1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Mayapada

Discussion in 'Fiction' started by kakampreto, Dec 28, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    Yosh... Permisi buat para sesepuh dan penghuni forum ini. Saya datang kesini untuk liburan meminta saran, kritik, sumbangan duit buat beli mie instan dan kopi sachetan dan juga masukan dari anda semua tentang hasil karya saya.
    Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih dan mohon kerjasamanya. :maaf:
    Selamat membaca :lalala:

    1. Berhubung ini merupakan kegiatan mengisi waktu luang, jadi untuk update tidak menentu.
    2. Saya tidak akan pernah merevisi karya yang telah saya posting disini. Setiap masukan dari para sesepuh/komentator (ini yang sangat saya harapkan) akan dicatat dan diingat sebagai perbaikan untuk karya2 saya selanjutnya.
    3. Dan mungkin tulisan ini tidak akan saya lanjutkan bila tulisan ini saya anggap kurang diminati oleh para penghuni forum ini.
    4. Terima kasih atas waktunya dan maafkan saya bila ada kata2 yang kurang berkenan. :maaf:

    Genre : Fiksi, Petualangan, Fantasi.
    Sinopsis : Seorang pemuda tanpa sengaja terlibat ke dalam perjalanan menuju Dunia lain dan terjebak disana. Dunia inilah yang akan membuat pemuda itu belajar tentang arti kehidupan yang sebenarnya.

    Code:
    MAYAPADA : Akhir dari sebuah awal
    1. Pagi kala itu
    2. Kejutan di pagi buta
    3. Gerbang yang terbuka
    4. Mayapada
    5. Malam pertama
    6. Tersesat
    7. Sedang dalam proses...
    8. Sedang dalam proses...
    9. Sedang dalam proses...
    10. Sedang dalam proses...
     
    Last edited: Dec 29, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    Bip... Bip... Bip...
    Bip.. Bip.. Bip... Bip...

    Susah payah ku jangkau alarm yang sedari tadi berusaha membangunkan aku dari tidurku. Kupicingkan mataku, berusaha untuk melihat angka yg ditunjuk oleh jarum jam walaupun rasanya berat untuk membuka kelopak mata ini.

    Seperti biasa, aku berhasil bangun jam setengah 5 pagi. Kuraih segelas air putih yg biasa kusiapkan di meja sebelah tempat tidurku dan langsung kuhabiskan dalam sekali teguk. Setelah berhasil mengumpulkan kesadaran, aku beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigiku supaya bersih dan nafasku segar. Aku belum mau mandi jam segini, karena selain dingin, aku juga masih harus menunaikan rutinitasku setiap pagi. Mengantarkan koran ke rumah para pelanggan. Dan biasanya aku baru mandi pagi setelah pekerjaanku yang satu itu selesai.

    Diluar masih sepi. Langit masih menyembunyikan sang Mentari. Embun pagi yg biasanya masih berkeliaran, hari ini tak menampakkan dirinya walaupun udara masih saja tetap terasa dingin yg menusuk pori-pori. Sambil menguap, aku berjalan menghampiri sepeda kesayanganku dan langsung ku kayuh meninggalkan kostanku.

    Ya, aku punya pekerjaan sebagai loper koran. Setiap hari, saat masih pagi begini kegiatan pertamaku adalah mengambil jatah koran yg harus aku antar ke rumah para pelanggan. Shelter tempat aku mengambil jatahku tidak jauh dari kostanku. Hanya sekitar 10 menit bersepeda santai hingga ke lokasi. Shelter atau yg biasa kami sebut dengan "Base Camp" hanyalah sebuah ruko kecil disebuah kompleks pertokoan sebelah pasar basah terbesar dikota ini.

    Dari kejauhan terlihat banyak teman-teman yang mempunyai profesi yang sama dengan aku sedang antri mengambil jatah mereka masing-masing. Bos kami, Pak Jito sedang melakukan senam kecil sembari memperhatikan para pekerjanya. Pak Jito ini orangnya ramah, umur beliau sudah menginjak kepala empat, untuk persisnya aku sendiri pun kurang tahu. Beliau sudah menggeluti bisnis ini sejak puluhan tahun yg lalu, maka dari itu Pak Jito lumayan populer dikalangan orang yg menggeluti bisnis yang sama.

    Pekerjaan sampingan sebagai loper koran ini sebenarnya aku dapatkan secara tidak sengaja. Aku sedang makan di warteg dekat kampus , saat itu disebelahku ada bapak paruh baya dengan perut buncit yang sedang menikmati makan siangnya dengan tenang. Teleponku berdering, setelah aku lihat ternyata ibuku di kampung yang memanggil.

    "Halo.. Assalamualaikum... " suara yang sangat akrab di telingaku mengucapkan salam dari ujung sana.
    " Walaikumsalam Bu... Gimana kabar bapak ibu? Baik? ".

    Aku anak kedua dari dua bersaudara. Saudaraku yang lebih tua sekarang tinggal dan bekerja di Ibu kota. Sedangkan kedua orang tuaku tinggal disebuah desa yang terletak di kaki Gunung tertinggi di Jawa Tengah. Dan aku sendiri sekarang mencoba untuk mencari sebuah kehidupan di pulau kecil namun padat penghuni yang bernama pulau Batam.

    "Gimana wi Ujiannya? Bisa dijawab semua kan tadi?" tanya Ibuku.

    "Alhamdulillah bu.. Dwi bisa. Doain aja semoga hasilnya memuaskan ya Bu. "

    Aku adalah seorang mahasiswa Teknik Sipil semester 5 di universitas swasta disini. Alhamdulillah berkat sifat keras kepalaku dan kenekatanku, aku bisa melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi dengan hasil keringatku sendiri. Awalnya, kedua orang tuaku kurang setuju kalau aku pergi merantau kesini. Kalau boleh jujur, sebenarnya aku ini terbius omongan teman-teman SMA ku yang telah lebih dulu pergi ke Batam. Mereka bilang bahwa peluang kerja disini lebih bagus daripada pergi merantau ke ibu kota. Setelah susah payah membujuk kedua orang tuaku supaya mau memberikan ijin agar aku bisa pergi merantau akhirnya mereka memberikan aku restu, walaupun aku tau mereka berat untuk melepasku.

    Kadang aku merasa iri kepada teman-temanku yang bisa fokus dengan kegiatan belajar dan tak perlu memikirkan bagaimana cara untuk membiayai kuliah, sewa rumah, makan sehari-hari dan berbagai kebutuhan lainnya sendiri. Tapi aku tak pernah menyesal telah dilahirkan di keluarga ini. Memang untuk masalah materi kami kekurangan, namun untuk kasih sayang mereka tak pernah habisnya mencurahkannya kepadaku.

    Aku mengakhiri percakapan dengan ibuku setelah sekitar lima menit kami bercakap-cakap. Lalu aku melanjutkan makan siangku yang sempat tertunda tadi.

    "Mahasiswa semester berapa dek?" tanya Bapak paruh baya yang sedari tadi disampingku.

    "Umm... Semester 5 pak. " jawabku sambil meneruskan perjuanganku mengunyah nasi.

    "Tadi bapak nggak sengaja denger obrolan adek, kalo nggak salah adek lagi nyari kerja sampingan kan?"

    Aku ingat, tadi aku memang menyinggung masalah kerja sampingan saat aku mengobrol dengan ibuku.

    "Iya bener pak. Bapak mau ngasih saya kerjaan ya? Hehe." jawabku setengah bercanda.

    "Ada sih, tapi apa adek mau?"

    "Asal bukan pekerjaan yang berbahaya, berhubungan dengan tindak kriminal dan halal sih saya mau aja pak." Aku senyum dengan hati penuh harap.

    "Ya ndak lah dek, adek mau jadi tukang anter koran nggak? Tapi kerjanya pagi banget loh dek."

    "Asal bayarannya sepadan dengan kerjaannya, insya allah saya mau pak."

    "Bayarannya emang nggak gede, tapi bapak rasa sepadan lah dengan kerjaannya."
    "Oh iya, nama bapak Warjito, panggil aja Jito." Sambung pak Jito seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan denganku.

    Kuletakkan sendok yang sedari tadi ku pegang dan kusambut jabat tangan beliau.

    "Nama saya Dwi pak. Salam kenal ya pak."

    Begitulah awal pertemuan kami, dan tanpa terasa sudah lumayan lama aku bekerja untuk pak Jito. Dan pagi itu pak Jito menebar senyum khasnya kepadaku seperti pagi-pagi sebelumnya.

    "Sehat wi? Kok lemes gitu? Apa masih ngantuk ya?"

    "Hehe lumayan pak, kayaknya saya ngikut bapak senam dulu deh biar seger."

    Lalu aku mengikuti gerakan senam sederhana yg dilakukan pak Jito sambil bercakap-cakap dengan beliau. Setelah selesai dengan senam aku langsung mengambil jatahku dan mulai mengayuh sepedaku untuk mengantar koran yang aku bawa. Dari pertama kali aku bekerja sebagai loper koran, rute perjalananku tidak pernah berubah. Biasanya aku menyelesaikan tugasku sekitar jam 7 pagi. Dan sudah menjadi kebiasaanku setelah selesai mengantar, aku beristirahat sembari melahap roti yang aku beli di warung tempat terakhir aku mengantar koran. Aku biasanya beristirahat di sebuah bukit kecil yang ada di kota ini sambil menikmati pemandangan pagi yg indah.

    Saat aku masih sibuk menyedot habis susu kotak yang aku beli bersamaan dengan roti di warung tadi, dari kejauhan kulihat ada dua mobil minibus dan satu mobil sedan yang semuanya berwarna hitam berkilau berhenti di pinggir hutan di bukit yang sama dengan tempatku beristirahat sekarang. Tak lama berselang beberapa orang berjas hitam keluar dari masing-masing mobil. Iya, penampilan mereka sama persis dengan yang ada di filem action yang biasanya aku tonton di televisi. Jas hitam, kacamata hitam dan kedua tangan mereka menggendong senjata api laras panjang.

    Tubuhku mulai bergetar, hawa dingin yg tak biasa seolah-olah bertiup dari arah belakangku saat aku melihat pemandangan yang tak biasa ini. Kuakui, aku bukanlah seorang yang pemberani. Aku cenderung lebih memilih untuk pergi menghindar bila aku dihadapkan dengan keadaan yang tidak wajar seperti sekarang ini. Tapi kenapa sepasang kakiku ini tak mempedulikan perintah dari otakku untuk melangkah pergi dari sini.

    Beberapa orang mulai keluar dari rombongan mobil tadi. Namun kali ini berbeda, orang-orang yang turun belakangan lebih terlihat seperti ilmuwan atau peneliti. Mereka berpakaian jas laboratorium putih sambil membawa beberapa kotak hitam berukuran lumayan besar yang aku sendiri masih berusaha menebak apa yang tersembunyi didalam kotak hitam itu. Dan yang terakhir keluar dari mobil itu adalah seseorang yang kepalanya ditutup kantong hitam dengan kondisi tangan yang dibelenggu mungkin menggunakan borgol.

    Akan terjadi pembunuhan kah?
    Ah, untuk apa repot-repot menebak, lebih baik aku berusaha kabur dari sini dan tidak berurusan dengan orang-orang itu. Tapi kenapa kakiku masih lemas dan tidak bisa diajak kerjasama. Ini bukan kali pertama aku mengalami kejadian yang membuat kakiku lemas tak berdaya.

    Dulu saat aku masih berusia 7 tahun saat pulang dari sekolah , aku menyaksikan didepan mataku seorang pengendara motor tertabrak mobil. Aku hanya diam terpaku melihat si pengendara motor yang terlempar sampai ke depanku. Darahnya menggenangi tempatku berpijak kala itu, si pengendara memegang kaki kananku dan menatap mataku dengan wajah bersimbah darah lalu dia kehilangan kesadarannya dan meninggal dunia saat itu juga.

    Namun kali ini berbeda, naluriku mengisyaratkan bahwa keselamatanku sedang terancam. Walaupun sepertinya rombongan itu tak ada yang menyadari keberadaanku disini, tapi entah kenapa aku tetap merasa takut. Rombongan itu mulai bergerak masuk kedalam hutan. Sebersit perasaan lega mengisi dadaku yang sedari tadi terasa sesak.

    Ah.. Ayolah kakiku, bergeraklah untukku. Ini saat yang tepat untuk pergi dari sini. Saat ini aku hanya ingin pergi menyelamatkan diri dan melupakan semua kejadian ini. Tapi apa daya untuk berdiri diatas kedua kakiku sendiri pun aku tak mampu. Betapa pengecutnya diriku ini. Aku menghirup nafasku dalam-dalam, gemetar dilututku mulai berangsur-angsur reda. Aku kuatkan diriku untuk berdiri. Setelah aku bisa menguasai kedua kakiku, aku berjalan pelan ke arah sepedaku ku parkir.

    DUARRRRRRRR....

    Mataku langsung tertuju ke asal suara ledakan tadi, dan suara ledakan itu berasal dari arah rombongan misterius tadi. Asap putih mengepul dari pinggiran hutan. Kupercepat langkahku menuju sepedaku. Namun belum sempat ku gapai sepedaku aku melihat kilatan cahaya biru dari kejauhan dengan cepat menuju ke arahku disusul suara retakan yang membuatku semakin panik.

    KRAKKKKK......

    Kilatan cahaya biru telah melewatiku, dan aku baru menyadari ternyata cahaya biru itu berasal dari retakan tanah yang sekarang berada disampingku dan masih terus melaju entah kemana ujungnya. Sinar biru itu terus memancar dari retakan tadi. Semakin tinggi, seakan membentuk sebuah dinding yang terbuat dari cahaya yang menyilaukan.

    DUARRRRRRRR.....

    Bunyi ledakan kedua, dan saat itu juga aku kehilangan kesadaranku.
     
  4. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    "Lepaskan aku... Mau kalian bawa aku kemana Hah?!" Aku meronta sebisaku, namun apa daya, tenagaku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang-orang berpakaian hitam ini.

    "Hmmmh.. Mhhh.. Hmmmh.. "

    "Hehe nah, kalo diem kaya gitu kan lebih cantik." celoteh salah satu penculik sambil terkekeh.

    Tak hanya mulutku yang dibekap, kini kepalaku pun ditutup dengan kantong hitam oleh mereka.

    "Halo bos, target sudah kami amankan. Bagaimana selanjutnya bos?" Salah satu dari penculik sepertinya menelepon atasan mereka.

    "Baik bos. Kami segera kesana sekarang."

    Lalu aku dibawa keluar dari apartemenku dengan kondisi tangan terikat, mulut dibekap dan kepala yang ditutupi kantong kain hitam.

    Mimpi apa aku semalam, pagi-pagi buta pintu apartemenku didobrak paksa oleh sekitar lima orang berpakaian serba hitam. Aku yang masih terbuai oleh alam mimpi, dalam kondisi setengah sadar dibawa keluar secara paksa. Dimana pihak keamanan yang bertugas, apakah mereka sudah diamankan terlebih dahulu oleh orang-orang berjas hitam ini. Aku hanya bisa menangisi keadaanku sekarang dan menerka-nerka dosa apa yang telah kuperbuat hingga aku diculik oleh orang-orang ini.

    Setelah beberapa menit berjalan, aku dimasukkan kedalam sebuah mobil. Setelah itu aku tak tahu dibawa kemana. Perjalanan didalam mobil terasa begitu lama, hingga akhirnya mobil berhenti dan suara mesin mobil pun tak terdengar lagi. Sayup-sayup kudengar obrolan beberapa orang diluar mobil. Lalu aku ditarik keluar dari dalam mobil oleh salah satu penculik.

    Sekarang aku merasa sedang menaiki sebuah tangga. Dimanakah aku sekarang ini, kenapa anginnya terasa begitu kencang dan dingin. Anginnya begitu terasa menusuk kulitku. Iya, aku masih menggunakan pakaian tidurku saat ini. Tapi bukan hawa dingin ini yang membuat aku tak nyaman, melainkan bagaimana nasibku selanjutnya. Akankah hidupku akan diakhiri oleh mereka, tapi apa salahku. Sepanjang hidupku, aku tak pernah mempunyai musuh. Menurutku, aku selalu bersikap baik kepada semua orang bahkan orang yang baru aku kenal. Satu-satunya musuhku adalah Lia, dia teman satu kantorku, dan kami pun hanya bermusuhan saat bermain game ular tangga. Tapi kenapa sekarang aku mengalami kejadian seperti ini.

    Suara dengungan yang keras terdengar jelas ditelingaku. Tempat dimana aku duduk sekarang mulai bergetar. Didalam pesawatkah aku sekarang?

    Tak ada suara sama sekali disekitarku, hanya suara dengungan yang menurutku adalah suara baling-baling pesawat. Apakah aku sendirian didalam pesawat ini? Bukankah setiap pesawat yang hendak lepas landas harus meminta persetujuan dari menara pengawas terlebih dahulu, tapi kenapa daritadi aku tak mendengarkan sepatah kata pun dari pilot pesawat ini, apakah karena posisiku yang jauh dari kokpit?

    Aku hanya mampu berdoa, memohon perlindungan dan pertolongan dari yang maha kuasa. Dan aku masih berusaha menerka-nerka motif dari penculikanku ini. Jangan-jangan mereka salah culik orang. Semoga saja begitu, dan setelah mereka tau kalo orang yang seharusnya diculik itu bukan aku maka mereka akan membebaskan aku. Kalau mereka hanya ingin mengobrol denganku, kenapa harus dengan cara yang sangat tidak keren seperti ini. Kalau masalah pekerjaan, apa sih salahku, aku ini cuma seorang sekretaris di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan. Apakah ini ulah istri bosku yang cemburu gara-gara aku sering ditraktir makanan korea sama bos. Ah, masa sampai segitunya.

    Sekitar setengah jam lebih perjalanan, pesawat sepertinya mendarat. Dan keadaan masih sepi, tak ada percakapan atau suara manusia yang ku dengar. Tapi suara mesin pesawat sudah tak lagi terdengar. Sekarang terdengar suara pintu yang terbuka. Tubuhku ditarik lagi. Setelah menapaki tangga turun, aku dimasukkan lagi kedalam mobil oleh para penculikku.

    "Hmmmmphh.. Mmppphh.. Hmmmpp.. " Aku mencoba untuk berteriak, yang sebenarnya aku ingin sampaikan kepada penculikku bahwa aku lapar, aku ingin makan. Tapi ya mereka nggak bakal tau dan nggak mau tau kalo aku merasa lapar.

    "Hmmmh.." Aku mengerang kesakitan, aku merasa kepalaku dijitak.

    Mobil mulai melaju, dan seperti dipesawat tadi, tak ada seorang yang berbicara atau pun batuk-batuk. Jangankan batuk, suara tarikan nafas mereka pun tak terdengar. Ya Alloh, jangan biarkan umatMu yang cantik dan imut ini mati muda sia-sia oleh para penculik ini.

    Mobil berhenti, dan kudengar suara pintu terbuka disusul oleh suara percakapan antar manusia yang sedari tadi ku nantikan.

    "Ooh.. Itu Tuan putrinya? " ucap seseorang diluar sana.

    "Iya bos, silahkan kalo bos ingin memastikan, saya akan buka penutup kepalanya." sahut salah satu penculikku.

    'Putri?? Nah kan, mereka salah orang!!!' teriakku dalam hati.

    Penutup kepalaku dibuka, mataku terasa perih karena tiba-tiba diserbu oleh cahaya yang sedari tadi terhalang oleh kantong hitam yang tak tembus cahaya. Samar-samar kulihat seseorang yang dipanggil bos oleh para penculik yang sekarang tepat dihadapan wajahku. Bos penculik ini mungkin usianya sekitar 50an, dengan rambut putih yang terbelah rapi ditengah dan dibibirnya terselip cerutu yang ukurannya seperti ibu jari kakiku. Pakaiannya rapi, kemeja putih yang dipadukan dengan jas hitam yang terlihat begitu elegan.

    "Iya, benar. Inilah puteri yang selama ini kita cari."

    'Hah?? Namaku Dewi, bukan puteri. Kalian ini Katarak ya?' Protesku dalam hati.

    Kepalaku tertutup kain hitam yang baunya apek itu lagi.

    "Ayo, kita harus bergerak cepat, waktunya sudah hampir tiba." Perintah si bos.

    Aku dimasukkan lagi kedalam mobil, dan mobil terasa melaju dengan kecepatan tinggi.

    Setelah sekitar 15 menit mobil yang kami tumpangi berhenti lagi, namun kali ini suasananya lumayan ramai. Banyak kudengar bisikan-bisikan dari luar.

    'Jangan-jangan aku sedang berada di acara reality show yang di tipi-tipi itu?' pikirku.

    Setelah diturunkan dengan paksa (lagi) aku dituntun oleh salah seorang penculik. Terdengar hiruk pikuk kegiatan para penjahat ini, entah apa yang sedang mereka lakukan tapi sepertinya mereka benar-benar sibuk. Beberapa kali terdengar suara seseorang yang menyuruh mereka bergegas. Jujur aku mulai panik. Ya Alloh yang maha pengasih, jangan Kau cabut dulu nyawaku, masih banyak hal yang belum aku lakukan di Dunia ini.

    Penutup kepalaku dilepas lagi. Sekarang aku tau, ternyata aku berada dihutan antah berantah. Dan masih diliputi rasa khawatir, kulihat beberapa orang yang berpakaian jas laboratorium putih sedang sibuk merangkai sesuatu yang terlihat seperti sebuah altar dengan berbagai macam alat elektronik yang belum pernah kulihat sebelumnya disekeliling altar itu. Sedangkan para pria berjas hitam bersiaga disetiap sudut-sudutnya. Bos para penculikku berdiri dengan tenang sambil menghisap cerutunya sembari mengawasi kerja para bawahannya.

    'Ada apa ini sebenarnya? Kenapa tak ada yang menyempatkan diri untuk menjelaskan apa yang terjadi kepadaku?' gumamku dalam hati.

    "Mmmppf.. Mmmmm.. " Aku mencoba berontak.

    Si Bos berjalan menghampiri aku yang masih dipegangi oleh anak buahnya.

    "Tuan Puteri, berbahagialah. Sebentar lagi tuan Puteri akan kembali ke tempat dimana seharusnya Tuan Puteri berada." Dengan tenangnya dia berbicara dan tersenyum padaku sambil mengusap rambutku.

    'Apa sih yang sebenarnya terjadi? Kalau memang aku ini Tuan Puteri, kenapa aku diperlakukan seperti ini?' pikirku.

    "Bos, gerbangnya telah selesai, yang kita butuhkan sekarang tinggal kuncinya." kata salah seorang yang berpakaian jas laboratorium itu.

    Si Bos lalu menarik aku menuju altar aneh itu. Dari balik jas hitamnya, si bos tiba-tiba mengeluarkan sebilah belati yang terlihat kuno. Setelah berada ditepi altar, Si Bos mulai mengeluarkan bunyi gumaman yang aneh. Lalu dia memotong tali yang sedari tadi mengikat kedua tanganku, dan dipegangnya tangan kananku.

    Ya Tuhan, inikah akhir cerita hidupku. Akankah aku dijadikan tumbal pesugihan oleh orang-orang ini.

    "Aaaaaaa..... " Aku menjerit kesakitan saat pergelangan tangan kananku disayat dengan belati kuno itu. Darahku mengucur dipuncak altar itu. Kulihat Si Bos masih bergumam dan gumamannya itu semakin cepat, lalu dia menghujamkan belati itu ke puncak altar dan...


    DUARRRRRRRR.....
     
  5. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    Retakan yang diiringi oleh kemunculan sinar biru dari dalam tanah terus melaju dengan kencangnya mengelilingi bukit kecil itu.

    "Hahaha Terbuka.. Akhirnya usahaku selama ini terbayar juga." Ucap pria berambut putih yang merupakan pemimpin dari rombongan misterius itu sambil direntangkan tangannya lebar-lebar seolah sedang menyambut pelukan dari kekasih yang telah lama terpisah.

    Sinar biru masih terpancar dari puncak altar yang telah tertancap belati kuno tepat di tengahnya. Disebelah lelaki berambut putih, terkulai tak berdaya sesosok perempuan berambut hitam panjang yang menggunakan pakaian tidur dengan mulut yang masih dibekap kain dan darah segar masih mengalir dari pergelangan tangan kanannya. Tanah disekeliling altar mulai bergetar. Angin berhembus dengan liarnya sehingga membuat pohon disekitar hampir lepas dari akarnya.

    Bunyi ledakan kedua terdengar setelah retakan tanah berhasil menggapai ujung lain retakan itu. Cahaya biru terang yang berasal dari dalam retakan tanah telah berhasil mengelilingi bukit kecil dengan altar sebagai titik tengahnya dan semakin menjulang tinggi ke angkasa membentuk sebuah tabung cahaya berukuran raksasa. Lalu bukit dan seisinya tersedot ke atas dan menghilang.

    ***​

    Rintik air hujan mulai turun dari langit yang berwarna ungu dan jatuh membasahi tubuh Dwi yang masih terkapar ditanah. Berangsur-angsur kesadarannya mulai kembali. Perlahan dia membuka kelopak matanya walaupun hanya pandangan buram yang dia tangkap melalui kedua panca inderanya itu. Dia berusaha membalikkan tubuhnya yang sedari tadi dalam posisi tengkurap. Diangkat tangan kirinya dan dipandangnya tangan yang berlumuran tanah.

    'Dimana aku sekarang?' pikirnya.

    'apakah aku sedang bermimpi?'

    'ah.. Ini pasti hanya mimpi buruk.' lalu dia memejamkan matanya kembali, berharap semua kejadian yang telah terjadi hanyalah sebuah mimpi. Namun begitu dia membuka matanya lagi, dia masih berada dihutan dan bukan dikamar kost yang sempit tempat dimana dia seharusnya tinggal.

    Dia bangkit dari posisi tidurnya dan kini dia mengamati keadaan sekelilingnya sambil duduk bersila. Tetes hujan telah membasahi tubuhnya hingga kedalam pakaian yang dia kenakan. Otaknya mulai bisa bekerja dengan normal, dia mulai merangkai kejadian-kejadian yang baru saja dia alami.

    'Dimana sepedaku, bukankah tadi aku berada dipinggir jalan aspal, kenapa sekarang aku seperti sedang di dalam sebuah hutan rimba?'

    'Apakah rombongan misterius itu telah mengetahui keberadaanku dan lalu aku dibuang ke dalam hutan?'

    'Tapi hutan dimanakah ini, banyak pepohonan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Hei, kenapa dengan pengelihatanku, kenapa matahari terlihat menjadi dua?' berbagai macam pertanyaan berkecamuk didalam pikirannya.

    Langkah-langkah lemah dia tapaki dan mulai berjalan mencari jalan keluar. Deras suara hujan yang menerpa daun-daun diiringi suara-suara yang berasal dari serangga hutan membuat suasana semakin mencekam. Belum jauh dia melangkah, terlihat sekelebat bayangan putih dikejauhan.

    'Lho.. Itu kan orang-orang misterius yang tadi.' Lalu dia berlari dan bersembunyi dibalik pohon yang berukuran besar sambil mengamati rombongan misterius itu.

    Jantungnya mulai berdetak kencang lagi, penyakit lutut lemasnya kambuh. Dia mencoba menajamkan pandangannya. Walaupun tidak terlalu jelas, namun dia bisa melihat ada 12 orang dalam rombongan itu. 8 orang berjas hitam, 3 orang menggunakan jas putih laboratorium, dan yang satunya lagi seorang perempuan yang menggunakan pakaian tidur.

    'Hah? Kok ada cewek pakai piyama? Apa cewek itu yang tadi kepalanya ditutupi itu? Ah, tadi aku tak sempat memperhatikannya.'

    Dia langsung berbalik badan dan menyudahi kegiatan mengintipnya saat salah seorang dari mereka sepertinya menyadari keberadaannya.
     
    Last edited: Dec 29, 2013
  6. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    "Hei... Kalian semua. Bangun! Ini bukan saatnya tidur." Teriakan Si Bos membahana memecah keheningan belantara.

    Tergurat senyum puas dari wajah seorang Arya Sadewa, seorang arkeolog yang juga seorang guru besar disebuah universitas negeri ternama di Indonesia.

    "Tinggal selangkah lagi untuk mencapai apa yang selama ini kuperjuangkan." gumam dia.

    Terlihat beberapa bawahannya mulai sadarkan diri dan mulai membangunkan yang lainnya. Sebagian dari mereka tampak kebingungan. Lalu seorang dengan pakaian laboratorium berjalan mendekati Arya sambil memegang sebuah alat yang bentuknya menyerupai komputer tablet.

    "Tidak salah lagi pak. berdasarkan alat ini, kita sekarang berada di Mayapada." Sambil tersenyum, orang itu menyalami Arya Sadewa sebagai tanda selamat atas keberhasilan mereka.

    Bagaikan Rahwana yang telah berhasil menculik Shinta, Arya Sadewa tak kuasa menahan tawa bahagianya dan disambut oleh tawa para bawahannya.

    "BODOH!! Jangan senang dulu, periksa lagi apa benar kita sudah di Mayapada." Bentak Arya yang sontak menghentikan tawa para bawahannya seketika.

    "Kita harus memastikan terlebih dahulu, apakah kita masih berada di hutan yang tadi atau kita sudah benar-benar berada di Mayapada. Ayo kita cari jalan keluar dari hutan ini!" Perintahnya.

    "Umm.. Maaf bos, apakah pengelihatanku yang kacau atau memang benar Matahari yang ada diatas kita ini ada dua ya bos?" celetuk salah satu bawahan.

    Tanpa dikomando, semua orang langsung menghadap ke atas demi mencari kebenaran atas pernyataan temannya tadi. Dan benar, Matahari yang berada diatas mereka berjumlah dua, selain itu warna langitnya bukan biru, melainkan berwarna ungu seperti langit dikala senja. Dan bukan hanya itu, yang membuat mereka tercengang adalah saat mata mereka menyaksikan benda yang terbang melintas pelan diatas mereka, bukan makhluk hidup ataupun pesawat, melainkan sebuah pulau kecil yang juga terdapat hutan dipermukaannya.

    Disaat ketakjuban yang luar biasa sedang mendera mereka, terdengar suara lolongan binatang dari jauh sana. Tidak seperti lolongan serigala, lolongan ini terdengar lebih melengking dan dengan durasi yang lebih lama. Selain dingin yang tercipta oleh guyuran air hujan yang sedari tadi belum reda, kencangnya angin semakin membuat tubuh merinding dan menggigil.

    "Bangunkan perempuan itu, dan jangan lupa ikat kembali tangannya. Tanpa dia kita tidak bisa membuka gerbangnya lagi." Lalu Arya Sadewa menyapukan pandangan ke sekitar.

    Pandangan Arya Sadewa terhenti disebuah pohon besar. Dia merasa telah melihat sesosok bayangan yang sedang mengawasi mereka dari sana.

    "Siapkan senjata kalian, kita tidak tau bahaya apa yang mungkin akan mengancam kita disini."

    "Hmmmhpppff.. Mmmpfff... " suara teriakan yang tertahan oleh kain dari mulut Dewi yang masih dibekap.

    "Ah.. Sepertinya tuan puteri kita sudah bangun dari tidur indahnya." kata Arya Sadewa sambil terkekeh.

    "Beri dia jaket, aku tak mau tuan puteri kita yang satu ini mati kedinginan." Perintahnya.

    "Bos, semua peralatan telah selesai dikemas."

    "Oke. Kita mulai berjalan. Sebisa mungkin kita hindari bermalam didalam hutan."

    Lalu mereka mulai bergerak mencari jalan keluar dari hutan itu. Sekilas tak ada bedanya antara hutan di Bumi dengan kondisi hutan di Mayapada. Namun bila diperhatikan secara seksama, ukuran maupun jenis tumbuhan disini berbeda dengan hutan di Bumi. Begitu juga dengan mahluk-mahluk penghuni Mayapada, sebagian besar memiliki rupa yang tak lazim selayaknya mahluk hidup yang tinggal di Bumi.

    Sementara itu Dwi yang telah berhasil menghilangkan penyakit lutut lemasnya dan sedari tadi bersembunyi dibalik pohon mulai bergerak mengendap-endap mengikuti rombongan Arya Sadewa dari jauh.
     
  7. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    Maaf.. Telah terjadi kesalahan teknis. :maaf:
     
    Last edited: Dec 29, 2013
  8. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    Rombongan berhenti disebuah tanah yang agak lapang namun masih didalam hutan.

    "Kita beristirahat sejenak disini." Kata Arya Sadewa sambil melirik jam tangannya.

    'Sudah lebih dari 5 jam perjalanan dari titik awal, kenapa posisi matahari seperti tidak pernah berubah?' Pikirnya.

    "Catat koordinat lokasi kita sekarang dan buka penutup mulut Perempuan itu, mungkin dia kehausan atau butuh sesuatu." Perintah Arya Sadewa langsung dilaksanakan oleh bawahannya.

    "Heh Kampret. Kenapa kalian menculik aku dan membawa aku hingga ke hutan belantara ini Hah?!" kata-kata pertama keluar dari mulut seorang Dewi yang selama perjalanan ini dibisukan oleh para penculiknya.

    "Jangan marah gitu dong anak manis." jawab Arya Sadewa sambil tersenyum.

    "Siapa kalian dan apa tujuan kalian sebenarnya?"

    "Kami ini tim sukses dari salah satu calon presiden di pemilu tahun depan, dan kami mengajakmu kesini untuk liburan." Jawaban Arya Sadewa langsung disambut tawa oleh para bawahannya.

    Merasa dipermainkan, Dewi naik pitam.

    "Kampret!! Jangan bercanda denganku. Apa kalian sadar siapa yang sedang kalian culik ini? Aku ini keponakan jenderal polisi!" Dewi mencoba untuk menggertak walaupun dia sendiri ragu gertakannya akan berhasil membuat ciut nyali para penjahatnya.

    "Hiy.. Takut.. Kita ternyata menculik keponakan jenderal polisi." celetuk salah seorang yang memakai jas hitam yang lalu disusul oleh tawa semua orang.

    "Dewi Drupadi. Keturunan terakhir dari silsilah keturunan Resi Abiyasa yang masih hidup. Lahir di Jawa Tengah pada tanggal 3 september 1989. Anak satu-satunya dari pasangan Putrakama rasetta dan Kurniasih." kata Arya Sadewa.

    "Kami punya segudang data tentang dirimu dan keluargamu. Apa kamu pikir penculikan ini sebuah ketidak sengajaan?" lanjut dia.

    Dewi langsung terdiam saat mendengar penjelasan dari Arya.

    "Kalian gila ya? Siapa itu Reli Ablablabla? Kenal aja nggak. Setahuku, nama kakekku itu Subroto dari ayah dan Mahmud dari ibu." sahut Dewi.

    "Resi Abiyasa itu hidup ratusan tahun yang lalu, wajar bila kamu tidak tau kalau kamu adalah keturunannya. Aku sendiri butuh waktu bertahun-tahun untuk menemukan garis keturunan sang Resi, ya kamu itu lah. Beliau yang menulis kisah tentang dunia Mayapada. Dan didalam catatan asli yang dibuat olehnya, terdapat sebuah cara untuk menuju ke Mayapada." Terang Arya.

    "Tentunya beliau tidak menuliskan petunjuk itu secara terang-terangan, melainkan menyembunyikan informasi secara misterius dalam bentuk kode di buku ciptaannya." sambungnya.

    "Oke. Terserah apa kata kalian. Tapi darimana kalian yakin aku ini keturunan Remi Abdullah? Dan kalau memang aku keturunannya, apa hubungannya dengan aku hingga kalian culik aku?!" Potong Dewi.

    "Resi Abiyasa sayangku, bukan Reli ataupun Remi. Sepertinya kamu ini agak kurang cerdas ya atau pendengaranmu yang buruk?" Arya Sadewa tak sanggup menyembunyikan senyumnya.

    "Aku telah melakukan riset selama 20 tahun lebih untuk memecahkan misteri yang ditinggalkan Resi Abiyasa. Dan membutuhkan waktu sekitar 5 tahun untuk melacak keberadaan dari keturunannya. Dan hanya darah dari keturunan Resi Abiyasa yang bisa membuka gerbang buatannya untuk menuju ke Mayapada. kau sendiri bisa melihatnya, kita sekarang berada di Mayapada."

    "Kalau hanya darahku yang kalian butuhkan, kenapa nggak bilang aja dari awal. Aku rela kok kalian ambil darahku hingga satu kantong atau berapapun yang kalian minta daripada aku diculik seperti sekarang ini. Kalian itu tuh yang kurang cerdas." Dewi bersungut-sungut.

    "Tidak sesederhana itu sayang, nanti juga kamu bakalan tau kenapa keberadaanmu dibutuhkan disini." jawab Arya.

    "Aku tak peduli Mayapada atau apa, kalian harus membebaskan aku dan kembalikan aku kerumahku sekarang." Teriak Dewi.

    "Tutup lagi mulutnya, lama-lama aku tak tahan juga mendengar suaranya." Perintah Arya.

    "Eh.. Eh.. Jangan ditutup lagi. Oke, aku nggak bakal rewel lagi asal kalian jangan tutup mulutku lagi."

    "Kalau kamu tidak bisa bersikap manis, aku takkan segan-segan melakukan kekerasan kepadamu." Sepertinya ancaman Arya Sadewa berhasil menjinakkan sikap Dewi.

    "Ayo kita jalan lagi."

    Belum sempat mereka melangkahkan kaki, tiba-tiba langit mendadak gelap. Gelap total secara instan, bagaikan sebuah televisi yang dimatikan dayanya. Dua buah Matahari yang sebelumnya berada diatas mereka pun hilang entah kemana.

    "Ada apa ini?? Nyalakan lampu sekarang." Teriakan panik dari Arya terdengar hingga ke tempat Dwi yang sedang bersembunyi di balik pepohonan.

    "Haduh.. Kenapa lagi ini. Kok tiba-tiba gelap." keluh Dwi kepada dirinya sendiri.

    Dari jauh Dwi bisa melihat cahaya yang berasal dari lampu rombongan Arya. Dan mereka mulai mendirikan tenda disana. Suara binatang-binatang malam mulai bersahut-sahutan dari segala penjuru hutan. Hanya cahaya redup dari handpone miliknya lah yang menjadi teman dalam kegelapan.

    'Aduh. Udah lowbat, nggak ada sinyal lagi.'

    'Ini sebenarnya dimana sih, kok banyak hal aneh disini. Matahari ada dua, tadi ada burung kecil yang tampangnya mengerikan dan sekarang tiba-tiba jadi gelap.' Monolog Dwi dalam hati.

    Isi otaknya dipenuhi oleh banyak pertanyaan. Dikarenakan jarak yang agak jauh dari rombongan Arya, maka suara percakapan mereka yang menjelaskan tentang Mayapada tidak tertangkap oleh gendang telinganya.

    Dwi meringis perih menahan lapar yang dia rasakan. Seharian ini hanya Roti dan susu yang dia beli di warung langganannya yang dia masukkan kedalam perutnya. Sambil bersandar dipohon tempat dia bersembunyi, dia memejamkan matanya berharap rasa laparnya berkurang. Dan akhirnya dia pun tertidur.
     
    Last edited: Dec 29, 2013
  9. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    "Wi... Selamat ulang tahun ya. Ayo ditiup lilinnya." Ibu berkata sambil merangkul pundakku.

    Api kecil menari diujung sumbu lilin diatas kue kecil berwarna putih polos buatan ibuku saat kutiup pelan udara dari dalam rongga mulutku. Api kecil itu pun menyerah dan menyudahi cahayanya untuk digantikan oleh sehelai asap putih tipis yang kemudian ikut sirna dalam hitungan detik.

    "Hore.. Ayo berdoa dalam hati apa yang Dwi ingin capai di tahun depan." Perintah ayahku.

    Kulihat ayah, ibu dan juga kakakku tersenyum kepadaku. Tapi, dimana ini? Ini bukan seperti rumahku. Dan hei, kemana perginya mereka semua.

    Sekarang mataku tertuju pada seorang gadis kecil yang sedang berdiri menatapku dari luar jendela. Aku berjalan mendekatinya. Namun kenapa gadis kecil itu malah terlihat semakin jauh. Lalu aku berlari mengejar sosok gadis kecil itu. Dan dia menghilang dari pandanganku. Sekarang aku berada disebuah hamparan luas berwarna putih. Seperti sebuah ruangan yang sangat luas bercatkan warna putih, namun tak terlihat dinding maupun atapnya. Aku tersentak saat aku merasa bagian belakang bajuku ditarik pelan. Aku membalikkan badanku pelan. Kudapati gadis kecil tadi tepat berada didepanku kini. Gadis kecil dengan rambut panjang bergelombang dibiarkan tergerai dan sebuah pita kecil berwarna putih mengikat rambut bagian atasnya. Dia terlihat sangat manis, dengan memakai gaun warna putih yang berenda motif bunga semakin membuat dia terlihat manis.

    Mata kami beradu pandang. Aku menangkap sebuah rasa khawatir dalam pandangan gadis kecil itu. Cukup lama ku terdiam, sebenarnya aku menunggu gadis kecil itu mengatakan sesuatu kepadaku. Namun sepertinya dia juga sedang menunggu aku berbicara kepadanya juga.

    "Adek, dimana orang tuamu, kamu tersesat ya?" tanyaku.

    Gadis kecil itu tetap terdiam. Ekspresi wajahnya tak berubah. Aku belai rambutnya dan kurendahkan posisiku sehingga posisi kami sama tinggi.

    "Nama adek siapa dan darimana asalnya?" kulembutkan suaraku agar tidak membuat gadis kecil itu merasa takut kepadaku.

    Dia masih membisu. Lalu tangan kanannya diangkat dan ditunjukkannya padaku sekuntum bunga berwarna putih yang sungguh indah. Bunga yang belum pernah aku jumpai dalam hidupku. Sekuntum bunga itu menebar wangi yang terasa sangat nyaman saat indera penciumanku berhasil menangkap aromanya. Aku bertanya-tanya dalam hati, bunga apakah gerangan yang sedang dipegang gadis kecil ini. Tanganku berusaha meraih bunga itu, berharap aku bisa menyentuhnya. Namun gadis kecil itu menghilang lagi entah kemana. Aku mencari-cari dan berlari kecil di ruangan putih itu, tetapi usahaku percuma, tak lagi kulihat sosok gadis kecil itu.

    Apa ini, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang basah dan berlendir di wajahku. Kubuka mataku, butuh waktu sepersekian detik untuk mengembalikan kesadaranku yang masih sebagian tertinggal di alam mimpi. Dan betapa kagetnya aku saat aku menyadari dua mata yang besar dengan hidung yang basah, dua buah gigi yang panjang dan terlihat tajam mencuat dari rahang bawah mulut mahluk yang sedang berada tepat didepan wajahku.

    "Hiyaaa... Celeng!!" Aku berteriak sekuat tenaga.

    Aku langsung membalikkan badanku dan lari menjauh dari hewan itu. Saat kupalingkan wajahku lagi, ternyata hewan itu ikut lari dan terbang menjauh dariku. Mungkin binatang yang seperti Babi liar namun mempunyai sepasang sayap burung itu takut dengan teriakanku tadi.

    Kuatur nafas dan menenangkan diriku. Lalu aku bersandar dipohon tempatku bersembunyi sambil bertanya-tanya dalam hati mahluk apa sesungguhnya yang tadi muncul itu.

    Aku teringat dengan rombongan misterius yang sedari kemarin ku ikuti. Aku beranjak dari persembunyianku dan memandang kesekeliling hutan. Namun rombongan itu tak terlihat lagi.

    'kemana mereka pergi? Berapa lama aku tertidur tadi?' pikirku.

    Kulihat kedua matahari sudah berada tepat diatasku. Memang, posisi matahari sepertinya tidak bisa dijadikan patokan waktu karena berdasarkan pengalaman kemarin pergantian antara siang ke malam terjadi secara mendadak. Aku raih handponeku yang kusimpan dikantong celanaku untuk melihat jam. Namun sepertinya handponeku kehabisan baterai.

    Aku berjalan pelan ke arah rombongan itu mendirikan tenda tadi malam tanpa sedikitpun kukurangi kewaspadaanku. Terlihat bekas api unggun yang mereka buat tadi malam. Namun sepertinya mereka telah lama pergi, itu aku asumsikan dari bekas api unggun yang sudah tak lagi hangat. Lalu kemana perginya mereka. Aku mencoba menerka kemana arah mereka berjalan, aku berkeliling berusaha mencari petunjuk yang mungkin bisa kudapatkan.

    Jejak kaki pun tak ada sama sekali yang tertinggal. Dan akhirnya aku mendapatkan sedikit petunjuk kemana mereka pergi dari rimbunan semak belukar yang beberapa dahannya patah, mungkin terjadi setelah mereka melintasi belukar ini.
    Perutku mulai memberi tanda kepadaku untuk melakukan kewajibanku yang dari kemarin belum aku tunaikan. Lalu aku kembali ke tempat mereka berkemah tadi malam untuk mencari sisa makanan atau sesuatu yang bisa mengganjal perut laparku. Namun sayang, jangankan sisa makanan, bekas bungkus makanan pun tak terlihat satupun oleh mataku.

    'Setidaknya aku harus mencari Air minum dulu.' Dengan menahan rasa lapar aku berjalan lagi ke arah semak belukar yang mungkin telah dilewati rombongan misterius itu sambil celingukan mencari Air ataupun benda yang bisa kupakai untuk menampung air.

    Aku merasa sangat lelah setelah berjalan kurang lebih 2 kilometer dari tempat semalam. Kuputuskan untuk istirahat sejenak. Disekitar sini terdapat banyak tumbuhan yang terlihat seperti tumbuhan kantong semar. Aku pejamkan mataku sejenak sambil membayangkan nikmatnya es campur mang Ujang yang biasa aku beli saat pulang dari kampus bila cuaca sedang terik. Ah.. Betapa nikmatnya bila saat ini mang Ujang datang membawakan aku segelas es campur buatannya itu.

    Kusudahi lamunanku saat sayup-sayup kudengar seperti suara kicauan burung gereja. Kusebar pandanganku kesekeliling, dan dari jauh kulihat mahluk aneh bersayap yang kepalanya sedang dimakan oleh tumbuhan kantong semar tadi. Aku berlari mendekatinya, dan ingin menyelamatkan mahluk malang itu. Namun saat jarakku tinggal beberapa meter dari tumbuhan kantong semar itu, kepala mahluk kecil itu keluar dari kantong yang menelannya. Kuhentikan langkahku dan begitu kuperhatikan, ternyata mahluk kecil itu seperti sebuah peri yang biasanya ku lihat di kartun Barbie dengan sayap Kupu-kupu imut dipunggungnya. Dia sedang mengelap bibirnya yang basah dengan sebelah tangannya. Raut wajahnya terlihat puas, entah kenapa sebabnya.

    Aku memperhatikan lebih seksama apa yang sedang dilakukan oleh mahluk kecil itu sambil bersembunyi dibalik pohon lagi. Kepalanya masuk lagi kedalam tumbuhan kantong semar yang ukuran kelopaknya mungkin hampir sama dengan genggaman tanganku. Baru kusadari, ternyata tumbuhan yang seperti kantong semar itu bukan menelan mahluk kecil itu, melainkan mahluk kecil itu sedang meminum cairan yang dihasilkan oleh tumbuhan itu. Tak lama berselang kepala mahluk kecil itu keluar lagi dan lalu dia terbang pergi entah kemana dengan cepat dan kicauan yang berisik.

    Aku penasaran dengan tumbuhan itu. Ada banyak sekali tumbuhan seperti ini disekelilingku, aku petik salah satu bunga yang tumbuh didekatku. Kuperhatikan isi dari kelopak bunga tumbuhan kantong semar itu. Didalamnya terdapat cairan berwarna merah cerah seperti air sirup yang sepertinya mahluk kecil tadi minum saat kepalanya masuk kedalam kelopak bunga tumbuhan ini. Tapi setahuku cairan yang dihasilkan oleh tumbuhan kantong semar itu merupakan cairan asam yang berfungsi untuk melarutkan tubuh hewan seperti serangga yang terjebak masuk kedalamnya dan lalu diuraikan menjadi protein yang akan diserap oleh tumbuhan itu. Tapi kenapa mahluk kecil tadi terlihat sangat menikmati saat meminum cairan dari tumbuhan ini.

    Kucelupkan ujung kelingkingku kedalam kelopak bunga itu, agak takut juga sih. Tapi setelah beberapa menit kucelupkan ujung jariku, tak ada reaksi apapun yang kurasakan. Kutarik jariku dan kucium bekas cairan yang masih menempel di kelingkingku. Hei, aromanya segar dan setelah ku jilat kelingkingku dan ternyata rasanya manis, sepertinya cairan dari tumbuhan ini nikmat untuk kuminum. Atas nama perut lapar dan tenggorokan yang kering, aku nekat meminum cairan itu langsung dari kelopaknya. Aku teguk sedikit cairan itu dan kubiarkan melewati kerongkonganku yang kering. Ini lebih segar ketimbang es campur mang Ujang. Ada sensasi sejuk seperti mint di cairan ini. Kuteguk habis hingga tak tersisa lagi setetespun cairan yang tertinggal di kelopak yang tadi ku petik. Entah kenapa tubuhku terasa lebih fresh setelah meminumnya.

    Seperti orang yang sedang kesurupan, aku petik dan aku minum lagi dan lagi cairan yang berasal dari tumbuhan semacam kantong semar yang tumbuh banyak disekelilingku hingga perutku merasa penuh. Sambil mengelus perutku yang telah penuh oleh minuman bunga cinta aku lalu bersandar lagi dipohon dengan perasaan yang sungguh sangat bahagia. Iya, aku menamainya sendiri bunga itu. Entah kenapa aku merasa sangat berbunga-bunga seperti seseorang yang telah mendapatkan jawaban atas cintanya dari orang yang sangat disayangi, maka dari itu kunamakan bunga cinta.

    Dunia terasa berputar, dan semakin cepat berputar. Kepalaku terasa sangat berat. Namun aku tak merasa khawatir ataupun takut, aku hanya merasakan cinta yang meluap-luap di dadaku. Pandanganku gelap. Lalu aku terjatuh dan tak sadarkan diri dengan wajah yang dihiasi senyuman.
     
    Last edited: Dec 29, 2013
  10. Wateria M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 15, 2008
    Messages:
    2,760
    Trophy Points:
    147
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,495 / -0
    ini klonengannya sapa? wkwkw, kok skill postingnya uda jago banget :P
    hahaha... (saia aja enggak tau cara ngelink cerita post kedua sama post ke1 :D
    hahaha..., well, besok ini pasti rame kk :D sabar yah, aku juga izin bacanya besok, tp thanks banget uda mau sharing ceritanya dimari, kalau kk ada kelebihan waktu
    ikutan di lonje aja yah :D hehehe..., pasti tau kan lonje nya dmn :D

    met minggu pagi kk :D hehehe...
     
  11. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    Akhirnya ada yg mampir... :lalala:
    Ditunggu ya komentarnya... :peace:
     
  12. orange_doughnut M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Dec 28, 2013
    Messages:
    1,738
    Trophy Points:
    57
    Ratings:
    +427 / -0
    Gochiso sama deshita!!

    hmm, komen dari segi penulisan dulu deh:


    Diluar masih sepi. Langit masih menyembunyikan sang Mentari.


    Mentari, kenapa M nya huruf kapital?


    Embun pagi yg biasanya masih berkeliaran, hari ini tak menampakkan dirinya walaupun udara masih saja tetap terasa dingin yg menusuk pori-pori.


    embun berkeliaran? :shock1:




    "Hei... Kalian semua. Bangun! Ini bukan saatnya tidur." Teriakan Si Bos membahana memecah keheningan belantara.



    kesalahan yg paling fatal nih.

    harusnya, klo dialog pake titik (.) itu jangan ada kalimat keterangan setelahnya.
    nah, klopun mau ada, jgn pake titik(.) tapi koma(,).

    kyk gini:


    "Hei... Kalian semua. Bangun! Ini bukan saatnya tidur," teriakan Si Bos membahana memecah keheningan belantara.


    sehingga, 't' nya juga 't' kecil.

    trus:

    "Tinggal selangkah lagi untuk mencapai apa yang selama ini kuperjuangkan." gumam dia.

    selain yg titik tadi, lebh tepatnya ditulis aja, 'gumamnya', bukan 'gumam dia'. sebagai kata ganti org ketiga.




    ...dia masih berada dihutan dan bukan dikamar kost yang sempit tempat dimana dia seharusnya tinggal.


    di disini ada 2 kan: satu sebagai kata hubung trus satu lagi kata tempat. nah, klo kata tempat itu 'di'nya dipisah. jadi kyk gini:




    ...dia masih berada di hutan dan bukan di kamar kost yang sempit tempat dimana dia seharusnya tinggal.





    Yep, terus klo secara umum, aku masih ngerasa alur ceritanya masih gak lancar, ngandat.

    trus, ini mau pake POV orang pertama atau ketiga. soalnya di bagian pertama dan kedua, masih pake POV 1 kan, trus entah sejak kapan, jadi POV 3. jadi, kerasa gak konsisten gitu, kan? iya kan? atau gak?


    trus, yg agak terganggunya adalah nama karakternya. Dewi dan Dwi. Ini bener2 ambigu bgt klo pas baca ceritanya. emang masih bisa diindetifikasi, tapi sulit untuk disadari klo tidak diliat dengan seksama.





    Lanjut ke cerita ya:

    hmm, masih dlm ekspektasi sih. blum ada sesuatu yg menarik. trus pas tangan Dwi digores itu kenapa lukanya gak diobatin? lgsung diikat gitu tangnnya lagi? apa gak pendarahan gitu?

    untuk pendeskripsian settingannya, hmm, lumayan atau biasa ya? soalnya udh sering baca/liat di fic fantasy lain atau cerita atau movie atau anime lain klo masalah dunia alternatif kyk gini kan? jadi, gak terlalu beda jauh kyknya.


    yep, itu aja.

    skor mgkin sejauh ini: 7/10.


    Lanjutkan kk!!

    aku juga newbie. salam kenal kk kaka :hi:
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Dec 29, 2013
  13. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    Makasih banget udah dikoreksi.. :onegai:
    Banyak banget kesalahan yang fatal ternyata. :madesu:
    Untuk masalah PoV, aku sih niatnya emang sengaja bikin cerita pertama itu PoV si Dwi dan cerita kedua PoV si Dewi, maksudnya biar kena detailnya gitu. Dan di cerita yang butuh pandangan lebih luas aku pake PoV orang ketiga. Soalnya niatku itu cerita ini bercabang jadi tiga nantinya. Itu di cerita Dwi tersesat udah mulai aku cabang2in. Tapi iya juga sih, malah bikin bingung yg baca ya. Hehe
    Yosh.. Untuk kedepannya akan aku perbaiki lagi mulai dari cara penulisan hingga plot ceritanya. :hoho:
    Sekali lagi terima kasih atas koreksinya. :maaf:
     
    Last edited: Dec 29, 2013
  14. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    klo pengen bikin cerita bercabang sih, POV3 juga bisa kan?
    tapi, emng agak susah sih nulis pake POV3 klo dibandingin ama POV1, klo menurut aku sih.



    tapi, dicampur juga gk apa2 sih. POV1 ama POV3nya.

    pernah baca dimana gitu novel kyk gitu.


    tapi, jangan campur aduk gak jelas. bisa dikasih pola atau keterangan kyk gtu.


    :peace:
     
  15. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    Itu dia masalahnya kk.. Aku masih butuh waktu banyak buat belajar lagi.. Nulis dengan PoV 3 itu masih menjadi suatu hal yang susah buatku.. :ohno:

    Tapi terima kasih banyak atas segala masukan dari temen2 disini. :maaf:

    Yosh.. Tulisan selanjutnya harus lebih baik lagi.. :elegan:
     
    Last edited: Dec 29, 2013
  16. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :nongol: lagi pengen iseng nongol, sekalian tinggalin jejak de.
    komennya singkat aja de :zzzz: mata uda 1.5 watt tapi jari masih gatel
    untuk plot, saya belum bisa komen :hmm: baru baca bab 1 soalnya. sejauh yg uda saya baca, penyampaiannya uda cukup bagus, mudah dimengerti (bisa bikin saya bisa mengerti apa yang disampaikan meskipun dalam kondisi ngantuk berat :XD:)
    lalu untuk kekurangannya (selain dari yang sudah disampaikan oleh teman2 sebelumnya):
    1. penempatan huruf besar yang kurang tepat
    klo nda diikuti dengan nama gunungnya, sebaiknya jangan gunakan huruf besar :hmm:

    2. banyaknya pengulangan kata ganti -ku, salah satu contoh:
    klo pun yang dicoret itu dihilangkan, artinya jg akan tetap sama kan :unyil: baca nya juga lebih enak, jadi nda terkesan dipanjang2in

    3. ada beberapa pengulangan penyampaian informasi. nda sala sih, cuma jadi kurang enjoy aja bacanya (pembacanya banyak mao nya :hammer:)
    mungkin struktur kalimatnya bisa sedikit diperbaiki :XD: biar lebih enak gt

    4. penulisan 'yang' sering disingkat menjadi 'yg'. nda sala sih :XD: cuma kurang pas di hati ajah gt (maklum pembacanya rewel :hammer:)
    5. ini POV 1 kan?? saya juga kurang bisa menulis dengan POV 1 sih (bagi saya lebih mudah nulis pake POV 3 soalnya :XD:) jadi nda bisa memberikan saran yang baik. hanya ingin sedikit curhat ajah. untuk penulisan dengan POV 1, saya kurang bisa menangkap karakteristik MC-nya. atau mungkin bisa dibilang terasa kurang hidup. mungkin karena saya baru baca bab 1 juga sih.

    ah segitu aja de :dead: dan kok jadi panjang ya :XD: jangan bilang saya bawel yah
    segitu saja, semoga membantu :maaf:
     
  17. kakampreto M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 26, 2013
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +139 / -0
    Iya tante.. Dari sisi penulisan aja aku masih gagal. :dead:
    Aku harus belajar lebih giat lagi biar nggak mengecewakan para sepuh disini :belajar:
    Sekali lagi terima kasih atas koreksinya... :maaf:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.