1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Cerbung: Kartika

Discussion in 'Fiction' started by mimimiauw, Dec 26, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. mimimiauw Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 1, 2009
    Messages:
    112
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +169 / -0
    Dear All,

    Sedikit tentang saya dan cita-cita menjadi novelis saya:
    - menulis cerita semenjak SD
    - Karna saya dulu bingung gimana cara namatin sebuah cerita, maka saya buat meninggal aja tokoh-tokohnya -_-
    - sering mencoba menulis novel tapi selalu putus di tengan jalan (entah karena dokumennya hilang atau tidak mood lagi)

    Sekarang saya bertekad untuk menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Saya memulai menulis cerita yang "untuk sementara" saya beri judul KARTIKA ini pada tahun 2011. Hingga tahun 2013 ini, bisa dibilang baru selesai sekitar 1/4-nya (hiks).

    Baiklah, berikut chapter pertama dari novel saya yang berjudul KARTIKA. Semoga berkenan.

    Awal Mula
    Gemerisik air terdengar dari halaman sebuah rumah mungil bercat putih bergaya minimalis. Terlihat pula seorang wanita dengan rambut digelung ke atas, memakai gaun tidur, memegang selang, sedang menyirami tanaman di halaman tersebut. Raut wajah wanita itu menyiratkan kebosanan yang sungguh-sungguh. Setiap helaan napasnya—tarikan panjang, hembusan panjang, dengan bunyi dengus yang keras—menandakan ia muak dengan kesehariannya, tapi tentu saja, tak ada yang bisa dilakukannya melainkan tetap menyiram tanaman yang sama pada setiap pagi yang sama.

    Kartika sudah menyiram pohon yang sama selama lima menit terakhir dan membuat genangan becek di bawah pohon tersebut. Matanya kosong menatap akar-akar pohon yang sedikit menyembul dari tanah. Lamat-lamat ia menggeser selang tersebut ke pohon di sebelahnya dan kembali membuat genangan air berikutnya di bawah pohon yang lain. Kadang kala Kartika mengentakkan kakinya sedikit ke tanah, hanya untuk melampiaskan sedikit kemarahan yang bahkan ia sendiri tak tahu darimana datangnya.

    Kegiatan menyiram pohon kartika di pagi hari selalu diakhiri dengan lamat-lamat. Ia berlama-lama untuk menutup keran, berlama-lama memandangi jalan yang kosong, berlama-lama memandangi genangan air. Ia baru kembali ke dalam rumah ketika genangan air tersebut sudah menyerap ke dalam tanah, meninggalkan tanah yang basah di atasnya, itupun dengan langkah yang sedikit diseret.

    “Sayang..” panggil sebuah suara dari dalam rumah, memanggil Kartika. “Iya..” Kartika menyahut malas-malasan. Masih dengan langkah yang diseret Kartika memasuki rumah dari pintu dapur dan mendapati Jimi, suaminya, sedang duduk di meja makan dan meminum susu buatan Kartika. Kartika menyadari satu hal, Jimi adalah suaminya dan mematuhi suaminya adalah kewajibannya. “Kamu udah makan sayang?” tanya Jimi dengan senyum di wajahnya. Kartika yang pada saat itu sedang membereskan wastafel, membelakangi Jimi dengan cemberut. Tapi tentu saja sebagai seorang istri, ia memejamkan matanya selama dua detik dan membukanya kembali dengan senyuman yang lebar lalu membalikkan badan. “Aku gak lapar sayang, kamu aja yang makan ya” ujar Kartika sambil mengelus pelan rambut Jimi.

    Kartika sendiri tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya baik pada pagi itu maupun pada pagi-pagi lainnya. Kartika tidak bisa menjelaskan mengapa dia selalu berjalan dengan langkah berat untuk menemui suaminya, mengapa ia hampir selalu memaksakan senyum di wajahnya atau mengapa ia merasa terpaksa memasak untuk suaminya. Kartika tidak mengerti bagaimana dan darimana perasaaan-perasaan tersebut datang, yang jelas ia mengikuti alurnya. Ia mengikuti kemana perasaannya membawanya.

    Jimi menarik lembut tangan Kartika dan meminta Kartika duduk di sampingnya di meja makan. “Sudahlah, kerjakan itu nanti saja, sekarang temani dululah aku makan” pinta Jimi dengan tangan yang masih mengamit lengan Kartika. Lengan Jimi begitu berlemak seperti semua bagian tubuh Jimi yang lain. Ia tidak obesitas, hanya saja ia sangat senang makan dan tidak suka bergerak kecuali itu menghasilkan uang atau untuk Kartika. Jadi lemak pada tubuhnya mungkin sudah berada di sana semenjak ia bayi tanpa pernah dibakar.

    Ketika orang yang tidak mengenal Jimi dan Kartika melihat sepasang suami istri itu berjalan, rata-rata akan keheranan, betapa tidak cocoknya suami istri tersebut jika ditilik dari postur tubuhnya. Kartika masih terbilang muda dengan tubuhnya yang langsing dan tinggi, wajah putih dan klasik, rambut sebahu yang selalu dishampoo bersih sementara Jimi lelaki setengah baya dengan tubuhnya yang penuh lemak, 10 cm lebih pendek daripada Kartika, wajah berminyak dan rambut botak di tengah-tengah kepalanya.
    Kartika baru berumur 26 tahun. ia adalah seorang wanita cantik dan cukup populer ketika ia masih sekolah maupun kuliah. Walaupun tidak sepopuler perempuan-perempuan yang wajah dan gayanya seperti model, Kartika tetap dikenal sebagai perempuan yang cantik, penuh semangat dan ya, berteman dengan siapa saja. Ia mencapai periode keemasannya ketika mulai diterima bekerja di perusahaan internasional pada umurnya yang ke 23. Teman-teman dan rekan kerjanya meyakini dalam hati bahwa Kartika akan menjadi seorang wanita karir yang sukses, ia cerewet dalam artian yang menyenangkan dan memperlihatkan bakat-bakat kepemimpinan yang baik.

    Sepuluh menit kemudian Jimi memanaskan mobil dan lima menit kemudian ia berangkat ke kantor dengan sebelumnya mencium ke dua pipi Kartika dahulu. Kartika pun membalikkan badan, membanting pintu, melempar kunci rumah yang dipegangnya lalu menghempaskan badannya di atas sofa. Tarikan nafasnya panjang dan begitu pula dengan hembusan nafasnya. Seolah dengan bernafas seperti itu Kartika dapat menenangkan hatinya. Padahal, seberapa pun kerasnya tarikan napas Kartika, toh ia menangis juga pagi itu. Entah apa yang ia tangisi, Kartika juga tidak terlalu mengerti. Mirip dengan perasaan merasa kehilangan tapi bahkan kehilangan apa Kartika tidak mengetahuinya dengan jelas.

    Kartika ingin agar dirinya masuk ke kamar tidur, menikmati kesendiriannya, menikmati harinya tanpa Jimi suaminya, dan tidur, agar ia melupakan kesedihannya. Namun Kartika agak takut juga karna tidurnya seringkali dihiasi mimpi-mimpi buruk. Kartika tidak tahu bagaimana bisa dirinya bermimpi buruk terus-teruan dan ia menyalahkan Jimi karna mendengkur setiap malam. Saking jeleknya suara dengkuran itu, mungkin ia membawakan mimpi buruk untuk Kartika katanya.

    Kartika hanya terdiam di sofa tersebut dan memikirkan banyak hal pada masa lalunya. Tentang ibunya, tentang keluarganya, kehidupannya, pekerjaannya, teman-temannya dan tiba-tiba saja ia merasa seperti dibuang ke suatu hutan yang gelap dan tanpa jalan keluar. Tentu saja Kartika ingin pulang tapi ia tidak bisa melihat dalam kegelapan. Tentu saja kartika mencoba tapi sepertinya kegelapan tersebut tidak ada ujungnya. Kartika berpikir apabila ia tidak merasakan kebahagiaan yang nyata dalam hidup yang nyata maka mungkin sudah cukup baginya merasakan kebahagiaan khayalan dalam hidup khayalannya. Kartika sedang mengkhayal mengenai kehidupannya yang berbeda ketika suara handphonenya berdering kencang dari dalam kamar. Semenjak ia menikah, ia seringkali lupa bahwa ia mempunyai handphone. Ia bahkan benci pada handphonenya yang berubah menjadi terlalu pendiam setelah ia menikah. Seolah ikut pergi dari kehidupan lama Kartika. Dengan terkejut Kartika melompat dan berlari menuju kamar lalu menghambur mengangkat selimut, guling dan bantal hingga berantakan untuk mencari handphone tersebut. Tidak ketemu. Kartika panik. Kartika dengan cepat menunduk meraba-raba kolong tempat tidur dengan mata jelalatan mencari cahaya handphone. Tidak ada. Kartika mengeluarkan suara gerungan keras tanda kesal dan memukul pinggir tempat tidur. Kartika menarik napas mencoba untuk lebih sedikit tenang dan mencari kembali handphone di bawah bantal tidurnya. Ya! Akhirnya ia menemukannya!. Dengan cepat Kartika melihat layar handphone dan melihat bahwa panggilan tersebut adalah dari Ibunya. Dengan gemetar tangannya menjawab telepon itu.

    “Lama banget sih kamu angkat telpon mama?” ujar suara di ujung telepon. “maaf ma..” jawab Kartika lemas. “maaf..maaf.. mama tuh khawatir! Kamu ngerti gak sih? Kalau orangtua telpon itu langsung diangkat!” . “iya ma aku minta maaf, aku lagi di kamar mandi tadi.. maaf yah? Ada apa ma?” tanya kartika yang tahu tidak ada gunanya melawan ibunya. “gak..mama Cuma pengen tau kabar kamu aja, kan udah seminggu mama gak bicara sama kamu, tika..” ujar Ibu Kartika. Kartika membuka mulutnya untuk berbicara namun dengan cepat menutupnya kembali karena kebingungan akan menjawab apa. “Tik..kamu dengar mama gak sih?” tanya Ibu Kartika. “Iya dengar ma..” Jawab Kartika lemas. “Kamu apa kabar di sana?” tanya Ibu Kartika.

    “Aku bosan hidup dengan suami yang tidak aku cintai ma. Aku ingin kehidupanku yang lama. Aku ingin jalan hidup yang kupilih sendiri, bukan pilihan mama seperti ini. Kalau saja aku lupa kalau orang yang paling kucintai di dunia ini adalah mama, aku pasti lebih memilih mengepak seluruh barang-barangku, menyiapkan paspor, mendaftarkan visa ke luar negeri, pergi ke bandara, tinggal di luar negeri selama minimal 1 tahun, pergi ke pesta, bekerja, dan menikah dengan seorang laki-laki yang kucintai yang mungkin saja kutemui di bandara waktu aku akan berangkat ke luar negeri”. Betapa inginnya Kartika menjawab seperti itu. Hanya saja apa yang keluar dari mulut Kartika hanya “Aku baik-baik saja ma. Mama gimana?.

    “Tsk!” Ibu Kartika berdecak pedas. “Alah bohong! Dari suara kamu saja mama sudah tau kamu lagi boring” Cecar Ibu Kartika. Kartika menarik napas panjang dan menjawab “Yah begitulah ma”. Walaupun sebenarnya Kartika ingin sekali menjawab “Tolong jelaskan bagaimana caranya agar aku tidak bosan ketika hidup dengan laki-laki gendut, jelek, berlemak yang mendengkur terlalu keras saat tidur dan selalu membicarakan pengalaman golf tidak lucunya yang sama setiap dua kali sehari”.

    “Tik, kamu udah isi belum sih? Kamu sudah menikah hampir 1 tahun loh!” Tanya mama keras. Kartika menarik nafas panjang. Pertanyaan itu lagi. “iya ma.. sabar yah, anak itu kan rejeki dari Tuhan” jawab Kartika sebijaksana mungkin. “Alah, ya sudahlah, capek mama ngasih tau kamuuu terus!” ujar Ibu Kartika.
    Setelah sepuluh menit percakapan yang didominasi oleh Ibu Kartika, akhirnya percakapan itu selesai. Tidak membuat Kartika merasa lebih baik tentunya.
    Kartika termenung dan memandangi handphone yang digenggamnya. Pelan-pelan ia membuka pesan-pesan lama yang masih disimpan dan membacanya.

    Rahma
    “Tik.. lo yakin sama keputusan lo?”
    “Gue yakin”
    “Tik.. Engga papa sih.. Cuma gue ngeliat lo kok kaya yang engga bahagia..”
    “Tadi Rangga nanyain lo lagi dan gue gak tau mesti jawab apa”

    Mama
    “Tika, hari ini kamu ketemu Jimi ya nak”
    “Tika, balas sms mama. Kamu mau ketemu Jimi kan? Mama gak enak banget sama orang tuanya Jimi. Disangkanya mama mainin mereka! Tolong dong!”
    “Iya ma, ini aku berangkat”
    “Gimana tadi ketemu Jimi nak?”
    “Aku engga ngerti kenapa mama tega ngelakuin ini ke aku. Ini abad 21 dan mama masih ngejodoh-jodohin aku?”
    “Tika, mama gak suka kamu bersungut-sungut gini ya! Kamu sayang gak sih sama mama? Kalo kamu sayang kamu tinggalin si Rangga! Laki-laki begitu aja kok kamu sampe segitunya”

    Rangga
    “Sayang..”
    “Aku sayang sama kamu. Aku gak mau kamu menikah dengan orang lain selain aku”
    “Kenapa sih kamu harus selalu nurutin ibu kamu? walaupun kamu tau itu nyakitin diri kamu sendiri?!”
    “Kamu engga ngerti Ga.. Engga kaya gitu..”
    “Tika, kasih aku kesempatan untuk ngeyakinin ibu kamu bahwa aku engga seperti yang dia kira”

    Kartika termenung lama memandang SMS Rangga yang terakhir ia baca. Ia kembali mengulang memori mengenai usaha Rangga merebut hati ibunya.
    Kartika berasal dari keluarga kecil, dimana ibunya adalah anak tunggal, dan ayahnya juga anak tunggal. Kartika tidak mempunyai paman maupun tante dan tentunya juga tidak mempunyai sepupu. Kakek nenek Kartika telah meninggal semenjak Kartika kecil. Kartika seringkali iri melihat teman-temannya yang mempunyai keluarga besar, tidak seperti dirinya, yang setelah ayahnya meninggal, tinggal hanya berdua dengan ibunya. Ayah Kartika meninggal dalam tidurnya tanpa sakit apapun ketika Kartika berumur 9 tahun. Semenjak itu, tinggallah ia berdua dengan ibunya. Mereka melewati segalanya bersama, ketika ibunya yang janda itu tidak mempunyai pekerjaan untuk menyambung hidup mereka, ketika mereka berdua akhirnya pindah ke rumah yang lebih kecil, ketika akhirnya Kartika pindah sekolah karena sekolah swasta biayanya terlalu besar, ketika rumah mereka yang kecil itu bocor dan tidak seorangpun ada untuk membetulkannya, ketika ibunya membanting tulang dengan menjahit untuk kelangsungan hidup mereka, ketika mereka kesusahan dan tidak ada saudara yang membantu mereka.

    Mereka adalah segalanya bagi masing-masing.

    Suatu hari di ulang tahun Kartika yang ke 17, Ibunya berucap “Tik.. mama tau kamu terus beranjak dewasa. Sekarang saja tidak terasa kamu sudah sebesar ini nak..”. Kartika tersenyum mendengarnya dan berkata “ih, mama nih kenapa sih?” sambil tersenyum. Ibu Kartika tidak membalas senyuman anakknya, melainkan menundukkan kepalanya ke bahu Kartika dan memeluknya “Nak.. di dunia ini mama hanya punya kamu.. mama tidak sanggup kehilangan kamu, satu-satunya keluarga mama. Mama bahkan takut jika kamu menikah nanti, kamu akan dibawa oleh suami kamu entah kemana dan meninggalkan mama sendiri, meninggal sendiri!” Ibu Kartika berkata dengan sedikit terisak. “ Ya ampun, mama jangan ngomong begitu dong.. aku engga akan ninggalin mama tau..” jawab Kartika kaget.

    “Tika, kalau suatu hari nanti kamu akan menikah, jangan tinggalin mama ya nak”.

    “iya ma, gak mungkinlah aku ninggalin mama”.

    “Pokoknya mama hanya akan setuju menikahkan kamu dengan laki-laki yang bener-bener mama percayai gak akan merebut kamu dari mama”.
    Kartika sebenarnya tidak pernah menyangka bahwa mamanya benar-benar separanoid itu hingga hanya mau menyetujui pernikahan Kartika dengan Jimi, tetangga Kartika di rumahnya yang dulu ditinggali bersama dengan ayahnya. Orangtua Jimi sudah bersahabat dengan orangtua Kartika semenjak mereka pertama menempati rumah lama mereka, rumah lama Kartika dan ibunya pun dibeli oleh orangtua Jimi dengan tujuan membantu mereka. Mereka pula yang membantu Kartika dan ibunya mencari rumah untuk ditinggali. Saat itu, Jimi yang berumur 19 tahun membantu mereka memindah-mindahkan barang. Jimi bahkan terasa seperti abang sendiri bagi Kartika.

    Berkali-kali Kartika dan Rangga mencoba meyakinkan Ibu Kartika bahwa Rangga tidak akan membuat Kartika meninggalkan ibunya. Berkali-kali. Rangga bahkan berkata “Tika, biarin deh, aku dibudakin juga engga papa, jadi pembantu yang engga dibayar gitu, Tik” Ujar Rangga sedikit bercanda tapi sungguh-sungguh. Tapi hati Ibu Kartika keras bagai batu terlalu takut untuk mempercayai siapapun kecuali keluarga Jimi dan Jimi sendiri. Sampai akhirnya Kartika tidak lagi sanggup melihat air mata ibunya kembali jatuh dan memutuskan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Rangga.
    “Maafin aku, Ga, aku mencintai kamu.. tapi dia ibuku” Ujar Kartika sambil menangis. Rangga tak mampu mengucapkan barang sepatah katapun, ia hanya tertunduk dan memijit kepalanya. “Rangga..” Kartika memohon agar Rangga memecahkan keheningan antara mereka berdua. Rangga menarik napas dalam-dalam dan berkata “aku tau Kartika.. tapi apa aku bisa membiarkan kamu hidup tidak bahagia?”.

    Kartika terdiam. Dia tahu bahwa dirinya tidak akan bahagia tapi ia menjawab dengan mengangkat bahunya “siapa tahu, Ga! Aku kan belum mencoba! Mungkin aku bisa sayang dengan dia”.

    Rangga menatap mata Kartika dalam dan menggeleng sambil menghembuskan napas panjang. “ini salah. Salah banget, Tik!” ia tidak bisa menyembunyikan rasa frustasi yang ia rasakan.

    “Apanya yang salah, Ga.. aku hanya menuruti apa kata ibuku”

    “Kamu memaksa dirimu sendiri, Tika! Kamu.. Kamu tau apa yang ibu kamu lakukan itu egois! Kamu tau aku engga akan pernah nyakitin kamu! kalo aja kamu mau memperjuangkan kita!”

    “Aku memperjuangkan KITA, Ga! Hanya saja aku gak bisa lagi menyiksa ibuku begini!”

    Rangga terlihat menyesali kata-katanya barusan dan menarik kepala Kartika ke dadanya dan memeluknya. “Kenapa kita begini, Tika..”

    “Maafin aku, Ga.. aku sungguh-sungguh minta maaf”

    Rangga tidak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya dan mencium Kartika dengan lembut. Air mata yang dirasakan akan keluar dari matanya, mati-matian ditahannya. Ia tidak ingin Kartika melihatnya. Diremasnya dan dihirupnya rambut Kartika, berharap ia akan mengingat aroma itu selamanya. Kartika menangis dan berkata,

    “Aku mencintaimu, Rangga”

    “Aku juga sangat mencintaimu, Tika”

    “Rangga, tolong maafkan ibuku”

    Rangga terdiam dan tertawa kecil sambil membuang muka dan memandang Kartika kembali lalu berkata “Aku mencintaimu, Kartika”.

    Cinta tinggal kata-kata setahun kemudian. Setelah 9 bulan Kartika menikah dengan Jimi, Rahma mengabari Kartika sebuah kabar yang Kartika tidak tahu ia harus sedih atau bahagia. Rangga akhirnya menikah. Menikah dengan Tatia, mantan pacar Rangga yang seringkali Kartika cemburui semasa pacaran dulu. Setelah mendengar kabar pernikahan Rangga, entah mengapa, untuk alasan yang tidak bisa dideskripsikan, Kartika merasa paginya lebih hampa dari pagi-pagi sebelumnya.
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Dec 26, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Ii_chan M V U

    Offline

    Minagiru ai

    Joined:
    Jun 27, 2013
    Messages:
    4,958
    Trophy Points:
    187
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,180 / -55
    hmm. selesai :yahoo:

    komennya mgkin:

    1. ini optional sih, klo kebiasaan di sf ini, ceritanya lbh baik di tag spoiler kk, jangan tag quote. hmm, bukan apa2 sih. cuman habit doang, tapi paling gk ngaruh gak ngaruhnya, ngaruh sih.

    2. selanjutnya mgkin, kalimat yg kyk gini:

    Sudahlah, kerjakan itu nanti saja, sekarang temani dululah aku makan” pinta Jimi dengan tangan yang masih mengamit lengan Kartika.


    harusnya:

    Sudahlah, kerjakan itu nanti saja, sekarang temani dululah aku makan,” pinta Jimi dengan tangan yang masih mengamit lengan Kartika.


    pake koma diantara dialog dan kalimat keteranganya. aku cuman tau itu sih, coba tanya @merpati98 lbh lanjut lagi.

    3. yg ketiga mgkin:

    dialognya juga harus dikasih paragraf supaya lbh mudha dibaca. nggak satu paragraf bertimbun dialog disitu. contoh mgkin:

    “Lama banget sih kamu angkat telpon mama?” ujar suara di ujung telepon. “maaf ma..” jawab Kartika lemas. “maaf..maaf.. mama tuh khawatir! Kamu ngerti gak sih? Kalau orangtua telpon itu langsung diangkat!” . “iya ma aku minta maaf, aku lagi di kamar mandi tadi.. maaf yah? Ada apa ma?” tanya kartika yang tahu tidak ada gunanya melawan ibunya. “gak..mama Cuma pengen tau kabar kamu aja, kan udah seminggu mama gak bicara sama kamu, tika..” ujar Ibu Kartika. Kartika membuka mulutnya untuk berbicara namun dengan cepat menutupnya kembali karena kebingungan akan menjawab apa. “Tik..kamu dengar mama gak sih?” tanya Ibu Kartika. “Iya dengar ma..” Jawab Kartika lemas. “Kamu apa kabar di sana?” tanya Ibu Kartika.


    harusnya kyk gini:


    “Lama banget sih kamu angkat telpon mama?” ujar suara di ujung telepon.

    “maaf ma..” jawab Kartika lemas.

    “maaf..maaf.. mama tuh khawatir! Kamu ngerti gak sih? Kalau orangtua telpon itu langsung diangkat!” .

    “iya ma aku minta maaf, aku lagi di kamar mandi tadi.. maaf yah? Ada apa ma?” tanya kartika yang tahu tidak ada gunanya melawan ibunya.

    “gak..mama Cuma pengen tau kabar kamu aja, kan udah seminggu mama gak bicara sama kamu, tika..” ujar Ibu Kartika.

    Kartika membuka mulutnya untuk berbicara namun dengan cepat menutupnya kembali karena kebingungan akan menjawab apa.

    “Tik..kamu dengar mama gak sih?” tanya Ibu Kartika.

    “Iya dengar ma..” Jawab Kartika lemas.

    “Kamu apa kabar di sana?” tanya Ibu Kartika.



    kyk gitu. lbh nyaman untuk dibaca kan. nah harusnya di akhir dialog dikasih titik klo gak ada kalimat keterangannya itu, tapi klo ada dikasih koma.








    selanjutnya, mgkin ke cerita ya?

    intinya, ini kyk cerita siti nurbaya di abad 21 ya? #geh , aku masih ingat pas baca bukunya pas sma, uey. :lol:


    hmm, kesannya gimana ya, aku juga gak terlalu ngerti sih perasaannya si kartika, tapi ceritanya lumayan bgs.

    kesepian dan kehampaan kartikanya lumayan dapet. dan katerpaksaannya karena ibunya.


    tapi, lemahnya mgkin di bagian konflikny yg kurang bgt. mgkin konfliknya masuk konflik batin ya?

    coba konfliknya itu hingga dia gak sanggup lagi, trus ngelawan ibunya, trus si jimi dll kyk gitu mgkin, jadi lbh 'explosive' kyk gitu.


    klo cuman kyk gini mah, kyk baca curhatan seorang ibu rumah tangga yg gak siap nikah gitu aja sh soalny.




    itu aja kyknya :maaf:


    keep writing,

    kunjungi lounge juga yah, sapa2 penghuni disni, makin banyak yg kita kenal, makin banyak yg bisa dipelajari :lalala:
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Dec 26, 2013
  4. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    eaa... disummon... @_@

    1. Tambahan dari komen Ii-chan, iya emang... cerita mendingan dispoiler, biar kalau panjang ngescrollnya ga capek nantinya. Dan jangan dimasukin quote, karena baca huruf miring lebih sakit daripada huruf blok biasa.

    2-3. Dialognya udah dikasih tau Ii-chan ya. Tapi... well, benerin lagi... habis tanda kutip awal pake huruf kapital kalau kalimat sebelum itu diakhiri titik. Intinya sih, sama aja kayak kalimat lain, yang huruf kapital di awal. Soal pake koma di belakang sebelum tanda kutip... itu pastinya buat penanda jeda. Karena kalau kita baca kalimat langsung, pasti kita kasih jeda dulu sebelum lanjut ke keterangan narasinya kan? Sama aja kayak kalau pake tanda seru, tanda tanya, titik... Intinya buat pemberi tanda gimana kalimat itu harusnya dibaca. Kalau misalnya ga dikasih, ya berarti pembaca boleh asal tabrak aja bacanya. Soal pemisahan paragraf jg kayak yang dibilang Ii-chan.

    Well, soal penulisan, selain tata bahasa, udah bagus banget ya.:matabelo Kalimatnya ngalir, diksinya pas, dan feel yang keluar dari tiap katanya#lebay, juga kerasa.

    Ceritanya... tsk. Kenapa komenku sama ma Ii-chan, Siti Nurbaya ver modern tapi konflik utama bukan pas dipaksa nikah, soalnya udah terjadi.#ngek

    Yang rasanya agak janggal paling ibunya. Muncul pertama kali di cerita itu... Ibunya Kartika bener-bener ngeselin parah kesannya. Ngomong seenaknya, kek Ibu mertua lagi ngebully menantunya di sinetron-sinetron gitu malahan. Ga ada kesan ibu yang penyayang sama sekali, dan rasanya wajar kalau dia maksa ngejodohin anaknya atau begitu. Cuma Kartikanya jadi mengherankan kenapa ga melawan sama sekali, padahal karakternya, pas di penceritaan masa lalu, kayaknya punya sifat yang kuat begitu.

    Cerita berlanjut, diliatin kalau ibunya itu ibu yang... penyayang juga(ditambah paranoid), dan dia emang orang yang paling Kartika.. hormati. Tapi kesan di awal sama kesan yang muncul setelahnya ga seimbang. Jadi yang kebayang tetep kesan di awal. Ibunya nyebelin. Dan Kartika anak yang terlalu baik, dan kata terlalu itu ga pernah bagus. Biarpun kek yang saya bilang, kesan sifatnya dia pas di masa lalu itu kuat. Trus... Kenapa jadi begini?

    Hem... masalah selain pernikahan yang dipaksa, nggak keliatan ada tanda-tanda drama yang lain. Lupain soal Jimi yang jelek, dia jg keliatannya cukup baik. Trus Ibunya... yang paling berasa tokoh antagonis juga... emang mau ngapain lagi? Well bisa aja sih. Tapi kalaupun ada, cuma penambah bumbu rasanya. Yah. Masalah paling utama emang di Kartika sih. Kartika yang sekarang yang berasa pathetic, dan boring.:ngacir: Setuju ma sher--Ii-chan, kayak ngedenger ibu RT curhat jadinya. Gapapa sih.

    'kay, lanjutkan:top:

    ---

    Trivia

    Liat kalimat perkenalan di awal:matabelo, masa tokohnya dimatiin melulu:lol: di sini ada tuh, yang juga suka gitu. Endingnya tokohnya mati:lol:
     
    Last edited: Dec 26, 2013
  5. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Ganti jadi bentuk spoiler dulu baru saya baca :lalala:
     
  6. emogeboyz Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 20, 2011
    Messages:
    41
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +30 / -0
    keren banget ceritanya, cepet dong sambungannya selesain
     
  7. Wateria M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 15, 2008
    Messages:
    2,760
    Trophy Points:
    147
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,495 / -0
    mata gw sirep bener, wkwkwk..., kedut2..., paragraf2 awalnya bagus, :D
    lamat2 apaan yah? ><" ada di kamus bahasa indonesia yang baik dan benar enggak yah? :D - ngacir ngecek dulu

    wkwkwk, itu comment sepuh diatas uda bagus2 ada baiknya untuk masukan buat kamu tS :D
    hehehe... nih si TS enggak berasa apa harus di quote dlu yah? :D hahaha...

    well, se-paranoid itu, soalnya se itu biasanya utk seseorang yang
    dan paranoid itu embel2 kata ini tidak bisa dipakai utk tulis dijadiin separanoid itu, jadi aneh bacanya.
    hehehe...

    terus beberapa hal itu uda dtulisin sama yang diatas, (psstt..., itu sepuh lonje, kamu mampir aja ke lonje. :D kayanya aku harus mention kamu dlu deh biar ada notifnya di atas kanan.) mimimiauwmimimiauw;

    dijamin kamu kalau di lonje pasti ilmunya nambah dalam seminggu (rajin2 posting cerita aja, soalnya skrg lonjenya lagi penuh sama obrolan ttg VN)

    terus apa lagi yah, ohhh yah, saat ganti orang yg ngomong pakai kalimat langsung, ada bagusnya dikasih kata ibuku contoh...
    bentar ambil dulu diatas.

    “Lama banget sih kamu angkat telpon mama?” ujar suara di ujung telepon. “maaf ma..” jawab Kartika lemas. “maaf..maaf.. mama tuh khawatir! Kamu ngerti gak sih? Kalau orangtua telpon itu langsung diangkat!” . harusnya disini dikasih [omel ibu kartika] “iya ma aku minta maaf, aku lagi di kamar mandi tadi.. maaf yah? Ada apa ma?” tanya kartika yang tahu tidak ada gunanya melawan ibunya. “gak..mama Cuma pengen tau kabar kamu aja, kan udah seminggu mama gak bicara sama kamu, tika..” ujar Ibu Kartika. Kartika membuka mulutnya untuk berbicara namun dengan cepat menutupnya kembali karena kebingungan akan menjawab apa. “Tik..kamu dengar mama gak sih?” tanya Ibu Kartika. “Iya dengar ma..” Jawab Kartika lemas. “Kamu apa kabar di sana?” tanya Ibu Kartika.

    utk yang sms, ada baiknya juga kalau emang tulisannya masih orang yang sama jangan di kalimat baru, soalnya sms kan kaya sebongkah2 gitu yah, sepotong2 gitu..., terus ada lagi, ini yang baru saya pelajari kemarin.
    selain kalimat langsung, kalau kamu mau menjelaskan tentang sms, atau hal2 yang lain, ada baiknya pakai tanda ' daripada ".

    oh satu lagi sbelum lupa, saat menjelaskan karakter kok diputus gitu, aku lagi baca karakter jimi abis itu tiba2 kartika uda berusia 26 tahun. :P jiminya uda sampai situ doang, emang sih dia jelek, gendut, nyebelin, tp kan lagi dideskripsiin, kok diputus :P aku sampai cariin lagi, ini udahan deskripsiin si jimi nya yah? :D hehehe...

    segini dulu yah, kamunya lagi offline, nanti akan ditambahin lagi kalau uda kepikir lagi :D hehehe...
    mau dikasih link ke lonje? :D
     
    Last edited by a moderator: Apr 25, 2015
  8. mimimiauw Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 1, 2009
    Messages:
    112
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +169 / -0
    Banyak Terimakasih

    Wow, terimakasih banyak atas masukannya.. saya bahagia banget.. kalian adalah orang yang ngasi masukan ke tulisan saya setelag guru bahasa indonesia saya waktu kelas 1 SMA..

    sudah kugantin jadi hide..

    Iya ini baru bab 1, masih ada bab-bab selanjutnya.. tapi saya benerin dulu (berdasarkan masukan kalian juga).

    terimakasih yaaaaa....
    :ogcihui: :ogtop:
     
  9. mimimiauw Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 1, 2009
    Messages:
    112
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +169 / -0
    Iya boleh donk link lonjenya.. Terimakasih sebelumnya..
     
  10. Wateria M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 15, 2008
    Messages:
    2,760
    Trophy Points:
    147
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,495 / -0
    http://forum.indowebster.com/showthread.php?t=457067&page=124&p=27568085#post27568085 kk, latest post yah, kalau kk ikutin dari awal juga boleh terserah kk aja, :D
    hehehe, disini kalau iseng dan pengin nambah ilmu, juga bisa selain di lonje, yaitu di index SF FIC, cari aja, abis itu baca2 in tulisan2 orang juga, biasanya ada yang dikomen2, saya juga abis dikomen2, wkwkwk saya masih cupu juga kk soalnya.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.