1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Shuuten with or without her.

Discussion in 'Fiction' started by sherlock1524, Dec 15, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    Pagi all, :hi:


    Shuuten, 14.40.

    Aku membuka mataku dan merasakan angin laut sepoi menerpa lembut kulitku.

    “Ah, aku tertidur lagi,” pikirku sambil mengangkat buku yang menutupi wajahku.

    Entah sudah berapa lama aku tertidur. Mungkin karena udara di pelabuhan ini yang begitu enaknya untuk tidur, atau mungkin karena buku yang kubaca ini sangat membosankan, atau mungkin karena keduanya.

    “Baru seperempat buku kah? padahal besok harus dikembalikan. Apa aku menyerah saja ya?” pikirku.

    Aturan pertamaku: kalau membaca satu buku harus menyelesaikan buku itu meskipun isinya sejelek apapun.

    Namun sepertinya aku meminjam buku yang salah minggu ini. Aku pikir dengan gambar cover yang menarik, isi buku ini juga menarik. Sayangnya, dari bab pertama hingga bab yang terakhir yang kubaca, protagonisnya hanya berbicara tentang alam, tentang kehidupan, tentang masalah-masalah yang aku sama sekali tidak peduli.

    “Ya, sudah diputuskan. Aku menyerah sa—”

    “Jangan.”

    Sebuah suara memasuki pendengaranku. Suara cewek.

    A-ahaha, tidak mungkin. Di pelabuhan terasing ini, hanya aku saja rasanya yang pergi kesini. Tidak mung—

    Saat aku menoleh kesamping, sosok itupun muncul. Dengan tiba-tiba.

    “Jangan buang buku itu....,” katanya sambil mencoba merebut buku di tanganku dengan paksa.

    “Eh?” aku terheran dan karena aku terheran cewek itu berhasil merenggut buku tersebut dengan paksa, namun disaat terakhir aku berhasil menarik setengah dari buku itu lagi.

    Hasilnya, buku yang berada di tanganku tinggal sebelah, dan di tangan gadis itu juga sebelah.

    Buku itu terbelah menjadi dua bagian.

    AAAAAAAAAH!!!

    Aturan kedua: buku adalah makhluk hidup. Meskipun kamu tidak memakannya –membacanya – semua, paling tidak kamu jangan membunuhnya – merobeknya -.

    “Hei, perempuan. L-lihat apa yang kamu lakukan,” kataku sambil mengancung-ancungkan belahan buku yang tersisa di tanganku. Sayangnya, lembaran buku yang copot itu semakin diterbangkan oleh angin, meskipun aku tidak peduli dengan hal itu.

    Seolah membalas perkataanku, cewek yang tidak kukenali itu hanya menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu. Dia sepertinya adalah anak SMA sama sepertiku, berambut panjang hitam, berpakaian seragam sekolah, dan menyandang tas berwarna biru.

    “Kamu, merusak, buku, ku. Ngerti? Ngerti gak? Atau kamu tuli?” jawabku dengan kasar. Tentu saja, aku tidak bisa membiarkan kejahatan pembunuhan yang terjadi di depan mataku ini begitu saja.

    Dia tidak berbicara lagi.

    Eh, apa dia bisu? Ia, ia, tentu saja tidak. Dia berkata ‘jangan’ tadi kan? Dan kata-kata selanjutnya yang tidak aku ingat lagi.

    Atau dia kehilangan suaranya karena shock aku berteriak keras di depannya?

    Mungkin saja.

    Dan setelah kupikir-pikir, sepertinya aku yang terlalu marah dan mengatakan hal yang kurang sopan di depannya.

    Sepertinya, aku harus minta maaf ya?, pikirku sambil melihat genangan air yang makin melimpah di pelupuk mata gadis itu.

    Ya, ya, aku harus minta maaf, sepertinya.

    Namun, sebelum aku hendak mengucapkan kata-kata itu, si gadis tersebut segera mengambil tas nya yang terjatuh dan lari tunggang langgang meninggalkanku di Shuuten ini sambil membawa setengah bukuku yang robek di tangannya.

    Ah, sepertinya aku dalam masalah, pikirku sambil melihat setengah buku yang kupinjam dari perpustakaan sekolah itu.

    >.<​

    Esok harinya, setelah menundukkan kepalaku selama 15 menit di depan petugas perpustakaan dan dilihat dengan malu oleh berpasang mata di perpustakaan, barulah aku segera menuju ke Shuuten. Agak telat dari biasanya.

    Dan akibat kesalahanku, atau kesalahan gadis itu, aku tidak bisa meminjam lagi buku di perpustakaan sekolah hingga aku mengganti buku itu kembali.

    Ah, dimana lagi aku bisa meminjam buku ya?, pikirku.

    Tentu saja, aku tidak bisa membeli buku yang harganya melebihi uang sakuku, pikirku lagi.

    Sambil memikirkan masalah itu, langkah kakiku pun berhenti di Shuuten seperti hari-hari sebelumnya.

    Shuuten. Wujud sebenarnya adalah sebuah pelabuhan yang sekarang tidak terpakai lagi. Yang tersisa disana hanyalah sebuah rumah yang dulunya berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang, dan pelabuhan yang hanya menyisakan sebuah bangku panjang dan sebuah papan nama yang setengah tenggelam bertuliskan Shuuten.

    Beberapa hari dulu, aku pernah bertemu dengan kata itu di sebuah novel yang kubaca, dan ‘Shuuten’ ternyata diartikan ‘Pemberhentian Terakhir’.

    Karena itulah, aku memanggil pelabuhan ini Shuuten.

    Pemberhentian terakhir bagiku untuk melepas lelah dari sekolah dan membaca buku dengan tenang disini. Meskipun aku berakhir dengan tertidur daripada membaca sih. Dan tempat ini sangat nyaman karena tidak ada satu orangpun yang tahu atau peduli dengan tempat ini. Hingga kemarin.

    Ya, hingga cewek itu datang dan menghancurkan hariku.

    Sebagai pihak teraniyaya disini, aku telah berdoa semoga dia tidak pernah muncul lagi dihadapanku, namun—

    Sepertinya doaku tidak terkabul saat aku melihat cewek yang kemarin telah duduk di bangku panjang pelabuhan itu hari ini.

    Apa aku bukan pihak yang teraniyaya disini, ya?

    >.<​

    Aku melangkah makin dekat kearahnya.

    Semakin dekat hingga aku bisa melihat dia berdiri dari bangku panjang dan mempersiapkan mentalnya untuk berhadapan denganku.

    Oi, oi. Jangan bilang ini adalah momen <kokuhaku> yang legendaris itu?

    Tentu saja tidak, pikirku sambil membuang pikiran itu.

    Semakin dekat, dan aku bisa melihat dia membuka tas birunya dan memasukkan tangannya kedalam itu.

    Oi, oi. Jangan bilang dia mengambil pisau dan mencoba membunuhku?

    Tentu saja tidak, bodoh.

    Berhentilah berpikir yang tidak-tidak, diriku.

    Semakin dekat, dan kini diriku telah berhadapan dengannya. Dia ternyata agak pendek daripada yang kubayangkan, dan wajahnya yang sekarang mulai agak tegas dibandingkan kemarin.

    “Maaf mengganggumu, makhluk yang lebih parah daripada monster.”

    “Makhluk yang lebih parah daripada monster? Apa itu?”

    “Makhluk yang mencoba membuang bukunya itu bukankah makhluk yang lebih parah daripada monster?”

    “Ah, benar juga. Tapi, aku bukan makhluk yang mencoba membuang buku.”

    “Eh? Bohong.”

    “Tentu saja tidak. Untuk apa aku membuang buku perpustakaan. Jadi, apa mau sekarang?” tanyaku dengan sinis.

    “Hmm, aku minta maaf atas kejadian kemarin. Aku tidak bermaksud untuk melakukan itu. Itu kecelakaan yang tidak disengaja. Percayalah padaku.”

    “Ya, ya. Aku percaya. Udah? Kalau gitu, selamat tinggal,” jawabku sambil merebahkan punggungku ke sandaran bangku panjang itu.

    Ah, ini buruk. Entahkenapa, kalau tidak ada buku di tanganku, suasana di pelabuhan ini menjadi aneh. Apalagi dengan kehadiran dia, pikirku sambil melirik kearah cewek yang memanggilku ‘makhluk yang lebih parah daripada monster’ itu.

    “Ano, kalau boleh, aku mau menggantikan buku yang kemarin? Aku punya buku yang sama dengan itu. Buku ini peninggalan nenekku yang merupakan hadiah dari kakekku saat kakek melamar nenek. Ini, saya berikan.”

    Dia mengeluarkan tangannya yang berada di dalam tas tadi, dan mengeluarkan sebuah buku yang memang sama dengan buku yang kemarin aku baca.

    Eh, apa ini keberuntungan?

    Jika aku mengambilnya, maka aku bisa meminjam buku perpustakaan lagi.

    Tapi peninggalan arwah nenek kah? Aku tidak cukup suka mendengar kalimat itu.

    “Dan juga, tolong ijinkan aku untuk duduk disini juga. Aku dari dulu pengen menggambar pemandangan di sekitar ini. Cuman pemandangan di pelabuhan ini saja yang tidak pernah kugambar. Karena ada kau, maaf, kamu,” katanya sambil mengeluarkan lagi sebuah buku sketsa bersama sekumpulan pensil-pensil berwarna yang tidak kuketahui.

    “Hmmm.......,” aku berpikir dengan keras sambil duduk di bangku panjang itu sambil menatap batas horizon laut di depan mataku.

    Berpikir, diriku.

    Kemungkinan pertama, jika aku mengatakan ‘iya’. Artinya, aku bisa meminjam lagi buku di perpustakaan dan kehidupan sehari-hari ku akan kembali. Namun, dia akan berada disini jika aku mengatakan ‘iya’ dan artinya kehidupan sehari-hariku tidak akan seperti semula lagi. Itu buruk. Benar-benar buruk.

    Bagaimana dengan kemungkinan kedua?

    Kemungkinan kedua, jika aku mengatakan ‘tidak’. Artinya, aku selamanya tidak akan bisa membaca buku lagi. Itu pasti menyakitkan, dan ada kemungkinan aku bunuh diri karena itu, mungkin. Tidak, tidak mungkin. Tapi, aku bisa tetap berada disini, sendiri, bersama Shuuten sendirian. Tanpa dirinya, tanpa buku. Tanpa buku kah? Itu juga buruk.

    ‘Shuuten bersama buku’ artinya ‘Shuuten bersama dia’

    ‘Shuuten tanpa buku’ artinya ‘Shuuten tanpa dia’.

    Jadi, manakah yang lebih baik?

    Aaaaah. Aku pusing.

    Hembusan angin laut terus menerpa mataku, dan rasanya nikmat sekali. Mataku semakin berat dan berat. Tidak, bahaya, aku mengatuk.

    >.<​

    “Eh!!”

    Aku terbangun karena suara kikikan tawa disampingku. Dia.

    Jangan bilang, aku jatuh tertidur saat memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu.

    Aku membuka mataku dan menemukan dirinya sedang menggambar disampingku. Aku tertidur dengan pose duduk yang sangat tidak keren.

    “Sudah jam berapa?” tanyaku kepadanya sambil memperbaiki posisi dudukku.

    “Hmm, dua jam sejak kamu tertidur. Ah, pemandangan disini benar-benar bagus yah. Sayang banget dijadiin tempat tidur untukmu.”

    Aku diam tanpa kata di depannya. Entah karena aku malu ketiduran di depannya atau karena pernyataannya benar, atau mungkin kedua-duanya.

    “Aku selesai. Ini bukunya. Terimakasih,” katanya sambil berdiri dan memberikan bukunya kepadaku.

    “Eh?”

    “Aku bilang kan, ijinkan aku menggambar di pelabuhan ini hari ini saja. Kamu terlalu serius sih orangnya.”

    “Eh?”

    “Selamat tinggal.”

    Aku melihat sosoknya berjalan melewati tangga-tangga pelabuhan itu. Entahkenapa, itu terasa menyedihkan.

    Aku menoleh kesamping karena tidak tahan dengan suasana itu dan melihat disampingku terdapat sketsa yang sepertinya digambar olehnya.

    Gambar seorang cowok yang tidur di bangku panjang dilatarbelakangi dengan warna warni air laut dan burung-burung camar yang terbang di langit dibelakangnya.

    Entah kenapa, ada sebuah perasaan yang tiba-tiba masuk kedalam hatiku.

    Aku bisa rasakan perasaan pelukisnya saat melukis lukisan ini. Beneran. Rasanya.

    “Hei, lukisanmu ketinggalan,” teriakku kepadanya.

    “Itu untukmu,” dia mengatakannya tanpa memandang kearahku dan menghilang dari penglihatanku.

    Aku tercenung. Apa ini yang terbaik?

    Dia akan menghilang dan kehidupan sehari-hariku akan kembali.

    Bukankah itu yang terbaik?

    Tapi, perasaan apa ini? Perasaan menusuk-nusuk di dalam hatiku ini.

    Tidak, ini tidak benar. Aku—

    Aku segera mengejarnya dan menggenggam buku yang diberikannya kepadaku.

    Dia terkejar, dan aku segera memegang tangannya erat-erat. Dia berhenti, namun tidak menoleh kearahku dan mencoba melepaskan genggamanku

    “Buku ini, aku tidak bisa mengambilnya. Ini milikmu,” kataku sambil menyodorkan buku itu.

    “...”

    “Dan juga, ini peninggalan nenekmu yang merupakan hadiah dari kakekmu yang melamar nenekmu kan? Ini pasti barang berharga untukmu, dan aku tidak bisa menerima barang ini dengan cuma-cuma. Lagipula, setelah dipikir-pikir, semua jalan belum tertutup bagiku untuk meminjam buku di perpustakaan. Jadi, intinya, ini. Terimalah. Aku menolak buku ini tapi terimakasih.”

    Dia perlahan-lahan mengambil buku itu dari tanganku tanpa menoleh dan berkata kepadaku lagi. Kenapa dia harus bisu di saat-saat penting seperti ini sih?

    Aku melepaskan tangannya dan membiarkan dirinya pergi. Setelah itu, dia berjalan pelan menjauhiku, menjauhi Shuuten, tanpa menoleh ke aku atau Shuuten.

    Setelah itu, dia berhenti. Dan untuk sekian lamanya, dia bersuara.

    “Hei, setelah ini, apakah aku boleh berkunjung kesini lagi?” tanyanya kepadaku.

    “Tentu saja. Shuuten bukan milikku. Jadi, tentu saja aku tidak punya hak untuk menolak atau apa.”

    “Shu-Shuuten?”

    “Yap, selamat datang ke Shuuten, Marie,” kataku sambil menyebut namanya yang tertulis di bawah lukisan itu.

    >.<​

    Esok harinya, aku menundukkan kepalaku selama 30 menit lagi kepada petugas perpustakaan hingga dia mengijinkan aku untuk meminjam buku perpustakaan lagi.

    Aku bakalan ganti, aku bakalan ganti, ulangku hingga seribu kali sambil menundukkan kepalaku kepadanya.

    “Tapi, hingga hari aku menggantikan buku itu, tolong izinkan aku untuk meminjam lagi, ya? Please?” mohonku lagi dengan wajah yang memelas.



    Dan dengan syarat aku harus membersihkan perpustakaan tiap harinya, petugas perpustakaan itu akhirnya membiarkan aku untuk meminjamkan buku perpustakaan lagi kepadaku. Senangnya.

    Setelah itu, aku segera bergegas menuju ke Shuuten. Melangkahkan kakiku seperti biasa, namun dengan perasaan luarbiasa.

    Apa dia sudah disana? Apa dia tidak akan kesana?

    Berbagai pertanyaan muncul di dalam kepalaku hingga Shuuten mulai menampakkan dirinya.

    Dan, Shuuten pun muncul di dalam penglihatanku bersama dengan sosoknya yang ditimpali cahaya matahari sore.

    Selamat datang ke Shuuten, kataku dalam hati.


    The End.​
     
    • Like Like x 47
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    Aku membuka mataku dan merasakan angin laut sepoi menerpa lembut kulitku.


    waktu baca ini, yang kepikir: pede banget protagnya ya:puff: Bilang kalau kulitnya sendiri itu lembut rasanya gimanaaa gitu...
    kalau maksudnya anginnya yang lembut, salahin kalimatmu yang ambigu.#plak :ngacir:




    hem... kapan tau, dulu, beberapa waktu yang lalu, saya pernah baca cerpen dengan gaya bahasa yang mirip dengan yang kamu gunain. Well, sebenarnya bukan cuma sekali-dua sih baca jenis begini. Tapi saya bandinginnya sama satu cerpen yang waktu itu aja. Intinya sih... gaya bahasa kayak begini... bukan gaya bahasa yang aku suka. Bisa dibilang, bukan seleraku. Karena kesannya kurang konsisten. Di beberapa tempat, keliatannya kayak mau bikin kalimat puitis. Di beberapa tempat lagi, berubah arah jadi ke agak gaul, akrab, more friendly. Sebetulnya kalau pergantiannya di dialog sih nggak masalah. Tapi narasi itu... hmm... yah, saya juga sering sih bikin begini. Dulu, apalagi.

    Trus... mungkin karena kepengaruh LN, ya, jadi pemisahan paragrafnya kayak begini. Saya sendiri nggak terlalu suka kalau kebanyakan paragraf yang cuma berisi satu kalimat. Pengecualian kalau emang bikinnya puisi, atau sejenis drabble. Soalnya terkesan jadi kurang deskripsi, dan kayak ngeskip bagian-bagian yang seharusnya bisa dijelasin secara lebih mendetail.

    Alurnya sendiri.. agak terlalu melompat. Kalau bisa dibilang kurang ngalir, ya kubilang begitu. Tapi daripada kurang ngalir, lebih kerasa kayak melompat emang. Lebih bikin capek daripada jalan biasa, tapi lebih cepat nyampe juga kalau bisa terus begitu. Ini urusannya di penceritaannya sih. Entah kenapa... kamu kayak buru-buru bikinnya. Kayak kurang sabar gitu*ga nyadar diri*.

    Trus ceritanya.. ada beberapa hal yang terkesan ganjil. Misalnya kayak... kenapa Marie menginterupsi protagnya pas dia ngira dia mau buang bukunya? Jawaban yang paling gampang, ya soalnya si cewek suka banget sama buku. Tapi setelah itu ga ada hal yang nunjukin kalau dia sesuka itu dengan buku, dan malah beralih ke dia suka gambar. Why? apa hubungannya? Oke, kalau dia ga suka gambar, alasan dia pengen di Shuuten bakalan nggak ada. Tapi mungkin bakalan lebih bagus kalau kamu nunjukin benang penghubung antara dia suka gambar dan dia suka buku.

    Selain itu, si cewek kemudian ngasih buku pengganti buat buku yang robek ke si cowok. Di sini rasanya nggak ada penjelasan sama sekali kenapa dia ngasih buku itu, selain dia merasa bersalah karena telah merobek buku milik si cowok, dan tentu saja dia juga nggak tau soal buku itu ternyata buku perpus, dan si cowok dihukum ga boleh minjem. Tapi pas cowoknya balikin, kenapa cowoknya harus ngangkat soal itu ke si cewek? ya boleh aja sih... sekedar terucap tanpa alasan juga.

    Overall, idenya bagus. Trope boy meets girlnya kerasa. Tokohnya juga menarik kalau karakteristiknya bisa diexplore lebih dalam lagi. Jadi bukan aksesoris sekilas yang bisa dicopot-pakai. Tapi emang bikin pembaca ngerasa kalau si cowok itu begitu, si cewek itu begini, misalnya. Feelingnya juga lumayan. Berasa kayak naik perahu dengan sedikit riak kecil yang nggak terlalu besar dengan angin sepoi-sepoi berhembus#gwngomongapasih
     
    Last edited: Dec 15, 2013
  4. ryrien MODERATOR

    Offline

    The Dark Lady

    Joined:
    Oct 4, 2011
    Messages:
    6,529
    Trophy Points:
    212
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +3,171 / -58
    Akhirnya selesai juga baca :yahoo:

    Saya beri apresiasi kepada diri saya karena udah mau membaca padahal lagi malas baca :terharu:

    Well, ceritanya agak mengingatkan tentang salah satu karakter di EF, yang di kereta api itu yang cuman punya ingatan 13 jam :nangis:

    Bedanya di sini tempatnya di pelabuhan, terus karakternya cowok :lalala:

    Sisanya, lumayanlah romance, jarang2 kk sherlock buat romance :lol: Perjuangannya pasti panjang soalnya 100% dari imajinasi :hoho:

    Satu-satunya yang menganggu di sini cuman kata 'pikirku' :keringat:

    Misal pada kalimat: :ehem:

    Ah, dimana lagi aku bisa meminjam buku ya?, pikirku.

    Tentu saja, aku tidak bisa membeli buku yang harganya melebihi uang sakuku, pikirku lagi.


    Well, ini kan udah monolog jadi udah pasti dalam pikiran jadi menurut saya nggak usah ada kata pikirku, jadi boros kata :sedih1
     
  5. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    ya, maksudku itu, anginnya yg lembut, bukan kulit cowoknya. tapi, emg salahku juga bkin kalimat yg ambigu kek gini. :swt:


    puitis ya?

    bukannya klo ngegambarin suasana harus puitis gitu ya kk?

    oooh, iya ya. setelah dicermati lagi, aku bikin paragraf satu kalimat sebagian besar. tapi, emg malas juga sih ngedeskripsian lbh panjang lagi.


    ah, iya.

    maaf, lupa menambahkan. aaaah, shikkaku.

    ceritanya itu, si cewek mau ngelukis disana, tapi pas liat buku yg mirip dgn bukunya yg dimiliki olehnya, jadi dia lgsung lari gitu, tapi aku baru ingat setelah kk merp bertanya soal ini :maaf:


    Iya? Iya? Iya?

    makasih :nangis:

    aku biasanya bkin cerita romans gini gak ada perasaan sama sekali loh.
     
  6. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    iya, :malu2:

    kan aku ngambil referensi dari dunia nyata juga dari teman aku :lol:

    a-ahaha, harapanku masih terbuka lebar :terharu:



    hmm, iya juga ya.

    makasih kk.


    aku kyk gak sadarkan diri, atau mgkin suka ngetik 'pikirku' pikirku terus kayk gitu kyknya ya, atau kedua2nya.


    makasih kk :maaf:
     
  7. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    ga juga. Ngegambarin suasana ya harus sesuai dengan suasananya lah.
    and btw, iya, saya baru inget, pas baca juga saya keinget ma ef dan setting di stasiun yang udah ga dipakenya itu.:lol:
     
  8. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    aku plagiat dari situ :top:'


    btw, cerpen yg lain yg mirip gaya bahaya kata kk merp diawal itu apa?
     
  9. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    gaya bahasa.

    hm? masih mending situ sih. soalnya cerita ga too much drama.
    kalau yang saya inget mah... cerpen yang nyeritain tentang remaja, dengan gaya bahasa yang setengah puitis, setengah lagi gaul.
     
  10. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    ooo, kk merp suka baca teenlit juga ternyata ya? :hmm:

    pantas aja jadi gini.
     
  11. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    saya tergantung mood kalau baca. tapi teenlit Indo rada susah buat disukain. cuma saya pernah dulu lumayan suka dua novel teenlit indo.

    dan apa maksudnya itu kalimat:piso:
     
  12. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    maksud kalimatnya murni seperti yg tertera diatas.
     
  13. kingtimez Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 11, 2011
    Messages:
    11
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +3 / -0
    Ceritanya mantap, ane demen cerita agan
     
  14. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Ini cerita romance ya romance?

    Tpi sayang protagnya ga romantis:ngacir:
    Dan yap skip scene, skip skip jdi feel yg bisa dibangun dri skip scenenya jdi hilang.misalnya saat protag memperbolehkan si cwek tinggal di shuten menerima tawrannya. Trusnapa ygbterjdi selang waktu sebelum protag trima - tertidur lelap.mungkin disana isa diisi scene heartwarming romantis. Walaupun kekna karaktr protag bukan tipe romantis :peace:
     
  15. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    ceritanya mayan sih, meski ada beberapa hal yang dirasa kurang sreg ama gw. well, kurang lebih udah dijelasin ama yang lain :hmm:

    plot cukup sederhana namun tetap mengena :top:

    ehh...ini cerita romance ya :iii: kalo buat gw gak gitu kerasa kek cerita romance sih :bloon:
     
  16. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    makasih kk :sembah:

    kan, iya kan? harusnya aku tambah adegan 'cuss' atau 'cuppp' nya sih. :sigh:
     
  17. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    well mungkin lebih tepatnya mirip SoL biasa sih :bloon:

    kalo soal adegan itu sih tergantung pinter2 penulisnya aja dalam memasukkan celah yang pas :hihi:

    sama2 :beer:
     
  18. Wateria M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 15, 2008
    Messages:
    2,760
    Trophy Points:
    147
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,495 / -0
    hm, pertama2, wkwkwk (ini bkn cabe kk :P) - aku mau mengubah konsep cabe ahhh :D jadi anak2 cewek hadiah balapan motor :P cabe2an

    " " ini bknnya utk kalimat langsung?! kenapa di awal2 dipake di "..." pikirku?!
    :D
    hehehe..., terus, lari tunggang langgang?! hahaha...
    tunggang langgang itu biasanya adalah lari yang tidak menentu arahnya, kalau dia cuma berlari menjauhi si prota yah tidak bisa dibilang tunggang langgang. (atau pemilihan kata tunggang langgang ini yg bikin aneh?! :D - kalau diganti kata tunggang langgang ini gmn kk?! :P)

    Esok harinya, setelah menundukkan kepalaku selama 15 menit di depan petugas perpustakaan dan dilihat dengan malu oleh berpasang mata di perpustakaan, barulah aku segera menuju ke Shuuten. Agak telat dari biasanya.

    kk sherrrlooockkk..., aku baca ini 3-5 x...
    setelah menundukkan kepalaku selama 15 menit?! meminta maaf? dimarahin?! dipelototin? yah akhirnya aku mengambil keputusan kk minta maaf abis itu diomelin abis2an jadi bikin malu...
    dan kalimat itu super panjang banget yah kk?! :D
    berpasang mata?! bknnya lebih bagusan kalau sejuta pasang mata? atau setiap pasang mata?

    kk kokuhaku artinya apa? sry sy enggak bisa bahasa jepang :P (saya bisanya mandarin sama inggris :D tehee...)

    what's wrong with the story...
    kok kayanya ada yang aneh?! apa bener yah kata kk2 smua yang diatas, terlalu kesannya terlalu dipaksain?!
    dipaksain ada karakter cewek penggambar itu, soalnya abis dari situ kok endingnya datar banget?!
    LIFE IS NEVER FLAT - CHITATO :P

    kenapa gitu doang endingnya? padahal aku uda dapet loh romantisnya. (aku orangnya romatis soalnya..., itu pertemuannya uda romantis, seromantis2nya, di pantai, shuteen,) terus?!
    kok sakit menusuk dadaku, hatiku, tapi besoknya begitu doang... shuteen with her kan? kenapa enggak didalemin lagi kk?

    Esok harinya, aku menundukkan kepalaku selama 30 menit lagi kepada petugas perpustakaan hingga dia mengijinkan aku untuk meminjam buku perpustakaan lagi(LAGI??) kenapa yang pertama enggak 30menit aja. hehehe... :D
    hahaha..., segitu aja kk, ini cuma pikiran aku aja, soalnya kan uda susah payah bangun nuansa romantis di pantai, ketemuan, ada plot dimana mereka bertemu karena si buku tua.
    terus si cewek juga pengin gantiin. terus ditolak dengan ksatria2 gitu modelnya. terus langsung datar... (mati... no lifesign lg.)
     
  19. Ii_chan M V U

    Offline

    Minagiru ai

    Joined:
    Jun 27, 2013
    Messages:
    4,958
    Trophy Points:
    187
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +1,180 / -55
    ah, iya. kebiasaan, maaf kk.


    ah, iya ya. geh, kenapa menundukkan kepala juga?

    hmm, kyk gini mgkin. aku ngambil referensi atau gak sadar nulis, menundukkan kepala disini 'bowing' klo org jepang, yg sering minta maaf sambil menunduukan kepala, badannya lbh bawah lagi, klo gak salah.

    ah, menundukkan kepala ya? emang salah aku sih, klo cuman menundukkan kepala kan, cuman kepala doang. :swt:

    confessing. geh, aku masih nulis seenaknya aja sih.

    eh, klo menurut aku sih, malah life bener2 datar.
    yah, emg sesekali ada peristiwa yg mengejutkan atau apa gitu, tapi sebagian besar, manusia hidup dalam rutinitas rutin doang, kan?

    mgkn gak semuanya harus berakhir pada percintaan kk, menurutku.

    atau mgkin karena aku mikirnya, ending yg 'jatuh cinta' dan sebagainya itu terlalu mainstream, mgkn.

    sebenarnya, kepengaruh ama trope boy meet girl yg baru kubaca sih, ada cewek ketemu cowok, atau cowok ketemu cewek, interaksi, dan voila. nothing happen. :sepi:

    -----------------------


    yah, kyk gitu.

    maaf, :maaf: klo endingnya mengecewakan.

    klo sempet bisa baca 'rinai' karya kk merp di antologi kemaren. aku niru dari sana, soalnya dan 3 minutes boy meet girl:lol:

    semoga tambah raeg lagi :gotdrink:
     
  20. Wateria M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 15, 2008
    Messages:
    2,760
    Trophy Points:
    147
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,495 / -0
    wkwkwk..., gpp x kk santai, ini uda bagus banget kok, tapi aku yah kalau hatinya nusuk2 gitu kenapa enggak di jalanin aja gitu, eh malah nothing happened. :P
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.