1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen No Title - yg harusnya ikutan antho

Discussion in 'Fiction' started by Wateria, Mar 14, 2014.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Wateria M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 15, 2008
    Messages:
    2,760
    Trophy Points:
    147
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,495 / -0
    “Menurutmu apa yang paling menakutkan?”

    Kalimat diatas itu tertulis di papan tulis. Ketua kelas kami yang bernama Heru, mengeluarkan smartphonenya dan mulai mengambil gambar. Tak lama kemudian salah seorang petugas piket mengambil penghapus papan tulis dan mulai menghapusnya.

    Bel pulang baru saja berbunyi. Kebetulan pelajaran terakhir kelas 10C hari Selasa adalah olahraga. Jadi, semua orang keluar dari kelas dan pintu kelas dikunci.

    Aku? Aku memilih tidak mengambil pusing dengan kejadian tersebut. Tidak ada gunanya aku mencoba membantu berpikir. Ideku tidak akan dipakai dan waktu atau tenaga pasti akan terbuang dengan sia-sia. Setidaknya itu yang anime [Hyouka] ajarkan padaku.

    Saat pulang meninggalkan kelas, aku harus melewati beberapa kelas sebelum sampai ke gerbang sekolah. Terdapat 3 kelas dan jaraknya mencapai 1 kilometer. Diantara kelas-kelas tersebut masih terlihat beberapa murid menyelesaikan catatan dari papan tulis.

    ‘Cih’ pikirku saat melewati kelas 10B… ‘Cewek sok rajin!’ aku mempercepat langkahku menuju gerbang sekolah. Rasa benci itu muncul tepatnya dua tahun yang lalu. Saat kami masih SMP dan duduk sebangku.

    Namanya Ria. Orangnya tidak secantik namanya. Arti namanya tidak seperti sifatnya… Sekali lagi setidaknya itu dua tahun yang lalu.

    “Rik… Erik…!” Sebuah teriakan terdengar dari jauh. Saat aku menoleh, ternyata Heru. ‘Kampret!’ Aku menoleh ke arah kelas. Disitu tampak Ria melihat ke arahku. ‘Sial’ geramku dengan kesal.

    Aku melangkah lagi. “Woi budek!” Heru memanggil sekarang dia sudah dua langkah di belakangku.

    “Apaan pedo?” Tanyaku menjawab panggilan Heru.

    “Lu tau enggak yang nulis di papan tulis itu siapa?” Heru sekarang berjalan di sebelahku

    “Gua enggak mau ikut campur… itu kan bukan masalah.” Aku menjawab Heru lagi.

    “Itu masalah, artinya ada yang masuk ke kelas setelah gue kunci pintunya! Artinya, NDS, PSP dan juga IPAD gw terancam bahaya.”

    “Ah, siapa suruh bawa alat-alat yang enggak berguna ke sekolah.” Aku sudah mulai malas menjawab Heru.

    “Makan siang dimana?” Tanya Heru sambil melihat jam tangannya.

    “Di rumah.” Aku melengos pergi.

    Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Ternyata SMS masuk. Kurang lebih beginilah bunyinya.

    “Ikuti ‘Perjalanan Misteri’ oleh Club Misteri jam 6 sore” – by 08119981180

    ‘Apaan ini?’ Aku langsung memasukan lagi smartphoneku ke dalam kantong celana.

    “Bang bakso dua, biasa, pedes.” Aku mengisyaratkan dua kepada abang tukang bakso. Betul saja Heru langsung duduk di sampingku.

    “Heh, katanya makan di rumah.”

    “Kan mau ditraktir sama lu... Lu dapet sms dari Club Misteri ga?”

    “Enggak…tuh, nih gue lagi bbman sama Ruby sejak keluar gerbang.”

    Ruby adalah gebetan Heru dari SD kelas 1. Memang bisa dibilang cinta monyet, tapi mereka lebih mirip gorilla sekarang.

    “Apa yah maksudnya? Mereka invite nya random gitu? Atau emang udah ditargetin yah?”

    “Gue nggk tau cuy… Ah, baksonya dateng. Makan dulu cuy, makan dulu.”

    Aku mulai menambahkan berbagai macam bumbu di atas meja. Dari saos, sambel, cuka, bawang goreng, kecap manis, daun bawang, garem, merica, dan tentunya MSG alias mecin. Seperti tak mau kalah Heru juga menambahkan semua kecuali sambel.

    Setelah selesai menambahkan semuanya itu, aku mengaduk dan mulai menyendok bakso ke mulut…

    Tiba-tiba…

    “Brak…”“Ciiittt…!”“Brakkk…”

    Aku tertabrak sebuah mobil… Mobil Jazz merah… aku tidak bisa menghindar… dan akhirnya aku tergeletak di aspal. ‘Sakit…’ pikirku sambil memejamkan mata.

    Selama beberapa menit aku tidak menyadarkan diri. Heru merangkulku dari aspal dan mencoba meminumkan air ke mulutku. Dari mobil jazz, tampak sepasang kaki keluar dari mobil, memakai rok, gemetar. Aku tak sadarkan diri lagi.




    Sepertinya lama sekali… Gelap… Tidak ada satu suarapun yang memecah keheningan. Sampai akhirnya aku membuka mata. Sebuah teriakan bahagia terdengar, sayup…
    ‘uhhh, berisik sekali…’ Aku memejamkan mataku lagi. Badanku sakit sekali… terutama di bagian kaki.




    Gelap… Kembali gelap… Kali ini gelapnya lebih lama…

    Sayup-sayup terdengar bunyi burung berkicau. Aku mulai berusaha membuka mata.

    ‘Pink? Tempat apa ini?’ itulah yang pertama kali terbesit dalam benakku.

    ‘Aku dimana? Bukan rumah sakit sepertinya? Apa orang tuaku memulangkan aku? Hey, rasa sakit di kakinya sudah hilang.’

    Aku berusaha menggerakkan kakiku, turun dari tempat tidur. Setengah berusaha menyibak selembar selimut yang menutupi setengah badanku. ‘Uh, berat.’ Rasanya seperti menyibak karung goni yang direndam air. Setelah berhasil dengan susah payah akhirnya aku pun duduk di ranjang.

    Aku melihat ke kiri, biasanya ada jam weker disana. ‘Hah? Warna pink juga?’ aku mencoba mengucek mataku. Aku bangkit berdiri. Aku merasa enteng.

    Aku lihat sekelilingku. ‘Astaga, dimana ini?’ Aku bingung dan menutup mulutku dengan kedua tanganku.

    Aku panik, berusaha mencari-cari sedikit informasi mengenai keberadaanku. Aku mulai membuka lemari baju yang ada disana. ‘Baju perempuan’ aku terhenyak, apa yang kulakukan di kamar perempuan. Tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku.

    “Neng…, ayo neng ini sarapan dulu.”

    Dengan panik aku berlari ke pintu dan menguncinya dua kali.

    “Tok…tok…tok…, Non, ayo bangun non. Sudah siang, non masih sakit yah?”

    “Non?”

    Sebelum suara ketukan aku sudah berlari menuju kamar mandi dan mengunci diriku didalamnya. Aku berdiri di belakang pintu kamar mandi dan menarik nafas dalam-dalam. ‘Apa ini? Apakah ini hanya mimpi?’ Kunyalakan air wastafel.

    Aku mulai melihat jariku… ‘Loh kok… ini bukan aku…’ Aku berlari ke arah cermin. Ini wajah Ria! Aku pingsan.




    Aku dibangunkan oleh sebuah suara.

    “Grrr… woff wofff…” ada sedikit bunyi cakaran di balik pintu kamar mandi. Sambil berpegangan dengan wastafel aku mulai bisa berdiri. Kulihat wajahku di cermin. ‘Ini wajah Ria, ini juga tangannya, astaga. Ini juga dadanya…’

    Aku tidak bisa berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak. Aku bingung, sekaligus ingin memanfaatkan kejadian ini. Setelah 5 menit berperang dalam batin, akhirnya aku memutuskan untuk mencuci mukaku dan keluar dari kamar mandi tanpa melakukan apapun.

    “Woff… grrr…”

    “Ehhmmm…, good doggy, good doggy… ayo ayo come to papa…” Anjing apapun yang kuhadapi standar responnya adalah begitu… setidaknya itu yang kupelajari dari komik [Wildlife].

    Anjing itu menggonggong lebih keras lagi… “WOFF.. WOFFF, GRRR…” aku sudah kehabisan ide. Sampai akhirnya sebuah suara memanggil anjing tersebut, “Vero…” anjing itu pun langsung berlari melompat keluar dari lubang di bawah pintu kamar. Aku segera mengambil kain atau apa saja yang kutemukan dari dalam laci baju di wardrobe sebelah pintu. ‘Astaga, ini kan ce-celana dalam dan juga br-br-bra’ tapi rasa takutku akan anjing itu lebih menguasai otak dan tangan ini…

    ‘Beres…’ seketika itu juga ada bunyi suara Ringtone.

    Baby…baby…baby…ohhh…” sepertinya suaranya dari bawah bantal. Aku menghampiri arah suara tersebut, setengah mencari dan akhirnya kutemukan handphonenya…

    “ha..halo?” tanyaku pertama kali saat mengangkat telepon itu.

    “Riaaa…, lu kemana aja tadi nggak masuk? Dapet cokelat tuh dari Rian anak kelas A…”

    “Aa… aku ehm… gue… ah… uhuk uhuk uhuk… hatttchiiing…”

    “Ria, lagi sakit yah? Mau gue buatin surat nanti tanda tangannya pake tanda tangan adek gue si Monol”

    “Bo-boleh. Anu… uhn, tadi siang Erik masuk nggak?”

    “Hah? Si Erik anak kelas C? Oh, dia? Kemaren kan kecelakaan di baso depan sekolah.”

    “Hah? Dimana? Dimana dia sekarang?”

    “Loh, kan elo yang nabrak dia?”

    Dengan spontan aku menutup handphone dan aku berlari keluar dari kamarku. Aku hanya mengambil jaket kecil entahlah apa namanya, tapi tidak muat ku kancing. Aku berlari menelusuri tangga yang menjulang tinggi. Rumah Ria mewah sekali. Sialnya aku kepergok oleh salah seorang pembantu.

    “Neng, mau kemana neng?”

    “Anu, bilang aja aku mau pergi ke rumah temen.”

    “Perlu disiapin pak Tarjo neng?”

    “Nggak usah bi.”

    Pembantu itu mengernyitkan dahi. Aku bergegas untuk keluar dari pintu rumah. Aku mulai berlari, makin lama makin cepat karena entengnya tubuh Ria. Sesampainya di pintu gerbang, kulihat ada sebuah motor terparkir disitu dengan kunci yang masih tergantung.

    Aku mulai menaikinya dan menyalakan mesinnya. “Pak, pinjem.”

    “Neng… NENG! Cicilan belom lunas neng.”

    Aku menarik motornya sampai 90 km/jam. Cepat sangat. Aku panik, aku langsung menuju ke tempat yang paling aman, rumahku. Akhirnya aku sampai di rumah. Rumahku sepi, biasanya lampu menyala, sekarang lampu mati. Akhirnya kupencet bel di gerbang rumahku.

    Keluarlah sosok yang mungil, setinggi pagar besi yang berukuran satu setengah meter, adikku.

    “Kak Riaaa…! Apa kabar??? Sudah lama nggak main kesini.” sosok mungil itu berlari menghampiri aku yang sedang berdiri kebingungan. Dia tidak tahu kalau itu adalah aku.

    “Ko Erik mana? Rumah sakit apa?”

    “RSUD Tarakan.”

    “Uhm, Yosi boleh nggk tolongin kak Ria.”

    “Iya kak?”

    “Tolong ambilin helmnya ko Erik dong. Tuh diatas rak sepatu.”

    Yosi berlari kecil lagi. Dia mengambil helm dan memberikannya kepadaku.

    “Yosi sekarang masuk rumah lagi yah, kunci pintu yang rapet. Kakak mau jenguk ko Erik dulu.”

    “Iya kak…” sekali lagi suara lugu yang menenangkan hati itu terdengar.

    Aku memakai helm nya dan kembali naik ke atas motor. Kunyalakan motornya dan pergi ke rumah sakit.

    Sesampainya di rumah sakit. Aku langsung menuju parkiran motor. Disitu aku melihat mobil orang tuaku di sebelah mobil ambulans. Aku bergegas parkir dan langsung berlari kecil ke dalam rumah sakit.

    Aku langsung mencari bagian informasi.

    “Mbak, mau nanya, pasien yang kemarin masuk ke sini karena tertabrak mobil di ruangan berapa yah?”

    “Ohhh, Bapak Erik? Sekarang sedang di ruangan lantai 1, nomor 5 bangsal yang ketiga.”

    “Terima kasih mbak.”

    Aku langsung bergegas berlari ke lift dan menekan tombol naik. Kulihat masih di lantai 8 dan satu lagi masih di lantai 14. Aku langsung meninggalkan lift dan mencari tangga darurat.

    Aku membuka pintu exit mulai menaiki anak tangga dan tiba-tiba handphonenya berbunyi. “Baby…baby…

    Aku bergegas untuk mengangkat teleponnya. Aku tidak suka Justin Bieber. “Halo?”

    “Ria…! Lagi dimana kamu?”

    “Lagi di rumah sakit.”

    “PULANG!”

    ‘Wow, aku tidak pernah dibentak seperti itu, apalagi oleh orang tuaku.’

    Dengan reflek aku menjawab, “Iya ma. Aku pulang sekarang.” Tapi kakiku berkata lain. Aku terus berjalan, menuju ke ruang nomor 5. Di sepanjang koridor, banyak sekali bangku-bangku yang terbuat dari besi. Tepat di depan ruang nomor 5, tampak ada seorang lelaki tua yang sedang tertidur.

    Aku berjinjit, dengan hati-hati aku berjalan melewatinya. Akhirnya sampai juga ke pintu ruang nomor 5. Bangsal ketiga itu di tengah ruangan. Aku melihat sebuah pemandangan yang tidak bisa kujelaskan dengan kata-kata.

    Aku terbaring di atas ranjang bangsal ketiga. Disampingnya ada ibuku yang memegang tanganku dan menangis. Ayahku juga ada disitu. Beliau memegang pundak ibu dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. ‘Eh…’ Ayahku menoleh ke arah pintu, beliau melihatku.

    Beliau menghampiriku, dengan geram. Belum pernah kulihat ayahku emosi seperti itu. Dia meraih gagang pintu dan akan membukanya. Aku reflek menahan gagangnya dari luar. ‘Sial… tenagaku.’

    Beliau berhasil membuka pintunya dan membentak, “KURANG AJAR. Masih berani datang kemari setelah apa yang kamu perbuat kepada anak saya!” Beliau berhenti… terlihat air mata berlinang dari matanya “Apa salah kami???”

    Air mataku juga ikut meleleh mendengar kalimat terakhir ayahku. Aku langsung berdiri dan berlari. Sekilas terlihat sign toilet, dan kesitulah kakiku menuju.

    Saat kubuka pintu toilet, sebuah kaca besar menghiasi wastafel. Aku menyalakan kran air dan mencuci mukaku. Aku masih berharap semua ini hanya mimpi.
    Setelah membasuh muka dengan kedua tangan. Sebuah suara memanggilku…

    “Sssttt… Erik…”

    Aku membuka mataku dan melihat ke belakang.

    “Sssttt…, disini… di cermin.” Aku menoleh ke arah cermin. Bayanganku bergerak sendiri.

    “Ria?” aku bertanya dengan suara sepelan angin.

    Ria mulai menitikan air mata… dia menangis, sendu rasanya melihatnya begitu.

    “Maafkan aku.”

    “Lalu kenapa aku ada di dalam badanmu?”

    “Itu adalah permintaanku… Aku berdoa agar kita bisa bertukar tempat. Sepertinya doaku dikabulkan.”

    “Apa-apaan ini? Memangnya kamu Tuhan? Aku nggak minta dikasihani sama orang kaya kamu.” Kebencian dalam diriku mulai mengambil alih lidahku.

    “Dengar dulu penjelasanku.”

    “Tak perlu.” Aku berlari keluar dari kamar mandi. Aku langsung berjalan ke arah lift. Kupencet tombolnya, tak lama kemudian pintu lift terbuka. Alangkah kagetnya aku ketika melihat sebuah sosok laki-laki tua yang tadi duduk di depan ruang 5 sudah berada dalam lift.

    “Ayo naik neng?”

    “I-iya pak…” aku maju dan berdiri di sebelahnya.

    “Eneng jenguk siapa?”

    “Itu pak, temen sekolah saya. Kayanya saya yang nabrak dia”

    “Maafin bapak ya neng, bapak tuh tukang bakso yang suka ada di depan sekolah. Kemarin tuh bukan eneng yang nabrak kok… Bapak ngeliat eneng keluar dari mobil, tapi dari pintu sebelah kiri…”

    ‘LOH? Loh loh loh? Kenapa ini? Kalau bukan Ria yang nabrak kenapa Ria yang ngaku?’

    “Ting” Elevator berhenti di B.

    “Pak, saya duluan ya…” aku keluar dari lift itu berjalan beberapa langkah… “Pak waktu itu…” aku menoleh ke belakang dan melihat tukang bakso itu sudah menghilang. ‘Astaga, jangan-jangan aku bertemu dengan hantu?’ aku tidak bisa menahan bulu kudukku… aku takut… tiba-tiba saja tempat itu menjadi dingin…

    Aku berbalik dan berlari… ‘Kamu memang sudah waktunya Erik…’ sebuah suara terdengar sangat jelas dalam kepalaku.

    “Seenggaknya sampai aku kembalikan dlu Ria ke rumahnya.” Aku bergumam pelan… Walau aku benci Ria, tetapi biar bagaimanapun aku adalah laki-laki yang bertanggung jawab, aku harus mengantarkannya kembali ke rumah.

    Aku mengambil helm yg kugantung di spion motor. Aku memakainya di kepalaku… suara itu terdengar lagi, ‘Mengapa kamu menghindar?’. “Demi Tuhan aku tidak berusaha menghindar.” Aku bergumam lagi kecil saat kunyalakan mesin motornya.

    Malam itu aku membawa motor perlahan… Perlahan-lahan agar tubuh Ria tidak masuk angin. Ternyata cardigan ini tidak cukup untuk menahan hawa dingin udara malam. di kerahnya tertulis "Ria's Cardigan".

    Aku sampai di gerbang. Aku membunyikan klakson dua kali, pendek saja, karena tidak mau orang rumah Ria tahu kalau aku sudah pulang. Masih terngiang-ngiang bentakan ibunya Ria di benak ini.

    “Pak, makasih yah motornya.” Aku menyepak standarnya dan memarkirkannya di tempat semula.

    “Iya non Ria, tadi saya dimarahi bapak, katanya mulai besok tidak usah bawa motor lagi kemari.” Pak satpam itu terlihat gelisah dan seperti menunggu aku pergi agar dia bisa mengecek seluruh bagian motor kreditnya.

    “Iya pak, maaf.” Aku melengos pergi.

    Aku pelan-pelan membuka pintu gerbang dan berusaha melihat ke dalam. ‘Sial, ada ibuku… maksudku, ibu Ria…’ aku berjinjit, aku berusaha berputar ke belakang rumah, dan sekali-kali melihat keatas, siapa tahu ada celah agar aku bisa memanjat masuk.

    ‘Ketemu, YES…’ aku bersorak dalam hati. Itu adalah jendela kamar Ria yang terbuka… di depannya ada sebuah pohon tinggi… ‘jelas saja, tadi pagi terdengar suara nyanyian burung.’

    Aku mulai memanjat pohon tinggi itu… ‘Gampang banget nih manjat pake tubuh ini.’ Aku sudah hampir sampai ke dahan paling atas. Sembari bergelantungan pada tangan kananku kucoba meraih daun jendela kamar Ria. ‘hampirrr… sedikit lagi…, dapat!’ aku lepaskan pegangan tangan kananku.

    Hanya dalam hitungan detik aku terjatuh dari dahan. Daun jendela yang kugapai dengan susah payah itu patah. Aku serta merta jatuh ke sebuah semak-semak. Berisik sekali bunyi jatuhanku… ‘Hah? Kok gelap?’

    ‘Terima kasih…, akhirnya kamu kembali, waktumu di bumi sudah habis. Kamu pasti sudah mengucapkan selamat tinggal kepada seluruh orang yang kami kasihi kan?’

    “Apakah ini sebuah permainan? Kalau iya, ini semua tidaklah lucu. Hey! Suara! Tunjukanlah dirimu!” aku menghardik suara dalam benak dengan suaraku. ‘Kamu tidak akan kembali. Relakan saja.’

    “Ta-tapi…” kegelapan itu sudah menyelimutiku… “Sampai jumpa dunia.”

    Tidak sempat aku berkata apa-apa lagi... Aku sudah tidak bisa berpikir, tidak bisa berbicara. Aku sudah mati, ya mati adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan kondisiku saat ini. "Menurutmu apa yang paling menakutkan?" itulah yang terbesit dalam pikiranku.

    Yang paling menakutkan adalah saat aku tidak bisa mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang mengasihiku.

    Saat itu juga Ria mulai tersadar dari tidurnya… Ternyata tadi malam ada salah seorang pembantu yang sedang membersihkan kamar Ria. Sungguh beruntung sekali Ria, karena tidak ada sedikitpun anggota tubuhnya yang terluka akibat terjatuh. Mungkin karena lebatnya semak yang menahan laju jatuhnya.

    Ria menguap, dia terduduk di samping tempat tidurnya. “Apakah semua itu hanya mimpi?”

    Tak lama kemudian sebuah suara ketukan terdengar. “Tok. Tok. Tok…”

    “Iyaaa?” Ria menjawab dengan semangat, seperti biasa, dia mulai berdiri dan berjalan ke arah pintu.

    “Non, anu, non ga kenapa-kenapa kan?”

    “Loh, memang saya kenapa mbak?”

    “Non, kemarin jatuh dari lantai 2.”

    “Oh.” ‘Berarti semua itu bukan mimpi.’

    “Iya saya nggak kenapa-kenapa kok mbak. Makasih yah. Pak Tarjo tolong disiapin yah mbak, saya mau ke sekolah hari ini.” Ria mulai bergegas siap-siap.
    “Iya non.”

    Sekitar 20 menitan, Ria sudah siap dengan atribut sekolahnya yang lengkap. Hari ini dia sengaja memakai bando warna putih. ~entah apa tujuannya. Ria turun dan langsung mengambil bekal yang sudah disiapkan diatas meja makan. Terlihat seperti pagi yang biasa, tak nampak sama sekali orang tua Ria di rumah.

    Perjalanan ke sekolah memakan waktu kurang lebih 15 menit dari rumah Ria. Pak Tarjo si supir memulai pembicaraan dalam mobil pagi itu.

    “Anu, non, kemarin itu mobil ini dipakai sama non ya?”

    “Eh, kemarin? Kemarin kapan?”

    “Saat non bawa mobil sendiri ke sekolah? Kurang lebih 3 hari yang lalu non.”

    “Iya kayaknya, emang kenapa Pak Tarjo? Ada yang aneh?”

    “Nggak, ini cuma… rasanya beda kok mobilnya. Kaya bukan habis non yang pakai.”

    Ria mulai berpikir keras, dia melihat ke luar jendela mobilnya. Pak Tarjo sudah bekerja di keluarga Ria selama lebih dari 3 tahun, tentunya beliau tahu betul siapa saja yang habis memakai mobil yang dirawatnya selama kurun waktu beliau bekerja.

    “Non Ria, kalau pakai mobil kan bangkunya nggak pernah sempit begini…”

    Ria kembali berpikir, 3 hari yang lalu…

    “Eh, Ria, gua boleh ga bawa mobil lu?”

    “Eh…, bawa mobilku? Kenapa?”

    “Iya, kan gua bentar lagi dibeliin mobil tuh sama bokap gue… tapi kayaknya gw belom lancar banget bawanya. Boleh ya ia..., lu kan temen baik gue…”

    “Iya tentu aja boleh lah Drey.”

    “Asik…, nanti gue traktir lu makan martabak pecenongan yang terkenal itu ya, yang pake toblerone toppingnya.”

    Audrey adalah teman Ria dari kelas 8, artinya mereka sudah berteman dari 2 tahun yang lalu. Karena Audrey lah, Ria bisa populer di sekolah. Ria terkenal baik, rajin, dan juga sering membantu teman-temannya. Sayangnya tidak semua orang beranggapan seperti itu.

    “Rik… Erik…!” sebuah suara terdengar dari luar kelas. Erik berhenti di depan pintu kelas dan menoleh kearah Ria. Erik melihat Ria dengan tatapan menjijikan dan tak lama kemudian dia membuang muka.

    “Ria? Masih suka sama orang itu?” Audrey bertanya sambil mengayunkan tangan naik turun di depan muka Ria.

    “Eh, iya, eh, enggak Drey. Hahaha…, apa sih kamu tuh?”

    “Yuk, kita cabut? Hari ini gue bawa ke mall aja ya. Nanti dari mall gua dijemput sama pak Kisno.”

    “Eh, bentar…” Ria mengeluarkan handphone dan mengirimkan sebuah SMS blast (sebuah SMS ke seluruh siswa di sekolah). Ria adalah ketua klub misteri.

    “Yuk…” Ria menarik tangan Audrey.

    Audrey yang menabrak Erik di tukang bakso depan sekolah. Audrey juga sudah tidak masuk sekolah, kemarin dia pergi ke China. Setidaknya itu update dari wali kelas 10B. "Nanti siang sesudah sekolah, sekolah akan mengadakan acara bela sungkawa di kediaman Nawilis." Ria hanya bisa terdiam, mematung. 'Selamat jalan Erik' tulisnya dalam secarik kertas.
     
    Last edited: Mar 17, 2014
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. annna SUPERMOD
    GADIS MANJA

    Offline

    Your Favorite

    Joined:
    Jan 16, 2011
    Messages:
    17,933
    Trophy Points:
    281
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +268,323 / -0
    secara ide keseluruhan bagus
    cuman sayang seakan cerita ini terlalu terburu-buru
    tapi ini namanya antho yah, terbatas akan kata
    :keringat:

    sebenernya klo mau diminimalis lagi tentu bisa lebih cocok dibilang antho
    cuman ada kalimat soal teriakan ibu ria, sedikit agak menganggu saya
    karena setelahnya itu ga ada penjelasan lagi
    jadi fungsinya apa?

    untuk alur mungkin saya bisa nangkep
    cuma secara pendekripsian sayang menurut saya masih perlu digali lagi

    klo ngga bkin cerbung aja
    [​IMG]

    komentar dari nubi yang sok-sok-an kak :peace:
     
  4. Wateria M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 15, 2008
    Messages:
    2,760
    Trophy Points:
    147
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,495 / -0
    aduh terima kasih banget mod annna sampe ikut2an komen... T..T
    terharu saya...

    anyway..., thanks banget buat masukannya...
    saat nubie tulis bentakan mamanya ria itu artinya ria itu keluarganya kurang harmonis kak...
    jadi menjelaskan dimana mereka jarang banget bersosialisasi... ada juga ketemu tp ga ngomong, macem makan pagi..
    orang lagi sarapan kan sibuk banget..., beda sama makan malam :P
     
  5. dimasaputera Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Mar 10, 2014
    Messages:
    18
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +27 / -0
    kk water... fuktard nomer 9 pengen komen dikit... :lol:

    Umm... pertama, gw nggak bakal komen tentang tata cara penulisan karena gw sepenuhnya sadar bahwa gw juga masih keder tentang tata cara penulisan yg baik dan benar.

    Jadi, gw cuma pengen nanya2 beberapa hal yg berkaitan dengan cerpen ko water yang entah emang nggak dijelasin di cerita atau mungkin gw yang kelewat pas bacanya.

    1. Gw suka banget sama pesan "apa yg paling menakutkan?" yg ditulis di awal cerita ternyata dijawab di bagian akhir cerita ini yg ternyata adalah hal yg paling menakutkan itu adalah bla...bla...bla...
    Asli gw suka. Ternyata ko water nulis itu di depan ya emang ada tujuannya. Bukan cuma biar keren doang. Hehe
    Yang bikin gw kepikiran, itu emang nggak di jelasin gitu ya siapa yg nulis itu di dalam kelas yg terkunci? jangan-jangan Malaikat pencabut nyawa iseng-iseng nulis sebelum nyabut nyawa orang.... :ngacir:

    2. Selanjutnya tentang kenapa Erik benci banget sama Ria. Kk Water kok nggak ngejelasin sih kenapa Erik bisa benci sama Ria? Apa gw yg kelewat baca ya? Yang gw tangkep itu bahwa Ria pernah (dan sepertinya masih) suka sama Erik ya kan kak?!

    3. Kalo nggak salah, ini pertukaran jiwa no jutsu (jadi keinget sama lalat-senpai... :ngacir: ) terjadinya bukan pas tabrakan gitu ya kak? Soalnya Erik kan masih bisa ngeliat Ria turun dari mobil walaupun samar kan ya? Berarti, Ria pasca kecelakaan masih sadar kan ya? Cuma, begitu bangun tidur ternyata Erik udah ada di badan Ria. (gw juga pengen tukeran bodi sama cewek sekseh... :mesum: ).

    4. Tujuan Ria minta tuker bodi apaan sih kak? Terus dia mintanya sama siapa ya kak? Sama tukang Baso misterius itu kah?
    Hemm... jangan2 Ria minta tukeran bodi karena ngerasa bersalah udah nabrak Erik. Makanya itu kk water ngasih jeda waktu pertukaran tubuhnya. Bukan pas kecelakaam itu, melainkan setelah bangun tidur. iya kan kak? cmiiw.

    Itu aja sih yg gw tanyain sebagai pembaca awam... :malu:

    Overall... ceritanya bagus kk... makasih loh kak, cerita yg Koh Water tulis udah nemenin gw makan siang tadi. Ceritanya ngalir enak, sampe2 gw nggak sadar kalo makan siang gw udah abis gara2 asik bacanya. Itu aja deh kak. Semangat nulis kk.. :elegan:
     
  6. annna SUPERMOD
    GADIS MANJA

    Offline

    Your Favorite

    Joined:
    Jan 16, 2011
    Messages:
    17,933
    Trophy Points:
    281
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +268,323 / -0
    sama-sama kak walluyo ~

    mungkin itu yang pengen kakak sampaikan
    tapi sayangnya ngga nangkep hal kek gitu
    ibu bentak-bentak pun menurut saya tidak jelas
    ibunya marah seperti itu kenapa?
    apa karena ria yang jalan pake motor
    apa karena ria bkin kecelakaan
    apa karena ria pergi ga bilang

    trus ada apa dengan ria dan erik?
    kenapa erik benci ria
    tapi disatu sisi lain adik erik kenal sama ria
    kan aneh ~
    runutannya ga tergambar

    disatu sisi lain juga bapaknya erik kenapa murka gitu
    okelah karena beliau marah karena anak tertabrak

    trus soal naik pohon
    kenapa naik pohon?
    ga ada jalan lain kah?
    trus kenapa erik-ria tau posisi kamar ria
    padahalkan dia baru dilingkungan rumah itu

    trus disbutkan rumah ria itu mewah
    pasti ada jalan lain
    tapi kenapa pilih naik pohon

    dikalimat sebelumnya erik mau jaga tubuh ria
    tapi agak kontra dengan kelakukan erik naik pohon

    klo jujur ~
    saya ngga dapet pesan yang ingin disampaikan
    trus ending ga tau ngerti
    ada hal ga penting dimasukkan
    sedang konten penting ditiadakan

    trus ~
    saya sayangkan kalimat “Menurutmu apa yang paling menakutkan?” » ini udah bagus
    harapan saya sih ada kaitan dengan kalimat ini Yang paling menakutkan adalah saat aku tidak bisa mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang mengasihiku.
    saya ngga ngakep

    yang dimaksud mengucapkan terima kasih itu kepada siapa?
    siapa yang mengasihi?

    hubungannya apa dengan cerita di atas?
    erik mau berterima kasih dengan siapa?

    trus dia menyesal akan apa?

    [​IMG]
     
  7. Wateria M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 15, 2008
    Messages:
    2,760
    Trophy Points:
    147
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,495 / -0
    wahoo..., terima kasih kk ganteng...
    aku tersanjung... sampe deg2an gini...
    anyway...,
    jawabnya pake poin2 juga ya...

    1. pas saya nulis itu juga, sebenarnya pengin cerita misteri misteri wannabe gitu...
    tp failure abis... yah kesannya pengennya tuh itu ditulis sama orang yang benci sama si erik... awal2nya...
    tp biarkan imajinasi berlari-lari lincah dalam pikiran anda...

    2. emang sengaja ga diceritain, kenapa erik benci sama ria...
    padahal 2tahun yang lalu saat masih smp temen baik, sampe si yosi adiknya si erik juga kenal sama ria... :)
    anggap aja ria udah dewasa dan mencari teman perempuan... - audrey...dan erik merasa tersisihkan...

    3. lalatan sempai? kenapa doi? tukeran no jutsu dmn? :)
    ehm, yang nabrak kan audrey bkn ria... :) jgn2 kamu ga baca spoilernya ya? apa ga ada ya spoilernya? nggk kluar?
    bentar ku cek...

    4. no. 4 itu bener sekali sih...
    jadi tetep ada jeda waktu... saat si ria minta tukeran...
    karena ria merasa bersalah...
    sekali lagi, emang ini mengundang pembaca utk berimajinasi...

    fantasi + fiksi <- jadi inget fuktard royale... wkwkwk... smartass wannabe my ass...

    anna biasakan commen panjang juga pake spoiler yah... :P
    udah ku spoiler... :) biar enak baca postinganku... ga harus scroll2 kebawah...
    (ini kebiasaan sih kalau comment karya fic...)

    ibunya ga marah sih kak...
    cuma ngebentak aja... suruh pulang... ini mah ga usah dimengerti,
    mengerti aja kalau mamanya si ria itu galak dan rese...

    nah itu yg soal benci2 emang sengaja mau dihidden...
    ga dishare..., walau orang2 jadi berpikir... kenapa sih?
    penulis ngapain sih? kok ga dishare hal penting kaya gini...
    tiba2 udah benci aja...

    dalam cerita-cerita pertukaran badan... sebisa mungkin adalah menghindari berpapasan dengan orang lain kaks...
    setidaknya itu yang saya tangkap... dari beberapa cerita yang ada...
    apalagi ini bertukar badan, si erik cowok -> ria cewek...
    sedangkan si erik ini emang anaknya madesu... sensitif... ngambekan..., cemen...

    karena itu... erik ga pernah ngomong terima kasih sama semua orang...
    yah karena emang orangnya cuek abis...
    cuma sayang sama adeknya... si yosi...
    trus...pesan yang disampaikan di awal itu mah cuma pemanis cerita aja...

    nanti next time aku akan belajar untuk buat cerita yang lebih dahsyat lagi...
     
  8. venysilvia M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 28, 2012
    Messages:
    268
    Trophy Points:
    77
    Ratings:
    +333 / -0
    hem.. jujur ane gak berani comment banyak-banyak.

    takut :ngacir:

    entah kenapa.

    karakternya masi sama. kurang loveable.

    terus.. daripada perkataan takut. lebih baik memakai perkataan sesal.

    soalnya ane nda takut tidak bisa mengucapkan terima kasih. ane takutnya ama hantu :ngacir:

    penulisannya masih ada yang salah. masalah penulisan ane skip aje deh..

    untuk plotnya kurang halus. banyak reaksi karakter yang kontradiksi. bukan karena tidak dijelaskan, kalo mamanya marah ya karena anaknya sakit, kenapa malah jalan-jalan. kalau papanya marah ya karena anaknya meninggal. kalau mc gak suka ama ria karena ria telah menolaknya(mungkin). bukan karena itu sih tetapi karena karakternya kurang hidup aja.

    tulisan brak ciiit brak juga kagak bagus. atau cuman sekedar tulisan.. sakit yang terpikir mc. alangkah bagusnya diganti menjadi sesuatu yang lebih welcome di hati pembaca.

    seperti :

    mendadak terdengar suara dentuman tubuh dengan mobil, disertai rasa sakit yang menusuk luar biasa. Dari suaranya saja kutahu, kalau beberapa tulangku patah, dan.. etc
    lebih baku aja jadinya..

    karena kurang penjelasan, hampir ane mengira dia makan bakso di tengah jalan. karena mendadak dia tergeletak di aspal.

    disamping itu semua, ceritanya uda bagus. walau alur flashback terkesan patah, ane dapat isinya.
    sayangnya penjelasannya kurang simpel. bukan karena cerita ini misteri, maka penyampaiannya harus misteri juga. misteri terbentuk dari suasana sih..

    good work. lanjutkan bang :onfire:
     
    Last edited: Mar 14, 2014
  9. Wateria M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 15, 2008
    Messages:
    2,760
    Trophy Points:
    147
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,495 / -0
    wogh, sepintas aja bang veny lewat, langsung ngarti ane...
    misteri dapet..., tp character masih kurang loveable... T..T
    entahlah...
    gw jg merasa kenapa ga bisa gambarin character...
    pengin pake...
    aku erik, kelas 10c, badanku tinggi. sekitar 170cm...
    aku ga bisa kaks...
    T..T
    harus banyak belajar dan membaca karya2 orang lain lagi...

    anyway, kenapa kak veny takut sama saya?
    saya kan baik hati... T..T
     
  10. Seven_sideS M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jan 19, 2014
    Messages:
    258
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +140 / -0
    wah padahal kalo ini jadi anto bisa ngalahin salah satu cerita lho~
    bisa aja gw voting ini, ada satu cerita yang kalo di re-read ternyata ga gitu serem~

    penulisan, tetep ga bisa komen~
    soalnya menurutku fine" aja (masih bisa dibaca dengan kepala sehat) hahahaha

    soal cerita~ menurutku sih bagus, tapi mungkin bener jg klo kurang loveable~
    apalagi ya komennya~ dah 2 hari hilang dari dunia imajinasi, padahal lonjenya bikinan sendiri~

    minggu depan ujian jadi saya bakal jarang kesini sementara waktu~
    (padahal 2 hari ini nangkring di depan komputer main Yu Gi Oh Tournament GBA -_-)
     
  11. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    kk water... elong taim eno si... :peluk:

    Aku ikutan komeng ya kaks... biar postinganku nambah bisa sama2 belajar kitanya... :hmm:

    Another good story dari kk water. Aku jadi ngiri nih kk water makin banyak aja karyanya, sedangkan aku mentok. :hiks:

    Ooh ini yg rencananya buat antologi y kak? Kok nggak jadi?

    Well, aku sih nggak bakal banyak komen loh kak. Soalnya kadang aku jadi pusing sendiri kalo musti nulis komen yg panjang2. Jadi, langsung intinya saja. :piso:


    Seperti biasa, kk water bikin cerita yg simpel tapi menghibur. Emang sih pertukaran tubuh itu bukan ide baru. Tapi aku suka cerita2 kaya gitu. Soalnya aku juga pengen tukeran bodi sama penyanyi dangdut yang bodinya semok dan aduhai gitu :mesum:

    #plak #salahfokus #komenlagi

    Cuma yang aku sesalin, ini kan trit baru ya kak, maksudku bukan trit antologi. Jadi kenapa nggak dipanjangin aja ceritanya kak? Padahal potensial banget loh cerita ini jadi cerpen bagus. Tapi sayangnya karena tulisan ini kayaknya emang di setting cuma buat anto yg karakternya dibatasi, maka ceritanya terasa rush banget. Maaf ya kak, tapi rasanya segala sesuatunya terasa serba tiba-tiba gitu.

    Aku sih percaya, kalo misalnya pas bikin cerita ini Koh Water punya waktu luang pasti cerpennya bakal lebih bagus dari ini. Cerpen ini bukannya nggak bagus loh kak, cuma karena mungkin Koh Water yang lagi sibuk makanya ada beberapa bagian yang menurutku kurang penjelasannya.
    Misalnya:
    - sejak kapan dan kenapa Erik benci sama Ria.
    - bagaimana dan sama siapa Ria minta tolong tukerin tubuhnya sama Erik.
    - dsb.

    Tapi terlepas dari itu semua, aku sebagai pembaca sih enjoy aja kok bacanya. Aku sebagai pembaca nggak ada sesuatu yang bikin jadi berhenti bacanya. Penceritaan Koh water mengalir enak seperti biasa. Aku yakin, beberapa hal yg kurang dalam cerpen ini semata-mata hanya karena Koh Water yg lagi nggak ada waktu aja.

    Itu aja sih komen dari aku. :hmm:

    Tetep semangat buat nulis y kk... Aku juga pengen nulis lagi nih. Nggak mau kalah dari kk water yg udah banyak bikin cerita. :onfire:

    Maaf kalo ada kata-kata yg kurang berkenan ya kak. :maaf:
     
  12. Wateria M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 15, 2008
    Messages:
    2,760
    Trophy Points:
    147
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,495 / -0
    hihih, bener aja kan, kamu curhat lagi... ^^,
    anyway, ujian tp kan ada smartphone? kamu ada handphone android kan?
    kalau ada install "TAPATALK" aja van...
    ehm, anyway... sempet2in lah main kesini walau cuma 1-2 posts.. ^^,
    tp kalu ga sempet dan tugas di Real Life lebih banyak yah, kami sebagai family mu di dunia maya mengerti kok ^^,

    biar kamu bales komen lagi...

    "menurut kamu gmn sih biar bisa loveable... / loveable itu seperti apa modelnya? ada contoh?"

    seperti biasa kamu tuh modest banget...
    alias rendah hati, padahal bikinan kamu juga ga kalah bagusnya kok...
    eskul yg utk antho kemarin bagus banget...

    merasa karena ini untuk antho, jadi tetep kubatasi dengan 3000kata...
    terus ngeliat, kalau misalnya kemarin itu aku masukin ke antho gmn reaksinya... :)
    emang sih berasa juga, kalau orang yang komen kenapa sih ada yang tiba2nya lebih dari 2...
    jadi kepikiran juga kenapa ga dijelasin aja...
    apa nanti dibikin aja prolognya? :) hehehe...
    atau another epilog?
    menurut kakampreto gmn? buat aja epilog no.2 nya?
    yang kamu ngomong soal ini single thread ada benarnya juga... :) thanksss brohhh...

    sekali lagi thanks yah udah komen...
    kamu sibuk ngapain aja belakangan ini? nanti di lonje aja ya balesnya~
     
  13. Seven_sideS M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jan 19, 2014
    Messages:
    258
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +140 / -0
    komen disini yaa~ :p
    (lagi suntuk abis...)

    mmmmm, benernya bingung sih, tapi jujur kalo aku baca novel Mira W itu, apalagi yang gw jadiin lonje title, itu rsnya sedih gitu, beliau berhasil dengan kata"nya dan deskripsinya bikin kalo si Ari (tokoh yang "luruh" sebelum "berbunga") itu bikin gw masih inget at least 40-50% sampe sekarang tuh cerita, padahal gw baca cerita itu rasanya pas kelas 1-2 SMA gitu.

    mungkin deskripsi yang bisa bikin pembaca simpati sampe bs bilang, misalnya "Ih, kasihan ya nasib si 'Erik Nawilis' itu, bla3."
    memang lebih susah sih karena gw bandingin cerpen sama novel, dimana kalo novel itu sang Mira W ya masih bebas bisa mainkan karakter Ari sampe berchapter"~

    tapi pesan ceritanya dah ckp nangkep sih kalo "sesal/takut" ketika ga bisa ngucapin terimakasih kepada org yang kita kasihi...

    semoga cukup membantu (bletakk)
     
  14. Tezukayumu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 24, 2011
    Messages:
    919
    Trophy Points:
    122
    Ratings:
    +693 / -0
    Mau ikutan komen
    Kalau menurut saya, ceritanya dah cukup bagus. Walau karakternya kesannya begitu-begitu saja. Kalau kata MadDog kurang greget :p

    Tapi untuk plot dan penulisan, water jauh lebih bagus dari saya. Soalnya kemarin kan saya bikin cerita tanpa plot dan kacau balau EYDnya.

    Hanya kok saya membacanya kesannya datar begitu saja, tidak ada kesan tertinggal setelahnya. Tapi itu menurut saya loh.


    ~Dikirim langsung dari hape saya ~
     
  15. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    semula ini kisah buat di antologi fiction?
    coba di komen.

    rapih juga tulisannya. banyak percakapan dibanding dekripsi.
    dan lagi seperti yang wa duga ada hal kecil yang terabaikan.

    “Gua enggak mau ikut campur… itu kan bukan masalah.” Aku menjawab Heru lagi.

    “Gua enggak mau ikut campur… itu kan bukan masalah,aku menjawab Heru lagi.

    ---
    “Brak…”“Ciiittt…!”“Brakkk…”

    Brak… Ciiittt…! Brakkk…

    ---
    ‘uhhh, berisik sekali…’ Aku memejamkan mataku lagi. Badanku sakit sekali… terutama di bagian kaki.

    uhhh, berisik sekali. Aku memejamkan mataku lagi. Badanku sakit sekali… terutama di bagian kaki.

    sebagai saran untuk kalimat ini, suara hati mending pake italic karena sebelumnya ada deskripsi dan selanjutnya kalimat dilanjut dengan omongan tokoh aku sebagai narator. italic gak hanya dipakai untuk bahasa asing. bahkan bahasa asing sendiri gk harus selalu di italic (referensi dari penulisan terjemahan novel alexandre dumas)
    ---
    diatas = di atas, yang bener.
    diantara = di antara.

    beberapa reader ada yang bilang gak loveable. itu bener.
    karena ini cerita bener-bener buru-buru kayak dikejer satpol pp (bisa dikarenakan ini cerpen). kesan terburu-buru itu membuat kisah ini jadi sekilas. deskripsi itu ada untuk memelankan pembaca memahami kondisi. gak sekedar tinggal menuliskan beli baso dengan bumbu-bumbu lalu kemudian tertabrak pingsan gitu aja. impactnya gak ada itu. jatuhnya jadi info doang.

    untuk buat char loveable itu ada 2 cara. pertama buat tokoh yang menginspiratif pembaca / buat tokoh yang dekat dengan kenyataan (dalam hal ini pemikiran tokoh 'Aku' dan cara pandang dia mesti ditulisin dalam deskripsi hati atau monolog.

    cerita gender bender nih rupanya. :mimisan:
    gak jauh dari pikiran kotor cowok untuk nyoba hal gak-gak ke tubuh baru. ini tipikal banget di cerita echi dan beberapa cerita gender bender punya author lain yang gw baca. nah tokoh jaim gini sebenernya yang bikin pembaca gak terkesan. walaupun gak di deskripsiin mestinya jelasin singkat klo dia nyoba see--- something atau grope---something. :haha:

    yang bagian ini jenius. singkat dan bikin gw ngakak.
    yah gak buruk juga pake bahasa sehari-hari yg gak baku klo untuk komedi.

    wa sih nangkepnya penulis ingin mencoba memberikan hal dramatis/ melodramatic dari kisah yang diselipkan bumbu-bumbu komedi ini di ceritanya. sayangnya ketika cerita mulai membangun hal serius lah jadi jatuhnya gk serius. mulai di bagian akhir tulisan udah serius nih, di analogiin kurva ini naik turun. biasanya cerita itu dari bawah semakin membaca ke akhir kurva-nya naik ke klimaks lalu berakhir dengan kata fin yang membekas.

    epiloguenya + flashback gak harus di spoiler juga. digabung biasa aja.
    klo di kesampingkan epilogue dan flashback, ini cerita disebut gak selsai. ketika digunakan, ini cerita malah lepas dari kesan simpati.
    ending sebelum epilogue kurang beneran. jadi untuk mengantarkan pembaca pada makna kata yang di bold itu kurang tersampaikan. itu eric endingnya jatuh dari pohon dan segala misteri baik tentang siapa yang nabrak gak dijelasin dalam isi. coba mempelajari lagi bagaimana menuliskan eksekusi akhir dalam cerita.

    saran...
    seandainya aja dicerita ini dikisahkan kenapa eric benci ria (karena audrey?). alasan kebencian dan juga kemurahan hati ria yang beralasan menginginkan bertukar badan sementara, itu bisa bikin reader terhanyut. perasaan itu gak bisa tersampaikan hanya dengan ucapan 'percakapan'. dan lagi biasanya novel dengan sudut pandang aku (1st POV) selalu umumnya banyak deskripsi untuk menguatkan emosi untuk menggambarkan masalah lebih dalam.
     
    Last edited: Mar 15, 2014
  16. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Ikutan komen deh :ngantuk:

    Hmm, saya liat dari storytellingnya aja deh :ngantuk:

    Eh, tapi sebelumnya saya minta maaf karena tidak membaca ini sampai selesai, cuman sampe ketabrak mobil dikarenakan malas :peace:

    “Menurutmu apa yang paling menakutkan?”

    Kalimat diatas itu tertulis di papan tulis.

    Di atas. Seharusnya kata ini nggak perlu ada. Karena dengan adanya kata 'di atas' ini seolah-olah kalimat "Menurutmu bla bla..." beneran ada di atas, padahal kalau kita membayangkan sebagai MC, apa kalimat itu ada di atas? Nggak kan. Pasti ada di depannya, kecuali papan tulisnya ada di langit-langit. Dari monolog ini saja, saya mengartikan kok bisa MC tau itu ada di atas? Berarti dia yakin banget ceritanya bakalan ditulis sampe monolognya pun sudah memberitahu pembaca bahwa "Menurutmu bla bla..." ada di atas kalimat 'Kalimat diatas itu tertulis di papan tulis.' :puff:

    Dari kata 'di atas' saya sudah bayangin ke depannya storytellingnya seperti apa. Jadi cerita ini cuman menceritakan pengalaman MC kembali kepada pembaca, bukan membuat pembaca merasakan pengalaman bahkan menjadi MC itu sendiri. Hal ini menurut saya sangat disayangkan karena kekuatan PoV I itu ada di sini. Ini sih jatuhnya seperti baca diary aja atau lebih rendah dari itu.

    Seharusnya bisa diubah menjadi, 'Kalimat itu tertera pada papan tulis di depanku.' dan lain sebagainya :lalala:

    Itu kesan saya setelah baca kata 'di atas'. Lanjut :lalala:


    Ketua kelas kami yang bernama Heru, mengeluarkan smartphonenya dan mulai mengambil gambar. Tak lama kemudian salah seorang petugas piket mengambil penghapus papan tulis dan mulai menghapusnya.

    Kami. Awalnya setelah baca ini saya kira PoV yang dipakai bakal 1st yang majemuk tapi ternyata yang tunggal. Meskipun sebenarnya untuk cerpen lebih baik kalau satu PoV aja, well, nggak apa-apa sih kalau mau ganti-ganti, sah-sah saja, tapi yang saya permasalahkan itu kata 'ketua kelas'. Buat apa Heru diperkenalkan sebagai ketua kelas kalau tidak dipakai dalam plot. Soalnya kesana-sana yang terlihat Heru hanya sebagai temannya si MC. (Ini sampe yang ketabrak sih ya, blum kesana2nya tapi sepertinya emang tidak dipake :peace:) Kenapa nggak langsung saja, 'Temanku Heru lalu mengeluarkan smartphonenya dan mulai memotret kalimat tersebut.' atau yang sejenis itu. Lanjut :lalala:


    Bel pulang baru saja berbunyi. Kebetulan pelajaran terakhir kelas 10C hari Selasa adalah olahraga. Jadi, semua orang keluar dari kelas dan pintu kelas dikunci.

    Aku? Aku memilih tidak mengambil pusing dengan kejadian tersebut. Tidak ada gunanya aku mencoba membantu berpikir. Ideku tidak akan dipakai dan waktu atau tenaga pasti akan terbuang dengan sia-sia. Setidaknya itu yang anime [Hyouka] ajarkan padaku.

    Kejadian tersebut? Kejadian apa? Perasaan cuman ada kalimat di papan tulis terus temannya moto2 terus dihapus. Itu kejadiannya? Kalau itu sih ya emang nggak usah diambil pusing :puff: Well, itu pemahaman pas pertama kali baca.

    Artinya apa? Ada informasi dari penulis yang blum diberikan ke pembaca, dalam hal ini sesuatu yang berupa kejadian karena ada kata 'tersebut'. Ingat, 'tersebut'. Artinya kejadiannya harusnya sudah disebutkan/diceritakan dalam paragraf-paragraf sebelumnya sehingga pembaca tidak bingung kok tiba-tiba ada kejadian? Soalnya kejadian itu identik dengan masalah sedangkan dari awal belum jelas masalahnya apa. Harus dijelaskan terlebih dahulu setidaknya bagaimana kronologisnya.

    Itu konsekuensi kalau pake kata 'tersebut', bisa diganti dengan kata 'tadi' soalnya 'agak' dijelaskan pas percakapan dengan Heru, meskipun belum jelas juga. Ya saran harusnya emang ditambahin di awal-awal, bahwa MC dan anak-anak lainnya masuk kelas dan menemukan tulisan itu di papan tulis kemudian heboh atau yang sejenis itu :lalala:


    Saat pulang meninggalkan kelas, aku harus melewati beberapa kelas sebelum sampai ke gerbang sekolah. Terdapat 3 kelas dan jaraknya mencapai 1 kilometer. Diantara kelas-kelas tersebut masih terlihat beberapa murid menyelesaikan catatan dari papan tulis.

    Di antara kelas-kelas? Artinya di luar kelas kan ya. Hah?


    ‘Cih’ pikirku saat melewati kelas 10B… ‘Cewek sok rajin!’ aku mempercepat langkahku menuju gerbang sekolah. Rasa benci itu muncul tepatnya dua tahun yang lalu. Saat kami masih SMP dan duduk sebangku.

    Namanya Ria. Orangnya tidak secantik namanya. Arti namanya tidak seperti sifatnya… Sekali lagi setidaknya itu dua tahun yang lalu.

    “Rik… Erik…!” Sebuah teriakan terdengar dari jauh. Saat aku menoleh, ternyata Heru. ‘Kampret!’ Aku menoleh ke arah kelas. Disitu tampak Ria melihat ke arahku. ‘Sial’ geramku dengan kesal.

    Aku melangkah lagi. “Woi budek!” Heru memanggil sekarang dia sudah dua langkah di belakangku.

    “Apaan pedo?” Tanyaku menjawab panggilan Heru.

    “Lu tau enggak yang nulis di papan tulis itu siapa?” Heru sekarang berjalan di sebelahku

    “Gua enggak mau ikut campur… itu kan bukan masalah.” Aku menjawab Heru lagi.

    “Itu masalah, artinya ada yang masuk ke kelas setelah gue kunci pintunya! Artinya, NDS, PSP dan juga IPAD gw terancam bahaya.”

    “Ah, siapa suruh bawa alat-alat yang enggak berguna ke sekolah.” Aku sudah mulai malas menjawab Heru.

    “Makan siang dimana?” Tanya Heru sambil melihat jam tangannya.

    “Di rumah.” Aku melengos pergi.

    Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Ternyata SMS masuk. Kurang lebih beginilah bunyinya.

    “Ikuti ‘Perjalanan Misteri’ oleh Club Misteri jam 6 sore” – by 08119981180

    ‘Apaan ini?’ Aku langsung memasukan lagi smartphoneku ke dalam kantong celana.

    “Bang bakso dua, biasa, pedes.” Aku mengisyaratkan dua kepada abang tukang bakso. Betul saja Heru langsung duduk di sampingku.

    “Heh, katanya makan di rumah.”

    “Kan mau ditraktir sama lu... Lu dapet sms dari Club Misteri ga?”

    “Enggak…tuh, nih gue lagi bbman sama Ruby sejak keluar gerbang.”

    Ruby adalah gebetan Heru dari SD kelas 1. Memang bisa dibilang cinta monyet, tapi mereka lebih mirip gorilla sekarang.

    “Apa yah maksudnya? Mereka invite nya random gitu? Atau emang udah ditargetin yah?”

    “Gue nggk tau cuy… Ah, baksonya dateng. Makan dulu cuy, makan dulu.”

    Aku mulai menambahkan berbagai macam bumbu di atas meja. Dari saos, sambel, cuka, bawang goreng, kecap manis, daun bawang, garem, merica, dan tentunya MSG alias mecin. Seperti tak mau kalah Heru juga menambahkan semua kecuali sambel.

    Setelah selesai menambahkan semuanya itu, aku mengaduk dan mulai menyendok bakso ke mulut…

    Tiba-tiba…

    “Brak…”“Ciiittt…!”“Brakkk…”

    Aku tertabrak sebuah mobil… Mobil Jazz merah… aku tidak bisa menghindar… dan akhirnya aku tergeletak di aspal. ‘Sakit…’ pikirku sambil memejamkan mata.

    Selama beberapa menit aku tidak menyadarkan diri. Heru merangkulku dari aspal dan mencoba meminumkan air ke mulutku. Dari mobil jazz, tampak sepasang kaki keluar dari mobil, memakai rok, gemetar. Aku tak sadarkan diri lagi.



    Sepertinya lama sekali… Gelap… Tidak ada satu suarapun yang memecah keheningan. Sampai akhirnya aku membuka mata. Sebuah teriakan bahagia terdengar, sayup…
    ‘uhhh, berisik sekali…’ Aku memejamkan mataku lagi. Badanku sakit sekali… terutama di bagian kaki.



    Gelap… Kembali gelap… Kali ini gelapnya lebih lama…

    Sayup-sayup terdengar bunyi burung berkicau. Aku mulai berusaha membuka mata.

    ‘Pink? Tempat apa ini?’ itulah yang pertama kali terbesit dalam benakku.

    ‘Aku dimana? Bukan rumah sakit sepertinya? Apa orang tuaku memulangkan aku? Hey, rasa sakit di kakinya sudah hilang.’

    Aku berusaha menggerakkan kakiku, turun dari tempat tidur. Setengah berusaha menyibak selembar selimut yang menutupi setengah badanku. ‘Uh, berat.’ Rasanya seperti menyibak karung goni yang direndam air. Setelah berhasil dengan susah payah akhirnya aku pun duduk di ranjang.

    Aku melihat ke kiri, biasanya ada jam weker disana. ‘Hah? Warna pink juga?’ aku mencoba mengucek mataku. Aku bangkit berdiri. Aku merasa enteng.

    Aku lihat sekelilingku. ‘Astaga, dimana ini?’ Aku bingung dan menutup mulutku dengan kedua tanganku.

    Aku panik, berusaha mencari-cari sedikit informasi mengenai keberadaanku. Aku mulai membuka lemari baju yang ada disana. ‘Baju perempuan’ aku terhenyak, apa yang kulakukan di kamar perempuan. Tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku.

    “Neng…, ayo neng ini sarapan dulu.”

    Dengan panik aku berlari ke pintu dan menguncinya dua kali.

    “Tok…tok…tok…, Non, ayo bangun non. Sudah siang, non masih sakit yah?”

    “Non?”

    Sebelum suara ketukan aku sudah berlari menuju kamar mandi dan mengunci diriku didalamnya. Aku berdiri di belakang pintu kamar mandi dan menarik nafas dalam-dalam. ‘Apa ini? Apakah ini hanya mimpi?’ Kunyalakan air wastafel.

    Aku mulai melihat jariku… ‘Loh kok… ini bukan aku…’ Aku berlari ke arah cermin. Ini wajah Ria! Aku pingsan.
     
    Last edited: Mar 15, 2014
  17. AhKuda666 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Mar 9, 2014
    Messages:
    43
    Trophy Points:
    22
    Ratings:
    +4 / -9
    klo malem pas ijan paling demen nih baca beginian
     
  18. Elmion Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Mar 3, 2014
    Messages:
    14
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +12 / -0
    Penulisan oke, masih bisa dipoles. Tapi saya ga nangkep inti ceritanya. Ada anak yang ditabrak terus sehari bertukar badan dengan orang lain. Setelah itu tidak terjadi apa-apa. Dia cuma pergi melihat badannya sendiri dan akhirnya menyadari 'kengerian tidak bisa berterima kasih.'

    Masalahnya saya tidak merasakan kengerian ini. Bagi saya kesengsaraan batin dan emosional dalam hati Erik tidak tersampaikan.

    Ujungnya ada epilog. Kirain bakalan ada twist apa, tapi akhirnya cuma ada teman yang meminjam mobil Ria terus menabrak Erik. Jadi kesan terakhir yang saya dapatkan adalah cerita ini datar. Kalau ada betareader yang bisa ngasih masukan dan editing untuk memperbagus penulisan, cerita ini pasti keren.
     
  19. Wateria M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 15, 2008
    Messages:
    2,760
    Trophy Points:
    147
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,495 / -0
    terima kasih atas komen-komen kalian...
    mungkin akan diedit dan dibuatkan beberapa epilog kali ya?
    biar ceritanya ga gmn ngambang, dan mungkin epilognya langsung masuk ke cerita seperti yang dibilang sama heilel...

    hari ini harus edit... ^^, biar ga tarsok...
    tunggu sampe di kantor dlu deh...
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.