal.

    Michael menepikan mobilnya di depan lobby hotel. Petugas vallet dan bellboy sibuk menurunkan koper miliknya dan Jennifer sementara Michael langsung melangkah masuk ke dalam hotel tanpa berkata apapun pada Jennifer yang segera berjalan pergi meninggalkan laki-laki itu masuk ke dalam taksi.

    *****

    Monica menerima pesan singkat di hari Minggu pagi ini dan ia segera naik taksi ke rumah Daniel. Laki-laki itu selalu mendadak ingin bertemu dengannya dan hari ini Monica akan segera meluruskan perjanjian di antara mereka berdua.
    Daniel membukakan pintu apartementnya dan menyapa Monica dengan ramah sambil menguap lebar-lebar.
    “ Good morning!” sapanya.
    “ ..... kurasa kita berdua harus bicara serius!”

    Daniel menoleh dan mengangkat sebelah alisnya.
    “ Hal serius apa yang ingin kau bicarakan denganku, Monica?” tanya Daniel, masih dengan senyum geli di wajahnya.
    “ S-sebenarnya apa rencanamu untuk membantuku? Kau hanya memanggilku untuk datang dan menemanimu! Padahal kau ini orang asing yang bahkan tidak aku kenal baik!”
    “ Kau pikir aku senang bertele-tele seperti ini? Aku sudah bilang bahwa aku akan membuatmu menjadi karya seni bernilai mahal bukan? Aku akan menjadikanmu wanita yang diidamkan semua laki-laki terutama mantan kekasihmu itu.... hanya saja dengan wanita sepertimu, aku tidak bisa tiba-tiba memacarimu tanpa mengijinkanmu terbiasa denganku, karena wanita sepertimu adalah wanita yang harus merasa nyaman dulu baru bisa bekerjasama dengan baik.” sahut Daniel sambil mendekatkan wajahnya persis di wajah Monica.

    “ ..... a-aku bisa berakting sepertimu! .... jangan pikir aku ini wanita bodoh...” sahut Monica sambil menelan ludahnya.
    Daniel tertawa keras sesaat setelah mendengar jawaban wanita di hadapannya itu.
    “ Baiklah kalau kau sudah begitu yakin. Kita mulai saja besok. Kau bilang kepa--- mantan kekasihmu itu bekerja di kantor yang sama denganmu bukan?”
    Monica mengangguk. Ia sudah menceritakan apa yang bisa ia ceritakan tentang Garry pada laki-laki asing ini.
    “ A-apa yang akan kita lakukan besok?”
    “ Tugasmu hanya menuruti semua perkataanku, serahkan sisanya pada otakku, oke?”

    *****

    Monica berjalan menyusuri jalan dari halte bus ke kantornya dengan lesu. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Daniel hari ini dan laki-laki itu belum juga menjawab pesannya hingga sekarang.
    Ia menatap gedung kantor di hadapannya dan menghela napas, waktu-waktu di kantornya terasa begitu berat karena ia harus bertemu Garry sementara laki-laki itu memperlakukannya dengan begitu dingin.

    Tiba-tiba ia dikejutkan ketika seseorang berteriak memanggil namanya dan tiba-tiba Daniel muncul seperti hantu di hadapannya.
    “ MONICA!!”

    Monica bengong untuk beberapa saat. Daniel muncul dengan senyuman lebar di wajahnya. Beberapa orang di sekitar mereka ikut melihat ke arah laki-laki itu berkat teriakan super keras yang ia lakukan barusan.
    “ D-Daniel?? .... apa yang kau lakukan di sini? .... ini kantorku!” sahut Monica berusaha menutupi wajahnya dengan tas yang ia bawa. Ia tidak senang menarik perhatian apalagi menjadi pusat perhatian untuk hal yang mempermalukan dirinya.
    “ Menurutmu apa lagi yang sedang kulakukan di sini? Aku datang karena ingin melihat wajahmu sebelum memulai hari ini!” seru Daniel dengan lantang.
    Monica tidak bisa menutup mulutnya lagi karena terlalu terkejut.
    “ .... k-kau sudah gila ya?”
    Daniel tersenyum padanya dan tiba-tiba merangkul pundaknya dan memaksa Monica untuk meneruskan langkahnya.

    Laki-laki itu terus berjalan di sampingnya dan tidak lupa terus merangkul pundaknya hingga mereka sampai di lobby kantor Monica.
    Daniel melepaskan rangkulannya dan menatap gadis yang benar-benar tampak kebingungan itu sambil meringis dan berbisik di telinganya.
    “ Jika ada orang yang bertanya padamu siapa aku, jangan lupa menyebutkan bahwa namaku adalah Daniel, putra pertama TANUBRATA GROUP Group. Saat ini aku adalah insinyur dan membuka kantorku sendiri di daerah Thamrin. .... Dan yang paling penting jangan lupa menyebutkan bahwa aku sedang tergila-gila padamu. Selamat bekerja!” sahut Daniel sambil berjalan pergi begitu saja, tanpa menoleh ke belakang.

    Monica menatap laki-laki itu dengan tatapan seperti baru melihat orang gila. Apakah semua orang kaya bersikap begitu tidak masuk akal seperti itu?
    Monica tidak menyangka bahwa orang-orang di sekitarnya yang melihat aksi Daniel benar-benar mendekatinya dan bertanya padanya.
    “ Aku pernah melihat laki-laki itu di televisi, siapa dia?” tanya seorang karyawan yang bahkan tidak dikenal oleh Monica.
    “ H-Hah? .... rupanya dia pernah masuk ke televisi ya?” jawab Monica seperti orang bodoh.
    “ Hei, apakah dia itu Daniel? Bukankah dia berpacaran dengan Anita Iskandar?? Apa yang ia lakukan di sini?”

    Monica terbelalak.
    “ A-Anita? .... dia berpacaran dengan Anita Iskandar?!”
    “ Bagaimana kau bisa mengenal orang itu?? Dia benar-benar datang bersamamu bukan??” tanya orang-orang itu tidak sabar karena sejak tadi Monica tidak memberikan jawaban yang memuaskan.
    “ Oo... i-iya, dia datang untuk menemuiku.... namanya D-Daniel... putra pertama TANUBRATA GROUP Group.... di-dia seorang insinyur yang membuka kantor sendiri di daerah Thamrin.... dan .... ia sedang.... tergila-gila padaku.” jawab Monica sambil menatap orang-orang di sekitarnya itu dengan tatapan tidak kalah terkejutnya.

    *****

    Syuting perdana film Evelyn akan dilakukan di Pulau Bali. Evelyn naik ke pesawat dengan jantung yang tidak berhenti berdetak dengan kencang. Ia berharap bisa menyelesaikan project pertamanya tanpa mempermalukan dirinya sendiri di depan sutradara terkenal yang mempercayakan peran itu padanya.
    Evelyn duduk di kursi pesawat yang sudah dipesankan untuknya. Baru saja ia hendak membaca naskah yang selalu ia bawa ke mana-mana itu ketika ia menoleh dan mendapati Jeffry duduk persis di seberangnya.

    Jeffry mengenakan headphone dan menatap Evelyn dengan pandangan yang susah diartikan.
    “ .... apa yang kau lakukan di sini?” tanya Evelyn bingung.
    “ Sama dengan apa yang kau lakukan.” jawab Jeffry.
    “ ..... kau akan membintangi film sutradara Joshua Landau juga?”
    “ Aku akan kembali menjadi kekasihmu... di film itu.”
    Evelyn tertegun. Ini tidak boleh terjadi, bagaimana mungkin ia harus berakting menjadi kekasih seorang Jeffry Tanubrata.... lagi?
    “ .... p-pasti ada kesalahan... a-aku akan bertanya pada kru.” sahut Evelyn terbata-bata.
    “ Tidak ada yang salah mengenai ini. Kita berdua sudah menandatangani kontrak kerjasama dan jika tidak ingin membayar penalti pelanggaran, maka lebih baik kita lakukan pekerjaan kita dengan baik pada film ini.”
    Evelyn baru saja hendak kembali membuka mulutnya, namun Jeffry segera menyandarkan kepalanya dan menutup matanya, menyudahi pembicaraan di antara mereka.

    Evelyn tidak bisa duduk tenang selama perjalanan singkat mereka ke pulau Bali. Bahkan setelah sampai di pulau Bali, Evelyn kembali memastikan pada kru film apakah benar pemeran utama pria akan diperankan oleh Jeffry dan tampaknya ia adalah satu-satunya orang yang tidak mengetahui hal itu.
    Namun Evelyn tidak punya banyak waktu untuk memikirkan itu lebih lama karena proses syuting akan segera dilakukan setelah mereka turun dari pesawat.
    Lokasi syuting yang pertama adalah di bandara. Film ini menceritakan tentang seorang pria yang kehilangan wanita yang ia cintai oleh seorang pembunuh berantai dan pria itu akan menuntut balas. Porsi Evelyn di film ini memang tidak banyak, namun semua adegan yang harus ia lakonkan sebagian besar bercerita mengenai hubungannya dengan Jeffry sebagai sepasang kekasih dan membayangkannya saja sudah benar-benar membuatnya tertekan sekarang.

    “ Kalian berdua beristirahat dulu di sini ya, kami akan mengusahakan untuk menyelesaikan semua setting syuting secepatnya.” sahut asisten sutradara memberikan pengarahan.
    Evelyn tidak punya pilihan lain selain duduk manis di samping Jeffry sambil memperhatikan para kru mempersiapkan setting syuting. Ternyata untuk sebuah adegan sederhana, persiapan yang dilakukan para kru tidaklah sederhana. Begitu banyak yang harus mereka persiapkan.
    Evelyn mulai menguap, ia tidak bisa tidur semalaman karena terlalu bersemangat sekaligus tegang untuk proses syuting hari ini dan di pesawat ia lebih tidak bisa beristirahat karena Jeffry.
    “ Hari masih panjang, Evelyn! Semangat!!” sahutnya di dalam hati sambil membuka kembali naskah drama dan menghafalkan bagiannya.

    Jeffry yang duduk tidak jauh dari Evelyn melirik ke arah gadis itu dan tersenyum sendiri. Gadis itu pasti sangat tegang karena ini pertama kalinya ia berakting. Setiap kali gadis itu merasa tegang, maka ia punya kebiasaan menggigiti kukunya dan sekarang itulah yang sedang ia lakukan.
    1 jam berlalu dan sepertinya proses persiapan setting sedikit terganggu karena ada peralatan syuting yang tertinggal di Jakarta hingga butuh waktu untuk para kru mencari pengganti peralatan tersebut.
    Jeffry kembali melirik ke arah Evelyn seperti suster yang terus mengawasi anak asuhannya. Evelyn sudah tidak membaca naskah filmnya lagi, kepala gadis itu terayun ke kiri dan ke kanan, gadis itu tertidur.
    “ Kau masih bisa tidur di manapun, Evelyn.” gumam Jeffry sambil menggeser tempat duduknya.
    Ia berniat membangunkan Evelyn namun ketika kepala gadis itu terayun dan berhenti di pundaknya, Jeffry mengurungkan niatnya untuk membangunkan Evelyn.
    Ia hanya menutup naskah film dan meletakkannya di kursi sebelahnya dan membiarkan gadis itu beristirahat.

    “ Sst! Maaf mengganggu, bolehkah kami mengambil gambar kalian berdua?” bisik salah seorang kru film pada Jeffry.
    “ .... untuk apa?” tanya Jeffry bingung.
    “ Behind the scene, di film kalian adalah sepasang kekasih, rasanya indah sekali jika kami memberikan foto behind the scene seperti ini, sekalian untuk promosi film juga.”
    Jeffry mempertimbangkannya sejenak dan tersenyum ringan sambil mengangguk. Ia tidak pernah mengijinkan wartawan memberitakan atau menyebarkan berita yang tidak tidak mengenai kehidupan pribadinya, namun jika itu berkaitan dengan Evelyn, ia tidak keberatan.

    *****

    Michael melihat jam dan waktu sudah menunjukkan pukul 1 subuh. Jennifer belum juga kembali sejak ia pergi tadi siang. Entah apa yang sedang dilakukan wanita itu hingga larut malam seperti ini.
    Baru saja Michael akan turun dari tempat tidur dan mencari istrinya ketika pintu kamar hotel terbuka dan seorang pelayan hotel memapah Jennifer masuk.
    Wanita itu jelas sedang mabuk berat. Michael menatap Jennifer yang sedang meleter seperti orang gila dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana mungkin gadis itu menghabiskan hari pertama bulan madu mereka dengan mabuk-mabukkan seperti itu??
    “ Thanks.” sahut Michael sambil memberikan tip pada pelayan hotel yang sudah membopong Jennifer ke kamar.

    Setelah memberikan tips pada pelayan hotel itu dan menutup pintu kamar mereka, Michael menoleh dan menatap istrinya itu dengan kesal.
    “ Apa kau tidak bisa memperlakukan dirimu dengan lebih baik?!!” serunya pada Jennifer dengan kesal. Ia paling kesal melihat seorang wanita mabuk-mabukan apalagi itu adalah istrinya sendiri.
    Jennifer menoleh ke arahnya. Matanya tampak tengah berusaha menajamkan pandangannya ke arahnya.
    “ MICHAEL!! Kau dilarang ikut campur dalam hidupku lagi mulai sekarang!!!” seru Jennifer sambil berjalan terhuyung-huyung seperti orang gila.
    Michael menghela napas panjang, tidak ada gunanya berdebat dengan seorang wanita mabuk. Ia kembali naik ke atas tempat tidur dan mematikan lampu.

    Ia melihat Jennifer merebahkan dirinya di sofa, masih terus berbicara seperti orang gila.
    Michael menutup matanya dan memutuskan untuk tidak memperdulikan wanita itu.
    Setelah meracau untuk waktu yang cukup lama, akhirnya suara Jennifer perlahan lahan menghilang dan meninggalkan kesunyian di kamar hotel itu.

    Michael nyaris tertidur ketika tiba-tiba Jennifer berdiri dari sofa dan merebahkan dirinya di sampingnya.
    Michael buru-buru menggeser badannya hingga ke pinggir tempat tidur.
    “ J-Jennifer! ... b-bangun! Kau tidak sadar apa yang baru saja kau lakukan??” sahutnya sambil mengguncangkan pundak wanita yang tengah berbaring di sampingnya itu.
    Namun Jennifer malah mengulurkan tangannya dan memeluk pinggang Michael sambil meleter.
    “ Kepalaku sakit sekali,....”
    Michael menghela napas panjang sambil merebahkan kepalanya kembali ke atas bantal.
    “ ..... kau benar-benar pintar membuatku berada pada posisi yang sulit, Jennifer.... apa yang harus kulakukan terhadapmu?”
     
  6. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 4 - You and I Have Just Begun

    Hari-hari berlalu dan Monica mulai membiasakan dirinya dengan suasana patah hati yang ia rasakan. Ia juga sudah tidak banyak berharap pada laki-laki asing yang bilang akan membantunya itu.
    Daniel Tanubrata seakan lenyap ditelan bumi selama beberapa hari terakhir ini.

    Siang itu Monica akan pergi makan siang keluar bersama koleganya. Tentu saja itu termasuk Garry. Sudah lama mereka tidak makan siang bersama dan manajer mereka memutuskan untuk menggunakan moment ulang tahunnya untuk mentraktir semua anak buahnya makan malam ke luar.
    Monica berjalan di barisan paling belakang dengan kepala tertunduk. Ia tidak bisa berhenti memperhatikan Garry yang sedang asyik berbicara dengan salah seorang karyawan baru di kantor mereka.

    “ MONICA!!” seru sebuah suara memanggil nama Monica keras-keras.
    Monica terkejut dan menatap ke depan dengan mata terbelalak.
    Ia tidak menyangka kalau laki-laki itu tetap muncul di hadapannya sambil berteriak-teriak seperti itu.
    Garry menoleh dan menatap Daniel dengan sinis, ia masih ingat kalau itu adalah pria yang bersikap begitu menyebalkan padanya tempo hari. Ia tidak menyangka laki-laki itu masih muncul mencari Monica bahkan sampai ke kantornya!

    “ D-Daniel... apa yang kau lakukan di sini?” tanya Monica seperti orang bodoh.
    “ Kau akan pergi makan siang dengan teman-teman kantormu?”
    “ Ya... kenapa kau tidak bilang dulu kalau mau datang kemari ?” tanya Monica bingung.
    “ Aku datang untuk mengantarmu ke tempat makan siang, kau pikir aku akan mengijinkanmu berdesak-desakan di mobil bersama teman-teman kantormu itu?”
    “ H-Hah??”
    Daniel melemparkan pandangannya pada pria paruh baya dengan setelan dasi rapi. Melihat dari penampilannya, ia pasti orang dengan jabatan paling tinggi di kelompok itu.
    “ Ah, anda pasti atasan Monica bukan? Ijinkan aku memperkenalkan diri, namaku Daniel. Aku kekasih Monica. Kalian akan makan siang di mana? Biar aku mengantar Monica ke sana.”
    “ Ah ya... kami tidak akan makan siang ke tempat yang jauh, ada restaurant Western di depan saja.” sahut manajer Monica dengan terbata-bata.
    “ Baiklah, ayo Monica.” sahut Daniel sambil menarik tangan Monica.

    Monica tidak bisa berhenti menatap Daniel di sepanjang perjalanan singkat mereka menuju ke restaurant tidak jauh dari kantornya.
    “ Aku tahu kalau wajahku tampan tapi tidak baik jika seorang wanita menatap seorang pria begitu terang-terangan.” sahut Daniel sambil tersenyum sombong.
    “ ...... apakah ini bagian dari rencanamu?”
    “ Percayalah padaku, kepa---- mantan kekasihmu tadi sudah melihatku seolah-olah ia akan menelanku hidup-hidup.”
    “ ...... Garry?”
    “ Ya, siapapun namanya. ... Dengar, kau harus mengijinkanku merubah dirimu menjadi wanita dengan nilai jual yang tinggi, Monica.”
    “ Aku tidak menyangka kau benar-benar .... serius dengan perkataanmu ingin membantuku. Aku ini bukan siapa-siapa... dan aku tidak tahu bagaimana akan membalas bantuanmu ini.” sahut Monica sambil memainkan ujung-ujung jari tangannya.

    Daniel tertawa mendengar perkataan Monica.
    “ Sebenarnya dengan sering-sering melihatmu saja sudah cukup bagiku. Kau dan ekspresi wajahmu benar-benar berhasil menghiburku dari segala kepenatan pekerjaan, Monica.”
    “ ... jika terus seperti ini lama-lama kau akan digosipkan berpacaran dengan gadis biasa sepertiku... kau tidak takut jika orang-orang mendengar gosip itu?”
    “ Lho, aku memang ingin orang-orang tahu kalau kita ini adalah sepasang kekasih.”
    “ Dan kau tidak keberatan dengan itu??”
    “ Hhm... karena itu adalah kau, maka aku sama sekali tidak keberatan. Kau adalah tipe gadis yang tidak berbahaya untukku, Mon.” jawab Daniel sambil mengedipkan sebelah matanya.
    Monica nyaris tersedak mendengar laki-laki yang baru saja dikenalnya itu berani beraninya memanggilnya ‘Mon’.
    Monica mengerutkan alisnya tidak mengerti apa yang barusan dikatakan oleh laki-laki aneh itu.

    *****

    Daniel menurunkan Monica di depan restaurant dan berniat untuk segera pergi dari sana untuk meeting dengan client’nya tidak jauh dari sana.
    Namun ia kembali menginjak pedal rem ketika ia Garry berjalan keluar dan berdiri di depan mobilnya.
    Daniel turun dan menatap Garry seperti melihat ikan yang baru saja menggigit umpan.
    “ Apakah kau tidak sadar bahwa kau sedang menghalangi mobilku?”
    “ Apakah kau benar-benar berpacaran dengan gadis itu?”
    “ Monica. Kurasa sekarang kau harus memanggil namanya dengan lengkap, kalian sudah tidak berhubungan bukan?”

    Garry menatap Daniel dengan tatapan sinis.
    “ Aku tahu kau dan kau bukanlah pria baik-baik! Jangan membuang waktumu mempermainkan gadis bodoh seperti Monica!”
    “ Jika seorang pria datang untuk mengantarkan kekasihnya makan siang bukanlah pria baik-baik, maka pria yang meninggalkan seorang wanita dan berteriak-teriak padanya adalah orang yang baik?” balas Daniel. Ia tidak pernah kalah dalam perdebatan kacangan seperti ini.
    “ Apa kau sedang mengkritikku?! Itu urusanku dengan Monica! Apa saja yang sudah diceritakan gadis itu padamu?!”
    “ Berhenti memperlakukannya seolah-olah ia masih adalah kekasihmu. Sekarang ia adalah kekasihku dan aku tidak akan membiarkan pria sepertimu kembali mendapatkan gadis seperti Monica.”
    “ Aku tidak memutuskan hubungan tanpa alasan dengan Monica! Gadis itu selalu saja mengikutiku ke mana-mana seperti lintah! Apakah kau pikir ada laki-laki yang tahan dengan itu semua?! Ditambah lagi ia mempunyai kista, keluargaku tidak akan dengan mudah menyetujuiku menikah dengan seseorang yang memiliki kelainan di rahimnya! Aku ini adalah putra pertama di keluargaku dan aku harus segera memberikan keturunan!”

    Daniel terdiam sejanak untuk mencerna penjelasan panjang lebar dari keparat di hadapannya itu.
    “ .... kista? Kau meninggalkan gadis itu.... karena ia memiliki kista di rahimnya?” tanya Daniel nyaris tidak percaya dengan pendengarannya.
    “ P-pokoknya berhenti mempermainkan Monica! Dia bukan gadis yang boleh kau permainkan!” sahut Garry sewot.
    Daniel menarik kerah Garry dan tiba-tiba dadanya terasa panas oleh kemarahan yang ia rasakan.

    “ Dengarkan aku, keparat! Seharusnya kau ada di sisinya saat kau tahu ada kista di rahimnya dan bukannya pergi seperti pengecut! Kau anak pertama? Aku juga adalah putra pertama di keluargaku, ... ya mungkin kita berbeda, aku bukanlah laki-laki baik, tapi setidaknya aku tidak akan membiarkan orang yang tidak sepantasnya terluka karena aku, malah menangis karena diriku!”
    “ K –Kau belum pernah berada pada posisiku, jadi jangan kira kau berhak berkata hal seperti ini padaku!!” seru Garry kesal.
    “ Aku memang tidak berencana untuk berkata apapun lagi pada orang sepertimu. .... kalau memang kau tidak pernah berpikir untuk kembali lagi pada Monica, jangan urusi hidupnya mulai sekarang!”

    *****

    Jeffry berdiri di belakang sebuah meja bar. Hari ini proses syuting akan diambil di sebuah bar. Ia sudah berdiri di sana untuk beberapa saat dengan tatapan terpaku pada Evelyn yang sedang di-make up tidak jauh dari tempatnya berdiri.
    Lamunannya dibuyarkan oleh sang sutradara yang tiba-tiba menepuk pundaknya.

    “ Aku bisa membaca wajah seseorang dan dari yang kulihat, tatapanmu pada Evelyn agak lain dari tatapan normalmu.”
    Jeffry tersenyum sambil mendengus.
    “ Jika gadis itu tidak spesial untukku, apakah aku akan bersikap begitu kekanakan terhadapmu, Om Joshua?”
    “ Jadi, kalian berpacaran?” tanya sang sutradara tidak berputar-putar.
    Jeffry menggeleng.
    “ Kami pernah berpacaran beberapa tahun yang lalu, namun gadis itu meninggalkanku.”
    “ Benarkah? .... kalau begitu seharusnya hubungan di antara kalian seharusnya tidak baik. Kenapa kau memaksakan agar dia yang bermain dalam film ini? Aku tidak suka mengambil resiko kedua pemeran utama filmku tidak mendapatkan chemistry yang diperlukan lho.”
    “ ...... karena aku butuh alasan untuk bisa melihat wajahnya sesering yang kuinginkan, dan sedekat yang kuharapkan.” jawab Jeffry sambil menepuk pundak sang sutradara.

    Evelyn berterimakasih pada hair stylish dan make up artist yang sudah sibuk dengan dirinya sejak pagi tadi. Sekarang ia sudah berdiri di dalam set syuting dengan salah tingkah. Ia tidak bisa menutupi rasa gugupnya setelah kemarin ia terbangun dan menyadari bahwa ia tengah bersandar pada laki-laki yang seharusnya ia hindari.

    “ OK, kita mulai ya!!” seru sang sutradara dari jauh.
    Adegan yang akan diambil adalah adegan awal perjumpaan Evelyn yang berperan sebagai Marissandengan Jeffry yang berperan sebagai Richard.
    Evelyn duduk di salah satu meja bar dan berusaha senatural mungkin menikmati minuman di hadapannya. Ia sangat menyadari saat Jeffry berjalan menghampirinya dan dalam waktu singkat ia sudah berada persis di hadapannya.
    “ Aku tidak tahu kalau seorang gadis berani datang seorang diri ke tempat ini.” sahut Jeffry menyuarakan kalimat perannya dengan raut wajah yang tidak pernah Evelyn lihat. Raut wajah seorang playboy.
    “ ..... A-aku punya uang, apakah aku tidak boleh menghabiskan waktu di tempat ini?” tanya Evelyn susah payah mengucapkan kalimat sederhana itu.
    “ Kau lihat pria di ujung meja sana? Ia ingin membelikanmu minuman jika kau mau duduk dan bergabung dengan mereka.”
    “ ..... aku tidak punya waktu untuk hal membosankan seperti itu.... “
    “ CUT!!!” seru sang sutradara yang langsung berjalan menghampiri Jeffry dan Evelyn.
    “ Evelyn, bisakah kau tidak terlihat begitu ketakutan pada Jeffry? Kau seharusnya takut pada gangster yang mencoba mengganggumu, Jeffry adalah orang yang akan menyelamatkanmu dan membuatmu jatuh cinta padanya!”
    “ M-maaf! Aku akan mencoba lagi!” seru Evelyn sambil membungkukkan badannya merasa bersalah.

    Jeffry menatap Evelyn beberapa saat dan kemudian berkata.
    “ Kau tidak mungkin takut padaku bukan?”
    “ Aku? .... jangan terlalu banyak bermimpi.” sahut Evelyn dengan ketus.
    “ Benar, gunakan emosimu yang membenciku itu, maka syuting adegan ini akan berjalan dengan lancar.”
    Evelyn menatap Jeffry beberapa saat sebelum Jeffry kembali ke posisinya semula untuk mengambil ulang adegan tersebut.

    Adegan di bar akhirnya bisa dikatakan selesai setelah 7 kali pengulangan. Adegan selanjutnya adalah adegan saat Jeffry membawa Evelyn berlari menghindari para gangster yang berniat melukai Evelyn.
    “ OK, kalian akan berlari dari ujung jalan sana hingga kemari!!” seru sang sutradara dengan menggunakan pengeras suara.
    Jeffry menoleh pada Evelyn dan mengulurkan tangannya, tidak memberikan pilihan lain pada Evelyn selain untuk menggandeng tangan yang sudah sekian lama ia berusaha untuk lupakan.
    “ Setelah kupikir-pikir, dulu hal ini pernah terjadi pada kita berdua bukan?” tanya Jeffry sambil tersenyum.
    “ ..... maksudmu saat kita berdua berlari seperti orang gila menghindari fans-fansmu itu?”
    “ Saat itu aku masih belum mengerti apa konsekuensi popularitas yang kuraih dan mengakibatkan kita berdua harus berlari seperti orang gila beberapa kali.” sahut Jeffrey sambil tersenyum mengenang masa lalu yang sekarang terasa menggelikan itu.
    “ ..... ya, menyebalkan sekali.” gerutu Evelyn sambil membuang mukanya.
    “ Evelyn.”
    “ ..... ada apa lagi?”
    “ Aku akan memperoleh jawaban yang kuinginkan tentang dirimu selama proses pembuatan film ini.”
    Evelyn tidak punya banyak waktu untuk mencerna perkataan Jeffry karena tiba-tiba laki-laki itu segera menarik tangannya berlari menyusuri jalanan dengan kecepatan tinggi.

    *****

    Evelyn tidak pernah menyangka bahwa untuk pengambilan adegan yang begitu singkat dan sederhana ternyata memakan waktu seharian penuh. Tidak heran proses pembuatan film bisa berlangsung berbulan-bulan.
    Semua kru serta semua pemain sedang menikmati istirahat untuk makan malam sebelum mereka akan melanjutkan proses syuting sepanjang malam bahkan mungkin hingga pagi menjelang.
    Evelyn menggunakan ruangan yang memang disediakan untuk para pemain untuk membaca kembali naskah film. Yang menjadi masalah buatnya adalah karena dirinya tidak memiliki banyak kalimat untuk ia hafalkan tapi semua adegan yang harus ia lakukan selalu berhubungan dengan Jeffry dan itu seperti tali yang dililitkan di lehernya, membuatnya kesulitan bernapas.

    Pintu ruangan tiba-tiba dibuka dan Jeffry masuk ke dalam.
    “ A-Apa yang kau lakukan di sini??”
    “ Bukankah ini memang ruangan untuk kita beristirahat?” jawab Jeffry sambil duduk di samping Evelyn dan meluruskan kakinya.
    “ ...... apakah kau tahu bahwa aku yang akan memerankan tokoh Marissa ?” tanya Evelyn tidak bisa menutupi rasa ingin tahunya lebih lama lagi.

    Jeffry menegakkan badannya dan menatap Evelyn.
    “ Kau selalu menghindariku dan benci setiap kali aku berusaha untuk mendekatimu. Apakah kau pikir aku punya cara lain selain membuat kesempatan untuk itu ?”
    “ ..... k-kau yang ... membuatku mendapatkan peran ini?” tanya Evelyn terkejut bukan main.
    “ Kau pikir Tuhan begitu baik hingga memberikan kesempatan mustahil ini pada seorang model baru sepertimu?”
    “ Je-Jeffry!! .... apa yang kau pikirkan?!! .... sudah kubilang bahwa aku tidak ingin membahas apa yang sudah berlalu.... apapun itu!” seru Evelyn dengan suara bergetar.
    Jeffry tiba-tiba mencengkram kedua pundak Evelyn dan menatap gadis itu dengan tajam.

    “ Apakah kau tidak pernah berpikir kenapa aku melakukan semua hal bodoh ini?!! ..... apakah kau tidak pernah bisa menebak kenapa aku melakukan hal seperti ini?!”
    Evelyn menatap Jeffry sambil tertegun, cengkraman laki-laki itu terasa begitu kencang di kedua pundaknya.
    “ ...... itu karena kau adalah cinta pertamaku! ..... dan kau adalah satu-satunya gadis yang pernah membuat seorang Jeffry Tanubrata mencintai seseorang.... aku tidak bisa meninggalkan masa lalu begitu saja karena masa lalu itu adalah dirimu!!” tandas Jeffrey sambil menarik napas dan menghembuskannya kuat-kuat. Terlihat jelas bahwa laki-laki itu sedang berusaha keras menahan emosinya sekarang.
    Evelyn menatap laki-laki di hadapannya dengan tatapan sayu. Ingin sekali ia memeluk dan memohon maaf untuk setiap hal yang sudah ia lakukan terhadap laki-laki itu, namun ia tidak bisa.
    “ ...... bagiku.... masa lalu di antara kita sudah lama selesai.... dan rasanya kita tidak bisa kembali lagi. Kita sudah ada di dua dunia yang berbeda... bahkan sejak dulu begitu.” ujar Evelyn dengan lirih, nyaris tidak terdengar.
    Jeffry terdiam sejenak, ia menatap mata Evelyn yang mulai berair dengan bingung.
    “ ..... aku tidak pernah menyangka ternyata kau adalah gadis yang begitu sulit untuk dimengerti, Evelyn ..... mungkin bagimu masa lalu di antara kita sudah selesai, tapi masa lalu di antara kita tidak akan pernah selesai kecuali aku mengatakan begitu. ... bersiaplah, syuting akan dimulai sebentar lagi.” sahut Jeffry sambil bangkit berdiri dan berjalan keluar meninggalkan Evelyn dengan suasana hati yang bercampur aduk.

    *****

    Michael sedang sibuk dengan layar laptopnya. Tentu saja daripada ia membuang waktu dengan tidak melakukan apapun di bulan madunya itu, lebih baik ia mengurusi pekerjaannya.
    Ia terkejut ketika tiba-tiba laptopnya digeser begitu saja oleh Jennifer dan gadis itu tiba-tiba mendekatkan wajahnya hingga tinggal tersisa 10 cm saja di antara mereka.
    “ ... apa yang kau inginkan? Kau ingin pergi berjalan-jalan sendiri? Aku tidak akan melarang. Hanya coba untuk tidak kembali dalam keadaan mabuk.” sahut Michael.
    “ Aku adalah istri seorang penerus TANUBRATA GROUP Group, aku ingin menegaskan hal itu padamu.”
    “ Aku dan seisi dunia tidak akan menyangkal hal itu. Apa maksudmu?”
    “ Mana kartu kreditmu? Aku ingin berbelanja dan aku ingin menggunakan hakku sebagai istri seorang Michael.” sahut Jennifer dengan tampang paling menyebalkan yang bisa ia buat.

    Michael menatap Jennifer sambil menghela napas. Ia mengeluarkan dompetnya dan mengulurkan sebuah kartu kredit platinum.
    “ Apa kau tidak akan mengantarku?” tanya Jennifer, masih dengan tampang menyebalkan yang bertengger 10 cm dari wajah Michael.
    “ Kau ingin aku ikut bersamamu? .... kukira kau ingin menghabiskan waktu sendiri.”
    “ Aku butuh seseorang untuk membawakan semua belanjaanku, bukan itu tugasmu sebagai seorang suami?? Setidaknya itulah tugas suami seorang Jennifer. Agatha. ”

    *****

    Michael mengendarai mobilnya hingga tiba di sebuah pusat perbelanjaan. Ia benar-benar hanya mengikuti Jennifer dari belakang dan membawakan semua belanjaannya. Kekesalannya sudah sampai di ubun-ubun tapi ia tahu jika ia meledak, maka ia kalah.
    Otaknya cukup pintar untuk melihat rencana di kepala istrinya itu. Jelas gadis itu ingin berusaha menguji kesabarannya dan membuatnya menyerah dengan pernikahan yang baru berjalan beberapa hari itu.
    Michael sedang mengikuti langkah Jennifer ketika gadis itu tiba-tiba terkilir dan terjatuh.
    “ Aaa....” pekik Jennifer sambil memegangi pergelangan kakinya.
    “ Sudah kubilang, untuk apa kau berjalan-jalan dengan hak setinggi itu?” sahut Michael dari belakang.
    Jennifer mendelik kesal.
    “ Apakah kau hanya akan melihatku dari sana?!!” seru Jennifer.
    “ Memang kau akan membiarkanku membantumu berdiri? Kukira harga dirimu sangat tinggi dan kau akan berdiri dengan kekuatanmu sendiri.” jawab Michael sekenanya.
    Ia terkejut ketika tiba-tiba Jennifer menangis. Benar-benar menangis hingga orang-orang di sana mulai menatap ke arah mereka dengan heran.

    Michael menghela napas panjang kemudian berjalan menghampiri Jennifer dan berlutut di sampingnya.
    “ ..... benarkah kau harus melakukan ini terhadapku?” sahut Michael sambil menarik lengan gadis itu dan mengalungkannya di lehernya sementara ia menggunakan kedua lengannya untuk mengangkat tubuh Jennifer dari lantai.

    Michael menggendong Jennifer yang jelas tidak ringan ditambah semua belanjaan yang tidak bisa ia tinggalkan.
    Ia bahkan harus menggendong gadis itu dari mobil hingga ke kamar hotelnya.
    Sepanjang jalan sesekali ia melirik ke arah Jennifer dan wajahnya sembab karena menangis tidak henti-henti sepanjang perjalanan.
    “ ..... dengan perangaimu itu, apakah kau pikir cocok jika kau menangis seperti anak TK? .... aku tidak tahu ternyata kau tidak pernah berubah sejak dulu.” gerutu Michael sambil terus berjalan.
    “ Kau tidak tahu betapa sakitnya kakiku sekarang!!!” seru Jennifer dengan mata yang kembali berair.
    Michael menatap istrinya itu dan tersenyum geli. Beginilah Jennifer yang ia kenal 6 tahun lalu. Selalu ekspresif saat ia marah, saat ia senang, bahkan saat ia kesakitan. Entah kenapa hari ini ia cukup lega melihat hal itu ternyata masih ada pada diri wanita yang bersikap begitu dingin padanya itu.
    Michael membuka pintu kamarnya dan meletakkan Jennifer perlahan di sofa.
    “ Kakimu masih ada di sana dan tidak putus, jadi berhentilah menangis.” sahutnya sambil melihat pergelangan kaki Jennifer yang terlihat agak bengkak.

    *****

    “ Aaa!! Sakit sekali!!!” seru Jennifer saat Michael mengurut kakinya dan mengompresnya dengan air dingin.
    “ Kau harus menahannya jika tidak ingin sakit semalaman. Atau kau ingin aku membawamu ke rumah sakit?”
    Jennifer menggeleng. Ia tidak akan membiarkan laki-laki itu kembali menggendongnya pergi ke rumah sakit.
    Kejadian hari ini sudah cukup mencoreng harga dirinya.
    “ Aaa!!!!” seru Jennifer saat Michael menekan kakinya cukup kuat untuk membenarkan otot yang terkilir.
    “ Dari dulu kaki kananmu pasti selalu saja bermasalah. Lain kali kau tidak perlu memakai hak tinggi lagi, badanmu sudah cukup tinggi tanpa itu.” celoteh Michael.
    “ Dari dulu kau juga selalu senang menguliahiku seolah-olah aku ini anak TK!” balas Jennifer tidak mau kalah.
    “ Karena dari dulu kelakuanmu memang seperti anak TK.” balas Michael lagi.
    “ Ooo begitu? Jadi apakah lebih baik jika aku mabuk-mabukan seperti orang dewasa?!”
    “ Sudah cukup kau mabuk-mabukan semalam. Kau bahkan tidak tahu bagaimana caranya kau bisa tidur di tempat tidur bukan? Wanita yang tidak bisa menjaga dirinya tetap sadar adalah wanita bodoh.” sahut Michael sambil mengganti kompresan untuk pergelangan kaki Jennifer.

    Jennifer mencibir.
    Ia memang tidak ingat bagaimana ia bisa kembali ke kamarnya semalam. Ia terlalu mabuk untuk mengingatnya. Ia hanya mendapati dirinya terbangun di tempat tidur dengan selimut yang menyelimutinya hingga ke batas leher. Michael tidak ada di kamar saat ia terbangun pagi ini dan ia tidak ingin bertanya pada laki-laki itu tentang hal yang terjadi semalam.

    “ Besok kita akan pulang dengan penerbangan jam berapa?” tanya Jennifer sudah tidak sabar ingin cepat kembali ke Indonesia.
    “ Jam 1 siang.”
    “ ..... kuharap bulan madu sialan ini cepat berlalu!”
    Michael menatap Jennifer sesaat dan tidak menanggapi perkataan gadis itu.

    *****

    Jennifer dan Michael melewati gerbang imigrasi bandara dan langkah mereka terhenti sesaat setelah melihat kerumunan wartawan berkumpul di bandara.
    “ Apakah kau ini selebritis? Untuk apa wartawan wartawan itu membuntutimu kemari??” bisik Jennifer sambil tersenyum sopan pada wartawan yang memanggil manggil nama mereka dan membidikkan kamera mereka.
    “ Apakah aku harus mengingatkan bahwa kau menikah dengan Michael Tanubrata, penerus TANUBRATA GROUP Group, perusahaan swasta terbesar di Indonesia saat ini?” sahut Michael sambil melambaikan tangannya.
    “ Lalu apa yang mereka inginkan dari seorang penerus TANUBRATA GROUP yang baru pulang bulan madu?”
    “ Mereka ingin kepastian bahwa pernikahan kita bahagia dan somehow itu akan membuat harga saham perusahaan terus meningkat.”
    “ Omong kosong. ... Bagaimana mereka bisa melihat kita bahagia atau tidak hanya dengan datang mengerumuni kita seperti orang gila??”
    “ Ada 1 cara yang paling ampuh.” jawab Michael sambil tiba-tiba memeluk Jennifer dan mencium gadis itu tepat di bibirnya.

    Jennifer refleks menutup matanya tanpa sempat menghindar lagi. Ia hanya melihat kilatan blitz kamera yang menghujam mereka dan ia merasa waktu seakan berhenti untuk beberapa saat.
    Michael mundur 1 langkah ke belakang dan bersiap jika Jennifer berteriak atau memukulnya. Ia sendiri terkejut dengan hal gila yang baru saja ia lakukan.
    “ ..... a-apa kau sudah gila??” tanya Jennifer dengan kedua mata terbelalak.
    “ Bukankah... kemarin kau yang menegaskan bahwa kau sudah menikah denganku? Bahwa kau adalah istriku? Kurasa hal seperti itu adalah hal yang lumrah untuk pasangan suami istri.”
    Jennifer tidak sempat membalas perkataan Michael karena laki-laki itu sudah melangkah pergi lebih dulu.

    Jennifer buru-buru mengikutinya dari belakang dan bernafas lega ketika melihat anak buah Michael sudah menyambut mereka dengan pengawalan ketat dan mobil yang siap membawa mereka segera pergi dari sana.
    Setelah pintu mobil tertutup, Jennifer tidak menunggu lebih lama lagi dan langsung memukul pundak Michael sekeras yang ia bisa.
    “ Jennifer!!!” seru Michael terkejut sekaligus kesal karena gadis itu bisa-bisanya memukulnya di depan supir dan asistennya.
    “ Aku tidak akan memaafkanmu jika kau melakukan hal seperti tadi lagi!!” seru Jennifer.
    “ Hal seperti tadi? Memangnya apa salahnya jika aku mencium istriku sendiri?! Hal mana yang salah?!!” seru Michael meledak. Ia bukan orang yang mudah meledak ledak namun gadis yang satu ini selalu berhasil membuatnya meledak.
    “ Aku tidak peduli!! Yang jelas kau akan mati di tanganku jika berani berani menciumku tanpa memberitahuku dulu!!” seru Jennifer.
    Supir serta asisten Michael yang duduk di kursi depan berusaha untuk menahan tawa mereka. Ini pertama kalinya mereka melihat atasan mereka yang berdarah dingin itu tampak seperti manusia yang punya emosi dan bisa marah seperti itu. Ditambah lagi, mereka baru tahu bahwa nyonya baru mereka ternyata sangat berani pada suaminya.

    *****

    Daniel sedang memperbaiki desain sketsanya untuk project pembangunan apartement di daerah Kemang. Namun berkali-kali pikirannya terpecah. Sudah beberapa hari berlalu namun ia masih sering teringat perkataan keparat itu tentang kondisi Monica, gadis aneh yang baru dikenalnya itu.
    “ .... Daniel, gadis itu adalah orang asing dan kau tidak berhak masuk terlalu dalam ke dalam hidupnya. Kau tahu konsekuensinya jika kau terlibat terlalu jauh dengan seorang wanita bukan?” gumamnya berusaha untuk membuang pikiran-pikiran tidak penting itu dari pikirannya.
    Namun lagi-lagi ia tidak bisa berkonsentrasi. Dengan sedikit enggan ia meraih handphone-nya dan menelepon gadis yang tidak memberi kabar apapun selama beberapa hari terakhir itu.

    “ Halo? .... Daniel?”
    “ Kau ada di mana? Kantor?”
    “ .... tidak.... aku cuti hari ini.”
    “ Cuti? Kau di mana sekarang?”
    “ ..... rumah sakit. ... hari ini sepertinya aku tidak bisa datang menemuimu.”
    “ Rumah sakit? .... kau sedang sakit?”
    “ ..... maafkan aku, sepertinya aku sedang tidak bisa bicara denganmu hari ini... aku akan menghubungimu lagi nanti.”

    Telepon ditutup begitu saja, menyisakan tanda tanya besar pada Daniel.
    “ .... rumah sakit? Apa yang dilakukan gadis itu di rumah sakit? .... ah benar, pertama kali bertemu dengannya juga di rumah sakit...baiklah, Daniel, kau kuatir padanya karena dia adalah jenis wanita bodoh yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri dengan baik, tidak lebih dan tidak kurang dari itu.” sahutnya pada dirinya sendiri sambil meraih kunci mobilnya dan keluar dari ruangan kantornya.

    Daniel menghabiskan 1 jam lebih untuk berkeliling ke semua area rumah sakit itu karena Monica tidak mengangkat telepon darinya.
    “ .... apakah gadis itu sudah pulang?” gumam Daniel setelah berkeliling dan tidak juga menemukan gadis itu di manapun.
    Ia sedang mempertimbangkan untuk pergi dari rumah sakit dan menunggu telepon dari Monica saja ketika beberapa orang suster lewat di hadapannya dan sedang asyik mengobrol dengan suara yang cukup keras.
    “ Seharusnya nona itu tidak datang sendiri, bagaimana ia tidak bersikap seperti itu setelah mendengarkan diagnosa dokter?”
    “ Nona itu selalu datang sendirian, aku sering bertemu dengannya.”
    “ Ckckck, kasihan sekali ya. Sepertinya ia masih akan lama menangis di kamar mandi itu.”
    Daniel mendengarkan pembicaraan itu dan intuisinya membuatnya berteriak memanggil para suster itu.
    “ Tunggu! .... di mana gadis yang sedang menangis itu? Kamar mandi? Kamar mandi yang mana?”

    *****

    Monica sedang menangis di salah satu kubikal kamar mandi wanita. Ia tidak peduli meskipun ada orang yang mendengar suara tangisannya dari luar. Ia hanya ingin menangis.
    Dokter mengatakan bahwa ukuran kistanya tidak mengecil meskipun ia sudah meminum obat yang diberikan. Tidak ada jalan lain selain melakukan operasi pengangkatan kista.
    Sejak dulu Monica selalu benci rumah sakit dan bayangan akan operasi yang harus ia lakukan hanya membuatnya bertambah buruk. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan dan keduanya meninggal di atas meja operasi. Monica tidak bisa membayangkan dirinya akan terbaring di atas meja operasi juga.

    “Monica!! Kau ada di dalam?!!!” seru sebuah suara laki-laki menggema di kamar mandi wanita itu.
    Monica terkejut mendengar namanya disebut, terlebih ia mengenal suara yang sedang berteriak itu.
    “ ..... a-apa yang kau lakukan di sini?? Ini kamar mandi wanita!” seru Monica dengan suara parau.
    “ Aku tahu ini kamar mandi wanita, dan sebelum aku mempermalukan diri lebih lama lagi, bisakah kau keluar dari sana??”
    Monica menghela napas dan keluar dari kubical sambil tidak bisa menutupi rasa terkejutnya melihat Daniel di dalam kamar mandi wanita karena mencarinya.
    “ .... bukankah sudah kubilang aku tidak bisa menemuimu hari ini? Apa yang kau lakukan di sini?”
    “ ..... apapun masalahnya, ayo kita bicarakan di luar.” sahut Daniel sambil menarik tangan Monica yang dingin luar biasa itu.

    “ ..... dokter bilang aku harus dioperasi....” celetuk Monica sesaat setelah mereka keluar dari kamar mandi.
    Daniel menatap gadis yang sudah berlinang air mata itu.
    “ ...... kau akan baik-baik saja, operasi itu dilakukan agar kau bisa segera sembuh.”
    “ Dokter bilang jika kista-nya sudah menyebar.... mungkin ia perlu mengangkat rahimku.... “
    Daniel menarik Monica dan memeluk gadis itu seerat yang ia bisa, ia sadar bahwa gadis itu benar-benar sangat rapuh sekarang.
    “ Hal itu tidak akan terjadi.... percayalah padaku, aku punya feeling yang selalu tepat mengenai apapun.” bisik Daniel di telinga Monica.
    “ ..... kenapa hal ini harus terjadi padaku? .... apa Tuhan tidak tahu kalau aku berusaha untuk menjalani hidupku seorang diri dengan sebaik mungkin... aku tidak punya siapa-siapa lagi yang bisa kujadikan tempat bersandar dan Tuhan memberikan cobaan ini padaku..... apakah Tuhan tidak tahu bahwa aku tidak akan sanggup menjalani ini sendiri?” sahut Monica dengan isak tangis yang belum juga reda.
    “ ..... bagaimana boleh kau mengatakan itu di hadapanku? Bukankah aku adalah kekasihmu? Aku yang akan menemanimu menjalani semua ini.”

    *****

    Monica menyeruput susu coklat panas di hadapannya sambil tidak bisa mengganti arah pandangannya pada laki-laki yang duduk di hadapannya sekarang.
    “ ..... darimana kau tahu aku sedang berada di kamar mandi?”
    “ Dari suster yang kebetulan lewat dan sedang membicarakanmu.”
    “ ..... darimana kau tahu tentang kista-ku...?”
    “ ..... dari keparat mantan kekasihmu itu.” jawab Daniel. Ia menghela napas panjang, ia tidak pernah terlibat dalam pembicaraan yang begitu suram seperti ini dengan seorang wanita.

    Monica menghela napas dengan mata yang kembali berair.
    “ ..... saat ini tidak ada yang lebih penting daripada kesembuhanmu, dan kau tidak perlu kuatir karena semua pasti akan berjalan dengan lancar.” sahut Daniel sambil tersenyum lebar.
    “ ..... maafkan aku.... aku pasti tampak bodoh sekarang.... “
    “ Kau tampak jujur dengan perasaanmu sendiri sekarang dan tidak ada yang salah dengan itu.” sahut Daniel sambil tersenyum. Ia berharap senyumannya cukup untuk membuat gadis itu merasa lebih tenang.
    “ .... maafkan aku, aku sudah menyeretmu ke dalam masalah yang seharusnya tidak kau pikirkan.... kau sudah cukup berbaik hati untuk membantuku kembali dengan Garry.”

    Daniel mengulurkan tangannya dan mengacungkan jari kelingkingnya.
    “ Berjanjilah 2 hal padaku.”
    “ .... hhhm?”
    Daniel menarik tangan Monica dan memaksanya mengaitkan kelingking pada kelingkingnya kemudian berkata.
    “ Berjanjilah bahwa kau tidak akan pernah kembali pada keparat bernama Garry itu, apapun yang terjadi. .... dan berjanjilah bahwa kau akan mengijinkanku menemanimu selama proses penyembuhanmu ini.”

    Monica tertegun untuk beberapa saat.
    “ ..... kau.... bukankah kau akan membantuku untuk bisa kembali dengan Garry?”
    “ Setelah bertemu langsung dengan keparat itu, aku semakin yakin kalau kau terlalu baik untuk menghabiskan waktumu bersama dengan laki-laki seperti itu. ..... demi dirimu sendiri, jangan lakukan hal itu.”
    “ ...... Daniel....”
    “ Kau takut menjalani semua ini seorang diri? Kau tidak perlu takut, Daniel ada di sini dan ia yang akan menjadi tempatmu bersandar. Gratis.”
    Monica terus menatap Daniel, berusaha untuk mengerti maksud hati laki-laki itu.
     
  7. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 5 - How are you, my first love ?

    Setelah seminggu berada di pulau Bali, akhirnya syuting yang harus dilakukan di pulau indah itu selesai. Evelyn bisa bernafas lega karena ia bisa kembali ke Jakarta dan rehat sejenak dari Jeffry Tanubrata. Laki-laki itu akan mengambil adegan tanpa dirinya mungkin untuk 2 minggu ke depan.
    Meskipun ia adalah pemeran utama wanita, tapi ia memang tidak diberikan terlalu banyak adegan.

    Pesawat yang membawa semua pemain serta kru tiba di Bandara Soekarno Hatta. Untuk pertama kalinya Evelyn tiba di bandara dengan sambutan begitu banyak fans serta awak media. Untuk sesaat ia tidak nyaman dan tidak bisa terbiasa dengan hal-hal itu.
    “ Apa yang kau lakukan? Bengong seperti orang bodoh.” celetuk Jeffry dari belakang. Evelyn menoleh dan Jeffry menebar pesona ke seluruh penjuru mata angin.
    “ Kenapa mereka semua ada di sini?”
    “ Untuk menyambut kita tentu saja dan untuk mempromosikan film kita, 2 hal yang sangat menyenangkan bukan?”
    Beberapa orang kru berlari menghampiri Jeffry dan juga Evelyn.

    “ Kalian berdua berjalan bersama terus ya, sepertinya mereka mulai mengeluarkan artikel tentang kalian berdua dan itu adalah hal yang baik untuk promosi film kita.” bisik salah seorang kru dari belakang.
    “ Artikel? .... artikel tentang apa?” tanya Evelyn bingung.
    Kru film itu mengeluarkan handphone-nya dan menunjukkan sebuah foto yang ada di pemberitaan sebuah situs gossip selebritis.
    Itu adalah foto adegan yang diambil di pulau Bali. Mungkin ada beberapa fans yang mengambilnya dari pinggir sementara proses syuting dilakukan.
    Evelyn sendiri terkejut melihat betapa bahagianya tampangnya di foto itu sementara ia berjalan menyusuri pantai sambil bergandengan dengan Jeffry.

    “JEFFRY! BAGAIMANA PERASAANMU BERAKTING DENGAN ARTIS BARU??” teriak salah seorang reporter di kerumunan orang itu, tidak sabar untuk mengajukan pertanyaan untuk menghiasi artikel terbaru mengenai Jeffry.
    Jeffry menoleh pada wartawan itu. Ia tidak menjawab dengan perkataan namun tiba-tiba ia menarik Evelyn dan merangkul gadis itu sambil berjalan pergi menerobos kerumunan. Memberikan tanda tanya besar sekaligus sumber gossip terbaru bagi para fans dan wartawan yang ada di sana.

    “ Naiklah, aku akan mengantarmu pulang.” sahut Jeffry di depan van yang sudah menjemputnya di bandara.
    “ Tidak perlu repot-repot, aku bisa pulang sendiri.” bantah Evelyn dengan kesal. Ia tidak percaya Jeffry merangkulnya begitu rupa di depan umum seperti tadi.
    “ Kau akan habis diterkam oleh mereka jika kau pulang sendiri tanpa pengawalan apapun. Kau tidak ingin dibuntuti sampai rumahmu dan mereka akan memasang tenda di depan rumahmu bukan?”
    “ T-Tenda? .... kenapa mereka harus membuntutiku dan memasang tenda di depan rumahku??”
    “ Karena mungkin besok... hhm... atau malam ini akan terbit berita dengan judul JEFFRY TANUBRATA MENGALAMI CINTA LOKASI DENGAN LAWAN MAIN DI FILM TERBARUNYA.”

    *****

    Evelyn turun dari SUV ekslusive milik Jeffry persis di depan pintu rumahnya.
    “ .... terimakasih sudah mengantarku pulang.” sahutnya singkat.
    “ Jadi kau pindah kemari.... kau tiba-tiba menghilang bahkan kau pindah dari rumahmu tanpa memberitahuku sama sekali, ... ternyata kau pindah kemari.” sahut Jeffrey sambil mengangguk-angguk.
    “ .... selamat malam.” sahut Evelyn sambil menutup pintu van dan buru-buru masuk ke rumahnya.
    Jeffry tersenyum sinis, setidaknya sekarang ia tahu di mana gadis itu tinggal. Dan sejujurnya ia agak terkejut melihat rumah Evelyn yang jauh berbeda dengan rumah terakhir yang ditinggalinya. Rumah ini begitu sederhana dan bahkan sama sekali tidak ada sentuhan wanita sama sekali.

    “ Apakah kita langsung pulang sekarang?” tanya managernya.
    Jeffry menoleh dan melihat sebuah ponsel di bangku samping tempat duduknya.
    “ Sebentar. .... sepertinya Evelyn meninggalkan handphone-nya di sini, biar aku berikan ini dulu padanya. Kau tunggu di depan jalan besar itu saja.”
    “ Baiklah.”
    Jeffry turun dan tidak lupa membawa payung karena hujan mulai turun. Jeffry tidak langsung menekan bel, ia menimbang-nimbang apakah tidak apa apa jika ia bertamu ke rumah Evelyn malam itu.
    “ ..... gadis itu pasti akan sangat marah dan tidak menyambutku jika aku muncul lagi di hadapannya malam ini.... mari kita kerjakan ini setahap demi setahap, Jeffry. .... kau bisa menitipkan handphone ini di kantor agensi besok.” sahutnya dalam hati.

    Jeffry mengurungkan niatnya dan berjalan menjauhi rumah Evelyn.
    Namun langkahnya terhenti ketika tiba-tiba ia mendengar suara jeritan Evelyn dari dalam rumahnya diikuti suara barang yang pecah.
    Jeffry menoleh dan menatap pintu rumah Evelyn dengan terkejut sekaligus penuh tanda tanya.
    Apa yang menyebabkan Evelyn harus menjerit seperti itu?

    Evelyn terjatuh ke lantai bersama dengan pot tanaman yang dibanting papa tirinya.
    “ KAU PERGI BEGITU SAJA SELAMA SEMINGGU, MENINGGALKANKU DENGAN BEGITU BANYAK PEKERJAAN RUMAH, DAN SEKARANG KAU BILANG MEREKA BELUM MEMBAYARMU?!!”
    “ A-Aku akan menerima bayaran saat film ini tayang,.... mereka tidak membayar di muka....” sahut Evelyn berusaha menjelaskan walaupun ia tahu itu tidak akan berhasil.
    “ KALAU MEREKA TIDAK MEMBAYARMU, MAKA SEHARUSNYA KAU MEMINTA MEREKA MEMBAYARMU DI DEPAN! APAKAH HARUS AKU YANG DATANG MENEMUI MEREKA?!!”
    “ K-Kumohon jangan lakukan itu!! .... a-aku pasti akan membayar semua yang sudah mama ambil darimu... berikan aku sedikit waktu... kumohon!”
    “ AKU SUDAH BOSAN MENUNGGU JANJI PALSUMU! KAU INI SAMA SAJA SEPERTI MAMAMU! HARI INI AKU TIDAK BISA TIDUR JIKA AKU MASIH MELIHAT WAJAHMU! KELUAR DARI SINI!”
    Evelyn menatap papa tirinya dengan bibir bergetar. Ia sudah biasa dengan pengusiran seperti ini. Hanya saja sekarang ia sudah tidak memiliki tempat untuk dituju saat papa tirinya kembali mengusirnya pergi.
    “ ..... a-aku akan segera melunasi hutang-hutang itu padamu....”
    “ KAU PUNYA WAKTU SAMPAI MINGGU DEPAN, JIKA KAU TIDAK JUGA MEMBAYARKU, MAKA KALI INI AKU AKAN MENAGIH PEMBAYARANMU PADA ORANG-ORANG PEMBUAT FILM ITU!!”

    Evelyn membuka pintu gerbang rumahnya dan berjalan dengan terseok-seok.
    Hujan turun semakin deras dan ia harus memutar otak untuk menghabiskan malam ini di tempat yang aman baginya.
    “ Evelyn....” sahut Jeffry yang berdiri terpaku di tempatnya berdiri, menatap tidak percaya saat ia melihat Evelyn berjalan keluar dari rumahnya dengan tampang menyedihkan seperti itu.
    Jeffry memang mendengar suara teriakan dari dalam rumah Evelyn, namun ia tidak menyangka itu berakhir dengan keluarganya Evelyn tanpa mengenakan alas kaki dan tidak membawa payung.

    Evelyn mendongakkan kepalanya dan menatap Jeffry, laki-laki yang entah kenapa masih ada di sana.
    Perasaan Evelyn bercampur aduk, ia tahu bahwa seharusnya ia tidak membiarkan Jeffry melihatnya seperti ini, namun rasa lelah dan terluka di hatinya tidak sanggup membuatnya mengusir laki-laki itu dari hadapannya.
    Ia hanya menatap Jeffry dan kemudian memeluk laki-laki itu.
    Jeffry terpekur, ia tidak tahu harus melakukan apa, ia tidak tahu harus berkata apa saat Evelyn tiba-tiba memeluknya seperti itu.
    “ ..... apa yang terjadi padamu di dalam sana?”
    “ ..... bisakah kau tidak perlu tahu itu? ..... aku hanya perlu waktu sebentar dan aku akan segera pergi.”
    “ Pergi? Apa maksudmu pergi? Itu adalah rumahmu, kau mau pergi ke mana??”
    “ .... ada penginapan tidak jauh dari sini.” jawab Evelyn dengan kepala tertunduk.
    “ Apa kau sedang bercanda denganku?!!” seru Jeffry.

    *****

    Evelyn sangat menolak saat Jeffry memutuskan untuk membawanya ke apartment miliknya, namun tubuhnya terasa begitu lemas hingga ia hanya bisa pasrah saat Jeffry memaksanya untuk berbaring dan bahkan ia segera tertidur dalam waktu singkat.
    Jeffry mengetuk pintu kamar sambil membawakan segelas coklat panas, namun ia mengurungkan niatnya untuk membangunkan Evelyn setelah ia melihat gadis itu tertidur dengan begitu nyenyak.
    “ ...... sejak kapan kau berubah menjadi gadis yang begitu misterius, Evelyn ? .... kehidupan macam apa yang kau lalui di rumah itu?” gumam Jeffry penasaran.
    Gadis yang berbaring di hadapannya semakin membuatnya tidak bisa menutupi rasa ingin tahunya sekaligus membuat hatinya perih melihat keadaannya.

    “ ..... Mama.....” gumam Evelyn meracau dalam tidurnya.
    “ ..... kau merindukan mamamu? .... kau masih belum menemukannya hingga sekarang...?” gumam Jeffry sambil menghela napas. Ia tahu kalau mama Evelyn menghilang dan hal itu cukup menyisakan luka bagi gadis itu.
    “ ...... Jeffry ....” gumam Evelyn sekali lagi meracau, dan Jeffry tertegun mendengar namanya disebut.

    Suara handphone Evelyn mengagetkan Jeffry. Buru-buru ia membawa handphone itu keluar kamar agar tidak membangunkan Evelyn.
    Ia melihat layar handphone dan tertulis RUMAH.
    Ia sempat ragu untuk mengangkat telepon itu namun akhirnya ia mengangkat telepon itu.
    “ EVELYN!! KAU BERANI-BERANI KABUR RUPANYA?! Baiklah, kau tidak perlu kembali ke rumahku lagi! Ingat, minggu depan kau harus melunasi semua hutang-hutang mamamu itu padaku, jika tidak aku akan menyeret mamamu dan juga kau ke kantor polisi!!”
    Telepon ditutup dan Jeffry duduk terdiam.

    *****

    Evelyn terbangun dengan kepala yang terasa berputar seakan ia baru saja menghabiskan berbotol botol bir.
    Ia sadar bahwa ia sekarang berada di rumah Jeffry. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan apartment itu begitu sunyi senyap.
    “ .... apakah Jeffry sudah pergi? .... tentu saja, ia pasti sibuk syuting...” gumam Evelyn, dalam hati ia kecewa karena tidak sempat melihat laki-laki itu.
    Evelyn berjalan keluar kamar dan berniat untuk mencuci mukanya dan meminjam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ia nyaris tidak percaya bahwa Jeffry yang terkenal sangat cinta kebersihan ternyata membiarkannya tidur di atas tempat tidurnya tanpa mandi semalam.

    Evelyn membuka pintu kamar mandi dan melangkah masuk ke dalam tanpa berpikir bahwa mungkin ada seseorang di dalam kamar mandi itu.
    Betapa terkejutnya ia mendapati Jeffry masih ada di dalam kamar mandi, bertelanjang dada.
    “ A-apa yang kau lakukan?!!!” seru Evelyn spontan menutup kedua matanya.
    Jeffry menoleh dan menghela napas panjang.
    “ Apakah aneh jika aku berada di dalam kamar mandi apartmentku sendiri?”
    Evelyn perlahan membuka matanya dan berusaha untuk tidak terganggu dengan pemandangan langka di hadapannya itu.
    “ ..... aku tidak tahu kalau kau ada di sini... kukira kau sudah pergi.”

    “ Apa kau sudah bisa menceritakan hal yang terjadi semalam?” tanya Jeffry.
    “ .... A-apakah kau tidak akan mengenakan pakaianmu??” seru Evelyn sambil menutup pintu kamar mandi dan bergegas berjalan pergi.
    Jeffry tersenyum geli. Evelyn tampak begitu manis saat ia bersikap seperti barusan.
     
  8. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 6 - Why OUR LOVE Is So Complicated ?

    Michael keluar dari kamarnya dengan pakaian jas dan dasi lengkap. Ia melangkah ke meja makan dan Jennifer tampak sudah menunggunya dengan senyuman yang membuat Michael merasa tidak enak.
    “ Aku sudah meminta bibi untuk tidak membuatkanmu sarapan mulai hari ini, karena sebagai istrimu, tentu aku yang harus membuatkanmu sarapan.”
    “ ..... kau melakukan itu??” tanya Michael sambil mengambil koran dan mulai membacanya.

    “ Ini sarapanmu, minum, dan pergilah mencari uang yang banyak.” sahut Jennifer sambil meletakkan segelas kopi di hadapan Michael.
    Michael menatap segelas kopi di hadapannya dan menghela napas.
    “ Kau sudah tahu kalau aku harus sarapan nasi bukan? Aku tidak bisa hanya minum kopi untuk sarapan. Panggil bibi dan minta ia membuatkan sarapan untukku.”
    “ Mulai sekarang kau harus membiasakan diri untuk sarapan dengan kopi, Michael Tanubrata. Selamat pagi.” sahut Jennifer sambil berjalan pergi.
    Michael menggigit bibir bawahnya, berusaha meredakan kekesalannya. Gadis itu jelas-jelas berusaha untuk membuatnya kesal dan menyesali keputusannya untuk menikah.

    Jennifer tersenyum puas penuh kemenangan. Ia duduk dengan santai di depan layar televisi raksasa di hadapannya sambil memindah-mindahkan channel televisi.
    “ Sepertinya lebih baik kau berangkat dari pagi untuk mencari gaun yang cocok untukmu malam ini.” sahut Michael dari meja makan.
    “ Gaun? Kenapa aku perlu gaun?”
    “ Karena malam ini kita akan menghadiri peresmian mall TANUBRATA GROUP yang baru di daerah Kelapa Gading. Selain membuatkan sarapan untukku, menghadiri acara kantor bersamaku juga adalah tugasmu.” sahut Michael sambil berjalan keluar tanpa menoleh lagi ke belakang.
    Jennifer mengerucutkan bibirnya dengan kesal. Laki-laki itu jelas ingin menggunakan statusnya sebagai istri untuk membalas dendam.
    “ Benar, kau menikah denganku agar ada seseorang yang melakukan hal-hal seperti ini untukmu bukan?! .... di kepalamu memang hanya ada perusahaanmu dan uangmu saja.... dari dulu seperti itu!” seru Jennifer sambil masuk ke dalam kamar dengan tidak lupa membanting pintu lebih dulu.

    *****

    “ Tuan muda, istri anda baru saja tiba.” sahut sekretaris Michael melaporkan. Jennifer bersikeras tidak ingin Michael menjemputnya di rumah, alih alih ia berangkat sendiri.
    Jennifer melangkah dengan penuh percaya diri dan tidak lupa melemparkan senyuman pada orang-orang yang datang menyambutnya.
    Michael hanya menatapnya sebentar dan kembali menenggelamkan dirinya pada susunan acara di hadapannya.

    “ Apakah aku bisa mengucapkan sepatah dua patah kata nanti?” tanya Jennifer.
    “ Kau? .... apa yang ingin kau katakan?”
    “ Apakah istri seorang penerus TANUBRATA GROUP tidak diperbolehkan mengucapkan sepatah dua patah kata?” sahut Jennifer sambil tersenyum semanis mungkin.
    “ Aku bertanya apa yang ingin kau katakan?”
    “ Aku akan membuat namamu semakin bersinar tentu saja.” sahut Jennifer sambil tersenyum sinis.

    Michael berusaha untuk tidak terlihat terkejut saat Jennifer merangkul lengannya dan naik ke atas mimbar.
    Dalam hati ia mengutuki dirinya sendiri karena masih bisa mengalami perasaan tergelitik dan berdebar seperti ini.
    Setelah memberikan kata sambutan, Jennifer buru-buru mengambil microphone dari tangan Michael, tidak membiarkan laki-laki itu menyeretnya turun.

    “ Selamat malam para tamu undangan yang saya hormati. Pada kesempatan hari ini, saya ingin mengumumkan bahwa Michael Tanubrata selaku CEO dari TANUBRATA GROUP Group juga telah berkomitmen bukan hanya untuk mendirikan mall megah tempat anda menghabiskan uang anda, tapi juga telah berkomitmen mendirikan yayasan amal untuk semua anak – anak yatim piatu. TANUBRATA GROUP akan memberikan donasi secara berkesinambungan melalui yayasan amal tersebut. Semoga anda semua dapat turut berpartisipasi dengan kami.”
    Michael terbelalak, ia menoleh dan berbisik pada Jennifer.
    “ Yayasan amal apa maksudmu??”
    “ Yayasan amal yang akan dikelola oleh istrimu.” jawab Jennifer sambil mengedipkan sebelah matanya.

    *****

    Michael masuk ke bar wine favoritenya untuk bertemu dengan kakak serta adiknya. Mereka memang selalu meluangkan waktu untuk bertemu setidaknya sebulan sekali di sana.
    Saat Michael masuk, Daniel dan Jeffry sudah berada di sana, keduanya memasang tampang yang kurang enak dilihat.
    “ Baiklah, bertambah 1 orang lagi yang datang dengan suasana hati buruk malam ini.” sapa Michael sambil menarik kursi dan duduk di sana.
    “ Bagaimana boleh seorang pengantin baru mendaftar jadi member pria dengan suasana hati buruk?” sapa Daniel sambil menepuk pundak adiknya.
    “ Apakah kakak ipar membuatmu kewalahan?” tanya Jeffry sambil tersenyum geli walaupun senyuman itu tidak menghapuskan kerutan di keningnya.
    “ OK, jadi siapa dulu yang akan bercerita sekarang?” tanya Michael.

    “ Kalian ingat wanita yang kuajak ke pesta pernikahan Michael beberapa minggu yang lalu?” sahut Daniel sambil meneguk wine di hadapannya.
    “ Wanita yang tidak kau kenalkan pada kami? Tentu saja kami ingat, wanita itu memiliki gaya pakaian yang agak unik, sulit untuk melupakannya.” sahut Jeffry.
    “ Itu pacar barumu? Kenapa? Kau memutuskan hubungan dengannya dan ia menerormu?” tanya Michael berusaha menebak sesuai dengan rekam jejak kakak sulungnya itu dengan wanita.
    “ Tadinya aku hanya ingin bersenang-senang dengannya, aku tidak sengaja mengenalnya di rumah sakit saat aku datang untuk melihat progress project pembangunan gedung baru rumah sakit, dan .... ia masuk ke dalam mobilku sambil menangis menelepon kekasihnya.” ujar Daniel sambil tertawa mengenang kejadian menggelikan itu.

    “ Kenapa ia masuk ke dalam mobilmu?” tanya Jeffry bingung.
    “ Karena... ia mengira aku adalah sopir taksi dan mobil mewahku itu adalah taksi.”
    Michael dan Jeffry sontak tertawa terbahak-bahak mendengar cerita kakak sulungnya itu.
    “ Lalu? Bagaimana akhirnya kau bisa sampai memacarinya?”
    “ Gadis bodoh itu... ah, maksudku gadis polos itu putus dengan pacarnya dan ia begitu kehilangan sampai-sampai aku tidak tahan lagi melihatnya. ..... hingga pada pertemuan kedua kami yang juga tidak kusangka sangka, aku menawarkan bantuan untuk membuat keparat.... maksudku mantan kekasihnya kembali padanya.”
    “ OK, aku mulai takjub mendengar ceritamu... jadi kau bersedia membantu gadis bodoh itu karena... kasihan? Daniel Tanubrata kasihan pada seorang wanita??”

    “ ..... wanita itu memang sangat.... patut dikasihani... dan sekarang aku tahu kalau ada kista di rahimnya dan harus menjalani operasi.... seorang diri karena ternyata ia sudah tidak punya orang tua.”
    Michael dan Jeffry saling bertukar pandangan.
    “ Bukankah kau sedang berusaha untuk membuat ia dan mantan pacarnya kembali bersama? Ini waktu yang tepat untuk menyatukan mereka.” sahut Jeffry.
    “ Aku tidak akan membiarkan keparat itu menjadi kekasihnya lagi. Apapun yang terjadi.” sahut Daniel sambil mengepalkan tangannya.
    “ Kak Daniel.... kau tidak benar-benar jatuh cinta pada gadis itu bukan?” tanya Michael, kembali melempar pertanyaan yang tajam pada kakaknya.
    “ ...... entahlah.... bagaimana jika benar begitu?” gumam Daniel muram.

    “ Setidaknya kau ada di saat yang dibutuhkan oleh wanita itu, kau bisa menemaninya dan segera mendapatkan hatinya. ..... aku, aku baru bertemu dengan Evelyn.... setelah 2 tahun aku sibuk mencarinya ke sana kemari.” sahut Jeffrey memulai kisahnya.
    Daniel dan Michael terbelalak mendengar nama Evelyn kembali disebut oleh adik bungsu mereka.
    “ Evelyn.... wanita yang membuatku harus menjemput paksa dirimu di depan rumahnya 2 tahun lalu??” seru Daniel terkejut.
    “ ..... ia bergabung sebagai model baru di agensi yang sama denganku.... dan aku berhasil membuatnya membintangi sebuah film denganku.”

    “ Kau masih belum bisa membiarkannya menjalani hidupnya sendiri ya? .... saat itu ia meninggalkanmu, berarti ia tidak ingin bersama denganmu lagi.” sahut Michael sambil menghela napas.
    “ ..... aku harus tahu kenapa ia meninggalkanku tanpa jejak 2 tahun lalu.... dan sepertinya sebentar lagi aku akan mengetahuinya.”
    “ Tidak ada alasan yang bisa membenarkannya meninggalkanmu tanpa jejak seperti itu.” sahut Michael tegas.
    “ Entahlah, tapi kurasa ia menjalani kehidupan yang sulit bersama dengan papa tirinya.... malah aku mencurigai hidupnya sekarang lebih dari sekedar sulit.”
    Michael tersenyum prihatin.

    “ Baiklah, setidaknya dibandingkan kalian, masalahku tidak lebih berat.” sahut Michael sambil tersenyum.
    “ Memang apa yang dilakukan Jennifer padamu sekarang?”
    “ Dia memaksaku mengeluarkan ratusan juta untuk mendirikan sebuah yayasan amal atas namanya.”
    Jeffry dan Daniel terdiam sebelum akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak.
    “ Hahahaha, akhirnya muncul juga wanita yang tidak bisa diatur olehmu. Sebenarnya aku agak senang mendengar hal semacam ini, setidaknya kau terlihat lebih hidup dibanding sebelumnya.”
    “ Aku bukan lebih hidup, aku lebih marah setiap harinya. Jennifer terang-terangan membuatku kesal dan aku yakin ia melakukan itu hanya karena ia ------“

    “ Ia kesal padamu, siapa wanita yang tidak kesal pada pria yang tidak memperjuangkannya?” potong Daniel.
    “ Aku hampir lupa kalau kak Daniel selalu berpihak pada kakak ipar.” komentar Jeffry.
    “ Aku bukannya berpihak pada Jennifer. Aku melihat saat kalian bersama dulu, dan tidak ada masalah dengan itu, kalian berbahagia. Sampai akhirnya kau menyerah karena papa.”
    Michael diam sejenak.
    “ ..... aku tidak pernah menyerah karena papa... meskipun saat itu papa menolak hubunganku dengan Jennifer, aku sama sekali tidak berpikir untuk menyudahi hubunganku dengannya! .... aku sudah minta dia untuk menunggu sampai rapat pemegang saham berakhir, saat itu aku akan bilang pada papa bahwa aku mengundurkan diri dari perusahaan. Kalian tahu itu bukan?”
    “ Dan akhirnya kakak ipar tiba-tiba pergi ke Amerika dan memutuskan semua komunikasi denganmu.” sahut Jeffry menggenapi cerita kakak keduanya itu.
    Ketiga saudara itu akhirnya sama-sama menghela napas panjang, tenggelam dalam pikiran dan pergumulan pikiran masing-masing.
     
  9. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 7 - Still My Guardian Angel

    Michael pulang dan mendapati Jennifer sudah tertidur lelap di kamar tidur mereka. Dengan berjingkat-jingkat ia masuk ke dalam kamar mandi. Setelah menikah, Michael dan Jennifer memang tidak pernah tidur bersama, Michael selalu tidur di ruang kerjanya sementara Jennifer di kamar tidur mereka. Hanya saja Michael tidak pernah mandi di kamar mandi lain selain kamar mandi kamar tidurnya yang ia rasa paling nyaman.

    Jennifer terbangun dengan tenggorokan yang kering dan terasa sakit. Ia memang sudah merasa kurang enak badan sejak tadi pagi dan sepertinya ia akan tumbang sebentar lagi. Setidaknya ia tidak pernah bisa bangkit melawan sakit tenggorokan seperti yang sedang ia rasakan.
    Ia meneguk air putih yang sudah ia siapkan dan letakkan di samping tempat tidurnya. Entah sudah berapa gelas air putih yang ia minum dengan harapan sakit tenggorokannya akan membaik. Namun tenggorokannya tetap saja sakit dan sekarang ia malah ingin ke wc.
    Dengan setengah memejamkan mata, Jennifer turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke kamar mandinya.
    Ia menggeser pintu kamar mandi dan masuk ke dalam hanya untuk terbengong-bengong menyaksikan Michael tengah mandi di hadapannya dengan hanya dihalangi oleh sebuah kaca pembatas.

    Michael menoleh dan sama terkejutnya dengan Jennifer. Spontan ia menutupi bagian tubuh yang masih bisa ia tutupi dengan kedua tangannya.
    “ A-APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI?!!” serunya pada Jennifer yang masih berdiri diam seperti orang bodoh dengan kedua mata terbelalak.
    Michael buru-buru meraih handuk yang ia gantung agak jauh dari tempat ia mandi dan menghampiri Jennifer dengan kesal.
    “ Aku tidak menyangka ternyata kau sangat menikmati pemandangan barusan, nona Jeon!!”
    “ H-hah?!! A-Apa tidak salah?!! Apa yang kau lakukan malam-malam begini di sini?!! Apa kau tidak lihat sekarang sudah jam 1 malam?!!” seru Jennifer tidak kalah garang, meskipun suaranya jelas terdengar parau.
    Michael mengerutkan kedua alisnya.
    “ Ada apa dengan suaramu? .... kau sedang tidak enak badan?”
    “ .... ehem!! ... ya, kurasa tenggorokanku sedikit bermasalah.”
    “ Tenggorokanmu selalu bermasalah awal musim dingin, dari dulu memang seperti itu kan?” sahut Michael sambil melangkah keluar dari kamar mandi.
    Jennifer terdiam dan menghela napas, rasanya aneh mendapati bahwa Michael masih mengingat seperti apa dirinya dulu.

    “ Berbaringlah, dan sepanas apapun itu, bungkus dirimu dengan selimut.” ujar Michael sambil menarik selimut hingga leher Jennifer.
    Jennifer berbaring tanpa banyak protes, namun saat Michael berbalik dan terlihat akan pergi keluar dari kamar, refleks ia berseru.
    “ K-Kau mau pergi? .... maksudku... kau mau keluar dari kamar?”
    Michael menoleh dan menatap Jennifer sejenak.

    “ Aku akan mengambilkan air madu untukmu, .... baru setelah itu aku akan keluar dan mengijinkanmu beristirahat dengan tenang tanpa melihat wajahku.”
    Jennifer menatap Michael yang berjalan keluar sambil menghela napas. Air madu. Itulah yang selalu dibawakan oleh Michael setiap kali ia sakit dulu. Menerima sodoran air madu dari laki-laki itu sekarang rasanya agak aneh, seakan memaksanya untuk kembali mengingat semua detail kecil yang pernah terjadi di antara mereka dulu.
    Michael membantu Jennifer meletakkan gelas kosong air madu yang sudah diminum habis oleh wanita itu.
    “ ..... tidurlah, semoga besok kau sudah baikan.”

    “ Kau tidur di mana?” tanya Jennifer sambil membuang muka.
    “ Setelah 1 bulan menikah dan tinggal seatap denganku, baru sekarang kau peduli di mana aku tidur setiap malam?” tanya Michael dengan geli.
    “ Aku tidak peduli kau tidur di mana, aku ha----“
    “ Aku tidur di sofa ruang kerjaku, sebelumnya aku sering tertidur di sana saat mengerjakan pekerjaan kantor, jadi bagiku tidur di sana adalah hal yang biasa dan nyaman.” potong Michael.
    Michael bangkit berdiri dan berjalan menuju ke pintu keluar kamar, namun Jennifer kembali membuka suaranya.
    “ ..... tidurlah di sofa kamar ini.... s-siapa tahu aku ingin minum air madu lagi subuh nanti.”
    Michael menoleh dengan terkejut, ia tidak mengira Jennifer akan mengijinkannya tidur di kamar yang sama dengannya, namun saat ia menoleh, Jennifer sudah memejamkan matanya , menyudahi pembicaraan di antara mereka.

    *****

    Jennifer terbangun karena sinar matahari yang menusuk matanya. Kamar tidur Michael memiliki sistem pencahayaan yang sangat baik hingga setiap hari ia akan terbangun hanya karena sinar matahari, ia tidak perlu menyetel alarm untuk bangun tepat waktu setiap paginya.
    Ia melihat ke arah sofa kamar dan mendapati Michael masih berbaring di sana, tanpa ia sadari, seulas senyum muncul di wajahnya.
    “ ..... L-Michael!!” serunya membangunkan Michael dari tidur lelapnya.
    Michael memang sangat peka pada suara di sekitarnya hingga 1 teriakan saja sudah mampu membuatnya membuka matanya.
    “ .... kau sudah bangun? Bagaimana tenggorokanmu?”
    “ .... lumayan, tidak sesakit kemarin. Kau tidak akan bersiap pergi ke kantor?”
    Michael melihat jam dinding dan buru-buru berdiri.
    “ Aku lupa tidak memasang alarm, untung kau membangunkan aku, hari ini aku ada meeting penting!” seru Michael sambil buru-buru masuk ke ruang wardrobe dan mengambil setelan jas dan bolak balik ke kamar mandi.
    Jennifer masih duduk bersandar di tempat tidurnya dan memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh suaminya itu sambil termenung.

    Michael sedang terburu-buru mengancingkan kemejanya sambil memastikan tampangnya cukup oke dari cermin di kamar mandi tatkala ia mendengar suara Jennifer dari luar.
    “ ...... kenapa kau tidak muncul 6 tahun yang lalu?”
    Gerakan tangan Michael berhenti seketika itu juga saat ia mendengar 6 tahun disebutkan.
    Ia melangkah keluar dari kamar mandi dan memandang Jennifer.
    “ ..... kenapa kau menghilang 6 tahun yang lalu?” tanyanya sambil menatap Jennifer dengan serius.
    “ ..... Aku menghilang karena kau tidak pernah datang....”
    “ Aku harus datang ke mana?? ..... saat itu sedang rapat umum pemegang saham yang menentukan arah jalannya perusahaan.... aku sudah bilang, aku minta waktu untuk----“
    “ Aku pernah menelepon dan handphone-mu diangkat oleh sekretarismu.... aku jelas menitipkan pesan agar kau datang.... apapun yang terjadi....”
    Michael menatap Jennifer dengan bingung, ia tidak ingat sekretarisnya menyampaikan pesan apapun dari Jennifer.
    Jennifer menghela napas.
    “ ..... baiklah, aku tidak ingin membahas hal yang sudah berlalu.... lagipula tidak akan ada yang berubah mengenai itu. Hari ini aku akan melihat-lihat tempat yang cocok untuk menjadi kantor yayasan, jika ada yang kurasa pas, aku akan memberitahumu mengenai harganya.”
    “ Kau serius dengan yayasan amal itu? .... kau tidak bisa lepas tangan dari tanggung jawabmu di sana selaku pendiri yayasan.”
    “ Tentu saja, memang aku ini orang yang tidak bertanggung jawab hingga melepaskan tanganku dari yayasan yang kudirikan?”
    “ Aku hanya tidak percaya kau tertarik mengelola sebuah yayasan amal terutama mengenai anak yatim piatu.” jawab Michael sambil kembali ke kamar mandi dan menyelesaikan persiapannya ke kantor.

    *****

    “ Apa maksudmu kau tidak akan segera dioperasi??” desak Daniel.
    Monica menghentikan langkahnya, lagi-lagi laki-laki ini muncul di depan kantornya.
    “ ..... i-ini urusanku... aku berterimakasih karena kau sudah peduli padaku, tapi .... bagaimanapun kau adalah orang asing, dan aku... aku yang akan mengurus semua ini sendiri.” jawab Monica. Ia sudah memikirkannya beberapa hari ini dan rasanya aneh mengijinkan seseorang yang baru saja ia kenal, apalagi orang tersebut adalah seseorang dengan latar belakang seperti Daniel, terlalu dalam ikut campur dalam hidupnya. Mendapati bahwa laki-laki itu mengetahui penyakitnya dan melihatnya menangis seperti orang bodoh saja sudah merupakan hal yang sangat memalukan baginya.

    “ Bukankah sudah kubilang, aku akan menemanimu selama proses penyembuhanmu ini!”
    “ ..... aku tidak akan mati karena operasi ini.... aku bisa melewatinya sendiri. Jadi, terimakasih banyak.” sahut Monica sambil mempercepat langkahnya sebelum mereka mulai menarik perhatian orang-orang di sana.
    Tapi Daniel tidak melepaskannya begitu saja, ia buru-buru menarik tangan Monica.
    “ Apakah kau marah padaku karena aku tidak membantumu untuk kembali dengan keparat itu lagi??!”
    Monica terbelalak dan buru-buru menempelkan jari telunjuk di depan bibirnya.
    “ Sssttt!! ... semua orang di kantor ini sudah tahu kalau aku adalah mantan pacar Garry! .... lagipula b-bukan itu penyebabnya! .... a-aku tahu kalau aku dan Garry.... tidak akan bisa bersama lagi. Aku sudah menerima kenyataan itu.”
    “ Monica!!!” seru Daniel kesal karena lagi-lagi gadis di hadapannya ini membela mantan pacar keparatnya itu.
    “ Aku tidak punya uang oke?!!! .... operasi itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan aku harus mengumpulkan uang dulu untuk melakukan operasi itu!!” seru Monica meledak.

    *****

    Daniel melakukan kunjungan rutin untuk project project rancangannya yang sedang dalam tahap pembangunan, namun pikirannya sama sekali tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya.
    “ ..... Daniel.... kau benar-benar hidup terlalu enak selama ini.... tentu saja ada beberapa orang yang harus menabung lebih dulu untuk melakukan operasi.... tentu saja ada orang seperti itu....” gumamnya.
    “ Ada yang harus kami revisi lagi, Pak?” tanya asistennya yang bingung melihat atasannya bicara pada diri sendiri berkali-kali.
    “ Bukankah kondisinya akan semakin buruk jika ia tidak segera dioperasi?” tanya Daniel pada dirinya sendiri.
    “ Ya, Pak? Operasi apa?” tanya asistennya bertambah bingung.
    “ ...... aku ada urusan, kau urus saja yang belum selesai di sini dan laporkan padaku di kantor nanti.” sahut Daniel sambil buru-buru pergi dari sana.

    Monica termangu di meja kerjanya. Ia sudah tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan pekerjaannya dan hanya bisa menghela napas panjang setiap beberapa menit sekali.
    “ Monica, ada apa denganmu hari ini? Kau tampak begitu tidak bersemangat.” tanya rekan kerjanya yang biasanya tidak pernah membuang waktu untuk menyapa orang tidak menonjol seperti Monica.
    “ H-Hah? .... ah, tidak ada apa-apa... aku hanya merasa kurang enak badan.”
    “ Apakah kau sedang bertengkar dengan Daniel Tanubrata?”
    Monica terkejut mendengar nama laki-laki itu disebut dengan begitu leluasanya oleh rekan kerjanya itu. Orang-orang di kantornya memang sangat mempercayai bahwa ia adalah kekasih Daniel dan hal itu menjadi penting karena mereka tahu siapa Daniel.
    “ T-tidak.... kami baik-baik saja.” jawab Monica sekenanya.
    “ Benarkah? Aku mendengar ada orang yang melihat kalian bertengkar di lobby kantor tadi pagi.”
    “ H-hah?? .... ah... ya, itu... pertengkaran kecil yang tidak berarti kok.” jawab Monica, berharap pertanyaan itu tidak terus menerus dilanjutkan.

    *****
    Monica berjalan dengan langkah gontai sepulang kerja. Perjalanan dari lantai kantornya hingga lobby terasa begitu jauh dan panjang.
    “ Monica!! Daniel ada di bawah!! Sepertinya ia sedang menunggumu!” seru beberapa rekan kerjanya yang berlari-lari kecil menghampiri Monica.
    “ .... Daniel di bawah? .... benarkah?” tanya Monica sambil meringis, entah apa lagi yang diinginkan laki-laki itu di kantornya.
    Monica melangkah keluar dari lift dan laki-laki benar-benar ada di lobby kantornya. Sambil melirik ke kiri dan ke kanan, Monica melangkah mendekati Daniel.
    “ ..... apapun yang ingin kau bicarakan, kita tidak bisa bicarakan di sini, terlalu banyak orang yang melihat kita.” bisik Monica.

    Daniel menebar pandangannya dan menghela napas. Gadis itu benar, puluhan pasang mata menatap ke arah mereka dengan penuh rasa ingin tahu. Ia bingung memang apa masalahnya jika ia datang menemui salah seorang staff di kantor ini?
    “ Kalau begitu aku akan mengantarmu pulang dan bicara padamu di rumah, bagaimana?”
    “ ..... r-rumahku? .... kau ingin bicara di rumahku?”
    “ Atau kau ingin bicara di sini? Aku tidak masalah.”
    “ Baiklah, .... rumahku.” potong Monica buru-buru.

    Daniel bungkam di sepanjang perjalanan dan berkonsentrasi menyetir hingga mereka sampai di depan sebuah rumah sederhana milik Monica.
    “ Melihat rumah ini, aku percaya bahwa ini memang rumahmu.” sahut Daniel sambil tersenyum.
    “ ..... apakah rumah ini begitu tampak menyedihkan?”
    “ Rumah ini tampak sederhana, itu maksudku.” sahut Daniel mulai kesal dengan self esteem Monica yang sangat rendah itu.
    “ ..... apa yang ingin kau bicarakan lagi denganku?”

    Daniel mengulurkan secarik kertas pada Monica.
    “ Aku sudah membayar semua biaya operasimu, kau tinggal datang ke rumah sakit sambil membawa ini dan mereka akan mengatur jadwal operasi untukmu.”
    Monica tertegun.
    “ ..... kau baru melakukan apa....?” tanyanya tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.
    “ Aku sudah bertanya pada dokter di rumah sakit dan ia berpendapat bahwa operasi seperti ini semakin cepat dilakukan maka hasilnya akan semakin baik! .... Kau tidak punya alasan untuk menundanya lagi sekarang.” sahut Daniel sambil membalikkan badannya hendak berjalan pergi.

    “ .... D-Daniel!! ..... bagaimana bisa kau pergi begitu saja?” seru Monica sambil memegang lengan Daniel dengan mata berair.
    Daniel menoleh dan menghela napas panjang.
    “ ..... sesekali kau boleh bersikap egois.... jika itu berkaitan dengan kebaikan dan kepentingan dirimu sendiri.... sesekali kau boleh bersikap tidak tahu malu jika itu akan menguntungkan untukmu.... beginilah dunia ini bekerja, Mon....”
    “ K-Kenapa.... kau begitu.... baik padaku...?” tanya Monica dengan bibir bergetar.
    “ Aku hanya tidak senang ..... aku hanya tidak senang melihatmu seperti ini dan tidak berbuat apapun!”

    *****

    Jeffry menekan bel rumah Evelyn dan tidak lama kemudian pintu rumah dibuka dari dalam. Seorang pria setengah baya dengan usia sekitar 50 tahun membukakan pintu sambil menatapnya dengan bingung.
    “ .... kau.... selebritis bukan? Apa yang kau lakukan di sini??”
    “ .... tampaknya anda tahu siapa saya... bisa saya masuk sebentar? Ada hal yang ingin saya bicarakan dengan anda.”

    Pria setengah baya itu meletakkan segelas teh di hadapan Jeffry, masih dengan tatapan bingung bercampur tidak percaya dengan tamu penting yang datang ke rumahnya itu.
    “ Namaku Jeffry Tanubrata, aku datang ingin membicarakan mengenai Evelyn.”
    “ Evelyn? Apa yang dia lakukan? Apa dia menyebabkan masalah??”
    “ Tidak, bukan itu. Evelyn melakukan pekerjaannya dengan baik. Hanya saja sepertinya hubungannya dengan anda kurang baik. Aku tahu sudah beberapa hari ini ia tidak pulang ke rumah ini bukan?”

    Papa tiri Evelyn memincingkan matanya.
    “ Evelyn bersama denganmu selama beberapa hari ini?”
    “ Kenapa kau mengusir anakmu sendiri.... dan berapa hutangnya padamu? .... itu yang ingin kuketahui hari ini.”
    “ Kau tahu kalau Evelyn mempunyai hutang padaku? Wah, aku tidak tahu kalau Evelyn memiliki teman dekat yang sangat perhatian padanya.” sahut papa tiri Evelyn sambil menghirup rokok di tangannya.
    “ Sebut saja jumlahnya.”

    *****

    Evelyn duduk di hadapan Jeffry dengan tampang cemas. Sudah beberapa hari ini ia tinggal di apartment Jeffry, semata-mata karena ia tidak punya uang yang cukup untuk tinggal di motel dan ia tidak bisa pulang ke rumah tanpa membawa sepeser uang pun.
    Namun hari ini tiba-tiba beredar pemberitaan yang menyatakan bahwa dirinya dan Jeffry sedang menjalin hubungan dan bahkan sudah tinggal bersama.

    “ Kau sudah melihat berita hari ini?? .... berita itu bahkan tampil di acara infotainment di televisi! .... sepertinya aku tidak bisa tinggal di sini lagi!” sahut Evelyn panik.
    Jeffry masih menghabiskan makan malamnya dengan tenang dan tidak terganggu.
    “ Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pemberitaan itu, kita memang tinggal bersama selama 3 hari ini bukan?” celetuk Jeffry menjawab dengan santai.
    “ Jeffry! Bisakah kau menanggapi ini semua dengan lebih serius?? ..... mereka menyebarkan berita yang tidak benar mengenai kita berdua!”
    “ Anggap saja ini sebagai bentuk promosi film kita nanti, selama tidak ada pernyataan yang keluar dari mulut kita sendiri dan dari agensi kita, maka rumor akan tetap menjadi rumor.”
    “ Tapi.... bagaimanapun.... ini tidak benar....” sahut Evelyn putus asa.

    Jeffry menatap Evelyn dan tersenyum.
    “ Gunakan kesempatan ini untuk menaikkan popularitasmu, kau bisa mendapat banyak tawaran job yang jauh lebih baik dari sekedar model katalog jika kau bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.”
    “ ..... bagaimanapun, aku akan keluar dari sini besok.”
    “ Kau akan tinggal di penginapan murah dan membiarkan orang-orang melihat dan mengenalimu di sana?”
    “ A-aku akan menemui orang agensi dan memberitahu mereka masalahku.... mungkin mereka bisa membantuku...”
    “ Kau akan bercerita pada orang orang di agensi bahwa kau diusir oleh papa tirimu dan tidak memiliki tempat untuk tinggal dan tidak punya cukup uang untuk bertahan hidup. Begitu?”

    Evelyn menyandarkan punggungnya di kursi dengan putus asa. Jeffry benar, ia seperti tikus yang terjebak di sudut ruangan dengan 1 jalan keluar, yaitu tinggal di apartment Jeffry. Setidaknya sampai ia menerima bayaran dari filmnya dan ia bisa mencari tempat tinggal sendiri.
    “ ...... pertama, kau harus melunasi semua hutangmu pada papa tirimu dan putuskan hubunganmu dengannya.” sahut Jeffry serius.
    Evelyn terpaku.
    “ ...... dari mana kau tahu tentang.... hutangku?”
    “ Aku sudah bertemu dengan papa tirimu dan ia menyebutkan jumlah hutangmu padanya, ..... laki-laki seperti itu tidak akan pernah memperlakukanmu dengan semestinya meskipun kau sudah melunasi hutangmu, jadi lebih baik segera akhiri hubungan dengannya.”
    “ Kau datang ke rumahku?!! Kau bertemu dengannya?!! Apa yang kalian bicarakan?? Jeffry, dia bukan orang baik!! Dia akan memanfaatkanmu dan mungkin dia akan melakukan hal yang buruk padamu!!” seru Evelyn panik. Dari dulu ia mati-matian agar papa tirinya tidak mengetahui hubungannya dengan Jeffry.


    Jeffrey meletakkan garpu dan sendok di tangannya seraya menatap Evelyn dengan serius.
    “ Sejak kapan ia memperlakukanmu seperti ini? ..... papa tirimu bilang mamamu kabur dan membawa kabur uangnya.... dan itu sejak 10 tahun yang lalu.... apakah kau diperlakukan seperti ini sejak 10 tahun yang lalu?” tanya Jeffry sambil sengaja menunduk dan berpura-pura sibuk melanjutkan makan malamnya, memberikan keleluasaan bagi Evelyn tanpa perlu menghujamnya dengan tatapan matanya.
    “ ..... aku tidak bisa membiarkannya melaporkan mamaku ke polisi.... mamaku kabur karena ingin mendapatkan hidup yang lebih baik.... aku tidak ingin mengganggu hidup barunya.” sahut Evelyn dengan lirih.
    “ Mamamu berusaha untuk mendapatkan hidup yang lebih baik dengan meninggalkanmu pada pria yang pasti akan menyakitimu?!!” seru Jeffry sambil meletakkan sendok di atas meja dengan kasar.

    “ ..... aku tidak akan mengijinkanmu bicara buruk mengenai mamaku.... apapun alasannya.” sahut Evelyn dingin.
    “ Kenapa kau tidak pernah menceritakan ini padaku dulu? ..... jadi ini kenapa kau selalu melarangku masuk ke dalam rumahmu, jadi ini kenapa kau tidak pernah memperkenalkanku pada papa tirimu.”
    “ ..... sudah kubilang... kau... kau bukanlah orang yang penting bagiku. ..... lupakan semua pembicaraanmu dengan papa tiriku.... aku yang akan mengurus hidupku sendiri.” sahut Evelyn sambil mengambil handphone-nya, satu satunya barang yang ia bawa ke rumah Jeffry dan berjalan menuju pintu keluar.

    “ EVELYN! Apa kau benar-benar akan bersikap kekanak kanakan seperti ini?!!”
    “ Sampai kapanpun aku tidak akan mengijinkanmu ikut campur dalam kehidupanku. .... mengenai pemberitaan tidak benar mengenai kita, aku harap kau bisa mengklarifikasi hal itu secepatnya.” sahut Evelyn sambil menutup pintu apartment Jeffry.

    *****

    Evelyn berdiri beberapa saat di depan pintu rumahnya sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
    Pintu itu terbuka dan papa tirinya berdiri sambil melipat kedua tangannya.
    “ Aku tidak menyangka kau masih berpikir untuk pulang kemari. Kupikir setelah kau berhasil menggaet artis itu, maka kau akan pergi selamanya dari sini.”
    “ ...... apa saja yang kau bicarakan dengannya? .... kami tidak punya hubungan apapun! Jadi kumohon jangan libatkan dia dalam masalah keluarga kita!”
    “ Benarkah? Tapi yang kulihat sepertinya ia sangat perhatian pada nasibmu selama tinggal bersamaku. Entah hal buruk apa saja yang sudah kau ceritakan padanya tentang diriku.” sahut papa tirinya dengan sinis.
    “ ..... dia adalah rekan kerjaku di agensi tempatku bernaung, dia... dia hanya takut masalah keluargaku mempengaruhi film kami yang akan segera tayang, hubungan kami tidak lebih dari sekedar rekan kerja. .... aku yang akan menyelesaikan hutangku padamu.”
    “ Benarkah? Hhm... tapi bagaimana ya, rekan kerjamu itu sudah membayar lunas semua hutangmu padaku, dan rasanya bodoh sekali jika aku mengembalikan uang itu dan mempercayai bualanmu itu!”

    Evelyn terkejut mendengar perkataan papa tirinya itu.
    “ D-Dia memberi uang padamu?? C-Cepat kembalikan uang itu padaku!! Sudah kubilang, aku tidak punya hubungan apapun dengannya, Pa!!!” seru Evelyn sambil menerobos masuk ke dalam, berniat mencari dan mengambil kembali uang yang diberikan Jeffry pada papa tirinya.
    Evelyn membuka pintu kamar papanya namun seketika itu juga rambutnya ditarik hingga langkahnya terhenti dan ia nyaris terjengkang ke belakang karenanya.
    “ Apa yang sedang kau lakukan? Apa kau pikir kau bisa melakukan hal ini di depan mataku?!” seru papa tirinya sambil menghempaskan Evelyn hingga terjatuh ke bawah.
    Evelyn segera bangkit berdiri, rasa sakit di tubuhnya tidak bisa dibandingkan dengan rasa malu yang ia rasakan sekarang. Ia kembali berjalan masuk ke dalam kamar papa tirinya dan membuka laci pertama yang bisa ia raih sebelum papanya kembali menariknya dan menamparnya keras-keras.
    “ SUDAH 10 TAHUN AKU MENUNGGU KAU MENGEMBALIKAN HUTANG MAMAMU PADAKU!!” serunya sambil berkacak pinggang.

    Evelyn menatap papa tirinya sambil berlinang air mata dan memohon.
    “ Pa... aku memohon ampun atas semua kesalahan mama padamu, aku juga minta maaf karena belum bisa melunasi hutang-hutang itu selama 10 tahun ini... tapi bagaimanapun tidak benar jika kau mengambil uang itu.... sebentar lagi film-ku akan tayang dan aku akan mendapat pembayaran atas kerjaku... aku akan memberikan semua uang itu untukmu!! Kumohon, kembalikan uang dari Jeffry!!!”
    “ Kau pikir aku bodoh?! Kau pasti sudah menjual dirimu pada laki-laki itu hingga ia memberikan uang itu padaku. Tubuhmu sudah terjual, kenapa aku harus mengembalikan uang itu padanya??”

    Evelyn menatap papa tirinya sambil menggigit bibirnya.
    “ AKU TIDAK PUNYA HUBUNGAN APAPUN DENGANNYA!! IA TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN BOBROKNYA HIDUPKU SEKARANG INI!!” teriak Evelyn putus asa.
    Papa tirinya menamparnya sekali lagi hingga sudut bibir Evelyn berdarah. Ia kemudian mendorong Evelyn hingga terbaring di lantai.
    “ Baiklah, aku akan mengembalikan uang dari laki-laki itu, anggap saja itu pembayaran dariku untuk tubuhmu malam ini. Bagaimana?”
    Evelyn terbelalak, sorot mata ketakutan tidak terhindarkan lagi dari matanya.
    “ A-Apa yang akan kau lakukan?!! Ming-Minggir!!!” seru Evelyn sambil berusaha melepaskan diri sementara papa tirinya dengan mudah menahannya tetap terbaring di lantai dan merobek kancing kemejanya.
    “ KAU TIDAK BOLEH MELAKUKAN INI, PAAA!!!” jerit Evelyn histeris.

    ******

    Jeffry baru saja sampai di depan rumah Evelyn. Ia yakin gadis itu pasti kembali kemari dan mencari masalah dengan pria brengsek pemilik rumah ini. Ia mendengar suara jeritan dari dalam rumah dan tanpa berpikir panjang Jeffry segera menerobos ke dalam dan terkejut setengah mati ketika melihat pemandangan di hadapannya.
    Evelyn terbaring di lantai dengan luka lebam di sekujur tubuhnya sementara papa tirinya mencoba untuk membuka seluruh kemeja gadis malang itu.
    Jeffry merasa seluruh tubuhnya bergolak seperti gunung yang siap meletus. Ia nyaris tidak sadar ketika kakinya melangkah dan tinjunya melayang pada wajah pria setengah baya itu.
    Entah berapa kali Jeffry memukuli wajah pria setengah baya itu sambil meneriakan sumpah serampah.
    “ AKU SUDAH MEMBAYAR SEMUA HUTANGNYA!!! DAN AKU SUDAH BILANG JANGAN PERNAH MENGGANGGU EVELYN LAGI!!!” seru Jeffry meledak.

    Evelyn duduk di sudut ruangan sambil memegangi kemejanya yang sudah tidak jelas bentuknya.
    “ ..... J-Jin-Jeffry!!” serunya berusaha mengeluarkan suara dari tenggorokannya yang terasa tercekat.
    Jeffry menoleh ke arahnya dan menyadari gadis itu yang lebih memerlukan dirinya dibanding keparat paruh baya yang sudah hampir pingsan karena menikmati pukulan darinya.
    Jeffry menghampiri Evelyn dan menatap gadis itu dengan penuh rasa bersalah.
    “ Kau tidak apa-apa? Maaf aku datang terlambat....”
    “ ..... aku akan mengembalikan uangmu.... setelah itu ayo kita pergi dari sini...” sahut Evelyn sambil berdiri dan masih berusaha untuk membuka laci lemari dan mencari uang pemberian Jeffry.
    Jeffry menghampirinya dan memeluk Evelyn dari belakang.
    “ ..... berhenti menyakitiku lagi, Evelyn.... ayo kita pergi dari tempat ini....”
     
  10. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 8 - My Life, My Mistake, My Confusion

    Jeffry menatap Evelyn yang tertidur di tempat tidurnya. Gadis itu segera terlelap sejak masuk ke dalam mobilnya. Ia bahkan tidak terbangun sama sekali saat Jeffry mengangkatnya sampai ke kamar tidur.
    “ ...... gadis bodoh..... dasar gadis bodoh.” gerutu Jeffry dengan sedih.
    Ia mengambil sapu tangan dan mulai mengeringkan bulir-bulir keringat di tubuh Evelyn.

    Evelyn perlahan membuka matanya yang terasa sangat berat. Ia menatap Jeffry untuk beberapa saat dan kemudian tersenyum.
    “ ..... terimakasih sudah datang menyelamatkanku..... tapi seharusnya kau tidak perlu memberikan uang itu pada papa tiriku.... itu kewajibanku....” sahut Evelyn lemah.
    “ Evelyn.”
    “ Hhm...?”
    “ Mulai sekarang kau tidak bisa lagi pergi dari kehidupanku. Mulai sekarang kau hanya akan berdiri di sampingku, dan kau tidak akan pernah menghilang lagi dari hidupku.”
    Evelyn menatap Jeffry dan entah kenapa air mata segera menutupi pandangan matanya sesaat setelah ia mendengar kalimat dari Jeffry.
    “ ..... istirahatlah, kita bicarakan lagi semua besok.... “ sahut Jeffry sambil mengecup kening Evelyn.

    *****

    Michael duduk di meja kerjanya dengan tatapan kosong. Pembicaraan singkatnya dengan Jennifer kemarin masih membuatnya sulit berkonsentrasi pada hal lain.
    Telepon di mejanya berdering dan membuyarkan Michael dari lamunannya.
    “ Ya?”
    “ Ibu Maria sudah tiba, Tuan.”
    “ Persilakan dia masuk.”
    Michael berdiri dari kursinya dan tersenyum pada Ibu Maria Hartono yang adalah sekretaris papanya. 6 tahun yang lalu Ibu Maria sering membantunya untuk mengurus masalah-masalah perusahaan, tapi setelah Michael resmi menduduki posisi sebagai CEO, Ibu Maria kembali ke sisi papanya sampai sekarang.

    “ Selamat pagi, Daniel. Aku terkejut sekali saat diberitahu bahwa anda mencari saya.”
    “ Maafkan aku, apa aku mengganggu pekerjaanmu?”
    “ Papamu sedang bermain golf dengan tamu dari China sehingga saya tidak ada pekerjaan apapun sekarang. Apa yang ingin anda tanyakan pada saya?”
    “ ...... ini sudah lama, 6 tahun yang lalu, tapi kuhargai jika kau bisa mengingat-ingat saat itu.”
    Mantan sekretarisnya itu mengerutkan alisnya bingung.

    “ ...... dulu, saat ibu masih bekerja sebagai sekretarisku.... apakah ibu pernah menerima telepon dari seorang wanita bernama Jennifer? .... mungkin dia satu-satunya wanita yang menelepon dan mencariku saat itu.”
    Wajah mantan sekretarisnya mendadak berubah gelisah. Tentu saja ia tidak akan lupa wanita bernama Jennifer yang meneleponnya berkali-kali kala itu dan sekarang telah menjadi istri bosnya itu.

    “ ..... entah apakah saya boleh mengatakannya padamu.... mengenai itu....”
    Michael menatap mantan sekretarisnya itu dengan gamang.
    “ Ceritakan dengan lengkap tanpa ada yang ibu rahasiakan lagi dariku! ..... ini adalah hal yang sangat penting bagiku. Kumohon.”

    Mantan sekretarisnya itu terdiam sejenak dan menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara.
    “ ...... saya ingat hari itu adalah rapat umum pemegang saham, semua orang di kantor begitu sibuk.... terutama anda, karena anda adalah putra tuan besar yang akan mewarisi TANUBRATA GROUP Corporation. .... hari itu nona Jennifer memang menelepon dan mencari anda untuk beberapa kali.... semua telepon darinya saya yang mengangkat.”
    “ Jadi ia memang meneleponmu beberapa kali hari itu... lalu kenapa ibu tidak pernah memberitahuku sekalipun??”
    “ ..... karena tuan besar melarang saya untuk memberitahu anda.... posisi saya terjepit karena bagaimanapun juga tuan besar adalah bos saya....”

    Michael menatap mantan sekretarisnya dan ia menatapnya dengan tajam.
    “ Apa yang membuat papa tidak mengijinkanmu menyampaikan informasi sederhana seperti itu?”
    “ ..... entah apakah saya boleh mengatakannya pada anda....”
    “ Ibu Maria!!” seru Michael mulai tidak sabar.
    “ ...... saat menelepon saya, nona Jennifer sedang berada di rumah sakit.... ia mengalami kecelakaan dan bayi dalam kandungannya terpaksa harus digugurkan hari itu.... tuan besar tidak ingin hal tersebut mempengaruhi konsentrasi anda.... dan tuan besar tahu, anda pasti akan meninggalkan perusahaan jika mengetahui hal seperti ini terjadi. ..... makanya beliau melarang saya menyampaikan hal tersebut pada anda.”

    Michael terpaku, untuk beberapa saat pikirannya serasa berkabut dan ia masih berusaha mencerna kata demi kata barusan.
    “ ...... kau bilang.... saat itu.... Jennifer tengah mengandung anakku.... kemudian ia mengalami kecelakaan.... dan ia keguguran?”
    “ Maafkan aku, Daniel. .... kukira tuan besar segera memberitahu anda setelah semua kesibukan perusahaan berlalu. Aku tidak tahu bahwa sampai sekarang anda belum mengetahui mengenai hal ini.” sahut mantan sekretarisnya itu dengan murung.
    “ ..... karena itu Jennifer menghilang tanpa jejak.... karena itu ia membenciku setengah mati hingga detik ini.... tentu saja ia akan membenciku..... tentu saja ia harus membenciku....” gumam Michael sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

    ******

    Jennifer sedang melihat-lihat lokasi yang paling pas sebagai basecamp yayasan amal miliknya ketika seseorang menelepon dan mengaku sebagai pemilik BALI Gallery. Pemilik gallery ternama itu mengaku ingin menjadi donatur pertama untuk yayasan Jennifer dan akan menyelenggarakan lelang karya seni di gallerynya untuk itu.
    Tentu saja Jennifer kegirangan bukan kepalang dan langsung meluncur pergi untuk bertemu dengan pemilik gallery itu.

    “ Selamat siang, perkenalkan, namaku Jennifer.” sapa Jennifer dengan senyuman merekah di wajahnya.
    “ Selamat siang, namaku Yolanda Wulandari, senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan istri Michael Tanubrata.”
    Senyuman di wajah Jennifer perlahan memudar mendengar nama Michael disebut dengan begitu leluasa dari bibir sang pemilik galleri itu.
    “ Ah, ya... terimakasih.”
    “ Michael mengirim undangan pernikahan kalian padaku tapi aku sedang ada di Milan dan tidak bisa menghadirinya. Maafkan aku, tapi pernikahan kalian memang terlalu mendadak hingga aku tidak bisa menyempatkan diri untuk mengatur jadwalku.”
    “ O-Oo... ya, pernikahan kami memang agak terburu-buru. .... jadi kau mengenal suamiku rupanya?” tanya Jennifer dengan sopan. Pantas saja pemilik sebuah galleri mahal seperti itu tiba-tiba menawarkan diri jadi donatur pertama yayasan amalnya.

    “ Mengenal suamimu? Lebih dari itu, aku sempat berharap Michael akan menikah denganku, tapi ternyata ia berpikir lain dan menikahi seorang wanita dari kelas yang .... agak berbeda dengannya.” sahut Yolanda sambil tersenyum.
    Jennifer terdiam sejenak. Ia menatap gadis di hadapannya itu dan ia menyadari bahwa kedatangannya ke tempat itu adalah hal yang salah.
    “ Kau benar.... tapi sayangnya kami sudah menikah dan kau hanya bisa kecewa karena tidak bisa menikah dengan seorang penerus TANUBRATA GROUP Group.” balas Jennifer dengan pedas.

    Yolanda tersenyum.
    “ Menyesal? Tentu saja tidak, bagiku tidak penting Michael adalah seorang penerus TANUBRATA GROUP atau bukan, bagiku bisa berada di sampingnya sudah lebih dari cukup. ..... mungkin pemikiran kita berdua terhadapnya agak berbeda.”
    Jennifer menatap Yolanda dengan kesal, gadis itu benar-benar mengolok-oloknya sekarang.

    ******

    Monica baru saja menetapkan tanggal operasinya di rumah sakit menjadi lusa. Ia akan dioperasi lusa, dan ia nyaris tidak bisa mempercayai bahwa ia bisa dioperasi dalam waktu secepat itu.
    Ia melangkah keluar dan Daniel berdiri membelakanginya persis di depan lobby rumah sakit.
    Laki-laki itu memaksa untuk menemaninya ke rumah sakit dan memastikan ia benar-benar sudah mendaftarkan operasinya.
    Daniel berdiri dengan kedua headset musik terpasang di telinganya. Tiba-tiba musik yang sedang ia dengarkan berhenti di tengah-tengah, sepertinya ada yang salah dengan pemutar mp3 lama yang memang masih digunakannya hingga sekarang. Maklum pemutar mp3 itu adalah hadiah terakhir dari mamanya sebelum mamanya meninggal, hingga Daniel benar-benar tidak ingin berhenti memakai pemutar mp3 lama itu.

    Daniel mengutak atik pemutar mp3 nya ketika sebuah suara terdengar dari belakang. Monica berjalan dengan langkah perlahan. Ia memberanikan diri untuk membuka mulutnya setelah memastikan laki-laki itu sedang sibuk mendengarkan lagu dan tidak bisa mendengar perkataannya.
    1 hal yang tidak diketahuinya. Daniel tidak sedang mendengarkan apapun lewat headsetnya sekarang.

    “ Daniel.... aku tidak bisa mengatakan ini saat kau mendengarnya, jadi aku akan mengatakannya padamu saat kau tidak sedang mendengarkanku.... aku benar-benar malu dan tidak enak hati padamu.... sekaligus merasa berterimakasih. Apakah tidak apa-apa aku bersikap begitu egois dan tidak tahu malu.... terhadap seseorang yang baru kutemui beberapa kali....? ..... kau seperti hantu yang tiba-tiba muncul di hidupku.... Aku, aku akan bersikap egois dan memanfaatkanmu sampai operasiku berakhir.... sampai saat itu kumohon untuk memperlakukanku dengan sangat baik.... tapi setelah itu.... kuharap kau berhenti memperlakukanku dengan begitu baik.... kebaikanmu membuatku takut.... bagaimana jika hati lemah seperti hatiku tiba-tiba jatuh cinta pada orang sepertimu? Itu bagaikan punduk yang merindukan bulan bukan...?”

    Monica menghentikan perkataannya ketika Daniel tiba-tiba membalikkan badannya dan menatapnya dalam diam.
    “ ..... A-aku sudah selesai!” seru Monica dengan suara yang keras.
    Daniel menarik lepas kedua headset di telinganya sambil memandangi Monica untuk beberapa saat.
    “ ..... kenapa?” tanya Monica bingung.
    “ ..... jadi kapan kau akan dioperasi?” tanya Daniel lembut.
    “ Lusa... jam 8 malam. ..... apakah kau akan menemaniku saat aku dioperasi nanti?” tanya Monica berhati-hati.
    Daniel menatapnya tanpa berkata-kata sebentar lalu kemudian tersenyum.
    “ Kau tidak perlu mempertanyakan pertanyaan dengan jawaban yang sudah begitu jelas. Aku pasti akan menemanimu saat kau operasi nanti.”

    Daniel kembali memaksa untuk mengantarkan Monica pulang. Dan kali ini Monica tidak memberikan banyak bantahan terhadap laki-laki itu.
    “ Sebenarnya kau tidak perlu repot-repot mengantarku pulang lagi... aku bisa pulang sendiri.” sahutnya merasa tidak enak karena laki-laki itu benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik hari ini.
    Daniel menoleh padanya dan tersenyum penuh arti. Pikirannya mendadak kacau setelah mendengar kalimat Monica di rumah sakit barusan. Kalimat yang seharusnya tidak ia dengarkan.

    “ Oya, tentang pembayaran operasiku... meskipun akan memakan waktu beberapa lama, tapi aku pasti akan melunasinya padamu.”
    “ Bagiku jumlah itu tidak seberapa, kau bisa melunasinya pelan-pelan..... lagipula pria mana yang begitu perhitungan pada kekasihnya sendiri?”
    Monica menoleh dan melihat Daniel yang masih menatap ke jalanan di depannya.
    “ ..... apa kau masih bisa bercanda denganku tentang itu? .... kau masih akan bermain kekasih palsu itu?” tanya Monica sambil tertawa geli.
    “ Memangnya kenapa? .... ternyata permainan itu cukup mengasyikkan bukan?”
    “ Bukankah kau memperingatkanku untuk tidak kembali pada Garry ? Kau bahkan memperingatkanku dengan begitu galak.”
    “ Ya, lebih baik kau ingat baik-baik hal itu. ..... Kita akan bahas soal permainan ini setelah kau dioperasi nanti. Tapi hingga kita membahasnya, maka aku ini masih kekasihmu.”
    Monica tersenyum sendiri.
    “ ..... aku jamin pasti ada banyak wanita yang ingin bertukar tempat denganku sekarang.” sahutnya.
    “ Ya, kau benar. Jadi lebih baik kau syukuri hal ini baik-baik.” sahut Daniel sambil tersenyum, senang suasana di antara dirinya dan Monica kembali mencair.

    *****

    Malam itu Daniel berbaring dengan mata terbuka lebar. Ini adalah hal yang jarang terjadi mengingat ia selalu bisa tidur secepat jentikan jari.
    Ia bukan orang yang senang membohongi dirinya sendiri, ia jelas-jelas memikirkan perkataan Monica di rumah sakit tanpa berusaha untuk menghilangkan hal itu dari pikirannya.

    Selama 33 tahun ia hidup tanpa menyesali keputusannya untuk tidak pernah menjalin hubungan serius dengan wanita manapun. Alasannya? Ia tidak ingin menikahi siapapun. Ia memiliki begitu banyak alasan untuk membenci kata pernikahan, tapi alasan utamanya karena ia terlalu lama melihat mamanya menderita selama menjadi seorang nyonya Tanubrata.
    Daniel sangat percaya bahwa pernikahan hanya akan membuat salah satu pihak dirugikan, dan ia tidak akan pernah ingin melukai siapapun.... atau dilukai siapapun.
    “ ..... Monica ..... apa yang harus kulakukan terhadapmu...?” gumamnya.
     
  11. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    This Is How I Love You !

    Jeffry masih duduk di samping tempat tidurnya dan matanya tidak pernah lepas dari Evelyn yang masih tertidur dengan lelap.
    Managernya sudah mengingatkannya dari tadi bahwa syuting film akan dilakukan 1 jam dari sekarang, itu berarti Jeffry harus segera pergi ke lokasi syuting jika tidak ingin membuat semua kru menunggunya.

    “ ..... Evelyn...” panggil Jeffry dengan lembut, sebenarnya ia tidak ingin mengganggu istirahat gadis itu, namun rasanya tidak tenang meninggalkannya tanpa melihatnya membuka mata terlebih dahulu.
    Jeffry memegang kedua tangan Evelyn dan memijatnya dengan lembut hingga mata Evelyn perlahan terbuka.
    “ ..... Jeffry....” sapa Evelyn dengan lirih.
    “ Aku harus berangkat syuting.... apa kau tidak apa-apa kutinggal sendirian di sini?”
    “ Tentu saja kau harus berangkat syuting.... jangan kuatir padaku.... aku bisa menjaga diriku sendiri.” sahut Evelyn sambil berusaha menegakkan tubuhnya dan memperlihatkan betapa tubuhnya masih bisa ia kuasai.
    Namun di saat yang bersamaan Evelyn menyadari kalau sekarang ia hanya mengenakan pakaian dalamnya dan perban terbalut di sekujur tubuhnya.
    Ia sontak menarik selimut dan menutup tubuhnya sambil melotot menatap Jeffry yang ikut-ikutan terkejut.

    “ A-A-Aku tidak punya pilihan lain! Aku harus mengobati luka-lukamu!” seru Jeffry membela diri.
    “ T-Tapi tetap saja!! Bagaimana boleh kau melakukan ini... p-pada seorang gadis!!!” seru Evelyn kesal. Ia tidak berani membayangkan apa tanggapan Jeffry setelah melihat nyaris sekujur tubuhnya itu.
    “ Aku harus memastikan keparat itu tidak melukaimu dengan serius!!” seru Jeffry kembali.
    “ T-tetap saja!! Ini adalah sesuatu yang hanya boleh dilihat oleh suamiku kelak!!!” sembur Evelyn sambil mengerutkan kedua alisnya.
    Jeffry menatapnya dengan serius dan kemudian berkata.
    “ Kalau begitu tidak ada masalah bukan? Calon suamimu yang baru saja melihat tubuhmu.”
    Evelyn bengong mendengar jawaban Jeffry.
    “ ... a-apa?”
    “ Kenapa? Apa kau masih berpikir untuk menikah dengan pria lain? Maaf, tapi hal itu tidak akan pernah terjadi. Kau hanya akan menikah denganku.” sahutnya sambil mengecup pipi Evelyn dengan lembut.

    Proses syuting hari ini berjalan dengan NG yang sangat sedikit. Bahkan Joshua Landau tidak bisa membendung apresiasinya dan terus memuji Jeffry.
    “ Hebat!! Ekspresi itu!! Benar!!” serunya sambil mengakhiri tapping adegan terakhir untuk hari ini.
    “ Terimakasih, Om Joshua. ” sahut Jeffry sambil duduk di samping sutradara lawas itu dan menonton rekaman hasil syuting sepanjang hari ini.

    “ Tadinya aku berpikir akan sedikit sulit bagimu untuk menyelami emosi seorang pria yang ditinggal pergi kekasihnya untuk selama-lamanya, ternyata kau bisa memproyeksikan emosi-emosi itu dengan tepat dan kau bahkan memberikan ekspresi balas dendam melebihi ekspektasiku!”
    Jeffry tersenyum pahit.
    “ ..... tentu saja, aku tahu dengan benar bagaimana rasanya ditinggalkan oleh seseorang yang kucintai... dan terlebih lagi, aku tahu bagaimana rasanya mendapati bagaimana orang yang kucintai diperlakukan begitu buruk.”
    “ Apa yang kau katakan barusan? .... apa kau pernah memiliki pengalaman pribadi mengenai ini?”
    “ Hhm... tentu tidak separah cerita di film ini, tidak sedramatis ini pula, tapi.... kurang lebih begitu.”
    “ Benarkah? Kalau begitu aku benar-benar tidak salah pilih aktor! .... oya, besok kita akan meneruskan syuting adeganmu dengan Evelyn yang sempat terpotong itu. Entah apa yang terjadi tapi ia membatalkan jadwal syuting beberapa hari ini. Untung saja kita bisa mengganti waktunya.”

    “ ..... biarkanlah, Evelyn punya beberapa urusan serius beberapa hari ini.”
    “ Benarkah? Dia memberitahumu ? .... jangan-jangan kabar itu memang benar ya? Apa kalian berdua sering bertemu di luar jam syuting?” pancing sang sutradara dengan penasaran.
    Jeffry tersenyum geli.
    “ Aku tidak menyangka seorang sutradara sekaliber anda masih sering mengikuti berita infotainment.”
    “ Itu ... itu karena hal ini berkaitan dengan filmku, tentu saja aku harus mengikutinya.” sahut Joshua Landau sambil terkekeh.
    “ Berita itu benar, aku dan Evelyn sering bertemu di luar jadwal syuting, dan hubungan kami memang lebih dari sekedar rekan kerja.” sahut Jeffry sambil tersenyum lebar.

    *****

    Evelyn sedang membaca kembali naskah film dengan serius. Ia harus membayar pembatalan syuting yang sudah ia lakukan dengan tidak mengecewakan sutradara yang sudah memberinya kepercayaan.
    Syuting besok akan bisa memulihkan harga dirinya jika ia bisa melakukannya dengan baik.
    Evelyn membaca dan memberikan notes notes kecil di pinggir barisan kalimat yang harus ia hafalkan.
    Ia menggeser posisi duduknya agar kakinya tidak kesemutan ketika tidak sengaja ia menekan remote televisi hingga menyala.
    Evelyn baru saja akan mematikan televisi itu namun ia mengurungkan niatnya setelah melihat wajahnya terpampang besar-besar di layar televisi.
    Evelyn membesarkan volume televisi dan untuk pertama kalinya mendapati dirinya menjadi konsumsi publik infotainment.

    “ Jeffry Tanubrata tengah sibuk merampungkan syuting film terbaru besutan sutradara Joshua Landau. Selain melibatkan beberapa pemain terkenal seperti Andi Angkasa, Rita Effendy, dan Bagus Pangaribuan, film ini juga menjadi film yang paling dinantikan di penghujung tahun ini karena dikabarkan sang pemeran utama pria menjalin hubungan spesial dengan pemeran utama wanita.
    Pemeran utama wanita dikabarkan bernama Evelyn Winata, ia baru saja melakukan debutnya di dunia model 3 bulan yang lalu dan ramai dikabarkan gadis dengan tinggi 170cm ini berhasil membuat seorang Jeffry Tanubrata bertekuk lutut.
    Namun kabar tidak sedap pun mengiringi pemberitaan ini karena disinyalir proses pemilihan pemeran utama wanita di film tersebut tidak dilakukan secara terbuka namun pemilihan langsung oleh sang sutradara. Hal ini membangkitkan kekuatiran para fans bahwa Evelyn Winata tidak dapat menampilkan akting yang maksimal dalam film paling ditunggu ini.
    Hingga saat ini baik Jeffry Tanubrata maupun Evelyn Winatabelum memberikan komentar apapun seputar pemberitaan yang beredar.”

    Evelyn mematikan televisi dengan tangan yang berkeringat dingin. Rasanya seperti ada sebongkah batu yang diletakkan di kedua pundaknya.
    “ ...... Evelyn .... bagaimana ini.... bagaimana...?” gumamnya panik.

    *****

    Michael baru saja kembali dari kantor. Ia berusaha untuk membenahi perasaannya dan berpikir apa yang seharusnya ia lakukan terhadap Jennifer sekarang.
    Ia menutup pintu dan melihat Jennifer sedang duduk, masih dengan pakaian lengkap serta kacamata hitam yang bertengger di wajahnya.
    “ Kau juga baru pulang? Apa yang kau lakukan dengan kacamata hitam itu? Apa kau tidak sadar sekarang sudah malam?” sahut Michael sambil melepaskan jasnya dan menaruhnya di sandaran sofa.
    “ Aku mengenakan kacamata ini karena aku malas melihatmu.” cetus Jennifer dengan dingin.
    Michael tersenyum, perasaannya lega karena gadis itu membencinya. Perasaannya lega karena gadis itu tidak menyembunyikan apapun darinya dan tidak berusaha menekan perasaannya sendiri.
    “ Kalau kau malas melihatku, lebih baik kau mandi dan beristirahat.” sahut Michael sambil membuka kulkas dan mengeluarkan air dingin dari sana.

    “ Aku tidak tahu kalau aku adalah calon istri pilihan kedua bagimu.” celetuk Jennifer.
    “ Hhm? ... apa yang sedang kau katakan barusan?” tanya Michael bingung.
    “ Aku baru tahu hari ini kalau kau seharusnya menikah dengan Yolanda Wulandari.”
    “ Yolanda? Kau bertemu dengannya?”
    “ Michael!! Apakah benar kau akan menikah dengan wanita itu?!!” seru Jennifer dengan kesal hingga membuat Michael terkejut dan hanya bisa melihatnya sambil bengong untuk beberapa saat.
    “ Dari mana kau mendengar hal seperti itu? Aku tidak pernah berpikir untuk menikah dengan siapapun sebelum papa menjodohkanku denganmu, Jennifer!”
    “ Lantas, jika papamu menjodohkanmu dengan orang lain, .... dengan Yolanda Wulandari misalnya, maka kau akan setuju begitu saja?!”

    Michael melangkah dan duduk di samping Jennifer dengan tatapan yang bingung.
    “ .... Jennifer ..... apakah kau sedang cemburu pada Yolanda?” celetuk Michael menebak.
    Wajah Jennifer memerah. Ia membuang muka dan berkata dengan ketus.
    “ Maaf, harapanmu itu tidak akan pernah terkabul! .... hari ini aku bertemu dengan mantan calon istrimu itu dan ia benar-benar mempermalukanku!”
    “ Benarkah? Hahahaha.... Yolanda memang memiliki lidah yang tajam, tapi sebenarnya ia orang yang baik, beberapa kali kami bekerjasama untuk kegiatan amal.”
    Michael menatap Jennifer yang masih mengerucutkan bibirnya dan tidak bisa berhenti tersenyum.
    Jennifer benar-benar kesal karena laki-laki itu malah cenderung mengolok oloknya. Sepertinya memang benar kalau hubungan Michael dengan Yolanda bukanlah hubungan yang biasa.

    “ Aku tahu aku dan dia tidak berasal dari kelas yang sama, tapi bagaimanapun ia tidak bo----“
    Omelan Jennifer terputus ketika tiba-tiba Michael memeluknya dari samping. Membuat bibirnya terasa kelu dan ia tidak bisa melanjutkan kalimat dari mulutnya.
    “ ..... Jennifer Agatha ..... selama aku hidup, hanya ada 1 wanita yang mendengarku mengucapkan betapa aku sangat mencintainya ..... saat papa berkata padaku untuk menikah denganmu... saat papa menyebutkan namamu, jauh di lubuk hatiku ada perasaan marah dan takut.... karena aku harus kembali berhadapan dengan sesuatu yang berusaha untuk kulupakan selama bertahun-tahun ini.... tapi di sisi lain, aku merasa lega.... karena aku akan menikah dengan seorang wanita .... satu-satunya wanita yang pernah mendengarku mengucapkan betapa aku sangat mencintainya.”

    Jennifer tertegun, matanya terasa basah, air mata perlahan menggenangi pelupuk matanya. Otaknya berulang kali memerintahkannya untuk mengakhiri situasi itu, namun sepertinya tubuh dan jiwanya begitu merindukan pria itu.
    “ ...... k-kenapa kau tiba-tiba seperti ini....? ..... semua sudah berubah selama 6 tahun kita tidak bertemu.... jadi jangan bahas itu lagi.” sahut Jennifer lirih.
    “ Kau benar.... kita akan membuat kenangan kita yang baru mulai sekarang.... untuk semua kesalahanku padamu dulu... untuk semua kebencianmu padaku dulu.... aku akan menebusnya ratusan kali lipat.... aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan kehidupan pernikahan yang bahagia denganmu.”

    Jennifer berdiri dan melepaskan pelukan Michael dengan tergesa-gesa.
    “ A-Aku lelah! .... aku akan tidur sekarang.” sahutnya sambil buru-buru melangkah pergi tanpa berani menoleh lagi ke belakang. Ia takut hatinya terlalu lemah saat itu.

    *****

    Michael masuk ke ruang kerjanya dan mengunci pintu rapat-rapat.
    Ia duduk di kursi kerjanya dengan lemas dan tangisannya langsung pecah tanpa terbendung lagi.
    Hatinya seakan hancur berkeping-keping saat ia membayangkan apa yang sudah ia lakukan terhadap gadis itu 6 tahun lalu. Gadis yang selalu ia benci selama 6 tahun ini ternyata pernah ia lukai dengan sangat dalam.
    “ ..... bagaimana mungkin aku tidak mengetahui semua hal itu selama ini? ..... bagaimana mungkin aku membiarkanmu menghadapi semua ini seorang diri? ..... bagaimana mungkin aku membiarkan seorang wanita lemah sepertimu menghadapi semua ini seorang diri....?” gumamnya sambil menggigit bibir bawahnya dengan hati hancur.

    *****

    “ Kau benar-benar mengambil cuti selama 1 minggu?” tanya rekan kerja Monica di kantor sambil melihat lembar pengajuan cuti di meja Monica.
    “ O-Ooo.... aku... aku tidak pernah cuti dan kupikir aku ingin beristirahat selama 1 minggu ini.” sahut Monica. Ia memang tidak mengatakan maksud ia mengambil cuti yaitu akan menjalani operasi kistanya. Ia tidak ingin seisi kantornya mengetahui hal itu.
    Rekan kerjanya melipat tangan dan baru saja hendak membuka mulut untuk mengajukan pertanyaan lain ketika seseorang memanggil nama Monica.

    “ Monica, sudah selesai? Kita harus berangkat sekarang.”
    Monica menatap Daniel yang memaksa untuk mengantarnya ke rumah sakit dengan gusar.
    Laki-laki itu semakin tidak sungkan untuk muncul di kantor tempatnya bekerja. Bukan hanya di lobby kantor, tapi benar-benar ke ruangan tempatnya bekerja.
    “ Ooo... kurasa aku mengerti untuk apa kau mengambil cuti panjang, ... hhm... love trip?”
    “ H-Hah?? ...T-tidak kok... b-bukan itu!” bantah Monica mulai salah tingkah.

    “ Ah, masa? Daniel Tanubrata sudah muncul di sini untuk menjemputmu, apalagi yang kau sangkal? Apa kau ingin membuat kami lebih iri lagi padamu?”
    Daniel tersenyum, tentu saja para wanita selalu saja bersikap seperti ini setiap kali mereka melihat pria mapan, sikap yang membuatnya semakin enggan untuk mempercayai maksud hati seorang wanita mendekatinya.
    “ Ya, kau benar. Kami akan pergi berwisata, kami ingin refreshing agar bisa kembali dengan suasana hati yang lebih baik.”
    “ Ya, tentu saja, happy ... love trip!” sahut sang rekan kerja Monica dengan tatapan penuh arti.

    Monica berjalan dengan langkah lebar-lebar. Ia ingin segera keluar dari area kantornya.
    “ Kau tidak perlu menjemputku kemari, aku tidak akan menghilang tiba-tiba.” sahut Monica setelah masuk ke mobil.
    “ Bagaimana perasaanmu hari ini? Kau sudah siap?” tanya Daniel sambil tersenyum.
    “ ..... siap atau tidak siap toh hari ini harus kulalui juga.... saat operasi berlangsung aku akan dalam keadaan tidak sadar sama sekali... kuharap itu ... membantu.”
    “ Kau akan terbangun besok dan semuanya sudah berlalu dengan baik.”
    “ ..... hal pertama yang harus kaukatakan padaku besok... adalah .... apakah mereka mengangkat rahimku atau tidak...”
    “ Mon... hal itu tidak akan terjadi, jadi jangan pikirkan yang tidak-tidak oke?”
    Monica tersenyum dan mengangguk.
    “ Setelah aku pulih, aku akan mentraktirmu makan yang sangat sangat sangat enak sebagai bentuk terimakasihku.”
    “ Benarkah? Aku sangat pintar memilih tempat makan yang sangat sangat sangat enak, terimakasih kalau begitu.”

    *****

    Monica berbaring di tempat tidur khas rumah sakit dan berkali-kali berusaha menenangkan dirinya. Suster mulai memasangkan infus di tangannya.
    “ Sebentar lagi dokter akan datang dan menyuntikkan obat anestesi untuk anda.” sahut suster sebelum pergi keluar dari kamar Monica.
    Daniel menarik kursi dan duduk di samping Monica.
    “ Kau masih takut? Tampangmu seperti kucing yang akan dimandikan.” sahut Daniel.
    Monica tersenyum geli.
    “ ...... kau akan ada saat aku bangun nanti kan?”
    “ Tentu saja, aku bahkan sudah membatalkan semua acaraku hari ini dan berencana untuk menanam diriku di rumah sakit.”

    Monica kembali tersenyum.
    “ Maafkan aku, .... aku benar-benar merepotkan dari kali pertama kita bertemu.”
    “ Kedua adikku tertawa saat aku menceritakan bagaimana kita bertemu untuk pertama kalinya.”
    “ A-Adikmu?? ... K-kau menceritakan itu pada a-adikmu???” seru Monica terkejut, ia tidak bisa membayangkan bagaimana ia bisa memulihkan image-nya di depan direktur TANUBRATA GROUP Group dan di depan seorang selebritis yang adalah kedua adik Daniel.
    “ Kami bertiga sering meluangkan waktu untuk bertemu dan sekedar memberitahu bagaimana kehidupan kami. Meskipun kami sibuk, tapi hubungan kami bertiga sangat baik.”
    “ ..... makanya.... kenapa kau menceritakan tentang hal itu pada mereka? Ah, memalukan sekali!!” seru Monica sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

    Daniel tertawa.
    “ Hahahaha, mereka bukan orang tidak ada kerjaan yang berpikiran buruk mengenai seseorang yang tidak mereka kenal baik. Jika ada kesempatan yang baik, aku akan memperkenalkanmu pada mereka.”
    “.... h-hah? .... k-kau benar-benar akan memperkenalkanku pada adik-adikmu? .... apa yang akan kau bilang pada mereka? Bahwa aku adalah kekasih palsumu?” sahut Monica sambil tersenyum masam.
    Daniel terdiam sejenak dan kemudian ikut tersenyum masam.
    “ ..... mereka juga tidak akan merasa heran jika aku memperkenalkanmu sebagai temanku, Mon.”
    Pembicaraan mereka terputus saat dokter masuk ke dalam ruangan.

    “ Operasi dapat segera dimulai. Aku akan memberimu obat tidur dan kau akan terbangun setelah semuanya selesai.”
    Monica mengangguk sambil menelan ludah.
    “ ..... Dok.... lakukan yang terbaik ya.”
    “ Tentu saja. Jangan kuatir.”

    ******

    Daniel tidak bisa duduk dengan tenang di depan ruangan operasi. Berkali-kali ia berdiri dan berjalan tidak karuan di sana.
    Ia tidak mengerti mengapa sebuah operasi yang disebut operasi sederhana bisa memakan waktu lebih dari 1 jam. Pikiran-pikiran buruk mulai menghantuinya dan ia benar-benar tidak nyaman dengan itu.
    “ ..... OK, tenang. Tidak ada yang bisa kau lakukan sekarang selain menunggu.” gumamnya pada diri sendiri.

    “ Kak Daniel?” cetus sebuah suara dari kejauhan.
    Daniel menoleh dan ia melihat Jeffry di sana.
    “ Jeffry? Apa yang kau lakukan di rumah sakit? Apa kau terluka??” seru Daniel terkejut bertemu dengan adik bungsunya di sana.
    “ Tidak, aku sedang syuting dan kebetulan mengambil lokasi di rumah sakit ini. .... sebaliknya, apa kau sakit? Apa yang kau lakukan di sini?”
    “ ..... gadis itu... sedang dioperasi sekarang.”

    Jeffry mengerutkan alisnya.
    “ ..... maksudmu gadis yang kau bawa ke undangan Kak Michael? .... Gadis dengan kista itu? Kau sedang menunggunya??” tanya Jeffry tidak dapat menunjukkan keterkejutannya.
    “ Apakah ini sangat mengejutkan untukmu?” sahut Daniel sambil meringis.
    “ Tentu saja, Daniel Tanubrata yang aku tahu tidak akan pernah membuang waktu berharganya untuk bekerja dengan berada di rumah sakit di siang bolong seperti ini.”
    “ OK, berhenti mengolok-olokku dan selesaikan syutingmu dengan baik.”
    “ Sebenarnya apa yang membuatmu melakukan ini ? ..... kau tidak benar-benar jatuh cinta pada gadis itu bukan? Dia tidak terlihat seperti wanita yang sesuai dengan tipe kesukaanmu.”
    “ Menyukainya? H-Hahaha! Aku tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita manapun di dunia ini. Apa kau lupa dengan motto hidupku itu? Aku hanya... kasihan padanya. Itu saja.”
    “ .... well, hati-hati, terkadang wanita tidak dapat membedakan cinta dan kasihan dari laki-laki. Jangan sampai ia salah paham terhadap perhatianmu ini.”
    “ .... tentu saja, ia tidak akan salah paham. ..... aku akan menegaskan kembali padanya kalau aku menganggapnya sebagai.... teman.”
    Jeffry tersenyum penuh arti dan menepuk pundak kakaknya itu.

    *****

    Jeffry mengendap-endap masuk ke apartementnya sendiri. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam dan ia tidak ingin mengganggu Evelyn yang mungkin sudah terlelap.
    Ia berdiri di samping meja makan dan tersenyum melihat makanan untuk makan malam sudah tersedia dengan rapi di meja yang bahkan tidak pernah digunakan untuk makan olehnya selama ia tinggal di sana.
    “ ..... apa hari ini begitu menyenangkan untukmu hingga kau tersenyum begitu lebar?” sahut suara Evelyn.
    Jeffry menoleh dan terkejut melihat Evelyn ternyata belum tidur.
    “ Kau belum tidur? Besok kau harus pagi-pagi benar sampai di lokasi syuting lho.”
    “ ...... apa kau belum pernah melihat pemberitaan tentang kita di televisi? Mereka benar-benar menyebarkan tentang hubungan spesial di antara kita!”

    Jeffry mengambil nasi dari rice cooker dan mengambil sayur-sayur yang terhidang di meja makan.
    “ Ooo, asistenku sudah menunjukkan pemberitaan itu padaku.” jawabnya asal.
    Evelyn menyeret kursi di hadapan Jeffry dan duduk dengan serius.
    “ Lalu??”
    “ Lalu bagaimana maksudmu?”
    “ .... lalu apa yang akan kau lakukan?? Kau tidak akan melakukan klarifikasi??”
    Jeffry menatap Evelyn sambil tersenyum lembut dan berkata dengan suara yang lembut.
    “ Sebenarnya ini adalah salah satu alasan kenapa kau begitu menarik untukku, bahkan sejak awal aku mengenalmu, Evelyn.”
    “ Hhm? .... apa maksudmu?”
    “ Kau tidak pernah memandangku seperti orang lain memandangku, kau tidak pernah melihatku sebagai Jeffry Tanubrata yang dilihat semua orang.... dan aku menyukainya. Aku mencintai Evelyn yang melihatku dengan cara yang kuinginkan.”
    “ ..... Jeffry.... aku tidak ingin menarikmu ke dalam masalah.... pemberitaan mengenai hubungan kita berdua cepat atau lambat akan merugikanmu.... apa kau tidak kuatir dengan reputasi yang susah payah kau bangun selama ini?”
    “ Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi dari hidupku. Aku sudah mengatakan itu padamu bukan?”
    “ ...... jadi apa yang akan kau lakukan?? .... kau tidak akan membantah semua hal itu??” sahut Evelyn terkejut.

    “ ...... kau ingin tahu... kenapa aku tiba-tiba menghilang 2 tahun yang lalu?” celetuk Evelyn lirih.
    Jeffry menaruh sendok dan garpu di atas meja dan menatap Evelyn.
    “ ..... hal itu sudah tidak penting lagi untukku sekarang.”
    “ ...... aku tidak ingin kau melihat hidupku yang berantakan seperti ini.... aku selalu berusaha dengan keras agar kau tidak pernah mengetahui seperti apa keluargaku.... seperti apa perlakuan papa tiriku padaku.... dan setelah kau melakukan debutmu, setelah semua mata mulai memandangmu, aku semakin yakin kalau aku dan latar belakangku hanya akan menjadi beban untukmu. ..... aku ingin kau bisa terbang setinggi yang kau mau tanpa perlu terikat karena hidupku yang berantakan ini.... apakah kau pikir sekarang aku akan mengikatmu lagi setelah semua perjuangan yang kulakukan?” ungkap Evelyn. Akhirnya ia mengatakan rahasia yang selama ini ia pendam rapat-rapat.

    Jeffry terdiam sejanak, ia hanya menatap Evelyn dan kemudian berkata dengan singkat.
    “ Dasar, gadis bodoh....”
    “ ....... aku terlalu mencintaimu untuk menjadi bebanmu, jika suatu hari aku bersedia menjadi bebanmu, maka aku sudah tidak mencintaimu lagi.” sahut Evelyn sambil membalikkan badannya dan berjalan menuju ke kamarnya.
    Jeffry berteriak dari belakang dengan lantang.
    “ BUKAN SEPERTI INI CARA SESEORANG MENCINTAI!! ..... HARI DI MANA AKU MELEPASKANMU ADALAH HARI DI MANA AKU SUDAH TIDAK MENCINTAIMU LAGI.... dan aku tidak merasa itu akan terjadi dalam waktu dekat ini.”
    Evelyn menghela napas dan menutup pintu kamar dan bersandar pada pintu kamar dengan lemas.

    ******

    Michael membuka kamar tidurnya dan menatap istrinya dari pintu kamar. Jennifer tertidur dengan melintang dari ujung tempat tidur ke ujung lainnya. Ia memang selalu tidur dengan bergerak tanpa henti. Selimut sudah terjatuh ke lantai akibat ditendang secara tidak sadar olehnya.
    Michael melangkah masuk dan mengambil selimut dari lantai. Ia menyelimuti Jennifer dengan perasaan tidak karuan.
    Ia tidak pernah merasa begitu bersalah pada seseorang dan rasanya begitu perih.

    Jennifer tertidur begitu lelap, dan sepertinya ia sedang bermimpi karena beberapa kali ia bergumam tidak jelas.
    Michael masih berdiri di samping sambil terus memperhatikan wajah wanita yang sempat ia perjuangkan mati-matian dulu. Seketika itu ia merasa seluruh perjuangannya sama sekali tidak berarti, perjuangannya tidak cukup besar, tidak cukup kuat dibanding apa yang harus dilalui gadis itu karena berhubungan dengannya.
    “ ..... Michael....” gumam Jennifer lirih, jelas Michael adalah seseorang yang tengah mengunjunginya di dalam mimpi.
    Michael duduk di samping Jennifer dan mendekatkan wajahnya pada Jennifer.
    Ia terus mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Jennifer dengan hangat.
    “ ...... apa yang harus kulakukan untuk membayar semua hutangku padamu, Jennifer? ..... apa yang harus kulakukan agar hatimu bisa kembali pulih?” gumam Michael.
    Ia mengerti kalau ia harus menunggu hingga Jennifer sendiri yang memberitahunya mengenai peristiwa keguguran yang ia alami, ia harus menunggu wanita itu siap untuk mengatakannya sendiri padanya.

    *****

    Jennifer terbangun dan terkejut saat mendapati waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi.
    Ia keluar dari kamar dan tidak melihat Michael di manapun. Tentu saja, ia tidak heran jika laki-laki itu pergi begitu saja tanpa meninggalkan jejak apapun. Ia tidak pernah melihat ada orang yang begitu tergila-gila bekerja seperti dia.
    “ Cih, kau bilang kau ingin membuat pernikahan ini bahagia? Tentu saja, bahagia dengan cara meninggalkan istrimu dari pagi tanpa bicara selamat pagi!” gerutu Jennifer sambil menuangkan segelas air putih.

    Tiba-tiba handphone Jennifer berbunyi. Michael meneleponnya.
    “ Ada apa kau meneleponku?”
    “ Kau sudah bangun?”
    “ Aku mengangkat teleponmu kan? Tentu saja aku sudah bangun!”
    “ Ckckck... mana ada wanita yang bangun begitu siang? Padahal kau tidur begitu cepat semalam. .... turunlah ke bawah, aku ada di bawah.”
    “ Ke bawah? .... kenapa aku harus ke bawah? Kau saja yang ke atas.”
    “ Cepatlah, aku sudah terlambat ke kantor. Aku tunggu di lobby ya.”
    Jennifer meletakkan handphone-nya di atas meja dan melipat tangannya.
    “ .... enak saja dia memerintah-merintahku.”
    Namun sedetik berikutnya ia buru-buru berlari keluar apartment.

    Jennifer berdiri di depan lobby apartmentnya dan melihat Michael yang tengah berdiri di depan mobilnya , persis di depan lobby.
    Laki-laki itu memang memiliki visual yang sulit untuk tidak membuat matanya terpaku. Jennifer tidak menyangka ia masih akan terpaku seperti itu sekarang.
    Michael menoleh dan tersenyum melihat Jennifer yang turun, masih dengan rambut berantakan, lengkap dengan piyama yang dipakainya semalam.
    “ Makanlah untuk sarapan.” sahut Michael sambil mengulurkan sebuah bungkusan berwarna coklat.
    “ ..... apa ini?”
    “ Sandwich dan cappuccino, kau paling suka mengawali harimu dengan western breakfast dan kopi bukan?”
    “ ...... ada apa denganmu sebenarnya? Apa kau salah minum obat? .... dari semalam kau bicara agak... aneh.”
    “ Aneh? Apa yang aneh?” tanya Michael sambil mengerutkan alis.
    “ ...... k-kau banyak... beromong kosong!! .... kau tahu kita berdua tidak akan pernah.... bisa menjadi pasangan yang ideal,... j-jadi berhenti berusaha untuk membuatnya begitu!” seru Jennifer sambil buru-buru membalikkan badannya dan berlari menuju lift.

    Michael menatap bayangan Jennifer yang menghilang seiring pintu lift menutup. Ia tersenyum kelu. Di luar semua hal mengejutkan yang baru ia ketahui tentang wanita itu, ia kembali teringat masa-masa pertama kali ia bertemu dan berkenalan dengan wanita unik ini di kampusnya dulu. Dan sejak awal pertemuan mereka, Jennifer telah menjadi sosok wanita yang mampu mengalihkan pandangannya. Rasanya ia kembali ke masa-masa ia jatuh cinta pada satu-satunya wanita mampu membuatnya jatuh cinta, .... lagi.

    *****

    Monica terbangun dengan kepala yang terasa berputar dan perut bagian bawah yang terasa perih menyengat.
    Namun ia tetap menampilkan senyuman, walaupun lebih tepatnya disebut meringis, saat ia melihat Daniel di sampingnya.
    Laki-laki itu tengah menatap matanya dengan tatapan lega.
    “ Kau sudah bangun?” tanya Daniel sambil menghela napas.
    “ ..... apakah aku tertidur lama?”
    “ Lama sekali, aku nyaris memanggil suster untuk memastikan kau tidak mati.” celetuk Daniel.
    Monica tersenyum geli.

    “ Maaf, sudah membuatmu menunggu begitu lama. .... apakah operasinya berjalan lancar?”
    “ Dokter bilang semua berjalan lancar, kau tidak perlu banyak berpikir negatif lagi sekarang, karena itu tidak akan terjadi.”
    “ .... rahimku... masih ada?” tanya Monica perlahan.
    “ Rahimmu akan ada di tempatnya hingga kau punya anak sebanyak yang kau inginkan.” jawab Daniel sambil memegang tangan Monica.

    “ Aku sudah tidak apa-apa, kau tidak perlu pulang atau pergi ke kantormu? .... kurasa orang sepertimu pasti sangat sibuk.” sahut Monica tidak enak,
    Daniel memang benar-benar tidak meninggalkan kamarnya sama sekali sejak ia sadarkan diri.
    “ Pekerjaanku bukan pekerjaan yang membuatku harus duduk seharian di kantor, aku bisa mengerjakannya di mana saja termasuk sambil menungguimu di sini.”
    “ ..... t-tetap saja... kau sudah melakukan terlalu banyak untukku. .... ah, dan soal biaya operasi itu, tidak peduli berapa lama, aku akan melunasinya.”

    Baru saja Daniel hendak menimpali perkataan Monica ketika pintu kamar terbuka dan Garry melangkah masuk ke dalam.
    Daniel menatap laki-laki terakhir yang ia harapkan datang ke kamar rawat inap itu dengan tatapan sinis.
    Monica terkejut melihat Garry tiba-tiba berdiri di hadapannya.
    “ ..... G-Garry?? .... d-dari mana kau tahu aku di sini...?”
    “ Pihak rumah sakit menelepon ke kantor untuk mengecek benarkah kau bekerja di kantor kita .... kurasa untuk urusan asuransi kesehatanmu, kau tahu kalau kantor akan menanggung semua biaya rawat inapmu bukan?”
    “ ...... ooo..... jadi, semua orang di kantor... sudah tahu kalau aku....”
    “ Kebetulan aku yang mengangkat telepon dari pihak rumah sakit itu.... tidak ada yang tahu tentang ini selain aku.... bagaimana keadaanmu sekarang?” sahut Garry sambil mendekat ke tempat tidur Monica.

    Daniel bangkit berdiri dan berdiri di samping Monica.
    “ Kau buta? Seperti yang kau lihat Monica baik-baik saja dan sebentar lagi ia akan segera pulih. Dan bilang saja pada pihak perusahaanmu, kalian tidak perlu repot-repot membayar biaya rumah sakit Monica karena aku yang akan membayar semua biaya itu.”
    Garry menatap Daniel dengan kesal.
    “ Kenapa aku harus bertemu dengan orang ini lagi sih?! Mon, orang seperti dia hanya akan membuatmu terluka!!” seru Garry.
    “ Apakah tidak salah? Di antara kita berdua, siapa yang benar-benar sudah melukai Monica?! Bukankah kau memutuskan hubungan dengannya karena ia memiliki kista dan itu mengancam rantai keturunanmu? Apa yang kau lakukan di sini?!” seru Daniel kesal.

    “ Cukup!!! ..... a-aku butuh istirahat.... aku ingin segera keluar dari rumah sakit ini.... dan kumohon.... berikan aku waktu tenang untuk beristirahat.” sahut Monica dengan terbata-bata.
    Daniel menatap Garry dengan senyum kemenangan.
    “ Apakah kau tuli? Atau bodoh? Itu berarti ia meminta kau segera pergi dari sini.”
    “ ..... Daniel, kau juga.... aku ingin beristirahat sendiri.” sahut Monica sambil memejamkan matanya.
    Daniel menoleh terkejut mendengar perkataan gadis yang memohon untuk ditemani sepanjang malam itu.
    Tiba-tiba ia teringat perkataan Monica tentang hanya ‘menggunakannya’ selama proses operasi. Apakah berarti gadis itu sudah tidak memerlukannya lagi dan akan mengusirnya pergi?
     
  12. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 9 - A Little Bit Of Heaven

    Evelyn berulang kali menelan ludahnya sambil menatap Jeffry yang berdiri tanpa bergeming di hadapannya.
    Ia akan mengambil adegan di mana Jeffry akan menciumnya. Ciuman pertama setelah 2 tahun ia berpisah dengan laki-laki itu.
    Jantungnya berdetak tak karuan, terlebih karena Jeffry hanya berdiri tanpa bergeming di hadapannya, padahal kru jelas mengatakan bahwa mereka memerlukan waktu lebih untuk menyiapkan setting tempat di sekitar mereka.
    “ ...... ini hanyalah profesionalisme kerja.... jangan berpikir selain itu.” sahut Evelyn dingin.
    “ ...... aku tidak peduli.... kau tidak tahu berapa lama aku menahan diri untuk tidak menciummu.” jawab Jeffry sambil tersenyum lembut.

    “ Kau harus mengklarifikasi setiap pemberitaan yang bukanlah fakta! ..... bagaimanapun kita tidak memiliki hubungan lebih dari.... sekedar rekan kerja.” sahut Evelyn, enggan menanggapi kalimat provokatif Jeffry barusan.
    “ Fakta? .... kau ingin aku mengungkapkan fakta pada media? ..... apa kau ingin aku berkata pada mereka bahwa kau adalah mantan kekasihku 2 tahun lalu dan hingga detik ini aku masih tergila-gila padamu?”
    “ Jeffry!!” seru Evelyn kesal, laki-laki ini benar-benar tidak bisa diajak berbicara baik-baik.

    Tiba-tiba Jeffry meletakkan kedua tangannya di pipi Evelyn. Tangan itu perlahan-lahan turun ke lehernya, membelai lembut rambut yang disentuhnya. Evelyn seakan tersihir dan hanya bisa berdiri seperti orang bodoh, menatap laki-laki yang memiliki tatapan terdalam yang pernah lihat selama hidupnya.
    “ Evelyn Winata...... mencintai adalah mengijinkan seseorang yang kau cintai menjadi beban hidupmu selamanya.... dan mengijinkan dirimu, mempercayakan dirimu untuk menjadi beban hidup orang yang cintai selamanya..... aku tidak bisa melakukan kedua hal itu selain terhadapmu.” ujar Jeffry lirih sambil perlahan ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Evelyn dengan lembut.

    Waktu seakan berhenti berjalan untuk beberapa saat, Evelyn merasa semua hal lenyap dan tersisa dirinya dan Jeffry saja di sana. Ia memejamkan matanya dan merasa seperti tersihir, seperti sedang terbang di awan-awan tak berbatas.
    Ia tidak menyangka dirinya begitu merindukan laki-laki di hadapannya itu. Ia tidak menyangka tubuh dan jiwanya begitu mengharapkan laki-laki itu.
    Evelyn perlahan membuka matanya dan menatap Jeffry dengan air mata menggenangi matanya.

    “ ...... bagaimana jika aku membuatmu menderita? ..... bagaimana jika apa yang sudah kau bangun hancur begitu saja karena aku...?” bisik Evelyn.
    “ ...... meskipun aku kehilangan semuanya, asalkan aku tetap memilikimu, maka aku sudah memiliki lebih dari cukup.” bisik Jeffry lirih.
    Pembicaraan di antara Jeffry dan Evelyn buyar seketika itu juga ketika tepuk tangan bergemuruh di sekitar mereka. Evelyn terkejut hingga tidak sadar mulutnya terbuka lebar saat menyadari di mana mereka sedang berada sekarang. Semua kru bahkan hingga sutradara Kim bertepuk tangan sambil memandang ke arah mereka. Dan bukan hanya itu, para fans yang memang selalu mengikuti di mana mereka melakukan syuting pun berteriak-teriak ke arah mereka. Tentu saja teriakan mereka terdiri dari teriakan sukacita sekaligus teriakan dukacita.

    “ J-Jeffry!! A-Apa yang barusan kau lakukan?!! Apa kau tidak tahu begitu banyak orang melihat kita?!!” seru Evelyn sewot.
    Jeffry tersenyum geli.
    “ Kau baru menyadarinya sekarang? Apakah ciumanku begitu fantastis hingga membuatmu tidak sadar untuk beberapa saat?”
    “ J-Jeffry!!” seru Evelyn kesal.
    “ Maafkan aku,..... sudah kubilang, aku tidak tahan untuk tidak menciummu. Salahkan kenapa para kru itu mengambil waktu begitu lama untuk mempersiapkan adegan ini!”

    *****

    Syuting sudah selesai dan Jeffry serta Evelyn sedang menunggu manager Jeffry membawa mobil yang akan mengantarkan mereka pulang.
    “ .... lalu, apa selanjutnya sekarang?” tanya Evelyn was was.
    “ Maksudmu?”
    “ ..... apa yang akan terjadi pada kita selanjutnya sekarang? Kau harus memperingatkanku lebih dulu hingga aku tidak kena serangan jantung setelah ini!”
    Jeffry tersenyum geli.

    “ Hhm.... pertama-tama kita akan menunggu hingga film ini ditayangkan, baru kita akan memberikan klarifikasi resmi pada media. Aku tahu ini agak aneh, tapi bagaimanapun hubungan misterius kita adalah bentuk promosi yang cukup baik untuk film ini.”
    “ ..... jadi sampai film ini ditayangkan, kita berdua tidak akan pernah mengatakan apapun pada wartawan dan jurnalis?”
    “ Kita akan menolak seluruh wawancara sampai film ini ditayangkan. Aku sudah membicarakan ini dengan sutradara Kim dan juga direktur agensi, mereka setuju dengan hal itu.”
    “ ..... lalu, setelah itu? Setelah film ditayangkan?”
    “ Maka kita akan menggelar konferensi pers, memberitahu pada dunia bahwa kita berdua adalah pasangan yang paling berbahagia.”
    “ ..... setelah itu?”
    “ Hhm... mungkin keadaan akan sedikit sulit setelah itu, mungkin anti fans-ku akan menjadi anti fans-mu, dan mungkin fans-ku akan menjadi anti fans-mu. Kau tahu kan beberapa fans memang mempunyai keegoisan mereka sendiri terhadap idolanya.”
    Evelyn menelan ludahnya.
    “ ..... bagaimana jika mereka mengetahui tentang latar belakang keluargaku? Apakah kau tidak kuatir itu akan berdampak buruk terhadapmu?”

    Jeffry menatap Evelyn sambil menghela napas.
    “ Memang apa yang salah dengan latar belakangmu? Kau adalah wanita baik-baik dan terpelajar. Selain itu kau memiliki visual yang baik hingga berhasil debut sebagai seorang model. Apa yang salah dengan itu?”
    “ ..... kau tahu bukan itu yang kumaksud bukan?”
    “ Evelyn, aku pun tidak berasal dari keluarga yang sempurna. Pemberitaan mengenai keluargaku tidak melulu pemberitaan yang baik. Kau tahu kalau mamaku bunuh diri bukan? .... selain itu aku memiliki papa yang tidak pernah puas dengan keputusanku terjun ke dunia hiburan, aku mempunyai kakak pertama yang rutin memperbaharui rekornya dalam mempermainkan wanita-wanita terkenal. Kakak keduaku yang sempurna menikah dengan mantan kekasihnya dan entah bagaimana nasib pernikahannya sekarang. Tidak ada yang sempurna pada latar belakang seseorang, dan kau tidak perlu kuatir tentang hal itu.”
    “ Kak Michael sudah menikah?? .... dengan mantan kekasihnya??” tanya Evelyn terkejut.

    “ Yup. Big news kan? Kau tahu bagaimana dinginnya Kak Michael, dan dia kembali bertekuk lutut di hadapan satu-satunya wanita yang bisa membuatnya tidak berdaya.”
    Evelyn menghela napas.
    “ ..... saat pertama kali kau mengajakku datang ke rumahmu dan memperkenalkanku pada papamu, rasanya aku akan mati karena terlalu gugup. Papamu sama sekali tidak menyukaiku, .... saat itu kau beradu mulut dengan papamu hingga aku tidak tahu lagi harus berbuat apa.”
    “ Kau benar, saat itu aku kesal sekali pada papaku karena memperlakukanmu dengan begitu tidak sopan!” gerutu Jeffry mengingat peristiwa tidak mengenakan di masa lalu itu.
    “ Saat itu Kak Michael yang menyelamatkanku dari situasi tidak enak itu, ia sendiri bahkan yang mengantarkanku pulang. Dalam hati aku benar-benar bersyukur, karena walaupun kau memiliki papa yang galak, tapi kau mempunyai kakak yang baik dan dewasa.” sahut Evelyn.

    Jeffry mengerutkan alisnya.
    “ Benarkah? Kak Michael sendiri yang mengantarkanmu pulang? Wah.... aku tidak pernah berterimakasih padanya tentang itu.”
    “ Kak Michael berkata padaku saat itu, .... aku tidak perlu memperdulikan apapun selain hubunganku denganmu.”
    “ .... tentu saja, ia memiliki pengalaman yang lebih buruk tentang hal itu. .... walaupun begitu, sekarang ia sudah menikah dengan wanita yang sempat ia perjuangkan mati-matian itu. Semoga semuanya berjalan lancar untuknya.”

    ******

    Jennifer tersenyum selebar yang ia bisa di pembukaan yayasan amalnya. Ia sudah menemukan sebuah tempat strategis di daerah Jakarta Pusat dan tanpa banyak bantahan, Michael membeli tempat itu begitu saja. Jennifer sampai bergidik ngeri membayangkan seberapa remehnya sejumlah uang untuk membeli bangunan di pusat kota Jakarta itu bagi seorang Michael Tanubrata.
    Bagaimanapun hari ini ia sengaja tidak memberitahu Michael sama sekali tentang pembukaan yayasan amal ini.
    Beberapa reporter yang sengaja ia undang tidak henti-hentinya membidikkan kamera mereka ke arahnya.

    “ Selamat datang semua rekan-rekan pers dan juga rekan-rekan donatur yang saya hormati dan saya hargai. Hari ini saya ingin meresmikan yayasan amal TANUBRATA GROUP Foundation yang akan fokus pada pemberdayaan anak-anak yatim piatu. Kami percaya bahwa kami adalah kepanjangan tangan Tuhan yang ingin membantu dan membuat semua anak-anak memiliki masa depan yang terjamin, walaupun mereka tidak memiliki orang tua.”
    Tepuk tangan memenuhi ruangan itu.
    “ Program kerja yayasan amal ini dapat diakses oleh siapapun juga, terutama pada semua donatur pada website kami. Kami sudah membuat rencana bulanan di sana dan para donatur dapat dengan spesifik menunjuk pada kegiatan mana dana sumbangan akan diperuntukkan.” sambung Jennifer.
    Tiba-tiba dari kursi donatur seseorang mengangkat tangannya. Jennifer menoleh dan tatapannya berubah masam melihat Yolanda Wulandari di sana. Wanita itu benar-benar serius ingin menjadi donatur yayasan amalnya. Menyebalkan.

    EO acara menyerahkan microphone pada Yolanda agar suaranya dapat terdengar dengan jelas.
    “ Selamat untuk acara pembukaan yayasan anda, sebagai salah satu dari donatur, saya ingin mengajukan pertanyaan jika diperbolehkan.”
    “ .... tentu saja, apa yang ingin anda tanyakan?”
    “ Nama yayasan amal ini adalah TANUBRATA GROUP Foundation, tapi kami tidak melihat satupun anggota keluarga atau petinggi perusahaan TANUBRATA GROUP di sini. Apakah yayasan ini adalah yayasanmu dan kau sengaja menggunakan nama TANUBRATA GROUP Foundation untuk menarik para donatur?”
    “ ..... yayasan amal ini memang dibuat dan akan dikelola langsung oleh saya, ... istri dari CEO TANUBRATA GROUP, sekaligus menantu dari keluarga Tanubrata. Menurutku itu sudah cukup.” jawab Jennifer dengan kesal.

    Segera setelah ia menjawab itu beberapa reporter mengangkat tangan mereka.
    “ Bagaimana keadaan rumah tangga anda dengan Michael Tanubrata? Kalian sudah menikah beberapa bulan dan beberapa kabar tidak sedap berhembus mengenai hal tersebut.”
    Jennifer menghela napas, ia memang sempat berharap berita buruk mengenai dirinya dan Michael muncul ke permukaan, ia memang ingin agar Michael pusing dan pernikahan mereka tidak bahagia. Namun untuk saat ini ia benar-benar tidak berharap hal tersebut menjadi topik pembahasan, terlebih di depan Yolanda Wulandari.

    Jennifer sedang memutar otak dan merangkai kalimat terbaik untuk menjawab pertanyaan reporter ketika pintu belakang terbuka dan Michael melangkah masuk dengan langkahnya yang begitu percaya diri.
    Jennifer menatap Michael yang tengah berjalan ke arahnya tanpa berkedip. Dari mana laki-laki itu mengetahui acara yang sudah ia rahasiakan itu?

    Michael naik ke atas panggung dan duduk di kursi yang seharusnya adalah kursi milik Jennifer. Ia melambaikan tangannya dengan sopan pada segenap tamu undangan dan juga reporter.
    Michael menatap Jennifer dan bingung karena Jennifer tidak melanjutkan perkataannya dan Michael tidak tahu apa topik yang sedang dikatakan Jennifer sebelum ia masuk.

    “ ..... maaf aku terlambat, aku baru tahu bahwa peresmian yayasanmu hari ini dari sekretarisku 1 jam yang lalu.” bisik Michael dengan sinis.
    Jennifer menatap ke arahnya dengan tatapan penuh haru yang tidak bisa dimengerti oleh Michael.
    Michael menatap Jennifer dengan bingung, terlebih ketika wanita itu berjalan ke arahnya dan memeluknya.
    Reporter kembali menghujamkan kilatan blitz ke arah panggung dan tepuk tangan dari arah penonton memenuhi ruangan.
    Jennifer melepaskan pelukannya dan mengangkat microphone di tangannya sambil berkata dengan lantang.

    “ Suamiku adalah orang yang sibuk, merupakan satu hal yang wajar jika ia berhalangan hadir untuk peresmian kegiatan non formal seperti ini. Seperti yang sudah kalian ketahui TANUBRATA GROUP adalah perusahaan besar dan banyak hal yang harus diurus setiap harinya. Suamiku selalu pergi pagi dan sampai ke rumah di malam hari, apakah aneh jika aku masih membebaninya dengan urusan seperti ini? Lagipula aku yang sudah berjanji untuk mengurus yayasan amal ini. ..... tapi walaupun begitu.... ia tetap hadir.” sahut Jennifer sambil menatap Yolanda dengan seringai kepuasan.

    *****

    Michael baru saja menyelesaikan wawancara singkatnya dengan barisan wartawan yang mengantri ingin mendapatkan pernyataan langsung dari mulutnya.
    Ia baru mengetahui pertanyaan yang diajukan wartawan terhadap Jennifer yang membuat wanita itu menatapnya seperti tadi dan membuatnya bertingkah aneh seperti tadi.

    “ Michael, lama tidak bertemu.” sapa sebuah suara dari belakang. Michael menoleh ke belakang dan ia tersenyum melihat Yolanda berdiri menghadapnya.
    “ Lama tidak bertemu, Yolanda. Kudengar kau sudah kembali ke Jakarta?”
    “ Aku kembali ke Jakarta dan terkejut mendengar berita pernikahanmu. ..... wanita itu bahkan bukan berasal dari keluarga pemilik perusahaan atau bank.... ia juga bukan anak seorang menteri.” sahut Yolanda sambil merecutkan bibirnya.
    Michael tersenyum. Ia mengenal In Na sebagai salah satu putri dari teman baik papanya. Yolanda memang adalah putri seorang aristokrat sekaligus konglomerat negeri ini. Selain itu kemampuan seninya diakui hingga dunia internasional, tidak ada yang kurang dari wanita cantik itu.

    “ Jennifer bilang kau menjadi donatur tetap untuk yayasan amal kami. Aku belum mengucapkan terimakasih untuk itu.” sahut Michael dengan sopan.
    Yolanda tersenyum lebar.
    “ Apakah pernikahanmu seperti pernikahan konglomerat pada umumnya? Perjodohan?”
    “ Hhm... ya, kami memang menikah setelah dijodohkan.”
    “ Kalau begitu, apakah aku masih bisa berharap padamu?” tanya In Na sambil tersenyum lebar.

    Michael tersenyum.
    “ Istriku adalah orang yang temperamental, bersabarlah sedikit terhadapnya.”
    Yolanda mengerutkan alisnya.
    “ .... apakah kau.... apakah kau benar-benar mencintai wanita itu?? Dia mungkin menikah denganmu hanya karena kau adalah penerus dari TANUBRATA GROUP.”
    “ Aku adalah pria terakhir yang ingin ia nikahi jika ia bisa memilih. Percayalah mengenai hal itu. .... dan aku memang mencintainya, makanya aku bersedia menerima perjodohan ini.”

    Jennifer sedang asyik menjelaskan program yayasan amalnya pada salah seorang wartawan ketika ia melihat Michael sedang asyik berbincang dengan wanita paling menyebalkan di ruangan itu. Mereka bahkan sesekali tertawa dan tersenyum begitu akrab.
    “ Maaf, sampai di sini dulu ya.” sahutnya pada reporter di hadapannya dan buru-buru berjalan menghampiri suaminya itu.
    Michael terkejut saat Jennifer tiba-tiba merangkukl lengannya dari samping.
    “ Terimakasih atas kedatanganmu kemari, Yolanda Wulandari.” sapanya sinis.

    Yolanda tersenyum tidak kalah sinisnya.
    “ Selamat atas peresmian yayasan amalmu, .... Nyonya Tanubrata. Melihat Michael setelah sekian lama tidak bertemu, makin meyakinkanku untuk menjadi donatur tetap yayasanmu ini.”
    “ B-Benarkah? Terimakasih kalau begitu. .... kuharap kau akan menjadi donatur tetap yayasan ini bahkan jika kau tidak pernah bertemu lagi dengan suamiku.”
    Michael melirik ke arah Jennifer dan menahan senyuman geli di wajahnya. Ia sangat mengenal istrinya, ia tahu kalau saat ini ia sedang cemburu pada Yolanda, dan ia tidak ingin menghentikan kecemburuan itu.

    “ Jangan lupa untuk mengirimkan undangan jika kau mengadakan pameran lagi.” sahut Michael.
    “ Tentu saja, aku akan mengirimkan undangan VVIP untukmu, aku akan menemanimu tur pameran langsung jika kau bersedia datang.” jawab Yolanda dengan hangat, hanya membuat Jennifer mengeraskan kepalan tangannya.
    “ Tentu saja, kami akan datang jika tidak sibuk.” jawab Jennifer sekenanya.

    *****

    Daniel melangkah bolak balik di apartemennya dengan kalut. Sudah seminggu lebih Monica tidak menghubunginya sama sekali. Ia bahkan tidak menghubunginya saat pulang dari rumah sakit.
    “ Monica, kau benar-benar wanita aneh.” gerutu Daniel sambil menghela napas panjang.

    Ia meraih kunci mobilnya dan langkahnya terhenti di depan pintu keluar.
    “ .... apakah aku bertindak di luar batas normal? ... tidak, kenapa harus tidak normal? Dia yang tiba-tiba tidak menghubungiku lagi, dia yang abnormal. Bukankah common sense jika seseorang yang saling mengenal menghubungi satu sama lain?” gerutunya sambil meneruskan langkah keluar dari apartemennya.

    Monica sedang memindah-mindahkan channel televisi dengan bosan sambil mengunyah popcorn. Ia masih memiliki waktu untuk beristirahat selama 3 hari sebelum ia harus kembali masuk kerja seperti biasa, dan ia benar-benar nyaris mati karena bosan di rumah.
    Bekas jahitan operasi memang masih sedikit sakit, terutama jika ia banyak bergerak, akhirnya ia hanya bisa duduk seperti kerbau malas dan menonton tayangan televisi.
    Sesekali ia melayangkan pikirannya pada Daniel, laki-laki itu sama sekali tidak menghubunginya semenjak ia mengusirnya dari rumah sakit seminggu yang lalu. Setelah mengusirnya seperti itu, Monica tidak berani menghubunginya lebih dulu.

    “ ..... kenapa kau masih memikirkan dia? Dia sudah melakukan lebih dari cukup untuk seorang yang baru saja kau kenal.... apakah kau tidak sadar berapa biaya operasi yang sudah ia keluarkan untukmu? ..... lagipula dia bukanlah pria biasa, dia adalah Daniel Tanubrata... dia pasti punya segudang kesibukan selain.... mengunjungiku... atau.... setidaknya menanyakan kabarku....” sahutnya dengan suara semakin lirih.

    Monica terkejut ketika suara bel rumahnya berbunyi. Dengan sedikit meringis menahan sakit, ia berdiri dari sofa dan mengintip dari jendela.
    Jantungnya nyaris berhenti melihat Daniel di depan rumahnya.
    Dengan agak ragu ia membukakan pintu rumahnya dan untuk sejenak keduanya hanya saling menatap.
    “ ..... apakah kau kehilangan handphone-mu?” tanya Daniel sinis.
    “ Hhm? ... tidak, aku tidak kehilangan handphoneku...”
    “ Kalau begitu apakah handphone-mu rusak? Terbanting misalnya, atau tercebur ke dalam air?”
    Monica kembali menggelengkan kepalanya dengan bingung.
    “ .... tidak juga.... handphone-ku baik-baik saja.” sahutnya sambil melirik handphone-nya di atas meja.
    “ Kalau begitu berarti handphone-mu error dan kau tidak sengaja menghapus semua data kontak yang ada di dalamnya.”
    “ ..... untuk apa aku menghapus data penting seperti itu?”
    “ Kalau begitu kenapa kau tidak menghubungiku sama sekali?!!!” umpat Daniel dengan kesal.
    Monica terperanjat mendengar teriakan Daniel persis di depan wajahnya.

    ******

    Monica meletakan secangkir teh di atas meja, tetap dengan tatapan penuh kebingungan menatap Daniel.
    “ Common sense! Apakah tidak mengerti apa itu? Kewajaran, adalah hal yang wajar untukmu mengabariku jika kau sudah pulang dari rumah sakit bukan? Apakah kau begitu sibuk di rumah hingga tidak sempat menghubungiku sama sekali??”
    “ ..... kau juga tidak menghubungiku sama sekali.... sehingga aku berpikir kau pasti sedang sibuk... dan aku tidak ingin mengganggumu.... lagipula kau sudah melakukan begitu banyak untukku, bagaimana mungkin aku terus membebanimu?” ujar Monica dengan nada lirih.

    Daniel menatap Monica sambil menghela napas.
    “ ..... Mon, dengarkan kata-kataku dengan baik. Apakah kau menganggapku sebagai orang asing?”
    Monica terdiam dan mengangguk perlahan.
    “ Apa? ... setelah semua hal yang terjadi kau masih juga menganggapku orang asing?!! .... aku ini temanmu!! Bukan begitu??” seru Daniel dengan nada meninggi.
    “ Oo... y-ya... k-kurasa begitu... kau adalah temanku.”
    “ Kalau begitu perlakukan aku sebagai temanmu... jangan terus menerus memperlakukanku sebagai orang asing!”
    “ ..... Daniel.... apakah kau menganggapku sebagai temanmu?” tanya Monica takjub dengan perkataan Daniel sebelumnya.
    “ ..... kau boleh berbangga hati mengenai ini, tapi kau adalah wanita pertama yang kuakui sebagai temanku.” jawab Daniel sambil menghela napas.

    “ Kenapa bisa begitu? .... rasanya aneh jika seseorang sepertimu tidak memiliki teman wanita.” sahut Monica sambil tersenyum tidak percaya.
    “ Kenapa? .... karena aku tidak punya perasaan lebih pada wanita manapun... dan aku mencari seorang wanita yang benar-benar bisa menjadi temanku, tidak lebih. Kau adalah orang yang tepat bukan, .... Monica?”
    Monica tertegun, ia tidak pernah menyangka jawaban semacam itu akan keluar dari bibir seorang Daniel.
    “ ..... t-tentu saja.... siapa aku hingga .... berani berharap lebih dari sekedar teman untukmu...?” sahut Monica terbata-bata.

    *****

    Monica menatap punggung Daniel sambil berusaha untuk mempercayai bahwa laki-laki itu memang sedang memasak di dapur kecilnya yang selalu berantakan itu.
    Daniel memang memaksa untuk memasak sebagai peringatan hari pertama mereka sepakat untuk menjadi ....teman sejati.
    Lagipula kondisi Monica memang belum memungkinkan untuk berjalan ke sana kemari dengan leluasa.

    “ Ini dia, spagetti italiano ala Chef Daniel!” seru Daniel sambil menaruh 2 piring spagetti di meja makan kecil di sudut makan Monica.
    Monica masih menatap Daniel dengan kedua matanya yang bulat dan besar itu.
    Daniel melihat Monica dan menyipitkan matanya sambil berkata.
    “ Jangan berkata kalau ini pertama kalinya ada laki-laki yang memasakkan sesuatu untukmu.”
    “ ..... kau memang laki-laki pertama yang memasakkan makan malam untukku.... dan juga laki-laki pertama yang masuk dan melakukan kegiatan di dapur rumahku.” jawab Monica sambil meringis, menyadari sikapnya yang konyol barusan.
    “ Ckckckck, entah aku harus menyelamatimu atau harus prihatin padamu. Mulai sekarang kau harus memperlakukan dirimu lebih baik, Mon.”
    “ ..... apa hubungannya tidak pernah ada laki-laki yang memasakkan untukku dengan aku memperlakukan diriku dengan lebih baik?”
    “ Keparat itu jelas kembali tertarik padamu, .... ya, jasaku memang tidak bisa dipungkiri atas hal itu, tapi yang jelas kau adalah gadis yang menarik. Jika kau memperlakukanmu seperti itu, maka dalam waktu singkat maka akan ada laki-laki lain yang memasakkan sesuatu untukmu.” sahut Daniel sambil memasukkan spagetti ke mulutnya banyak-banyak.

    Monica menggulung spagetti dengan garpu di tangan kirinya dan mencicipi bagaimana rasanya masakan seorang Daniel, dan ternyata sangat luar biasa.
    “ Hhm... enak sekali. Rasanya bahkan lebih baik dibanding spagetti di restaurant italia yang biasa kukunjungi saat makan siang kantor.” puji Monica.
    “ Benarkah? Itu mungkin karena kantormu selalu makan siang di restaurant menengah ke bawah, kapan-kapan aku akan mengajakmu ke restaurant italia terbaik di Jakarta, dijamin kau akan bermimpi tentang hidangan di sana.”
    Monica tertawa mendengarnya.
    “ Benarkah? Kau sudah berjanji ya akan mengajakku ke sana!”
    “ Tentu saja! Call!!” seru Daniel bersemangat.
    Monica tersenyum, berada bersama dengan laki-laki di hadapannya terasa begitu natural dan nyaman baginya sekarang. Entah sampai kapan ia bisa menikmati masa-masa seperti ini bersama dengan seseorang yang bahkan tidak cocok untuk duduk di kursi meja makannya yang begitu sederhana ini.

    Monica menyalakan televisi untuk menemani mereka makan malam dan kebetulan siaran televisi saat itu sedang menyiarkan mengenai berita selebritis.
    “ Oo... I-Itu! Bukankah itu adikmu??” seru Monica, merasa aneh melihat seseorang yang pernah ia temui langsung sebelumnya di (ternyata) pesta pernikahan adik Daniel.
    Daniel menoleh dan menatap layar televisi untuk beberapa saat, menyerap pemberitaan yang sedang beredar mengenai adik bungsunya itu.
    “ Video ini diambil dari lokasi syuting film terbaru Jeffry Tanubrata, besutan sutradara Joshua Landau yang akan tayang bulan depan. Sumber kami mengatakan bahwa saat kejadian tersebut diambil, proses syuting belum dimulai, yang berarti kejadian tersebut bukanlah bagian dari naskah dan adegan film tersebut. Video tersebut membuat para fans setia Jeffry pun ramai memperdebatkan siapa sebenarnya Evelyn yang sepertinya sudah tidak perlu diragukan lagi, adalah kekasih Jeffry Tanubrata saat ini.”

    Monica menatap video yang direkam salah satu reporter itu dengan mulut terbuka.
    “ .... wah... selebritis memang.... berbeda ya...” gumamnya.
    Daniel nyaris tersedak saat melihat video itu dan terbatuk-batuk untuk beberapa saat sebelum akhirnya berkata
    “ Sudah gila dia rupanya! Ckckck... sepertinya dia memang tidak bisa berpaling lagi dari gadis itu.”
    “ Kau mengenal gadis itu?? Apakah mereka berdua memang berpacaran??”
    “ Hahahaha, kenapa? Kau menyayangkan jika itu benar? .... kau fans adikku juga?” tanya Daniel sinis.
    “ Ha... Hahaha... lucu sekali pertanyaanmu. A-Aku ini fans semua selebritis di negeri kita, .... lagipula video itu benar-benar luar biasa! Tentu saja rakyat jelata sepertiku ingin tahu yang sebenarnya.”

    Daniel menghela napas panjang sambil meneguk air putih di gelasnya hingga habis sebelum menyambut perkataannya.
    “ Aku mempunyai 2 orang adik yang adalah pejuang cinta luar biasa. Aku melihat bagaimana mereka jatuh cinta dan berjuang mati-matian untuk cinta mereka. Mereka berdua adalah kebalikan dari diriku. Adik bungsuku dan gadis itu adalah sepasang kekasih sejak mereka kuliah dulu. Aku tidak tahu pastinya kenapa tapi hubungan mereka berakhir saat Jeffry baru debat di dunia hiburan, gadis itu tiba-tiba menghilang dan tidak bisa dihubungi.”
    “ Menghilang?? ... maksudmu menghilang tanpa jejak begitu saja?”
    “ Aneh kan? Makanya aku tidak terlalu suka dengan gadis itu. Dia jelas tidak ingin meninggalkan jejak apapun dalam hidup Jeffry yang mana itu adalah hal tidak masuk akal. Mereka berpacaran beberapa tahun dan ia ingin mengakhiri itu dalam semalam??”
    “ Aku yakin ia pasti punya alasannya sendiri. Setidaknya wanita tidak akan melakukan hal besar seperti itu tanpa dipikirkan matang-matang terlebih dahulu.” jawab Monica.
    “ Jadi jika kau menjadi dia, kau juga mungkin akan terbang menghilang seperti hantu tanpa memberitahu apapun pada kekasihmu?”
    Monica terdiam sejenak dan kemudian mengangguk.
    “ Jika aku melakukan hal itu, maka itu jelas adalah hal yang terbaik untuk kami berdua.”
    “ Gila.” komentar Daniel dengan singkat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

    ******

    “ Ini kopimu.” sahut Evelyn sambil mengulurkan segelas kopi untuk Jeffry.
    Mereka baru saja kembali setelah menyelesaikan syuting yang melelahkan sepanjang hari ini.
    “ Thanks. Ah.... jika tahu kehadiranmu di rumah ini memberikan banyak kenyamanan seperti ini, aku akan menculikmu sejak dulu.” sahut Jeffry sambil tersenyum lebar.
    Evelyn mencibir sambil menyalakan televisi, langsung ke siaran entertainment.
    Matanya tidak berkedip saat melihat pemberitaan mengenai Jeffry dan dirinya sedang mengudara dan sedang disaksikan jutaan pasang mata saat ini.

    “ Lihatlah!!! Aku sudah tahu ini pasti terjadi!! Kenapa kau harus melakukan itu di depan umum?!!!” serunya hingga Jeffry nyaris menyemburkan kopi di mulutnya karena terkejut.
    “ Evelyn!! Kau mengagetkanku dengan tiba-tiba berteriak seperti itu!!”
    “ Jeffry, kau adalah seorang selebritis terkenal, mungkin bagimu pemberitaan seperti ini tidak ada apa-apanya, tapi bagiku?? .... rasanya seperti duduk di atas kompor!! Panas sekali!”
    Jeffry tertawa geli mendengar perumpamaan absurd yang sudah lama tidak ia dengar dari gadis di sampingnya itu.
    “ Bagiku pemberitaan seperti ini jauh lebih enak dilihat dan enak didengar dibanding pemberitaan mengenaiku tahun lalu.”
    “ Tahun lalu? ... memang pernah ada pemberitaan apa tentangmu tahun lalu?”

    Jeffry menoleh dan kemudian mencibir dengan sinis.
    “ Kau tidak pernah mengikuti perkembangan berita mengenaiku ya? Ckckck, sebagai seorang wanita yang jatuh cinta begitu dalam pada Jeffry Tanubrata, seharusnya malah kau menjadi die hard fans-ku! Mengikutiku kemanapun aku pergi!”
    “ Memang kau terlibat skandal apa tahun lalu??” sahut Evelyn penasaran.
    “ Mereka tidak pernah berhasil mendapatkan pemberitaan mengenaiku yang berhubungan dengan wanita, mereka bahkan tidak pernah melihatku bicara lebih dari beberapa detik dengan wanita manapun, .... dan akhirnya mereka menyebarkan pemberitaan tentang kemungkinan aku adalah homoseksual.”
    Evelyn menatap Jeffry beberapa saat dan kemudian tertawa dengan keras untuk waktu yang sangat lama.

    “ Apakah hal tragis itu sangat lucu untukmu??” sahut Jeffry dengan sinis.
    Evelyn mengangguk karena belum bisa menjawab dengan kata-kata.
    “ Ckckck, aku tidak menyangka aku bisa tergila-gila dengan gadis tidak berperasaan seperti dirimu.” sahut Jeffry merajuk.
    “ Jeffry! Sejak kapan kau seperti anak TK begini? Hahahaha, tentu saja hal itu sangat lucu. Aku tidak percaya kau tidak pernah dekat dengan wanita manapun selama kau menjadi selebritis. Apakah itu benar??”
    Jeffry menatap Evelyn dan menghela napas panjang.
    “ ..... sudah 3 tahun aku menjadi seorang selebritis. Di tahun pertama, aku sibuk tergila-gila padamu, di tahun kedua aku sibuk mencarimu yang tiba-tiba menghilang, di tahun ketiga, aku sibuk membencimu karena tiba-tiba menghilang, .... dan di tahun ini, aku sibuk mencari dan menemukanmu lagi.”
    Evelyn menatap Jeffry sambil menghela napas.
    “ ..... aku tidak tahu apakah aku pantas mendapatkan cinta yang begitu besar darimu, Jeffry Tanubrata.”
    “ Kau sudah melakukan lebih dari cukup hanya dengan berdiri di sampingku, nona Evelyn Winata.”

    ******

    Malam itu Jeffry berbaring di tempat tidurnya dan senyuman di wajahnya tidak bisa berhenti tersungging.
    Hari ini benar-benar sangat layak untuk dikenang.
    Akhirnya Evelyn berhenti bersikap keras kepala dan bersedia membuka hatinya kembali.
    “ ..... aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi, Evelyn.” sahutnya dengan lirih.
    Di kepala Jeffry sudah berderet semua rencana yang ingin ia lakukan bersama Evelyn.
    Tidak terpikir sedikitpun bahwa rintangan antara dirinya dengan Evelyn belum selesai sampai di sana.

    *****

    Setelah acara peresmian yayasan amal Jennifer, Michael kembali ke kantornya.
    Selama beberapa jam Jennifer berusaha bertahan hingga akhirnya Michael pulang dan ia langsung meledak.
    “ Michael!! Apa kau harus berdekatan dan berhaha hihi dengan wanita itu di depan mataku?!!!” semprot Jennifer hingga Michael terlonjak karena terkejut.
    “ K-Kau belum tidur?” sapa Michael sambil meletakkan semua tas dan jasnya.

    Jennifer mengikuti langkahnya sambil terus mengomel.
    “ Kau tidak tahu pertanyaan menyebalkan macam apa yang ia ajukan padaku sedetik sebelum kau datang ke acara peresmian amal itu!!” seru Jennifer kesal.
    Michael berbalik dan tiba-tiba mencubit pipi Jennifer sambil berkata dengan santai.
    “ Nona Jeon, aku mengerti kalau sekarang kau sedang cemburu, tapi bagaimanapun jangan berteriak di tengah malam seperti ini, oke? Aku tidak ingin tetangga mendengar dan muncul rumor tidak jelas tentang kita berdua.”
    Jennifer bengong untuk beberapa saat sebelum akhirnya mundur beberapa langkah dan menatap Michael dengan bingung.

    “ .... apa yang barusan kau lakukan padaku??”
    “ Kenapa? Apa ada yang salah dengan itu? .... hhm, aku adalah suamimu, dan hingga detik ini banyak yang tidak kulakukan dalam hakku sebagai seorang suami.”
    “ Stop!! Kita tidak akan pernah membahas hal itu! .... d-dan kau harus ketahui dengan baik kalau aku sangat tidak senang kau berdekatan dengan wanita bernama Yolanda Wulandariitu, mengerti??”
    “ Ya, aku cukup mengerti kalau kau cemburu padanya.”
    “ Michael!!!!” pekik Jennifer.

    “ Apa kau berencana untuk berteriak sepanjang malam??” seru Michael sambil melenggang pergi.
    Jennifer mengikuti langkah Michael dari belakang. Laki-laki itu masuk ke kamar mandi dan mengoleskan pasta gigi di atas permukaan sikat gigi. Jennifer terus mencecarnya dengan pertanyaan.
    “ Kau belum mengenal wanita itu saat masih bersamaku kan?? .... atau kau sudah mengenalnya lebih lama daripada kau mengenalku?!!”
    Michael menggelengkan kepalanya.
    “ .... lalu bagaimana ceritanya sampai kau bisa mengenal wanita menyebalkan seperti itu??”
    Michael mengeringkan wajahnya dengan handuk dan menjawab pertanyaan Jennifer sambil berjalan keluar dari kamar mandi.

    “ Dia adalah anak dari salah satu teman baik papa. Dia sering mengundang keluarga kami untuk menghadiri pameran seninya.”
    “ Seberapa dekat hubunganmu dengannya?” tanya Jennifer sambil memincingkan mata dan melipat kedua tangannya.
    Michael mengambil bantal dari dalam kamar dan melangkah menuju ke ruang kerja yang akhir-akhir ini merangkap sebagai ruang tidurnya juga.
    “ Hubungan kami berada dalam jarak yang wajar, Jennifer.”
    “ Jika wajar, kenapa wanita itu mendekatimu begitu agresif tadi?! D-Dan lagi, ia bilang sendiri dengan mulutnya kalau ia akan menikah denganmu jika kau tidak terlanjur menikah denganku!!” seru Jennifer sambil duduk di sofa panjang tempat Michael berbaring.
    Michael menatap Jennifer sambil tersenyum dengan lembut.
    “ Jennifer...”
    “ Kenapa? Kau sudah kehabisan kata-kata sekarang??”
    “ Kau tidak tahu betapa aku sangat menikmati percakapan kita sekarang.... sudah lama kita tidak berbicara sedemikian panjang, sudah lama kau tidak mengikutiku begitu lama, dan sudah lama kita tidak duduk sambil duduk di sofa yang sama seperti sekarang.”
    Jennifer menoleh ke samping dan baru menyadari di mana ia sekarang.

    Jennifer buru-buru bangkit berdiri dan wajahnya memerah.
    “ J-Jangan berpikir sembarangan!! Aku seperti ini karena wanita itu membuat kepalaku ingin meledak rasanya!”
    “ Sudah malam, istirahatlah. Mulai besok urusan yayasan amal akan sangat menyita waktumu.”
    “ K-Kau tidak perlu mendikteku!!” seru Jennifer sambil buru-buru melangkah keluar ruang kerja suaminya itu.
    “ Jennifer!!” panggil Michael dari dalam.
    Jennifer menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
    “ Terimakasih untuk rasa cemburumu, rasanya menyenangkan menghadapimu yang seperti ini lagi setelah sekian lama.”
    Jennifer menatap Michael untuk beberapa saat dan menghela napas panjang seraya berlalu.

    *****

    Daniel melihat gambar desain project di atas mejanya dengan tergesa-gesa.
    “ Kenapa kau baru membawa ini sekarang??” gerutunya pada anak buahnya yang datang ke ruangannya persis 5 menit setelah ia mematikan laptopnya dan bersiap untuk pulang kantor.
    “ Maaf, Pak. Printer di luar rusak sehingga saya tidak bisa mencetak desain ini segera. Apakah bapak masih ada janji?”
    “ Apakah aku tidak boleh sesekali pulang kerja tepat waktunya?” tanya Daniel sambil melirik sinis. Tangannya bergerak mencorat-coret beberapa hal pada desain yang harus diperbaiki oleh anak buahnya.
    “ Hahaha, bukan begitu Pak. Tidak biasanya anda tergesa-gesa untuk pulang kantor pada jam ini.” sahutnya sambil melirik ke arah jam dinding dan memastikan bahwa waktu masih menunjukkan pukul 7 malam.
    “ Aku sudah berjanji untuk makan malam dengan ... temanku.” sahut Daniel sambil tersenyum sendiri.

    Daniel melesat secepat yang ia bisa dari kantornya menuju ke rumah Monica. Kemacetan di Jakarta adalah salah satu faktor penentu berapa lama ia harus menghabiskan waktu di jalan sebelum tiba di tujuan. Untungnya hari ini kemacetan tidak terlalu parah.
    Daniel mengunci mobilnya dan segera menekan bel rumah Monica. Gadis itu membukakan pintu dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya.
    “ Kukira kau tidak jadi datang malam ini.” sapanya hangat.
    “ Temanku sedang dalam proses menuju kematian karena terlalu bosan di rumah sendiri, masa aku tega tidak datang menemaninya?” kelakar Daniel sambil melenggang masuk ke dalam rumah Monica.
    “ Aku sudah memasak nasi goreng dan juga soto ayam, kuharap kau bisa memakan masakan rumahan seperti ini.” sahut Monica dengan kuatir. Ia sudah menghabiskan sepanjang siang untuk mencari resep terbaik dan menghabiskan sepanjang sore untuk membuatnya menjadi nyata di meja makan.
    “ Benarkah? Ahhh... entah kapan terakhir aku makan masakan rumah seperti ini.”

    Setelah menghabiskan semua nasi goreng dan juga soto ayam , Daniel mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
    “ Apa kau ingat permainan ini?”
    Monica menatap papan permainan ular tangga di atas meja dan tersenyum geli.
    “ Aku terkenal sebagai bocah beruntung di permainan dadu seperti ini, Tuan Tanubrata.”
    “ Benarkah? Aku sudah tidak sabar untuk mengalahkan keberuntunganmu, nona.”
    Monica tertawa dan segera mengosongkan meja agar mereka bisa bermain dengan leluasa.

    *****

    Mereka bermain hingga larut malam dan beberapa kaleng bir membuat waktu terasa semakin cepat berlalu.
    “ Sudah malam, kau bilang besok pagi kau harus mengunjungi lokasi proyek di Bandung bukan?”
    “ Ah... benar. Satu-satunya yang tidak kusukai dari proyek ini adalah karena lokasinya di luar kota.” gerutu Daniel sambil meluruskan tangan dan kakinya.
    “ Kalau begitu lebih baik kau pulang sekarang.”
    “ Ah, efek bir masih terasa di kepalaku. Aku akan memejamkan mataku sebentar lalu pulang.”
    Monica mengangguk.
    “ Baiklah, aku akan membereskan piring-piring kotor dulu kalau begitu. Istirahatlah sebentar di sini.”
    Daniel mengangguk dan bersandar di sofa sambil memejamkan matanya.

    Monica mencuci piring-piring kotor bekas makan sambil tersenyum sendiri. Setidaknya ini semua lebih baik dari yang ia pikirkan sebelumnya.
    Ia bisa berteman dengan Daniel dan Daniel bisa menganggapnya sebagai teman. Daniel bisa datang ke rumahnya dengan leluasa dan bahkan bisa makan di meja makan sederhananya.
    “ ..... ini adalah hal terbaik, Monica. Kau adalah wanita jahat dan egois jika mengharapkan lebih dari ini. Kau bahkan tidak pernah mempunyai teman yang memperlakukanmu lebih baik dari Daniel.” gumamnya sambil mematikan kran air.
    Ia mematikan lampu dapur dan bingung karena tidak menemukan Daniel di atas sofanya. Ia mengintip keluar jendela dan mobil laki-laki itu masih terparkir dengan rapi di depan rumahnya.
    “ .... tentu saja, mana mungkin ia pergi begitu saja tanpa berpamitan lebih dulu.” gumamnya sambil melihat pintu kamar mandi yang terbuka dan tidak ada siapapun di dalamnya.

    Monica melangkah dengan perlahan ke satu-satunya ruangan di rumahnya yang belum ia periksa.
    Mulutnya terbuka lebar ketika ia melihat Daniel sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Tidur di atas tempat tidurnya.
    Monica menghampiri tempat tidurnya dengan perlahan dan membungkuk hingga wajahnya berjarak beberapa cm saja dari wajah Daniel Tanubrata.
    Ia tidak berani membangunkan laki-laki itu dan malah sibuk terpaku memandangi wajah laki-laki itu dari dekat.
    “ ..... pantas saja orang-orang begitu sulit mempercayai Daniel berpacaran denganku.... pantas saja orang-orang di kantor memandangiku dengan tatapan aneh. Laki-laki ini memiliki wajah yang jauh lebih menarik dibanding wajahku sebagai seorang wanita. .... benar-benar penghinaan bagi kaum wanita.” sahut Monica di dalam hati.

    Tiba-tiba Daniel membuka matanya. Untuk beberapa saat Monica hanya bisa terpaku dan tidak bisa berkata-kata karena terlalu terkejut.
    “ ..... bagaimana bisa kau tidur di atas tempat tidur yang sempit seperti ini? .... ini tempat tidur untuk anak kecil.” gumam Daniel dengan suaranya yang serak.
    “ .... O-Ooo... ini memang tempat tidurku sejak aku masih kecil.... setelah papa dan mamaku meninggal, aku mengalami insomnia dan hanya bisa tidur di atas tempat tidur ini... makanya aku masih menggunakannya hingga sekarang.” sahut Monica menjelaskan dengan terbata-bata.

    Daniel tersenyum geli dan melanjutkan perkataannya.
    “ Bolehkah aku menginap di sini malam ini? .... sepertinya toleransiku terhadap alkohol berkurang, kepalaku rasanya pusing sekali, rasanya tidak waras jika aku memaksakan diri untuk menyetir pulang.”
    “ ..... m-menginap?”
    “ Aku tebak, pasti aku laki-laki pertama yang menginap di rumahmu.”
    “ ..... tentu saja, apakah aku wanita yang mengijinkan sembarangan laki-laki menginap di sini??”
    “ Ah, kepalaku pusing sekal. .... selamat malam Monica.” sahut Daniel sambil kembali memejamkan matanya.

    Monica menutup pintu kamarnya dengan jantung berdebar kencang. Ia bersandar pada pintu kamarnya dan berusaha untuk menjernihkan pikirannya.
    “ ..... Tenang, Monica .... laki-laki itu mabuk, dan akal sehatnya tidak mengijinkannya untuk membawa mobil pulang.... sebagai ...sebagai seorang teman, adalah hal yang wajar jika kau mengijinkannya menginap di rumahmu.... apakah kau sudah melupakan semua hal yang sudah ia lakukan terhadapmu? .... mengijinkannya menginap bahkan terlalu sederhana untuk dikategorikan sebagai bentuk balas budi....” gumam Monica berbicara pada dirinya sendiri.

    *****

    Di saat Daniel tidur dengan nyenyak sepanjang malam, Monica nyaris tidak dapat menutup matanya. Ia berbaring di sofanya hingga punggungnya terasa panas, namun matanya tidak kunjung menutup.
    Membayangkan bahwa ada laki-laki di kamar tidurnya benar-benar membuat bulu kuduknya merinding tidak karuan.
    Dan tentu saja, membuat jantungnya berdebar tak karuan juga.

    Daniel terbangun karena sengatan cahaya matahari yang menusuk matanya dan juga aroma kopi yang tercium pekat di hidungnya.
    Ia membuka matanya dan merenggangkan tubuhnya sambil menatap ujung kakinya yang keluar dari area tempat tidur yang sedang ditidurinya.
    Ia tersenyum geli.
    “ ..... bagaimana mungkin ia bisa tidur di tempat tidur mini seperti ini?” gumamnya sambil bangkit berdiri dari tempat tidur Monica dan membuka pintu kamar.
    Ia melihat Monica sedang membuat kopi.

    “ Maafkan aku, membuatmu terpaksa harus tidur di luar. Tapi setidaknya sofa itu lebih nyaman dibanding tempat tidur minimu.” celetuk Daniel sambil menghampiri Monica.
    Monica nyaris terlonjak kaget mendengar suara Daniel.
    “ K-Kau sudah bangun?? .... aku sudah membuatkan kopi, tidak tahu apakah kau suka kopi atau tidak.”
    “ Semua laki-laki sejati pasti menyukai kopi. Thanks.” sahut Daniel sambil menyeruput kopi buatan Monica.
    “ Apakah kepalamu sudah baik-baik saja? Sudah tidak pusing?”

    Daniel menggeleng.
    “ Aku sudah siap untuk bekerja keras lagi hari ini. O ya, hari ini adalah hari terakhir cutimu bukan? Apakah kau sudah bisa bekerja besok?”
    Monica mengangguk.
    “ Bekas luka operasi sudah tidak terlalu sakit dan aku sudah nyaris mati bosan di rumah. Aku jarang sekali mengambil cutiku dan aku tidak terbiasa berleha-leha sepanjang hari seperti ini.”
    “ Ingat untuk menjauhi keparat itu di kantormu, mengerti??”
    Monica tertawa dan menganggukkan kepalanya.

    *****

    Hari ini adalah jadwal syuting terakhir bagi Jeffry dan juga Evelyn.
    Scene Evelyn sudah selesai sejak pagi tadi, ia hanya menunggu Jeffry menyelesaikan adegan bagiannya karena Jeffry bersikeras untuk tidak mengijinkan Evelyn pulang sendirian.
    Evelyn tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan Jeffry, lagipula semua kru dan juga para pemain sudah mengetahui hubungan di antara mereka dan tidak ada lagi yang memandangnya dengan tatapan bingung. Semua mengerti mengapa Evelyn masih berada di sana.

    “ Cut!! OK, siapkan untuk adegan berikutnya!!” seru Sutradara Joshua Landau memberikan pengarahan dari bangku sutradara.
    Jeffry berbincang sejenak dengan lawan mainnya di adegan selanjutnya dan matanya langsung sibuk mencari Evelyn. Gadis itu tampak sedang sibuk membagikan es krim untuk semua orang yang ada di lokasi. Cuaca yang begitu panas memang menyiksa untuk semua orang di sana.

    “ Evelyn!! Apakah kau tidak akan memberikanku es krim??” seru Jeffry dari kejauhan.
    Evelyn berlari-lari kecil menghampirinya dengan tampang sinis.
    “ Bukankah bibirmu masih sakit karena luka perkelahian di adegan sebelumnya?” tanya Evelyn sambil mengulurkan sebuah es krim.
    “ Tenang saja, bibirku masih mampu untuk menciummu dengan baik dan benar.” bisik Jeffry dan segera melumat es krim di tangannya.
    Evelyn memukul pundak Jeffry dengan gemas.
    “ Sudah kubilang untuk menyensor perkataanmu jika kita sedang ada di ruang umum.”
    “ Berbicara mengenai ruang umum, aku punya 2 berita untukmu. Entah ini berita baik atau buruk untukmu.”
    Evelyn mengerutkan keningnya.
    “ Cepat katakan agar aku tahu berita apa itu.”

    Jeffry menghela napas panjang dan meneruskan perkataannya.
    “ Akan ada wawancara untuk kita berdua, wawancara ini terkait film.... dan terkait hubungan kita berdua.”
    “ ..... apakah aku juga harus ikut wawancara itu?” tanya Evelyn sambil meringis.
    “ Tentu saja, kau pemeran utama wanita di film ini, nona Winata.”
    “ ..... aku tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan mereka.” keluh Evelyn kuatir.
    “ Apa kau lupa kalau aku akan ada di sampingmu sepanjang wawancara? Aku malah sudah tidak sabar mengumumkan pada seluruh dunia bahwa Evelyn adalah kekasihku.”
    Evelyn menyikut perut Jeffry sambil melirik sinis.

    “ Lalu apa berita kedua?”
    “ Kau tahu kalau aku adalah adik bungsu dari kedua kakak yang sangat teramat memperhatikanku bukan?”
    Evelyn mengangguk sambil menahan senyuman di wajahnya.
    “ Kedua kakakku mengajak kita untuk makan siang bersama.... sepertinya Kak Daniel melihat pemberitaan tentang kita dan ia memberitahu Kak Michael dan Kak Michael.... ah, intinya mereka ingin bertemu langsung denganmu.” sahut Jeffry sambil meringis. Walaupun ia dikenal sebagai selebritis yang tidak mau menuruti perintah siapapun, tapi ia tidak bisa berkutik jika kedua orang kakaknya sudah menghubunginya dalam waktu bersamaan seperti itu.

    *****

    Jennifer menghabiskan juice jeruk yang menjadi pilihan menu sarapannya hari ini sambil melirik cover majalah di atas meja makan dengan sinis.
    Majalah bisnis nasional terbitan terbaru itu menjadikan Michael sebagai sampul depan cover majalah.
    Foto suaminya terpampang dengan kualitas terbaik dan dengan gaya yang mencerminkan semangat masa muda dari CEO termuda TANUBRATA GROUP Group.

    “ Ckckck... editan di foto ini terlalu kentara, apakah mereka ingin menyangkal bahwa usianya sudah 29 tahun?? Apakah mereka ingin menipu khalayak umum dan menjadikannya CEO dengan usia 23 tahun??” sahutnya sinis sambil menusuk kedua mata Michael di foto dengan garpu di tangannya.
    Jennifer masih tidak mengalihkan pandangannya dari cover majalah itu dan meneruskan perkataan pedasnya.
    “ Ckckck... semua orang di Indonesia sudah mengetahui kalau statusmu sekarang adalah pria beristri, apakah perlu menampilkan sosokmu di majalah seolah-olah kau sedang ingin menarik perhatian semua wanita di Indonesia??”

    Perkataan Jennifer terhenti saat ruang kerja terbuka dan Michael dengan kemeja serta dasi lengkap melangkah keluar dengan penuh percaya diri.
    “ Apa saja rencanamu hari ini?” tanya Michael sambil mengambil majalah bisnis dari samping Jennifer dan membaca bagian wawancaranya di sana.
    “ Aku akan mulai mendata panti asuhan yang ada di Jakarta dan daerah sekitarnya, kemudian merekrut beberapa staff untuk bekerja di yayasanku.” jawab Jennifer asal.
    “ Kau bisa meminta tolong sekretarisku mengenai perekrutan staff.”
    “ Aku bisa melakukannya sendiri, aku tidak butuh bantuanmu.”
    Michael tersenyum menanggapi penolakan Jennifer.

    “ Oya, malam ini aku akan pulang agak terlambat.”
    “ Kenapa? .... kau selalu saja pulang malam setiap hari.” sahut Jennifer sambil mencibir.
    “ Aku ada janji makan malam hari ini, dan aku tidak yakin kau bersedia menemaniku dalam acara makan malam itu.” sahut Michael sambil mengenakan kedua sepatu kerjanya.
    Jennifer menghela napas pendek, jawaban suaminya itu semakin membuatnya penasaran.
    “ ..... makan malam kantor?”
    “ Bukan.”
    “ Kalau bukan lantas kau makan malam dengan siapa?!! .... jangan bilang kau akan makan malam dengan Yolanda!” seru Jennifer geram.
    Michael menatapnya dan tertawa lepas.

    “ Bagaimana jika kau pastikan sendiri dengan siapa aku makan malam nanti?”
    “ Apa maksud jawabanmu itu?”
    “ Le Grandeur Restaurant, pukul 8 malam. Aku akan menunggumu di sana.” sahut Michael sambil menghampiri Jennifer dan tiba-tiba mengecup pipi istrinya itu.
    Sampai pintu apartement tertutup, Jennifer masih berdiri seperti orang bodoh dengan mulut terkatup rapat. Tangannya perlahan naik dan menyentuh pipinya dengan lembut.

    *****

    Monica merentangkan kedua tangannya dan melihat keluar jendela kantornya. Sudah lama ia tidak duduk di bangku kerjanya dan rasanya sangat menyenangkan bisa kembali lagi ke rutinitas hariannya.
    “ Bagaimana liburan cintamu? Ckckck, semua orang di kantor sibuk membicarakannya.” sahut Ratna, salah satu rekan kerjanya yang sangat perhatian terhadap kehidupan pribadi Monica akhir-akhir ini.

    Monica tersenyum salah tingkah.
    “ Hhm.... k-kami tidak pergi ke mana mana kok. Kami di Jakarta saja, menghabiskan waktu untuk beristirahat.”
    “ Sebenarnya sudah sejauh apa hubunganmu dengan pria itu? Aku baru saja membaca-baca majalah yang kebetulan mewawancarainya, dia banyak diberitakan menjalin hubungan dengan banyak wanita. Kau tahu itu bukan?”
    “ H-Hah? .... Ooo... itu kan hanya rumor.” jawab Monica sambil berpura-pura sibuk dengan pekerjaan di laptopnya.
    “ Dan dari semua wanita yang pernah digosipkan berhubungan dengannya, semua wanita itu adalah selebritis dan model ternama. Makanya semua orang di kantor begitu terheran-heran karena Daniel menjalin hubungan dengan wanita biasa sepertimu.”
    Monica baru saja hendak mengakhiri pembicaraan tidak nyaman itu ketika sebuah suara yang sudah lama tidak ia dengar kembali memanggil namanya.

    “ Mon, bisa kita bicara sebentar?”
    Monica menoleh dan ia terpaku sejenak melihat Garry yang sudah lama tidak pernah mendatangi kubikal kerjanya, tiba-tiba kembali menampakkan wajahnya di sana.
    Sontak teman-teman kerja yang ada di sana langsung sibuk berbisik-bisik, jelas-jelas membicarakan penampakan Garry di sana.
    “ .... Oo.... baiklah.” jawab Monica sambil berdiri perlahan dari bangku kerjanya dan mengikuti Garry pergi ke tempat yang ia anggap nyaman untuk berbicara.

    Garry baru berhenti setelah ia sampai di halaman parkir kantor.
    Monica tidak bisa menebak apa yang ingin disampaikan laki-laki itu padanya sekarang.
    Garry membalikkan badannya dan menatap Monica dengan serius.
    “ Bagaimana dengan bekas operasimu? Apakah masih terasa sakit?”
    “ ..... sudah tidak terasa sesakit kemarin-kemarin.... operasinya sukses dan aku akan menjalani kehidupanku seperti biasa.” jawab Monica dengan gugup.
    “ ..... di matamu, aku adalah laki-laki brengsek bukan?” tanya Garry, masih dengan wajahnya yang serius.
    “ G-Garry.... ada apa denganmu hari ini? Kenapa tiba-tiba kau membicarakan hal ini lagi? .... bukankah kau yang ingin menyudahi hal ini...?” sahut Monica dengan lirih.
    “ Kau tahu kalau aku adalah anak tunggal dari keluargaku.... dan kau tahu betapa keluargaku adalah keluarga yang masih memegang nilai-nilai tradisional.... mereka ingin aku segera menikah dan memberikan keturunan sebagai penerus keluarga kami.”
    Monica mengangguk.
    “ .... aku tahu.... makanya kau bekerja dengan begitu keras dan bisa menduduki jabatan manager seperti sekarang, itu semata-mata karena kau ingin membanggakan keluargamu kan...”

    Garry meletakkan kedua tangannya di pundak Monica dan berkata dengan sungguh-sungguh.
    “ Aku ingin memiliki seorang pendamping yang tidak sibuk sepanjang hari untuk menempeliku.... aku ingin seorang pendamping yang bisa berdiri sendiri dengan tegak dan membuktikan pada dunia bahwa ia adalah wanita yang kuat dan mandiri... bukan wanita yang setiap hari selalu merasa ketakutan kehilangan diriku.”
    Monica menatap Garry dan bibirnya bergetar saat ia berkata.
    “ ..... saat itu aku terlalu menyukaimu.... hingga aku sangat takut kehilanganmu.... seseorang seperti dirimu bisa menyukai gadis biasa seperti aku.... aku takut suatu hari kau tiba-tiba merasa sudah melakukan kesalahan dengan memilihku....”
    “ ...... Monica..... jika kau bisa merubah sikapmu, maka aku tidak akan ragu untuk kembali padamu.”
    Monica tertegun, kalimat yang baru ia dengar sama sekali tidak pernah ia bayangkan akan keluar dari bibir Garry.
    “ .... G-Garry....”

    “ Aku tidak akan berbohong padamu, aku sangat terganggu melihatmu dengan laki-laki brengsek yang kurang ajar itu.... dan aku rasa perasaan tergangguku adalah bukti bahwa aku masih menyukaimu.... hanya saja aku juga terganggu dengan sikap-sikapmu selama kita berpacaran dulu.... kau mengerti maksudku bukan?”
    “ ..... kau masih menyukaiku?”
    “ Aku bahkan merasa terganggu setiap mendengar namamu selalu dikaitkan dengan Daniel oleh orang-orang kantor. .... aku yakin laki-laki itu tidak akan memperlakukanmu dengan baik! Dia itu playboy!”
    “ Daniel bukanlah orang seperti itu..... setidaknya ia tidak akan memperlakukanku dengan buruk.... “
    “ Monica ..... bagaimana jika kita coba menjajaki hubungan kita lagi? ..... aku yakin kita bisa mengusahakan hubungan kita lagi....”

    Monica menatap Garry dengan miris. Perasaannya kacau balau dan rasanya mustahil ia bisa memberikan jawaban langsung pada laki-laki yang tengah menatapnya itu.
    “ ..... a-aku perlu waktu untuk memikirkannya.... aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk melupakanmu.... aku... aku tidak bisa.... tiba-tiba....”
    “ Baiklah, aku mengerti.... kau bisa mengambil waktu yang kau butuhkan untuk memikirkannya. Segera kabari aku setelah kau selesai dengan pemikiranmu.”

    ******

    Saat Evelyn dan Jeffry melangkah masuk ke dalam restaurant, Michael segera melambaikan tangannya ke arah mereka.
    “ Ah, maafkan aku. Kau sudah lama menunggu?” tanya Jeffry sambil buru-buru menarik kursi dan duduk.
    “ Aku juga baru tiba. Selamat malam, Evelyn.” sapa Michael dengan ramah.
    Evelyn buru-buru membungkuk menyapa Michael dengan sopan.
    “ Selamat malam, Kak!”
    Jeffry tersenyum geli pada Evelyn.
    “ Ckckckck, aku belum mengucapkan terimakasih padamu atas apa yang sudah kau lakukan pada Evelyn, Kak.”
    “ Aku? Apa yang sudah kulakukan pada Evelyn?” tanya Michael bingung.
    “ Evelyn baru saja menceritakan padaku kalau saat itu kau mengantarkan dia pulang. Saat aku sedang ribut dengan papa malam itu.”

    Michael mengerutkan alisnya dan berusaha untuk mengingat kejadian yang sudah berlalu cukup lama dan akhirnya ia mengingatnya.
    “ Ah, itu. Kalau kau ingin berterimakasih padaku, maka kau harus memperlakukan Evelyn dengan baik mulai sekarang.”
    Evelyn menundukkan kepalanya dengan tersipu malu. Kakak kedua Jeffry memang memiliki kharisma yang tinggi dan juga kebaikan yang memancar dari dirinya.

    “ Oya, Kak Daniel belum kembali ke Jakarta? Tadi pagi aku meneleponnya dan ia sedang dalam perjalanan menuju Bandung.”
    “ Sebentar lagi ia tiba, ia terjebak macet di jalan. Kita pesan dulu saja.”
    Setelah mereka memesan makanan, Daniel baru menampakkan batang hidungnya. Berbeda dengan Michael, ia tidak terlalu menyukai Evelyn. Bagaimanapun ia tidak bisa membenarkan sikap Evelyn saat menghilang tanpa jejak 2 tahun lalu dan membuat adiknya bertingkah seperti orang gila saat mencarinya ke mana-mana.
    “ Well, selamat malam.” sapanya sambil menarik kursi dan duduk di samping Michael.
    “ Selamat malam, Kak.” sapa Evelyn sambil berdiri dan membungkukkan badannya dengan hormat.
    “ Jadi, apakah sekarang kau sudah memutuskan untuk berhenti bermain kucing-kucingan dengan adikku?” tanya Daniel dengan sinis.
    “ Kak, berhenti bersikap seperti bukan dirimu yang biasa. Kau akan menakuti Evelyn.” sahut Jeffry langsung membela kekasihnya itu.
    Daniel mendengus.
    “ Ckckckck, kau ini memang paling pintar membelanya. Bagaimanapun aku belum memaafkanmu yang tiba-tiba menghilang seperti hantu saat itu. Entah berapa kali aku harus menyeret Jeffry pulang karena ia menghabiskan waktu untuk mabuk sepanjang malam.” sahut Daniel.
    Evelyn meringis, tentu saja tidak ada yang salah jika kakak sulung Jeffry tidak menyukainya.

    “ Sudahlah, yang penting sekarang mereka sudah bersama dan sudah menyelesaikan semua permasalahan di antara mereka.” sahut Michael menengahi.
    “ Kapan kau akan membawanya menemui papa? Kau harus mempersiapkan amunisi yang cukup kali ini jika tidak ingin didamprat papa lagi.” sahut Daniel akhirnya melunak. Baginya tidak ada yang lebih penting daripada kebahagiaan kedua adiknya.
    “ Makanya ..... aku membutuhkan bantuan kalian berdua. Aku tidak peduli lagi dengan papa, dengan atau tanpa restu papa, aku akan menikah dengan Evelyn.” sahut Jeffry mantap.
    “ Maaf, aku tidak bisa banyak membantumu. Hubunganku dengan papa sudah lama tidak baik karena aku menolak untuk mewarisi perusahaannya.” jawab Daniel sambil memotong steak ukuran besar dan menjejalkannya ke mulutnya.

    Pandangan Jeffry langsung beralih ke kakak keduanya, satu-satunya anak laki-laki yang paling membuat papanya merasa puas dan bangga.
    “ Kak Michael....”
    Michael menghela napas panjang, ia teringat bahwa ada 1 hal yang belum ia bahas dengan papanya terkait peristiwa 6 tahun lalu, dan itu mungkin akan membuat hubungannya dengan papanya akan semakin merenggang.
    “ ..... aku akan membantumu sebisaku. Lagipula sekarang Evelyn sudah menjadi seorang selebritis sama sepertimu, papa mungkin akan melihatnya ... sedikit berbeda.”

    *****

    Mereka berempat sedang asyik membahas tentang film terbaru Jeffry ketika Daniel melihat sosok yang ia kenal dari kejauhan.
    “ JENNIFER? KAMI DI SINI!” teriaknya dengan keras hingga Jennifer yang tadinya sedang berbalik dan mengurungkan niatnya untuk mencari Michael di restaurant itu segera menghentikan langkahnya.
    Jennifer melihat ke arah meja Michael dan bengong sejenak menatap ketiga kakak beradik itu sedang duduk sambil menikmati makan malam mereka.

    Michael tidak bisa berkedip saat melihat Jennifer dengan gaun berwarna hitam tanpa tali dan juga dandanan yang begitu ‘all out’ di wajahnya datang menghampiri meja mereka.
    Jennifer menarik kursi dan duduk di samping Daniel.
    “ Apa kau yakin tidak ingin bertukar tempat denganku?” tanya Daniel bingung karena sekarang ia berada di tengah-tengah pasangan suami istri itu.
    “ Tidak, aku memilih tempat duduk yang paling nyaman untukku.” jawab Jennifer dengan dingin.
    Michael tersenyum geli melihat penampilan Jennifer yang luar biasa untuk sebuah makan malam biasa.
    “ Maaf aku mengecewakanmu, Yolanda tidak ada di sini.” sahut Michael, masih berusaha menahan tawanya.
    Jennifer menatap sinis pada suaminya itu dan membalas kalimatnya.
    “ Aku tahu, aku hanya bosan dengan menu makan malamku dan memutuskan untuk datang kemari.”

    “ Apa kabar, kakak ipar?” sapa Jeffry dengan senyuman ramah. Ia memang tidak terlalu mengenal baik sosok kakak iparnya itu, namun ia tahu dengan jelas bagaimana tabiat kakak iparnya yang agak antik itu.
    “ Ooo... lama tidak melihatmu, Jeffry.”
    “ Perkenalkan ini Evelyn, kekasihku. Aku ingin memperkenalkannya pada kedua kakakku, kebetulan kakak ipar juga datang.”
    Pandangan Jennifer bergeser pada Evelyn yang duduk di samping Jeffry dan seketika itu pandangannya melunak. Ia melihat sesosok wanita sederhana dan ia teringat bagaimana tampangnya dulu.

    “ Halo, namaku Jennifer. Kau bisa memanggilku Kak Jenni.” sahut Jennifer dengan senyuman yang ramah.
    “ Wah, aku tidak tahu kalau kau bisa bersikap ramah juga, ckckck ... cobalah perlakukan suamimu dengan lebih ramah.” sahut Daniel menggoda Jennifer.
    “ Sudah lama aku tidak bertengkar denganmu, Kak Daniel.” sahut Jennifer sambil tersenyum akrab.
    “ Kalian tahu kalau Jennifer sudah resmi membuka yayasan amalnya bukan? Jika kalian sempat dan tidak tahu harus membuang uang kalian ke mana, kalian bisa membantunya.” sahut Michael.
    “ Jadi, berapa yang berhasil kau rampok dari adikku?” bisik Daniel di telinga Jennifer.
    Jennifer tertawa dan mengangkat semua jari tangannya yang menunjukkan angka 10.
    Daniel dan Jeffry langsung tertawa lepas sementara Michael menatap mereka dengan kecut.
     
  13. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 10 - Ready , Set , Love !

    Jeffry baru saja akan menepikan mobilnya di lobby apartement agar Evelyn bisa turun lebih dulu. Tiba-tiba menekan pedal rem mendadak.
    “ Ada apa??” tanya Evelyn terkejut.
    “ Sepertinya ada reporter di lobby apartementku. .... ah, seharusnya aku mengira hal ini cepat atau lambat akan terjadi.”
    “ Lalu apa yang harus kita lakukan?? Kita tidak bisa membiarkan mereka tahu bahwa aku tinggal bersama denganmu di sini. Bagaimanapun kita menjelaskan pada mereka, mereka tidak akan paham!”
    “ Kau benar.... hhm.... aku tahu ke mana kita harus pergi sekarang.” sahut Jeffry sambil memutar balik mobilnya.
    Evelyn meremas tangannya dengan cemas. Sudah cukup pemberitaan seputar hubungannya dengan Jeffry, ia tidak ingin menambahkan minyak ke atas api dengan memberikan bahan pemberitaan pada media.

    Jeffry menelepon seseorang dan Evelyn hanya bisa pasrah mendengarkan pembicaraan sepihak Jeffry.
    “ Kak, kau ada di rumah sekarang? Banyak wartawan berkumpul di depan apartmentku, kurasa aku harus menitipkan Evelyn di rumahmu sekarang.... Baiklah, aku sedang dalam perjalanan ke sana.”
    Evelyn menatap Jeffry dengan mata terbelalak.
    “ ..... k-kau menitipkanku ke rumah kakakmu?? K-Kakak yang mana??”
    “ Tenang saja, tidak mungkin aku menitipkanmu ke rumah Kak Daniel, aku baru saja menelepon Kak Michael, setidaknya di sana ada kakak iparku yang akan menemanimu. Meskipun hubungannya dengan kakakku kurang harmonis, tapi dia adalah .... orang yang tidak jahat.” sahut Jeffry sambil meringis.

    *****

    Jennifer baru saja mengoleskan krim pelembab di wajahnya ketika Michael masuk ke kamar dan berkata.
    “ Kekasih Jeffry akan menginap di sini malam ini.”
    “ Hah? ... Kekasih Jeffry? Kenapa tiba-tiba dia akan menginap di sini?”
    “ Banyak wartawan yang menunggu di depan apartement Jeffry, dan sepertinya selama ini mereka tinggal bersama, .... mereka tidak ingin wartawan mengetahui hal itu.”
    Jennifer bengong untuk beberapa saat sebelum akhirnya otaknya kembali berpikir.
    “ Lalu di mana ia akan tidur? Apartmentmu ini besar tapi kekurangan kamar tidur!”
    “ Hhm... dia bisa tidur di ruang kerjaku, setidaknya sofa di sana tidak kalah empuk dengan tempat tidur manapun.” jawab Michael dengan enteng.
    Jennifer kembali terbelalak.
    “ R-Ruang kerjamu?? L-Lalu di mana kau akan tidur?!!”
    “ Di mana lagi? Tentu saja di sini. Apa kau ingin orang orang mengetahui kalau kita berdua tidur di kamar terpisah? Maaf, tapi aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.” sahut Michael sambil menahan senyum kemenangan di wajahnya sesaat sebelum ia berjalan keluar kamar.

    *****

    Evelyn berdiri di samping Jeffry tanpa bisa mengangkat wajahnya menatap kakak dan kakak ipar Jeffry di hadapan mereka.
    “ Sejak kapan kalian berdua tinggal bersama? Jeffry, apa kau tahu tindakanmu ini adalah tindakan yang sangat ceroboh??” sergah Michael.
    “ Sudahlah, ini sudah terjadi, untuk apa kau memarahi mereka di tengah malam seperti ini?” sahut Jennifer membela. Baginya Jeffry dan Evelyn mengingatkan masa-masa perjuangannya dulu saat baru berpacaran dengan Michael.
    “ Aku punya alasan kuat, Kak.... Aku tidak bisa membiarkan Evelyn tinggal dengan papa tirinya lagi.” sahut Jeffry serius.
    “ ..... baiklah, sekarang sudah malam, kita akan bicarakan hal ini besok. Evelyn, kau tidak keberatan tidur di ruang kerjaku kan? Aku sudah mempersiapkannya senyaman mungkin untuk kau beristirahat.” sahut Michael dengan senyuman yang melunak pada Evelyn.
    Evelyn mengangkat wajahnya dan tersenyum penuh rasa terimakasih pada kakak Jeffry yang selalu memperlakukannya dengan baik itu.
    “ Aku tidak bisa meminta lebih dari itu, Kak... terimakasih sudah mengijinkanku bermalam di sini.”

    Jeffry berdeham.
    “ Ehem... sepertinya mungkin Evelyn tidak hanya bermalam untuk 1 malam saja.... ia akan bermalam di sini sampai para wartawan sudah tidak menguntit lagi di apartmentku.”
    Jennifer menoleh menatap Jeffry dengan tatapan ngeri.
    “ B-Beberapa malam katamu??”
    “ Maafkan aku, sepertinya kami akan merepotkanmu kakak ipar.” sahut Jeffry sambil tersenyum meringis.
    “ Tentu saja, silakan bermalam selama apapun yang kau perlu.” jawab Michael dengan santai, ia tidak peduli Jennifer yang merasa mimpi buruknya baru saja akan dimulai, baginya ini adalah kesempatan emas.

    Setelah memastikan Evelyn nyaman dengan sofa yang akan menjadi tempat tidurnya beberapa malam ke depan, Michael dan Jennifer masuk ke kamar tidur mereka dengan gugup.
    “ Ckckck... kita sudah menikah beberapa bulan, tapi berkat tabiatmu, aku menjadi gugup masuk ke dalam kamar tidurku sendiri.” sahut Michael sambil mendengus.
    “ K-Kau pikir pernikahan kita adalah pernikahan yang normal?? .... k-kau akan tidur di sofa itu, jangan berpikir macam-macam!” ancam Jennifer sambil naik ke atas tempat tidur dan menarik selimut hingga batas dagunya.
    Tapi Michael hanya tersenyum dan duduk di sisi lain tempat tidurnya.
    “ .... Michael, sudah kubilang jangan berpikir macam-macam!”
    “ Jennifer, apakah tidak salah? Kurasa yang sedang berpikir macam-macam sekarang adalah dirimu. Aku ada di kamar tidurku, tentu saja aku akan tidur di tempat tidurku.” sahut Michael sambil merebahkan tubuhnya di atas bantal yang sudah lama tidak ia tiduri itu.
    Jennifer terbelalak, ia buru-buru menempatkan guling di antara dirinya dan Michael dengan panik.
    “ L-Michael, kau benar-benar akan tidur di sini?? B-Baiklah, aku yang akan tidur di sofa kalau begitu.” sahut Jennifer sambil menyibakkan selimutnya dan hendak berdiri menuju sofa.
    Namun Michael menarik tangannya dan menahannya berdiri.

    Jennifer menoleh dan ia kembali berhadapan dengan tatapan seorang Michael yang begitu dalam, yang membuat bibirnya langsung terkatup tidak dapat berkata-kata.
    “ ....... Jennifer, bagiku pernikahan hanya ada pertama dan terakhir, setelah aku menikahimu, maka aku tidak akan pernah berpikir untuk berpisah dan menikah dengan orang lain.... kita tidak bisa menjalani pernikahan kita seperti ini terus....”
    “ ..... s-sudah kubilang kan... pernikahan kita bukan seperti pernikahan pada umumnya....” jawab Jennifer dengan suara yang serak karena tenggorokannya mendadak tercekat.
    Michael bergerak perlahan, Jennifer merasa tubuhnya kaku dan tidak bisa bergerak selain mengikuti tubuh Michael yang semakin mendekatinya dan perlahan merebahkannya hingga ia kembali berbaring di tempat tidur.

    Tanpa ia sadari, Michael tengah menatapnya dengan lembut dan perlahan wajahnya mendekatinya.
    Jennifer tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, otaknya berteriak agar ia menghentikan Michael sekarang juga, namun sekujur tubuhnya tetap kaku dan seakan sudah lama merindukan Michael melakukan ini terhadapnya.
    Michael memejamkan matanya dan mencium Jennifer dengan begitu lembut.

    Entah berapa lama Michael mencium Jennifer seperti itu, waktu serasa berhenti bagi Jennifer hingga akhirnya Michael kembali memberi jarak di antara mereka berdua dan berbisik dengan lembut.
    “ ...... aku minta maaf untuk setiap luka yang sudah kuberikan kepadamu ..... aku minta maaf untuk setiap air mata yang mengalir karena aku tidak hadir di saat kau membutuhkanku, tapi kau perlu tahu satu hal.... sejak dulu hingga detik ini, aku hanya bisa mencintai seorang wanita, ... dan itu kau.”

    *****

    Hari ini sepulang dari kantor, Monica segera bergegas pergi ke kantor Daniel. Laki-laki itu mengundangnya untuk melihat-lihat kantor tempatnya bekerja, sekaligus berkata ingin memberikan sebuah kejutan untuknya.
    Sudah beberapa hari sejak terakhir Monica berjumpa dengan Daniel, tanpa pikir panjang ia segera menyetujui undangan Daniel dan ia melesat secepatnya dari kantor sore itu.
    Untuk beberapa saat setelah ia sampai di kantor Daniel, Monica hanya bisa tertegun melihat betapa besar dan megahnya kantor untuk seseorang yang menamakannya sebagai kantor sederhana seorang insinyur biasa. Monica dapat melihat begitu banyak foto Daniel di depan bangunan-bangunan terkenal di negaranya yang ternyata menggunakan jasa laki-laki itu dalam proses pembangunannya. Bahkan Monica menemukan foto Daniel bersama presiden negara ini 3 sampai 4 foto.

    “ ...... bagaimana mungkin ia bilang ini hanya sebuah kantor sederhana.... ia ingin merendah atau ingin membohongiku?” gerutu Monica sambil meneruskan langkahnya menyusuri selasar kantor megah itu menuju ke ruangan Daniel.

    Pegawai yang menyambut kedatangannya memperlakukannya dengan begitu ramah dan bahkan mengantarnya sendiri ke ruangan terbesar di kantor itu, ruangan Daniel Tanubrata.
    Monica melihat begitu banyak staff pekerja di kantor itu, mungkin ada 50 orang yang bekerja di sana. Ini adalah sebuah kantor arsitek skala besar! Ia semakin merasa ‘kecil’ saja seiring langkah yang ia ambil.
    Daniel melihat kedatangan Monica dari kaca ruangannya dan bergegas menyambutnya.
    “ Kau sudah datang? Aku baru saja akan meneleponmu. Ayo masuk.”
    “ ..... bagaimana mungkin kau bilang ini adalah sebuah kantor sederhana?” celetuk Monica mengawali kalimat sapaannya.

    Daniel menggaruk garuk kepalanya sambil meringis.
    “ Yaaa.... harus kuakui bisnisku mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir, tapi ini semua berawal dari sebuah kantor sederhana kok.”
    Monica menatapnya dengan sinis sambil duduk di bangku dan menatap ruangan itu dengan takjub.
    “ Kau mau minum apa?” tanya Daniel dengan ramah.
    “ Hhm? ... hhm... air putih saja.”
    “ OK, ... tolong bawakan segelas air putih ke ruanganku.” sahut Daniel pada sekretarisnya lewat telepon.

    “ Kenapa kau diam saja dari tadi? Kau belum cukup melihat-lihat ruanganku?” tanya Daniel bingung karena Monica masih saja menatap sekeliling ruangannya dengan mulut setengah terbuka.
    “ Aku sedang berpikir.... sepertinya jika bukan karena kebodohanku yang menganggap mobil mewahmu itu sebagai taksi.... aku tidak akan pernah bisa mengenal seseorang sepertimu.”
    Daniel terdiam beberapa saat sebelum akhirnya tertawa geli.
    “ Kenapa? Kau baru merasa bangga menjadi temanku sekarang? Cckckck, kau tidak tahu berapa selebritis yang memohon untuk kuajak berkeliling kemari.”
    “ S-Selebritis? ..... sepertinya pemberitaan tentangmu itu memang benar ya.”
    “ Pemberitaan tentangku? Pemberitaan yang mana?”
    “ Kalau kau ini playboy yang sering berpacaran dengan selebritis negeri ini!” timpal Monica.
    Daniel kembali tertawa lepas.
    “ Hhm.... tidak sepenuhnya bohong, tapi tidak sepenuhnya benar juga. Terkadang selebritis- selebritis itu terlalu terburu-buru mengambil kesimpulan atas tindakanku terhadap mereka. Maksudku, sebuah ajakan makan malam tidak bisa disamakan dengan pernyataan cinta kan?”
    Monica kembali menatap Daniel sambil meringis sinis.

    “ Oya, aku belum memberitahu kejutanku untukmu ya?” sahut Daniel sambil membuka laci meja kerjanya dan mengeluarkan beberapa lembar kertas.
    Monica menatap kertas-kertas itu dengan bingung.
    “ ..... ini gambar tempat tidur? .... ini kejutanmu untukku?”
    “ Aku akan membuatkan sebuah tempat tidur paling nyaman di dunia untukmu!” seru Daniel dengan penuh semangat.
    “ .... t-tempat tidur?” sahut Monica terkejut.
    “ Aku mengerti kalau tempat tidurmu sekarang sangat spesial untukmu, tapi kau tidak bisa selamanya tidur di sana, Monica. Kau bisa menyimpannya selamanya, tapi kau akan tidur di atas tempat tidur hadiah dariku untukmu.”
    “ ..... kau tidak perlu repot-repot begini.... aku----“
    “ Sebuah tempat tidur bukanlah perkara sulit untukku, lagipula kau adalah teman wanita pertama untukku, tentu saja aku harus membuatkan hal spesial untukmu bukan?” sahut Daniel sambil tersenyum lebar.

    Monica menatap senyuman Daniel dan dadanya mulai berdebar tidak karuan. Ia buru-buru melihat ke arah lain dan berharap wajahnya tidak memerah sekarang.
    “ Baiklah, kau ingin tempat tidurmu selebar apa?” tanya Daniel.
    Dengan polos Monica merentangkan kedua tangannya ke samping.
    “ Hhm.... selebar ini? Tidak perlu terlalu lebar karena aku tidur sendiri dan kamarku juga tidak besar.”
    Daniel menatap Monica yang sedang merentangkan kedua tangannya dan tersenyum geli. Sedetik kemudian ia bangkit dari tempat duduknya dan menyeret tempat duduknya ke samping Monica sambil ikut merentangkan kedua tangannya di belakang Monica.
    “ OK, sepanjang ini ya... aku akan menggunakan lebar tanganku sebagai ukuran pembuatannya nanti.”
    Monica terbelalak melihat tangan Daniel yang ada persis di belakang tangannya, jantungnya mulai berdebar dengan kencang hingga ia kuatir Daniel dapat mendengar hal itu.

    Monica buru-buru menurunkan kedua tangannya dan menghabiskan air putihyang disediakan untuknya.
    Daniel tampak sibuk mencatat ukuran tempat tidur untuk Monica di atas kertas desainnya dan tidak terlalu memperhatikan ekspresi Monica saat itu.
    “ Oya, malam ini kau tidak ada acara kan?” tanya Daniel, masih dengan kepala tertunduk menghadap kertas desain.
    “ Oo... t-tidak, kenapa?” tanya Monica berusaha untuk bersikap sebiasa mungkin.
    “ Kita makan malam bersama ya. Aku tahu sebuah restaurant yang enakkkk sekali!”

    ******

    Monica duduk di sebuah tempat makan pinggir jalan dengan tatapan takjub menatap Daniel.
    “ Kau juga makan di tempat seperti ini?”
    Daniel tersenyum puas.
    “ Sebenarnya sudah lama aku ingin makan di sini, tapi semua teman-temanku anti makan di pinggir jalan seperti ini. Bodoh bukan? Padahal tempat makan di tempat seperti ini yang paling enak! Hehehe, makanya aku mempergunakanmu sebagai temanku untuk menemaniku makan di sini. Bagaimanapun juga aku tidak nyaman makan sendirian di tempat umum seperti ini.”
    Monica mencibir.
    “ Jadi kau mempergunakanku sebagai teman makanmu ya?”
    Daniel mengangguk sambil tersenyum puas.
    “ Ahhh.... enak sekali masakan di sini.” sahut Daniel sambil terus memenuhi mulutnya dengan makanan.
    Monica mencibir lalu kemudian tersenyum geli, ternyata Daniel Tanubrata memang adalah seorang manusia biasa.

    “ Oya, kau ingat gosip terakhir tentang Jeffry di televisi itu?”
    “ Ooo... apakah gosip itu benar??” tanya Monica sambil menatap Daniel dengan serius.
    “ Kemarin aku baru saja makan bersama Evelyn, gadis yang ada di berita itu. Mereka benar-benar menjalin hubungan lagi, dan kali ini mereka akan menuntaskannya hingga ke pelaminan.” sahut Daniel sambil meringis.
    “ Benarkah?? Wahhhh... romantis sekali!! Mereka adalah pasangan yang dulu sempat berpacaran kan??”
    Daniel menatap Monica dan tersenyum.
    “ Kau benar-benar seperti wanita yang mengidolakan adikku.”
    “ Siapa yang tidak mengidolakan Jeffry sekarang? Adikmu tampan dan juga memiliki kharisma di setiap filmnya.”
    “ Itu karena ia adalah adikku, tentu saja ia juga memiliki kharisma sepertiku.”

    Monica mencibir.
    “ Kenapa? Apakah kau tidak melihat kharisma terpancar dariku??”
    Monica tertawa sambil menggelengkan kepalanya hingga Daniel ikut ikutan tertawa. Entah sejak kapan Daniel merasa begitu nyaman berada di samping gadis itu.

    Daniel mengantarkan Monica pulang setelah makan malam.
    Monica turun dari mobil dan melambaikan tangannya, lengkap dengan senyuman di wajahnya.
    “ Terimakasih sudah mengantarku pulang.”
    “ Aku akan menghubungimu jika tempat tidurmu sudah selesai ya, kau pasti akan puas!” seru Daniel dari dalam mobil.
    Monica tertawa sambil mengangguk.

    Monica masuk ke dalam kamarnya dan duduk di tempat tidur yang sudah menemaninya puluhan tahun itu.
    Ia menghela napas panjang.
    “ .... sepertinya sudah saatnya aku melepaskanmu.... aku harus menjalani hidupku selayaknya orang dewasa....”
    Monica termenung sejenak dan kepalanya penuh dengan senyuman serta tawa Daniel.
    “ .... Monica, ia hanya menganggapmu sebagai teman wanitanya.... sulit baginya mempercayaimu sebagai wanita yang bisa menjadi teman baginya, ..... apakah kau kembali akan mengecewakannya ? Laki-laki itu sudah berbuat begitu banyak untukmu.... kau harus mulai mengatur perasaanmu, kau hanya akan terluka jika .... jika kau menyukainya seperti ini.”

    *****

    “ Aku berangkat dulu ya.” sahut Michael setelah mengenakan dasinya.
    “ Oo... b-baiklah.” jawab Jennifer dengan terbata-bata. Sudah 4 hari ia tidur di kamar dan tempat tidur yang sama dengan laki-laki itu dan hingga kini ia masih belum bisa berbicara dengan leluasa dengan laki-laki itu.
    “ Kalau kau akan pergi ke yayasan, ajaklah Evelyn bersamamu, sepertinya ia tidak ada acara hari ini.”
    “ I-Iya, aku mengerti.” jawab Jennifer sambil berpura-pura sibuk dengan ponsel di tangannya.

    Michael tersenyum lembut dan tiba-tiba mencium pipi Jennifer dengan lembut seraya membalikkan badannya dan berjalan pergi seakan-akan apa yang baru saja dilakukannya itu bukanlah perkara aneh.
    Jennifer terdiam. Setelah Michael pergi ia segera kembali ke dalam kamar, menutup pintunya perlahan dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan tatapan kosong.
    “ ..... sebenarnya.... sebenarnya apa yang merasukinya akhir-akhir ini....?” gumamnya pada diri sendiri.

    Jennifer memegangi pipinya yang masih bisa merasakan bekas kecupan Michael dengan begitu jelasnya.
    “ ..... kau sudah gila.... tidak seharusnya kau membiarkannya melakukan ini terhadapmu.... apa kau lupa ayang sudah ia laukan terhadapmu? Ia sama sekali tidak pernah mementingkanmu di atas perusahaan dan keluarganya.... ia bahkan tidak peduli pada anaknya sendiri.... tapi apa yang sedang kau lakukan, Jennifer? Apa kau tidak akan berbuat apa-apa dan membiarkan perasaanmu padanya tumbuh kembali? Setelah semua hal yang kau lakukan untuk melupakannya selama ini?“ gumam Jennifer dengan sedih.

    *****

    Michael sengaja berangkat agak pagi ke kantor hari ini karena ia ingin bertemu dengan papanya lebih dulu. Papanya baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya ke China.
    Kantor papanya berada di lantai paling atas gedung kantor dan Michael bahkan tidak menaruh tas di ruangannya lebih dulu dan langsung pergi ke kantor papanya.
    Ia yakin papanya sudah sampai di kantor, papanya memang tidak pernah sekalipun datang terlambat ke kantor sepanjang hidupnya.

    Michael mengetuk pintu ruangan papanya dan suara papanya terdengar dari dalam untuk mempersilakannya masuk.
    Michael melangkah masuk dan duduk di kursi tempat biasanya papanya menjamu tamu-tamu yang datang ke ruangannya.
    “ Apa yang membawamu datang kemari begitu pagi? Apakah ada masalah di pekerjaan?” tanya papanya cukup terkejut karena tidak biasanya putra kesayangannya itu datang ke ruangannya.
    “ Aku datang kemari karena ada hal yang ingin kutanyakan pada papa.... hal yang sangat penting.”
    “ Baiklah, tanyakanlah padaku. Apa itu?”
    “ Bagi papa, dalam hidup ini apa yang lebih penting? TANUBRATA GROUP atau anak-anak papa?” tanya Michael dengan dingin.

    Papanya terdiam, keningnya berkerut, ia tidak menyangka putra keduanya bisa menanyakan pertanyaan emosional seperti itu.
    “ Kenapa kau memberikan pertanyaan seperti itu?”
    “ Tidak bisakah papa menjawabnya saja?”
    “ Tentu saja keduanya penting bagi papa! TANUBRATA GROUP adalah titipan dari kakekmu pada papa dan ia ingin papa meneruskan dan membesarkannya!”
    Michael menghela napas pendek dan melanjutkan perkataannya.
    “ Baiklah, aku mengerti. Bagi papa TANUBRATA GROUP lebih penting dari segalanya, TANUBRATA GROUP bukan saja menjadi ambisi papa, tapi juga menjadi hidup papa selama ini.... aku mengerti itu, dan aku berusaha untuk menjadikannya sebagai mimpiku juga, aku mengerti bagaimana Kak Daniel dan Jeffry tidak dapat hidup dengan mimpi ini di kepala mereka, jadi aku yang berusaha memimpikan hal yang sama dengan papa.”

    Papanya duduk di seberang Michael, tetap dengan wajah bingung.
    “ Ya, dan papa sangat menghargai setiap keputusanmu itu. Kau menyelamatkan papa dari rasa malu karena kedua anak laki-laki papa menolak dengan terang-terangan untuk terlibat di perusahaan.”
    “ ...... apakah papa pernah ingin tahu apa mimpiku yang sebenarnya? ..... “
    “ Michael, sebenarnya kenapa kau bertingkah begitu e----“
    “ Aku hanya ingin hidup bahagia dengan wanita yang kucintai, aku ingin membentuk keluarga yang ideal dan harmonis ..... aku tidak peduli pekerjaan apa yang kulakukan, selama aku bisa menjadi teladan dan tempat mereka berlindung.”
    “ Baiklah, dan papa mendukung hal itu. Bukankah papa sudah menjodohkanmu dengan wanita yang kau cintai? Kau sama sekali tidak bisa berpindah hati dari Jennifer selama ini bukan? Papa bukannya tidak tahu itu, dan meskipun ia berasal dari keluarga yang tidak bisa dibandingkan dengan kita, tapi papa mengalah dan menjodohkannya denganmu!”
    “ ..... papa telah berhasil membuatku menjadi seorang pria yang penuh rasa bersalah dan pria yang sulit untuk dicintai, Pa....”
    Robert Tanubrata tertegun mendengar perkataan lirih anaknya.
    “ Apakah Jennifer mengatakan sesuatu padamu....?”
    “ ...... apakah ada sesuatu yang tidak papa katakan padaku selama ini? Sesuatu yang seharusnya kuketahui sejak lama?” jawab Michael dingin.

    “ ..... jadi kau sudah mengetahui hal itu? ..... saat itu aku tidak ingin hati dan pikiranmu terganggu! Lagipula keguguran itu bukanlah kesalahanmu, itu adalah kecelakaan !”
    “ TAPI ITU ADALAH ANAKKU!! DARAH DAGINGKU!! ...... Aku bahkan tidak ada di samping Jennifer saat ia melewati semua ini!!!!” raung Michael meledak.
    “ Michael.... papa mengerti perasaanmu, tapi -----“
    “ Yang ada di otakku sekarang adalah bagaimana mendapatkan hati Jennifer kembali dan bagaimana menebus dosa yang tidak bisa kutebus itu! ..... aku datang kemari hanya ingin memberitahu papa kalau mungkin aku bukanlah anak yang papa harapkan bisa meneruskan mimpi papa.... aku akan tetap berada di perusahaan kesayangan papa, tapi papa harus tahu kalau hatiku sudah tidak ada di sini.”
     
  14. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 11 - Our Tears

    Jeffry baru saja selesai mandi dan berniat untuk segera bertemu dengan Evelyn, namun sebuah telepon dari nomor tidak dikenal merusak semua rencananya hari ini.
    Telepon itu dari papa tiri Evelyn dan ia berkata ingin bertemu dengan dirinya.
    Jeffry tidak punya pilihan lain selain memberitahu papa tiri Evelyn untuk datang menemuinya di sana, ia tidak bisa bertemu di tempat umum selagi semua wartawan sedang mengikuti ke manapun ia pergi.
    Perasaannya tidak enak dan Jeffry benci perasaan seperti ini, karena biasanya instingnya mengenai sesuatu selalu benar.

    Tidak lama kemudian bel apartmentnya berbunyi dan Jeffry membukakan pintu dengan wajah datar.
    “ Selamat pagi, kuharap kedatanganmu tidak mengganggu jadwal seorang selebritis terkenal sepertimu.” sahut papa tiri Evelyn sambil melangkah masuk dengan seringaian di wajahnya.
    “ Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran anda, tapi kedatangan anda kemari sangatlah tidak kuharapkan.” jawab Jeffry dengan sinis.
    “ Tentu saja aku mengerti. Aku datang kemari karena aku merindukan anakku. Kau sudah menculik dan membawa kabur anakku dari rumah, tentu saja aku datang kemari untuk bertemu dengan Evelyn.”
    Jeffry mengeraskan rahangnya dan langsung menarik kerah baju pria setengah baya itu dengan geram.
    “ Sudah kubilang, jangan pernah mengganggu Evelyn lagi bukan?!! Apa lagi yang kau inginkan darinya! Kau sudah membuatnya menderita selama ini!!”
    “ Aku sudah mengurusnya selama ini!!! Itu yang benar!! Jangan kira hanya karena kau selebritis dan kau punya uang, maka semua akan selesai seperti yang kau inginkan!!!” teriak papa tiri Evelyn dengan histeris.
    Jeffry melepaskan tangannya dan mendengus sini.

    “ Jadi karena itu kau datang kemari? Karena uang? .... baiklah, aku akan memberikanmu uang sebanyak yang kau inginkan, tapi jangan pernah tunjukkan lagi wajahmu di hidup Evelyn!!”
    “ Aku sudah bilang, maksud kedatanganku kemari adalah karena aku ingin bertemu dengan anakku. Aku ingin ia kembali pulang ke rumah.”
    “ Apa kau sudah gila?? Apa kau pikir aku akan membiarkan hal itu terjadi??”
    “ Benarkah? .... kalau begitu camkan ini baik-baik, sampai Evelyn kembali ke rumah, maka aku akan mengacaukan hidupnya dan juga hidup bocah busuk sepertimu! Kau pikir kau bisa memukuliku dan tidak menerima balasan apapun? CIH!! Jangan harap!” seru papa tiri Evelyn sambil menyeringai ke arah Jeffry.
    Baginya, seorang anak bawang seperti Jeffry Tanubrata bukanlah lawan yang sulit untuk dihadapi.

    ******

    Evelyn sedang duduk di teras balkon apartment milik Kak Michael yang selalu ia hormati itu. Udara di sana begitu segar karena letak apartmentnya yang begitu tinggi. Entah sudah berapa lama ia tidak sempat menikmati udara segar seperti ini di pagi hari.
    “ Kau sudah sarapan?” tanya sebuah suara dari belakang.
    Evelyn menoleh dan tersenyum sopan pada Jennifer yang baru keluar dari kamar.
    “ Aku menunggu kakak untuk sarapan bersama.” jawab Evelyn sambil berlari-lari kecil menghampiri Jennifer.

    Jennifer tersenyum dan duduk di seberang Evelyn.
    “ Apa jadwalmu hari ini? Kau ada syuting? Pemotretan?”
    “ Wah, sepertinya kakak cukup mengerti dunia selebritis ya?”
    “ Hahaha, apalagi pekerjaan selebritis selain syuting dan mengambil foto untuk majalah dan iklan?”
    “ Aku ini artis baru, Kak.... baru saja kemarin kami merampungkan syuting film dan sekarang aku belum ada pekerjaan baru.”
    “ Tunggu saja sebentar, pasti akan ada tawaran pekerjaan untukmu, lagipula kau ini bukan sekedar artis baru, kau adalah pacar Jeffry Tanubrata bukan?” sahut Jennifer sambil mengedipkan sebelah matanya.
    “ Saat aku belum dikenalkan Jeffry pada keluarganya, aku selalu berpikir keluarga Jeffry pasti segalak dan sedingin papanya.... tapi ternyata kakak - kakak Jeffry sangat baik dan ramah. Ini sangat melegakkan untuk wanita biasa sepertiku.” sahut Evelyn sambil memakan roti selai di hadapannya.
    “ Ya.... hhm.... Kak Daniel dan Jeffry memang tidak mirip papa mereka sama sekali, jadi mereka pasti mempunyai sifat yang jauh lebih menyenangkan.”
    “ Memang Kak Michael mirip dengan papanya? ... hhm... aku malah merasa yang paling ramah dan baik di antara kedua kakak Jeffry adalah Kak Michael.”

    Jennifer menatap Evelyn beberapa saat dan tersenyum miris.
    “ Hhm... itu bukan karena ia tidak mirip papanya, mungkin karena dulu ia pernah ada di posisi Jeffry dan ia paling mengerti bagaimana perasaan Jeffry sekarang.”
    “ Jeffry juga pernah mengatakan hal yang sama mengenai itu. .... Jeffry bilang dulu hubungan kakak dan Kak Michael juga tidak disetujui ya...? Tapi akhirnya kalian berdua bisa menikah seperti sekarang, benar-benar seperti cerita di film.”
    Jennifer terdiam sejenak sebelum berkata dengan lirih.
    “ ...... terlalu banyak hal yang sudah kami lalui sebelum akhirnya bisa menikah seperti sekarang..... entah apakah pernikahan ini adalah hal yang terbaik untuk kami berdua.”
    “ Kenapa kakak berkata seperti itu?? .... Tidak mudah kalian bisa bersama, seharusnya kalian menghargai masa-masa ini bukan?”
    Jennifer tersenyum dan menghela napas.
    “ ...... kuharap hubunganmu dengan Jeffry bisa terus berjalan dengan lancar ya. .... aku berharap harga yang harus kalian bayar untuk hubungan kalian tidak semahal harga yang harus kubayar dulu.”

    *****

    Daniel turun dari mobilnya diikuti dengan mobil pengangkut barang yang mengikuti mobilnya dari belakang.
    Setelah memerintahkan tukang-tukangnya untuk membuatkan tempat tidur pesanan khusus miliknya, akhirnya hari ini Daniel berniat mengantarkan tempat tidur itu ke rumah Monica sebagai kejutan untuknya.
    Namun langkahnya terhenti setelah melihat apa yang sedang terjadi di depan rumah Monica sekarang.

    Ia memberi tanda agar tukang angkut di belakangnya juga berhenti sebentar.
    “ Tunggu di sini sebentar.” perintahnya sambil berjalan ke sudut jalan dan mengintip dari pinggir.
    Jelas-jelas ada beberapa orang yang sedang mengeluarkan semua perabotan dari rumah Monica, bahkan termasuk tempat tidurnya.
    Monica sendiri ada di sana, sedang berdiri tanpa perlawanan, .... sibuk menangis sendiri.
    Salah seorang dari para pengangkut perabotan itu berbicara dengan nada tinggi pada Monica.
    “ Danu Raharja memang adalah pamanmu bukan? Kau tidak bisa apa-apa selain merelakan rumah ini dan isinya. Jika tidak kami akan mencarinya dan membunuhnya di tangan kami atau akan kami serahkan ke polisi untuk kasus penipuan!”

    Daniel semakin mengerutkan keningnya, jadi ini urusan keluarga. Seharusnya ia tidak ikut campur untuk urusan seserius ini. Namun melihat Monica menangis seperti orang bodoh sendiri seperti ini membuat kakinya tidak bisa diam dan tanpa ia sadari ia sudah menepuk punggung Monica dengan lembut.

    Monica memutar badannya dan melihat Daniel berdiri tegak di hadapannya.
    “ .... baru saja beberapa hari aku tidak datang melihatmu, kenapa sekarang kau menangis lagi?” tanya Daniel dengan lembut.
    Pertanyaan lembutnya itu hanya membuat tangisan Monica semakin keras dan Daniel hanya bisa tersenyum miris dan menarik Monica ke dalam pelukannya.
    “ Baiklah, menangislah selama yang kau inginkan, setelah itu baru kau ceritakan apa yang terjadi padamu sebenarnya.”
    Monica menangis sejadi-jadinya di pelukan Daniel, ia merasa benar-benar rapuh di hadapan laki-laki ini.
    “ ...... Daniel.... “ gumamnya tidak jelas di sela-sela tangisannya.
    “ ...... kau selesaikan saja tangisanmu dulu, aku punya waktu semalaman untukmu.” jawab Daniel sambil menepuk-nepuk punggung gadis yang ikut bergetar seiring tangisannya yang semakin kencang itu.

    *****

    Daniel masuk ke dalam rumah Monica dan rumah itu sudah berubah menjadi sebuah rumah kosong tanpa perabotan sama sekali.
    “ .... maaf, aku tidak bisa membuatkan minum untukmu.” sahut Monica lesu.
    “ Baiklah, sekarang ceritakan apa yang terjadi pada rumahmu ini?”
    “ .... entahlah apakah aku perlu menceritakannya padamu.... ini .... sangat memalukan....”
    “ Apakah kau masih akan bersikap seperti ini di hadapanku??”
    “ ..... pamanku.... aku sudah lama tidak bertemu dengan pamanku.... ia bahkan tidak hadir di pemakaman kedua orang tuaku.... setahuku ia sibuk dengan bisnisnya di Amerika.... aku juga tidak mengerti tapi tiba-tiba orang-orang itu datang dan berkata bahwa pamanku menggadaikan rumah ini dan seluruh isinya sebagai pembayaran hutang-hutangnya pada orang-orang itu.”
    “ Bagaimana bisa pamanmu menggadaikan rumah ini jika ia tidak memegang surat-surat rumah?? Bukankan ini rumah kedua orang tuamu??”
    Monica menggelengkan kepalanya.
    “ ..... ini adalah rumah pamanku.... saat aku masih kecil, usaha papaku bangkrut dan paman mempersilakan kami tinggal di rumahnya, apalagi karena pamanku memang jarang sekali pulang dan tinggal di Indonesia.... jadi memang rumah ini adalah milik pamanku.”
    Daniel terdiam tidak tahu harus berkata apa lagi, ia tidak pernah bertemu dengan seorang wanita yang hidupnya begitu padat diisi dengan kesialan demi kesialan seperti ini.

    “ Kalau begitu berarti rumah ini pun akan segera disita oleh orang-orang itu?”
    “ .... besok... mereka akan memasang pengumuman untuk menjual rumah ini....”
    “ Lalu di mana kau akan tinggal? .... kau punya uang untuk menyewa rumah?”
    Monica terdiam sejenak dan air matanya kembali mengalir.
    Daniel menghela napas panjang. Tentu saja, wanita ini bahkan tidak punya cukup uang untuk membiayai operasinya sendiri, darimana ia memiliki uang untuk menyewa rumah?
    “ Bangun dan ambil semua barang-barangmu, kita pergi dari sini. Kau tidak ingin menunggu orang-orang itu datang dan mengusirmu bukan?”
    “ ..... pergi dari sini ke mana? .... a-aku butuh waktu untuk berpikir akan tinggal di mana aku setelah ini.”
    “ Di mana lagi kau akan tinggal selain di rumah sahabatmu?! .... sudahlah jangan banyak berpikir, kita pergi dulu baru pikirkan rencana selanjutnya.”

    *****

    Monica hanya bisa menghela napas panjang sesaat setelah mereka sampai di depan lobby apartment Daniel.
    “ .... aku tidak bisa terus merepotkanmu seperti ini.” sahutnya lirih.
    “ Aku tidak bisa membiarkan temanku berkeliaran tanpa memiliki tempat untuk tidur, nona. Jadi jangan banyak membantah dan turuti saja kata-kataku.”
    “ Daniel.... “ sahut Monica lirih sambil menatap wajah laki-laki di sampingnya itu.
    “ Matamu sekarang bengkak dan wajahmu jelek sekali. Lebih baik kau segera
    beristirahat agar besok wajahmu kembali membaik.”

    Daniel memerintahkan orang-orang yang mengikutinya sejak tadi untuk membawa masuk tempat tidur yang memang ia buat khusus untuk Monica.
    Monica tidak bisa mengedipkan matanya ketika sebuah tempat tidur digotong masuk di depan matanya seperti itu.
    “ I-Itu.... tempat tidur yang kau janjikan untukku?”
    “ Benar. Kau akan tidur di tempat tidurmu sendiri selama kau tinggal di sini, itu kamarmu.” sahut Daniel sambil mendorong kedua pundak Monica dari belakang menuju ke kamar yang biasanya digunakan olehnya untuk bekerja.

    “ Dan---- “
    “ Apapun yang ingin kau katakan padaku, simpan itu untuk besok. Hari ini kita sudahi sampai di sini. Masuk dan beristirahatlah.” sahut Daniel memotong perkataan gadis dengan mata sembab itu.
    Monica menatap Daniel tanpa berkata-kata, namun ucapan terimakasih terlihat jelas dari kedua matanya.
    Daniel terkejut ketika tiba-tiba Monica memeluknya dengan sangat kencang, seakan wanita itu lupa bahwa masih ada orang-orang asing di sana, dan pastinya melihat tindakan mereka.
    “ ...... maafkan aku sudah menjadi mimpi yang kurang mengenakan untukmu, Daniel.... aku hanya bisa membawa masalah sejak pertama kita berkenalan.... aku tidak tahu harus bilang apa selain maaf dan terimakasih....”
    Daniel tertegun, ia hanya bisa merasakan degup jantungnya yang mulai berkejaran satu sama lain.
    “ ...... s-sudah kubilang apapun yang ingin kau katakan, k-kau bisa mengatakannya besok bukan?” sahutnya dengan terbata-bata.
    Monica melepaskan pelukannya dan tersenyum penuh haru sambil berkata lirih.
    “ Selamat malam, Daniel.”

    *****

    Jennifer terbangun setelah ia mendengar suara pintu kamar tidurnya, Ia tertidur saat tengah menunggu Michael pulang. Ia ingat bahwa waktu sudah pukul 12 malam sesaat sebelum ia tertidur karena terlalu mengantuk.
    Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan melihat Michael melangkah masuk dengan terhuyung-huyung.
    “ Michael! ... Kau mabuk?” tanya Jennifer bengong, ia tidak pernah melihat Michael mabuk dengan mata kepalanya sendiri, bahkan sejak awal ia berkenalan, Michael tidak pernah menyentuh alkohol sama sekali.
    Michael menatap Jennifer dan tiba-tiba mengulurkan tangannya ingin menggapai wajah Jennifer. Jennifer otomatis mundur memberi jarak yang cukup lebar di antara keduanya.
    “ Kau datang begitu malam dan dalam keadaan mabuk?!! Apa sebenarnya yang merasukimu akhir-akhir ini?!!” seru Jennifer kesal sekaligus terkejut melihat Michael.

    “ Tunggu sebentar, Jennifer.... aku akan menggunakan kekuatanmu untuk membawa kita kembali ke masa 6 tahun yang lalu...” sahutnya sambil terus mengarahkan tangannya ke arah Jennifer.
    “ Kau sudah gila, kau terlalu mabuk! Aku akan mengambilkan air minum, berusaha untuk tidak memecahkan apapun di sini!!” seru Jennifer sambil melangkah turun dari tempat tidur, namun Michael malah menahan tangannya dan kembali meracau.
    “ Aku adalah Michael!!! .... aku punya kekuatan untuk mengembalikan masa lalu!!! .... aku akan memutar kembali semua yang telah kulewatkan untukmu!!”
    “ Memang apa yang sudah kau lewatkan hingga kau ingin kembali ke 6 tahun yang lalu??” tanya Jennifer dengan kesal, laki-laki ini bertindak tidak masuk akal rupanya saat ia mabuk.

    “ .... aku? .... Aku akan meninggalkan apapun yang sedang kukerjakan.... aku tidak akan memperdulikan TANUBRATA GROUP maupun papaku lagi.... aku akan mengembalikan masa 6 tahun yang lalu .... dan aku akan langsung menemuimu di rumah sakit.... aku tidak akan membiarkanmu melalui hal itu seorang diri lagi....”
    Jennifer tertegun. Ia mengerti arah pembicaraan Michael dan itu hanya membuatnya semakin tertegun.
    “ ...... kenapa tiba-tiba kau membicarakan hal itu lagi? .... dan kenapa kau baru membicarakan hal itu sekarang.....? Semua sudah berlalu.” sahut Jennifer sambil membuang muka.
    Namun Michael malah terhuyung-huyung dan memeluknya dengan erat sambil menangis.

    “ Tentu saja kau harus membenciku.... kau berhak membenciku selamanya.... aku juga membenci diriku sendiri, kenapa aku harus terlahir sebagai putra papaku, kenapa aku harus terlahir sebagai anak yang tidak bisa melihat papanya berjuang sendiri..... jika saja jika aku tahu saat itu hal itu sedang terjadi padamu, pada anak kita.... maka aku pasti akan pergi menemuimu.... aku akan melakukan apapun yang diperlukan untuk menyelamatkan kalian berdua....”

    Jennifer kembali tertegun, kalimat Michael terngiang-ngiang dengan begitu jelas di telinganya.
    “ ..... Michael.... apa yang barusan kau katakan? .... kau .... kau bilang jika kau tahu? .... apa maksudmu?!! .... apa kau tidak tahu apa yang terjadi padaku saat itu?!! Aku sudah memberitahu sekretarismu untuk.... memberitahumu....” sahut Jennifer dengan nada bicara semakin lirih dan bulu kuduknya meremang membayangkan apa yang sebenarnya terjadi saat itu.

    Michael masih dalam keadaan mabuk dan hanya menangis dan menangis.
    Jennifer memandang laki-laki di hadapannya dan tidak terasa air mata juga mengalir di pipinya sambil ia memukuli dada Michael dengan hati yang terluka.
    “ .... bagaimana mungkin kau tidak mengetahui itu?? .... apakah mereka tidak mengatakan apapun padamu?? .... apakah mereka tidak menyampaikan pesanku padamu? ..... karena itu kau tidak pernah datang ke rumah sakit? ..... bagaimana mungkin kau tidak mengetahui hal itu?”
    Jennifer menatap Michael dan melihat laki-laki itu menangis begitu rupa hanya semakin merobek perasaannya.

    *****

    Michael terbangun dengan kepala pusing dan berputar. Ia memang tidak biasa minum alkohol namun semalam ia menghabiskan sebotol whisky seorang diri.
    Ia membuka matanya dan melihat Jennifer tidak tidur di tempat tidur melainkan di atas sofa dengan posisi duduk.
    “ ..... Jennifer, kenapa kau tidur di sana?” sahut Michael sambil mengguncangkan pundak Jennifer untuk membangunkannya.
    Jennifer terbangun dan menatap Michael dengan tatapan penuh arti.
    “ ..... coba saja jika sekali lagi kau pulang dalam keadaan mabuk, maka aku akan menyeretmu ke kamar mandi dan membiarkanmu tidur di sana!!” seru Jennifer galak.
    “ .... maafkan aku, ..... apakah semalam aku sangat merepotkanmu?”
    “ Kau mabuk sampai tidak mengingat apa yang kau lakukan semalam?” tanya Jennifer berhati-hati.
    “ ..... maafkan aku.”
    “ Aku bahkan tidak bisa tidur di tempat tidur karena bau alkohol yang sangat menyengat dari badanmu!! .... benar-benar sangat merepotkan!!” gerutu Jennifer sambil bangkit berdiri dan berjalan keluar dari kamar.
    Ia berusaha untuk tidak memandang mata Michael yang masih terlihat bengkak karena ia menangis hebat semalam.

    *****

    Evelyn sedang menyiapkan sarapan di meja makan sambil menonton siaran televisi. Ia tidak enak tinggal gratis di rumah kakak Jeffry dan dengan sukarela menyiapkan sarapan.
    Namun pemberitaan di televisi membuat perhatiannya teralih dan lututnya lemas seketika itu.
    “ Berita mengejutkan datang dari artis wanita pendatang baru yang akhir-akhir ini namanya santer muncul di setiap pemberitaan. Evelyn Winata, gadis yang santer diberitakan merupakan kekasih Jeffry Tanubrata, di mana ia pun berakting dalam film yang sama dengan Jeffry. Baru-baru ini, seorang pria yang mengaku sebagai ayah dari artis pendatang baru tersebut menghubungi media dan menceritakan hal yang sangat mengejutkan tentang anaknya. Evelyn Winata dikabarkan telah 2 minggu meninggalkan rumah dan tidak bisa dihubungi. Hubungan yang buruk antara ayah dan anak ini menyisakan tanda tanya besar.”
    Evelyn mematikan siaran televisi dan terduduk dengan lemas.

    Jennifer yang baru saja keluar dari kamarnya segera menghampiri Evelyn.
    “ Kau tidak apa-apa?? .... apa yang terjadi padamu? Mukamu pucat sekali!” seru Jennifer panik.
    “ ...... k-kak.... a-aku harus pergi sebentar....” sahut Evelyn terbata-bata.
    “ Kau mau pergi ke mana? Jeffry berpesan agar kau tidak pergi sendirian, kau tidak ingin tertangkap wartawan bukan??”
    “ .... a-aku harus pergi, kakak tidak perlu mengatakan ini pada Jeffry.... “ sahut Evelyn sambil berbalik dan keluar dari apartment tanpa membawa tas ataupun ponselnya.
    Jennifer buru-buru mengejarnya keluar dan menarik tangan Evelyn.
    “ Aku tahu ada sesuatu yang tidak beres denganmu. Apapun itu, pergilah setelah otakmu bisa berpikir dengan jernih!!”
    Evelyn menatap Jennifer dengan tatapan penuh ketakutan.
    “ .... Kak.... sepertinya sebentar lagi aku akan mengetahui berapa harga yang harus kubayar untuk hubunganku dengan Jeffry....”
    Jennifer menatap Evelyn dengan tatapan bingung.
    “ Aku harus memberitahu Jeffry mengenai ini. Lebih baik kau tunggu Jeffry dulu!”
    “ .... Kak, kumohon... biarkan aku pergi... aku tidak bisa membiarkan Jeffry terluka karena diriku... aku takut tidak bisa memaafkan diriku jika itu terjadi....”
    “ Kalau begitu bawa ponselmu dan pastikan kau mengangkat setiap telepon yang masuk, mengerti?!” seru Jennifer sambil mengulurkan ponsel milik Evelyn yang ditinggalkan begitu saja di atas meja.
    Evelyn mengangguk.

    *****

    Evelyn berdiri di depan pintu rumahnya dengan kaki yang lemas. Ia menekan bel rumahnya dan tidak lama papanya membukakan pintu dengan senyuman penuh kemenangan di wajahnya.
    “ Ternyata keputusanku benar, kau pulang juga akhirnya, .... anakku.”
    Evelyn melangkah masuk ke dalam rumah, ia tidak ingin berbicara di luar dan mengambil resiko ada seseorang yang mendengarkan mereka.
    Walaupun ia masih terbayang-bayang hal mengerikan yang dilakukan papanya saat mereka hanya berdua saja di dalam rumah, tapi ia tidak punya pilihan lain selain memberanikan diri.

    “ .... bukankah semua hutang-hutangku sudah lunas? .... bukankah papa hanya menginginkan uang papa kembali? Itu sudah kembali, kenapa papa masih melakukan semua hal ini??”
    “ Apa kau pikir hutangmu padaku hanya sebatas uang saja?! Kau sudah membawa bocah tengik itu dan ia memukuliku hingga aku harus menginap beberapa hari di rumah sakit!!”
    “ Itu karena kau berusaha memperkosaku!!!!” seru Evelyn berteriak dengan kesal.
    “ Kau benar, bagaimana jika aku memberitahu orang-orang bahwa kau adalah seorang gadis yang sudah pernah kuperkosa? .... hhm.... atau kau adalah seorang gadis yang memang rajin menjual dirimu pada laki-laki?”

    Evelyn menatap papanya dengan sorot mata ngeri.
    “ .... kau bilang apa barusan?? .... tidak ada satupun hal benar yang kau katakan barusan?!!”
    “ Apa yang keluar dari mulutku adalah kebenaran! Dan orang-orang itu akan mempercayainya dengan sepenuh hati. Kau pikir aku akan diam saja melihatmu dan bocah tengik itu tersenyum dan melambai-lambai begitu?!!”
    Evelyn merasa lututnya terlalu lemas untuk menopangnya berdiri, ia hanya bisa terjatuh lemas ke lantai.
    “ .... apa lagi yang kau inginkan dariku? .... aku sudah menghabiskan masa mudaku untuk tinggal bersama denganmu, mengumpulkan uang untuk membayar apa yang sudah mama ambil darimu....” sahut Evelyn lirih.
    “ Apa yang kuinginkan? Mudah. Berhenti berhubungan dengan laki-laki itu dan habiskan sisa hidupmu di rumah ini, bersamaku.” sahut papa tiri Evelyn sambil tersenyum.

    ******

    Daniel turun dari mobil dan menghela napas panjang melihat wajah Monica yang masih saja muram.
    “ Mon, bisakah berhenti menekuk wajahmu seperti itu?”
    “ ...... aku sudah bilang kau tidak perlu melakukan ini untukku.”
    Daniel membuka bagasi mobilnya dan menatap belanjaan yang ia taruh di bagasi.
    “ Aku membelikan barang-barang yang akan kaubutuhkan dan tidak akan kau temukan di rumahku, oke?”
    “ ...... tetap saja... kau bahkan membayarnya dengan uangmu sendiri....”
    “ Baiklah, aku akan menghitung semua pengeluaranku dan menambahkannya ke jumlah hutang yang harus kau bayar.”
    “ ..... kalau begitu entah sampai kapan aku bisa melunasi hutang hutangku padamu...”
    “ MONICA!!”
    Monica tersenyum miris sambil membantu Daniel mengangkat belanjaan masuk ke dalam apartment.

    Daniel duduk di sofa sambil berseru.
    “ Ahhhh, I love Sunday!!!” serunya sambil menyalakan televisi, sementara Monica mengeluarkan belanjaan makanan dan menaruhnya di kulkas.
    “ .... kau ingin makan apa malam ini?” tanyanya pada Daniel.
    “ Memang kenapa? Kau ingin memasak makan malam?” tanya Daniel terkejut, ia menghampiri Monica yang tengah berdiri di dapur.
    “ Tentu saja aku harus memasak... aku tidak mungkin tinggal dan hidup gratis di sini bukan?”
    “ Jadi kau memasak karena merasa berhutang padaku yang sudah mengijinkanmu tinggal di sini, begitu?”
    Monica kembali mengangguk dengan polos.

    Daniel menghela napas dan menarik tangan Monica duduk di sofa, sementara ia berlutut di samping Monica, membuat gadis itu terkejut dan bingung.
    “ .... D-Daniel.... apa yang sedang kau lakukan??”
    “ Kau tidak pernah berhutang apapun dengan tinggal di sini, apa kau pikir aku bisa tidur nyenyak dengan mengetahui bahwa kau tidak punya tempat untuk tidur yang aman dan nyaman?”
    “ .... Daniel, kita berdua orang dewasa dan kita sama-sama tahu kalau hal ini tidak sesederhana itu. Bagaimana mungkin kau membiarkan seorang wanita tinggal begitu saja di sini?”

    Daniel mengerutkan keningnya.
    “ ..... memang apa salahnya jika aku membiarkan temanku tinggal di sini? ... kau hanya perlu mengumpulkan uang untuk menyewa tempat tinggal baru bukan? Sampai uangmu terkumpul, tinggallah di sini dengan nyaman.”
    “ ..... Daniel ..... sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini, aku tahu kau pasti tidak suka mendengarnya dari mulutku.”
    “ Apa? Apa yang ingin kau katakan??”
    “ ...... aku berusaha untuk menjadi teman yang baik untukmu.... aku bersyukur sekali kau tiba-tiba muncul di hidupku yang berantakan ini dan membuatku bisa melalui semuanya tanpa kesulitan berarti.... sudah berulang kali aku mengatakan ini pada diriku, syukuri semua ini dan jangan egois... berhenti mengharapkan lebih dari ini....”
    “ Monica....”

    Monica menghela napas dan tersenyum miris sambil melanjutkan kalimatnya.
    “ ..... mungkin aku adalah wanita berhati lemah..... tapi aku rasa aku tidak bisa menjadi temanmu tanpa jatuh cinta padamu.... semua kebaikanmu padaku, semua kelembutanmu padaku,.... aku nyaris tidak bisa menahan diriku untuk tidak jatuh cinta padamu.... dan aku tahu seperti apa diriku saat aku jatuh cinta pada seseorang, .... aku akan begitu egois dan takut kehilangan orang itu hingga tanpa aku sadari aku akan menjadi beban untuk orang itu.... dan aku tidak ingin melakukan itu terhadapmu.... maka, berhentilah bersikap begitu baik padaku, Daniel....”
    Daniel tertegun, perkataan senada pernah ia dengar dari Monica sebelumnya, namun mendengarnya secara langsung seperti ini tetap membuatnya terkejut.

    ******

    Jennifer menatap mantan sekretaris Michael yang duduk di hadapannya dengan tatapan nanar.
    Ia memang meminta untuk bertemu dengan mantan sekretaris Michael, karena ia sudah tidak bisa membendung tanda tanya di kepalanya lebih lama lagi.

    “ ...... maafkan aku, nona Jennifer.... aku tahu apa yang kulakukan tidaklah benar....”
    “ ...... aku meneleponmu belasan kali.... mungkin puluhan kali saat itu.... aku memohon pada dokter untuk menunda operasi selama yang ia bisa,..... karena aku ingin menunggu Michael datang, aku ingin ia ada di sampingku saat semua itu terjadi....” sahut Jennifer lemas.
    “ Aku mengerti.... saat itu aku juga sangat ingin memberitahu tuan muda mengenai ini,.... hanya saja tuan besar.... saya tidak meminta anda mengerti alasan saya saat itu, nona.”

    “ ..... Selama 6 tahun ini, aku mempertanyakan ketulusan cintanya padaku..... selama 6 tahun ini aku berusaha menghapus setiap kenangan dan perasaanku terhadap dirinya ..... aku membencinya hingga berharap kebencian itu lebih besar dari rasa cintaku padanya..... dan detik ini aku baru tahu kalau ia tidak mengetahui apapun? ..... di matanya aku adalah seorang wanita yang tiba-tiba menghilang dan kembali dengan penuh kebencian terhadapnya.... baginya aku adalah wanita yang tidak bisa menunggunya menyelesaikan kewajibannya.... “
    “ Tapi sekarang kalian berdua sudah menikah bukan? ..... bahkan tuan besar pun menyetujui pernikahan itu dan berharap yang terbaik untuk hubungan kalian berdua.”
    “ Apakah anda tahu.... berapa banyak malam-malam penuh rasa sepi yang harus kami lewati sebelum akhirnya kami menerima pernikahan ini? .... apakah anda tahu berapa air mata dan berapa kebencian yang kami rasakan sebelum akhirnya kami mengetahui kebenaran ini?”

    ******

    Jennifer melangkah perlahan tanpa tentu arah. Rasanya seperti baru saja bangun dari sebuah mimpi panjang yang membuatnya bingung, apakah ini adalah dunia nyata atau hanya mimpi yang selanjutnya.
    Ia berjalan dan berjalan tanpa ia sadari waktu sudah melewati tengah malam dan handphone-nya berbunyi sejak tadi.
    “ .... halo?”
    “ Jennifer!! Di mana kau sekarang? Apa kau tidak tahu sekarang jam berapa?!”
    “ ..... Michael?”
    “ ..... ada apa dengan suaramu? Di mana kau sekarang? Aku menelepon ke yayasan tapi sudah tidak ada yang mengangkat telepon di sana, di mana kau sekarang?!”
    “ ..... aku? .... sepertinya aku ada di daerah Sudirman...”
    “ Sepertinya? Apa kau sedang mabuk sekarang??”
    “ ..... t-tidak... aku akan pulang sebentar lagi.”
    “ Tunggu aku di sana, aku akan segera menjemputmu.”

    Jennifer duduk di bangku panjang yang disediakan di sana, pikirannya masih melanglang buana saat ia dikejutkan oleh teriakan suara yang memanggil namanya.
    “ Jennifer!! Sebenarnya apa yang terjadi padamu?!! Apa kau akan terus membuatku kuatir padamu?!”
    Jennifer terperanjat dan hanya bisa memandangi Michael yang muncul seperti hantu di hadapannya.
    “ ..... Michael....”

    “ Aku sudah berpikir yang tidak-tidak karena kau belum pulang juga!! .... tidak biasanya kau pulang lebih malam dariku!” seru Michael kesal.
    “ K-Kau pikir aku tidak punya urusan?! Memang hanya kau yang bisa pulang larut malam setiap hari?!” seru Jennifer berusaha untuk bersikap seperti biasa.
    “ Kau sengaja pulang malam karena ingin membalasku yang selalu pulang malam?” tanya Michael bingung.
    “ K-Kalau iya memang kenapa?!!”
    Jennifer terkejut ketika tiba-tiba Michael memeluknya dengan erat.
    “ .... kau boleh membalasku dengan cara apapun, tapi lakukan itu di rumah, lakukan itu di depan mataku, .... jangan pernah menghilang lagi seperti ini.... aku ... aku tidak ingin merasakan perasaan ini untuk kedua kalinya.”
    “ ..... perasaan ini? .... apa yang sedang kau bicarakan?”
    “ ..... perasaan saat kau tiba-tiba menghilang, perasaan saat aku kehilanganmu, ..... aku tidak ingin merasakannya lagi.”

    *****

    Baru saja Michael dan Jennifer tiba di apartment mereka dan Jeffry sudah menunggu dengan tidak sabar di dalam.
    “ Jeffry? Apa yang lakukan di sini? Sekarang sudah jam 2 dini hari!” sahut Michael terkejut dengan kedatangan adik bungsunya itu.
    “ Apakah Evelyn belum pulang juga? .... aku mencarinya seharian dan ia tidak ada di manapun, ia juga tidak mengangkat teleponku!”
    Jennifer terkejut.
    “ Dia belum pulang?! ... ia juga tidak mengangkat teleponmu??”
    “ Apakah kau tahu ia pergi ke mana?? ... apakah ia bilang sesuatu padamu, Kak Jennifer??” tanya Jeffry panik.
    “ Pagi ini sikapnya memang agak aneh .... ia menonton siaran televisi dan tiba-tiba ia bilang akan pergi, ia tidak mengatakan padaku ia akan ke mana. Aku sudah mencegahnya dan memintanya untuk membawa ponselnya.”
    “ Siaran televisi? .... pasti ia sudah menonton pemberitaan sialan itu!!” seru Jeffry dengan kesal.
    “ Memang ada pemberitaan apa yang beredar di televisi?” tanya Michael dengan gusar.
    “ ..... aku akan menceritakannya nanti, sepertinya aku tahu ke mana ia sekarang. Dasar gadis bodoh.”

    ******

    Jeffry menekan bel terus menerus dan berteriak seperti orang gila di depan rumah Evelyn hingga papa tirinya membukakan pintu dengan wajah yang menyebalkan.
    “ Aku tahu cepat atau lambat kau pasti akan datang kemari, hanya saja aku tidak menyangka kau datang tengah malam begini!”
    “ Di mana Evelyn?! Apa kau yang sudah kau katakan padanya?!” seru Jeffry.
    “ Jadi kau sudah tahu kalau Evelyn pulang ke rumahnya? Kenapa? Kau ingin memuji tindakan terpujinya itu?”
    “ Bisakah kau berhenti jadi orang brengsek?!” seru Jeffry sambil berusaha untuk menerobos masuk ke dalam rumah.
    “ Evelyn tidak ingin bertemu lagi denganmu!!” seru papa tiri Evelyn sambil mendorong Jeffry keluar.
    “ Omong kosong!! Kau pikir aku akan mempercayai perkataan sampahmu itu?!!”

    “ .... biar aku yang bicara padanya, ... Pa.” sahut Evelyn yang muncul dari dalam rumah.
    Jeffry menatap gadis di hadapannya itu dengan tatapan bingung.
    “ .... dengan sebutan apa kau memanggil orang brengsek ini barusan?”
    “ ..... dia adalah papaku, ..... dia sudah membesarkanku selama 10 tahun terakhir, ..... tentu saja.... aku harus memanggilnya papa.” jawab Evelyn dingin.
    Papanya tertawa begitu keras dan berkata dengan sinis pada Jeffry.
    “ Selesaikan perpisahanmu di sini dengan cepat, aku tidak ingin memanggil polisi dan membuatmu muncul di pemberitaan besok karena sudah mengganggu keluarga kami tengah malam seperti ini.”
    Papa tiri Evelyn kembali masuk ke dalam rumah dan Evelyn menatap Jeffry dengan berkaca-kaca.

    “ Evelyn!! .... apa yang sedang kau lakukan di sini?? Kau tahu rumah ini berbahaya kan? Kau tahu berada di dekat orang brengsek itu adalah berbahaya...!” seru Jeffry tidak habis pikir.
    “ ..... Jeffry, ..... aku tahu berada di sini adalah hal yang berbahaya, tapi .... hanya dengan ini aku bisa memastikan kau aman.”
    “ Apa yang sedang kau katakan? Kalau ini semua mengenai pemberitaan tidak jelas itu, aku akan segera membereskannya, oke?? ... papa tirimu menghubungi media dan menyebarkan semua kebohongan itu, kita hanya perlu melakukan klarifikasi pada media!”
    “ ...... aku tahu... dan aku tahu kebohongan mengerikan lainnya yang akan ia berikan pada media.... jika aku tidak kembali kemari, jika aku tidak berpisah denganmu....”
    “ Evelyn, kita bisa melewati ini bersama-sama, .... percayalah padaku....!”
    “ ..... aku tidak ingin ada pemberitaan buruk apapun mengenai dirimu, aku tidak ingin semua yang sudah kau bangun hancur dalam semalam karena diriku. ..... maaf, Jeffry ... aku tidak punya cukup keberanian untuk menghadapi itu. .... kali ini aku tidak menghilang, aku mengatakan hal ini lebih dulu padamu, ..... lupakan aku, hubungan kita tidak akan pernah berhasil....”
    ******

    Daniel membuka pintu kamarnya bertepatan dengan Monica yang sedang berjingkat-jingkat menuju ke pintu keluar apartment Daniel.
    “ Kau mau ke mana? Apakah kau tidak bisa melihat jam? .... sekarang sudah lewat tengah malam.”
    Monica terlonjak karena terkejut mendengar suara Daniel.
    “ Duduklah.” sahut Daniel dengan nada suaranya yang tegas dan berat, membuat Monica tidak punya pilihan lain selain duduk menghadap laki-laki itu.

    Daniel duduk diam untuk beberapa saat, menciptakan suasana yang sangat canggung untuk Monica. Gadis itu baru bisa bernapas lagi ketika laki-laki itu membuka mulutnya.
    “ Kau bilang kau takut jatuh cinta padaku?” cetus Daniel membuat Monica terlonjak kembali, ia tidak menyangka Daniel mengatakan hal itu dengan begitu mudahnya.
    “ .... O-Oo... begitulah.” jawabnya dengan terbata bata.
    “ Aku tidak peduli dengan itu, .... selama ini sudah begitu banyak wanita yang bertepuk sebelah tangan mencintaiku, dan selama itu tidak mengganggu hidupku, maka aku tidak punya alasan untuk keberatan.”
    “ ..... k-kau tidak ingin aku mengganggu hidupmu lagi? .... aku tahu aku sudah mengecewakanmu, .... aku tidak akan meng-----“
    “ Jika aku tidak bisa melihat wajahmu besok, lusa, dan hari-hari seterusnya, maka aku akan terganggu. ..... jika tiba-tiba kau menghilang ditelan bumi, maka aku akan terganggu. Jadi dengarkan aku baik-baik, Monica.”

    Monica menelan ludahnya dan menatap Daniel.
    “ Apakah kau tidak ingin mengetahui mengapa aku membenci pernikahan? Kenapa aku membenci rasa saling cinta?”
    “ ..... apakah kau akan memberitahuku?”
    “ Mamaku adalah contoh nyata yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri, betapa ia menikah dengan papaku atas nama cinta, .... dan bagaimana ia berusaha untuk berpisah dari papaku karena ia tidak bahagia.... papaku adalah orang paling egois di dunia ini, ia tidak pernah menyetujui perceraian dengan mamaku, dan tiap hari dijalani mamaku bagaikan neraka, bahkan dengan semua kelimpahan yang dimiliki keluarga kami. .... hingga akhirnya mamaku bunuh diri, .... mereka bilang itu karena depresi.”

    Monica menutup mulutnya dengan tangan karena terlalu terkejut mendengarkan cerita dari Daniel.
    “ ..... saat itu aku masih berusia 15 tahun, kedua adikku masih kecil dan tidak mengerti apa yang sedang dialami oleh mama kami.... tapi aku mengerti. ....... aku melihat bagaimana rasa cinta di antara kedua orang tuaku pudar, dan saat itu pudar, yang ada hanya ketidakbahagiaan, ..... dan untuk mamaku, setelah rasa cinta itu pudar, akhirnya adalah kematian. Ketidakbahagiaan itu mengalahkan akal sehatnya, mengalahkan kenyataan bahwa ia masih memiliki 3 orang putra yang harus ia besarkan.”
    “ .... Daniel, .....”
    “ Karena itu aku bertekad untuk tidak pernah menikah, .... bahkan bertekad untuk tidak pernah jatuh cinta .... aku tidak ingin terluka, dan juga tidak ingin melukai siapapun karena perasaan sesaat seperti cinta.”
    Monica menatap Daniel dengan nanar, ia baru menyadari bahwa laki-laki yang selalu ceria itu ternyata menyimpan trauma dan luka yang sangat dalam dari masa lalunya.

    “ ... Maafkan aku, aku tidak tahu kau ... menyimpan duka yang begitu dalam.... kehadiranku hanya akan membuat semakin bersedih, Daniel....”
    “ Monica, dengarkan aku baik-baik. ..... kau tidak boleh meninggalkan tempat ini tanpa sepersetujuanku, kau jatuh cinta padaku? Baiklah, cintailah aku, cintailah aku dengan caramu yang kau bilang sangat mengganggu dan membebani itu, .... jika aku merasa muak dengan semua ini, maka aku yang akan memintamu untuk pergi.”
    “ .... Daniel....”
    “ Aku tidak akan membiarkan ada lagi orang yang meninggalkan hidupku tanpa sepersetujuanku , seperti mama.... kau tidak akan meninggalkanku tanpa sepersetujuanku, camkan itu baik-baik. Kau akan tinggal di sini bersamaku, kau akan makan bersamaku, kau akan ada di sini.... hingga aku muak dan memintamu untuk pergi dari hidupku.”
     
  15. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 12 - Saving My Love

    Monica tidak bisa tidur sepanjang malam itu. Ia keluar kamar saat matahari sudah nampak dan berniat untuk menyediakan sarapan pagi. Namun tiba-tiba Daniel keluar dari kamarnya dengan sangat terburu-buru sambil berkata.
    “ Aku harus buru-buru pergi, sepertinya ada hal buruk yang terjadi pada Jeffry. Jika aku pulang terlambat nanti, kau jangan menungguku dan makan saja , oke? ... oya, maaf aku tidak bisa memberi tumpangan ke kantor.”
    “ Oo... b-baiklah, hati-hati di jalan.” sahut Monica, masih gugup karena pembicaraan super serius yang ia lakukan dengan Daniel dini hari tadi.

    “ .... sesuatu terjadi pada Jeffry...? Jeffry?” gumam Monica pada dirinya sendiri. Ia buru-buru menyalakan televisi dan mencari channel infotainment. Ia pasti akan mendapatkan jawabannya di sana.
    “ Berita mengejutkan, lagi-lagi datang dari sosok artis yang namanya begitu menarik perhatian akhir-akhir ini. Evelyn Winata mendadak mengadakan jumpa pers pagi hari ini di kantor agensinya. Berikut kami tayangkan tayangan ulangannya.
    ..... terkait dengan semua pemberitaan yang beredar mengenai hubunganku dengan aktor Jeffry Tanubrata, pada kesempatan kali ini saya ingin menepis semua pemberitaan yang beredar. .... hubungan kami hanya sebatas hubungan kerja dan tidak lebih dari itu. Harus kuakui kalau kami melakukan beberapa hal yang menimbulkan pemberitaan, tapi itu semata-mata untuk promosi film yang sebentar lagi akan ditayangkan. Pada kesempatan kali ini saya ingin meminta maaf pada fans dari Jeffry Tanubrata, .... karena saya yang memohon pada Jeffry Tanubrata untuk tidak memberikan klarifikasi lebih dulu mengenai pemberitaan yang beredar. .... saya mengadakan konferensi pers untuk memberitakan yang sebenar-benarnya mengenai hal ini. Terimakasih.”

    Michael membukakan pintu dan Daniel masuk ke dalam dengan pandangan bingung menatapnya.
    Michael hanya menghela napas dan memberi isyarat untuk segera masuk ke dalam.
    Jeffry ada di dalam dan sepertinya sedang terpukul sambil menatap layar televisi.
    “ Sebenarnya apa yang terjadi? .... apakah hal itu cukup besar hingga membuat seorang Michael tidak berangkat ke kantor dan Daniel harus membatalkan semua janji temunya untuk datang kemari?” sahut Daniel penasaran.
    Jennifer melirik padanya dan memberikan isyarat untuk menjaga mulutnya dan berhati-hati menghadapi Jeffry.
    Jennifer memperbesar volume televisi dan membiarkan Daniel mengetahui apa yang sedang dihadapi oleh Jeffry sekarang.

    Daniel menatap tayangan di televisi dan keningnya terus menerus berkerut bingung.
    “ .... apa gadis itu kerasukan setan? Kenapa tiba-tiba ia menyebarkan omong kosong seperti itu di media?”
    Jeffry menghela napas panjang.
    “ .... aku tidak tahu ia akan melakukan sejauh ini.... kenapa ia harus menghancurkan nama dan karirnya sendiri??” seru Jeffry putus asa.
    “ Jeffry, sebaiknya ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian? Apa kalian bertengkar? Bertengkar hingga ia menyebarkan omong kosong begitu di televisi???”
    “ Kak Daniel, apa kau sedang ada masalah di kantor? .... tidak biasanya kau seemosional ini.” sahut Michael berusaha agar tidak terjadi pertengkaran yang tidak diperlukan sekarang.
    “ Aku? .... tidak ada apa-apa, .... maaf, aku terbawa emosi barusan.”

    Jeffry menghela napas panjang dan melanjutkan ceritanya.
    “ ..... Mama Evelyn menikah lagi setelah papa Evelyn meninggal, papa tiri Evelyn adalah pria yang tinggal bersama dengannya hingga detik ini.... laki-laki itu... laki-laki itu memperlakukan Evelyn dengan sangat buruk, terutama setelah mamanya kabur membawa kabur uang miliknya.... sudah bertahun-tahun ini Evelyn terkekang dan menabung untuk melunasi uang yang dibawa kabur oleh mamanya itu.”
    “ Lalu? Apa lagi yang kau tunggu? Kenapa kau tidak membantu masalahnya?” tanya Michael heran.
    “ Aku sudah membayar lunas seluruh hutang-hutangnya pada ******** tua itu!! ..... makanya aku bisa membawa pergi Evelyn dari rumah mengerikan itu, ..... apalagi setelah aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, saat ******** tua itu berusaha .... memperkosa Evelyn di sana.”
    Ketiga orang di sana langsung terbelalak mendengar cerita Jeffry.
    “ Dengan hal yang sudah ia alami, mengapa Evelyn masih kembali ke rumah itu?? Aku tidak mengerti jalan pikirannya.” sahut Jennifer bingung sekaligus merasa bersalah karena tidak melarang gadis itu pergi.

    “ ..... aku memukuli ******** tua itu saat aku melihat ia nyaris melakukan hal biadab itu terhadap Evelyn .... dan ia tidak suka hal itu. Ia berusaha menggangguku ..... dengan menggunakan Evelyn.... ia menghubungi media dan mulai menyebarkan berita tidak baik mengenai Evelyn. Ia pikir ia bisa menggangguku dengan cara murahannya seperti itu!” seru Jeffry dengan geram.
    “ ..... dan Evelyn tidak ingin kau terluka karena pemberitaan pemberitaan mengenai dirinya, makanya ia melakukan hal ini....” sahut Jennifer meneruskan cerita Jeffry dengan kuatir.
    “ Kita harus mengeluarkan Evelyn dari sarang harimau itu sesegera mungkin!” cetus Daniel.
    “ Bagaimana kita mengeluarkannya dia dari rumahnya sendiri? Kau tidak dengar bahwa Evelyn pulang ke rumah dengan sukarela? Ia bahkan tidak ingin bertemu lagi dengan Jeffry.” sahut Michael sambil menghela napas.
    Semua terdiam dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing hingga Daniel berkata dengan tegas.
    “ Kalau begitu, mari kita lihat sampai tahap mana papa tiri Evelyn akan membalas dendamnya terhadapmu.”
    Semua menatap Daniel dengan penuh tanda tanya.
    “ Bagaimana caranya?”
    “ Jeffry, sepenting apa karirmu sekarang?” tanya Daniel pada adik bungsunya itu.

    “ Tidak ada yang lebih penting daripada Evelyn sekarang. .... aku tidak peduli jika aku harus mengakhiri karirku, yang jelas Evelyn tidak boleh terus menerus hidup di bawah ancaman dan bahaya seperti sekarang.” jawab Jeffry dengan yakin.
    “ Kalau begitu, ini yang akan kita lakukan. ..... kita akan membawa Evelyn, kalau perlu membawanya dengan paksa dari rumah itu. Dengan atau tanpa persetujuan Evelyn, kita akan membawanya keluar dan mengamankannya.”
    “ ..... apa bedanya dengan menculiknya?” celetuk Michael sambil menatap kakak sulungnya dengan tatapan tidak percaya.
    “ Ya, itu intinya. Kita sembunyikan Evelyn dan kita lihat bagaimana reaksi papa tirinya. Pasti dia akan sangat marah dan menuduh Jeffry lah yang membuat Evelyn pergi dari rumah. Ia akan mengeluarkan semua jurus dan hal busuk di pikirannya untuk menyerang Jeffry, dan ---“
    Michael langsung menyambung kalimat kakaknya.
    “ Dan aku yakin sehebat apapun ia menyerang Jeffry, kita akan bisa mengalahkannya. Saat ia sudah tidak punya lagi amunisi, baru kita habisi dia. Setelah itu ia tidak punya kekuatan apapun untuk menggunakan Evelyn seperti sekarang.”
    Daniel, Michael, dan Jeffry mengangguk satu sama lain.

    “ Tunggu! ..... jika papa tiri Evelyn memang seburuk yang kalian sebutkan, maka mungkin saja ia akan menyebarkan hal-hal buruk mengenai Evelyn ..... dan mungkin kita harus membalasnya dengan memberitahu khalayak umum bahwa ia pernah berusaha untuk memperkosa anak tirinya .... apakah kalian tidak berpikir itu juga akan mencoreng muka Evelyn?” tanya Jennifer, sebagai satu-satunya wanita di sana, ia tahu bahwa hal sesensitif itu akan melukai Evelyn.
    Semua terdiam sejenak, dan tiba-tiba Jeffry berkata dengan tegas.
    “ Saat itu terjadi, maka aku akan mengumumkan pengumuman pernikahan kami.”
    “ Dan mengubahnya menjadi cinderella. Not a bad idea.” puji Daniel sambil mengacungkan kedua jempolnya.
    “ Pernikahan?? Kau bahkan belum memperkenalkannya pada papa. Apakah tidak terlalu dini untuk sebuah pernikahan?” tanya Michael was was.
    “ Kak, ..... aku hanya ingin hidup bahagia bersama dengan orang yang kucintai.” sahut Jeffry.
    Michael menghela napas, ia menatap Jennifer yang juga membalas tatapannya dengan pandangan penuh arti sambil mengangguk.
    “ ...... baiklah, aku punya cara untuk meyakinkan papa mengenai hal ini. .... sekarang kita harus pikirkan bagaimana cara menculik Evelyn dari rumahnya.”

    *****

    Monica langsung menghampiri Daniel sesaat setelah ia kembali ke apartment.
    “ Bagaimana keadaan Jeffry??”
    Daniel melirik sinis pada Monica.
    “ Apa kau yakin kau ini bukan fans fanatik adikku?”
    “ Aku terkejut sekali setelah melihat berita di televisi! Kau mendadak pergi karena urusan ini bukan?”
    Daniel melihat Monica dengan seksama dan akhirnya memberi isyarat pada Monica untuk mendekat padanya.
    “ Apa yang akan kuceritakan adalah kisah nyata dan juga nyaris tidak masuk akal seperti film, tapi dengarkan baik-baik. Aku menceritakan ini padamu bukan karena aku kurang kerjaan atau banyak waktu luang, aku menceritakannya agar kau bisa membantuku menangani masalah Jeffry.”
    Monica menelan ludahnya dan menganggukkan kepalanya. Rasa penasaran bercampur dengan tekad bulatnya untuk menolong Daniel. Laki-laki itu tidak pernah meminta tolong padanya selama ini, tentu saja ia harus menolongnya sekarang.

    Monica mendengar cerita dari Daniel dengan mulut setengah terbuka, sesekali ia meringis dan menghela napas panjang.
    “ Kau mengerti rencana kami? .... Jeffry tidak bisa muncul di sana dan melakukan penculikan ini, orang-orang bisa mengenalinya dan keadaan akan jadi kacau. Michael juga tidak bisa muncul di sana karena wajahnya sama dengan lambang perusahaan kami. Akan gawat jika ada orang yang mengenalinya dan berakibat pada nilai saham perusahaan kami. .... maka hanya aku yang bisa datang ke sana dan menculik Evelyn.”
    Evelyn menelan ludah untuk kesekian kalinya dan kembali mengangguk.
    “ Orang tua jahat itu memang harus diberi pelajaran! .... bagaimana boleh ia memperlakukan seorang gadis muda seperti itu? .... jadi apa yang harus kulakukan untuk membantumu??”
    “ Kau mau membantuku? Jika ada hal buruk terjadi, mungkin kita berdua akan masuk penjara.... penculikan adalah tindakan pidana.” sahut Daniel sedikit terkejut karena Monica begitu sepenuh hati setuju untuk membantunya.
    “ K-Kebetulan, aku belum pernah masuk penjara. Kurasa .... aku cukup penasaran seperti apa bentuknya.... dari dalam.” jawab Monica dengan sangat tidak meyakinkan.

    Daniel hanya tersenyum geli melihat tingkah laku gadis yang memang selalu berhasil membuatnya tersenyum.
    “ Kita akan lakukan ini besok siang, .... dan kau yang bertugas untuk mengalihkan perhatian orang tua jahat itu sementara aku akan menculik Evelyn. Aku takut perlu menggunakan tenaga yang cukup besar untuk menyeretnya keluar dari rumah itu.”
    “ Baiklah, aku harus ambil cuti besok.... dan beberapa hari setelahnya, siapa tahu kita harus menginap di penjara beberapa hari.” sahut Monica sambil meringis.
    Daniel kembali tersenyum.
    “ Kau tenang saja, Michael akan mengirim puluhan pengacara yang ia perlukan untuk mengeluarkan kita dari penjara dalam hitungan 1 x 24 jam.”

    *****

    Monica bertugas untuk menggunakan apapun cara yang diperlukan untuk membuat papa tiri Evelyn keluar dan meninggalkan rumahnya untuk beberapa saat sementara Daniel akan masuk dan membawa Evelyn keluar.
    Jeffry sudah menunggu tidak jauh dari sana dengan mobilnya yang siap membawa Evelyn untuk bersembunyi untuk sementara waktu.
    “ Monica, kau sudah membawa alat penyengat listrik itu? Ingat untuk menggunakannya jika keparat tua itu melakukan hal yang tidak-tidak padamu!” sahut Daniel mengingatkan.
    Monica mengangguk.
    Jeffry menghela napas dari mobilnya dan memandang kakak sulung serta wanita yang hanya pernah sekali ia temui itu dengan tatapan miris.
    “ ..... aku tidak tahu lagi bagaimana harus berterimakasih pada kalian berdua.... karena aku kalian terlibat hingga tahap ini.”
    Monica menoleh dan menatap Jeffry Tanubrata dengan salah tingkah, tidak banyak kesempatan di hidupnya bisa berada begitu dekat bahkan 1 mobil dengan seorang selebritis seperti ini.

    Daniel menarik tangan Monica keluar dari mobil sambil berkata pada Jeffry.
    “ Sepertinya aku harus memperkenalkan seorang fans fanatikmu, Jeffry. Perkenalkan, ini nona Monica. Sebaiknya jangan bersikap terlalu baik padanya, aku takut tiba-tiba ia jatuh cinta padamu.”
    “ A-apa yang barusan kau katakan ?? I-Itu tidak benar!” bantah Monica.
    Jeffry hanya tersenyum geli menanggapi perkataan Daniel.
    “ Aku sangat bersyukur jika memiliki seorang fans fanatik sepertimu.”

    Daniel bersembunyi di belokan tidak jauh dari rumah Evelyn, sementara Monica menekan bel rumah itu dengan jari bergetar.
    Tidak lama kemudian pintu pagar terbuka dan seorang pria paruh baya keluar dengan tampangnya yang memang tidak enak dilihat.
    Monica membungkukkan badannya memberi salam dengan sopan.
    “ S-Selamat sore, Pak.”
    “ Siapa ya? Anda mencari siapa?”
    “ P-Perkenalkan! Saya dari STAR NEWS MAGAZINE. Majalah yang meliput selebritis... berita selebritis maksud saya.”
    “ Ooo, kau ingin mewawancari putriku? Dia tidak menerima wawancara saat ini, dia sedang .... hhm... sedang memikirkan kelakuan buruknya selama ini.” jawab pria setengah baya itu sambil menyeringai.
    “ Kalau begitu, bisakah aku mewawancarai anda? ..... kami bisa memuat berita dari sudut pandang anda sebagai ayahnya.”
    “ Aku? .... hhm... entahlah, apakah sebaiknya aku menerima tawaran wawancara ini?”
    “ Te-Tentu saja! .... aku akan mentraktirmu makan di restaurant yang enak, bagaimana?”

    Daniel memperhatikan dari jauh dan baru bisa sedikit bernafas lega ketika Monica dan papa tiri Evelyn berjalan bersama meninggalkan rumah.
    Ia tidak membuang waktu lagi dan langsung masuk ke dalam rumah yang tidak dikunci itu.
    Tidak butuh waktu lama bagi Daniel untuk menemukan kamar Evelyn. Ia mengetuk pintu kamar Evelyn sekeras kerasnya.
    “ ..... sudah kubilang, aku tidak mau makan.” jawab Evelyn dari dalam. Ia pasti mengira yang mengetuk pintu adalah papa tirinya.
    “ Evelyn, aku Daniel! Daniel Tanubrata! Aku tidak punya waktu yang banyak di sini, cepat buka pintu ini!” seru Daniel dari luar.
    Evelyn terkejut mendengar suara Daniel dan buru-buru membuka pintu kamarnya.
    “ B-Bagaimana kau bisa masuk kemari??” tanya Evelyn terkejut, ia melihat ke sekeliling rumah dan tidak menemukan papa tirinya di sana.

    “ Kau harus ikut bersamaku sekarang.” sahut Daniel.
    “ ..... a-aku sudah tidak memiliki hubungan apapun dengan Jeffry, Kak .... maafkan aku sudah mengecewakanmu, ta---“
    “ Jeffry sedang dirawat di rumah sakit sekarang. Setelah melihat aksi bodohmu di televisi, ia memotong pergelangan tangannya dan tidak tahu sampai kapan ia bisa bertahan.” sahut Daniel dengan satu-satunya kebohongan ekstrem yang bisa ia pikirkan.
    Evelyn terkejut, ia menatap Daniel dengan terbelalak.
    “ K-Kau berbohong.... J-Jeffry? .... dia melakukan apa??”
    “ Jika papamu terlanjur kembali, maka kau tidak punya kesempatan untuk bertemu dengan Jeffry untuk terakhir kalinya!! Cepat!!” seru Daniel sambil menarik tangan Evelyn.

    Evelyn begitu kalut hingga ia hanya bisa mengikuti Daniel berlari keluar rumah, bahkan tanpa mengenakan alas kaki. Ia berlari dengan pandangan yang kabur karena air mata menutupi matanya.
    Daniel berlari sekencang yang ia bisa hingga ia sampai di mobil tempat Jeffry menunggunya. Jeffry turun dari mobil dengan menggunakan topi dan kacamata hitam. Ia membuka pintu dan Evelyn masuk tanpa sempat melihat siapa laki-laki yang mengenakan topi serta kacamata hitam itu.
    “ Kau tidak masuk??” seru Jeffry pada Daniel yang tetap berdiri di luar mobil.
    “ Aku harus menunggu Monica kembali, aku tidak mungkin meninggalkannya sendiri di sini. .... kalian pergi saja dulu, ingat, jangan sampai ketahuan.” sahut Daniel.

    Jeffry langsung menekan pedal gas dan melesat dari tempat itu. Evelyn duduk di sampingnya dan melihat ke arahnya dengan tatapan nanar.
    “ .... J-Jeffry...? Kau... kau masih hidup?”
    “ Aku tidak tahu bagaimana cara kakakku mengeluarkanmu dari rumah itu, tapi yang jelas .... aku baik-baik saja, kita baik-baik saja. Kau hanya perlu duduk diam dan ikut aku.”
    Evelyn memukul Jeffry sambil menangis sejadi-jadinya.
    “ KUPIKIR KAU SEDANG SEKARAT KARENA PERCOBAAN BUNUH DIRI!!!” raung Evelyn.
    Jeffry terkejut dan menoleh ke arah Evelyn yang terlihat begitu sedih dan putus asa itu.

    “ ..... itu yang dikatakan Kak Daniel padamu? .... makanya kau berlari keluar tanpa alas kaki dan menangis seperti orang bodoh?”
    “ Sebenarnya apa yang sedang kalian lakukan sekarang?!! Papa tiriku akan mencariku jika aku tidak ada di rumah dan ia akan mencarimu!!” seru Evelyn kalut.
    “ Aku akan melakukan apapun yang diperlukan untuk membuka jalan dan kesempatan bagi kita berdua. .... kumohon, jangan lukai dirimu dan diriku lagi, Evelyn....”

    *****

    Daniel menunggu di dekat belokan rumah Eun Gi dengan kuatir.
    “ Kenapa lama sekali mereka berdua pergi...” gumamnya .
    Setelah hampir 1 jam ia menunggu, ia melihat papa tiri Evelyn kembali. Seorang diri. Monica tidak ikut dengannya.
    Daniel bertambah bingung, apakah Monica dan keparat itu berpisah jalan? Daniel buru-buru pergi dari sana sesaat setelah papa tiri Evelyn masuk ke dalam rumah. Sebentar lagi orang itu pasti akan menyadari kalau Evelyn tidak ada di rumah dan ia pasti akan mencarinya. Ia tidak boleh berada di sana saat itu.

    Daniel kembali ke apartementnya dan Monica juga tidak ada di sana.
    Daniel menelepon Monica untuk kesekian kalinya dan akhirnya seseorang mengangkat handphone milik Monica.
    “ Halo?”
    “ Ini handphone milik Monica bukan?”
    “ Baguslah ada yang menelepon. Kenalanmu sedang berada di kantor polisi, dan ia tidak mempunyai wali yang bisa kami hubungi.”
    “ K-Kantor polisi?? Baiklah, aku akan segera ke sana.”
    Daniel buru-buru mengeluarkan mobilnya dari basement dan meluncur ke kantor polisi tempat Monica berada.

    Saat Daniel sampai di kantor polisi, Monica sedang berada di balik jeruji besi dan sedang sibuk berteriak pada petugas polisi yang ada di sana.
    “ Pak Polisi! Sebenarnya siapa yang barusan meneleponku?? Itu handphone milikku, aku berhak tahu siapa yang baru meneleponku itu!!!” seru Monica.
    “ Nona, kau ini begitu berisik!! Namanya Daniel, ia adalah walimu bukan? Dia bilang dia akan segera kemari.”
    “ D-Daniel?! Ah, sebenarnya kenapa kau mengangkat telepon orang lain?!! Sudah kubilang tidak perlu mengangkat telepon dari siapapun bukan??”
    “ Nona, handphone-mu terus berbunyi, bagaimana mungkin aku tidak mengangkatnya?! Kau ingin kami tidak bisa berkonsentrasi bekerja karena handphone-mu terus berbunyi??” bentak sang petugas polisi itu dengan kesal.
    Monica baru saja hendak membuka suara lagi pada sang petugas polisi itu ketika ia melihat sosok Daniel di pintu masuk.

    Daniel memandangnya dari jauh dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
    “ .... D-Daniel....” gumam Monica sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
    Daniel melangkah masuk dan duduk di depan petugas polisi.
    “ ..... sebenarnya apa yang membuat gadis itu harus dikurung di dalam sana?”
    “ Penipuan, kami mendapat laporan bahwa nona ini berpura-pura sebagai reporter dari salah satu majalah untuk mewawancarai selebritis, dan ternyata ia bukan.” jawab sang petugas dengan santai.
    “ Lalu, apa yang harus kulakukan untuk mengeluarkannya dari sana? Jaminan?”
    “ Karena ini adalah kasus penipuan yang mengatasnamakan sebuah lembaga, maka kami harus menerima pernyataan dari majalah STAR MAGAZINE yang menyatakan bahwa mereka tidak akan memperpanjang masalah ini, baru kami bisa menerima jaminan dari anda.”
    “ Lalu? Dia harus menunggu di dalam sana begitu???”

    ******

    Monica tidak bisa mendengar pembicaraan yang dilakukan oleh Daniel dan petugas kepolisian itu. Ia hanya bisa menatap Daniel dengan penuh tanda tanya ketika petugas polisi itu membukakan pintu jeruji besi dan Daniel melangkah masuk ke dalam.
    “ D-Daniel! Kenapa mereka ikut-ikutan menahanmu di sini?? Pak, dia sama sekali tidak terlibat denganku!!” seru Monica.
    “ Aku memperbolehkanmu masuk dengan syarat kau bisa membuat nona ini berhenti berteriak-teriak, oke?” sahut polisi itu sambil kembali mengunci sel tahanan itu.
    “ Tentu saja, Pak. Kami akan berbisik-bisik dan tidak mengganggu pekerjaan anda.” sahut Daniel sambil menggenggam tangan Monica dan tersenyum lebar.

    Monica menatapnya dengan penuh kebingungan.
    “ .... Daniel, untuk apa kau ikut masuk kemari?”
    “ Kau tidak memberi kabar padaku sama sekali, dan bahkan kau memarahi polisi yang mengangkat telepon dariku, .... apa kau berencana untuk berada di sini sendirian?” tanya Daniel dengan kesal.
    “ ..... ini semua terjadi karena kebodohanku,.... bagaimana mungkin aku bisa merepotkanmu terus karena ini....?”
    “ Kita akan bahas hal ini setelah keluar dari sini. Kau ini benar-benar gadis paling aneh yang pernah kukenal.” gerutu Daniel.

    “ Sebenarnya apa yang kau katakan pada para petugas itu sampai-sampai mereka mengijinkanmu masuk kemari?”
    “ Aku bilang, kekasihku bisa ketakutan jika aku tidak menemaninya di sampingnya, dan jika kekasihku ketakutan, ia akan berteriak-teriak sepanjang malam. Tampaknya para polisi itu sangat terganggu dengan suaramu.”
    Monica meringis.
    “ ..... akhirnya aku membuatmu terpenjara seperti ini.”
    “ Tidak perlu memikirkan hal ini, aku sudah menelepon Michael, dan besok pagi aku yakin mereka akan segera melepaskan kita.”
    “ Jadi kita akan berada di sini semalaman?”
    “ Sekarang ceritakan padaku, sebenarnya apa yang kau lakukan hingga bisa berakhir di kantor polisi??”
    “ ..... a-aku sedang memberi pertanyaan pada papa tiri gadis itu.... tiba-tiba ia bertanya kenapa aku tidak merekam dan juga tidak mencatat jawaban darinya.... kurasa kecerobohanku itu membuatnya meminta kartu namaku... dan saat aku tidak bisa memberikannya, ia... ia marah.”
    Daniel mendengarkan cerita Evelyn dan tidak bisa menahan senyuman geli di wajahnya.
    “ Terkadang kau ini sungguh menggelikan, Evelyn.”
    “ Sekali lagi, maafkan aku ya.... oya, apakah rencana kita berhasil??”
    “ Sukses. Mungkin sekarang Jeffry sedang membawa Evelyn ke tempat yang sangat jauh untuk bersembunyi.”

    *****

    Michael tergesa-gesa masuk ke dalam kantor polisi, lengkap dengan 5 pengacara yang mengikuti dari belakang.
    “ Kami sudah membawa pernyataan langsung dari Direktur STAR MAGAZINE, beliau mengatakan tidak akan memperpanjang masalah ini.” sahut Michael.
    Para petugas polisi mengambil surat pernyataan itu dan terkejut karena Direktur majalah itu sendiri yang menandatangani surat pernyataan itu, untuk urusan remeh seperti ini.
    Michael menoleh dan menyapukan pandangannya ke beberapa sel yang ada di sana dan akhirnya menemukan kakaknya.

    Michael menatap pemandangan yang tidak biasa di hadapannya dan tersenyum sendiri melihatnya.
    Daniel yang tidak pernah ia lihat pernah memperlakukan wanita dengan baik, sekarang sedang berada di balik jeruji besi bersama dengan seorang wanita dan keduanya tengah tertidur dengan lelap. Wanita itu menyandarkan kepalanya di pundak Daniel dan Daniel pun jatuh tertidur di kepala wanita itu. Dan seakan pemandangan itu kurang menarik untuk dilihat, Michael pun jelas melihat kedua tangan mereka yang saling bertautan.

    Polisi membukakan pintu jeruji besi dan Michael masuk ke dalam, membangunkan kakak laki-lakinya dengan senyuman lebar di wajahnya.
    “ Oh, kau sudah datang?” sahut Daniel sesaat setelah ia membuka matanya.
    “ Kurasa seharusnya aku datang agak siangan dan memberikanmu waktu istirahat yang lebih lama di sini.” sahut Michael sambil tersenyum jahil.
    Daniel menyadari keadaannya dan tersenyum malu-malu.
    “ Ah, ini... aku berkata pada polisi bahwa ia adalah kekasihku, jika tidak mereka tidak akan mengijinkanku masuk menemaninya di dalam. Ini tidak seperti yang kau bayangkan.” sahutnya sambil melepaskan tautan tangannya dengan Monica yang juga membangunkan gadis itu dari tidurnya.
    “ Jadi, kau masuk ke dalam dengan sukarela karena ingin menemani nona ini? .... Wow.” bisik Michael dengan senyuman yang semakin lebar.

    Monica terkesiap melihat siapa yang ada persis di hadapannya sekarang. Tentu saja ia tahu siapa Michael, wajahnya kerap kali menghiasi majalah-majalah bisnis yang sering menjadi topik bahasan di kantornya.
    “ S-Selamat pagi!” ucapnya buru-buru.
    “ Selamat pagi, kudengar kau hadir di pernikahanku, maaf aku tidak sempat memperkenalkan diri. Namaku Michael, dan .... aku sangat penasaran dengan namamu, nona.”
    “ Monica. Namanya Monica, oke? Kalau rasa penasaranmu sudah terobati, mari kita segera keluar dari tempat ini.” sahut Daniel menengahi pembicaraan antara Michael dan Monica tersebut.

    *****

    Jennifer tidak mengalihkan tatapannya sedetikpun dari layar televisi. Ia mengikuti semua pemberitaan yang beredar mengenai adik ipar dan juga kekasihnya itu.
    Setelah 1 hari berlalu setelah Evelyn berhasil keluar dari rumahnya, belum ada pemberitaan aneh yang beredar di televisi.

    Pintu apartment dibuka dan Michael baru saja masuk.
    “ Apakah Jeffry sudah memberikan kabar?” tanya Jennifer buru-buru bertanya.
    “ Jeffry membawa Evelyn ke villa peristirahatan keluarga kami di Puncak, seharusnya tempat itu cukup sepi untuk menghindari orang-orang dan juga media.”
    “ Lalu apakah pria berbahaya itu belum melakukan apapun sampai sekarang?”
    “ Aku mendapat laporan kalau papa tiri Evelyn sudah melapor ke polisi, namun polisi menolak laporannya karena mereka harus menunggu hingga 2 x 24 jam Evelyn tidak ditemukan, baru bisa mengumumkannya sebagai orang hilang.”
    “ Berarti tinggal 1 hari lagi, ..... jika polisi sudah mengumumkannya sebagai orang hilang, apa lagi yang akan terjadi?”
    “ .... berarti peperangan baru dimulai, ..... papa tiri Evelyn pasti menuduh Jeffry sebagai tersangka utama menghilangnya Evelyn, apalagi Jeffry juga ikut menghilang entah ke mana.”
    “ Saat itu, ..... apa yang akan terjadi padamu?” tanya Jennifer kuatir.

    Michael menatap istrinya itu dan tersenyum.
    “ Kau kuatir padaku?”
    “ ..... pemberitaan mengenai Jeffry selalu dikaitkan dengan keluarganya dan perusahaan, .... itu berarti kau akan menghadapi efek langsung dari hal ini.”
    “ Aku memang menunggu hal ini terjadi. ... aku akan menggunakan kesempatan ini sebagai alasan untuk mengundurkan diri dari perusahaan.” jawab Michael dengan santai. Ia bahkan menyempatkan diri untuk duduk dan mengganti channel televisi ke acara program hiburan.

    Jennifer tertegun mendengar jawaban suaminya itu.
    “ ..... mengundurkan diri dari perusahaan? .... kenapa??”
    “ Kenapa? Kau tidak suka jika suamimu bukan lagi seorang CEO TANUBRATA GROUP? .... hhm... mungkin kekayaan dan penghasilanku akan sedikit menurun, tapi kurasa kita masih bisa hidup layak.”
    “ Kau tidak menjawab pertanyaanku. Kenapa kau mengundurkan diri dari perusahaan? .... TANUBRATA GROUP adalah hidupmu, apa yang akan kau lakukan jika tidak bekerja di sana??”
    “ Aku ingin menunjukkan padamu dan pada dunia bahwa TANUBRATA GROUP bukanlah hidupku!! .... hidupku adalah keluarga kita, ..... dan untuk sekarang, maka kau adalah hidupku!” sahut Michael.

    Jennifer terdiam, ia menatap Michael dan matanya tidak bisa berhenti berkaca-kaca.
    “ ..... Jennifer, .... kau menangis? Kenapa kau menangis?” tanya Michael kebingungan.
    “ ..... aku tahu, TANUBRATA GROUP bukanlah hidupmu, .... aku tahu kau bukanlah laki-laki tidak berperasaan seperti itu, ..... dan seharusnya dulu pun aku tahu, kalau mustahil kau tidak datang setelah mengetahui apa yang terjadi padaku..... aku tidak tahu kalau kau tidak mengetahuinya, Michael...” sahutnya sambil berurai air mata.

    Michael tidak bisa menunggu lebih lama dan langsung menarik Jennifer ke dalam pelukannya.
    Ia memeluk gadis itu seerat yang bisa ia lakukan.
    “ ...... Aku yang harus minta maaf padamu, ..... maafkan aku karena aku sudah membuatmu melewati hal itu seorang diri... maafkan aku....”
    Jennifer menggelengkan kepalanya.
    “ ..... harga diriku terlalu tinggi dan aku tidak bisa mengucapkan kata maaf lebih dulu padamu, ..... tiba-tiba aku menghilang begitu saja, .... kau pasti sangat membenciku saat itu.... aku bahkan tidak mau bertemu denganmu barang sebentar saja.... jika saja harga diriku tidak setinggi itu, maka kesalahpahaman ini tidak perlu begitu berkepanjangan ..... 6 tahun aku berusaha untuk membencimu,.... membenci orang yang kucintai....”

    “ ..... Jennifer, .... kita masih punya waktu yang panjang untuk memperbaiki semua yang sudah kita rusak.... kita punya sisa hidup kita untuk membayar setiap kesedihan dan rasa kehilangan kita selama ini.... dan menunjukkan pada anak kita yang sudah tiada, bahwa kita berdua masih saling mencintai dan bisa hidup dengan bahagia...”
    Jennifer mengangguk dan tidak ingin melepaskan dekapan hangat yang sudah lama ia rindukan itu.
    “ ..... aku mencintaimu.” sahutnya lirih.
    “ ..... aku mencintaimu.” balas Michael dengan tulus.

    *****

    Jeffry bersandar di salah satu pilar villa keluarganya sambil menatap Evelyn dari kejauhan.
    Gadis itu sedang sibuk membuka-buka koran serta majalah.
    “ Sudah kubilang, semuanya akan berjalan dengan lancar. Kenapa kau begitu kuatir tentang pemberitaan media?” tanya Jeffry sambil menghela napas.
    “ Kau tidak tahu seperti apa tabiat orang itu.... aku bahkan tidak berani membayangkan apa yang bisa ia lakukan terhadapmu.... dan itu semua gara-gara aku.”

    Jeffry duduk di samping Evelyn dan memegang kedua tangan gadis itu yang terasa dingin karena hembusan angin malam yang begitu pekat.
    “ .... Evelyn, kalaupun ia melakukan sesuatu.... aku kuatir ia akan melakukan hal yang melukaimu, .... aku tidak ingin ada sesuatu yang melukaimu, tapi itu harus dilakukan agar kau bisa mengakhiri hubunganmu dengan keparat itu.”
    Evelyn menatap Jeffry dengan pandangan kabur karena air mata yang sudah menggenangi pelupuk matanya.
    Tentu saja ia mengerti apa maksud Jeffry, ia tahu hal buruk apa yang bisa ditimpakan padanya.
    “ ..... bagaimana jika kau tidak bisa kembali menjadi Jeffry yang seperti dulu karena pemberitaan tentang diriku?”
    “ Aku tidak peduli, kurasa sudah saatnya aku memanfaatkan kekayaan keluargaku untuk hidup. .... jika aku tidak bisa melanjutkan karirku sebagai artis, maka aku akan memulai karirku di perusahaan keluargaku, meskipun aku tidak pernah menyukainya, setidaknya itu lebih baik dibanding aku tidak pernah melihatmu dan tidak bisa hidup bersamamu.”

    Evelyn tersenyum miris.
    “ ...... seharusnya cinta adalah sesuatu yang membangun, ..... kenapa cintaku padamu malah menjadi sesuatu yang merusak hidupmu, Jeffry?”
    “ Cinta adalah sesuatu yang memberi kekuatan untuk menghadapi masa-masa tergelap hidupku ..... lagipula harus berapa kali kukatakan padamu kalau kau adalah segalanya untukku...”
    Evelyn memeluk Jeffry dengan perasaan yang bercampur aduk. Tentu saja mungkin rasa cintanya tidak sebesar rasa cinta Jeffry terhadapnya, tapi rasa cintanya cukup untuk membuatnya kuatir setengah mati terhadap laki-laki itu dan masa depannya.

    ******

    Monica merapatkan telinganya sedekat dekatnya pada Daniel yang sedang berbicara di telepon dengan Jeffry, adik bungsunya itu.
    “ Baiklah kalau begitu, aku akan terus memberitahu kabar terbaru untukmu.”
    Daniel menutup telepon dan melirik sinis pada Monica yang terlihat begitu bersemangat menunggu update berita darinya.

    “ Apakah mereka baik-baik saja? Nona itu tidak bertengkar dan memaksa untuk dipulangkan setelah semua yang sudah kita lakukan bukan??” berondong Monica dengan pertanyaan.
    Daniel berdiri dan memandang Monica dengan tatapan sinis dan menjawab.
    “ Mereka sedang pra-honeymoon di villa keluarga kami. Setiap hari mereka hanya saling menatap dan mengucapkan aku mencintaimu. Apa kau sudah puas mendengarnya?”
    Monica tersenyum lebar dan berkata sambil meringis.
    “ Aaa.... romantis sekali...... sepertinya adikmu itu bukan hanya pintar merayu wanita di film-filmnya tapi memang adalah orang yang romantis di dunia nyata ya.”
    “ Ckckck... kurasa selanjutnya aku harus meminta Jeffry untuk mentraktirmu makan malam berdua saja deh. Sepertinya kau tertarik sekali pada adikku.”

    “ B-bukan seperti itu.... aku hanya merasa bersemangat karena dia selebritis pertama yang aku ketahui kehidupan pribadinya sampai sedalam ini. Hehehe....”
    “ O ya, bagaimana dengan perasaanmu terhadapku? Apakah sekarang kau sudah jatuh cinta padaku sepenuhnya?”
    Monica langsung tersedak mendengar pertanyaan Daniel barusan.
    “ H-Hah?? .... b-bagaimana bisa kau menanyakan hal seperti itu.... dengan begitu mudahnya??”
    “ Lalu aku harus bertanya dengan cara sesulit apa untuk pertanyaan seperti itu?” tanya Daniel tanpa menjaga jarak di antara dirinya dan Monica.
    Monica buru-buru berjalan menghindari Daniel dan berdoa agar wajahnya yang memerah seperti tomat tidak terlihat oleh laki-laki itu.
    “ A-Aku akan menonton berita, siapa tahu ada kabar tentang tindakan papa tiri gadis itu sekarang.”

    Daniel tersenyum geli dan berjalan menuju ke kamar mandi. Hari sudah malam dan berkat seluruh masalah yang ia hadapi sekarang, ia bahkan belum sempat membersihkan dirinya setelah semalaman menginap di penjara.
    Monica menyalakan televisi dan baru bisa bernafas normal setelah mendengar pintu kamar mandi ditutup.
    “ ..... Monica, ..... laki-laki itu sudah menegaskan bahwa ia tidak akan mencintai wanita dan tidak akan pernah berkomitmen dengan wanita manapun, ..... bahkan ia pun sudah memberitahu alasannya padamu... apakah itu kurang membuatmu sadar juga?” gumamnya pada diri sendiri.
    Monica sangat mengerti kalau yang dibutuhkan Daniel adalah seorang sahabat, bukanlah seorang wanita yang mencintai dan membebaninya.
    Ia juga tahu bahwa ia harus menghentikan perasaannya terus tumbuh terhadap laki-laki itu. Monica sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri ketika tiba-tiba lampu apartment mati total.

    Monica tidak takut tinggal di rumah seorang diri, ia tidak takut harus hidup sendiri, tapi ia takut dengan gelap. Ia selalu menangis setiap kali ada pemadaman listrik di rumahnya.
    “ Aaa!!! Daniel!!!” serunya histeris.

    Daniel terkejut, selain karena listrik yang tiba-tiba padam, juga karena teriakan Monica dari luar. Ia sudah berpikir ada pencuri yang masuk ke dalam dan melakukan hal-hal mengerikan.
    Ia hanya membalutkan sebuah handuk di pinggangnya dan keluar dari kamar mandi, berjalan ke arah sumber teriakan Monica.
    “ Monica!! Ini aku, di mana kau sekarang??” teriak Daniel dalam gelap.
    Ia mendengar derap langkah menuju ke arahnya dan tiba-tiba seseorang memeluknya dengan erat dan diiringi tangisan seperti layaknya seorang anak kecil.
    “ A-Aku takut sekali pada gelap.....” sahut Monica sambil terus menerus terisak.

    Daniel tertegun. Untuk beberapa saat ia tidak bisa menggerakan tubuhnya ataupun bibirnya. Ia hanya terdiam dan berusaha bernapas seperti biasa sementara Monica memeluknya dengan begitu erat. Ia bisa merasakan dengan jelas jantungnya berdetak dengan sangat kencang saat itu.
    “ ..... M-Monica, .... sebentar lagi pasti mereka akan menghidupkan genset cadangan dan lampu akan kembali menyala, ..... kau sudah sebesar ini, apakah tidak lucu kalau kau takut gelap?” sahut Daniel dengan lembut.
    “ ....b-biarkan aku memelukmu setidaknya hingga lampu menyala....” ujar Monica lirih.

    Tidak lama kemudian lampu memang kembali menyala, dan Monica menyadari bahwa ia tengah berdiri dan memeluk Daniel yang bertelanjang dada saat ini.
    “ ...... Monica, ..... kau sedang memeluk seorang laki-laki normal sekarang, dan setiap laki-laki normal pasti akan bertindak yang bukan-bukan jika ada seorang wanita memeluknya terus seperti ini....”
    Monica buru-buru melepaskan dekapannya dan mundur beberapa langkah hanya untuk melihat tubuh Daniel dengan lebih jelas.
    Buru-buru ia menutup matanya rapat-rapat.
    “ K-Kenapa kau tidak mengenakan pakaian keluar dari kamar mandi??”
    “ K-Kau berteriak seperti itu! Kukira ada sesuatu yang terjadi padamu hingga aku tidak sempat memakai pakaianku!” bantah Daniel.

    ******

    Daniel menyalakan semua lampu di apartmentnya hingga ruangan begitu terang benderang seperti siang hari.
    “ Bagaimana? Kau sudah tidak takut lagi sekarang kan?”
    Monica menganggukkan kepalanya sambil membersihkan ingus di hidungnya dengan tissue.
    “ Ckckckck, aku baru pertama kali melihat wanita yang hampir berkepala 3 dan bertingkah sepertimu ini.”
    Monica mencibir dan menghela napas panjang.
    “ ..... setiap orang pasti memiliki rasa takut kan?”
    “ Lalu apa yang akan kau lakukan dulu saat lampu di rumahmu padam? Apa kau akan berteriak-teriak keluar rumah dan memeluk siapapun orang yang lewat di depan rumahmu?”
    “ T-Tentu saja tidak! Aku akan memejamkan mataku dan mendengarkan musik... ikut menyanyikannya hingga lampu kembali menyala.”
    “ Musik?”
    “ Ooo... musik yang selalu digunakan mamaku dulu saat aku ketakutan.... lagu anak-anak yang selalu ampuh dan bisa membuatku tenang. Kau mau mendengarnya?"
    Daniel mengangguk.

    Monica memasang headset ke handphone-nya, memasang sebelah ke telinganya dan sebelah lagi ke telinga Daniel.
    Daniel mendengarkan lagu yang mengalun di telinganya sambil memandang Monica dengan pikiran yang bercampur campur menjadi 1.
    “ Mon....”
    “ Hhm?”
    “ ...... aku benar-benar ingin berteman denganmu selamanya.” sahut Daniel.
    Monica tertegun menatap laki-laki di hadapannya itu.
    “ ..... bukannya aku bermaksud menyombongkan diri, tapi aku mengerti jika gadis sederhana sepertimu bisa jatuh cinta padaku, ..... dan menurutku kau tidak buruk, seiring waktu berjalan, mungkin seorang Daniel pun bisa jatuh cinta padamu, ..... tapi saat itu terjadi, apakah kau bisa yakin kalau kita bisa menikmati waktu-waktu seperti sekarang terus selamanya?”

    Monica menggelengkan kepalanya.
    “ ..... aku sadar kalau aku lebih baik sebagai seorang teman dibanding sebagai seorang kekasih.... aku adalah seorang sahabat yang terbaik, tapi aku bukanlah seorang kekasih yang baik..... Daniel, aku juga benar-benar ingin .... menikmati waktu-waktu seperti ini denganmu selamanya.... lebih baik kita terus berteman selamanya.”
    Daniel menatap Monica dan berusaha untuk memahami maksud perkataan gadis itu.

    *****

    Keesokan harinya, Monica terbangun dan mendapati Daniel sudah tidak ada di apartment. Ia hanya meninggalkan pesan kalau ia harus melihat proyeknya sempat tertunda beberapa hari karena Daniel harus mengurus masalah Jeffry.
    Monica tersenyum, sepertinya Tuhan memang sudah membuka jalan untuknya.
    Ia mengambil selembar kertas dan menulis kalimat demi kalimat yang akan dibaca Daniel setelah ia kembali dari pekerjaannya.
    Monica menaruh kertas tulisannya itu di atas meja makan dan bergumam sendiri.
    “ ..... aku akan berusaha untuk menjadi sahabat terbaikmu, ..... dengan itu kita bisa bersama selamanya.”

    *****

    Michael baru saja turun dari mobilnya di lobby kantor dan begitu banyak reporter yang sudah menunggunya sejak tadi.
    Mereka langsung mengerubuti dirinya seperti semut mengerubungi gula.
    “ MICHAEL ssi, apakah benar adik dan keluarga anda menjadi dalam hilangnya nona Evelyn?”
    “ Apakah keluarga anda merasa pernyataan dan klarifikasi nona Evelyn di media menyudutkan sehingga adik anda menculik nona Seo?”
    “ Apakah benar berita yang beredar dan pernyataan dari ayah nona Seo bahwa hilangnya nona Evelyn pasti terkait dengan Jeffry dan keluarga anda?”

    Michael menarik napas dalam-dalam, ia sudah memprediksi hari ini akan datang dan ia memang hrus menghadapi hal ini cepat atau lambat.
    “ Adalah benar bahwa kami adalah pihak yang bertanggung jawab dengan hilangnya nona Evelyn, tapi kami mempunyai alasan dan biar Jeffry sendiri yang memberikan pernyataan. Hal ini tidak berkaitan apapun dengan keluarga besar kami, demikian dengan perusahaan.” jawabnya dengan diplomatis.
    “ Apakah anda mengetahui sebenarnya hubungan seperti apa yang terjalin antara Jeffry dan nona Evelyn??”
    “ Itu adalah hal privasi mereka, dan saya tidak punya hak untuk memberikan pernyataan maupun klarifikasi apapun pada media.” sahut Michael sambil menerobos kerumunan reporter dibantu petugas sekuriti.

    Evelyn duduk di depan layar televisi dan menatap dengan nanar. Ia melihat wajah papa tirinya muncul di layar dan sedang berkata dengan berapi-api.
    “ INI ADALAH PENCULIKAN! JEFFRY MENCULIK PUTRIKU! Sebenarnya aku tidak ingin menceritakan hal ini ke publik, tapi sepertinya ini sudah keterlaluan. Jeffry Tanubrata! Dia pernah berusaha memperkosa anakku, bahkan dia pernah menawarkan sejumlah uang padaku untuk membeli Evelyn!! Aku bisa menunjukkan bukti transfernya jika kalian mau!! Evelyn memang bukan putri kandungku, dan berkali-kali ia sudah berkata padaku bahwa ia menginginkan uang dari Jeffry dan bersedia dibeli oleh artis itu! Tapi sebagai seorang ayah, aku tidak mungkin tinggal diam begitu saja dan membiarkan laki-laki itu menghancurkan putriku bukan???”
    Tiba-tiba televisi dimatikan dan Evelyn menoleh ke arah Jeffry yang baru saja kembali membawa makan siang untuk mereka berdua.

    “ ..... kita sudah memprediksi hal seperti ini akan terjadi. ..... dan aku sudah bilang, semua akan berakhir dengan baik.” sahut Jeffry sambil memeluk Evelyn dari belakang.
    “ ...... bagaimana mungkin ini bisa berakhir dengan baik? ..... Jeffry, ..... ia menuduhmu sebagai seseorang yang berusaha memperkosaku dan membeliku dengan sejumlah uang!!”
    “ Aku tidak peduli dengan tuduhan palsu seperti itu!! ..... tunggu sebentar lagi, dan kita akan meluruskan semua hal itu. ..... kuatkan hatimu, klarifikasi yang akan kita berikan mungkin akan melukaimu juga....”
    “ Aku tidak peduli! Cepat lakukan klarifikasi dan jangan biarkan masyarakat mempercayai perkataannya sedikitpun!!”
     
  16. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Chapter 13 - Final Love

    Daniel tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan tenang setelah Michael meneleponnya dan memberitahu hal yang sedang terjadi sekarang.
    Terlebih lagi bawahannya di kantor memberi kabar kalau di luar kantor mereka sudah menunggu puluhan reporter yang siap mengajukan pertanyaan pada putra sulung keluarga Tanubrata itu.
    Daniel langsung terpikir lokasi apartmentnya, jangan-jangan wartawan pun sibuk mengerubungi apartmentnya dan Monica terjebak di sana tidak bisa keluar.
    Ia mengeluarkan handphone-nya dan menelepon ke kantor.

    “ Halo? Ini Daniel.... coba kalian keluar dan katakan pada wartawan wartawan itu aku akan datang ke kantor 1 jam lagi, bilang agar mereka memberitahu semua rekan-rekan wartawan agar berkumpul di depan kantorku sekarang.”
    “ T-Tapi, Pak---“
    “ Sudah, lakukan saja jangan banyak tanya!”
    Ternyata rencana Daniel berhasil, para wartawan yang tadinya berkumpul di apartmentnya lenyap dalam sekejap. Mereka semua pasti sudah mendengar berita bahwa Daniel akan tiba di kantornya dan semua berlomba-lomba menunggu Daniel di kantornya.

    Daniel naik ke apartmentnya dan mendapati apartmentnya sudah kosong. Monica tidak ada di manapun dan gadis itu tidak mengangkat telepon darinya.
    Sesaat sebelum Daniel kembali meninggalkan apartmentnya, ia melihat secarik kertas dengan tulisan di atas meja dapur.
    Ia mengambil kertas itu dan membacanya perlahan.

    “ Daniel, maafkan aku tidak memberitahumu langsung. Aku takut tidak bisa merangkai kata yang tepat dan akhirnya malah membuatmu marah. Aku sudah memikirkan ini baik-baik, dan aku setuju bahwa satu-satunya cara agar kita berdua bisa menikmati moment-moment menyenangkan ini selamanya adalah dengan menjadi teman baik.....
    Aku akan berusaha menjadi teman terbaikmu, dan agar hatiku tidak berpikir yang bukan-bukan lagi mengenaimu, maka aku sudah memutuskan untuk memberi pagar pada hatiku itu.
    Aku tahu kau tidak akan senang mendengar ini, tapi Garry ingin agar aku kembali padanya. Aku tahu dia laki-laki menyebalkan, tapi kurasa ini yang terbaik untuk kita bertiga bukan? Dengan ini maka aku tetap bisa menjadi teman terbaikmu.
    Doakan semuanya bisa berjalan dengan lancar ya.
    Aku akan menghubungimu lagi setelah urusanku dengan Garry selesai.”

    Daniel meremas kertas pesan itu dan melemparkannya ke sudut ruangan dengan kesal.
    “ Brengsek!! .... sebenarnya apa yang ada di pikiran gadis itu?! ..... teman terbaik? .... kembali pada keparat itu??”
    Tapi Daniel tidak punya waktu untuk berlama-lama di sana. Ia harus segera menemui Michael dan membahas rencana mereka selanjutnya.

    *****

    Jennifer berada untuk pertama kalinya di kantor suaminya bekerja. Ia duduk sambil tidak berhenti meremas kedua tangannya karena cemas.
    “ ...... papamu tidak akan senang mendengar pemberitaan besar- besaran tentang Jeffry dan juga tentang keluarganya.” sahut Jennifer.
    Michael tersenyum, ia bersikap begitu tenang dan santai.

    “ Biar aku yang menghadapi papa, ...... aku belum sempat membalas atas apa yang sudah papa lakukan terhadap kita bukan?”
    “ Kau masih sempat bercan----“
    Kalimat Jennifer terputus saat pintu ruangan Jennifer terbuka dan papanya berjalan masuk dengan wajah penuh kemarahan.
    Ia tidak berkata apapun dan langsung berjalan menghampiri Michael dan menampar putra keduanya ini dengan keras.

    “ APA KAU BILANG? KAMI BERTANGGUNG JAWAB ATAS PENCULIKAN ITU?!! APA KAU MENGGUNAKAN OTAKMU UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN WARTAWAN ITU?!!” seru papanya dengan suara menggelegar.
    Jennifer terbelalak dan buru-buru menghampiri Michael dan berdiri di sampingnya.
    “ ...... sebentar lagi aku akan mengadakan konferensi pers berskala besar untuk Jeffry, kami akan mengklarifikasi segala tuduhan yang diarahkan padanya!”
    “ KAU ADALAH WAJAH TANUBRATA GROUP !! KAU ADALAH KEPALA DARI PERUSAHAAN INI!!”
    “ Aku mengerti kenapa papa begitu marah dan kecewa terhadap jawabanku. Tapi aku tidak ingin ada kebohongan yang disebarkan pada media. Terkait dengan dampak yang kutimbulkan terhadap perusahaan, aku meminta maaf dan aku siap mengundurkan diri kapanpun papa memintanya.”
    “ Mengundurkan diri??? Michael!!!” seru papanya semakin kesal.
    “ Dibanding perusahaan ini, dibanding nama baik perusahaan ini, aku lebih memilih keluargaku, .... aku lebih memilih untuk melindungi kebahagiaan Jeffry..... sudah cukup aku mengorbankan kebahagiaan orang yang kucintai demi perusahaan ini, Pa.” sahut Michael sambil merangkul Jennifer.
    “ Kau ingin membalas dendam pada papa atas kejadian 6 tahun yang lalu! Baik, papa mengerti maksudmu. Apakah papamu ini harus bersujud meminta maaf padamu baru kau bisa menarik semua pikiran bodohmu barusan?!!!”

    “ A-Ada 1 hal yang bisa papa lakukan.... jika papa ingin Michael tetap bekerja dan memimpin TANUBRATA GROUP.” sahut Jennifer membuka mulutnya untuk pertama kali pada mertua yang tidak ia sukai itu.
    “ Diam! Kupikir keputusanku untuk menjodohkanmu dengan Michael adalah keputusan yang tepat, tapi ternyata kau yang membuat keluarga kami terpecah seperti ini!!”
    “ Aku tidak peduli jika papa membenciku. ..... tapi jika papa ingin Michael tetap berada di sini, maka papa harus menyetujui apapun pilihan Jeffry..... apapun yang akan ia katakan pada konferensi pers nanti, papa akan menyetujuinya.” sahut Jennifer dengan mantap.
    Michael tersenyum getir sambil menatap istrinya yang berkata dengan sangat berani itu.
    “ Hal gila apa lagi yang akan dilakukan adikmu nanti?!” seru papanya.

    “ Ia hanya akan melamar gadis yang ia culik. Kau akan segera mendapatkan menantu baru, Pa.” sahut Daniel yang baru saja tiba di kantor adiknya itu.
    “ Daniel, kau juga terlibat pada hal bodoh yang dilakukan kedua adikmu ini?!!”
    “ Maaf, Pa. Sejak dulu aku selalu berpihak pada mereka dibanding pada papa.” jawab Daniel sambil tersenyum sopan pada papanya.
    “ Ini gila!! Apa kau tidak mendengar pemberitaan tentang gadis itu? Seluruh masyarakat melihatnya sebagai gadis gampangan yang bisa dibeli dengan uang!! Dan kau ingin putraku menikah dengan gadis semacam itu?!!”
    “ Papa hanya perlu tahu kalau Evelyn bukanlah gadis seperti itu, dan putra bungsu papa sangat tergila-gila dan tidak bisa hidup tanpa gadis itu.” jawab Daniel tenang.

    Papanya menatap Michael dengan tatapan serius.
    “ Kau pikir ancaman seperti ini berguna untukku? Jika kau tidak bekerja di sini, apa yang akan kau lakukan?!”
    “ Michael dan otaknya bisa melakukan apapun yang ia inginkan, Pa. Aku akan dengan senang hati membantunya membuka perusahaan baru jika itu diperlukan.” sahut Daniel, kembali mengakhiri kalimatnya dengan senyuman sopan.
    Papanya mendengus kesal dan berjalan keluar dari ruangan. Belum pernah ia merasa begitu dikhianati oleh ketiga putranya sekaligus seperti ini.

    *****

    Michael sengaja menyiapkan ballroom terbesar di hotel ternama sebagai tempat penyelenggaraan konferensi pers. Jeffry dan Evelyn akan tiba dalam 1 jam dan semua persiapan telah rampung.
    “ Kau benar-benar melakukannya dengan style seorang CEO, good job!” seru Daniel sambil menepuk pundaknya.
    “ Entah apakah aku masih bisa menjadi seorang CEO setelah ini semua.” jawab Michael sambil menyeringai.
    “ Kurasa itu bukanlah soal lagi untukmu, ..... aku bisa melihat kalau kau sudah mendapatkan hati istrimu sekarang.” bisik Daniel.
    Mereka berdua mengarahkan pandangan pada Jennifer yang sedang sibuk mengkoordinasi staff hotel untuk memastikan semua persiapan telah disiapkan sebaik-baiknya.
    “ Rasanya aku baru merasakan bagaimana keajaiban itu bekerja, ..... saat aku mendengar Jennifer mengatakan bahwa ia mencintaiku lagi, setelah begitu banyak yang kami alami selama 6 tahun terakhir.”

    Daniel menghela napas.
    “ Apakah mencintai seseorang itu begitu menyenangkan?”
    “ Mencintai seseorang yang juga mencintai kita, itu baru menyenangkan, Kak. ..... mama mencintai papa dengan segenap hatinya, tapi papa tidak mencintai mama, .... maka yang ada hanyalah tragedi bukan?”
    Daniel kembali menghela napas.
    “ ..... mencintai seseorang yang juga mencintai kita, ..... apakah sesederhana itu untuk bisa merasakan kebahagiaan?” gumamnya pada dirinya sendiri.

    Jeffry tiba dengan Evelyn dan pengawalan ketat terus mengiringi mereka hingga masuk ke dalam lift.
    Jeffry menggenggam tangan Evelyn seerat yang ia bisa.
    “ ..... Jeffry, .... bagaimana jika masyarakat tidak menerima klarifikasi dari kita?”
    “ Aku akan membuat mereka menerimanya. ..... aku tidak akan mengijinkan hal buruk terjadi lagi padamu di hari ini. Aku berjanji.”

    Pintu lift terbuka dan kedua kakak serta kakak ipar Jeffry menyambut mereka dengan senyuman lebar.
    “ Jeffry, lakukan yang terbaik! Kami akan terus mendukungmu, oke?” sahut Michael.
    “ Tersenyumlah sedikit, adik kami bukanlah pria yang buruk hingga kau harus memasang tampang depresi seperti ini.” sahut Daniel berusaha bercanda agar Evelyn berasa rileks.
    “ ..... setelah ini semua berakhir, Kak Daniel harus meminta maaf padaku.” sahut Evelyn.
    “ Aku? Meminta maaf padamu? Kenapa??” tanya Daniel bingung.
    “ Karena kau sudah berbohong padaku. .... kau tidak tahu bagaimana takutnya aku saat kau bilang Jeffry mencoba untuk bunuh diri...”
    Jennifer menyikut kakak iparnya itu sambil mengomel melanjutkan Evelyn.
    “ Ckckckck, kau memang paling pintar berbohong, Kak Daniel.”
    Daniel meringis dan mengangkat kedua tangannya menyerah.

    Ini pertama kalinya Evelyn merasakan bagaimana rasanya saat ratusan blitz kamera menghantamnya seiring langkahnya menaiki panggung. Ia mengganggam tangan Jeffry dengan lebih kencang, berharap kekuatannya akan bertambah dengan cara itu.
    “ Selamat malam, rekan-rekan pers dan media yang sudah menyempatkan untuk hadir. Seperti yang kalian lihat, konferensi pers kali ini adalah konferensi pers yang luar biasa, bagiku maupun Evelyn. Kami akan memberikan seluruh kebenaran yang selama ini ditutup-tutupi dari media. Tidak ada 1 pun kebohongan yang akan kami tutupi atau kami keluarkan dari mulut kami malam ini.”

    Jeffry memberi tanda pada Jennifer yang langsung menampilkan foto-foto yang sudah disiapkan sebelumnya. Dalam waktu singkat foto-fotonya bersama dengan Evelyn terpampang jelas di layar raksasa ballrom tersebut.
    “ Foto ini diambil 4 tahun yang lalu. Saat itu adalah tahun pertama kami mulai berpacaran, tepatnya saat kami bertemu dan berkenalan di universitas yang sama.”
    Beberapa foto kebersamaan Jeffry dan Evelyn terus bermunculan di layar raksasa itu.

    “ Kami sudah lama saling mengenal, dan bahkan kami sudah berpacaran sejak lama, bahkan sejak aku belum memulai debutku sebagai seorang aktor. Evelyn adalah seorang gadis biasa yang jatuh cinta pada seorang laki-laki biasa yang akhirnya memutuskan untuk menjalani jalan sebagai seorang yang luar biasa. Seperti yang kalian ketahui, aku mempunyai latar belakang keluarga yang luar biasa, semua hal yang aku lakukan selalu menjadi pemberitaan menarik karena apa latar belakang keluargaku. Tapi berbeda denganku, Evelyn berasal dari keluarga yang tidak sempurna. ..... aku tidak berusaha untuk mengekspose ketidakberuntungan seseorang, tapi hal ini penting untuk diketahui seluruh khalayak.
    Evelyn tinggal bersama ayah tirinya setelah mamanya menikah lagi. Pernikahan itu tidak bahagia dan mama Evelyn memutuskan untuk meninggalkan keluarganya, termasuk Evelyn, hingga Evelyn harus tinggal berdua saja dengan ayah tirinya sejak 10 tahun yang lalu. Kenyataan ini sudah aku ketahui sejak kami berpacaran dan menurutku tidak ada yang salah dengan itu.
    Ternyata Evelyn menutupi sesuatu yang sangat penting dariku, sesuatu yang baru kuketahui sekarang. Bahwa ia hidup di bawah tekanan baik secara mental maupun fisik dari ayah tirinya.”

    Jeffry berhenti sejenak dan menoleh menatap Evelyn dalam-dalam. Evelyn balas menatapnya dan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum sendu.
    “ ...... Evelyn tinggal di bawah paksaan untuk melunasi uang ayah tirinya yang dibawa kabur oleh mamanya.... selama ini Evelyn berusaha untuk menabung demi melunasi hutang-hutang mamanya tersebut.... memiliki latar belakang seperti itu, membuat Evelyn memutuskan hubungan secara sepihak denganku. Ia tidak ingin hal-hal itu diketahui khalayak publik, terutama setelah aku memulai karirku sebagai seorang aktor.
    Kami sempat tidak saling berhubungan selama 2 tahun, aku sempat membenci Evelyn karena tiba-tiba ia menghilang tanpa kabar berita. ...... hingga akhirnya tanpa sengaja kami bertemu lagi karena Evelyn menandatangani kontrak kerjasama dengan agensi yang sama denganku. Hubungan kami yang telah menyisakan kesalahpahaman sejak awal itu hanya membuat kami saling melukai di awal-awal perjumpaan kami.... namun aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, hatiku masih mencintai gadis ini...
    Aku memohon pada sutradara Joshua Landau untuk memberikan kesempatan pada seorang model pendatang baru yang belum memiliki pengalaman apapun untuk bisa terlibat dalam proses pembuatan film terbaruku, semata-mata karena aku ingin menciptakan kesempatan bersama dengan Evelyn.... Di saat itu aku baru mengetahui bagaimana perlakuan ayah tirinya terhadapnya selama ini.”

    Gambar di layar raksasa itu berganti dengan foto sebuah bukti transfer langsung dari rekening Jeffry ke rekening ayah tiri Evelyn.
    “ ..... saat aku mengetahui bahwa Evelyn menerima perlakuan yang tidak semestinya karena hutang yang melilitnya, maka aku mengambil inisiatif untuk melunasi hutang Evelyn pada ayah tirinya. Fakta ini yang kemudian diputarbalikkan menjadi pembayaranku atas Evelyn. Untuk apa aku membeli seorang gadis yang mencintaiku sama seperti aku mencintai dirinya? Aku hanya tidak ingin Evelyn terus menerus menerima perlakuan yang tidak semestinya dan hidup dalam bahaya hanya karena sejumlah uang yang bisa dengan mudah kuberikan. ..... pemberitaan yang beredar bahwa aku menculik Evelyn dari rumahnya, itu adalah kebenaran. Aku memang membawa Evelyn keluar dari rumah itu, aku tidak peduli jika itu berarti aku harus menculiknya. Aku tahu bahwa Evelyn sempat memberikan pernyataan mengejutkan di media tentang hubungan kami, itu semua pernyataan yang ia buat di bawah tekanan ayah tirinya yang memang tidak menyukaiku sejak awal. Ayah tiri Evelyn mengancam akan menyebarkan pemberitaan tidak berdasar atas namaku jika Evelyn tidak kembali ke rumahnya. Tentu saja semua akan bertanya-tanya kenapa ayah tiri Evelyn begitu tidak menyukaiku.... itu karena aku pernah memukulinya, ia menderita luka yang cukup parah akibat pukulanku saat itu. ..... Tentu saja semua akan bertanya-tanya kenapa aku memukulinya saat itu. ..... aku memukulinya karena aku melihat dengan kepalaku sendiri saat keparat itu akan memperkosa Evelyn di rumahnya!!”

    Suasana ballroom menjadi riuh setelah kalimat terakhir yang diucapkan Jeffry itu. Ratusan reporter berteriak-teriak mengajukan pertanyaan pada Jeffry dan Evelyn di atas panggung.
    Jeffry kembali merangkul Evelyn, berusaha untuk menyalurkan kekuatan bagi gadis itu. Ia terkejut ketika Evelyn mengambil microphone dari tangannya dan mulai berbicara dengan suara bergetar.

    “ .... S-Selamat malam, aku Evelyn. .... Pertama-tama aku ingin meminta maaf untuk pemberitaan yang pasti sangat mengejutkan bagi semua fans Jeffry dan juga untuk pihak keluarga besar Jeffry. Sejak awal aku menyadari bahwa aku dan hidupku akan memberikan beban yang berat bagi Jeffry. Aku memberikan kebebasan pada Jeffry untuk tidak terikat denganku, ..... tapi sepertinya itu bukan pilihan yang bijak bagi kami berdua. Sudah begitu banyak yang dilakukan terutama oleh kakak - kakak Jeffry, hingga kami berdua bisa berdiri di sini dan memberikan kebenaran pada semuanya. Adalah benar bahwa aku menerima perlakuan yang tidak semestinya dari ayah tiriku, dan .... aku ingin membuka lembaran hidupku yang baru, bersama orang yang kucintai.... “ sahut Evelyn dengan berurai air mata.
    Jeffry memeluk Evelyn dan ia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam jasnya.

    Evelyn terkesiap melihat sebuah cincin dikeluarkan Jeffry dari kotak kecil itu. Laki-laki itu menatapnya dengan lembut dan berkata sambil berbisik.
    “ ..... Aku tidak peduli bagaimana penilaian orang terhadapmu sekarang, bagaimana penilaian orang terhadapku sekarang, dan bagaimana penilaian orang terhadap kita sekarang.... aku hanya ingin membuka lembaran hidup yang baru, bersama orang yang kucintai. Menikahlah denganku Evelyn.”
    Evelyn menangis sejadinya sambil mengulurkan tangannya, mempersilakan Jeffry menyematkan cincin itu di jari manisnya.

    Kerumunan wartawan kembali bersorak sorak melihat pemandangan di hadapan mereka itu.
    Evelyn memeluk Jeffry sambil terus menangis.
    Michael mengajak Daniel untuk naik ke atas panggung setelah menilai suasana sudah mulai tidak terkendali.

    *****

    “ Kalian sudah melakukan yang terbaik, biar kedua kakakmu yang menyelesaikan sisanya. Kalian berdua turun dan nikmatilah kebahagiaan kalian.” sahut Michael sambil menepuk pundak adik bungsunya itu.
    Daniel mengulurkan sapu tangannya untuk calon adik ipar barunya sambil tersenyum lebar.
    Michael mengambil microphone dan suasana kembali tenang. Semua orang menantikan kata-kata dari mulutnya.
    “ Kami berdua adalah kakak kandung Jeffry Tanubrata, kami sadar bahwa pemberitaan beberapa hari ini sangat menarik perhatian seluruh rekan pers yang ada di sini. Pada kesempatan kali ini, selain menklarifikasi kebenaran yang sesungguhnya, kami juga ingin berbagi kebahagiaan karena sebentar lagi keluarga besar kami akan memiliki menantu baru, nona Evelyn Winata. Selamat datang di keluarga Tanubrata. Aku mewakili papa yang berhalangan hadir, untuk menyampaikan restu penuh dari pihak keluarga. Dan karena Evelyn telah menjadi keluarga kami, maka kami akan memberikan perlindungan maksimal pada mereka berdua. Kami tidak akan diam dengan seluruh fitnah dan juga tuduhan palsu yang diarahkan pada kami sekeluarga, dan kami akan menyelesaikannya secara hukum dan menutup jalan damai. Sudah terlalu banyak kesedihan yang dialami oleh Jeffry dan Evelyn oleh karena sikap orang tidak bertanggung jawab ini.” sahut Michael dengan tegas.

    Daniel mengambil microphone yang diulurkan Michael padanya dan untuk pertama kalinya membuka suara di depan khalayak ramai.
    “ .... ini mungkin terdengar agak tidak sesuai dengan konteks konferensi pers hari ini, tapi aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengumumkan bahwa ..... sepertinya keluarga Tanubrata tidak akan mendapatkan 1 menantu baru, tapi akan ada 2 menantu baru. Pastikan kau memperlakukan kakak iparmu dengan baik nanti.” sahutnya sambil menepuk pundak Michael yang menatapnya dengan geli.
    “ Aku tahu hal ini akan terjadi cepat atau lambat.” komentar Michael sambil tertawa lepas.

    *****

    Daniel turun dari mobilnya. Suasana sepi di sekitarnya begitu berbeda jauh dengan keriuhan yang baru saja ia saksikan barusan. Setelah masalah Jeffry selesai, ia harus menghadapi hidupnya kembali.
    Baru saja Daniel melangkah keluar dari tempat parkir, ia melihat Monica sedang berdiri di depan lobby apartment. Gadis itu tampak begitu ragu untuk melangkah masuk ke dalam.

    “ ..... Monica!” sahut Daniel sambil berjalan menghampiri gadis itu.
    Monica terkejut dan begitu gugup menghadapi Daniel.
    “ A-Aku sempat menonton konferensi pers Jeffry, walaupun tidak sampai beres.... sepertinya semua masalah akan segera diselesaikan ya, syukurlah kalau begitu.”
    “ Ke mana saja kau seharian ini? Aku mulai berpikir kau ini hantu yang bisa menghilang.”
    “ ...... aku? Aku .... menemui Garry, kami... kami sepakat untuk berhubungan lagi. Meskipun ia memang menyebalkan, tapi .... aku ingin mencoba lagi dengannya.... kau akan menyemangatiku bukan? Kau temanku kan...”
    Daniel menatap gadis di hadapannya dan berkata dengan lembut.

    “ Kau melakukan ini semua karena kau ingin memberi pagar untuk hatimu, dan agar kau berhenti mencintaiku.... agar kau bisa menjadi temanku yang sejati, agar aku bisa terus berada di sampingmu selamanya. Itukah pikiranmu sekarang?”
    Monica mengusap air mata di sudut matanya dan mengangguk.
    “ ..... aku mengerti kalau kau memiliki trauma dan kesedihan masa lalu mengenai cinta, dan aku tidak ingin menaburkan garam ke atas lukamu....”
    Daniel melihat sebuah cincin pada jari manis Monica.
    “ ..... keparat itu memberikan cincin padamu?”
    “ Ini adalah cincin pasangan yang selalu kami kenakan saat kami masih berpacaran dulu ..... karena kami akan memulai kembali, maka kami sepakat untuk memakainya lagi...”

    Monica terkesiap saat tiba-tiba Daniel mengulurkan tangannya dan menyatukan jari-jari mereka berdua.
    Tangan Daniel yang besar dan hangat itu perlahan membuka jari-jari Monica dan menarik keluar cincin dari jari manisnya.
    Cincin itu keluar dari jari manisnya dan terjatuh ke tanah.
    “ ..... D-Daniel....” sahut Monica bingung dengan tindakan Daniel barusan.
    “ ...... seharusnya kau menonton acara konferensi pers itu hingga selesai.” sahut Daniel dengan lembut.
    “ ...... hhm? Apakah ada hal penting di akhir acara tadi?”
    “ Ya, di akhir acara aku memberitakan sebuah berita besar pada seluruh pencari berita itu.... aku mengumumkan bahwa Daniel Tanubrata akan segera menikah.”

    Monica tertegun mendengar perkataan Daniel padanya.
    “ .... m-menikah? .... kau akan menikah....?”
    “ Ya, aku iri melihat kebahagiaan kedua adikku yang sedang dimabuk cinta ..... mereka membuatku melihat kebahagiaan dari dua orang yang saling mencintai, dan itu membuatku sangat iri pada mereka.”
    “ ...... tapi .... tetap saja, bagaimana mungkin kau tiba-tiba menikah...?”
    “ Kenapa tidak? .... Toh aku akan menikah dengan sahabatku sendiri, aku menikah dengan wanita pertama yang membuatku begitu sulit untuk berhenti memikirkannya, wanita pertama yang membuatku sadar bahwa masih ada wanita yang begitu tulus mencintaiku....”
    Monica perlahan mulai mengerti arah pembicaraan Daniel.
    “ .... kau akan .... menikah denganku....?”
    “ Siapa lagi yang akan kunikahi selain dirimu, Monica?” sahut Daniel sambil menarik Monica ke arahnya dan menciumnya dengan lembut.

    ******

    Jennifer berbaring sambil memeluk suaminya dengan damai.
    “ ..... Ah, rasanya lega sekali setelah semua masalah selesai....”
    “ Aku tidak pernah mengira hari ini akan tiba.... saat semua orang begitu bahagia.”
    “ Kecuali papamu, .... aku tidak yakin ia bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Anak bungsunya akan menikah dengan wanita biasa, dan putra sulungnya sebentar lagi juga akan menikah dengan wanita biasa.”

    “ Papa harus kami sadarkan ..... bahwa kebahagiaan bukanlah uang, bukanlah prestasi dan pencapaian, ..... dan cara untuk membuatnya sadar adalah dengan mengecewakannya seperti sekarang.”
    Jennifer menghela napas panjang.
    “ ..... apakah kita bisa hidup berbahagia mulai sekarang?”
    “ Tentu saja, aku sudah punya banyak rencana indah untuk kita berdua, bagaimana mungkin kita tidak berbahagia?”
    “ Rencana indah? Apa saja rencana yang sudah kau buat?”
    “ Hhm.... aku ingin kita kembali memiliki sesuatu yang sudah tidak kita miliki.”
    “ ..... apa itu?”
    “ Aku ingin kita memiliki buah hati kita segera.... aku ingin kita kembali merasakan kebahagiaan itu.”
    Jennifer menatap Michael dengan mata berkaca-kaca dan memeluk suaminya dengan lebih erat.

    *****

    Jeffry berbaring sambil memandangi gadis yang berbaring di sampingnya, masih dengan tatapan tidak percaya.
    “ ..... kenapa kau tidak memejamkan matamu semalaman? Sekarang matahari sudah terbit dan kau sama sekali belum tidur.” sahut Jeffry.
    “ Kau juga begitu.... kenapa kau tidak tidur semalaman dan malah berbaring sambil membuka matamu seperti ini?”
    “ Karena aku takut ini semua terlalu indah untuk jadi kenyataan. .... bagaimana jika semua ini hanya mimpi dan saat aku terbangun aku tidak menemukanmu di sampingku.” jawab Jeffry sambil membelai rambut Evelyn.
    “ Apakah itu salah satu naskah dialog yang pernah kau hafalkan?” goda Evelyn sambil tersenyum geli.
    “ Evelyn, aku tidak pernah menarik apa yang pernah kukatakan.... dan itu berarti aku akan segera menikahimu.”
    “ Apakah papamu benar-benar setuju dengan hal ini? Aku bahkan belum pernah bertemu langsung dengannya.”
    “ Kau harus mulai mempercayai kedua kakakku, seperti aku mempercayai mereka. Saat mereka melakukan sesuatu untukku, mereka tidak pernah melakukannya setengah hati.”

    Evelyn tersenyum sambil mengangguk.
    “ Aku sudah melihatnya kemarin, ..... mereka berdua sangat peduli padamu.”
    “ Selamat datang ke keluarga Tanubrata, ... Evelyn Winata.”
    “ ..... terimakasih sudah memberikanku keluarga yang begitu baik, Jeffry....”

    *****

    Evelyn berada di ruang tunggu khusus mempelai wanita dan berusaha agar tidak terlalu terlihat gugup.
    Jennifer masuk ke dalam ruangan dan tersenyum serta memeluk calon adik iparnya itu.
    “ Kau cantik sekali, tidak heran Jeffry begitu tergila-gila padamu.” puji Jennifer sambil tersenyum lebar.
    “ Kakak juga cantik sekali, tidak akan ada yang percaya kalau kau sudah hampir kepala 3 dengan penampilan kakak seperti ini.”

    “ Benarkah? Salahkan Michael yang tampak 5 tahun lebih muda dari usianya yang sebenarnya. Hal itu membuatku bersemangat untuk selalu tampil maksimal di setiap kesempatan.” gerutu Jennifer sambil tersenyum.
    “ Apakah persiapan Kak Monica sudah selesai?” tanya Evelyn, pesta pernikahan hari ini memang bukanlah pesta biasa, karena ada 2 anggota keluarga Tanubrata yang melepas masa lajangnya bersamaan. Putra sulung dan putra bungsunya.
    Jennifer langsung tertawa mendengar nama Monica disebutkan.
    “ Aku baru saja dari tempat Monica, dan coba kau tebak siapa yang berada di sana dan tidak mau keluar.”
    “ .... Kak Daniel?”
    “ Benar, dia memaksa untuk tetap berada di sana. Dia bilang Monica adalah jenis wanita yang mungkin menghilang jika ia tidak melihatnya dan menjaganya dengan mata kepala sendiri.”

    Evelyn tertawa lepas.
    “ Sepertinya Kak Daniel benar-benar jatuh cinta pada Kak Monica ya. Aku sempat mengira Kak Daniel adalah laki-laki yang tidak ingin menikah selamanya dan terus berpetualang bersama wanita-wanita cantik di sekitarnya.”
    “ Aku juga mengiranya begitu, siapa sangka bahwa untuk menaklukan flamboyan semacam dia hanya dibutuhkan seorang wanita polos dan sederhana seperti Monica.”

    *****

    Monica melirik ke arah Daniel sambil memincingkan kedua matanya.
    “ Apakah kau pikir aku mungkin kabur dengan mengenakan pakaian pengantin seperti ini?”
    “ Tentu saja, bagaimana jika tiba-tiba si keparat itu datang dan menculikmu?” jawab Daniel asal.
    “ Ckckckck.... apakah kalian benar-benar akan bersikap seperti ini 10 menit sebelum pernikahan kalian?” tanya Michael yang dari tadi sudah mulai bosan mendengar pertengkaran kedua pasang mempelai ini.
    “ Michael, kau tidak tahu kalau kakak iparmu ini memiliki jalan pikir yang agak sedikit berbeda dengan orang kebanyakan, dan sebelum aku benar-benar menikahinya secara sah di mata hukum dan agama, aku tidak boleh lengah sedikitpun.” sahut Daniel mantap.

    Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan papa Daniel dan Michael masuk. Untuk pertama kalinya Monica berhadapan langsung dengan mertuanya itu. Monica otomatis berdiri dan membungkuk 90 derajat untuk menyapa.
    “ S-Selamat pagi, ... Pa...”
    “ Pa, ... kau sudah datang?” sapa Daniel dengan agak gugup. Ia tidak menyangka kalau papanya akan benar-benar datang ke acara pernikahannya.
    “ Tentu saja aku harus datang. Kedua anakku menikah dengan gadis yang sudah tidak memiliki keluarga lagi. Siapa lagi yang akan mengantar mereka ke altar jika bukan aku?”

    Monica menatap papa mertuanya itu dengan tatapan nanar, dan tiba-tiba ia menghampiri papa mertuanya dan memeluknya dengan hangat.
    “ Terimakasih, Pa ..... Terimakasih.”
    Daniel dan Michael saling bertukar pandangan dan Michael berbisik.
    “ Kurasa kau benar soal itu. .... kakak ipar memang memiliki jalan pikir yang agak berbeda dengan orang kebanyakan.”
    Daniel mengangguk sambil berdoa papanya tidak memberikan reaksi negatif pada Monica.
    Papanya menatap calon menantunya sambil menghela napas panjang.

    “ Daniel adalah putraku yang mandiri dan bisa mengatur hidupnya sendiri dengan baik. Ia sudah membuktikan bahwa ia bisa menjadi seorang Tanubrata yang hebat tanpa bantuanku. Aku harap kau bisa senantiasa mendampinginya dan tidak meninggalkannya sendiri. Ia adalah anak yang tidak bisa kubesarkan dengan sempurna, karena itu..... perlakukan dia dengan baik.”
    Monica menatap Daniel dengan hangat dan menganggukkan kepalanya dalam-dalam.
    “ Daniel memperlakukanku dengan sangat baik, Pa.... mustahil aku meninggalkannya sendiri, ..... aku akan terus mendampinginya, bahkan aku akan melekat padanya seperti permen karet.”
    Papa Daniel tersenyum geli mendengar jawaban calon menantunya itu dan mengangguk puas.

    Daniel dan Jeffry berdiri dengan gagah di depan altar. Keduanya sudah tidak sabar melihat calon istri mereka dan mengucapkan janji setia mereka.
    Tidak lama Monica berjalan masuk sambil menggandeng lengan papa mertuanya, diikuti Evelyn yang masuk sambil menggandeng lengan Michael.
    Kilatan lampu kamera kembali menghujam proses pernikahan ini sementara tidak ada satupun keributan ataupun kasak kusuk di antara para undangan. Semuanya menikmati prosesi pernikahan ini dengan khidmat dan semuanya berusaha untuk mempercayai bahwa keluarga Tanubrata akan menikahkan kedua putranya dengan gadis sederhana dan tanpa nama keluarga.

    ******

    2 Tahun Kemudian ....​


    Jennifer masih menatap adonan kue di hadapannya dan tidak habis pikir kenapa adonan ini begitu tidak berbentuk padahal ia sudah menghabiskan waktu berjam-jam menuruti setiap langkah yang ditulis pada resep.
    Michael sedang berbaring santai di sofa sambil memeluk putri mungilnya yang dengan mudah tertidur di pangkuannya.
    “ Jennifer, sepertinya kau harus mengakui kalau kau tidak terlalu berbakat dalam memasak. Lebih baik kau undang Evelyn dan minta dia yang menyelesaikan kue ulang tahun Susan.” celetuk Michael.
    “ Michael, Susan adalah putri kita, bagaimana mungkin aku tidak membuatkan kue ulang tahunnya dengan tanganku sendiri??”
    Michael tertawa.
    “ Susan akan bersyukur jika tantenya yang membuatkan kue dan bukan mamanya.”
    Jennifer mencibir dari jauh dan tetap berjibaku dengan adonan kue di hadapannya.

    Michael meletakan Susan di atas tempat tidur bayi dan berjalan menghampiri istrinya. Ia melihat resep itu di atas meja dengan seksama dan berkata.
    “ Apakah kau sudah memasukkan baking powder?”
    Jennifer terdiam dan berpikir sejenak kemudian menepuk kedua tangannya.
    “ Ah!! Baking powder!! Pantas saja adonanku tidak mengembang!!”
    Michael menghela napas, ia menggulung kedua lengan kemejanya dan membantu Jennifer memperbaiki adonan kue yang hampir gagal itu.

    Jennifer memperhatikan Michael yang sedang ikut-ikut membuat kue di sampingnya sambil tersenyum geli.
    “ Kurasa kita tidak perlu repot-repot mengajak Evelyn kemari untuk membuat kue, kurasa Michael-ku sudah lebih dari cukup untuk membuat kue dengan baik.”
    “ Apakah kau sedang mengejekku?”
    “ Hahahaha, harus kuakui kalau tidak ada 1 hal pun yang tidak bisa kau lakukan. Ah, aku harus menyombongkan hal ini pada Kak Monica besok. Ia mengeluh karena Daniel selalu membuat dapur mereka nyaris kebakaran saat ia memasak.”
    “ Hahahahaha, Kak Daniel memasak??”
    “ Sepertinya Kak Daniel hanya bisa membuat spagetti, selain itu, ia hanya bisa membuat kebakaran di dapur.”
    Michael tertawa membayangkan kakak sulungnya yang menak itu masuk ke dapur untuk memasak.
    “ Aku rasa ia masuk ke dapur bukan karena ia ingin membuat kebakaran di dapur, ia ingin Kak Monica beristirahat cukup, Kak Monica baru saja melahirkan.”
    “ Aku berharap anak mereka tidak terlalu mirip dengan Kak Daniel.” kelakar Jennifer diikuti tawa Michael.

    Sore itu Jennifer, Michael, dan putri mereka Susan menghabiskan waktu di taman belakang rumah baru mereka.
    Setelah Susan cukup besar, mereka memutuskan untuk pindah dan membeli sebuah rumah yang memiliki taman di belakang rumah.

    Jennifer menyandarkan kepalanya sambil berbaring dan tersenyum memandang Susan.
    Susan membelai pipinya sambil menarik tangan papanya.
    “ Kenapa Susan? Kau ingin papa membelai pipi mamamu? Papa sudah sering melakukan itu, jika tidak mamamu tidak akan mau tidur.”
    “ Ckckck, tidak bisakah kau menuruti keinginan putrimu tanpa mengeluh?”
    Michael tersenyum dan membelai putri istri serta putri mereka dengan lembut.
    “ Ah, rasanya kehidupanku sudah lengkap sekarang.” sahutnya sambil tersenyum lebar.

    *****

    Jeffry dan Evelyn sedang terlibat dalam perdebatan di taman agensi mereka. Beberapa artis yang bernaung di dalam agensi yang sama dengan mereka sibuk menonton bagaimana kedua pasang suami istri ini bersilat lidah.

    Jeffry membaca naskah film yang disodorkan Evelyn dan menjawab dengan ringan.
    “ Pokoknya tidak.”
    “ Jeffry! Film ini adalah film yang sangat baik! Lagipula ini film Sutradara Joshua Landau yang pertama sejak ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia 2 tahun yang lalu, bukankah ini kesempatan yang baik??”
    “ Aku sudah melihat naskahnya dan menurutku ini adalah jenis film yang harus kau hindari sekarang.”
    “ Kenapa? Kenapa??” protes Evelyn sambil merengek.
    “ Evelyn, film ini menuntutmu harus melompat dan berguling-guling! Apakah kau pikir aku akan mengijinkanmu melompat dan berguling-guling dengan anak di dalam perutmu?? .... lagipula ada beberapa kissing scene di sini dan aku bahkan tidak ingin membayangkannya.” gerutu Jeffry sambil mencibir.
    “ Ki-Kissing scene??! Berapa puluh kissing scene yang sudah kau lakukan dalam 2 film terakhirmu?! Dan aku bahkan tidak protes apapun mengenai itu!”

    Jeffry melirik ke kiri dan ke kanan dan menyadari bahwa mereka sedang menjadi tontonan dan orang-orang di sana sedang tersenyum geli memandang ke arah mereka.
    “ Evelyn, bagaimanapun aku tidak akan mengijinkanmu bermain film seperti ini, pilih film lain yang menuntutmu untuk duduk diam atau mati suri sepanjang film.”
    Evelyn menatap Jeffry dengan kesal sambil melihat Jeffry melangkah pergi begitu saja.

    “ Evelyn.”
    Evelyn menoleh dan melihat direktur agensinya menghampirinya.
    “ Ah, selamat pagi, Pak.”
    “ Kulihat sepertinya kita harus menolak tawaran dari sutradara Joshua Landau ya.”
    “ Jeffry ini benar-benar! .... sepertinya begitu....” sahut Evelyn sambil menghela napas panjang.
    “ Aku tidak pernah melihat Jeffry begitu protektif pada seseorang sebelum aku melihatnya memperlakukanmu seperti ini. Ia pasti sangat mencintaimu, bagaimanapun sepertinya agak sulit jika kau ingin melebarkan sayapmu pada dunia perfilm-an. Tapi aku punya jalan keluarnya.”
    “ Jalan keluar?”
    “ Aku sudah mendapatkan kontrak iklan ekslusif untukmu. Iklan tentang produk kehamilan, sangat cocok dengan dirimu yang memang sedang hamil bukan? Produk ini bukan hanya dijual di Indonesia tapi juga di sepanjang Asia Pacifik, iklan ini akan dibuat menjadi sebuah iklan global. Bagaimana?”
    Evelyn terbelalak terkejut mendengar berita baik itu.
    “ Jeffry pasti senang sekali mendengar itu!!” seru Evelyn.

    *****

    Daniel memandangi foto istri dan anak pertama mereka dengan penuh rasa bangga.
    Sesekali ia tersenyum sendiri dan mengingat bagaimana Monica tiba-tiba muncul dalam hidupnya dan membuat begitu banyak keajaiban.
    “ Aku mulai kuatir melihatmu tersenyum sendiri seperti itu.” sahut Monica datang menghampiri Daniel sambil menyerahkan Nathania ke pangkuan papanya.

    “ Apa kabar anakku yang paling lucu ini? Kapan kau akan memanggilku papa?” sahut Daniel sambil memandangi wajah putri mereka.
    “ Dia baru berusia 2 bulan, apa kau tidak bisa lebih bersabar untuk menunggunya memanggilmu papa?”
    Daniel tersenyum sambil merangkul istrinya.
    “ Aku melihat undangan di atas meja dan perasaanku tidak enak karena itu.”
    “ Kau sudah melihat undangan dari Garry? Ia akan menikah dengan salah satu direktur wanita di perusahaan tempatku bekerja dulu. Bukankah itu luar biasa?” sahut Monica sambil tertawa.

    Daniel memasang tampang masam dan menjawab.
    “ Ya, setidaknya keparat itu tidak akan menghabiskan waktu untuk mencoba mendapatkanmu lagi sekarang.”
    “ Kau harus berhenti memanggilnya keparat mulai sekarang. Aku tidak ingin anakku mendengar papanya bicara kasar seperti itu.”
    “ Oya, sepertinya liburan keluarga yang sudah kita rencanakan sejak lama harus dibatalkan.”
    Monica terkejut dan wajahnya langsung berubah murung.
    “ Liburan kita ke Jepang akan dibatalkan lagi? Kenapa??”
    “ Michael dan Jennifer juga sudah mengomel mendengar kabar ini, tapi yang jelas ini bukan salahku. Kali ini yang salah adalah Jeffry. Ia tidak mengijinkan Evelyn naik pesawat dengan usia kehamilannya yang baru menginjak 2 bulan. Paranoid.”

    Monica tertawa.
    “ Jangan mengatai Jeffry seperti itu, saat aku hamil muda dulu juga kau bertingkah sangat aneh dan paranoid hingga aku kesal dibuatnya.”
    “ Aku?? Kapan??”
    “ Kau selalu saja tidak mau mengakuinya.” gerutu Monica sambil mencium pipi putri cilik mereka.
    “ Oya, aku sudah meminta para tukang itu untuk menyelesaikan rumah kita di akhir tahun ini. Sebentar lagi Nathania kecil akan segera memiliki tempat bermain dengan hamparan rumput yang luas dan kita bisa memelihara beberapa anjing di sana.”
    “ Lagi-lagi kau menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak terlalu penting. .... sejak menikah denganmu, aku baru mengerti kenapa orang-orang begitu iri padaku.”
    “ Kenapa? Karena suamimu adalah laki-laki paling tampan di Indonesia?”
    “ Karena kau begitu boros dan menghambur-hamburkan uangmu!” timpal Monica.
    “ Aku rela menghambur-hamburkan seluruh uangku jika itu untuk keluarga kita. Bukankah sudah kubilang? Kita akan hidup bahagia selamanya.”

    Monica tersenyum dan kali ini ia berjinjit dan mencium pipi suaminya.
    “ Terimakasih sudah menikah denganku.”
    “ Terimakasih sudah mencintaiku.... aku harap kau akan semakin mencintaiku setiap harinya.” sahut Daniel sambil mencium kening Monica dengan lembut.

    The End
     
  17. Blance Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 7, 2014
    Messages:
    72
    Trophy Points:
    22
    Ratings:
    +18 / -0
    ceritanya bagus.. bisa bikin senyum-senyum sendiri.. walau kadang ada beberapa kalimat yang masih acak-acakan dan huruf yang gak pada tempatnya.. tapi bagus kok ^o^
     
  18. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    Thank youuuuuu..... it means a lot !!! ^_^
    Evaluasinya diterima dengan baik dan akan terus ditingkatkan untuk cerita2 selanjutnya.... hehehehe

    Tar dibaca n dikomentarin lg yaaa.... :) :) :)
    Thank you ^^
     
  19. Blance Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 7, 2014
    Messages:
    72
    Trophy Points:
    22
    Ratings:
    +18 / -0
    iya kk.. semangat yaa.. :)

    ditunggu cerita selanjutanya ^o^
     
  20. soraciel Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 27, 2011
    Messages:
    82
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +30 / -0
    bagus ceritanya, bahasanya simple tapi enak dibaca. kayak lagi nonton drama korea wkkwkwkkw, ak baru baca chapter 1 sih hehehe, semangaat yaa fic ini bagus bangeeet
     
  21. paulinalee Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 16, 2013
    Messages:
    38
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2 / -0
    @soraciel Iya, makasih banget ya.... ^^ Ditunggu komentarnya kalo udah beres bacanya.
    Iya, aku emang suka nonton korea jadi ceritanya mirip-mirip ya. hehehe

    Ditunggu cerita selanjutnya yaaa....
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.