1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

FanFic The Call Of The Tattoos (Fatal Frame Fanfiction)

Discussion in 'Fiction' started by PandoraHearts, Oct 21, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    well maaf sebelumnya karena kena locked thread lama. . setelah membaca dan mempelajari, akhirnya saya postkan chapter chapter disini saja xD

    leave comment and suggestion xD

    fanfic pertama aku tentang fatal frame 3

    diharapkan pendapat saran dan komentar dari para senior disini. .

    please enjoy :D

    The call of the Tattoos part 1

    The Call OF The Tattoos

    [​IMG]






    -PART 1-
    *Just Dream??*

    “Rei!! Awaaaaaas!!!”
    “Whooooaaaa~”
    #BRAAAKKKKK!!!#

    Semua terjadi begitu cepat. Dimulai dari tragedy ini, sampai saat akhir nanti.
    Gemericik air mulai berjatuhan di wajahku. Semakin lama semakin banyak. Hujan mulai turun dan semakin deras. Aku mencoba menyadarkan diriku…

    “Aduh…..” Kataku sambil meraba belakang kepalaku.
    Aku melihat sekelilingku. Sebuah jalanan sepi dilereng pegunungan lengkap dengan hutan dan hujan deras. Ku terdiam. Hingga perhatianku terpusat pada mobilku yang sudah rusak dan terbalik di pinggir jalan.

    Mataku terbelalak. Aku segera berdiri dan berusaha menghampirinya…
    “Yuu?? Uh….Yuu??” kataku sambil berjalan kearah mobil itu.
    Aku terduduk dekat mobil itu. Aku melihat sesosok lelaki yang kukenal sejak lama sebagai rekan kerja sekaligus pacarku terbaring kaku di dalam rongsokan itu.

    “YUUUUUUUU!!!!”

    Tak kusangka, orang yang baru setahun kukenal dan kusayang harus pergi secepat itu.
    Dua tahun telah berlalu semenjak kecelakaan itu. Aku sudah kembali bekerja bersama rekan baruku.
    Sebelumnya,Namaku Rei Kurosawa.Umurku 23 tahun dan Seorang Jurnalis muda. Aku bekerja bersama Miku Hinasaki, seorang gadis berumur 20 tahun.
    Kami selalu pergi ke tempat lokasi kejadian untuk mencari berita dan memuatnya dalam Koran. Memang…,Dulu aku selalu bekerja bersama Yuu. Dia selalu menuntunku agar tidak lalai dan tetap melakukan pekerjaanku dengan semestinya.
    Yuu…..

    “Rei???Reiiii??”
    “Ah?Iyaa??” Suara Miku membuyarkan lamunanku….
    “Sudah saatnya kita pergi. Aku akan memindahkan peralatan ke mobil”
    “Oh Okey…5 menit lagi okay??”
    “Okay Rei…” Kata Miku sambil membawa kotak berisikan file dan kameranya.
    Kami sedang mencari sumber berita di sebuah rumah tua bekas kebakaran. Aku dengar rumah ini dihantui.
    Aku mulai mengambil beberapa sudut rumah untuk di foto.

    *Click* *Click*

    Hembusan angin menerpa rambutku. Arahnya dari sebuah lorong di ujung kamar. Aku terdiam. Entah mengapa aku harus mengambil beberapa foto di lorong itu.
    Perlahan-lahan kuarahkan kameraku. Setelah beberapa saat kufokuskan kameraku, tiba-tiba terdengar sebuah suara.

    *Criiiiiiing~*

    Aku mendengar suara lonceng kecil tepat setelah kusadari ada sesosok pria di ujung lorong itu. Pria itu mirip….Yuu…
    Tanpa berfikir panjang aku segera berlari. Aku yakin itu adalah Yuu. Lorong itu tampak bersinar. Aku terus berlari sampai akhirnya aku sampai di ujung lorong. Lalu secercah sinar muncul sangat terang sampai menggelapkan pandanganku.
    Aku mencoba membuka kedua mataku. Tiba-tiba ada sesuatu berjatuhan dari langit.
    “Ini……………Salju??”
    Ya…Salju berjatuhan dari langit namun tidak kurasakan dinginnya sama sekali. Lalu, Aku melihat sekelilingku namun tampak gelap. Sampai akhirnya, Aku menemukan sebuah gerbang besar yang didalamnya terdapat sebuah rumah adat jepang yang terlihat sangat tua dan sudah tak terurus.
    “Di…..dimana aku??” Kataku terbata-bata.
    Aku penasaran dengan rumah adat jepang tua yang berada di hadapanku hingga kuputuskan untuk memasuki rumah itu. Seperti yang kuduga, Tidak ada orang sama sekali di dalam.
    “Permisiiiiii………..Apakah ada orang didalaaam??”
    Aku sengaja berteriak untuk mengetahui apakah ada orang atau tidak namun berulang kali aku berteriak ternyata sama sekali tidak ada jawaban.
    Aku mencoba berjalan memasuki rumah itu. Hingga akhirnya aku melihat Yuu muncul di ujung ruangan sambil berjalan memasuki pintu geser (pintu adat jepang).
    “Yuu?” Kataku sambil mengejarnya. Lalu aku memasuki pintu itu dan aku sampai di sebuah taman kecil. Aku melihat Yuu berjalan memutari taman itu dan memasuki pintu di ujung taman itu.
    “Yuu??Tunggu!!”
    Aku berlari mengikutinya namun aku terhenti di pertengahan taman. Sesosok gadis kecil mengenakan Yukata putih-merah muncul di hadapanku.
    “Selamat datang Priest” katanya sambil menundukkan badan tanda hormat.
    Gadis kecil itu terlihat putih pucat namun gadis itu tersenyum manis. Belum sempat aku bertanya tempat apa ini, tiba-tiba gadis kecil itu lenyap.
    Aku terdiam.
    “Kemana gadis kecil itu pergi?? Tidak mungkin lenyap begitu saja…..”

    *Criiing~*

    Suara lonceng kecil itu kembali terdengar. Aku memutuskan untuk tidak memikirkan gadis tadi dan berjalan menuju pintu di ujung taman tersebut.
    Lalu aku sampai di sebuah jalan setapak dengan sebuah kuil besar dan tua di ujungnya. Aku melihat Yuu tampak berdiri menungguku di atas kuil tersebut.
    “Yuu!!!!!!! Tunggu aku!!!” kataku sambil berlari kearah Yuu.
    Yuu melihatku dengan tatapan kosong. Belum sempat aku sampai ke dekat Yuu tiba-tiba sesosok wanita tua yang mengenakan topeng dan terbalut yukata putih-ungu berjalan menembus badanku.
    Badanku terasa lemas dan aku melihat wanita tua itu berbalik dan menatapku.
    “Kau sudah datang Priest…..Mari kita mulai” Kata wanita tua itu dengan nada menyeramkan.
    Aku tersadar dan melihat tubuhku terbaring di tengah jalan setapak itu. Tubuhku terbalut sehelai kain besar yang sangat berat sehingga aku tidak bisa bergerak.
    Tiba-tiba muncul sesosok gadis kecil yang kutemui tadi,namun kali ini ada 4 orang gadis yang serupa. Mereka membawa sebuah palu dan paku yang sangat besar.
    Lalu gadis-gadis itu berjalan ke arahku dan menempati posisi di dekat kedua tangan dan kakiku.
    “Hey!! Apa yang akan kalian lakukan?? Hey!!”
    [​IMG]


    Wajah mereka tampak pucat dan salah satu dari mereka menangis.
    Aku tahu apa yang akan terjadi berikutnya dan aku mulai menjerit.
    Para gadis itu mulai mengangkat palu mereka.
    “Tidaaak!!! Jangan Lakukaaaaan!!! Tidaaak!!!!” Jeritku
    “Lakukan!!!!!” perintah wanita itu dengan tatapan dingin.
    “Tidaaaaaak!!!!” jeritku sambil memejamkan mata.
    Palu itu mulai bergerak kearah paku-paku yang sudah diarahkan ke kedua tangan dan kakiku.

    *TINGGG~!!!*

    Aku membuka mataku. Pemandangan menyeramkan tadi telah hilang dan berganti dengan pemandangan kamarku.
    “Hanya mimpi???Namun terasa begitu nyata….”
    Aku duduk di samping ranjang sambil memegang kepalaku.
    “Hufft…..kenapa harus ada Yuu? Apa hubungan Yuu dengan Gadis-gadis dan wanita tua itu?? Apakah ini benar-benar hanya mimpi??” Pikirku sambil masih tidak percaya….


    ~TO BE CONTINUED TO PART 2~

    The call of the tattoos part 2
    Part 2
    -The Call-


    Pagi itu aku menceritakan semua kepada miku, yang kebetulan tinggal serumah denganku.. Miku meyakinkan aku bahwa itu semua hanyalah mimpi dan dia meminta ijin untuk mencari sumber berita baru..

    Pagi itu, sekitar pukul 10, aku kembali turun ke lantai bawah.. Aku melihat sebuah memo kecil dari miku bertuliskan

    "Rei, aku sudah membuatkan pancake aku letakkan di atas meja, hangatkan selama 30 detik, oh iya jangan lupa mencetak foto rumah kemarin"

    Ampuuun, miku sudah seperti mamaku haha.. Maklum aku memang orangnya agak berantakan, dan tomboy.. Bisa dilihat dari gaya rambutku yang potong pendek dan tomboy. . .

    Setelah aku memakan pancake ku, aku segera menuju ruang cuci film.. Ku mencuci beberapa foto hasil rumah kebakaran kemarin.. Sekilas aku teringat foto lorong rumah itu. . .

    Dengan cepat kucari film foto itu dan kucuci..

    Sesuai dugaan, foto itu terlihat agak buram, dn sesosok pria mirip Yuu itu memang terlihat berdiri di lorong rumah itu..

    Dengan segera aku menelpon miku dan menyuruhnya pulang, Sesampainya di rumah, aku menjelaskan semua kepada miku, miku terdiam.. Dia tidak dapat berkata kata lagi. . . Wajahnya tampak pucat..

    "Miku?? Ada apa??" Kataku.

    "Eh? Tidak, tidak apa2 rei. . . Aku mau ke kamar sebentar ya. ." Kata miku sambil naik ke kamarnya..

    Aku yakin.. Pasti mimpi kemarin ada kaitannya dengan Yuu.. Tapi apa?

    Malam harinya, aku terbaring di ranjangku.. Memikirkan bagaimana caranya mencari koneksi antara kematian Yuu dan rumah tua tersebut..

    Hari semakin larut, dan aku pun tertidur lelap di tempat tidurku..

    Tepat sesuai dugaanku..


    Aku kembali ke dalam rumah tua tersebut.. Kali ini aku terbangun di taman rumah dan terdapat pohon yang sangat besar di tengahnya..

    "Taman ini . . ." Kataku sambil memegang kepalaku.. Aku menyadari bahwa di tanganku ada sebuah lentera biru yang menyala. .

    Belum sempat aku memandang sekitarku, tiba tiba . . .

    *cring* *cring*

    Suara lonceng itu terdengar kembali, aku segera melihat ke segala arah untuk mencari sumber suara tersebut..
    "Yuu?? Dimana kamu?" Kataku sambil melihat sekelilingku..

    Sampai akhirnya kutemukan Yuu.. Tepat di jendela lantai 2 yang terbuka. . . Yuu masih menatapku dengan wajah pucat dan tatapan kosong. . .

    "Yuu. . Sudah cukup. . Aku mohon..."

    Yuu memalingkan muka dan menutup jendela itu. . .

    Tanpa pikir panjang lgi, aku segera berlari memasuki rumah itu. .

    Sesampainya di dalam, semua terasa gelap.. Beruntung aku tetap menggenggam lenteraku.. Semua tampak samar.. Perabotan kuno, lengkap bersama hiasan jepang kuno, menghiasi tembok rumah itu, sayang sudah rusak dan berdebu..

    Aku tidak lagi mendengar suara lonceng itu.. Semua sepi..

    Aku mencoba mencari jalan untuk naik ke lantai atas.. Namun yang ada hanya lorong panjang dan ruangan besar.. Aku berjalan menelusuri lorong tersebut..

    Di ujung lorong tersebut, aku menemukan sebuah ruangan besar dengan tungku kuno di tengahnya..

    aku memandang sekitarku. . Semua tetap berdebu, dan beberapa genteng rusak sehingga salju berjatuhan ke dalam..

    Aku mencoba mengangkat lenteraku agar bisa melihat seisi ruangan.. Di pinggir ruangan itu terdapat sebuah tangga yang besar..

    "Mungkin aku lebih baik segera naik ke atas" pikirku..

    Aku segera berjalan menaiki tangga tersebut.. Hembusan angin dari genteng yang berlubang itu mengenai tubuhku..

    Kali ini aku bisa merasakan dinginnya salju itu mengenai sekujur tubuhku..

    Belum sempat ku menapakkan kaki di ujung tangga tersebut, sesosok wanita dengan pakaian lusuh berlari di depanku..

    "Pergiiii sana!!! Tinggalkan aku!!!" Katanya sambil berlari memasuki pintu di ujung ruangan..

    "Hey? Hey!!! Tunggu. . . Kamu siapa??" Teriakku..

    Aku memutuskan untuk mengejar wanita itu.. Tiba tiba pintu itu terkunci..

    Aku berusaha mengetuk pintu itu

    "Hey!! Kau di dalam? Bukakan pintunya.. Aku tidak akan melukaimu.." Kataku

    Tidak ada jawaban dari dalam.. Aku tetap berusaha mengetuk namun tidak ada jawaban jga..

    Ruangan itu hanya ada 1 pintu dan tangga untuk pergi ke ruangan besar
    sebelumnya..

    Aku terpaksa memilih mencari jalan lain.. Sewaktu aku membalikkan badan..

    *cring* *cring*

    Aku terdiam..

    Terdapat sebuah kain menyerupai kertas di atas kakiku..

    "Haah.. Huuft.. Tenang Rei, itu hanyalah sebuah kertas" pikirku..

    Aku mengambil kertas tersebut. .

    Kertas itu bertuliskan "F A T H E R" namun dengan huruf jepang kuno..

    "Ayah?? Apa maksudnya?"

    Aku terlahir tanpa seorang ayah, dan ibuku meninggal saat aku masih sangat kecil. Sehingga membuatku agak bingung dengan kertas itu..

    Aku memasukkan kertas itu ke dalam saku celanaku dan menuju ruangan bawah..

    Baru kusadari ternyata ada sebuah pintu tepat di bawah tangga itu.. Hembusan angin mulai terasa lagi, namun kali ini semakin keras..

    Bisa kurasakan dan kudengar suara ranting pohon yang tertiup angin, membuat rumah itu semakin menakutkan..
    Dengan cepat aku segera berlari menuju pintu tersebut.. Namun, saat kusentuh gagang pintunya.. Semuanya hening.. Tidak ada suara angin dan ranting yang berjatuhan lagi..
    Sesaat sebelum aku mencoba membukanya, sebuah suara merdu namun menyeramkan, masuk ke dalam telingaku..

    "Kau.. Kah... Itu?? Hi.. Hiroshi??"

    Aku terdiam.. Matakku terbelalak memandangi pintu tersebut... Keringatku bercucuran.. Saat aku mencoba untuk menengok kebelakang..

    Ternyata . . .Tidak ada siapa siapa. . .

    Jantungku berdegup kencang. . Keringatku semakin banyak.. Aku memandangi ruangan itu.. Memang tidak ada apa apa..

    "Huuft tenang Rei.. Hanya khayalanmu.."

    Setelah menenangkan diri beberapa saat, aku berbalik ke arah pintu tersebut..

    Aku menggenggam gagang pintu itu. . Mencoba untuk membukanya..

    "A. . Yah. . . Ada. . Di.. . Mana??. . ."

    Suara lain muncul kembali.. Dan aku yakin. . Suara it terdengar sangat jelas. . . Aku gemetaran. . Sesaat stelah aku mendengar suara itu, "Aaaaaaaaaaa!! " Teriakku. Aku menengok kebawahku.

    Sesosok gadis kecil dengan wajah pucat dan berdarah darah muncul di bawahku..

    Bayangan putih muncul melingkari leherku.. Aku semakin ketakutan dan tetap menjerit. .

    "Hi. . Roshi? Di. . . Mana??"

    Sesosok wanita dengan rambut panjang sebahu yang mengenakan kimono muncul di belakangku sambil merangkul leherku..

    Aku mendorong diriku menjauh dari pintu hingga terjatuh.. Aku melihat 2 sosok itu menghilang dan muncul kembali di hadapanku.. Semakin lama semakin dekat..


    " Pergi kalian!! Pergi!!" Jeritku sambil menutup mataku..
    [​IMG]

    Wajah mereka berubah, mata dan mulutnya menjadi hitam dan membesar.. Mereka melayang layang mendekatiku..

    Aku menjerit sambil menutup mataku.. Aku tak bisa membayangkan kejadian berikutnya apa yang akan tejadi..

    Sampai akhirnya, tiba tiba lenteraku menyala terang. . .

    Kedua sosok itu tampak kesakitan..
    "Huh? Ada apa ini??" Kataku kebingungan. .

    Aku menggunakan kesempatan itu, aku segera berlari menuju pintu itu saat kedua sosok gaib itu masih tertahan kesakitan..

    Aku tiba di sebuah lorong panjang dan gelap.. Aku ingat lorong ini tempat pertama aku datang ke rumah ini..

    Aku berlari berusaha menuju pintu rumah besar tersebut.. Namun tanpa kusadari, kakiku tersandung suatu benda dan membuatku terjatuh keras.. Aku segera melihat kebelakang..

    Aku melihat sosok wanita yang menggunakan baju lusuh tadi..

    aku berusaha menahan sakit dan ketakutanku..

    Wanita itu tampak panik sambil menangis.. Dan dia juga berbicara sendiri dalam bahasa jepang sangat cepat hingga tak sempat kumengerti..

    Aku memberanikan diri untuk menyapanya..

    "Hey? Kamu tidak ap. . . .

    "Whoaaaaa!!!!"
    Belum sempat aku menyelesaikan pertanyaanku, wanita itu menjerit dan berlari ke arah dalam rumah tersebut..

    "Hey! Hey!! Jangan pergi..." Kataku

    Percuma sepertinya, dia sudah menghilang.. Aku melihat dia menjatuhkan kertas di dekatku..

    Segera aku mengambil kertas itu dan membukanya.. Isinya sebuah copian passport yang terlihat modern dengan nama "Yoshino T. . . ." Nama belakangnya tertutup bekas terbakar..

    "Ini?? Passport??bagaimana bisa ada dsni??" Pikirku

    Belum sempat ku selesai berpikir, tiba tiba nafasku sesak.. Aku mencoba memasukkan kertas itu ke kantong celanaku lagi..

    Aku terdiam.. suasana tiba tiba terasa begitu sunyi. .
    Pandanganku tak bisa luput dari sosok yang berdiri di ujung lorong tersebut..

    Sesosok wanita dengan kulit biru tua, dan badannya dipenuhi coretan seperti tato..

    "Hah.. Haah.. si.. Siapa?.. Haah" kataku sambil berusaha memperbaiki nafasku..
    Wanita itu berjalan.. Tanpa berkata kata.. Lilin lilin di sekitarnya padam.. Meninggalkan lorong di belakangnya menjadi tak terlihat. . .

    "Huuf.. Haah.."

    Badanku tidak dapat bergerak.. Kakiku gemetaran, nafasku sesak.. Semua terasa sunyi.. Aku dapat merasakan suara tidak keluar dari bibirku..

    Wanita itu berjalan kemudian semua lilin di lorong itu padam.. Menyisakan lilin di tempatku sampai pintu keluar..

    Aku terdiam. . .

    Pandanganku terpaku pada lorong yang tadinya remang remang, sekarang sama skali tak terlihat lagi..

    Sosok itu muncul dengan cepat. . . Tepat di depan wajahku..

    Wajahnya penuh dengan coretan tato, dan matanya yang terbuka lebar berwarna kuning dan besar..

    "AAAAAAa!!!!!" Teriakku..

    Aku bergegas untuk berlari menuju pintu keluar itu. . .

    Wanita itu mengejarku..
    Aku berlari sambil melihat kebelakang untuk mengetahui apakah ia masih mengejarku..

    Aku dapat melihat, sosok itu tak memakai baju, hanya yukata bagian bawah, sedangkan tubuh bagian atas penuh tato... Tangannya terdapat lubang ckup besar begitu pula dengan kakinya..

    Aku tetap berlari, berusaha menjauh darinya..

    Ia tetap berusaha meraihku dengan tangannya..

    Hingga sbelum sampai di pintu kluar, aku merasakan jari wanita itu menyentuh pundak kananku..

    *cring* *cring*

    Perlahan tpi pasti, aku dapat mendengar suara samar dari sosok itu..

    "Biarkan. . . Aku. . . Tidur. . .se. . Lamanya"

    *cring*

    Aku terbangun dari tidurku.. Hari sudah siang dan saat aku dapat melihat, diriku telah kembali ke kamarku. . .

    Aku teringat akan kata kata yang terakhir kudengar..

    "Biarkan aku tidur selamanya?" Pikirku..
    Tiba tiba pundak kananku terasa sakit.. Aku melihat bercak hitam mulai muncul dan menyebar di pundak kananku seperti tato..

    "Aaaaaargh!!!" Jeritku kesakitan. .

    Tato itu berhenti menyebar pada lengan kananku. .

    "Haah haah.." Kataku menahan sakit itu..

    Tato itu menyala kemudian menghilang..

    "Haah.. Apa ini?? Haah.." Kataku..

    Tato itu hilang seketika, begitu pula dengan rasa sakitnya. . . Aku mencoba memegang kepalaku. . . Dan sesaat sbelum aku bangun, 2 buah kertas terjatuh dari dalam kantong celanaku. . .

    "Hm? Apa ini?" Kataku sambil meraih kertas itu. . .

    "A. . .Apa??? Ti. . Tidak mungkin!!!" Kataku sambil menutup mulutku..

    Kertas bertuliskan "FATHER" dan sebuah copian passport itu. . .ada di genggaman tanganku. . .

    Tidak mungkin. . .


    To be continue part 3
    "The Tattoos"

    The call of the tattoos part 3
    Part 3

    -The tattoos-


    *shower*

    air hangat itu membasahi dari rambut hingga kakiku.. Aku tertunduk sambil membasahi kepalaku dengan air tersebut..

    "Rumah itu nyata.. Wanita itu nyata.. Sosok ibu dan anak itu nyata.. Berarti. . . . Yuu. . . Juga . . ."

    Dengan cepat ku mengambil handuk dan memakai bajuku..

    "Miku!! Mikuuu~" kataku..

    "Sebentar Rei. . ." Jawabnya..

    Karena tidak sabar menunggu, aku melanjutkan pembicaraanku..

    "Kamu ingat soal rumah tua yang ada di dalam mimpiku kan?"

    Miku berjalan menuruni tangga sampai berada di depanku..
    "Rei. . . Untuk kesekian kalinya akan kukatakan. ."

    "Lihat ini. . . Kemarin malam aku bermimpi di rumah itu dan mendapatkan 2 kertas ini. . Lihat ini.. ."

    Aku dapat melihat wajah miku yang kebingungan..

    "Aku tahu kamu pasti kebingungan, namun aku ingin kamu mencari tahu tentang passport ini.. Cek ID pass nya beserta namanya. . Dan kabari aku kalau kmu menemukan sesuatu. ."

    "Siap bos!!" Kata miku smbil tersenyum manis. . .

    "Oke aku mau ke atas sbentar" kataku

    Aku terduduk di atas ranjangku.. Kunyalakan komputerku dan mulai mencari informasi tentang rumah itu..

    "Rumah tua terbakar, tidak. . . Rumah kuil tua ambruk, tidak . . . Hmm. . Pasti ada yang relevan dengan rumah itu.." Kataku sambil mengusap kepalaku

    Aku mencoba mencari lagi dan lagi. . . Aku mencari tentang kuil di dalam rumah. . Sosok ibu dan anak yang ditinggal ayah. . . Sampai wanita penuh tato tersebut. .
    Hingga aku menemukan sebuah link suggestion "Pendeta bertato" namun sesaat aku mengekliknya, ternyata membawaku ke link gambar..

    Aku melihat lihat isi link tersebut. . .

    "Kenapa isinya pria kekar dan bertato semua??" Pikirku bingung

    Namun akhirnya perhatianku terfokus kepada sebuah foto kecil dengan latar warna hitam putih bergambarkan seorang gadis kecil berkimono putih dan bawahan biru tua, yang membawa sebuah lentera...

    Aku mencoba mencari sumber foto gadis kecil itu, dan akhirnya aku sampai pada sebuah artikel kuno yang berjudul.. "The manor of sleep" sebuah cerita legenda tua...

    Aku membungkukkan badanku, tertarik oleh judul tersebut. . . Mataku bergerak mengikuti paragraf2 bacaan tersebut.

    "Rumah yang ditinggali sebuah keluarga bernama Kuze. . . Habis terbakar, semua anggota keluarga meninggal. ."

    Konon katanya, rumah dan keluarga itu telah terkutuk akibat ritual gelap yang mereka lakukan. . .


    "Hmm. . . Lalu apa hubungannya dengan Yuu??" Pikirku

    kutukan itu terus berlanjut, meskipun rumah itu sudah tidak ada, namun beberapa orang sempat mengaku berada di rumah tua itu. . .

    Namun, setiap orang yang mengaku pernah bermimpi masuk ke dalam rumah itu selalu meninggal secara mengenaskan dengan tubuh yang dipenuhi tinta hitam . .

    "Tinta hitam? Meninggal? Bermimpi?"

    *cring*

    "aaaaargh!!" Jeritku bersamaan dengan rasa sakit di pundakku..

    Tato di tubuhku muncul kembali.. Kali ini sedikit menyebar ke arah lengan. . .

    "Mikuu!!! Aaaargh!! Tolong!!" Teriakku sambil menahan sakit. . .

    tiba tiba suara aneh muncul di dalam pikiranku..

    "Saatnya.. Kembali. . . Priest. . . Kutukanmu. . . Sudah mulai. . . Menyebar"

    "Aaarggh!!!!" Jeritku semakin keras

    Aku mencoba berdiri, namun rasa sakit itu semakin menjadi jadi, akhirnya sampai membuatku terjatuh ke kasur. . .
    *cring* *cring*

    "uumh.." Kataku sambil meraba keningku. . .

    Belum sempat kusadarkan diri, suara aneh itu muncul kembali..

    "Kutukan. . . Menyebar. . . Ritual. . . Harus dijalankan. ."

    Tato di tubuhku muncul, namun aku tidak merasakan sakitnya lagi. . .

    Akhirnya aku dapat melihat jelas, tato itu bergambar mirip ular, dengan hiasan abstrak di sekitarnya. . .

    "Kutukan? Tato ini? Kutukan?" Kataku. . .

    Aku melihat gerbang besar rumah tua itu. . .

    "Kalian Mau apa???!?! Kenapa harus aku? Kenapa???" Teriakku...

    Aku menjatuhkan diriku di antara tanah bersalju tersebut. . . aku kembali menangis. . .

    Suara aneh itu tidak muncul kembali. . . Aku terus berpikir, apa hubungan dengan aku dan Yuu? Kenapa harus aku??
    To be continue part 4
    "The Lullaby"

    The call of the tattoos part 4
    Part 4

    -the lullaby-

    aku terduduk di depan gerbang rumah itu. . . rumah itu tertutup bayangan salju yang semakin deras turunnya. .
    “kenapa harus aku?? Kenapa?” pikirku dalam hati

    *cring*

    Suara lonceng kecil yang sudah biasa kudengar berbunyi lagi di kepalaku. . dengan cepat ku mengangkat kepalaku. .

    Aku melihat sebuah tangan tepat berada di depanku, aku memandangi tangan itu sambil perlahan melihat pemilik tangan itu. . . aku terdiam. . .

    “Y. . .yuu. .” kataku perlahan

    Wajah Yuu bersinar sinar, dan ia tersenyum. . .

    Aku meneteskan air mata, aku segera berdiri dan ingin memeluknya. . .

    Tiba tiba,
    *cring cring*

    Aku melihat wajah Yuu mulai terlihat pucat, tato yang mirip seperti milikku menjalar dari tangan sampai wajah Yuu. . .

    “aaaaaaaaaaaaargh.... Reiiiiii” jerit Yuu
    “Yuu!!! Kmu kenapa??? YUU!!!” kataku sambil memegang kedua tangannya
    “aaargh!!!!” jerit Yuu
    Yuu mendorongku hingga terjatuh. . . ia tetap berteriak bersamaan dengan tato itu menyebar sampai seluruh wajahnya. . .
    “Yuu!! Tidaaak..”
    Aku melihat sebuah bayangan berbentuk tangan muncul dari balik punggung Yuu, tangan itu merangkulnya dari belakang..
    “YUU!!!!!!” jeritku

    Aku kembali berdiri dan mencoba meraih tangan Yuu, begitu pula Yuu yang berusaha meraih tanganku. . . namun, sesaat sebelum aku dapat meraihnya, sebuah bayangan berwujud wanita dengan rambut yang panjang muncul dari balik tubuh Yuu. . . ia menarik Yuu menjauh dariku dan kemudian menghilang ke dalam gerbang rumah itu. . .

    “Yuu!!!! “

    Aku segera mendobrak masuk pintu rumah itu. . .

    *cring*
    Semua gelap dan sunyi, namun yang menangkap perhatianku ialah secercah cahaya biru yang menyala nyala di sebelah pintu masuk tersebut. . .

    Sinar itu ternyata datang dari lentera biru yang dahulu aku jatuhkan saat aku diserang wanita misterius tersebut.

    “lentera ini. . .”


    Tiba tiba aku teringat akan foto gadis kecil yang membawa lentera tua saat mncoba mencari tahu tentang keberadaan rumah tua ini di net. . . aku mengangkat lentera itu dan melihat secara detail. . . lentera itu berbentuk segi enam, dengan ukiran seperti ular berwarna kuning pucat dengan sebuah lilin biru di dalamnya. . . aku dapat melihat sebuah ukiran kecil di bagian bawah lentera itu. . .

    “Reika. . .Yuukishiro. . .” kataku mencoba membaca ukiran itu. .

    *ting* . . .. *ting*

    suara seperti benda logam yang dipukulkan mulai terdengar samar samar di telingaku. Perlahan lahan suara itu semakin jelas terdengar dan semakin keras. Udara di sekitarku tiba tiba menjadi sesak. . .
    aku memegang dadaku sambil berusaha memperbaiki nafasku. Aku dapat mendengar sekumpulan suara yang membentuk seperti alunan syair atau lagu. . semakin lama suara itu semakin jelas. .
    aku mencoba mencari sumber dari suara tersebut, akhirnya aku tiba di ruangan tengah, tempat dahulu aku pernah diserang. . aku menarik nafas panjang dan membuka pintu kayu itu secara perlahan. .

    *cring* *cring*

    Aku membuka pintu tersebut, aku terdiam kaku. . . ruangan itu berbeda. . sinar matahari dapat terliha menembus dari ventilasi kecil, perapian terlihat rapi dan apinya menyala. . seorang wanita berambut panjang dan mengenakan yukata hijau tua terlihat sedang membereskan sesuatu di pojok ruangan. . aku dapat melihat perut wanita itu buncit, seperti sedang mengandung. .

    Tiba tiba seorang pria datang dari pintu tempat aku masuk tadi. . pria itu berdiri di sebelahku. . .
    “pssst. . . Kirue?” kata pria itu berbisik

    Wanita itu berbalik badan, aku kaget. . wanita itu wajahnya mirip sekali dengan sosok menyeramkan yang menyerangku kemarin. .

    “Hiroshi?? Sedang apa kau disini?? Kamu tahu kan aturan di rumah ini laki laki dilarang berada di tempat ini!!” kata wanita itu

    Tiba tiba pria itu memeluknya dan meraba perut buncit wanita itu. .

    “aku hanya ingin menengok kamu dan keadaan anak kita ini”

    Kirue tampak terdiam dan tersenyum manis sambil memeluk hiroshi. Tiba tiba semuanya menjadi gelap, sekitarku berubah seketika menjadi malam hari. . . pandanganku tertuju pada sebuah keranjang kecil, dimana ada seorang bayi mungil yang sedang tertidur pulas. .

    Aku dapat melihat wanita bernama Kirue itu sedang terduduk pucat sambil megaduk kayu bakar agak perapian itu tetap menyala. .

    *Brak!!*


    Aku membalikkan badanku. . 2 orang pria berpakaian serba putih muncul sambil membawa pria yang bernama hiroshi masuk ke dalam ruangan. . hiroshi terlihat lemas dan berlumuran darah. . orang yang terakhir masuk membuatku terkaget sampai menutup mulutku. . ia adalah wanita yang dahulu berbicara denganku saat pertama kali bertemu. . tato di pundakku mulai terlihat kembali. .

    “HIROSHIIIIIII...” jerit Kirue sambil terjatuh tepat di tempat dia berdiri. . .
    Wanita tua itu menjambak rambut hiroshi sambil menegakkan kepalanya. . .
    “Aturan di rumah ini... tidak ada lelaki selain pendeta yang boleh masuk” kata wanita tua itu. .
    “Master Yashuu. . aku mohon. . ampunilah dia. . dia tidak tahu. .” kata Kirue sambil menangis dan menyembah wanita tua yang bernama Yashuu tersebut.
    “Ki. .Rue. .”
    “bawa pria ini keluar kuil. . . siapapun yang melanggar aturan di rumah ini, harus mati. .” kata Yashuu
    “tidaaaaaaaaak!! Hiroshiii!!!” jerit Kirue sambil berlari ke arah Yashuu.

    Pria itu diseret keluar oleh kedua pendeta pria tersebut. . darah hiroshi berceceran di lantai ruangan itu, sampai di pintu. . disusul dengan Yashuu yang ikut keluar ruangan. .
    Aku terdiam sambil menutup mulutku. .

    *cring* *cring*

    tiba tiba keadaan ruangan itu berubah seketika. . aku memandangi pintu ruangan itu kembali menjadi berdebu dan turun salju dari lubang di genting tepat di atasnya. . . aku jga dapat melihat bekas darah yang terseret menuju pintu keluar. .

    “apa apaan itu barusan? Tidak mungkin aku bermimpi di dalam mimpiku” pikirku
    Namun belum sempat aku berpikir lebih jauh, aku mendengar suara isak tangis seorang wanita. . dengan cepat aku membalikkan badanku. . . aku dapat melihat wanita dengan kimono hijau tua tadi terduduk di depanku sambil menangis dan menutupi wajahnya. .

    “ki. .Kirue?” kataku sambil perlahan ingin menepuk pundaknya. .
    “hiks. .hi. . ro. .Shi. .” kata wanita itu sambil menangis. . .
    Tiba tiba tanganku digenggam olehnya. . dia membuka tangannya dan tampak, wajah wanita itu pucat putih, dengan mata dan mulut yang terbuka lebar dan mengeluarkan darah. .
    “HIROSHIIIIIIIII!!!!” jerit Kirue sambil mencoba menarikku
    “aaaaaaa. . . . tidaaaaaaak!!! Jangan!!!” jeritku sambil meronta mencoba melawan genggaman Kirue.
    Tangan kirue elepaskan tanganku, dan berpindah menuju leherku. . . ia mulai mencekikku sambil tersenyum lebar. . .

    “ma..ti kau.. Ku..ze..”kata Kirue. .
    “uhuk.. Kirue. . lepaskan. . .uhuk”
    Tiba tiba lentera biru di tanganku bersinar. . reflek aku mengangkat lentera itu ke dekat wajah Kirue. .
    “aaaaaaaaaaaargh..” jerit kirue sambil melayang pergi. .
    “uhuk. .uhuk . .”

    Aku mencoba untuk berdiri, namun kakiku terasa lemas. .aku berpikir bahwa menggunakan lentera itu menghabiskan energiku. . aku segera mencoba sekuat tenaga untuk bangkit. . sambil memegangi kakiku. .

    *ting* *ring*

    Suara dentingan logam itu mulai terdengar lagi. . kali ini berasal dari ujung ruangan itu. .
    Aku berusaha mengatur nafasku. . samnil menahan lemas kakiku. . aku tidak yakin dengan apa yang akan muncul dari balik pintu di ujung ruangan tersebut. .

    Suara lagu yang mereka nyanyikan kini semakin jelas. .
    “sleep. . priestess lie in peace. . . Sleep Priestess lie in peace. . . if the priestess wakes from her dreams. . .”

    [​IMG]


    Begitulah sebagian lirik dari lagu yang mereka nyanyikan. .
    Pintu itu terbuka. . aku dapat melihat keempat orang gadis kecil masuk ke ruangan itu sambil bernyanyi. . seempatnya membawa palu yang dipukulkan ke arah paku yang juga mereka bawa. . yang terakhir muncul ialah, seorang wanita dengan rambut panjang dan tubuhnya dipenuhi tato berwarna biru tua dan menyala. .

    Tiba tiba pundakku terasa sangat sakit. . tato itu dengan cepat menyebar dari pundak sampai ke lengan dan leherku. .

    “aaaaaaaargh....stop!!” jeritku sambil menahan sakit...
    Wanita bertato itu benjulurkan tangannya kedepan, dan tiba tiba, Yuu muncul di depan mereka semua dan tepat di depanku. .

    Karena tak kuasa menahan sakit, aku terjatuh sambil memandangi Yuu. .
    Tubuh Yuu terlihat lemas dengan wajah tertunduk sama seperti hiroshi tadi. .
    “Yuu!!! Kamu kenapa??? Aaargh...” kataku menahan sakit..

    Wanita bertato itu menjulurkan tangannya lagi.. dan keempat gadis itu berjalan ke arah Yuu. . .
    “mau apa kalian?? Huuft.. kalian apakan Yuu????” jeritku
    Gadis gadis itu mulai bernyanyi semakin keras dan lantang. . paku besi yang mereka bawa, mereka tempelkan di punggung Yuu. .

    “hey!! Tidaaaaaaaaaaak. . Jangaaaaaaan!!!” jeritku
    Rasa sakit ini membuatku tidak dapat berdiri dengan kedua kakiku. . aku terus berusaha melawan sambil meronta di lantai kayu tua itu. . aku memandangi Yuu, keempat gadis kecil itu, dan wanita misterius bertato itu. .

    “Re. .i”

    Mendengar suara itu, aku berhenti meronta. . air mataku jatuh, saat aku melihat wajah Yuu ang pucat sambil mengeluarkan darah dari bibirnya. .

    “Y. .Yuu. .” kataku sambil terkapar di lantai dan berusaha menjulurkan tanganku untuk meraih wajah Yuu. .
    Gadis gadis itu mengangkat palu mereka secara serentak. . dan wanita bertato itu mulai menjulurkan tangannya lagi. .

    “Re. .i. . .maafkan. . . ak” kata Yuu

    Palu palu itu diturunkan secara serentak dan cepat. .

    “Yuuuuuuuuuuuuuuuu!!!”

    *ting*

    Suara dentingan paku itu terdengar bersamaan dengan suara jeritan Yuu. .

    *Ting*

    “hah?? Hmmh. . haadh. .”
    Aku kembali terbangun di kasurku. . nafasku terengah engah. . aku mencoba membenarkan nafasku sambil merapikan rambut dan memegang kepalaku yang penuh keringat. .

    “Yuu. . .” kataku sambil menghapus air mataku. . .
    Aku mencoba untuk meraih air minum di seberang kasur dekat pintu kamarku. . namun sesaat sebelum aku berhasil meraihnya. .

    “sleep priestess. .lie in peace. . . sleep priestess. . .”
    Seseorang ada yang bernyanyi dari arah lantai bawah. . dengan cepat aku menengok dari atas tangga kamarku. . . ternyata suara itu ialah suara miku. . . aku terdiam. . bagaimana miku bisa tahu tentang lagu itu??
    Aku memutuskan untuk berjalan ke lantai bawah untuk menghampirinya. .

    “tidak bisa tidur miku??” tanyaku. . .
    “oh. . Rei-san. . maaf. . aku telah membangunkanmu. .” kata miku sambil menundukkan kepala. .
    “tidak apa apa, kamu tau lagu yang barusan kamu nyanyikan dari mana miku??”
    “lagu yang mana Rei-san?” tanya miku kebingungan. .
    “itu yang sleeping sleeping itu. .” tanyaku
    “aku mendengarnya lewat mimpiku Rei. . lagu Lullaby itu selalu muncul di setiap mimpiku. .seakan akan lagu itu menghantuiku. .”

    Aku terdiam sambil memasang wajah kebingungan.
    “sudahlah Rei-san. . sudah larut, miku ijin ke kamar dulu ya. .”

    Aku hanya mengangguk saja tanpa berkata kata. . miku pun berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. . aku terduduk di sofa sambil memandangi gerimis hujan yang turun di halaman rumah. .

    “bagaimana bisa, lagu Lullaby yang kudengar di mimpiku bisa sama persis dengan yang barusan kudengar dari miku?? Lalu kemana sebenarnya hiroshi dibawa? Mengapa wanita bertato itu slalu menghantui di setiap mimpiku? Lalu ada apa dengan lentera biru itu?”

    To be continued part 5
    -Reika Yukishiro-

    the call of the tattoos part 5
    The call of the tattoos
    Part 5

    -Reika Yukishiro-

    pagi itu, aku kedatangan sebuah paket berbentuk kotak dengan tanda Amakura di bagian atasnya. .
    aku membuka paket tersebut, paket itu berisi sebuah buku tua dengan surat di dalamnya. . .

    “Yuu. . aku sudah menemukan buku yang sudah lama kau cari, memang beberapa bagian nampak rusak dan tidak terbaca lagi. . tapi aku harap buku ini bisa membantu dalam penelitianmu. . kabari aku kalau kamu menemukan sesuatu – Kei”

    Paket itu ternyata dari Kei, kawan satu universitas Yuu yang selalu ikut dalam proyek proyek horror Yuu. . nampaknya ia belum mendengar bahwa Yuu sudah tiada. . .

    Ku mengambil buku tua itu dan duduk di atas sofa untuk bersiap membacanya. .

    “Rei. . .”

    Seseorang menepuk pundakku. . .

    “hah!!! Miku. . . kenapa?” kataku sambil dengan cepat membalikkan badanku. .
    “maaf membuatmu kaget rei, aku hanya ingin menanyakan tentang lullaby yang dahulu aku dengar di mimpiku. . .” kata miku ragu

    “iya? Ada apa miku?”
    “aku bermimpi buruk belakangan ini. . seperti sebuah ruangan dengan batu besar ditengahnya. . lalu disanalah aku mendengar lullaby itu. .”

    “batu besar??” tanyaku dengan wajah kebingungan. .
    “iya rei. . dan banyak salju turun, namun aku tidak merasakan dinginnya. . sama seperti di dalam mimpimu Rei. .”

    Aku terdiam. . miku memandangiku dengan wajah kebingungan. .

    “miku? Mm. . apakah kamu mendapat tanda berupa tato yang menyebar atau semacamnya? ?”
    Miku menggelengkan kepalanya sambil memandangiku dengan penuh rasa kebingungan. .
    “sudah lupakan saja rei, ngomong ngomong aku menemukan berita tentang yoshino yang dulu kamu berikan potongan passportnya. .”

    Miku menjelaskan bahwa yoshino adalah salah seorang korban kecelakaan pesawat terbang di jepang yang selamat. .

    “Rei. . ada beberapa kejanggalan di berita ini, semua korban yang selamat tampaknya mengalami koma selama beberapa bulan. . lalu semuanya akhirnya meninggal dengan wajah yang terlihat kehitaman seperti terbakar. . dan korban terakhirnya ialah Yoshino, tepat sehari setelah kamu memberikan passport ini. .” kata miku

    “be. . benarkah itu?” tanyaku
    “iya. . lagipula bagaimana kamu bisa mendapatkan passport orang yang sama sekali tidak dikenal dan keesokan harinya meninggal?? Ini merupakan suatu kebetulan atau. . .”

    Aku memegang kepalaku. . semua yang kubaca tentang the manor of sleep. . tentang kutukan tato itu. . tentang korban meninggal menghitam karena kutukan tersebut. .


    “Rei. . aku pergi ke redaksi dulu. . tidak apa apa kan??” kata miku
    “ah? Iya. . hati hati miku” kataku masih memegang kepalaku. .

    Begitu miku keluar rumah, aku memutuskan untuk tidak memikirkan hal tadi terlebih dahulu dan fokus kepada buku kiriman paket dari Kei tersebut. .

    Buku itu tak tertulis nama pemilik, maupun judul bukunya. .
    Aku mencoba membuka halaman secara random dari buku itu. .

    “hari hujan, tampaknya ia takkan datang lagi hari ini. .” kataku membaca isinya. .

    Ternyata buku ini semacam diary kuno yang menceritakan kehidupan seseorang. .
    Karena sama sekali tak mengerti, aku mencoba untuk membaca dari awal buku tersebut. .

    “may 25th, 1297. . aku datang ke sebuah rumah besar. . rumah itu tampak megah dan semua orang memujanya. . aku pergi bersama ayahku, namun ia tidak ikut masuk kedalam. . aku tidak tahu kenapa. . aku disambut dengan berbagai macam jamuan dan sambutan kecil oleh kepala pendeta disana. . semoga aku bisa menjadi pendeta yang seperti ayah inginkan. . aku sayang ayah. . R”

    [​IMG]

    “June 24th, 1297. . aku diberikan sebuah lentera biru. . kata kepala lentera ini dapat melindungiku. . dan membersihkan jiwa kita. . dan ajaibnya, lampu itu tidak pernah padam, lilinnya akan terus menyala. .”
    pendeta,

    “august 16th, 1297. . dia melihatku . . dia satu satunya anak laki laki yang ada di rumah ini, selain para pendeta tentunya. .dia sangat senang bermain dengan adiknya. . melihat kebahagiaan mereka, aku hanya bias tersenyum dari balik jeruji ini. .”

    Nampaknya buku ini tidak ditulisi setiap hari, aku dapat melihat dari tanggal yang tidak beraturan dari tulisan gadis ini. . aku dapat mengambil kesimpulan bahwa perempuan ini ialah Reika Yukishiro, pemilik lentera biru tersebut. .

    Karena rasa penasaran yang besar, aku segera membuka halaman selanjutnya. .

    “october 16th, 1297. . . aku tidak tahu apakah aku sudah siap dengan ritual ini. . aku sudah tidak sabar lagi. . setidaknya ritual ini akan membuat ayah bangga. . aku harap itu. . “

    “October 18th, 1297. . . tanganku sangat sakit. . semua yang terlihat ditutupi oleh jeruji besi. . dan dinding gua yang sangat gelap. . kulitku tidak seputih dulu, penuh dengan tato. . aku hanya bisa menangis menahan sakitnya tangan dan kakiku. . ini semua untuk ayah. . saat itu ia datang. . anak laki laki yang selalu aku perhatikan dahulu. .kami berkenalan hari ini, namnya ialah kaname kuze. . ia selalu menggodaku di dalam kandangku. . usil, tapi baik. . saat itulah aku merasa. . ialah cinta pertamaku. . hihi. .”

    “November 12th,1297. . hari hujan deras. . tampaknya ia tidak akan datang hari ini. . aku merindukan Kaname. . aku ingin ia menemaniku disini. . karena hariku akan tiba. .”

    “november 15th, 1297 .. hari ini. . . aku akan menyelesaikan semuanya. . . akhirnya aku akan menjadi seperti yang ayah inginkan. .”

    Itu adalah isi terakhir dari buku tersebut. . selain itu hanya ada beberapa kertas sobekan dan bekas terbakar. . .

    “jadi. . . reika. . yukishiro. . hmm. . wanita penuh tato itu. . . Reika. .” kataku sambil menutup buku tua itu.

    *Cring* *cring*

    Suara lonceng itu kembali terdengar di telingaku. . disusul dengan suara seperti angin yang bertiup dan suara suara aneh. .

    “hah?!!?” kataku tersadar dari lamunanku

    Aku menemukan diriku berada di dalam sebuah kandang besi yang tergantung di langit langit suatu tempat. . .

    “tempat apa ini??”

    ruangan itu berbentuk lingkaran dengan sebuah kandang di tengahnya. . .

    Aku terkaget dengan sesosok wanita kecil dengan rambut yang diikat sedang memandangiku dari luar kandang tersebut. . . aku terdiam sejenak sambil memandangi gadis kecil tersebut. .

    “kamu. . tidak apa apa? Rei. . ka??” katanya sambil memegang jeruji kandang tersebut. .
    “rei.. . .ka?” kataku perlahan

    “ini sudah saatnya makan. . . dan ini buku yang kamu minta saat itu. . .” kata gadis itu sambil memasukkan sebuah mangkuk berisi soup dan sebuah buku berwarna biru tua dengan hiasan garis garis hitam.


    Sebuah tulisan Reika Kuze tertera pada cover buku tersebut. . .

    “rei . .ka . . kuze?? “ kataku perlahan. . aku menyadari bahwa pakaian yang kukenakan berbeda dari sebelumnya, seperti sebuah yukata putih dengan bawahan biru tua. Aku mraba dan mengelus yukata itu,. .
    Sesaat aku menunduk, sebuah untaian rambut yang panjang jatuh di pundak lalu ke dada dan punggungku. .
    Gadis itu memandangiku dengan wajah kebingungan. .

    “reika? Kau benar tidak apa apa? Tampaknya kamu kebingungan begitu. .”
    “ah? Aku tidak apa apa. . terima kasih ya. .” kataku sambil tersenyum. .

    Gadis itu merapikan sisa makanan yang berada di dekat jerujiku..

    “uum, kamu siapa?” kataku memberanikan diri untuk bertanya. .

    “reika? Ini aku amane, masa kamu lupa?” katanya sambil tertawa kecil

    Ia menyadari bahwa aku benar benar tidak tahu siapa dirinya dan ia memandangiku sambil mendekat ke jerujiku. .

    “mungkin reika butuh istirahat dahulu, atau kalau memang reika punya masalah, kamu bias menceritakannya oadda amane. . amane pasti akan bantu “ katanya sambil tersenyum

    “te. . terima kasih, amane. . “ kataku sambil tersenyum. .

    “sama sama reika, kalau kamu sakit nanti tidak bias menjalankan ritual dengan baik . . nanti master yashuu tidak akan puas. . kan repot hahaha” katanya lagi. .

    Aku menyadari bahwa ini saat sebelum menjalankan ritual seperti yang kubaca di diary itu. .

    *cring* *cring*

    Suara lonceng itu kembali terdengar dan aku pun tersadar kembali. .

    “hah. . haah. .” aku mencoba mengatur nafasku sambil melirik sekitarku. .

    Ternyata aku telah kembali di ruangan santai dimana aku membaca diary itu tadi. .
    Aku memandangi keluar jendela, nampaknya hari sudah sore dan agak berawan. .


    “Rei. . aku sudah pulang. .” kata miku sambil membuka sepatunya di pintu depan. .
    Aku memegangi kepalaku kembali, mencoba mengumpulkan memori tentang hal yang baru saja kualami. . rintik hujan mulai terdengar. .

    “huft, untung saja aku sudah pulang, kalau tidak aku pasti sudah kehujanan. . . iya kan rei?”
    “. . .”
    “rei??” kata miku
    “ah? Iya basah. . basah. .” kataku tersadar
    “rei, kamu tidak apa apa?” kata miku. .

    Aku hanya tersenyum lemas sambil memegangi kepalaku. . .

    Pancuran air shower yang deras jatuh mengenai wajah dan turun sampai ke kakiku. .
    Aku menundukkan kepalaku sambil membasahi rambutku . .

    “manor of sleep. . .reika. . . yuu. . .ritual. . “ pikirku sambil mengusap rambutku yang basah. .

    aku memandikan diriku di dalam ruangan bershower yang dindingnya terbuat dari kaca dan terlihat blur sehingga tidak ada yang bisa melihat dari luar. .

    tiba tiba listrik di rumahku mati . .

    “hah? Mati lampu. . “ kataku terkaget sambil berusaha meraih handuk. .

    Setelah berusaha mengenakan handukku, aku mencari gagang pintu showerku. . namun sesaat setelah itu, lampunya kembali menyala dan alangkah kagetnya aku, se buah bayanga hitam berwujud seperti manusia berdiri di luar ruangan showerku itu. .

    “aah. . kamu siapa??” kataku perlahan. .

    Bayangan itu mendekat dan terdengar suara seperti desahan wanita yang kesakitan. .

    [​IMG]

    “si. . siapa kamu?” kataku berusaha menjauhi dinding kaca tersebut. .

    Bayangan itu menempelkan jarinya pada kaca itu, lalu mulai menulis seuatu, aku dapat melihat jarinya yang putih pucat dan gerakannya yang kaku tersebut. .

    Tiba tiba lampu kembali padam. . aku terkaget sambil berusaha memandangi ruangan itu sepenuhnya, atas bawah kiri dan kanan kuperhatikan secara bergantian. .

    “pergi kamu! Jangan ganggu aku!” teriakku, namun yang terdengar hanyalah suara hujan deras di luar rumah. . aku membalikkan diriku sampai menghadap tembok ruangan itu. .

    Lampu akhirnya kembali menyala, aku dengan segera melihat ke atas, kiri , dan kananku sambil mencoba mengatur nafasku yang berantakan karena ketakutan. .

    Aku memberanikan diriku untuk berbalik, dengan cepat aku membalikan diriku, bayangan itu sudah tidak ada disana, hanya sebuah kamar mandi yang kosong . .

    Belum sempat ku mengatur jalur nafasku, sebuah tulisan merah tiba tiba muncul di pintu kaca tersebut. . . aku hanya bisa terbelalak sambil terus memandangi tulisan yang terbentuk itu. . .

    “it. . . begins”


    To be continued part 6
    “The Hair and Mirror”

    The call of the tattoos part 6
    Part 6
    -The Hair and Mirror -

    “ritual dijalankan ketika seorang pendeta sukarelawan telah menginjak usia 16 tahun dan telah bersedia untuk melakukannya. . . paku ditusukkan ke telapak tangan dan kaki. . . kaca penyimpan arwah. . . lilin biru tua. . kabut gelap. .”

    Begitu saja petunjuk yang kudapat dari file file hasil pencarianku di net kemarin. . tidak ada satupun yang dapat membantu dan menjelaskan tentang kejadian di kamar mandi tadi sore. . aku merebahkan diriku di kasur kesayanganku sambil sejenak mengejamkan mataku. . .

    “kalau memang wanita bertato itu reika, mengapa ia masih tetap berkeliaran di rumah tua itu? Hal apa yang membuatnya tidak tenang? Apakah ritualnya gagal?” pikirku dalam hati

    *knock**knock*

    “masuk. .” kataku sambil duduk di kasurku
    “rei. . . “
    “oh ternyata kamu miku. . ayo masuk. . “
    “rei. . aku ingin bertanya sesuatu denganmu. .” kata miku sambil duduk di pinggir kasur
    “tentang apa?”

    “kamu ingat tentang lagu yang kunyanyikan saat tengah malam itu??”
    “iya. . kenapa?”
    “aku kembali mendengarkan lagu tersebut dalam mimpiku. . namun tidak jelas siapa dan darimana suara lagu itu berasal. . “

    aku terdiam sejenak. . .

    “rei? Kamu tidak apa apa??” Tanya miku dengan wajah kebingungan
    Apakah mungkin miku pernah masuk ke dalam rumah itu? Ke dalam manor of sleep?
    “miku. . kalau aku tidak salah ingat, kamu pernah bercerita tentang memimpikkan suatu tempat bersalju bukan?”

    “ i. . iya. . ada apa rei? Aku bermimpi berada di sebuah ruangan gelap dan besar. .”
    “lalu ada sebuah kandang di tengahnya bukan?” kataku memotong pembicaraan miku
    “huh? Kandang? Hanya ada sebuah batu seperti sebuah meja rei. . aku tidak yakin itu batu untuk apa, namun terdapat banyak darah di atasnya. .” kata miku


    Aku kembali terdiam. . ternyata ruangan itu beda dari bayangan yang kudapat. .

    “miku?apakah kmu pernah melihat seseorang yang meninggal di depan matamu?” tanyaku
    Miku memandangku. . dengan cepat ia berdiri dan membalikkan dirinya. .
    “umm. . maaf Rei, aku sudah mengganggu tidurmu. . “ katanya sambil dengan cepat berjalan kea rah pintu. .
    “hey, miku? Mikuu. .” kataku berusaha menghentikannya. .

    Miku telah kembali ke kamarnya. . apa yang terjadi sampai ia tidak mau menceritakannya kepadaku. . memang aku selalu sibuk ketika bekerja bersama Yuu maupun sekarang saat aku bersama miku. . aku tidak pernah sempat untuk bertanya tentang kehidupan masa lalunya, bahkan masuk ke kamarnya saja aku tidak pernah. .

    *cring**cring*
    Aku terdiam. . suara lonceng itu kembali mengiang di dalam kepalaku. .

    “haah? *pant* *pant*”
    aku kembali tersadar dan melihat sekelilingku. .

    “oh tidak. . “ pikirku

    Aku berada di sebuah selasar yang sangat panjang dan gelap. . aku tidak yakin berada dimana, namun aku tau aku berada di dalam rumah itu. . Lentera itu kembali tergantung di tanganku. . aku melihat sekitarku, lorong tersebut hanya diterangi dengan lilin lilin tua yang menyala. .

    Aku memutuskan untuk berjalan ke ujung lorong ruangan tersebut. .

    “hiks. . hiks. .”

    Aku mendengar suara isak tangis di kejauhan di lorong tersebut. . jantungku berdegup kencang, aku mencoba memfokuskan pandanganku akan darimana asal suara tersebut. .
    *krik**krik* “hiks. .”

    Aku terdiam sejenak, aku mengangkat lenteraku, berusaha untuk menerangi lebih jauh dari lorong tersebut. .
    “si. .siapa disana?” kataku pelan. .

    Suara tangisan itu terdengar semakin mendekat. .

    *kriik* “hiks. . dimana. . . bayi. .ku?”

    Suara itu semakin terdengar jelas, seperti suara orang tua . .

    “ba. .bayi?” balasku

    “iya. . bayiku. . . cucuku. . . hiks. .” kata wanita itu

    Keringat mulai bercucuran turun dari wajahku. .

    “bayi? Aku. . aku tidak tahu. .” kataku sambil
    “hiks. . bo. . hong. .” kata wanita itu sambil mulai menggeram. .

    “a. . aku tidak tahu . . aku tidak bohong. .” kataku sambil menelan ludah

    *KREEEEEEK* “BOHOOOONG. . . .”

    Suara teriakan wanita tua itu mengiang di sepanjang lorong tersebut. . tiba tiba, seorang wanita tua berpakaian lusuh sambil membawa kereta kayu muncul di depanku. .

    *KREEEEEEEEEEEK* “KEMBALIKAN!!!!” teriak wanita itu sambil berlari mendorong kereta ke arahku. .

    “AAAA. . .”

    Aku berteriak sambil mulai berlari menjauhinya. . suara roda kereta kayu itu semakin keras dan keras. .
    Aku hanya memandang apa yang ada di depanku. .berlari secepat yang aku bisa. . tanpa berani memandang wanita dan kereta kayu itu. .


    “KEMBALIKAN!!!!” *Kreeeeek*

    [​IMG]

    “AKU TIDAK TAHU!!! Dimana. . bayimu!!” teriakku. .

    Tiba tiba, lorong tersebut kembali sunyi. . suara wanita maupun suara roda kereta itu menghilang seketika. .
    Aku mencoba memperlambat langkahku sambil berbalik arah. .

    “haah. .hah” *pant*

    Nafasku sesak sambil memandang lorong di belakangku yang kosong. .
    “kemana . . dia?” pikirku

    Tanpa berpikir panjang, aku memutuskan untuk berjalan ke arah satunya dan berharap dia tidak kembali lagi. . Di ujung lorong tersebut ada sebuah tangga yang temboknya terlihat lebih rapi daripada tembok di lorong panjang tadi. .

    “hiks. . .”

    Aku terdiam, suara tangisan kembali terdengar dari lantai atas ruangan tersebut. . suara tangisan itu terdengar berbeda dengan yang sebelumnya. . aku kembali menelan air ludah sambil menaiki tangga tersebut sampai tiba di ujung tangga tersebut. . aku melihat sebuah pintu di sebelah kiriku yang agak terbuka sedikit. .

    “hiks. . hiks. .”

    Suara tangis itu kembali terdengar jelas, tangisan itu dating dari ruangan dibalik pintu tersebut. . aku memutuskan untuk mengintip melalui pintu tersebut. . ruangan itu dipenuhi dengan yukata yukata berbagai macam yang digantung. . aku mencoba mencari darimana asal suara tangisan itu. .

    “hiks. .”

    Pada akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. . aku mengendap dan bersembunyi di balik yukata yang digantung gantung tersebut. . akhirnya aku menemukan sumber dari suara tangisan tersebut. .

    Aku melihat seorang wanita beryukata hitam yang terduduk di ujung ruangan tersebut. .

    Wanita itu memiliki rambut yang sangat panjang dan sangat lurus. . aku dapat melihat wanita itu seperti merapikan rambutnya dengan sebuah sisir sambil terisak menangis. . aku terus memperhatikan wanita itu. . tepat di depan wanita itu terdapat sebuah kaca kecil dengan beberapa benda hitam seperti rambut yang tergantung di tembok tembok di atas kaca itu. .


    “rambut. .hah?” pikirku sambil memperhatikan wanita itu dengan lebih seksama. .
    Tiba tiba tongkat penyangga yukata itu terjatuh dan yukata itu terjatuh di depanku. .

    *prak*

    Aku terdiam. .
    Wanita itu terdiam, tanpa gerakan dan suara sedikitpun. .

    [​IMG]

    “matilah aku. .” pikirku

    Belum sempat aku bergerak, tiba tiba wanita itu muncul di depanku dengan rambut panjangnya yang terurai di udara dan wajah yang dipenuhi darah. .

    Aku menjerit sambil secara reflek berdiri dan mulai berlari. . wanita itu kembali melayang dan mulai mengejarku. .

    “Kemana. . AKITO??!!!” teriak wanita itu. . sambil berusaha menangkapku. .
    Aku berlari menuju pintu tempat aku masuk tadi..

    “sial!! Terkunci!!” pikirku sambil mencoba menggeser pintu tersebut.
    Aku membalikkan badanku dengan cepat, wanita itu menghilang!!beserta seluruh kimono dan yukata di ruangan tersebut.

    “Apa?? Kemana perginya wanita itu?” pikirku sambil melihat keseluruhan ruangan itu.

    *tok* *tok*

    Tiba tiba seseorang mengetuk pintu di belakangku, secara reflex, aku berbalik menghadap pintu tersebut sambil berjalan mundur..

    Keringat mulai bercucuran sambil aku membayangkan apa yang akan keluar dari pintu tersebut.

    “Kyouka? Permisi?”

    Suara itu muncul dari balik pintu, nampaknya suara seorang lelaki.

    “ya? Silahkan masuk!”

    Aku terkaget saat suara kedua muncul dari belakang punggungku.. seorang wanita dengan rambut hitam panjangnya melewati tubuhku seakan akan aku adalah hantu..

    Wanita itu membuka pintu tersebut, seorang pria beryukata coklat gelap masuk sambil membawa sebuah tas kecil.

    Mereka berdua duduk di tengah ruangan tersebut.

    “semakin lama aku tinggal disini, entah mengapa aku semakin tidak bisa berhenti memikirkanmu kyouka.” Kata pria tersebut

    “ah kamu akito, bisa saja” kata kyouka sambil mengelus rambutnya yang panjang.
    Ternyata pria itu adalah akito, seorang penulis cerita yang berkesempatan tinggal di kuil itu dengan alasan melakukan penelitian untuk tulisan barunya. Mereka berdua kembali bercanda dan bersenda gurau. Aku hanya terdiam memandangi setiap kata yang keluar dari mulut mereka yang penuh dengan senyuman.

    “aku sangat suka rambutmu kyouka, sangat menawan dan membuatmu terlihat cantik” kata pria itu
    Pria itu meminta ijin untuk memfoto kyouka dengan alasan ketika ia harus pergi nanti ia tidak akan bisa melupakan wajah kyouka yang cantik.

    *tok**tok*

    Suara itu berasal dari pintu lagi, namun kali ini tidak ada suara panggilan atau salam.
    Sesaat kemudian pintu itu terbuka, ternyata itu akito. .

    “hah? Tidak mungkin..” pikirku sambil membalikkan badan ke tempat mereka berdua becanda tadi. .

    Aku terkaget melihat kyouka dengan terengah engah berdiri dengan perutnya yang sangat besar.

    “i. . iya akito. .aku datang. .” kata kyouka sambil berusaha berjalan
    “tidak.. tidak. . kamu beristorahat saja kyouka,tidak apa apa” kata akito sambil menyuruh kyouka untuk tetap duduk.

    Mereka mulai berbincang kembali sambil sesekali akito mengusap perut kyouka, namun satu hal yang berbeda. . ekspresi wajah merekatampak berbeda dari sebelumnya, akito terlihat sangat gelisah dan begitu juga dengan kyouka.

    “kyouka, aku harus segera pergi dari sini, master yashuu sudah tidakmengijinkan diriku untuk tinggal kembalidi rumah ini..” kata akito sambil mencium kening kyouka

    “tidak. . aku butuh kamu disini,bagaimana dengan anak kita? kamu tega meninggalkan dia sendirian tanpa seorang ayah?” kata kyouka sambil menangis

    “kyouka. . aku. .”
    “aku tahu aturan di kuil ini tidak boleh ada pria yang tinggal disini. .tapi. .” kata kyouka memotong pembicaraan akito

    Kyouka mengambil sebuah pisau kecil dan memotong sedikit bagian dari rambutnya. .

    “kyouka!! Apa yang kamu lakukan?” kata akito sambil menangkap tagan kyouka yang memegang pisau
    “ini. .bawalah ini. . rambutku ini akan mengingatkanmu selalu akan diriku dan berjanjilah kamu akan kembali” kata kyouka sambil memberikan potongan rambut panjangnya pada akito. .

    “kyouka. . . aku berjanji akan segera kembali. . ingat selalu aku dan janjiku. .” kata akito
    Akito memberikan sebuah foto dirinya dan sesuatu yang dibungkus kain. .

    “simpan itu selalu, maka kamu akan selalu teringat akan aku dan janjiku. .” kata akito sambil menghapus air mata kyouka. .

    Mereka berdua tersenyum dan saling berpelukan..

    “aku harus pergi kyouka. . sudah waktunya. .” kata akito setengah gelisah
    “aku mengerti akito. . aku akan menjaga kaname, anak kita untukmu, sampai kamu kembali”
    Akito tersenyum dan dengan segera meninggalkan ruangan itu. .

    *cring**cring*

    Suara lonceng itu kembali terdengar. .

    “hah!!”

    Sesaat setelah tersadar,aku dikagetkan dengan akito yang terbaring lemas di sebuah ruangan kecilyang tampaknya sebuah lemari kecil dengan pisau besar di dadanya. .

    “akito?!!?” pikirku sambil menutup mulutku

    Banyak darah bercucuran dari dada akito dan wajahnya tampak pucat dan lemas. .

    “ky. . kyouka. .” katanya perlahan. .

    Aku hanya bisa terdiam, memandangi akito semakin lemas.

    “tidak tahu aturan. . siapapun. . yang melanggar. . akan mati. .”

    Suara yashuu yang terdengar dari luar lemari..

    *klik*

    Pintu lemari itu tiba tiba terkunci.. aku tetap berusaha menutup mulutku sambil berusaha membuka pintu lemari itu. .

    “kalau memang. . kamu tidak mau pergi. . maka kamu aka nada di dalam sana. . selamanya. .”
    Kata yashuu sambil merintih

    akito memandang langit langit ruangan kecil itu. .

    “maafkan aku. . kyouka. .” katanya akito sambil menutup matanya. . .

    *cring**cring*

    Aku kembali ke ruangan kyouka tadi, ruangan itu kembali dipenuhi kimono dan yukata tua yang digantung. .
    Aku berdiri tepat di depan cermin tempat kyouka menyisir rambutnya tersebut..

    Sebuah sisir tua dan kotak kecil berada tepat di atas meja tersebut. .
    Aku menciba meraih kotak kecil itu dan membukanya. . di dalamnya terdapat sebuah foto kecil, sebuah anting berbentuk seperti paku, dan sebuah note kecil.

    “akito, aku sangat rindu padamu, cepatlah kembali, kaname hari ini sudah berumur 4 tahun, aku sudah tidak dapat menyembunyikannya lagi di kuil ini, yashuu akan segera mengetahuinya, aku menitipkan kaname pada warga di desa sebelah. . tenang saja, anakmu telah aman dsana. . entah kapan kamu akan kembali, aku akan selalu menungumu. . ingatlah selalu padaku, pada rambutku, dan pada anakmu. . aku akan menghitung hari demi hari kepergianmu dengan rambutku yang kugantung di sekitar cerminku. . aku harap kamu cepat kembali. . aku sayang kamu. .” begitulah isi note kecil tersebut. .


    “kyouka tidak pernah tahu apa yang terjadi pada suaminya. . mengapa itu bisa terjadi? Siapa sebenarnya kaname? Dimanakah kaname sekarang?” pikirku sambil menghapus keringat di dahiku.
    *cring**cring*

    -to be continued part 7-
    The victim

    the call of the tattoos part 7
    Part 7
    -The Victim -

    “rei. .”

    “i. .iya?” tanyaku sambil memandang miku

    “aku mendapatkan foto korban waktu itu. .” kata miku sambil menunjukkan sebuah foto
    Foto itu menggambarkan seorang wanita yang wajahnya mrip pada paspor yang kutemukan di rumah itu, hanya saja, wajahnya sudah dipenuhi tato dan kulit yang putih pucat..

    “ini foto yang diambil ketika yoshino menghembuskan nafas terakhirnya beberapa hari yang lalu.. setelah itu jasad yoshino menghilang begitu saja meninggalkan bercak hitam seperti tinta di kasurnya. . aneh bukan?” Tanya miku sambil memandangku heran

    Aku teringat kembali kejadian hari itu saat aku bertemu yoshino. . .

    “pergi!! Tidak biarkan aku pergi!!” kata kata yoshino kembali terdengar dikepalaku. .
    “rei? Rei?!!” kata miku sambil menepuk pundakku.
    “apamungkin. . yoshino terjebak di dalam rumah itu. . .” gumamku sendiri
    “rumah? Rumah apa rei?” Tanya miku semakin heran

    “miku. . beritahu aku, sepertinya kamu pernah bilang kamu mendengar seperti alunan lagu lullaby dri dalam mimpimu kan?” tanyaku

    “i. . iya rei, lagu itu selalu terdengar di kepalaku setiap aku terbangun dari tidurku. . knp?” kata miku
    “rumah tua dan sekelilingnya turun salju?” tanyaku



    “iya. . disana memang turun salju, lalu banyak terdapat lorong panjang. . lilin. . meja batu. . dan mafu. . ah lupakan saja. .” miku memotong pembicaraannya


    “mafu? Siapa?” tanyaku
    “ah iya!! Aku harus segera beli susu lagi, nampaknya kita sudah kehabisan stok susu. .” kata miku sambil bergegas mengambil tas belanja dan pergi

    Belum sempat aku memanggilnya kembali, miku sudah menghilang begitu saja

    “kenapa dengannya?” pikirku bingung
    Aku menghela nafas panjang akuberpikir panjang tentang semua kejadian ini,mengapa semua makhluk di rumah itu menunjukkan kisah mereka kepadaku? Kenapa harus menahanku di dalam sana? Kenapa yuu tetap berada di rumah itu?

    *cring**cring*

    “ugh..” keluhku sambil mengusap kepalaku. .
    Nampaknya aku akan mulai terbiasa dengan hal ini.. aku terbangun di sebuah ruangan tempat kyouka beristirahat. Hanya saja tidak ada kimono satupun yang menggantung disana..

    Kali ini pintu ruangan itu sudah tidak terkunci lagi, aku segera keluar dari ruangan itu, di luar ruangan tersebut terdapat lorong panjang dengan anak tangga menuju ke bawah dank e atas. Karena aku merasa pernah datang dari arah bawah, maka aku memutuskan untuk tetap naik ke atas.

    Lorong lorongitu terlihat lebih redup dari biasanya, lilin ang tampaknya tidak ada habisnya tetap menyala meskipun angin bertiup cukup kencang yang menembus dinding rumah yang berlubang..

    “AAAARGGGGHH!!! STOP!!!”

    Suara teriakan yang sangat lantang membuatku terkaget. .

    “suara itu?? Yoshino?” pikirku

    Aku dengan segera berjalan kembali ke ruangan utama di rumah itu. Sesaat sebelum aku masuk ruangan itu, aku kembali berpikir. . bagaimana kalau aku kembali diserang seperti beberapa hari yang lalu di ruangan itu?

    *cring*

    Tiba tiba aku melihat kilauan cahaya biru redup dari arah ventilasi kecil yang terletak di bawah tembok tersebut.

    Aku mencoba berjongkok untuk melihat sumber cahaya itu. .

    “lentera itu. . bagaimana bisa jatuh ke bawah sana?” pikirku.

    Ventilasi itu tertutup sebuah jeruji yang terbuat dari kayu yang nampaknya sudah mulai rusak dan tua. Aku mulai mencoba menarik kayu itu untuk merusaknya.

    *krak*

    “aaah!!” teriakku sambil terjatuh kebelakang

    “nampaknya aku terlalu banyak mengeluarkan tenaga. .” kataku sambil mencoba berdiri dan membersihkan celanaku yang kotor akibat debu.

    Tanpa membuang banyak waktu lagi, aku mencoba masuk melewati lubang di ventilasi itu,karena ruangannya sempit, aku bahkan harus sampai merangkak untuk memasukinya..

    Lorong itupenuh dengan debu, sarang laba laba, dan berbagai macam jenis dedaunan tua yang berserakan.

    “biarkan. . .. aku. . pergi. .”

    Aku terdiam, suara itu berasal dari arah belakang. Aku mencoba membalikkan pandanganku, namun tidak ada siapa siapa.

    *kresek*

    “hah? Siapa disana!!?” kataku sambil membalikkan kepalaku mencari sumber suara tersebut.
    “tolong. . . aku. . .” bisikan itu kembali muncul

    “kamu siapa? Biarkan aku membantumu! Katakan padaku” teriakku

    Sebuah tangan meraih rambutku dari belakang dan menariknya dengan kuat.

    “aaargh!!! Tidaaaak!! Lepaskan aku!!” aku menjerit sambil berusaha menarik rambutku.

    Aku berusaha memegang tangan itu dan melemparkannya ke arah depan.

    *brak*

    Sesosok wanita dengan rambut yang lumayan panjang terjatuh mengenai pilar kayu penyangga di lorong sempit itu.

    “haah. . haah. . siapa kamu??” kataku perlahan

    Wanita itu berbalik badan dengan sangat cepat dan segera memposisikan dirinya sama seperti diriku, hanya saja lebih rendah. . . jauh lebih rendah, seperti seekor laba laba yang merayap.

    [​IMG]

    “gah!! Biarkan aku bebas!!!” teriak wanita itu sambil merayap menjauh dariku secepat kilat.

    Aku hanya terdiam. . wanita itu tidak berpenampilan sama skali seperti penghuni kuil lainnya.. apakah ia memang meninggal disini?

    Tanpa berpikir panjang lagi, aku kembali merangkak maju dan meraih lentera biru itu.

    “disini kamu rupanya. . “ pikirku sambil berusaha mengangkat lebih tinggi untuk menerangi lorong itu.

    Di ujung ruangan tersebut terdapat tatami yang terbuka (penutup lantai untuk sebuah ruangan) dan ada cahaya muncul dari atasnya. Aku memutuskan untuk melanjutkan menelusuri lorong menuju tatami yang terbuka tersebut.

    Lubang tatami itu ternyata tepat berada di ruangan dibalik pintu yang terkunci itu, sebelum naik ke ruangan itu, aku mencoba melihat sekitarku dengan lentera biru itu. Ruangan itu tampak kosong, dengan segera aku naik ke atas. . karena aku merasa wanita tadi akan muncul, maka aku menutup tatami yang terbuka itu. .

    “Apa yang kamu lakukan?”

    *cring**cring*

    Tiba tiba suara itu muncul dari belakangku.. secara perlahan aku membalikkan badanku. . ruangan yang gelap dan suram itu kemudian berubah menjadi terang dengan lilin di sepanjang dindingnya dan perapian di tengah ruangan yang menyala

    Seorang wanita dengan yukata coklat tua menyapaku sambil membawa peralatan makan yang banyak.
    Aku hanya memandangi wanita itu tanpa berkatakata. .

    “hm? Reika? Kmu kenapa?” Tanya wanita itu sambil memandangi wajahku dengan kebingungan..

    Reika?? Reika?? Kenapa wanita itu memanggil aku reika? Sekilas aku memandangi lentera yang selalu kupegang di tanganku. Lentera itu tampak lebih terang dari biasanya. Apakah karena aku membawa lentera reika ini?

    “reika?? Reika!?” kata wanita itu membuyarkan lamunanku.
    “eh? i. . iya aku tidak apa apa. .” kataku perlahan

    Wanita itu segera meletakkan peralatan makan tadi ke meja yang berada di dkat kita berdua. .

    “kak reikaaaa. ..”

    Tiba tiba seorang anak kecil melompat naik ke punggungku. .

    Aku menoleh kebelakang, seorang anak kecil yang sekiranya berumur 4 tahunan dengan potongan rambut pendek sedang asik memeluk punggungku. .

    “kozue. . jangan seperti itu hayoo. . sini turun. .” kata wanita itu

    Anak kecil itu langsung turun dan berjalan di depanku. . aku memandangi mereka berdua. .tiba tiba aku teringat akan mereka. . mereka ialah sepasang ibu dan anak yang beberapa hari yang lalu menyerangku. . nampaknya akibat lentera ini, mereka tidak menyerangku dan menganggap aku salah satu dari mereka. .

    “reika? Kamu yakin baik baik saja? Apakah perlu aku buatkan the?” Tanya wanita itu
    “oh tidak. .tidak perlu. . umm. .”
    “kirue. . kirue fukuzawa,reika. . kamu memang seorang yang pelupa haha . .” kata wanita itu sambil tertawa.

    Aku hanya tersenyum saja tanpa berkata kata. . kozue memegangi tanganku dan memperhatikannya. .

    “kak reika . .”
    “i. . iya kozue?” kataku sambil tersenyum memandangi anak manis itu.
    “bagaimana bisa kakak memiliki rambut yang sangat panjang? Bagaimana bisa juga kulit kaka sangat putih dan indah?” Tanya kozue sambil mengelus telapak tanganku. .

    “umm . uh. .” aku bingung harus berkata apa padanya, rambutku tidaklah panjang sama skali. .
    “nona reika. . saya permisi dulu ya. . saya takut nanti master yashuu akan marah kalau saya tidak berada di tempat saya. .” kata kirue sambil membungkukkan badannya padaku.

    “oh. .iya. .” kataku perlahan
    “ayo kozue. . kita kembali ke dapur. .” kata kirue sambil menggandeng tangan putrinya.

    *cring**cring*

    Ruangan itu kembali menjadi gelap dan rusak dalam sekejap. .
    Aku menghela nafas panjang sambil berusaha melihat sekitarku..

    Aku menemukan anak tangga yang menuntunku ke tempat pertama kali aku bertemu yoshino. Maka dengan tanpa berpikir panjang lagi, aku segera menaiki anak tangga itu.
    Sesampainya di atas anak tangga itu, aku mulai mendengar seperti seorang wanita sedang bergumam sendirian. Aku mencoba mendekati arah sumber suara tersebut.

    “beberapa hari yang lalu, pintu ini Nampak terkunci” pikirku sambil kembali mengingat saat pertama melihat yoshino, pintu itu terkunci.

    *klik* *kriiiet* nampaknya pintu ini terbuka kali ini, aku segera membukanya secara perlahan

    Di belakang pintu tersebut terdapat sebuah lorong dengan 2 ruangan besar di sisi kiri dan kanannya. Aku mengangkat lenteraku sambil berhati hati berjalan masuk.

    “tidak. . aku tidak bersalah. . aku tidak melakukan apa apa. .”

    Suara yoshino kembali terdengar perlahan dari ruangan di sebelah kanan. Aku menggeser pintu ruangan itu . yoshino tampak terduduk di ujung ruangan tersebut sambil memegangi kedua pundaknya.

    “yo. .shino?” aku memberanikan diri untuk memanggilnya. .

    Dengan cepat yoshino menatapku. .

    “siapa kamu??” katanya perlahan sambil gemetaran…

    “namaku rei. . tenang saja. . aku tau tentang dirimu. . aku tidak akan menyakitimu. .” kataku sambil menunduk dan berjongkok di depan yoshino

    “aku tidak bersalah!!!!aku tidak tahu apa apa!!” yoshino berteriak sambil mendorongku
    “aah!!” jeritku sambil terjatuh kebelakang.

    Yoshino kembali menggeser badannya ke ujung ruangan.
    Aku kembali terduduk sambil memandanginya. .

    “uugh. . yoshino. . tenang saja! Aku disini bukan untuk menyakitimu. . aku disini ingin menolongmu. .” kataku memastikan tujuanku untuknya.

    “tidak ada yang bisa keluar. . tidak ada yang selamat. . tidak ada yang hidup. .” kata yoshino

    “yoshino. . jangan takut padaku. . biarkan aku membantunmu. .” kataku sambil menjulurkan tanganku padanya.

    “aku. . tidak takut padamu. . . tapi. . .pada mereka . .”

    Sesosok bayangan hitam muncul dari balik punggungku dan mendorong perutku menjauh dari yoshino. .

    “aaargh!!!!” jeritku sambil terseret menjauh ke arah pintu ruangan tersebut sambil terguling guling.

    “huuf. . haah. .”

    Aku berusaha menahan sakit di perutku sambil menoleh kea rah yoshino, aku terkaget. . sosok bayangan hitam kira kira ada 4 bayangan hitam muncul dan melayang layang di sekitar yoshino.

    “tidaaak!! Aku tidak bersalaaaaaah!!! “ teriak yoshino sambil terjongkok dan menutup telinganya.

    “huuf. . yoshino!!” teriakku sambil berusaha untuk bangun.

    [​IMG]

    “kenapa. . kamu. . selamat. . .” “kenapa. . kamu tidak. . mati. .” “kenapa. .”

    Suara suara muncul dari bayangan bayangan tersebut. .

    “tidaaak!!aku sudah mati!! Dari pesawat itu!!” jerit yoshino
    “yoshino! Pergi dari sana!!” teriakku. .

    “DIAM!!!” teriak salah seorang bayangan tersebut sambil memelototiku, matanya yang tampak berwarna putih menyala membuatku terdiam.

    “rei. . tolong. . aku. .aku tidak ingin. . mati. .” kata yoshino perlahan
    Aku dengan cepat berdiri dan mencoba berlari sambil memegangi perutku karena sakit. . bayangan bayangan itu kembali menghadap padaku. .

    “kamu. . berani menentang. . orang yang sudah mati??” kata salah seorang bayangan tersebut
    Aku tidak menghiraukanya sambil tetap berlari kea rah yoshino. . dan pada akhirnya aku berhasil meraih tangan yoshino.

    “yoshino. . ayo kita pergi. .” kataku sambil meraih tangannya

    Yoshino menatapku, kali ini tatapannya tampak beda dari sebelumnya., yoshino berusaha untuk bangun seiring dengan tarika tanganku.

    “tolong. . bangunan . . aku. .” kata yoshino perlahan

    Aku merangkul yoshino sambil membantunya untuk berjalan. .

    “kita akan keluar dari sini. . bersama sama. .” kataku sambil tersenyum
    Belum sempat kami berjalan jauh, bayangan itu muncul kembali di depan kami. .

    “yo. . shino. .” kata bayangan tersebut
    “biarkan kami pergi!! Yoshino tidak ada hubungannya dengan kematian kalian semua!!” kataku sambil berusaha mengangkat yoshino yang terlihat lemas.

    Bayangan itu kembali melayang dan menabrakku dari depan tepat d bagian perutku. .

    *buk*

    “aargh!!” jeritku

    Bayangan itu menembus tubuhku, namun rasanya seperti dipukul dengan sangat keras.
    Aku kembali terjatuh dan tertunduk, sedangkan yoshino tetap berdiri lemas di sebelahku.

    “saatnya. . kamu ikut mati bersama kami. .” kata bayangan itu. .
    Bayangan bayangan itu mulai menembus nimbus badan yoshino. Yoshino menjerit kesakitan sambil berdiri,kepalanya terdongak ke atas dengan mulut yang terbuka lebar.

    “yoshino. .tidak. .” kataku perlahan. .

    *cring**cring*

    Suara lonceng itu membuatku menyadari bahwa lenteraku yang terjatuh tidak jauh dari tempat kami berada itu menyala dengan sangat terang.

    “lentera itu. . “ pikirku

    Aku mencoba meraih tangan yoshino sambil menariknya menuju kea rah lentera tersebut sambil merangkak karena rasa sakit di perutku.

    “bertahanlah yoshino. .” kataku sambil merangkak dan menarik yoshino.

    Yoshino tetap berteriak dan bayangan itu kembali menembus tubuhnya tanpa berhenti.

    Perlahan lahan kaki yoshino berubah menjadi gelap, dan mulai menghilang menjadi asap bayangan gelap. .

    “tidak. .yoshino bertahanlah!!” kataku sambil menatap yoshino. .

    Aku mencoba meraih lentera itu, namun lentera itu tertembus sosok bayangan itu sehingga tergeser menjauh.
    Aku kembali mencoba merangkak untuk menggapainya. .

    Aku menengok kebelakang, sudah hampir setengah tubuh yoshino telah menjadi bayangan hitam yang tidak berwujud. Aku mempercepat gerakanku untuk mencegah kematiannya.

    “rei. . . tolong. . aku. .” gumam yoshino perlahan di tengah tengah jeritan kesakitannya.
    Dengan cepat aku segera meraih lentera tersebut dan mengangkatnya ke arah keempat bayangan itu. .

    “aargh!! Tidak. .” jerit bayangan itu
    Lentera itu menyala sangat terang seperti kilat yang memenuhi ruangan itu sehingga aku tidak dapat melihat apa apa karena sangat terang.

    *cring**cring*

    “haah!!”

    Aku terbangun dan dengan segera terduduk. . dengan cepat aku mengenali tempat itu. . ini kamarku. .
    Aku mengusap keningku sambil memejamkan mataku. .

    “te. .rima. . kasih. . rei. .”

    Alangkah kagetnya aku, aku dapat merasakan tangan kananku seperti ada yang meraba. . aku melihat sesosok wanita terduduk di sebelah kasur dengan kulit putih pucat dan wajah yang mirip dengan yoshino. .
    Aku tidak dapat berkata apa apa sambil memelototi sosok tersebut. .

    [​IMG]

    “te. . rima. .ka. .sih. . rei. “ kata sosok tersebut sambil tersenyum

    Belum sempat aku mengeluarkan kata kata, sosok itu kemudian menghilang . .
    aku kemudian memegang kepalaku, berusaha untuk menyadarkan diriku. .


    "apakah hanya khaya. . AARGHH!!"

    *cring*

    “aaargh!!!!” jeritku. .

    Tato itu kembali muncul dari bahu belakang kananku, kemudian menyebar sampai daerah punggung dan pinggangku. .aku menahan rasa sakit yang diakibatkan tato tersebut.setelah sampai sekitar pinggang bawahku, tato itu bersinar perlahan kemudian menghilang.

    “haah,. . haah. . apa apaan ini. . kenapa tato itu menyebar lagi?” kataku sambil berkeringat karena menahan rasa sakit itu. .

    Sejujurnya aku terlupakan tentang tato yang menyebar di tubuhku tersebut. Apakah ini merupakan kutukan itu? Lalu apa yang terjadi apabila tatoku sudah menyebar sampai ke seluruh tubuhku?? Apakah aku harus seperti reika??apakah aku harus menjalani ritual tersebut???


    To be continued part 8
    “brother. . “. . “

    the call of the tattoos part 8
    The call of tattoos part 8
    -Brother. . .-

    “terima. . kasih. . rei. .”

    Suara itu kembali terdengar di kepalaku. Aku mengusap kepalaku sambil meneguk sisa air di gelas minumku. Malam itu nampaknya gerimis, dan terdapat kilat kilat kecil. Setelah duduk selama beberapa menit di sofa di ruang keluarga, aku memutuskan untuk kembali melanjutkan tidurku.

    Sesaat sebelum aku memasuki kamarku. .

    “mafuyu. .”

    Suara itu terdengar seperti suara miku, aku menoleh kea rah lorong tempat kamar miku berada.
    “m. .miku?” kataku perlahan

    Tidak ada jawaban dari dalam ruangan, perlahan lahan aku berjalan menghampiri pintu tersebut.
    “miku?” kataku sambil membuka pintu kamarnya perlahan.

    “hiks. . ah? Rei. . maaf aku tidak mendengarmu. .” kata miku sambil cepat cepat mengusap wajahnya.
    Miku mengenakan pakaian piyama berwarna pink kecil dan terduduk di atas kasur kecilnya sambil bersandar pada tembok.

    “ada apa miku?” tanyaku sambil duduk di kasur miku.

    miku segera menggeser tubuhnya dan duduk di pinggir bersamaku.

    “aku. . hanya mengalami mimpi yang buruk. . rei. .” kata miku sambil mengusap air matanya.
    “mimpi yang seperti apa? Kamu bisa ceritakan padaku. . aku rekan sekaligus kawanmu disini. .” kataku berusaha membuatnya nyaman.

    “terima kasih rei. . “ kata miku sambil mencoba untuk tersenyum

    Aku mengusap kepala miku sambil tersenyum, memang biarpun umur miku sidah tidak bisa dikatakan muda, tapi tetap saja dia wanita yang sangat berperasaan dan lembut.

    “aku mendengar tadi kamu berkata mafuyu, siapa mafuyu miku?” tanyaku
    “mafuyu itu kakak laki lakiku rei. . sudah lama dia menghilang. . banyak orang yang bilang dia sudah meninggal, namun aku tau. . dia ada di suatu tempat,di luar sana. .”kata miku

    “kenapa tidak membiarkan polisi mencarinya?” kataku
    “tidak, polisi tidak akan pernah percaya akan ceritaku. . mereka menganggap mafuyu sudah meninggal dan ceritaku hanya khayalanku saja.”

    “ceritakan padaku, kenapa dan bagaimana mafuyu bisa pergi meninggalkanmu?”

    Miku mulai bercerita panjang lebar tentang mafuyu. Ketika Miku masih berumur 18 tahun, mafuyu mengajaknya ke sebuah tempat seperti rumah tua yang konon dahulu kala semua orang yang tinggal disana meninggal akibat kebakaran hebat. Mafuyu ingin sekali menuliskan cerita tentang rumah itu, maka ia mengajak adiknya, miku untuk mencari inspirasi darirumah itu sendiri.

    “kak? Bukannya tempat ini tidak boleh dikunjungi orang lain, tadi kan ada pemberitahuannya. .” kata miku
    “tidak apa apa miku, kita hanya masuk sebentar saja, lalu kita bisa pulang.” Kata mafuyu sambil mengusap kepala miku

    mereka berdua mencoba masuk rumah itu melewati sebuah lubang kecil yang terdapat pada dinding rumah itu.

    “kamu tahu? Semenjak semua orang yang tinggal disini meninggal, semua orang yang bekerja untuk membersihkan rumah ini selalu mengalami kejadian kejadian aneh, bahkan beberapa sampai berhenti bekerja, oleh karena itu rumah ini masih berdiri sampai sekarang.” Kata mafuyu dengan semangat menceritakannya.

    “iya? Lalu kenapa kita kemari?” kata miku

    “bodoh. . untuk mencari misteri rumah ini, mengapa bisa terjadi hal seperti itu..” kata mafuyu
    Mereka berdua masuk ke rumah itu, mencari beberapa petunjuk seperti foto, beberapa tulisan yang tidak habis terbakar, album, bahkan sampai perabotan yang masih utuh tidak terbakar habis.

    “himuro. . .” kata miku sambil mengeja tulisan yang ada di sebuah foto.
    “iya, rumah ini dahulu ditinggali oleh satu keluarga besar ternama yang sering disebut keluarga himuro. Konon pada saat mereka semua masih hidup,. .”

    “ya ya. . cepat selesaikan urusanmu disini, lalu kita pergi” kata miku memotong pembicaraan mafuyu.
    Aku memperhatikan setiap detail dari cerita miku tersebut.

    “aku menemukan sebuah buku di rumah itu, buku itu berjudul Rope Shrine Maiden Ritual.” Kata miku kepadaku.

    “lalu?”
    “buku itu mengisahkan tentang sebuah ritual kuno yang mengatakan bahwa pintu neraka telah terbuka, dan apabila kita ingin menutupnya, harus ada pengorbanan yaitu seorang pendeta wanita dengan cara berbagai macam menggunakan tali yang sangat banyak. Aku sendiri juga tidak terlalu mengerti” kata miku memperjelas ceritanya

    “hmm. .”

    “saat aku sedang asik membaca buku itu, tiba tiba mafuyu. .”

    “mafuyu?” tanyaku

    “mafuyu berjalan ke arah sebuah pintu di ujung ruangan tersebut. Aku mencoba terus memanggilnya, namun dia tidak menjawab, menoleh pun tidak. Aku berusaha untuk menyadarkan dia, tapi . . tatapannya saat itu, kosong dan sama skali tidak melirikku. .” kata miku sambil kembali terisak

    “miku. .” kataku sambil merangkul kepala miku.

    “aku terus memanggil namanya, aku memeluknya dari belakang, aku menarik tangannya. . percuma. .” kata miku sambil mengusap air matanya

    “tenangkan dirimu miku. . .” kataku

    Miku terus bercerita bahwa mafuyu dapat melihat sebuah bayangan sesosok wanita berambut panjang dengan kimono putih yang di tangan dan kakinya terdapat potongan tali. Mafuyu akhirnya sampai di ujung sebuah lorong yang buntu.

    “mafuyu!! Stop!!” teriak miku
    Tiba tiba sebuah gempa yang besar muncul. .

    “argh!!” jerit miku sambil terjatuh ke lantai.
    “mi. . ku. .”

    “mafuyu!! Kita harus pergi. .” teriak miku sambil mencoba meraih tangan mafuyu
    “aku. . tidak bisa. .” kata mafuyu dengan suara yang berat

    Sosok seorang wanita muncul dari belakang mafuyu. Wanita itu mengikatkan tali yang ada di tangannya ke leher mafuyu. Wanita itu mengangkat mafuyu dan melayang di udara.

    “mafuyu!!tidak!!lepaskan dia!!” teriak miku
    “mi. .ku. . cepat. . pergi. .” kata mafuyu sambil menahan tekanan dari tali itu.

    Miku menunduk sambil menangis lagi. Aku terus saja mengusap kepalanya sambil berusaha menenangkannya.

    “akhirnya aku meninggalkan mafuyu disana, bersamaan dengan robohnya rumah tua itu karena gempa yang terjadi. . hiks” kata miku sambil menangis

    “lalu. .bagaimana dengan mafuyu?” kataku

    “polisi tidak dapat dan tidak pernah menemukan mafuyu, maupun jasadnya, mereka hanya memastikan bahwa mafuyu telah tiada. Tapi. .. aku yakin. . aku sangat yakin mafuyu masih ada disana. .” Kata miku
    “sudah. . sudah. . sekarang tenangkan dirimu miku. .aku yakin ia akan kembali, percaya padaku. .” kataku sambil menepuk kepala miku

    “terima kasih rei, aku sudah merasa enakan sekarang. .” kata miku sambil tersenyum
    “sama sama miku, apabila kamu ingin bercerita lagi. . kamu tau harus mencari aku kemana..”
    “kemana?” Tanya miku

    “eh? Kamarku!” kataku
    Kami berdua tertawa kecil.

    Aku berjalan kembali ke kamarku. Segera aku merebahkan badanku di atas kasur sambil berusaha mencari posisi yang enak untuk tidur.

    “miku. . . mafuyu. . aku tidak pernah menyangka ternyata miku juga sama sepertiku. . .kehilangan salah seorang yang special..” pikirku

    *cring**cring*

    “tidak lagi. . .” kataku sambil mengusap mataku

    Aku memperhatikan sekitarku, nampaknya aku berada di lobi di rumah tua itu, namun kali ini agak sedikit berbeda. Langit langit ruangan ini penuh lubang dan salju berjatuhan masuk ke dalam ruangan. Dan juga, aku tidak dapat melihat lentera milik reika dimana mana.

    “di.. dimana ini?” pikirku

    Aku berjalan di sekitarku, salju disini terasa dingin,berbeda dengan salju di rumah tua itu.aku mencoba membuka pintu yang berada di sebelah kananku, berharap ada tempat yang lebih hangat. Aku memasuki ruangan itu sambil menggesekkan tanganku pada bahuku karena kedinginan.

    Pandanganku tidak dapat luput dari sebuah frame yang pecah di depanku. Aku menunduk dan mengangkat frame foto tersebut.

    “hi. . muro. .” kataku mengeja tulisan di foto itu.
    “himuro. . inikah tempat. . yang miku ceritakan itu?” kataku

    *cring**cring*

    Seorang pria yang mengenakan baju berwarna putih dengan celana panjang dan rambut yang aga berantakan berjalan tepat di ujung ruangan tersebut.

    “Hey! Kamu yang disana. . .” kataku mencoba merebut perhatiannya

    Pria itu sama skali tidak menghiraukan aku, ia terus tetap berjalan tanpa menengok kiri maupun kanan, pada akhirnya ia masuk ke pintu yang berada di seberang ruangan itu.

    “apakah. . itu. . mafuyu?” pikirku
    Aku berlari menuju ruangan tempat mafuyu pergi tadi. Sesaat sbelum aku membuka pintu itu.

    *BRAK*

    Pintu itu terbuka dan menabrakku hingga terjatuh ke lantai.

    “aduuh. . .” kataku sambil memegang kepalaku.
    “re. . rei?”

    Aku mengenali suara itu. .

    “uhh.. miku?” kataku sambil berusaha untuk bangun
    “Rei? Apa yang kamu lakukan disini?” Tanya miku.

    “aku tidak tahu. .apa yang kamu lakukan di tempat seperti ini?” tanyaku sambil merapikan pakaianku.

    “AAARGHHHH!!!!”

    Kami berdua dikagetkan dengan suara teriakan seorang pria.

    “ma. . mafuyu? Mafuyu!!”jerit miku sambil berlari menuju sumber teriakan itu.
    “he. .hey!! Miku!! Tunggu!!” aku segera berlari menyusul miku.

    Kami berdua terus berlari melewati ruangan demi ruangan, suara teriakan it uterus terdengar sepanjang lorong rumah itu.

    Kami akhirnya tiba di sebuah ruangan berbentuk lingkaran, dengan sebuah meja batu di tengahnya.
    “ru. . ruangan apa ini?” Tanya miku

    Aku tak bisa memalingkan pandanganku dari apa yang ada di atas meja batu tersebut. Suatu benda yang tertutup kain putih dengan bercakbercak kemerahan di sekitarnya.

    “miku. . itu . .apa?” tanyaku

    Secara perlahan, miku mendekati benda itu. Dari benda yang tertutup kain tersebut menjulur 4 buah tali yang diikatkan pada tiang tiang di pinggir meja batu tersebut, dan semuanya memiliki bercak kemerahan.

    “jangan jangan. . .” kata miku sambil meraih ujung kain penutup tersebut.

    *sreek*

    Selama beberapa detik kami terdiam. . .

    “AAAAAAAA!!!!” jerit miku sambil memejamkan matanya dan menutup telinganya.
    Itu adalah mafuyu. .dengan kedua tangan dan kakinya yang telah putus dari badannya.

    Aku menutup mulutku sambil melotot memandangi tubuh mafuyu yang sudah tidak bergerak lagi.
    “Kkaaaaaaa!!!” teriak miku sambil berusaha naik ke atas meja batu tersebut.

    Miku langsung menangis sambil memeluk bagian tubuh dari mafuyu tersebut.
    “TIdaaak!!tidak seperti ini!! Tidaaaak!!!”teriak miku sambil menangis hebat.

    aku masih tetap tertahan di tempat sambil memandangi miku dan mafuyu. Aku menundukkan kepalaku, keringat mulai bercucuran dari wajah hingga leherku.

    “kka!! Banguuun!!kka. .. tidak seperti ini kka. .” kata miku sambil memeluk tubuh kkanya.
    “mi. . .ku. .”

    “ma. .fuyu? kka??” kata miku sambil menatap kkanya.
    “ke. .napa? kenapa harus. .seperti ini?”

    “kka. . bertahanlah!!” kata miku sambil berusaha melihat sekitar
    Aku mengelus bahu miku sambil berjongkok d sebelahnya. Aku melihat mafuyu menatapku dengan tatapannya yang lemas.

    “Rei!! Apa yang harus kita lakukan?? Cepat!! Sebelm . .”
    “ini semua. . salahmu. .” kata mafuyu

    Aku kembali menatap mafuyu, namun kali ini ada yang berbeda dari tatapannya.
    “seharusnya. . kamu. . yang. . dikorbankan. .” kata mafuyu sambil menatap miku
    “kka? Kamu kenapa??” Tanya miku dengan paniknya

    “kamu. . .kamu. . .kamu!!!”

    Tiba tiba tubuh mafuyu mulai melayang di udara.

    “aaaargh!! Miku hati hati!” kataku sambil menarik bahu miku menjauh dari kkanya.
    “mafuyu!! Tidaaaaaaak. . . .” jerit miku

    Bagian tubuh mafuyu mulai berterbangan di udara, beserta bagian tangan dan kakinya. Mafuyu kembali menatap kami berdua. .

    “Karena kalian, aku matiii!!!!” teriak mafuyu sambil melayang kea rah kami dengan kecepatan tinggi.
    aku mencoba mendorong miku untuk melindunginya.

    *brak*

    “aaargh!!!” teriakku sambil menahan badan mafuyu yang menabrak tubuhku di bagian perut.
    “Siapa kamu???!!! Jangan mengganggu. .!!” katanya sambil mendorongku

    Aku terjatuh berguling guling dari meja batu tersebut, penglihatanku terlihat samar, kepalaku serasa berputar setelah aku terjatuh dan menabrak lantai yang sekeras batu tersebut.

    Mafuyu dengan cepat terbang kea rah miku. .

    Miku yang tak berdaya itu hanya diam saja disana sambil menangis.

    Bagian tangan mafuyu menangkap kedua tangan miku, begitu pula tali di bagian kaki mafuyu menangkap kedua kaki miku. Mafuyu mulai merenggangkan tangan dan kaki miku.

    “Mafuyu!!! Tidaaak. . .” jerit miku. .

    “haaahahahahhaa. . Mafuyu tidak . .disini. .” kata mafuyu
    Tiba tiba wajah mafuyu tampak seperti meleleh, begitu pula kulit di tangan dan kakinya.


    Wujud mafuyu berubah. . menjadi seorang wanita berambut panjang, berkimono putih, dengan banyak bekas darah di baju dan bagian tubuhnya yang terpisah.

    [​IMG]

    “semua itu. .salahmu!!!! tidak seharusnya aku. . mati. .” kata wanita itu

    “Miku!!! Tidaaaaaaak. . .: jeritku

    *cring**cring*

    “whoa!! “ jeritku

    Badanku seketika tertarik sampai aku terduduk di kasurku.

    “haah.. haa.. .”
    Aku berusaha mengatur nafasku, suara gemericik air hujan mulai terdengar.

    Aku meraba wajahku yang penuh dengan keringat.
    “mimpi itu.. rumah itu. .miku. .”

    *cring*

    “aaaaargh!!!!” jeritku
    Tato itu mulai tersebar kembali, mulai dari bahu kananku, sampai turun hingga pinggangku. Tato itu bersinar kebiruan sambil terus merambat.

    Aku memegangi bahuku sambil menjerit.
    Tato itu mulai merambat hingga perut, bagian depan, serta kembali turun ke bawah pinggangku. Tato itu bersinar dan kemudian kembali menghilang.

    “haah. .haah. .apa. . apa apaan ini?” pikirku.

    [​IMG]

    “AAAAAAA!!!”

    Belum sempat aku mengatur nafasku dengan baik, sebuah teriakan histeris terdengar olehku.

    “haah. . siapa. .itu?” pikirku

    Sekilas aku kembali teringat, akan mimpiku. .tentang miku.

    “mi.. ku? Apakah itu miku?” pikirku

    Dengan cepat aku turun dari tempat tidurku, dan segera berlari menuju kamar miku.
    Suara jeritan itu kembali terdengar, aku sudah dapat memastikan bahwa itu adalah suara miku.
    “Miku!!!” teriakku sambil mencoba membuka pintu kamarnya

    “AAAAAA!!!”

    “Miku!! Bukakan kuncinya!!” teriakku

    Karena tidak ada jawaban dari dalam, aku memutuskan untuk mendobrak pintu tersebut.

    Beberapa kali aku mencoba mendorong pintu tersebut, namun percuma. . pintu itu sekeras batu, seperti ada beberapa orang yang menahan dari balik pintu tersebut.

    “miku. . . bukakan pintunya. .” kataku

    continued part 9

    -Please. . Let me. . go. .-

    The call of tattoos part 9

    -Please. .let . .me. .go. .-

    “miku. . .”

    Kataku sambil memberikan secangkir teh. Miku terduduk di sofa dengan tubuh yang terbalut selimut.
    Karena miku tidak merespon,aku meletakkan cangkir itu di atas meja di depan kami.

    “R. .rei?” kata miku perlahan
    “ah? Iya miku?” kataku sambil menatap miku
    “apakah. . ini semua. . salahku?” kata miku

    “. . . tidak miku. . tidak. .” kataku

    Miku menundukkan kepalanya sambil mulai menangis lagi.

    “mafuyu. . .hiks. “ kata miku sambil mengusap wajahnya

    Di saat yang bersamaan aku memperhatikan lengan miku, terdapat seperti luka memar yang sangat besar.
    “miku!! Sebentar. . tanganmu kenapa?” kataku sambil menangkap tangan miku.

    Aku memandangi bekas luka di lengan miku tersebut, luka tersebut semakin berwarna gelap dan gelap.


    “ini. . . mafuyu. .” kata miku sambil memandangi lengannya

    “miku!!kita harus segera ke rumah sakit sekarang!!” kataku

    aku meraih selimut miku dan menariknya dari tubuh miku. Aku terkejut, luka memar itu kembali muncul pada lengan satunya dan kedua betis kakinya.

    Aku kembali teringat saat terperangkap dalam mimpi bersama miku, saat miku diangkat mafuyu.

    “Re. .Rei?” kata miku
    “miku. . kita harus segera ke rumah sakit. .”
    “ini… akibat. .kesalahanku . .” kata miku


    “Miku!! Ini tidak ada hubungannya, kamu hanya sakit!!” ketaku sambil meraih tangan miku
    Tanpa berpikir panjang lagi, aku membawa miku menuju rumah sakit. Dokter di rumah sakit menjelaskan bahwa miku harus dirawat disana, karena penyakitnya yang masih belum dapat dipastikan.
    Aku duduk di ruang tunggu tepat di luar ruang pemeriksaan. Aku menghela nafas panjang sambil mengusap keningku.

    “rumah itu. . mimpi itu. . kenapa miku juga bisa masuk??” pikirku sesaat.

    Tiba2 pintu ruanganitu terbuka, aku mengangkat kepalaku sambil memandanginya. Seorang perawat keluar menghampiriku.

    “Rei kurosawa kah?” Tanya perawat tersebut.
    “i. .iya?” jawabku

    “Nona Miku Hinasaki menitipkan ini untukmu, katanya ia lupa memberikannya padamu. .” kata perawat itu sambil memberikan aku sebuha amplop surat.

    “terima kasih” kataku sambil menerima surat itu

    Perawat itu hanya tersenyum dan kembali masuk ke ruangan pemeriksaan.

    “surat? Dari Kei??” pikirku sambil membuka amplop itu perlahan.

    Kei sudah pernah kuceritakan sebelumnya, ia adalah rekan kerja Yuu, seorang penulis novel misteri dan sangat gila akan hal yang berbau mistis. Begitu pula dengan mafuyu dan Yuu. Dan sedihnya, Kei tidak pernah mencantumkan alamatnya, serta ia juga tidak mengetahui, bahwa Yuu, sahabatnya telah tiada.

    “Yuu. . kau tahu, aku menemukan sepotong berita tentang seorang wanita yang meninggal akibat terjebak di lemari rumahnya setelah berbagai macam kejadian menimpanya. Orang sekitar berkata wanita yang bernama kiriko asanuma 19 tahun itu selalu menjerit pada malam hari, selalu mengeluhkan tentang rumah tua, mimpi, hantu semenjak kekasihnya meninggal, aneh bukan? Lalu berita mengatakan wanita itu ditemukan tewas di dalam sebuah lemari yang sangat kecil. Kata para saksi semata, wanita itu memang sempat berteriak minta tolong, namun warga yang sudah terbiasa mendengar jeritannya tersebut tidak melakukan apa apa. Akhirnya polisi setempat menemukan jasad kiriko beberapa hari kemudian beserta rumahnya yang habis dirampok penjahat tersebut. Tertarik untuk mengikuti kasus ini? Balas suratku ini. . Kei Amakura”

    Begitu isi surat dari Kei, ingin sekali aku membalas suratnya dan mengatakan bahwa Yuu sudah tiada, namun Kei tidak mencamtunkan alamat tempat tinggal maupun nomer telefon, Bodoh. . .

    “kiriko. . asanuma. . mengeluhkan rumah tua? Mimpi? Setelah suaminya meninggal. .” pikirku

    *cring**cring*

    “hah?? Tidak lagi. .”

    Aku terbangun kembali di rumah tua itu, aku memandangi sekitarku, nampaknya aku berada di ruangan yang baru, yang belum pernah kukunjungi sebelumnya. Ruangan itu dipenuhi dengan boneka kecil yang ditempel ke tembok. . . menggunakan paku dari kayu.

    “ruangan. . apa ini?” kataku.

    “reika??”

    Aku terdiam sambil mencoba membalikkan pandanganku. . aku melihat seorang anak kecil dengan rambut yang terikat dua dan membawa palu.

    “rei. .ka?”katanya
    “i. .iya?” kataku

    “apa yang kamu lakukan disini?” Tanya anak kecil itu
    “hmm. . .mm. .” gumamku sambil memandangi anak itu

    “pasti kamu sudah lupa lagi denganku, hihi. . aku amane, reika. .” katanya sambil tertawa kecil.
    “hehe. . maafkan aku. . amane. .” kataku perlahan

    “lagipula apa yang kamu lakukan disini? Kamu tau sendiri nanti kalau master yashuu tau, beliau akan marah besar. .” kata amane

    “boneka boneka ini. . untuk apa amane?” tanyaku penasaran
    “boneka itu? Untuk latihan . . agar aku dapat melakukan tugasku untuk ritual dengan lancer.” Kata amane

    “. . . .”

    “reika? Sebaiknya kamu cepat pergi sebelum master yashuu mengetahui kamu keluar dari kandangmu..” kata amane sedikit panik.

    “ah? Iya amane. . aku pergi dulu” kataku sambil memegang gagang pintu yangukurannya jauh lebih kecil dari tinggi badanku.

    Amane hanya tersenyum saja sambil menuliskan sesuatu pada sebuah buku kecil miliknya.
    Dibalik pintu tersebut terdapat sebuah lorong panjang dengan penerangan seadanya yang tetap tidak setinggi

    ukuran rang dewasa, sehingga aku harus agak membungkuk untuk melewatinya.
    Aku melihat ada cahaya berwarna biru di kejauhan.

    “itu. .lentera itu?” kataku

    *kresek*

    “hah?? Siapa disana?” kataku sambil memperhatikan bagian belakangku.

    “tolong. . . biarkan. . aku. . . pergi. .”

    Sebuah suara dengan nada menyeramkan terdengar dari belakangku.

    Tiba tiba sebuah bayangan hitam dengan cepat merayap dan menangkap kedua kakiku.
    “aaargh!! Apa ini??” jeritku

    Dua buah tangan berwarna putih kepucatan menangkap dan menarik kedua kakiku hingga aku terjatuh.
    “aaaaaa!!!!” teriakku

    Tangan itu kembali merayap kea rah pinggangku dan pundakku, sambil menunjukkan wujud asli di balik asap hitam itu.

    Ternyata itu adalah wanita merayap yang muncul di mimpiku sebelumnya.
    “mau apa kamu!!! Pergi!!” teriakku sambil mencoba meronta dari genggamannya.
    “biarkan. . aku. . be. .bebas!!” teriak wanita itu

    Dengan cepat aku mencoba melawan genggamannya dan menendang tubuh wanita itu menjauh dariku.
    “aaargh!!” jerit wanita itu sambil terjatuh ke lantai di lorong tersebut.

    “haah. . haah. . siapa kamu? ” kataku sambil berusaha mengatur nafasku.
    “hraah!!” teriak wanita itu sambil berbalik badan dan merangkak pergi.

    “tunggu!!hey!!” teriakku, namun percuma tidak ada jawaban sedikitpun.

    aku melihat sebuah benda terjatuh di saat aku melempar wanita itu, nampaknya seperti sebuah buku, yang didalamnya terdapat banyak coretan dan sobekan. Aku mendekati dan meraih buku tersebut.

    “buku apa ini?” kataku sambil membuka buku itu perlahan.

    Nampaknya buku itu seperti catatan harian, namun tidak bertuliskan tanggal maupun waktu.
    “ki. .riko. . asanuma. .” kataku membaca nama pemilik yang tertulis di buku tersebut.

    Aku menyadari bahwa wanita itu ialah kiriko asanuma, sama dengan yang diceritakan pada surat dari Kei .

    “disini gelap, aku ketakutan, tolong seseorang tolong aku. .”
    “aku dapat mendengar suara suara di luar lemari, nampaknya mereka sedang mencari sesuatu”
    “Shino. .aku harap kamu ada disini. .”
    “meskipun di dalam sini, aku masih dapat memimpikan rumahitu, Shino, dan Wanita bertato itu”
    “aku lapar. . gelap. .kini semuanya sunyi”
    “tolong aku shino. . aku berteriak sepanjang hari namun tidak ada yang menjawab”
    “aku menghitung stiap detik jam, setiap berapa kali jamku berbunyi”
    “sudah hamper 96x aku mendengar suara jam dindingku. . aku semakin lemas”
    “tolong. . . biarkan aku. . pergi. .”

    Begitulah isi tulisan tulisan di buku tersebut, sisanya hanyalah coretan dan sobekan kertas yang tidak bisa dibaca.

    “shino? Suami kiriko?” pikirku

    *krreeeeeek*

    Sepasang tangan tba tiba merayap dari balik punggungku sampai ke leherku, dan mulai mencekiknya dengan kuat.

    [​IMG]

    “AAaaaargh!!!” jeritku sampai terjatuh kedepan

    Kiriko sudah ada di punggungku sambil terus mencekikku dari belakang.

    “uhuk . . tidak. . kiriko. .uhuk” kataku sambil mencoba menahan cekikan kiriko.

    Kiriko menatapku, wajahnya mulau berwarna kepucatan serta keluar darah dari hidung dan mulutnya.

    “lepaskan. . . biarkan aku pergi!!!” teriak kiriko sambil mengangkat dan menjatuhkan kepalaku kembali ke lantai.

    *brak**brak*

    Kepalaku terus menerus di pukul ke lantai oleh kiriko.

    “aargh. . kiriko. .ampun. . dengarkan aku. .” kataku perlahan sambil menahan sakit

    “DIAAAAM!!! Kamu. . sama saja. . seperti orang lain. . tidak ada yang menolongku!!” teriak kiriko

    “uhuk!tidak. . kiriko. . dengarkan aku tolong!!” teriakku sambil memegang tangan kiriko di leherku

    Percuma, tenaga kiriko sangatlah kuat, aku tidak dapat menahan dan melepaskan tangannya dari leherku, aku hanya bisa terbatuk batuk sambil berusaha melepaskan tangan kiriko. Pandanganku mulai kabur, nafasku mulai tidak teratur. . aku semakin melemas.

    “inikah akhir . . bagiku?” pikirku

    Tanganku mulai tidak dapat melawan genggaman kiriko, semakin lama semakin terjatuh dari tangannya. .

    “uhuk. . uhuk. .”

    *brak*

    “aaaaaaaaaaagh!!!” teriakkiriko sambil melepaskan genggamannya.

    Aku membuka lebar mataku, memastikan apa yang terjadi. . aku mengatur jalan nafasku, mencoba meraih kembali kesadaranku. Aku melihat kiriko terguling guling sambil berteriak.

    “reika. .cepat raih tanganku!!”

    Suara itu terdengar entah berasal dari mana. Tiba tiba lenganku terangkat dan seluruh badanku terseret. Sedikit demi sedikit menjauh dari kiriko yang masih terlihat kesakitan itu.

    “reika. . bertahanlah. .”

    Aku menoleh ke atas, ternyata itu amane. .

    “a. . mane. .” kataku perlahan.

    Amane membawaku kembali ke ruangan penuh boneka itu. Aku berusaha untuk duduk sambil memegangi kepalaku yang masih terasa sakit.

    “kepalamu kenapa?” Tanya amane. .
    “tidak. .tidak apa apa amane. .” kataku.
    “oh iya reika, lenteramu tertinggal saat kamu pergi tadi. “ kata amane sambil memberikan aku lentera biru tersebut.

    “ah? i. .iya amane. . terima kasih. .” kataku sambil meraih lentera itu
    Baru sekejap aku bersentuhan dengan lentera itu. .

    *cring**cring*

    “hah?”

    Aku tersadar kembali, pemandangan rumah tua itu berubah menjadi sebuah rumah yang sepertinya lebih modern namun segala isi rumah itu berhamburan dimana mana.

    “Tidak!!! Jangan!!!”

    Aku mendengar suara teriakan dari ruangan sebelah. Secara perlahan aku menempelkan diriku ke tembok dan mencoba melirik ke ruangan di sebelah melalui pintu geser yang berlubang.

    Kiriko!! Kiriko ada di ruangan sebelah tersebut dengan 2 orang pria yang menggunakan topeng. . kiriko sedang terduduk di atas meja sambil kedua pria bertopeng itu seperti menyergapnya.

    “katakan dimana suamimu menyimpan surat penting itu??” kata pria itu

    “aku tidak akan memberikannya kepada kalian!! Aku sudah berjanji pada shino. .” kata kiriko
    “nampaknya kamu memilih jalan yang kasar. .hahahaha” kata pria itu sambil tertawa
    “. . .” kiriko hanya memandangi pria itu sambil menangis

    “pegangi dia!! Kita harus mendapatkan surat itu cepat atau lambat atau bos akan marah. .”

    Aku hanya bisa memandangi kejadian tersebut, tubuh kiriko mulai ditunggingkan di atas meja tersebut dan kedua tangannya dipegangi oleh pria bertopeng satunya. Lalu pria tersebut mulai membuka celananya secara perlahan.

    “hahaha. . nampaknya kita akan pesta mala mini kawan. . *** gratis. .” kata pria itu kepada temannya
    “shino. . . maafkan aku . .” kata kiriko perlahan sambil menahan tangis.

    Tangan pria itu mulai mengangkat baju kiriko.

    “hoohhohoho. . ayo kita lihat bagaimana indah tubuhmu nona. .” kata pria itu. .

    “hah?? Jangan. .” kataku

    Aku tidak menyadari bahwa suaraku nampaknya terdengar oleh mereka berdua.

    “hah? Siapa itu!!?? “ kata pria itu sambil memakai celananya.
    “aduh. . matilah aku. .” pikirku

    Dengan cepat namun tetap tersembunyi, aku melarikan diriku ke lantai atas melalui tangga yang ada di dekat ruanganku.

    “aaarh!!” teriak kiriko sambil berlari menuju ruangan lain saat kedua pria itu sibuk mencariku.

    Tanpa berpikir panjang aku segera menyembunyikan diriku di dalam lemari pakaian. Sekitar beberapa menit aku terdiam di dalam ruangan itu. Mula mula aku mendengar suara gaduh dari luar lemari, dan sesekali aku mendengar seperti benda benda dibanting.

    Setelah beberapa jam aku diam disana, suara itu mulai memudar dan akhirnya benar benar sepi dan gelap. Aku berpikir kedua pria itu sudah lelah mencari dan pergi.

    Secara perlahan aku keluar dari lemari itu dan berjalan ke lantai bawah.

    “tolong. . .seseorang. . tolong aku. .”

    Aku mendengar suara rintihan dari arah sebuah lemari kecil di ruangan utama.

    “ki . . riko?” tanyaku perlahan
    “ah?siapa disana??? Tolong aku!! Aku terkunci disini sempit sekali. .” kata kiriko

    Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera membuka kunci pintu lemari kecil tersebut. Kiriko merangkak keluar sambil terbatuk batuk dan berkeringat.

    “kiriko?” tanyaku
    “haah. .haah. . uhuk. .kmu. . siapa?” tanyanya perlahan

    “aku rei. .tenang saja. .sekarang sudah aman. .”

    Tiba tiba kiriko memelukku sambil menangis. Posisi tangannya persis seperti tadi ia mencekikku, namun kali ini benar benar berbeda. Kiriko terus menangis dan tak kunjung berhenti mengucapkan terima kasih padaku.

    “terima kasih. . rei. .” kata kiriko sambil menatapku.
    Tiba tiba tubuh kiriko mulai bercahaya dan seperti melayang.

    “ki. .riko??” tanyaku sambil memandang heran
    “terima. . kasih rei. .” katanya sesaat sebelum seluruh tubuhnya menghilang dan memunculkan cahaya yang sangat terang sampai sampai pandanganku menjadi gelap.


    “rei?? Rei!!”

    “ah? Hah?” kataku tersadar dari tidurku.

    Aku memandangi sekitarku. . aku telah kembali di ruang tunggu rumah sakit. Dengan miku berada di sebelahku.

    “miku?” tanyaku

    Miku mengenakan semacam perban pada kedua lengan dan kakinya.
    “rei. . kamu kenapa?maaf menunggu lama. .” Tanya miku

    Aku memandangi wajah miku yang tersenyum namun masih terlihat pucat itu.
    “umm. . rei?? Ada sesuatu di kepalamu. .” kata miku
    “ah? Apa?” kataku sambil mencoba meraih bagian belakang kepalaku.

    Darah. . . . . .

    “rei!! Kamu kenapa? Suster!! Tolong. .” teriak miku panic
    “ini. . . darah. . .” kataku

    Dalam sekejap tubuhku menjadi lemas. . aku terjatuh dari kursi di ruang tunggu tersebut kemudian tak sadarkan diri. .

    “rumah itu. . semua kejadian di rumah itu. . semakin lama. . semakin nyata. . .”



    To be continued part 10

    “Burst Into Reality”

    di bawah :D
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Nov 22, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    the call of the tattoos part 1

    Updated. . wait for a week for next update
     
    Last edited: Oct 25, 2013
  4. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,819
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    waah ada fatal frame :terharu: salah satu game horror favorit nih :terharu:

    pas aku baca ini, erm, langsung kepikiran bahwa ini ceritanya flashback. tapi ternyata nggak ya? saran aku mending frasa "...sampai saat akhir nanti." dihilangkan aja, soalnya menimbulkan kesan bahwa cerita yang dibuat ini flashback.

    terus, balik ke awal lagi :hmm:

    dapet kesan bahwa si MC ada di mobil yang kemudian nabrak, tapi :

    aiirnya berjatuhan di wajah? ini MC nya jatoh keluar dari mobil ato apa ya? kalo jatoh, mending sisipkan kalimat yang nandain bahwa si MC jatoh dari mobil. nulis fict ama nonton adegannya langsung beda loh kk. mungkin yang kebayang ama situ MC nya jatoh dari mobil, tapi pembaca belum tentu :hmm:

    repetisi kak. mungkin bagusan kalo dibikin gini aja ya? :bloon:

    tapi sebenernya bisa dirombak jadi lebih bagus lagi sih, maklum sama2 nubi kak :peace:

    hmm terus :

    scene itu sebenernya bisa digali lebih dalem kalo deskripsinya lebih jelas, mungkin bisa dibikin kek gini :

    okay, kita skip aja bagian penulisan. lanjut ke plot n cerita yaa :lalala:

    hmm twistnya dapet, dan inti ceritanya juga bagus, sih (secara ini sih FF3 yang dibikin versi fictnya :lalala: ). well, seenggaknya sering2 latihan aja kk n banyak2 baca juga. mungkin emang beneran bagus kalo FF3 dibuat versi novelnya kek ini :top:

    kay, baru part 1. part seterusnya aku lanjut nanti :lalala:

    mohon maaf bila ada kata2 yang tidak berkenan :maaf:
     
  5. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    sebelumnya terimakasih kka atas sarannya hehe maklum masi nubie buat nulis cerita . . ditunggu saran saran berikutnya nanti di part part berikutnya aku perbaiki :D

    aku juga fans fatal frame berat makanya judul ini yang pertama ak pikirin pas mau bikin fanfic.. mohon panduannya :ogtop:
     
  6. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    part 10 sudah selesai leave comment reply guys :D

    the call of the tattoos part 10
    The call of the tattoos part 10
    -Burst Into Reality-
    “bangun. . . Rei. . .”

    “yuu. .. kau kah. .itu?”

    Perlahan aku membuka kedua mataku, perlahan lahan penglihatanku mulai jelas dan terang. Aku menyadari bahwa aku telah berada di atas sebuah ranjang lengkap dengan selimut putih tipis yang membalut seluruh tubuhku. Beberapa saat aku memandangi langit langit ruangan itu, akhirnya aku memutusknan untuk bangun dari ranjangku.

    “aduh!!”

    Aku merasakan sakit dan pusing yang hebat ketika aku mencoba untuk bangun. Aku mencoba meraba kening dan kepalaku, nampaknya ada sebuah balutan kain kasa penutup luka yang melingkari seluruh bagian kepalaku.

    “ini.. dimana?” pikirku sesaat sambil kembali memandang langit langit

    “rei? Kamu sudah bangun?”

    Beberapa saat kemudian miku muncul menghampiriku. Ia Nampak sibuk membawa nampan dengan makanan lengkap di atasnya.


    “miku? Ini dimana?”tanyaku perlahan
    “di rumah sakit. . kamu jatuh pingsan beberapa hari yang lalu, jadi kamu harus dirawat disini. Lihat itu kepalamu sampai luka begitu. . kamu terantuk apa sampai begitu?”Tanya miku heran

    “emm. . . beberapa hari yang lalu? Sudah berapa lama aku pingsan?”

    “sekitar 2 hari rei. . namun dokter tidak menemukan tanda tanda berbahaya dari lukamu, jadi kamu akan baik baik saja.” Kata miku sambil tersenyum.

    “hah?? 2hari? Kamu becanda?” teriakku sambil berusaha bangun
    “he. .hei rei. . jangan bangun dulu, lukamu belum sembuh total!” kata miku sambil menahan tubuhku

    “huuft. . kamu tau kan hal yang paling aku tidak suka adalah diam dan menunggu . . sangaaaaat mem. .bo. .san. .kan. .” kataku sambil cemberut

    Aku melihat miku memasang headsetnya sambil mulai bernyanyi dan menghiraukan keluhanku.
    “ah? Kenapa rei?” Tanya miku sesaat dia menyadari aku yang menatapnya dengan tatapan penuh niat untuk membunuh

    “ga!” kataku sambil cemberut dan memalingkan wajahku.

    Miku hanya tertawa kecil dan tetap tersenyum manis.

    Sekitar 3 hari aku dirawat di rumah sakit, pada akhirnya dokter memperbolehkan aku untuk pulang ke rumah, namun dokter menyarankan untuk tidak melakukan aktivitas berlebihan terlebih dahulu.

    “miku? Bagaimana dengan dirimu? Kamu sudah merasa sehat?” tanyaku
    “hmm. . aku tidak merasakan apa apa lagi semenjak hari itu rei, namun bekas luka itu tidak menghilang.” Kata miku sambil menunjukkan tangannya dengan bekas luka.

    “maafkan aku. . miku. .aku. .”
    “sst. . sudahlah rei, tidak apa apa. .” kata miku sambil berdiri dari sofa dan berjalan menuju dapur.

    Miku mulai mengambil bahan makanan dan mulai menghangatkannya. Dia sangat senang memasak sambil beryanyi, oleh karena itu, ia selalu mengenakan headset dan menyalakan lagu favoritenya sambil bernyanyi..
    Aku memandangi miku yang bernyanyi sambil menari kecil.

    “apa jadinya aku, kalau tidak ada miku di rumah ini?” pikirku sesaat sambil tersenyum melihat miku.
    “apa. . jadinya aku. . tanpa. . Yuu disini. .” pikirku sambil melihat keluar jendela.

    Aku termenung, sambil memandangi hujan yang mewarnai sore itu.

    “sleep. . priestess. . lie in peace”

    Aku terkejut. . suara itu berasal dari arah dapur. Dengan cepat aku membalikkan tubuhku dan memandangi miku

    “sleep. . priestess. . lie in peace”

    Miku hanya berdiri saja disana sambil bernyanyi seperti itu dengan nada yang menyeramkan.

    “mi. . miku?” tanyaku

    Miku hanya diam sambil tetap mengulang lagu itu.

    “miku!!!” teriakku sambil berusaha untuk berdiri.

    “sudah. . waktunya. . .”

    Suara miku berubah menjadi menyeramkan, bersamaan dengan rasa sakit dari luka di kepalaku.

    “Arrrrrrgh!!!!” jeritku sambil memegang kepalaku

    *cring* *cring*

    Aku melihat ada 2 orang wanita yang bertelanjang dada namun mengenakan bagian bawah yukata dengan tangan yang penuh dengan benda semacam duri yang sangat banyak dan panjang sampai menembus tangan wanita itu.

    “mi. .ku. .” kataku

    Kedua wanita itu menghampiri miku. Mereka mengeluarkan tali panjang dan mulai memasangnya di tangandan kaki miku.

    “he. . hey!! Lepaskan miku!! Uugh . .” teriakku sambil menahan sakit di kepalaku.
    *kret*

    “AAAAAAAAAAA!!!!”teriak miku ketika kedua wanita itu mulai menarik tali yang terikat dengan tangan miku.

    “STOOOP!!!” teriakku sambil kembali mencoba untuk berdiri.
    Kedua wanita itu tetap menarik tali itu sampai tangan miku benar benar terbuka lebar.

    “Rei!!! Tolong!!”teriak miku
    Aku berjalan perlahan sambil menjaga keseimbanganku

    “AAAAA rei!!” teriak miku

    “bertahanlah miku!! Aku akan menolongmu. .” kataku sambil masuk ke dapur
    Wanita itu kembali menarik sambil kali ini diiringi gumam seperti berdoa.

    Aku memaksakan diri untuk sedikit berlari dan dengan cepat aku mengambil sebuah pisau dari meja dan dengan segera memotong tali itu.

    *cring* *cring*

    Miku terjatuh ke dekapanku.

    “haah. . hah. . apa apaan itu?” katanya sambil berusaha mengatur nafas
    “haah. . aku tidak tahu. . aku tidak pernah melihat yang seperti itu, bahkan di mimpiku.
    “aku. . juga. .” kata miku.

    Dengan segera aku mengecek tangan miku.

    “mi. . miku, tanganmu. .” kataku sambil menunjukkan tangan miku.

    Sebuah bekas seperti terjerat tali muncul di tangan miku. Mula mula berwarna kemerahan, lalu semakin lama semakin menggelap menjadi kebiruan. Aku segera kembali bangun dan mencuci sebuah lap kecil dengan air dingin dan segera membalut tangan miku.

    “aduh. . ssh. .” jerit miku

    “tahan miku. . bagaimana hal seperti ini bias terjadi?” kataku
    Miku hanya menggelengkan kepalanya.

    Malam itu aku memutuskan untuk menemani miku. Luka di tangan miku agak membengkak dan masih tetap kebiruan, miku telah terlelap dalam tidurnya. Aku beberapa saat menggantikan compress di tangan miku.
    “huft. . kenapa jadi seperti ini semakin lama. . mereka yang ada dalam mimpiku. . semakin nyata. .” kataku sambil duduk di sebuah kursi kecil di sebelah miku.

    Aku menundukkan kepalaku sesaat. .

    “rumah itu.. semua hantu disana.. wanita bertato itu.. yashuu. .kirie himuro. . mafuyu. . wanita dengan duri tadi siang. . kutukan tato ini. .Yuu. . semua hal itu. . kenapa aku? Kenapa harus aku??” pikirku
    Tiba tiba kepalaku mulai terasa sakit lagi secara perlahan sampai benar benar sakit. .

    *cring* *cring*

    “uuugh. . “

    Aku memegangi kepalaku, kepalaku terasa bagaikan terantuk sesuatu. Aku memandang sekitarku, nampaknya aku kembali lagi ke rumah itu.

    “nona reika!!”

    Aku mendengar teriakan itu dari arah depan. .

    Aku melihat sebuah benda kayu yang berbentuk seperti baling baling ada di pangkuanku.
    “nona reika baik baik saja?”

    Sesaat aku melihat wajah orang itu, wajah itu adalah wanita yang dahulu aku bertemu di rumah ini.

    “aku. . tidak apa apa. . umm” kataku

    “kirue nona. . ini kirue. .” kata wanita itu

    “kak. . maaf. .”

    Seorang gadis kecil muncul dari balik kirue, rupanya itu kozue. . anak dari kirue dan hiroshi, suaminya yang sudah meninggal karena yashuu.

    “tidak apa apa kozue, ini. . apakah ini milikmu?” kataku sambil memberikan baling baling tersbeut.
    “i. . iya kak. . te. .terima kasih. .” katanya sambil perlahan mengambil mainan itu dari tanganku.
    Aku dibantu untuk berdiri oleh kirue sambil memegangi kepalaku.

    “apa yang kamu lakukan di ruangan bawah ini reika?” Tanya kirue
    “ah? Ini dimana?” tanyaku

    “ini ruang penyimpanan reika. . tepat di bawah taman kuburan.” Kata kirue
    Aku kembali meraba kepalaku sambil mengingat ingat rumah ini beserta seluruh ruangan ruangan yang pernah aku kunjungi.

    “disinilah. . tempat para tukang yang membangun rumah ini beristirahat.” Kata kirue
    Aku melihat sekitarku. . tiba tiba kepalaku kembali terasa sakit

    *cring* *cring*

    “hah? Haah. . haah. .”

    Aku mulai mengatur nafasku yang tiba tiba terasa sesak. Seluruh ruangan itu bergetar, ruangan itu dipenuhi oleh kabut berwarna gelap yang membuatku sesak.tanpa berpikir panjang lagi, aku segera melarikan diri dari ruangan itu. Sesampainya di atas, aku melihat taman dengan pohon yang besar dan beberapa kuburan di sekitarnya, persis yang aku kunjungi beberapa waktu lalu saat pertama sampai rumah ini.

    “cepat!! Kita harus menahan kutukan itu agar tidak tersebar!!cepat segel!!!”

    Aku membalikkan badanku. . aku melihat 9 orang pria yang mengenakan baju berwarna putih seperti sedang membangun sesuatu di depan sebuah pintu. Aku dapat melihat kabut gelap itu keluar dari sisi dan lubang di pintu tersebut.

    “cepat!! Atau master kuze akan marah!!” teriak salah seorang pria yang mengenakan topeng dan membawa semacam pisau besar. Dan pria lainnya dengan cepat menahan pintu tersebut sambil lainnya menambal lubang lubang tempat kabut itu keluar.

    Pria bertopeng itu membalikkan tubuhnya. Tiba tiba rubuhku ditembus seseorang yang berjalan dari arah belakangku. Aku yang terkejut sampai melompat mundur dari posisiku tadi.
    “aaah!” jeritku sambil melompat mundur

    Tiba tiba pria bertopeng itu segera menunduk dan menghormat.

    “master kuze. . kami sudah menyegel kuil tempat pendeta dan kuil tempat penanaman tato.” Kata pria itu.
    Aku hanya terdiam saja mendengar pembicaraan mereka. Nampaknya orang ini ialah pemimpin keluarga kuze yang amat sangat dihormati, namun aku dapat melihat orang itu bukanlah yashuu kuze. Tiba tiba angina bertiup sangat kencang menabrak wajahku sampai aku menutup rapat mataku.

    “aaargh!!! Apa apaan ini??” kataku sambil menghadang angin tersebut.

    *cring* *cring*

    Aku mengusap mataku yang sakit akibat angin tadi. .

    “hah?”

    Aku terkejut kembali,aku telah berada di sebuah ruangan kecil yang diisi kesepuluh pria berpakaian putih tadi. 8 pria itu berdiri dan berbaris ke samping dan pria bertopeng itu diam menghadap mereka.

    “master kuze ingin memastikan segel kita tadi aman. . untuk itu beliau ingin kita melakukan pengorbanan untuk mengamankan segel itu.” Kata pria bertopeng tersebut.

    “pngorbanan apa? Kita sudah cukup berkorban untuk membangun ini semua. .” kata seorang pria dari kumpulan orang itu

    “maafkan aku kawan. . ini untuk memastikan tidak ada yang tahu tentang apa yang terjadi di rumah ini. . .” kata pria bertopeng itu

    Dengan cepat pria bertopeng itu mengangkat pisau besarnya, dan menyambar ke leher pria tersebut.

    *JRATT*

    [​IMG]

    “hah!!??” pikirku sambil menganga melihat kejadian tersebut
    “te. . tengai!! Apa yang kamu lakukan???” kata pria lain

    “maaf.. ini perintah tuan kuze. .” kata pria bertopeng yang bernama tengai itu.
    Tengai kembali mengangkat pisau besar itu. .

    Karena tidak kuat melihat kejadian seperti itu lagi, aku memejamkan mataku sambil menutup telingaku. . semua suara teriakan, jeritan, berpadu dengan suara cipratan dan suara pisau yang diayun ayunkan. . aku terjongkok sambil tetap menutuk telinga dan mataku.

    [​IMG]

    “cukup. . kumohon. .” kataku perlahan

    Semakin lama, suara di ruangan itu mulai meredup. . dan akhirnya kembali sunyi. . sampai aku dapat mendengar suara nafas terengah engah dari pria bertopeng tersebut.

    “haah. .haah.. master kuze. . aku akan segera membangun pilar pengorbanan dengan tubuh kesembilan kawanku ini.

    aku masih belum berani untuk membuka mataku, aku hanya bisa menangis sambil memohon untuk segera berakhir. .

    *cring*

    “reika?? Nona reika??”
    “hah??” aku terkejut dan tersadar kembali

    Kirue sudah ada di depanku sambil mengusap kepalaku.

    “kamu kenapa menangis reika??” tanyanya
    “umm. . ti. .tidak apa apa kirue. .” jawabku

    Aku memandang sekitarku,aku kembali berada di taman dengan pohon besar itu, namun kali ini Nampak berbedadengan yang tadi.Ruangan itu sangat gelap dan hanya diterangi oleh lilin yang dibungkus kotak kayu seperti lampu yang ditancapkan di berbagai sisi taman tersebut. Namun yang paling mencuri perhatianku ialah pilar yang terletak di depan pintu yang tadi sempat aku lihat disegel oleh 9 pria berbaju putih tersebut. Pilar itu berjumlah 10, berjejer berdampingan di depan pintu tersebut.

    “kirue. . pilar ini. .” kataku..

    “i. .iya reika. . ini adalah pilar pengorbanan oleh tengai narumi. . dan kesembilan kawannya” kata kirue sambil memandang pilar itu dengan wajah yang sedih.

    Kirue menghapus air mata yang jatuh dari pinggir matanya. Aku memandangi kirue dengan wajah yang heran.

    “hi. .hiroshi. .” kata kirue sambil mengusap air matanya

    “hiroshi? Suamimu?” tanyaku

    “hiks. .dia. . salah satu dari kawan Terumi. .hiks. .” kata kirue

    “. . . maaf. . kirue. .” kataku sambil mengusap bahu kirue



    “hiroshi berhasil melarikan diri dan bersembunyi di ruanganku untuk beberapa saat.. namun yashuu dan tengai berhasil menemukan dia dan membunuhnya dan menjadi salah satu dari pilar tersebut.. hiks. .” kata kirue

    Aku kembali teringat saat aku kembali ke masa lalu kirue dan hiroshi dimana hiroshi diseret oleh pria berbaju putih dan yashuu di depan kirue. Aku dengan lembut memeluk kirue yang masih penuh dengan air mata. Kami berdua bercucuran air mata di depan pilar pilar itu. Aku memandangi pilar di tengah itu terlihat sedikit berbeda. Tiba tiba muncul suara di kepalaku yang mirip seperti suara tengai tadi.

    “semua ritual pengorbanan pilar telah selesai, sekarang diriku sendiri yang akan menjadi pengorbanan terakhir untuk pilar ini”

    Aku kembali memejamkan mata sambil membayangkan tengai membunuh dirinya sendiri dan dijadikan pilar kesepuluh di ruangan itu.

    Kirue melepaskan pelukanku sambil menatapku.

    “maafkan aku nona. . sampai menangis begini. .” katanya sambil mengusap air matanya
    “hiks. . tidak apa apa kirue. . aku juga. .”

    Kirue memberikan sebuah kain kecil kepadaku. .

    “ini nona, gunakan ini untuk mengusap air matamu. .” kata kirue
    “i. .iya. . terima kasih kirue. .” kataku sambil menerima kain itu

    Tiba tiba. .

    “Awaaaas kak reika!!” teriak kozue

    Belum sempat aku merespon teriakan itu

    *prak*

    Sebuah mainan baling baling itu kembali menabrak kepalaku dengan sangat keras sampai sampai aku terjatuh kebelakang dan tak sadarkan diri.

    *cring* *cring*

    Aku membuka mataku secara perlahan. .

    “hah??!?” kataku sambil dengan cepat mendudukan diriku

    Aku kembali ke kamar miku, namun langit sudah memperlihatkan matahari yang masih belum terlalu tinggi. Untuk beberapa saat aku melihat matahari itu dari jendela kamar miku yang terbuka sedikit. aku memandang miku, ia masih tertidur pulas, nampaknya aku terbangun lebih awal dari biasanya.

    “sepertinya aku biarkan saja miku untuk bangun lebih siang lagi. .” begitu pikirku

    Sesaat sebelum aku mencoba berdiri, sebuah benda jatuh dari perutku dan selmbar kain yang menempel di dadaku.

    Aku memandangi kain itu sejenak. .

    “ini. . . HAH???!!? Kain dari kirue tadi!!” pikirku

    Dengan cepat aku meraih benda yang terjatuh tersebut. . a;angkah kagetnya aku, sambil gemetaran aku memandangi benda itu..

    “ini.. mainan kozue. .” pikirku

    Aku terdiam sejenak sampai kepalaku mulai terasa sakit kembali..

    “aduh!!” jeritku sambil memegangi kepalaku

    Apa apaan ini?? Itu semua hanyalah mimpi. . kenapa bisa ada disini?? Kenapa kepalaku terasa sakit setelah terantuk mainan kozue ini?

    Semua. . semua hal tentang rumah itu. . . . mulai

    Menjadi nyata. . .

    To be continued part 11

    “Kei Amakura”

    bimbang mau dilanjutin apa engga
     
    Last edited: Nov 22, 2013
  7. mugimin4 Members

    Offline

    Joined:
    Nov 27, 2013
    Messages:
    0
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +0 / -0
    mantabbb gannnn...........
     
  8. bentir Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 18, 2012
    Messages:
    25
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +5 / -0
    Nice story line dude
    keep on write
     
  9. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    update langsung 2 part :D

    The call of tattoos part 11
    -Kei Amakura-
    “ini. .apa?” Tanya miku sambil memperhatikan mainan kayu di tangannya

    “ aku tidak tahu miku. . tiba tiba saja muncul dari dalam mimpiku. .”kataku sambil merapikan peralatan makan miku.

    “mimpi?? Seperti yang kamu lihat saat aku bernyanyi di dapur kemarin?” Tanya miku

    “aku juga tidak tahu. . pada awalnya aku hanya merasa mimpiku sangat sangat dekat dengan kenyataan. .
    namun, sekarang. . apa yang muncul di mimpiku. . benar benar menjadi nyata. . lihat saja mainan itu. .” kataku sambil menunjuk mainan itu

    “umm.. rei . .” kata miku sambil memperhatikan wajahku yang kebingungan


    “. . ah? Tenang saja miku. . aku tidak apa apa haha. . aku bereskan alat makan ini dulu ya, kamu istirahat saja ya!” kataku sambil tersenyum kecil

    Tanpa menoleh ataupun berkata kata lagi, aku keluar dari kamar miku. Setelah merapikan peralatan makan itu, aku duduk di sofa sambil menyalakan televisi.

    *cring*

    “uugh!! Aagh!!” jeritku

    Tato di pundakku kembali muncul dan menjalar lebih jauh lagi. . aku dapat melihat di pipiku telah ditumbuhi tato abstrak itu. . tato itu terus menjalarsampai lengan tanganku. Aku berusaha dengan susah payah menahan rasa sakit tersebut. Aku tidak ingin miku panik lagi akibat diriku, aku menutup mulutku sambil menahan rasa sakit tersebut. Karena tak sanggup kulampiaskan dengan teriakan kesakitan, maka air mataku lah yang tak bisa kutahan.

    “ngggh. . . haah. . .” jeritku

    Tato itu kembali bersinar dengan terang. . dan secara perlahan lahan kembali menghilang.

    “mmh. . haah. .haah. .”

    Aku meraba pundakku. .seluruh tubuhku dipenuhi dengan keringat. Aku berusaha mengatur nafasku yang terengah engah.

    *Cring*

    Belum sempat aku menenangkan diri, perhatianku sudah sepenuhnya terambil oleh sebuah sosok tepat di luar jendelaku.

    Seorang gadis kecil dengan yukata berwarna putih-merah dan rambut yang terikat 2 memandangiku dengan tampang yang sedih. Aku hanya bisa terdiam memandangi gadis itu sambil terus berusaha mengatur nafasku.
    Gadis itu mengeluarkan air mata dan dengan cepat membalikkan badannya dan berjalan pergi dari jendela rumahku. .

    “he. .hey!! tunggu!! Haah. . hah. .” kataku

    Gadis itu terdiam. . dia membalikkan pandangannya padaku.

    “tolong. . jangan pergi. .” kataku

    Gadis itu membalikkan badannya tatapannya Nampak kosong,dan wajah yang tanpa ekspresi.

    “kamu. . kamu yang dulu menolongku kan?saat aku diserang kiriko? Wanita merayap itu?” kataku

    Gadis itu tetap terdiam sambil memandangi wajahku.

    “aku. . aku hanya ingin berterima kasih. . kalau tidak salah .. namamu amane kan?” kataku sambil berdiri dan mendekati jendela rumahku itu.

    “. . . .sebentar lagi. . .” katanya sambil menundukkan kepala

    Tiba tiba rasa sakit itu muncul kembali sampai membuatku bertumpu di kaca jendelaku.

    “ahhh!! Aaagh!!!!” jeritku

    Gadis itu kembali mengeluarkan air mata sambil memandangi aku yang kesakitan.

    “aaagh tolong aku amane!! Aaargh!! Tolong!!” jeritku

    Rasa sakit yang hebat sampai membuatku terjatuh ke lantai. Gadis itu menempelkan tangannya di kaca jendelaku.

    “ber. . tahanlah. . reika. .sebentar lagi. . waktunya akan tiba. .” kata amane

    Rasa sakit di seluruh tubuhku perlahan lahan mulai menghilang. Aku terduduk di sisi jendela rumahku sambil menempelkan kepalaku ke tembok.

    “haah. . waktu? Waktu apa?” tanyaku sambil terengah engah

    “bertahanlah. . reika. .aku akan . . membawanya kesini. . seperti yang kujanjikan. .”kata amane

    “haah. . membawa? Janji. .aku tidak mengerti. . uugh. .” kataku

    Tubuh amane mulai bersinar dan perlahan lahan ia berjalan menjauhi jendelaku.

    “a. .amane? hh. . kamu mau kemana?” kataku

    Tubuh amane menyala semakin terang dan terang hingga menyilaukan pandanganku. .

    “amane!! Jangan tinggalkan aku!! Aku tidak mengerti apa maksudmu!!” teriakku

    *Ting Tong*

    “hah?”

    Aku mengatur nafasku sambil melihat diriku masih terduduk di sofaku dengan tv yang masih menyala.
    “apakah aku tertidur? Apakah itu hanya mimpi?” pikirku

    *cring**cring*

    “bertahanlah. . reika. .”

    Tiba tiba suara itu kembali terdengar di kepalaku. Aku segera mengalihkan pandanganku kearah jendela itu. Aku tak mampu berkata apapun, sepasang cap tangan yang berukuran kecil tergambar di jendelaku persis di tempat amane tadi berdiri.

    “amane? Amaaaneeeee!!!” teriakku sambil memandang kesana kemari untuk mencarinya.

    *Ting Tong*

    Suara itu kembali terdengar dan membuatku tersadar bahwa itu adalah suara bel rumahku.

    “sebentar. .” kataku sambil berdiri dan merapikan pakaianku.

    Aku berjalan perlahan ke arah pintu keluar rumahku. Aku mengambil nafas panjang sebelum membuka pintu itu untuk membuatku tidak terlihat panic seperti tadi.

    “siapa?” kataku sambil membuka pintu rumahku.

    Dibalik pintu itu, berdirilah sesosok pria, agak sedikit lebih tinggi dari aku,rambutnya berwarna hitam dan agak sedikit panjang. Pria itu tersenyum melihatku.

    “selamat siang. . kamu pasti Rei kan?” katanya sambil tersenyum.

    “i. . iya. . anda siapa?” tanyaku sambil memandang wajahnya yang masih tetap tersenyum.

    “oh. . iya perkenalkan. . namaku Kei Amakura. . seorang penulis artikel fiksi. .” katanya

    “oooh. . i. . iya. . aku Rei. . Rei Kurosawa” kataku sambil membalasnya dengan senyuman.

    “iya aku tahu. . Yuu sering sekali bercerita tentangmu hehe. . apakah Yuu ada di rumah?” Tanya kei
    Aku menundukkan kepalaku sambil dengan berat hati memberitahu Kei bahwa Yuu telah tiada.

    “. . . Yuu? Serius?” kata Kei sambil memegang dahinya

    Aku hanya menganggukan kepalaku sambilmasih tetap menunduk.

    “ma. . maafkan aku Rei. . aku tidak tahu. .” kata Kei

    “ah. . tidak. . maafkan aku juga, tidak bisa memberikanmu kabar secepatnya setelah kejadian itu. .” kataku sambil membungkuk meminta maaf.

    Akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke dalam dan mengobrol.

    “perkenalkan. . aku Miku Hinasaki. .” kata miku yang sudah duduk di sofa di ruang tengah.

    Kami bertiga berbincang bincang tentang maksud kedatangan Kei hari ini. Kei datang ke rumah karena ia ingin melihat data hasil penelitian Yuu tentang sebuah rumah tua yang ditinggalkan selama berates ratus tahun oleh pemiliknya.

    “sebelumnya aku ingin menunjukkan ini kepada kalian. .” kata kei sambil menunjukkan sebuah foto.
    Di foto tersebut terdapat 3 orang pria yang memakai seragam sekolah dan nampaknya sedang bercanda. Mereka ialah Kei. . Yuu. . dan Mafuyu. .

    “ya. . aku kenal dengan mereka berdua. . kita bertiga ialah rekan kerja dalam berbagai macam penelitian untuk mencari inspirasi tulisan baru kami. Namun. . semenjak mafuyu hilang. . Yuu memutuskan untuk beralih bekerja menjadi fotografer Koran. .” kata kei

    “iya. . saat itulah Yuu bertemu denganku” kataku

    “kamu tau mafuyu menghilang?” Tanya miku

    “iya rei, Yuu pernah menceritakan hal itu. . dan iya miku aku tahu itu juga. aku dan Yuu sempat mencari penyebab hilangnya mafuyu, namun kami tidak mendapat kemajuan apa apa. Pada akhirnya aku dan Yuu memutuskan untuk menjalani hidup dan karir masing masing.” Kata Kei

    “lalu hasil kerja Yuu apa yang ingin kamu lihat Kei?” kataku

    “kalian tidak tahu? Yuu punya suatu penelitian yang ia lakukan sendiri?” kata kei
    Aku dan miku hanya menggelengkan kepala sambil memandang heran Kei.

    “Yuu meneliti sebuah peristiwa. . dimana seseorang sering sekali bermimpi tentang suatu tempat yang menyeramkan. .setelah kehilangan seseorang yang dia saying. . dan mimpi itu selalu datang hampir setiap malam” kata Kei

    Mataku melotot memandang wajah Kei yang bercerita dengan penuh semangat . .

    “a. . apa kamu bilang? M. .mimpi?” tanyaku
    “iya. . mimpi. . aku ingin sekali melihat hasil kerjanya” kata kei bersemangat

    Karena aku belum merasa ingin berbagi tentang kisahku dan mimpi yang persis seperti yang diceritakan Kei, maka aku memutuskan untuk tidak bercerita. Aku mengajak Kei ke kamar Yuu untuk mencari data tersebut. Kamar Yuu sudah tidak pernah kumasuki lagi semenjak Yuu meninggal.

    “sepertinya Yuu menyimpan datanya di loteng” kataku

    Maka aku meminta Kei untuk mencarinyaa. sendiri di loteng yang bisa dimasuki lewat lemari dikamar Yuu. Setelah menunggu sekitar menitan, akhirnya Kei turun dari loteng dengan tubuh yang banyak debu dan sarang laba laba.

    “aku menemukannya rei. . ada disini. .” kata kei sambil menunjukkan sebuah buku file

    Aku mengambil file itu sambil mencoba membuka secara acak lembarnya. Isinya ialah daftar wawancara Yuu dengan orang yang mengalami mimpi tersebut.

    “ingat buku yang kukirim waktu dulu? Sebuah diary dari reika kuze?” kata kei

    “i. . iya. . kenapa?” tanyaku

    “menurut hasil yang aku dapat,hampir semua korban mimpi ini pernah melihat wujudnya,wanita dengan tato yang tersebar di seluruh tubuhnya . .sama seperti ritual yang dijalankan oleh reika ini. .” Kata kei

    Tiba tiba jendela kamar Yuu terbuka dengan sendirinya dan angina yang cukup kencang bertiup masuk ke kamar yuu. .

    “kyaaaa. . .” jeritku sambil menahan angin tersebut dari wajahku.

    “Rei!! Apaapan ini?” teriak Kei

    *cring* *cring*

    “hah?”

    Dalam sekejap sekelilingku berubah menjadi seperti hutan dengan jalan setapak dengan beberapa hiasan seperti batu bergambar di pinggirannya.

    “di. . dimana ini?” pikirku

    Aku memutuskan untuk mengikuti jalan setapak tersebut. Jalan itu nampaknya semakin lama semakin mulai menanjak. Tepat di ujung jalan setapak itu, aku dapat melihat seperti susunan batu yang melingkar dengan hiasan semacam pintu masuk kuil yang besar.

    Aku memutari susunan batu tersebut,mencari tahu apakah aku bisa menemukan sesuatu dari sana.


    [​IMG]

    *cring**cring*

    tiba tiba seekor kupu kupu yang berwarna merah terang terbang melewati wajahku.


    “hah? A. . apa itu?” pikirku

    Kupu kupu itu mulai terbang ke sisi bukit tersebut.

    Sesaat setelah aku mengejar kupu kupu tersebut, pemandangan dari arah bawah bukit tersebut mulai menerang dan kabutyang tadinya sangat tebal itu mulai menipis.

    Aku terdiam, aku dapat melihat beberapa bangunan seperti rumah dari kejauhan, namun kali ini rumah itu sangat banyak, dan ukuranya tidak sebesar rumah tua tersebut.

    “dimana ini sebenarnya?” pikirku sambil menelan air liur

    “AAAAAAAAAAAAA!!!”

    Aku dikejutkan oleh suara teriakan yang sangat kencang dari arah yang berlawanan denganarah tempat aku datang ke bukit ini.

    “si. . siapa itu?” kataku sesaat

    Aku memutuskan untuk berlari ke arah sumber teriakan tersebut. Aku memasuki jalan setapak itu lebih dalam dan dalam. Teriakan itu kembali kudengar semakin lama semakin keras dan jelas.

    “YAEEEEEE!! Tolong aku!!” begitu katanya

    Aku akhirnya sampai di sumber teriakan tersebut. Aku melihat dari sisi bukit tersebut, ternyata ada seorang wanita dengan kimono putih yang terjatuh dari sisi bukit. Aku dapat melihat kakinya yang terluka, mungkin tergores saat terjatuh tadi.
    “Dia ada disini!!!!! Ayo semua cepat kesini!!”

    Teriakan lain kembali terdengar kali ini Nampak seperti suara lelaki, dan jumlahnya lebih dari satu.
    Karena tidak tega melihat luka dan isak tangis dari wanita itu, aku memutuskan untuk menolongnya naik dari bukit. Namun sessat sebelum aku ingin menunduk dan berteriak kepadanya, sepasang tangan menyekapku dari belakang dan menarikku masuk ke semak semak di pinggir bukit tersebut.
    “mmpphh. . mph. .” gumamku karena mulutku tertutup tangannya
    “sssst. . rei jangan berisik. .”
    Suara itu sepertinya aku kenal, aku membalikan wajahku. .ternyata itu adalah Kei.
    “kei. . apa maksudmu? Aku ingin menolong wanita itu. .” kataku
    “sst. . jangan berisik rei. . nanti akan aku jelaskan. . untuk sekarang tolong dengarkan aku dulu” bisik kei

    Aku hanya menatapnya dan mengangguk kecil. Kei menyuruhku untuk segera mencari tempat yang aman dari sana. Kami memutuskan untuk berjalan menelusuri jalan setapak tersebut lewat jalan kecil di sisi bukit. Beberapa saat kemudian aku melihat sekumpulan orang berlari melewati kami dari jalan setapak di atas kami.
    “jangan hiraukan orang itu rei. . nanti pasti akan aku ceritakan. . aku tahu tempat ini, aku tahu semua tentang tempat ini. .”
    “i. . iya kei. .” bisikku
    Wajah Kei Nampak sangat berbeda dari sebelumnya, ia kali ini Nampak lebih serius dari sebelumnya.
    Akhirnya kami sampai di sebuah kolam kecil di tengah hutan tersebut.
    “haah. . hah. .” kataku sambil mengatur nafasku karena kelelahan.
    “huuft. . sepertinya disini sudah aman. .” kata kei
    “katakan padaku. . tempat apa ini. . kenapa kamu bilang tahu segalanya tentang tempat ini. .” kataku
    “aku. . hmm. . dari mana aku harus bercerita. . ” Kata Kei
    “ceritakan padaku..hmm. .”kataku sambil terduduk di pinggiran kolam kecil itu
    “ingat tadi aku meminta data milik Yuu tersebut?” kata Kei
    “i. .iya? lalu?”
    “aku. . setiap malam.. selalu bermimpi tentang tempat ini. . .”kata kei
    Aku hanya terdiam saja sambil memandangi kei yang terlihat agak murung dan menundukkan kepalanya.
    “ada apa Kei?” tanyaku
    “Mio. . Mayu. . keponakanku. . mereka. . terjebakdi tempat seperti ini. . dan hanya Mio yang kembali. . namun kondisi tubuh dan penglihatannya memburuk. . entah karena apa. . dan mio harus menghabiskan waktunya tertidur di rumah sakit. . seperti orang koma beberapa bulan ini. . dan Mayu. . sampai sekarang tidakpernah kembali, aku percaya ia masih terjebak di tempat ini. . saat itulah aku mulai memimpikkan tentang tempat ini. .” kata kei sambil membalikkan badannya.
    “kei. . “ kataku sambil mengusap bahu kei dari belakang
    “oleh karena itu. . aku bertekad mencari tahu.. apa yang terjadi pada mayu dan mio disini. .” kata Kei
    “kei. . aku. . aku akan membantumu. .”kataku
    “te. . terima kasih Rei . .” katanya dengan pipi yang memerah
    “lalu. . kita harus apa sekarang?” tanyaku perlahan
    “kita harus kembali. . kembali ke desa tersebut. . ke desa All God’s “ kata Kei dengan wajah yang serius

    Angin bertiup kencang malam itu, Kei menceritakan bahwa desa itu akan muncul pada malam hari, dan tempat itu tidak. . tidak sama sekali pernah melihat. . matahari yang terbit di timur, maupun cahaya yang gemerlap dari bintang dan bulan. Yang ada kami. . desa itu. . dan misteri yang akan kami hadapi kedepannya nanti. .

    To be continued part 12
    “The Twins sisters”
     
  10. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    part 12 nya
    The call of tattoos part 12
    -The Twin Sisters-

    Kami berdua berjalan menyelusuri hutan kembali menuju susunan bebatuan yang mirip seperti altar tersebut. Tempat itu Nampak berbeda dengan yang tadi, semua tampak sepi dan gelap, tanpa suara teriakan ataupun keramaian orang seperti tadi.

    “lewat sini rei. . jangan terlalu berisik agar kita tidak ketahuan. .” bisik kei

    Kami berjongkok dan berjalan perlahan dari balik semak semak di jalan setapak itu, hingga pada akhirnya kami turun sampai ke desa tersebut. Rumah rumah itu Nampak sangat tua, beberapa sudah mulai rusak bahkan ada yang sudah hancur menyatu dengan tanah.


    “apa yang terjadi disini?”pikirku sambil melihat puing puing bangunan yang beberapa sudah hancur
    Aku dapat melihat ‘seorangpun’ berada di desa itu, semua terasa seperti desa yang telah ditinggalkan.

    *cring*

    Seekor kupu kupu merah muncul dari belakang kami, dan terus terbang melewati kami.

    “he. .hei kei. . lihat itu. .” kataku
    “hah? Kupu kupu merah itu. . “ kata kei
    “ada apa dengan hal itu? Aku juga tadi melihatnya saat di bukit. .” bisikku

    “mio. . mio pernah menggambarkan sesuatu dengan tangannya saat aku mengunjunginya di rumah sakit. . ia menggambar seekor kupu kupu di kertas tersebut. .” kata kei sambil terus memperhatikan kupu kupu itu.

    “.. . .”

    “ayo rei. . kita harus mengikuti kupu kupu itu!!” kata kei sambil menarik tanganku
    “he. . hey tunggu sabar. .” kataku

    Kei tidak menghiraukanku dan terus menarik tanganku sambil mengejar kupu kupu itu. Kami berlari masuk ke dalam desa itu, kupu kupu it uterus mengepakkan sayapnya tanpa berhenti. Rumah demi rumah, tikungan demi tikungan kami lewati. Hingga pada akhirnya kupu kupu itu terbang menuju sebuah bangunan kecil berwarna putih dengan gembok besar di depannya.

    “haah . .haah. . lihat kei. . kupu kupu itu terbang ke balik bangunan itu. .” kataku sambil menunjuk sebuah gang kecil di samping bangunan itu

    Tanpa berkata kata lagi, kei langsung berjalan menuju gang itu, aku pun perlahan mengikutinya dari belakang.

    “Siapa. . disana??”

    Aku dan kei terdiam sejenak setelah mendengar suara itu. . suara itu terdengar sangat halus dan sepertinya suara seorang pria.

    “hei. . hei jangan pergi. . aku mohon, kemarilah. . jangan pergi . .” katanya
    Aku dan kei sambil menelan liur, berjalan perlahan kea rah belakang bangunan itu. Sesampainya di belakang, aku dapat melihat sebuah jendela kecil yang terbuka dan berhiaskan jeruji besi yang tebal. Seorang pria berdiri di balik jendela tersebut, badannya lumayan tinggi, rambut yang pendek berwarna putih, dan wajah yang sangat manis.

    “. . . si. . siapa kalian?” Tanya pria itu sambil menatap kami berdua. .

    “a. . aku rei. . dan ini kei. .” kataku perlahan sambil memperkenalan diri

    “. . aku itsuki. . itsuki tachibana. . yasudah lupakan saja. . aku mendengar kericuhan tadi, apakah sae dan yae selamat?”Tanya itsuki

    “si. .siapa? aku ingin bertanya tentang mio dan mayu, 2 orang gadis yang pernah datang kemari. .” kata kei

    “apakah sae dan yae berhasil melarikan diri??” kata itsuki

    “hey!! Jangan becanda, dimana kamu sembunyikan mio dan mayu?” kata kei sambil mengangkat kerah baju itsuki dari balik jendela

    “kei. . kei!! Tahan dulu, kita pasti akan menemukan mio dan mayu. . sekarang kita harus menenangkan diri dahulu dan dengarkan pria ini. .siapa tahu ia bisa membantu. .” kataku sambil melerai kei dan itsuki
    Aku langsung teringat saat aku baru tersadar akan tempat ini, aku mendengar suara teriakan wanita, sebelum orang orang yang beramai ramai itu datang.

    “hey. . hey itsuki. . aku mendengar suara teriakan saat datang kemari, ia berkata sesuatu tentang Yae. . nampaknya seseorang terjatuh dari bukit tersebut. .” kataku

    “hah? Apa kamu bilang? . . .”kata itsuki
    [​IMG]

    Itsuki terdiam sambil menundukkan kepalanya. Kami berdua memandang satu sama lain dengan wajah yang kebingungan.

    “berarti. . yae berhasil melarikan diri, dan sae sepertinya tertangkap oleh para penduduk desa. .” kata itsuki
    “umm. . . apa ada yang bisa kami bantu?” kataku perlahan

    “kalau begini.. . kalau begini. . sae akan menjalani ritual itu. . sendirian. .” kata itsuki
    “ritual? Ritual apa?” Tanya kei

    “di desa ini. . sebuah ritual dijalankan. . apabila terlahir sepasang anak kembar. . di saat mereka sudah mendekati kedewasaan,mereka harus menjadi satu . . salah. . satu dari mereka. . harus dikorbankan.” Kata itsuki

    “. . . apa?” kata kei perlahan sambil memandang wajah itsuki yang terlihat sedih
    “sekarang ialah giliran sae. . dan saudari kembarnya. . yae. . aku mencoba membantu agar mereka bisa melarikan diri, namun disinilah aku. . tertangkap oleh penduduk desa, dan sekarang sae juga sepertinya telah tertangkap. Maka ritual itu harus tetap segera dijalankan.” Kata itsuki

    “m. . mio . . dan mayu. . 2 keponakanku. . mereka adalah saudara kembar. . “kata kei perlahan
    Aku dan itsuki terkejut sambil langsung melihat Kei. Kei mengepalkan tangannya sambil merapatkan giginya.
    “takkan . . takkan kubiarkan penduduk desa ini menjalankan ritualnya pada mio dan mayu. . tidak akan. .” kata Kei

    “. . . mungkin belum terlambat.. lebih baik kamu cepat. . ke rumah keluarga kurosawa. . disana kami menjalankan ritualnya. . sama seperti aku dulu. . dengan mutsuki. . saudara kembarku. .” kata itsuki.
    Kami berdua terdiam. . sambil menundukkan kepala kami, begitu pula itsuki yang menatap kami dengan mata berkaca kaca. .

    *duuaaaaarrr!!*

    Sebuah suara yang mirip seperti ledakan mengagetkan kami bertiga.suara itu datang dari arah yang berlawanan dengan letak kami. Sekumpulan kabut yang berwarna sangat gelap naik ke langit, persis seperti asap dari kawah gunung berapi yang meledak.

    “a. . apa itu?” kataku. .
    “aku. . tidak tahu. . .” kata Kei
    “ritual . . itu. . sudah dimulai. . untuk sae. . “ kata itsuki sambil mulai meneteskan air mata.

    Kami berdua memandangi itsuki yang terus menundukkan kepalanya.

    “maafkan aku. . sae. . aku gagal. .” kata itsuki
    “AAAAAAARGHHHH!!! OAAAARGGGGGGH!!”

    Kami semua dikejutkan kembali oleh suara teriakan teriakan dari arah datangnya asap itu, aku mendekatkan diriku pada kei. . suara suara itu semakin lama semakin redup dan akhirnya sunyi kembali.

    “itsuki. . katakana padaku suara suara apa itu?” kata kei
    “mungkin. . lebih baik kalian cepat pergi ke rumah kurosawa. . sebelum. . semuanya terlambat. . kalian akan membutuhkan emblem dari kepala keluarga utama disini. . Osaka. . kiryuu. . dan keluargaku. . tachibana. . dan satu emblem lagi dari keluarga kurosawa. . jika kalian ingin masuk ke tempat ritual pengorbanan itu. . “ kata itsuki

    “Osaka. . kiryu. . tachibana. . dan kurosawa. . okay aku akan segera mencarinya!!” kata kei sambil bersiap siap berlari dari sana

    “umm. . terima kasih banyak itsuki. . kamu yakin tidak apa apa berada disini? Kami akan mencari cara untuk melepaskanmu setelah ini. . tunggu kami. .” kataku

    Itsuki hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya, maka aku dan kei pun mulai berjalan menuju rumah rumah yang disebutkan itsuki tadi.

    “tu. . tunggu Rei. .” kata itsuki
    “iya? Ada apa itsuki?” kataku sambil berjalan kembali ke depan jendela kecil itu
    “apabila. . kalian bertemu dengan gadis kecil. . mengenakan kimono berwarna merah dan lonceng di tangannya, aku mohon sampaikan salamku ini. . . bilang saja itsuki minta maaf karena tidak dapat menepati janjinya. .” kata itsuki

    Aku menganggukan kepalaku, tanda mengerti. Maka kami berdua pun berangkat dari bangunan itu. Rumah tiap rumah kami mencari, dimana saja rumah yang ditinggali keluarga bernama Osaka,kiryu,tachibana, dan kurosawa tersebut.

    Pada akhirnya kami menemukan rumah keluarga. . pada awalnya kami tidak mengalami gangguan apa apa, dan kami dapat menemukan emblem keluarga Osaka dengan mudah, karena disimpan di ruang utama di sebuah kotak kayu yang berhiaskan ukiran bergambarkan seperti kupu kupu.

    Kami tanpa menunda waktu lagi segera mencari rumah dari ketiga kepala keluarga lainnya.
    “Kei. . kei!! Ini rumah kiryuuu. . “ kataku

    “hah? Bagus rei. . ayo kita masuk” kata kei sambil berjalan ke arahku.
    Rumah itu berukuran lumayan besar dan tentu saja sudah hancur di beberapa bagiannya. Aku berharap emblem itu tidak berada di bawah puing puing itu.

    Kami berdua masuk melalui pitu depan yang sudah bobrok dan berlubang dan masuk ke ruang utama dari rumah itu. Bagian dalam rumah itu tidaklah sehancur yang terlihat dari luar.

    “rei. . .rei. . .”
    “ap. . Whoaaaaa!!!” jeritku ketika melihat kei membawa sebuah potongan boneka bagian wajah dan mendekatkan ke kepalaku.

    “hahahhaa. . maaf maaf, aku tidak bermaksud mengerjaimu seperti itu. .” kata kei sambil mengulurkan tangannya

    Aku pun menangkap tangannya dan berusaha untuk berdiri.

    “apa apaan itu? Dimana kamu menemukannya?” tanyaku sambil membersihkan celanaku

    “di ruangan sebelah, nampaknya keluarga ini adalah seorang pembuat boneka tradisi jepang ataupun boneka seperti ini.” Katanya sambil masih memandangi potongan kepala itu.

    “sudah. . buang benda itu. .semakin lama aku melihatnya, jadi semakin menyeremkan..” kataku sambil cemberut.

    Kami memasuki sebuah ruangan dimana banyak sekali terdapat boneka kecil yang digantung ke langit langit. .
    “nampaknya orang ini memang sangat terobsesi sekali dengan boneka. .” pikirku

    *cring**cring*

    “per. . gi. .”

    “hah?kamu bilang apa Kei?” tanyaku sambil melihat Kei yang sibuk mengobrak abrik laci
    “aku . . tidak ada bilang apa apa. .” kata kei

    Kami berdua saling menatap degan wajah yang kebingungan.

    “pergi. . .sebelum akane. .”

    suara itu kembali terdengar dari arah langit langit ruangan itu. Kali ini aku yakin bahwa itu bukanlah suara Kei, namun suara itu ialah suara seorang pria.

    “a. . akane?” kataku perlahan

    Kei hanya bisa terdiam dengan wajah yang kebingungan.

    “cepat. . . pergi. . .”

    *cring*

    Sebuah tangan jatuh ke pundak Kei. .

    “whoa!!!” teriak Kei sambil menepis tangan tersebut.

    Tiba tiba sesosok pria muncul dari belakang kami. .

    “a. . akane. . cepat. . pergi. .” kata pria itu

    “kamu siapa?” tanyaku perlahan

    “sebelum. . ia menemukan. . kalian. .” katanya

    Pria itu membalikkan tubuhnya

    “he . hei. . apakah kamu anggota keluarga kiryu?” tanyaku

    Pria itu terdiam sesaat sambil membalikkan pandangannya kepada kami.

    “aku . . yoshitatsu . . kiryu. . “ katanya sambil perlahan lahan menghilang dari pandangan kami.
    Kami berdua tak dapat mengalihkan pandangan kami dari sesosok gadis kecil tepat dibelakang pria yang bernama yoshitatsu itu.

    “PERGI!!!” kata yoshitatsu tepat sebelum seluruh tubuhnnya menghilang.
    Kami berdua hanya memandangi gadis kecil di ujung ruangan tersebut. Rambutnya berwarna gelap dan sangat panjang

    “. . kalian. . .apakan. . ayah?” kata gadis itu

    *klak**klak*

    Gadis itu terus melangkah mendekati kami. Gadis itu bergerak sangat kaku seperti sebuah manekin bergerak.

    “dimana. . azami?” kata gadis itu

    “ke. . kei. . kita harus segera pergi. .” kataku sambil menarik tangan kei.

    Kami berdua berbalik badan untuk berlari keluar dari ruangan tersebut.

    “ka. .lian. . mau. .kemana. .”

    Kami melihat seorang gadis lagi yang berpenampilan sama dengan gadis kecil di belakang kami tadi.
    “hah? Me. .mereka ada dua?!?!”kata Kei sambil berbalik badan dan mengamati gadis yang di belakang kami.

    “a. .zami. . kiryu. .” kata gadis yang berada di depanku

    “akane. . kiryu” kata gadis yang berada di belakangku.

    Mereka berdua mulai bergerak mendekati kami berdua. . akane terlihat sangat kaku ketika berjalan mendekati kami.

    “Kei. . kita harus lari. .” bisikku pada kei

    “a. . aku akan menahan akane. . kamu cepat lari dari sini ok?” kata kei
    “hah? Lalu. . kamu?”

    “cepaaaat!!” teriak kei sambil mendorongku menjauh dari dirinya.
    “uh, Kei!!” jeritku sambil hampir terjatuh

    “temukan emblem itu. .cepat!!” teriak kei sambil berlari ke arah akane.
    Aku segera berlari melewati mereka berdua tanpa menoleh kebelakang untuk mengecek azami kiryu. Aku berlari jauh dari ruangan tersebut, lekukan lorong, belokan, pintu demi pintu aku masuki, rumah itu seperti tidak ada habisnya.

    [​IMG]

    “haaah. . hah. . hah. “ gumamku sambil mengatur nafasku karena kelelahan.
    Aku tiba di sebuah ruangan yang lumayan besar dengan berbagai jenis boneka kayu yang digantung di langit langitnya.

    “haah. . ru. .ruangan apa ini?” pikirku

    *krek*

    “kenapa. . akane. .”

    Azami tiba tiba muncul dan melompat naik ke punggungku.

    “aaaagh!!! Lepaskan aku!!” kataku sambil meronta mencoba meronta untuk melepaskan genggaman azami

    “kenapa!!! Kenapa akane??? Kenapa bukan aku??” teriak azami sambil mulai mencekik leherku dari belakang

    “uhuk. . aaaagh tolong!!!! “ jeritku sambil menahan sakit di leherku

    Meskipun azami merupakan gadis kecil yang mungkin berumur sekitar 8 – 9 tahun, ukuran tenaga azami tidaklah kalah dengan orang dewasa.

    “uhuk. . lepaskan aku!! Azami. .” jeritku

    “tidak!! Kamu harus mati. . semua gara gara kamu. . !!!!” teriak azami


    Azami kembali mencekik leherku dengan kuat. Nafasku mulai tidak beraturan, padanganku mulai kabur, dan tenagaku semakin lama semakin terkuras.

    “a. . zami. .” katakku perlahan

    “Rei!!!” teriak kei sambil menarik tubuh azami dariku

    Azami menjerit kencang memenuhi seluruh isi ruangan itu.

    Kei membantuku berdiri sambil menyandarkan bahunya untuk tanganku.

    “kamu tidak apa apa rei?” Tanya kei perlahan

    “huft . .tidak apa apa. . terima kasih kei. .” kataku

    “uh. . rei?” kata kei sambil menunjuk ke tanganku

    Tato itu kembali muncul sepanjang lengan bawahku dan leherku, namun kali ini tanpa rasa sakit.

    “i. . itu apa rei?” Tanya kei

    “ugh. . nanti akan kujelaskan kei. .sekarang kita harus cepat temukan emblem itu. .” kataku sambil meraba tanganku yang penuh dengan tato.

    Kami melanjutkan pencarian ke sebuah ruangan yang tampaknya ialah sebuah kamar. Di kamar tersebut terdapat sebuah boneka kayu tua yang mirip seperti azami dan akane, namun boneka itu terlihat tua, dan rusak di beberapa bagiannya.

    “rei. . apakah mungkin kiryu meletakkan emblemnya di dalam boneka tersebut?” kata kei
    “hmm. . “

    Aku dan kei secara perlahan lahan mendekati boneka lusuh tersebut. Pernyataan kei tidak salah, emblem itu terdapat di dalam kepala dari boneka yang rusak tersebut.

    “akhirnya. . tinggal 2 emblem lagi dan kita akan dapat menyelamatkan mio.” Kata kei sambil tersenyum
    Tiba tiba tanganku dan seluruh punggungku mulai terasa sakit. Tato tato itu kembali bersinar dengan terang.
    “aaaaaargghh!!!” teriakku

    “re. . rei kamu tidak apa. .”

    *Brak*

    Belum sempat kei menyelesaikan kata katanya, kei seperti terpental ke arah samping dari boneka tersebut dan kepalanya menabrak tembok sampai ia pingsan.

    “ke. . kei!!” kataku

    Sesosok wanita muncul dari arah belakang tempat kei berdiri tadi. wanita berambut panjang. . yang tubuhnya dipenuhi oleh tato.

    Aku melangkah mundur sambil menahan rasa sakit dari tato tersebut.

    “he. .hei. .si. . siapa kamu?” kataku

    “Rei. . ka. .kuze. .”

    Saat itu pertama kalinya aku dapat mendengar suara dari wanita yang telah memberikan aku kutukan ini.
    “ap. . apa maumu?”tanyaku

    Wanita itu hanya tersenyum. . rambut panjangnya menutupi hampir seluruh wajah wanita itu.
    “hh. . hahaha. .” kata wanita itu

    Wanita itu kemudian berbalik badan dan menghilang di dalam kegelapan.

    “he. .hey!!” kataku sambil melangkah maju mencoba mengejar wanita itu.

    “kamu. . . apakan. . aka. . ne?”

    Tiba tiba suara aneh muncul bersamaan dengan tangan yang menggenggam erat lenganku. .

    “aaaaagh!! Azami. . tidaaak!!” jeritku sambil menahan sakit akibat genggaman gadis itu
    .
    *cring**cring*

    Semua ruangan itu bersinar terang. . kotoran, sarang laba laba, debu. . semua secara perlahan semakin memudar dan kayu yang rusak nampaknya kembali ke keadaan sebelumnya. aku berdiri di ruangan tersebut sambil memandangi sekitarku.

    “azamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii. . .”

    Aku mendengar teriakan seorang gadis kecil dari arah belakangku. Tiba tiba sepasang gadis kecil berambut panjang berlari lari di sekitarku. Mereka ialah si kembar kiryu, dan seorang pria dengan rambut putih yang sedang menutup jendela rumah itu.

    “ayah. . ayah. . mengapa ayah membawa kita kemari?” Tanya azami.

    Pria itu membalikkan badannya, ternyata pria itu adalah yoshitatsu kiryu, pria yang menampakkan dirinya kepadaku dan kei.

    “azami. . akane. . ada yang harus ayah bicarakan kepada kalian berdua.” Kata yoshitatsu
    “tentang apa ayah?” Tanya akane

    “kalian akan tahu nanti. . ayo kita ke rumah keluarga kurosawa” ajak yoshitatsu

    *cring*

    Semua pemandangan tadi berubah menjadi gelap. . aku melihat azami yang sdang menggenggam tubuh akane yang terlihat lemas sambil menangis.

    “ritualnya berhasil. . beranggalah kiryu. . kamu sudah berbuat sesuatu yang benar untuk desa”
    “bukannya mereka masih terlalu kecil?”

    “maafkan aku akane. . ayah tidak bermaksud untuk ini”

    “buang tubuhnya ke lubang pengorbanan. .”

    Suara suara itu muncul di dalam kepalaku, dan semua yang terlihat hanyalah bayangan azami yang memeluk tubuh akane.

    Bayangan baru kembali muncul, yoshitatsu seperti sedang memotong dan menyusun kayu, nampaknya ia sedang membuat sebuah boneka. Semakin lama susunannya menjadi berbentuk dan semakin jelas, yositatsu membuat sebuah boneka yang mirip dengan akane.yoshi kemudian membacakan semacam doa kepada boneka itu, dan memasukkan emblem kiryu di dalamnya.

    “lihat ini azami. . ayah membawakan kamu akane. .” kata Yoshi sambil memberikan boneka dengan ukuran sama seperti tubuh anaknya dan wajah yang sangatlah mirip.

    Azami terlihat sangat senang,aku dapat melihat dari bayang bayang azami sedang bermain dengan boneka akane sambil berbicara padanya seakan akan boneka itu benar benar akane.

    *cring* *cring*

    “hah?”

    Aku tersadar kembali, aku melihat ruangan di sekitarku masih sama seperti tadi, hanya saja lebih gelap.

    “aaaaargh!!! Tidak !!!!”

    Aku mendengar suara teriakan seorang pria dari arah ruangan sebelah. Dengan segera aku mendekati pintu di ujung ruangan tersebut dan membukanya, namun percuma, pintu itu seperti ditahan untuk tidak bisa digeser. Akhirnya aku memutuskan untuk melubangi pintu itu dengan jariku dan mengintip dari lubang yang kubuat.

    Aku melihat yoshitatsu terkapar di lantai, dan sesosok figur seperti azami atau akane yang berdiri di depannya dengan pisau. .

    “a. . akane. . maafkan ayah. .” kata Yoshi
    “di. . am. . Diam!!! Gara gara ayah, aku tidak bisa pergi tenang, dan akhirnya terjebak. . di tubuh mengerikan ini. .”kata gadis itu

    Aku dapat melihat tubuh gadis itu berruas ruas seperti kayu dan memang, itu adalah boneka kayu akane. . yang dibuat oleh Yoshi.

    “ma. .maafkan ayah. . semua untuk saudarimu. .” kata Yoshi smbil menutup wajahnya

    “untuk azami? UNTUK AZAMI? Lalu bagaimana aku ayah? Kenapa ayah memaksaku untuk mati? Kenapa bukan azami???” teriak akane sambil menusuk perut Yoshi dengan pisau itu

    “aaargh!!! Tidaaaaaaaaaaak!!!” teriak Yoshi. .

    “agh. . tidak. .” pikirku sambil menutup mulutku

    *cring*

    Semua ruangan itu kembali gelap. .sangat gelap hingga aku tidak bisa melihat apa apa.
    “akane. . kamu mau apa?” Tanya azami

    “bebaskan aku. . dan ikutlah denganku azami. . kita bisa bermain bersama. . selamanya. .” kata akane

    “i. . iya. . kakak. .” kata azami perlahan

    *cring*

    Ruangan itu semakin terang dan alangkah kagetnya aku ketika melihat kedua gadis itu. . tergantung di sebuah lorong di rumah itu dengan tubuh yang lemas dan mata yang terbuka lebar.

    “akane. . azami. . kiryu. . .” kataku perlahan sambil menutup mulutku karena terkejut.

    [​IMG]




    *cring* *cring*

    To be continued part 13

    “The Crest, The Bell, and The Crimson Kimono”
     
  11. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    The call of tattoos part 13
    - The Crest, The Bell, and The Crimson Kimono –

    “Rei. . Rei!!”
    “ugh. . kei?” kataku sambil memegang kepalaku yang masih terbalut perban
    “rei. . kamu mendapatkannya?” Tanya kei
    Aku memandangi sekitarku. . nampaknya semua kembali seperti semula. Aku mencoba untuk berdiri dengan bantuan kei.
    “oh. . i. .ini” kataku sambil menunjukkan emblem kiryu dari tanganku.
    “bagus. . dengan ini sisa 2 emblem lagi yang harus kita temukan” kata kei
    “i. . iya kei. .” kataku sambil memegangi perutku
    “kemari rei. . aku akan membantumu” kata kei sambil mengalungkan lenganku ke lehernya.
    Sesaat aku melihat wajah kei saat itu sangat ceria dan bersinar. Kei menuntunku keluar dari rumah tua tersebut.
    “um. . rei. . mungkin sebaiknya kita beristirahat dahulu?” Tanya kei
    “ti. . tidak kei, aku tidak apa apa. .” kataku sambil melepaskan gandengan kei
    “um. . kamu yakin?”
    “ya. . rei orang yang kuat!” kataku sambil tersenyum kepadanya
    Kei membalas senyumanku dengan bibir tipisnya dan tulang pipi yang membuatnya tampak manis. Kami berdua berjalan menuju rumah brikutnya untuk mencari emblem keluarga tachibana.
    “tachi. . bana. . nama keluarga dari itsuki. .” kataku perlahan
    “iya. . itsuki tachibana. . aku harap emblem tersebut tidak susah untuk didapatkan. .” kata kei sambil memandangi kedua emblem kiryu dan Osaka di tangannya.
    Kami berdua sampai di depan rumah tachibana, rumah tersebut terlihat sangat besar dan tua dengan bertuliskan “tachibana” di pintu masuknya.
    “kamu sudah siap rei??” Tanya kei yang Nampak memperhatikan kepalaku
    Aku hanya mengangguk sambil mengehela nafas panjang. Maka kami berdua pun masuk ke dalam rumah tua itu. Rumah itu tidaklah berbeda dari rumah lainnya. Kami pertama tama masuk di sebuah teras dengan beberapa perabotan yang sudah tua dan rusak. Karena nampaknya kami tidak dapat menemukan apa apa, maka dengan cepat kami melanjutkan pencarian ke ruangan berikutnya. Rumah ini Nampak lebih rapi daripada rumah kiryuu sebelumnya.
    “rei. . coba kamu cek di laci itu” kata kei sambil menunjuk sebuah laci
    Tanpa berkata kata aku segera membuka sebuah meja laci kecil yang terletak di tengah sebuah altar di tengah ruangan tersebut. Aku menemukan sebuah kotak kecil yang berisikan tulisan tachibana di atasnya.
    “k. .kei. . mungkin emblemnya ada di dalam sini. .” kataku sambil mengangkat kotak tersebut.
    “hmm.. mungkin saja rei, bagaimana cara kita membukanya?” kata kei sambil mengambil kotak itu dari tanganku.
    “kita harus menemukan kuncinya. .” kataku sambil menunjuk sebuah lubang yang sepertinya merupakan lubang kunci di kotak tersebut.
    “hmm. . mungkin saja. .” kata kei sambil mengankat alisnya.
    Kami berdua kembali melanjutkan pencarian sambil membawa kotak kecil tadi. Setelah selesai mencari di ruangan di lantai bawah, kami memutuskan untuk memeriksa ruangan ruangan di lantai atas.
    “hiks. .hiks. .”
    “. . . kamu mendengar itu rei?” Tanya kei kepadaku sambil menaiki tangga
    “. . .ti. .tidak. .” kataku sambil mengelengkan kepalaku.
    Kei menyuruhku untuk tetap berhati hati sambil tetap berjalan menaiki anak tangga tersebut.
    “hati hati kei. .” kataku sambil menggenggam lengan kei
    Kei menelan ludah sambil secara perlahan mengintip dari sisi tembok tepat di ujung tangga tersebut.
    *cring*
    Tiba tiba sesosok gadis kecil muncul di hadapan kami sambil menundukkan kepalanya.
    “ke. . kembalikan itsuki!!!” teriak gadis itu
    Belum sempat kami merespon, gadis itu segera berlari menjauhi kami. Gadis itu berambut hitam dan pendek, sambil mengenakan sebuah kimono merah tua dan mengenakan sebuah gelang dengan lonceng kecil sebagai hiasannya.
    *cring* *cring*

    “he. . hey tunggu!!” kata kei sambil berlari untuk menangkap gadis itu.
    Kami berdua mempercepat langkah untuk menyusul gadis itu, namun gadis itu dengan cepat menghilang. Hanya suara lonceng kecilnya yang terdengar memenuhi seluruh ruangan di rumah itu.
    “gadis itu.. gadis yang disebutkan itsuki sebelumnya. .” kataku sambil berlari bersama kei.
    “. . iya. .” kata kei sambil menggangguk.
    Pada akhirnya langkah kami terhenti di sebuah ruangan yang besar dengan sebuah meja di tngahnya.
    “haah. . haah. . kemana perginya gadis itu?” tanyaku sambil terengah engah.
    “a. . aku tidak tahu rei. .” kata kei.
    *cring*
    Suara bel kecil itu kembali terdengar. Kami mencoba melihat ke segala arah, mencari dari mana asal suara tersebut.
    “kembalikan, kkaku!!!”
    Suara teriakan tiba tiba muncul dari belakangku. Dengan cepat aku membalikkan tubuhku.Gadis itu melirikku dengan wajah yang marah. Tangan gadis itu melingkari leherku sambil mulai menekannya.
    “kemana. . itsuki??!!” teriak gadis itu sambil mencekikku
    “aaagh. . kei!! Tolong!!” teriakku
    “Rei!! Hey! Lepaskan Rei!” kata kei sambil menarik tubuh gadis kecil tersebut.
    Gadis itu tetap bertahan dan terus mencekikku, tato di tubuhku kembali muncul, dan menyebar sangat cepat.
    “re. .rei!!” teriak kei sambil terus menarik tubuh gadis kecil itu.
    Gadis kecil itu melepaskan genggamannya padaku, dan ia pun terjatuh bersama dengan Kei yang menariknya.
    “hhh. . hh. . hoaaaaaaaaaaaaa!!!!” teriak gadis itu sambil menangis
    Tiba tiba seluruh ruangan itu menjadi gelap, benar benar gelap seakan akan kami berada di sebuah ruangan yang berwarna hitam kelam.
    “ke.. Kei!! Apa yang terjadi??” kataku sambil mencoba mencari kei di dalam kegelapan.
    “rei!!! Rei!!” teriak kei di kejauhan
    Kami berdua tidak dapat menemukan satu sama lain. Aku mencoba meraba tembok untuk menemukan posisiku.
    *cring* *cring*
    Suara bel gadis itu kembali terdengar memenuhi ruangan itu. Aku mencoba mencari dari mana asalnya, namun sia sia, bel itu benar benar terdengar seakian akan dari segala arah.
    “hiks. .hiks. . “
    “kei!!” jeritku sambil merapat pada tembok
    Secara perlahan lahan ruangan tersebut kembali terang. Aku menemukan diriku di sudut ruangan sambil memegangi tembok ruangan tersebut.
    “a. . apa yang terjadi?” pikirku
    “aaaaaaaaaaaaaargh!!!”
    Aku mendengar kei menjerit kesakitan, dengan cepat aku membalikkan badanku. Aku melihat kei sudah terkapar di lantai dengan wajahnya yang tampak lebam dan leher yang terdapat bekas tekanan berbentuk telapak tangan.
    “ke . kei!!” teriakku sambil berlari ke arah kei.
    “ja. . jangan Rei!!!” kata kei
    Aku menghentikan langkahku sesaat sambil terbelalak melihat sosok yang berada di depan kei. Seorang wanita dengan rambut panjang berwarna hitam dan tubuh yang tampak putih kebiruan. Ya. . itu Reika. . dia muncul tepat di depan kei. Kei tampak sangat ketakutan dengan mata yang terbelalak dan mulutyang terbuka lebar.
    “aaaaaaaaaaaaaagh!!!!” jeritku
    Tato d tubuhku kembali muncul, dan bertambah lebar.
    “re. . reika?” kata kei terbata bata.
    Wanita itu menatap kei dengan wajah yang tanpa ekspresi. Kemudian wanita itu secara perlahan membalikkan pandangannya kepadaku yang masih berusaha menahan sakit dari tato tersebut.
    “se. . dikit lagi. .” katanya
    “aaaagh!!” teriakku sambil memegangi lenganku dan menahan sakit tersebut.
    Perban di kepalaku Nampak terlepas, aku terjatuh ke lantai sambil memegangi perut dan lenganku.
    “tato itu. . akan menghapuskan. . semua rasa sakit. . dan kesedihan. . mu. .” kata reika
    *cring* *cring*
    “. . . haah. . .hah. .” kataku sambil mengatur nafasku
    Rasa sakit itu kembali hilang bersama keseluruhan tato itu. Aku dapat merasakan hangatnya sinar matahari di siang hari pada kulitku.
    “haah. . di. . dimana ini?” kataku
    “kakak!!!”
    Belum sempat aku membalikkan badanku karena mendengar suara tersebut, sesosok gadis kecil menembus tubuhku. Itu adalah gadis berkimono merah tadi. Namun tidak terlihat pucat dan terlihat sangat senang.
    “chitose. . hati hati, aku tidak ingin kamu terjatuh dan melukai dirimu sendiri lagi.”
    Aku melihat seorang pria berambut putih yang berdiri di ujung ruangan tersebut. Itu adalah itsuki, persis seperti saat aku pertama melihatnya bersama kei.
    Gadis itu berlari dan memeluk itsuki, wajahnya Nampak sangat bahagia.
    “haha chii. . bagaimana dengan matamu? Apakah sudah membaik?” Tanya itsuki
    “belum kakak. .tidak apa apa, asalkan chi masih dapat melihat kakak” kata gadis itu sambil tersenyum.
    “haha, aku ingin memberikanmu sesuatu. .” kata itsuki sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil
    “umm . . apa itu?” Tanya chii
    “ini, itsu punya sebuah gelang kecil dengan bel di ujungnya, aku ingin kamu memakai ini chii, dan berjanji pada kakak kalau kamu tidak akan melepaskannya. Bel ini akan selalu menjagamu, agar kakak tahu apabila kamu mendekati sesuatu yang berbahaya.” Kata itsuki
    “i. . iya kakak. .” kata chii
    *cring*
    Semua pemandangan tadi berubah menjadi sebuah ruangan yang tampak gelap dan sunyi. Aku dapat melihat chitose dan itsuki sedang terduduk di tengah ruangan tersebut.
    “chii. . aku ingin kamu mengerti akan hal ini. .” kata itsuki dengan wajah yang serius.
    “kakak jangan bodoh. . tindakan kakak ini tidak akan disenangi oleh selruh penduduk desa.” Kata chii
    Tanpa berkata kata lagi,itsuki segera bangkit dan berjalan keluar rumah tersebut. Chitose hanya dapat menangis dan terus menerus berteriak.
    “chii aku akan kembali, tenang saja aku pasti akan kembali.” Kata itsuki
    *cring* *cring*
    “KELUAR!! Tachibana!!!”
    “. . . ugh. .”
    Aku dapat melihat chitose yang terduduk di dekat pintu masuk rumah tersebut sambil menangis.
    “KELUAR!!!” teriak beberapa orang dari luar rumah tersebut
    Chitose berlari menuju ruangan sebelah dan masuk ke dalam sebuah lemari. Aku pun berjalan menuju lemari tersebut dan mencoba membukanya. Namun sia sia, lemari itu Nampak ditahan oleh gadis itu agar tidak terbuka.
    Pada akhirnya aku mencoba untuk menembus tembok tersebut, dan ternyata berhasil. Aku pada akhirnya berada di dalam lemari itu bersama chitose. Chitose Nampak terduduk di sudut ruangan tersebut sambil menangis.
    “. . jangan pernah. . membuka pintu untuk orang tak dkienal. .” begitu yang dia katakan sambil berdoa.
    Tiba tiba seseorang mengetuk pintu lemari itu.
    “grrh . . nggh. .” gumam chii sambil menutup telinga dan matanya
    *click*
    “hah?” kata chitose sambil melihat kea rah pintu lemari tersebut.
    Chitose mencoba menggeser pintu tersebut, namun tidak mau terbuka, nampaknya orang orang tersebut menguncinya dari luar.
    “ti. . tidak. . tidaaaaaaaaaak!!!” teriak chii dari dalam lemari sambil memukul pintu lemari tersebut.
    Tidak ada jawaban dari luar lemari tersebut.
    “Itsuki!!!! Tolong aku!!!” teriak chitose beriringan dengan bunyi bell di tangannya.
    Aku menutup mulutku, melihat kejadian tersebut. Aku meneteskan air mataku saat melihat chii depresi sambil terus memukul mukul pintu lemari tersebut.
    *cring* *cring* *cring*
    Bel itu terus dibunyikan oleh chi sambil ia terduduk di pinggir lemari tersebut.
    *cring* *cring* *cring*
    “it. . suki. .tolong aku. .” kata chitose dengan wajah yang tampak agak lemas.
    Aku mencoba beberapa kali untuk membuka lemari tersebut, seakan akan lemari itu memang dibuat untuk tidak bisa dibuka.
    Aku duduk di sebelah chi, berharap ia dapat melihat atau mengetahui keberadaanku disini.
    *cring*
    “it. . su ki. .” kata chii
    Sekitar 2 hari sudah berlalu, dan chi masih saja terjebak di dalam sana dengan tubuh yang semakin kurus dan sangat lemas.
    *cring*
    “. . ka. .kak” kata chii dengan mata terpejam dan wajah yang pucat.
    Ak hanya bisa terduduk dan menangis sambil melihat keadaan chi seperti itu.
    *cring*



    “. . .”
    Saat itulah chitose telah membunyikan bell tersebut untuk terakhir kali. .
    aku hanya bisa menunduk smbil terus melihat tubuh chii yang sudah terbaring lemas disana.
    *cring* *cring*
    “hah?”

    aku kembali tersadar di rumah tachibana bersama kei yang sudah memperhatikan wajahku dengan wajahnya yang kebingungan
    “Rei, kamu masih hidup kan?” Tanya kei
    “i. . iya kei. .” kataku perlahan.
    “apa yang terjadi padamu?” kata kei sambil memegangi luka lbam di lehernya.
    “a. . aku tau dimana kuncinya. .” kataku sambil teringat bahwa chitose selalu membawanya.
    Aku menuntun kei ke tempat dimana chitose terjebak, sesaat setelah lemari itu terbuka, aku menghela nafas panjang, sambil melihat tubuh chitose yang sudah menjadi tengkorak.
    “andai saja aku bisa datang lebih cepat, aku mungkin bisa menyelamatkanmu chii. . kataku”
    Aku menarik gelang chii dari pergelangan tangan mayat chii.
    “oh. . dan chii. . itsuki menitipkan salam untukmu, ia bilang maafkan kakak, andai saja kakak bisa datang. Istirahatlah dengan tenang . . chitose” kataku sambil kembali menghela nafasku.
    Aku membuka kotak tersebut menggunakan kunci dari chii, dan memang, emblem tachibana berada di dalamnya.
    “tinggal satu lagi ^^” kataku sambil menatap kei
    Kei tidak menjawabku, ia hanya terfokuskan pada lukanya dan reika tadi.
    “pendeta. . bertato..” begitu gumamnya.
    “. . kei. .” kataku sambil menepuk pundak Kei
    “kamu mendapatkan tato itu dari reika kan?” Tanya kei
    “i. . iya kei. .”
    “kamu. . dalam masalah besar. . Rei. .” kata kei

    To be continued part 14
    “We will always be together, we will. . .”
     
  12. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    lanjut gan part 14

    -We will always be together, we will. . .–

    “Rei. . .kamu dalam masalah besar . .” kata Kei sambil menatapku
    “ masalah??”tanyaku
    “um. . nanti akan kuceritakan oke. . untuk saat ini kita harus segera menemukan Mio, dan segera pergi dari sini.” Kata Kei
    “lalu sekarang apa yang harus kita lakukan?” tanyaku
    “ikut denganku. . kita harus bertanya pada itsuki. .” kata Kei sambil menarik tanganku.
    Kami berdua berjalan kembali ketempat dimana kami berdua bertemu dengan itsuki. Sepanjang perjalanan Kei selalumemperhatikan luka di kepalaku.
    “Rei. .apakah kamu yakin tidak apa apa? Lukamu terlihat belum begitu membaik” kata Kei
    “ti. . tidak apa apa, hanya saja balutan perban saja yang terlepas” kataku sambil tersenyum.
    “. . okay. .” kata Kei
    Kami sampai di depan gudang tua itu. Dengan segera Kei berjalan memutarinya untuk melihat itsuki.
    “itsu. .itsuki. .” kata Kei sambil mengetuk jendela gudang tersebut yang nampaknya ditutup olehnya.
    Itsuki tidak menjawab. Kei mencoba untuk mengetuknya berkali kali namun tetap tidak ada jawaban.
    “Rei. .apa yang harus kita lakukan?” Tanya Kei
    “hm. . ayo kita coba masuk kedalam. .” kataku
    Kei hanya mengangguk dan mulai berjalan kearah pintu depan.
    “Rei. .pintunya. .” kata Kei sambil menunjuk kearah pintu depan gudang tersebut.
    Pintu gudang itu terbuka sedikit dengan gembok yang sudah terbuka dan terjatuh di tanah. Kami berdua secara perlahan mendekati pintu tersebut.
    “Kei. .hati hati. .” kataku sambil memegangi tangan Kei.
    Sesaat sebelum kami membuka pintu tersebut. . seekor kupu kupu merah terbang dari dalam gudang tersebut.
    *cring*
    “ku. .kupu kupu itu lagi” kataku perlahan sambil memandangi kupu kupu merah yang terbang menjauhi gudang tersebut.
    “Rei!! REI!!!” teriak Kei dari arah dalam gudang.
    Secara reflex aku membalikan kepalaku dan bergegas masuk kedalam gudang tersebut.
    Sesaat setelah aku masuk kegudang itu. .
    “i. .itsuki?” kataku perlahan dengan tanganku yang mendekap mulutku.
    Pria tampan berambut putih tersebut melayang di udara, dengan wajah yang tertunduk, dan sebuah tali yang besar melingkar di lehernya.
    Itsuki tampak lemas dengan mata yang masih agak terbuka dan sedikit darah keluar dari mulutnya. Aku terduduk disana, tak kuasa menahan kejutan dari kejadian yang baru saja terjadi.
    Itsuki. . bunuh diri. . .

    . . .

    “Rei. .” kata Kei sambil menggelengkan kepalanya.
    Aku menundukkan kepalaku sejenak lalu mulai memandangi tubuh itsuki yang sudah diturunkan oleh Kei.
    Aku melihat sebuah kertas kecil yang berada di genggaman itsuki, aku mengambilnya secara perlahan dan membukanya.
    “maafkan. .aku. . sae. .” kataku sambil membaca tulisan kecil di kertas tersebut.
    Aku menyimpan tulisan tersebut kedalam kantongku.
    “Rei. .itsuki mengatakan bahwa kepala pendeta disini bernama Ryokan Kurosawa kan? Bukankah kita masih membutuhkan satu emblem lagi. . kurosawakan?” Tanya Kei
    Aku menganggukan kepalaku sambil tetap berusaha memasukkan kertas itu kedalam kantong celanaku.
    Sebelum kami meninggalkan gudang itu, aku menundukkan kepalaku untuk mendoakan itsuki.
    “aku akan. . menghentikan ritual itu itsuki. . sekarang kamu beristirahatlah dengan tenang. .” kataku dalam hati.
    Kami berdua melanjutkan perjalanan menuju rumah kurosawa yangter letak di pinggir desa dan Nampak sangat besar. Aku berjalan sambil memegangi dahiku yang mulai terasa sakit.
    “Rei. .bertahanlah sedikit lagi. .” kata Kei sambil menopang tanganku di pundaknya.
    Kami berjalan melewati sebuah jembatan yang panjang menyebrangi sebuah sungai untuk menuju rumah tersebut. Sekilas rumah tersebut terlihat seperti sebuah kastil jepang kuno dengan berbagai macam hiasan di sekitarnya.
    “a. . aku tidak apa apa Kei. .” kataku sambil melepaskan topanganku pada Kei dan berjalan sendiri.
    “kamu yakin?” Tanya Kei kepadaku
    Aku membalas Kei dengan senyuman pertanda aku tidak apa apa.
    Kami berdua masuk kedalam rumah itu, kenampakannya tidaklah berbeda dari rumah rumah yang kami datangi sebelumnya. Sesaat sebelum kita masuk lebih dalam keruang utama. . .
    “kalian. .siapa?”
    *cring*
    Sesosok makhluk berwujud seperti manusia muncul di depan kami berdua.
    “re. . Rei . . hati hati” kata Kei sambil memajukan tubuhnya di depanku.
    “ritual. . sudah dimulai. . kalian harus. . pergi. .” kata makhluk itu
    Semakin lama, semakin jelas, makhluk itu berwujud seperti seorang pria dengan kertas bertuliskan huruf kuno di wajahnya dan membawa seperti tongkat pendeta.
    “tidak !!! Aku harus menyelamatkan Mio!!” teriak Kei. .
    “ka. . kami mohon, beri kami petunjuk untuk menemukan Mio. .” kataku perlahan dari balik tubuh Kei
    “HAHAHA. . master kurosawa tidak akan senang akan hal ini. .” kata pria itu dan secara perlahan mulai menghilang.
    “he. . hey !! Tunggu!!” kata Kei
    “sudahlah Kei. . lebih baik kita terus melanjutkan pencarian” kataku.
    Kami berjalan memasuki ruangan demi ruangan di rumah itu, rumah itu tampak hancur dan banyak terdapat bekas bekas seperti sudah terjadi pertempuran.
    “apa. .yang terjadi disini?” pikirku sambil memejamkan mataku sejenak
    “Rei. . .”
    Sebuah suara muncul di kepalaku. . suara itu nampak familiar.
    “i. .itsuki?” pikirku sambil menoleh kesegala arah untuk mencarinya.
    “apapun yang terjadi. . jangan menengok kebawah. .” kata itsuki di kepalaku.
    Aku membuka mataku kembali, tiba tiba lingkungan sekitarku berubah menjadi keadaan sebelumnya, semua bekas pertempuran itu menghilang, semua bercak darah itu menghilang. Dan semua Nampak rapi dan bersih.
    “ke. .Kei. . apa yang terjadi?” tanyaku
    “a. .aku tidak tahu Rei. .tiba tiba semua seperti ini “ kata Kei yang juga Nampak kebingungan.
    *cring* *cring*

    “master Kurosawa. .”
    Sebuah suara terdengar dari sebuah ruangan di balik lorong tempat kami berdua berjalan.
    “sae kurosawa telah berhasil ditangkap, namun kami tidak berhasil menemukan nona Yae.. “
    Kami berdua mencoba mengendap endap sampai di depan pintu ruangan tempat kami mendengar suara tersebut.
    “hmm. .ritual itu tidak akan bisa dijalankan apabila hanya ada satu anak kembar. . siapkan pengelana itu, kita harus segera mempersiapkan ritual kusabi .Untuk berjaga jaga apabila sae gagal menjalankan ritualnya. .“ kata pria kedua yang nampaknya ialah Tuan dari pria yang pertama.
    “s . . siap tuan. . segera kami lakukan” kata pria itu.
    Tiba tiba angin bertiup di sekitar rumah dengan sangat kencang sampai sampai membuat kami berdua berpegangan pada pilar pilar yang ada di lorong tersebut.
    “aaaa. . .Kei. . “ teriakku
    *cring* *cring*
    “R. .Rei!! bertahanlah. .” teriak Kei

    “OAAARGH!!!!”
    Tiba tiba angin itu menghilang dan semuanya terlihat gelap. Kami berdua dikagetkan oleh suara teriakan seorang pria. Belum sempat aku membalikkan pandanganku, tiba tiba tubuhku seperti ditembus oleh sesosok pria dengan pakaian hitam persis seperti pendeta itu sebelumnya,di ikuti dengan 3 pria lainnya yang membawa perempuan berkimono putih dengan wajah yang murung.

    “master Kurosawa, kita telah siap melaksanakan ritual ini ” kata pendeta yang pertama masuk

    “baiklah, kita mulai ritual ini jangan luapa siapkan pengelana itu juga di tempat ritual “ kata kurosawa

    Seketika tempat itu menjadi gelap, dan ketika aku membuka mata tempat ini kembali seperti saat aku dan Kei masuk dengan banyak bercak darah di dinding nya seperti bekas pertempuran.

    “Rei.. Rei kamu baik baik saja ”kata Kei

    “aku baik “ jawabku masih memegangi kepalaku

    Tiba tiba aku mendengar suara samar samar di lantai atas
    “Yae.. tolong selamatkan aku “ kata seseorang di balik sebuah ruangan dengan nada merintih kesakitan
    “yae, jangan lakukan itu. Selamatkan aku yae”

    Suara itu terus terus di ulang dan semakin kencang, tiba tiba kupu kupu merah itu kembali muncul dan tebang melewati tangga itu

    “Kei, kamu lihat itu.. kupu kupu itu lagi“kataku
    “iya Rei aku melihatnya, ayo kita ikuti “ kata Kei sambil menarik tanganku

    Suara yang tadi terdengar samar semakin lama semakin jelas ketika aku dan Kei menaiki tangga, dan kita terhenti di depan sebuah ruangan yang cukup besar dimana kupu – kupu merah itu menghilang.
    Dengan gemetar dan perlahan aku menggeserkan pintu ruangan tersebut. Lalu betapa terkejutnya aku melihat sesosok perempuan dengan kimono putih yang tadi aku lihat dibawa oleh pendeta tersebut. Namun kali ini berbeda kimono yang dia kenakan tidak lagi putih tapi penuh dengan bercak darah. Lagi lagi dia menyebutkan nama yae sembil merintih kesakitan.
    Aku langsung teringat kata itsuki yang menyebutkan tentang sae dan yae, lalu tentang sae yang tertangkap. Apakah perempuan ini Sae Kurosawa, salah satu anak kembar yang tertangkap itu. Belum selesai aku memecahkan tentang sae , tiba tiba aku mendengar teriakan Kei
    “Arrrrgh,lepaskan aku.. aku mohon”
    Aku langsung membalikan badan dan aku melihat perempuan yang ada di pojok tadi sudah ada di atas tubuh Kei dengan paku di tangannya.
    “semua ini gara gara kamu “ kata perempuan itu dengan suara parau
    Aku langsung mencoba menggapai tangan Kei untuk melepaskannya dari cengkraman Sae, tapi tiba tiba sae melesat menebus badanku tepat di bagian perut yang membuat aku terjatuh dan melepaskan genggamanku pada Kei. Sae langsung kembali mencengkram Kei dengan tangannya lagi, dengan tertatih aku berusaha menggapai lagi tangan Kei dan dengan sekuat tenaga aku mencoba menarik Kei dari cengkraman sae dan itu berhasil walaupun membuat aku dan Kei terbanting jauh memecahkan lemari yang cukup besar dengan kaca sekelilingnya.
    Tiba tiba tanganku menangkap sebuah kotak bergambar kupu – kupu dengan bertuliskan kurosawa, dengan cepat aku membuka kotak tersebut dan kotak itu berisikan emblem terakhir yang kita cari.

    *cring* cring*

    Lonceng itu terdengar lagi, dan ruangan kembali gelap aku mencoba memejamkan mata ku. Tiba –tiba saat aku membuka mata aku dan Kei telah berada di tengah desa, dimana aku dan Kei bertemu itsuki.
    Kupu kupu merah itu kembali muncul dihadapanku dengan cepat aku dan Kei mengejar kupu kupu itu yang mengantarkan aku dan Kei tepat di sebuah pintu. Aku dan Kei langsung membuka pintu itu tapi tidak bisa dibuka telah dengan beberapa cara kita mencoba membuka pintu itu. Tiba tiba banyak sekali orang orang berbaju hitam melewati tubuhku dan Kei aku melihat orang – oang itu membawa 4 buah benda di tangannya dan pintu itu terbuka dengan sendirinya. Aku langsung teringat dengan 4 emblem yang telah kita cari, apa mungkin dengan emblem ini kita bisa masuk. Aku langsung mengeluarkan dua emblem yang ada di saku celanaku.
    “Kei.. kamu pegang dua emblem lagi kan” tanyaku
    “iya Rei” jawabnya
    “coba keluarkan, mungkin ini tempat ritualnya itu dan kira harus menggunakan emblem ini “ kataku

    Saat Kei mengeluarkan emblemnya dan memberikannya padaku pintu itu langsung terbuka. Dan terlihat sebuah tangga di sana. Aku dan Kei langsung menuruni tangga itu dan kita terdiam melihat lorong panjang di depan kita dan hanya dengan penerangan seadanya.
    Dengan hati hati aku dan Kei memasuki lorong tersebut, tapi tiba tiba kami mendengar kembali suara
    *klak* *klak*
    Di ujung lorong, dan ternyata itu akane dan dia masih seperti saat kita melihatnya di rumah itu
    “dimana Azami” katanya

    Dia terus menerus mengulang kata kata itu sambil berjalan kaku mendekati aku dan Kei, kita langsung menelan ludah dan terdiam di situ, kita tidak tahu harus berbuat apa mau berlari tapi pintu yang tadi kita masuki terkunci. Dengan terpaksa kita berjalan maju mendekati akane tapi entah kenapa saat kita berjalan tubuh akane itu menembus badan kita dan dia menghilang sesaat melewati tubuh kita.

    “hah.. hah” aku dan Kei langsung mengatur kembali nafas belum selesai nafas kita kembali teratur kita di kejutkan oleh sosok chitose dengan lonceng di tangannya dan dia tetap menanyakan itsuki dan tetap menuduhku yang menyembunyikan itsuki, aku masih teringat dengan sosok akane yang menembus tubuhku dan aku berfikir chitose akan melewati tubuhku juga, tapi ternyata tidak chitose lansung menjatuhkan badanku ketanah dan dia langsung dengan posisi mencekikku dengan kedua tangannya. Aku sudah tidak bisa berbuat apapun karena tenagaku tidak bisa menandingi tenaga chitose yang sangat kuat, aku menutup mataku berharap sesuatu tidak tejadi padaku. Saat aku membuka mata sosok chitose sudah tidak terlihat lagi dan di depanku hanya ada Kei yang melihatku dengan cemas.

    “ka..kamu baik Rei?” tanyanya
    “aku, baik Kei” jawabku
    “chitose .. chitose ?” tambahku
    “cihitose, tiba tiba menghilang saat kamu menutup mata” kata Kei
    “huh, untung ayo kita lanjutkan ke tempat ritual itu Kei “ kataku

    Dengan tertatih aku dan Kei berjalan kembali menyusuri lorong panjang itu dan saat kita berjalan kita melihat cahaya di ujung lorong kita tersenyum dan berharap itu adalah tempat ritual tapi semakin lama cahaya itu semakin mendekati kami dan ternyata cahaya itu berasal dari paku yang di bawa sae semakin lama sae mengangkat pakunya dan berjalan mendekati aku dan Kei, dia terus menerus mengucapkan nama yae dan kata kata jepang yang tidak jelas.
    Tiba tiba langkah sae terus mendekati Kei, dengan senyumnya yang menakutkan
    “semua ini gara – gara kamuuu” kata sae sambil mengangkat pakunya dan menyerang Kei.
    Seketika Kei melepaskan tangannya yang sedang melingkar di bahuku dan terjatuh dengan keras yang membuat dia tidak sadarkan diri, dengan menahan perut dan kepalaku yang sakit, aku berusaha meraih Kei yang terjatuh dan ada sae dihadapannya siap untuk menyerang kapanpun.
    Saat aku berhasil meraih tangan Kei seketika itu pula sae menghilang.
    “k..Kei,Kei “ kataku
    “….”
    “Kei , bangun Kei “ kataku lagi
    Kei membuka matanya dan dia terus menerus memegangi kepalaya.
    “kamu tidak apa apa Kei “ tanyaku
    “aku baik Rei, t..tapi kemana sae” tanyanya
    “sae tiba tiba menghilang Kei” kataku
    Kei berusaha bangkit untuk meneruskan perjalanan ke tempat ritual. Saat kita sampai di ujung lorong, Kei tediam seketika
    “m..Mio , m..Mayu” katanya terbata bata
    Tempat ini berukuran sangat besar, dan tepat di tengah ruangan terdapat lubang yang besar.
    *cring* *cring*
    “aAAARGh “
    Suara lonceng itu lagi, dan seketika tempat itu dipenuhi pendeta. Badanku dan Kei tidak bisa bergerak, kita hanya melihat Mio dan Mayu di tengah lingkaran pendeta. Tangan kaki Mayu di ikat oleh tali dan badannya ditutupi kain putih. Di ujung terlihat Mio yang berdiri dengan tatapan kosong .
    “apa yang terjadi dengan Mio “ kataku
    “mungkinkah Mayu akan berakhir seperti mafuyu “
    “ahhh, tidak tidak mungkin “
    Aku terus menerus berkata dalam pikiranku.
    Tiba tiba Mio berjalan mendekati Mayu sambil tersenyum dan membawa lilin dia meletakan lilin di sebelah Mayu dan meletakan tangannya di leher Mayu dan mencekiknya sampai Mayu meronta – ronta kesakitan. Aku melihat Kei meneteskan air mata,kita tidak bisa menahan apa yang sedang terjadi. Akhirnya Mayu melemas dan keluarlah kupu – kupu merah itu dari leher Mayu, Mio menjauhi Mayu dan pendeta membuang mayat Mayu kedalam lubang itu dengan tangan dan kaki Mayu berdarah.
    *cring* *cring*
    Semua pendeta dan miyu menghilang seketika, disana hanya ada Mio dengan raut wajah sedih, badanku akhirnya bisa di gerakan kembali. Aku mencoba mendekati lubang itu dengan penuh rasa ingin tahu,namun, aku seketika teringat kata kata itsuki saat dirumah kurosawa “ jangan melihat kebawah “ dan dengan cepat aku menutup mataku dan memalingkan wajahku dari lubang tersebut. Mio berjalan mendekati Kei dan langsung memeluk Kei sambil menangis. Aku hanya bisa melihat mereka berdua menangisi kepergian Mayu tiba tiba kami mendengar sebuah suara

    “m. .mayu. .maafkan aku. . “kata mio sambal terisak di pelukan pamannya

    Kei hanya bisa terdiam sambal menahan rasa sedih yang mendalam. .

    “jangan sedih adikku, kita telah menjadi satu, kita akan selalu bersama , kita akan..”

    Sebuah suara terdengar memenuhi ruangan tersebut sampai membuat kami semua memandang ke langit langit untuk mencari dari mana suara itu berasal. .


    “m. .mayu?? i..itu Mayu“ kata Mio

    “ssh. . aku tahu mio. . aku tahu. .” kata Kei sambal kembali memeluk keponakannya itu. .
     
  13. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    PART 15

    -Akito …. Is that you-

    *cring* *cring*
    Suara lonceng itu kembali terdengar, aku dan Kei terbangun di kamar Yuu. Aku melihat Kei yang masih terus menangis.
    “sudah , Kei jangan bersedih “ kataku
    “t.tapi Mayu Rei Mayu” kata Kei
    “iya aku tau. . aku tau. . “ kataku
    “tapi kamu tenang saja sekarang Mayu sudah bergabung di tubuh Mio bukan “ tambahku
    “t..tapi Rei….”
    Belum sempat Kei melanjutkan pembicaraannya tiba tiba terdengar suara teriakan dari ruang tv
    “aAAAAh “
    “Kei i..itu suara miku “
    Aku dan Kei bergegas keluar dari kamar yuu dan menghampiri miku, saat menghampiri miku aku melihat wajah miku yang pucat dan Keringat bercucuran di tubuhnya.
    “miku.. miku “ kataku
    Miku membuka matanya.
    “ka.kaka….” katanya
    “mafuyu ada apa dengan mafuyu “ Tanya Kei
    Sambil membenarkan nafasnya miku bercerita tentang mimpi yang di alaminya
    “t..tadi .. tadi aku bermimpi ada di sebuah lorong panjang dan gelap tidak ada cahaya sedikitpun “ kata miku
    “lalu.. lalu “ kataku
    “tiba tiba aku meliahat kaka, iya kaka berjalan di lorong itu. Aku terus menerus memangilnya tapi dia tidak menghiraukanku. Aku terus mengejar kaka dan lama lama kaka berlari sangat cepat di lorong itu lalu menghilang dan aku terbangun” kata miku

    “lalu apa yang membuat yuu, mafuyu, dan Mio ada di tempat itu , dan kenapa kita harus berada disana” kataku

    “itu semua karena … biar ku jelaskan nanti , aku harus segera ke tempat Mio “ kata Kei

    Setelah berbincang masalah yuu , mafuyu, dan Mio Kei langsung berpamitan pulang, dia bilang dia harus menjenguk Mio di rumah sakit, dia sangat khawatir pada Mio.
    Ketika sampai dirumah sakit tempat Mio berada Kei kembali meneteskan air matanya dan teringat kembali ritual yang dia lihat pada Mayu.

    “apa mungkin sekarang Mayu ada di dalam tubuh Mio .. atau dia masih terperangkap di desa itu “ katanya

    Semakin lama dia berada didekat Mio dia tidak bisa menghentikan air matanya yang terus berjatuhan. Langit sudah mulai gelap Kei memutuskan untuk kembali kerumahnya.

    Sesampainya Kei dirumah, dia langsung bergegas kekamar melanjutkan tulisannya tentang mimpi mimpi yang dia alami dengan Rei, termasuk juga mimpi miku tentang mafuya.

    Rintik hujan mulai berjatuhan, malam ini terasa dingin sekali tapi Kei masih fokus dengan tulisannya. Dia terus menulis hal hal yang dialaminya dan tak ada yang terlewat sedikitpun.

    Tiba tiba suara hujan diluar semakin deras dan petir mulai menyambar, Kei masih saja sibuk dengan tulisannya tidak menghiraukan apapapun yang terjadi di sekitarnya.

    *cring **cring *

    “su..suara itu “ kata Kei terkejut
    “i..itu suara lonceng yang dikatakan Rei kan “
    “AaaaAAaaah”

    Kei membuka matanya dan dia sudah tidak ada di kamarnya lagi, dia berada di sebuah lorong dengan cahaya lilin lilin tua di sekitarnya. Kei muai melangkahkan kakinya menyusuri lorong itu tapi kayu yang dia injak bersuara yang membuat keadaan semakin mencekam .

    Kei terus menyusuri lorong itu dengan pelan, tiba tiba Kei tersentak dan terjatuh ke belakang.

    “si..siapaa kamu “ katanya

    Perempuan itu terus berjalan mendekati Kei dengan membawa gunting di tangannya.
    “ Akito … Akito , ini semua gara gara kamu “ kata perempuan itu

    Kei menggeserkan badannya ke belakang menjauhi perempuan itu, tapi perempuan itu semakin mendekat dam mulai mengangkat guntinggya di hadapan Kei.

    “si.. siapa kamu , saya bukan Akito “ kata Kei

    “Akito.. kemana saja kamu “ perempuan itu terus berbicara

    “saya bukan Akito !! tolong hentikaaan !!” kata Kei

    “hentikaaan !!” Kei terus berteriak

    Perempuan itu terus saja menyerang Kei, sampai Kei tidak bisa bergerak kemana – mana. Kei semakin terpojok dengan perempuan itu yang mau menusuknya dengan gunting.
    *cring* *cring*

    Tiba tiba semua itu berubah menjadi kamar Kei, dan Kei sedang terduduk di tempat tidurnya. Kei sangat bingung dengan kejadian yang dia alami, apakah itu hanya mimpi atau itu adalah kejadian nyata. Semalaman Kei tidak bisa tidur dan di pagi hari nanti dia harus segera menemui Rei, dan menanyakan semua kejadian itu padanya.

    “a..apa i..ini “ kata Kei sambil mengambil barang dalam sakunya

    “rrraam.. raam.. rambut “ kata Kei terkejut

    Tanpa menunggu pagi, Kei langsung bergegas ke tempat Rei. Kei tidak tahu apa yang telah terjadi padanya dan apa maksud dari rambut itu.
    *ting tong*
    *tok * *tok*
    *ting tong*

    Suara bel dan ketukan pintu itu membangunkanku, aku langsung keluar kamarku untuk membukakan pintu dan itu adlah Kei .

    “Kei !!” kataku terkejut
    “Rei, tolong aku .. tolong jelaskan semuanya padaku “ kata Kei sambil menarik narik tubuhku
    “ tenanglah Kei.. atur nafasmu “ kataku sambil mengajaknya masuk
    “sekarang kamu bisa cerita ada apa “ kataku
    “perempuan itu … Akito … rambut .. gunting “ kata Kei
    “apa maksudmu Kei.. aku tidak memngerti “ kataku
    Kei langsung mengambil sesuatu dari celananya , dia mengeluarkan rambut. Kei menceritakan kejadian yang dia alami sebelum dia datang kesini. Aku terdiam mendengar cerita Kei .
    “apakah perempuan itu Kyouka.. atau itu Reika” kataku dalam pikiranku
    “lalu rambut itu.. Akito apa maksudnya “ kataku lagi
    *cring* *cring*
    “aAAAh “
    Kepalaku mulai terasa sakit lagi saat mendengar lonceng itu . tiba tiba aku berada di sebuah ruangan yang familiar dan pernah aku datangi sebelumnya. Saat aku memperhatikan ruangan sekitar muncul seorang perempuan dengan rambut panjang dan lurus melewati tubuhku . perempuan itu membukakan pintu dengan wajah berseri seri.
    Aku terdiam melihat kejadian itu.
    “Akito..silahkan masuk “ kata perempuan itu
    Mereka berduduk di tengah ruangan.
    “Kyouka, aku suka rambutmu yang panjang ini “ kata Akito sambil membelai rambut Kyouka
    “Akito, jangan lakukan itu nanti jika yashuu tahu dia akan marah besar “ kata Kyouka
    “tapi aku suka kamu Kyouka “ kata Akito

    Tiba tiba ruangan berubah tidak ada Akito dan Kyouka yang duduk di tengah ruangan, hanya ada ruangan dengan cahaya redup dan sayup sayup suara wanita.

    “aaAAh , sakiit !!”

    “sakiit !! “

    Suara itu terdengar terus menerus semakin lama semakin jelas, aku langsung menelan ludahku dan mencari sumber suara itu tenyata suara itu berasal dari seorang wanita yang berada di pojok ruangan yang merintih kesakitan, dengan darah bercucuran di kakinya.
    “i..itu Kyouka” kataku

    Tidak lama setelah itu terdengar suara tangisan bayi memecah keheningan ruangan itu.
    Bayi itu berjenis kelamin laki – laki.

    “ka..kaname “ kata Kyouka.

    “kaname, anaku “ katanya
    “Akito , anak kita laki – laki “ tambahnya

    Aku meneteskan air mata saat melihat kaname lahir, tapi aku bingung dimana Akito , kenapa dia tidak ada di sini saat Kyouka melahirkan kemana dia sebenarnya .

    Suasana ruangan pun berubah lagi kali ini aku melihat Kyouka yang sibuk mencari kain untuk menutupi keranjang yang berada di sampingnya, dan didalam situ terdapat bayi kaname.

    “apa, ini kenapa kaname ada di dalam keranjang “ kataku

    “tenang nak, ibu akan menyelamatkanmu dari yashuu “ katanya

    Kyouka langsung bergegas menghilang keluar dari ruangan itu.
    Dan ruangan tiba tiba berubah kembali, raunagn ini semakin redup dan tampak menyeramkan. Dengan yukata yukata yang di gantung di dalamnya.
    “ru..ruangan i..ini “ kataku

    “i..ini buakankah tempat aku bertemu perempuan berambut panjang yang membawa gunting itu “ tambahku

    “kalo begitu perempuan itu, Kyouka “ katakku

    Tapi kenapa ruangan ini jadi seperti ini, aku melihat didinding sebelah kiri disana terdapat kalender 20 april.
    Aku melihat Kyouka duduk di depan cermin dan menarik rambutnya sehelai lalu dia tempelkan di depan cermin
    Lalu helai rambut itu semakin banyak dan hampir memenuhi cermin itu
    Saat aku melihat kalender itu ternyata kalender itu sudah berubah 20 Januari.
    Aku langsung teringat pada note yang aku temukan di meja rias Kyouka . apakah ini maksud dia akan menghitung hari demi hari dengan menyabut rambutnya satu per satu. Dan sekarang rambut itu sudah memenuhi cermin. Sudah berapa lama Akito pergi dan bagaimana keadaan bayi kecil kaname.

    Apa hubungan Akito, kaname, Kyouka dan Kei. Apa maksud semua ini pikirku.apakah Kei memiliki hubungan erat dengan ini makanya Mio dan Mayu terperangkap di dalamnya. Atau ini hanya sebuah isyarat bahwa semua yang mengalami mimpi akan mati .
    “aaaah “ teriaku
    Tiba tiba Kyouka berbalik dari meja riasnya.
    “sial!! Suaraku terdengar “ kataku
    “Akito, kamu kah itu? Mana janjimu dengan rambut yang aku berikan waktu itu “ katanya

    “untunglah, dia tidak mengejarku lagi, dia terlihat lebih tenang “

    Rambut , rambut apa yang dia maksud apakah rambut itu sama dengan yang di tunjukan Kei padaku , tapi kenapa rambut itu bisa ada di saku celana Kei.
    *cring* *cring*
    Suara lonceng itu mengembalikan ku ke ruang tengah rumahku, disana masih ada Kei yang masih mengatur nafasnya.

    “kamu tidak apa apa Rei “ kata Kei

    “apa kamu mengalami mimpi itu lagi “ tanyanya

    “aku baik Kei “ jawabku

    “kamu bisa menjelaskan padaku apa maksud rambut yang ada di saku celanaku , dan siapa Akito dan perempuan itu “ kata Kei
    Aku terdiam mengingat kejadian yang telah aku alami
    “ perempuan itu adalah Kyouka dan Akito adalah suaminya.” Kataku.
    Apakah Kei adalah Reinkarnasi dari Akito ? kataku dalam pikiranku.
     
  14. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    -Akito …. Is that you-

    *cring* *cring*
    Suara lonceng itu kembali terdengar, aku dan Kei terbangun di kamar Yuu. Aku melihat Kei yang masih terus menangis.
    “sudah , Kei jangan bersedih “ kataku
    “t.tapi Mayu Rei Mayu” kata Kei
    “iya aku tau. . aku tau. . “ kataku
    “tapi kamu tenang saja sekarang Mayu sudah bergabung di tubuh Mio bukan “ tambahku
    “t..tapi Rei….”
    Belum sempat Kei melanjutkan pembicaraannya tiba tiba terdengar suara teriakan dari ruang tv
    “aAAAAh “
    “Kei i..itu suara miku “
    Aku dan Kei bergegas keluar dari kamar yuu dan menghampiri miku, saat menghampiri miku aku melihat wajah miku yang pucat dan Keringat bercucuran di tubuhnya.
    “miku.. miku “ kataku
    Miku membuka matanya.
    “ka.kaka….” katanya
    “mafuyu ada apa dengan mafuyu “ Tanya Kei
    Sambil membenarkan nafasnya miku bercerita tentang mimpi yang di alaminya
    “t..tadi .. tadi aku bermimpi ada di sebuah lorong panjang dan gelap tidak ada cahaya sedikitpun “ kata miku
    “lalu.. lalu “ kataku
    “tiba tiba aku meliahat kaka, iya kaka berjalan di lorong itu. Aku terus menerus memangilnya tapi dia tidak menghiraukanku. Aku terus mengejar kaka dan lama lama kaka berlari sangat cepat di lorong itu lalu menghilang dan aku terbangun” kata miku

    “lalu apa yang membuat yuu, mafuyu, dan Mio ada di tempat itu , dan kenapa kita harus berada disana” kataku

    “itu semua karena … biar ku jelaskan nanti , aku harus segera ke tempat Mio “ kata Kei

    Setelah berbincang masalah yuu , mafuyu, dan Mio Kei langsung berpamitan pulang, dia bilang dia harus menjenguk Mio di rumah sakit, dia sangat khawatir pada Mio.
    Ketika sampai dirumah sakit tempat Mio berada Kei kembali meneteskan air matanya dan teringat kembali ritual yang dia lihat pada Mayu.

    “apa mungkin sekarang Mayu ada di dalam tubuh Mio .. atau dia masih terperangkap di desa itu “ katanya

    Semakin lama dia berada didekat Mio dia tidak bisa menghentikan air matanya yang terus berjatuhan. Langit sudah mulai gelap Kei memutuskan untuk kembali kerumahnya.

    Sesampainya Kei dirumah, dia langsung bergegas kekamar melanjutkan tulisannya tentang mimpi mimpi yang dia alami dengan Rei, termasuk juga mimpi miku tentang mafuya.

    Rintik hujan mulai berjatuhan, malam ini terasa dingin sekali tapi Kei masih fokus dengan tulisannya. Dia terus menulis hal hal yang dialaminya dan tak ada yang terlewat sedikitpun.

    Tiba tiba suara hujan diluar semakin deras dan petir mulai menyambar, Kei masih saja sibuk dengan tulisannya tidak menghiraukan apapapun yang terjadi di sekitarnya.

    *cring **cring *

    “su..suara itu “ kata Kei terkejut
    “i..itu suara lonceng yang dikatakan Rei kan “
    “AaaaAAaaah”

    Kei membuka matanya dan dia sudah tidak ada di kamarnya lagi, dia berada di sebuah lorong dengan cahaya lilin lilin tua di sekitarnya. Kei muai melangkahkan kakinya menyusuri lorong itu tapi kayu yang dia injak bersuara yang membuat keadaan semakin mencekam .

    Kei terus menyusuri lorong itu dengan pelan, tiba tiba Kei tersentak dan terjatuh ke belakang.

    “si..siapaa kamu “ katanya

    Perempuan itu terus berjalan mendekati Kei dengan membawa gunting di tangannya.
    “ Akito … Akito , ini semua gara gara kamu “ kata perempuan itu

    Kei menggeserkan badannya ke belakang menjauhi perempuan itu, tapi perempuan itu semakin mendekat dam mulai mengangkat guntinggya di hadapan Kei.

    “si.. siapa kamu , saya bukan Akito “ kata Kei

    “Akito.. kemana saja kamu “ perempuan itu terus berbicara

    “saya bukan Akito !! tolong hentikaaan !!” kata Kei

    “hentikaaan !!” Kei terus berteriak

    Perempuan itu terus saja menyerang Kei, sampai Kei tidak bisa bergerak kemana – mana. Kei semakin terpojok dengan perempuan itu yang mau menusuknya dengan gunting.
    *cring* *cring*

    Tiba tiba semua itu berubah menjadi kamar Kei, dan Kei sedang terduduk di tempat tidurnya. Kei sangat bingung dengan kejadian yang dia alami, apakah itu hanya mimpi atau itu adalah kejadian nyata. Semalaman Kei tidak bisa tidur dan di pagi hari nanti dia harus segera menemui Rei, dan menanyakan semua kejadian itu padanya.

    “a..apa i..ini “ kata Kei sambil mengambil barang dalam sakunya

    “rrraam.. raam.. rambut “ kata Kei terkejut

    Tanpa menunggu pagi, Kei langsung bergegas ke tempat Rei. Kei tidak tahu apa yang telah terjadi padanya dan apa maksud dari rambut itu.
    *ting tong*
    *tok * *tok*
    *ting tong*

    Suara bel dan ketukan pintu itu membangunkanku, aku langsung keluar kamarku untuk membukakan pintu dan itu adlah Kei .

    “Kei !!” kataku terkejut
    “Rei, tolong aku .. tolong jelaskan semuanya padaku “ kata Kei sambil menarik narik tubuhku
    “ tenanglah Kei.. atur nafasmu “ kataku sambil mengajaknya masuk
    “sekarang kamu bisa cerita ada apa “ kataku
    “perempuan itu … Akito … rambut .. gunting “ kata Kei
    “apa maksudmu Kei.. aku tidak memngerti “ kataku
    Kei langsung mengambil sesuatu dari celananya , dia mengeluarkan rambut. Kei menceritakan kejadian yang dia alami sebelum dia datang kesini. Aku terdiam mendengar cerita Kei .
    “apakah perempuan itu Kyouka.. atau itu Reika” kataku dalam pikiranku
    “lalu rambut itu.. Akito apa maksudnya “ kataku lagi
    *cring* *cring*
    “aAAAh “
    Kepalaku mulai terasa sakit lagi saat mendengar lonceng itu . tiba tiba aku berada di sebuah ruangan yang familiar dan pernah aku datangi sebelumnya. Saat aku memperhatikan ruangan sekitar muncul seorang perempuan dengan rambut panjang dan lurus melewati tubuhku . perempuan itu membukakan pintu dengan wajah berseri seri.
    Aku terdiam melihat kejadian itu.
    “Akito..silahkan masuk “ kata perempuan itu
    Mereka berduduk di tengah ruangan.
    “Kyouka, aku suka rambutmu yang panjang ini “ kata Akito sambil membelai rambut Kyouka
    “Akito, jangan lakukan itu nanti jika yashuu tahu dia akan marah besar “ kata Kyouka
    “tapi aku suka kamu Kyouka “ kata Akito

    Tiba tiba ruangan berubah tidak ada Akito dan Kyouka yang duduk di tengah ruangan, hanya ada ruangan dengan cahaya redup dan sayup sayup suara wanita.

    “aaAAh , sakiit !!”

    “sakiit !! “

    Suara itu terdengar terus menerus semakin lama semakin jelas, aku langsung menelan ludahku dan mencari sumber suara itu tenyata suara itu berasal dari seorang wanita yang berada di pojok ruangan yang merintih kesakitan, dengan darah bercucuran di kakinya.
    “i..itu Kyouka” kataku

    Tidak lama setelah itu terdengar suara tangisan bayi memecah keheningan ruangan itu.
    Bayi itu berjenis kelamin laki – laki.

    “ka..kaname “ kata Kyouka.

    “kaname, anaku “ katanya
    “Akito , anak kita laki – laki “ tambahnya

    Aku meneteskan air mata saat melihat kaname lahir, tapi aku bingung dimana Akito , kenapa dia tidak ada di sini saat Kyouka melahirkan kemana dia sebenarnya .

    Suasana ruangan pun berubah lagi kali ini aku melihat Kyouka yang sibuk mencari kain untuk menutupi keranjang yang berada di sampingnya, dan didalam situ terdapat bayi kaname.

    “apa, ini kenapa kaname ada di dalam keranjang “ kataku

    “tenang nak, ibu akan menyelamatkanmu dari yashuu “ katanya

    Kyouka langsung bergegas menghilang keluar dari ruangan itu.
    Dan ruangan tiba tiba berubah kembali, raunagn ini semakin redup dan tampak menyeramkan. Dengan yukata yukata yang di gantung di dalamnya.
    “ru..ruangan i..ini “ kataku

    “i..ini buakankah tempat aku bertemu perempuan berambut panjang yang membawa gunting itu “ tambahku

    “kalo begitu perempuan itu, Kyouka “ katakku

    Tapi kenapa ruangan ini jadi seperti ini, aku melihat didinding sebelah kiri disana terdapat kalender 20 april.
    Aku melihat Kyouka duduk di depan cermin dan menarik rambutnya sehelai lalu dia tempelkan di depan cermin
    Lalu helai rambut itu semakin banyak dan hampir memenuhi cermin itu
    Saat aku melihat kalender itu ternyata kalender itu sudah berubah 20 Januari.
    Aku langsung teringat pada note yang aku temukan di meja rias Kyouka . apakah ini maksud dia akan menghitung hari demi hari dengan menyabut rambutnya satu per satu. Dan sekarang rambut itu sudah memenuhi cermin. Sudah berapa lama Akito pergi dan bagaimana keadaan bayi kecil kaname.

    Apa hubungan Akito, kaname, Kyouka dan Kei. Apa maksud semua ini pikirku.apakah Kei memiliki hubungan erat dengan ini makanya Mio dan Mayu terperangkap di dalamnya. Atau ini hanya sebuah isyarat bahwa semua yang mengalami mimpi akan mati .
    “aaaah “ teriaku
    Tiba tiba Kyouka berbalik dari meja riasnya.
    “sial!! Suaraku terdengar “ kataku
    “Akito, kamu kah itu? Mana janjimu dengan rambut yang aku berikan waktu itu “ katanya

    “untunglah, dia tidak mengejarku lagi, dia terlihat lebih tenang “

    Rambut , rambut apa yang dia maksud apakah rambut itu sama dengan yang di tunjukan Kei padaku , tapi kenapa rambut itu bisa ada di saku celana Kei.
    *cring* *cring*
    Suara lonceng itu mengembalikan ku ke ruang tengah rumahku, disana masih ada Kei yang masih mengatur nafasnya.

    “kamu tidak apa apa Rei “ kata Kei

    “apa kamu mengalami mimpi itu lagi “ tanyanya

    “aku baik Kei “ jawabku

    “kamu bisa menjelaskan padaku apa maksud rambut yang ada di saku celanaku , dan siapa Akito dan perempuan itu “ kata Kei
    Aku terdiam mengingat kejadian yang telah aku alami
    “ perempuan itu adalah Kyouka dan Akito adalah suaminya.” Kataku.
    Apakah Kei adalah Reinkarnasi dari Akito ? kataku dalam pikiranku.
     
  15. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    -The Spike. . the Priestess. .The Ritual-

    “Kei,, kamu lihat miku setelah kejadian mimpi semalam dia tidak bangun lagi “ kataku
    “mungkinkah, miku mengalami hal yang sama dengan mio rei “ kata kei
    “mio?? Sepupu mu yang tiba tiba koma itu? “ kataku
    “iya rei, mio tiba tiba koma setelah dia menghilang di mimpi itu “ kata kei

    Aku terdiam mendengar kata kata kei, apakah mungkin yang di katakan kei itu benar .

    “rei .. “ kata kei
    “melihat kondisi miku sekarang , bagaimana kalo aku tinggal sementara di sini” tambah kei
    “tinggal di sini ? “ Tanyaku
    “iya, rei bagaimana? “ Tanya kei
    “…”
    “tidak bisa ya ? “ katanya lagi
    “ bukan itu kei, tapi bagaimana dengan tulisanmu dan mio “ kataku
    “masalah itu aku bisa mengerjakannya disini , kalo mio aku bisa menjenguknya kapanpun rei “ kata kei
    “baiklah, jika kamu memutuskan itu kamu bisa memakai kamar yuu “ kataku
    “terima kasih rei “ kata kei sambil pergi ke kamar yuu

    Kei langsung meninggalkan aku dan miku, dia bergegas ke kamar Yuu.
    Sesampainya disana, kei terdiam melihat Kasur Yuu yang tertata rapi, foto Yuu dan rei yang mulai berdebu, dan ruangan yang tampak selalu redup cahaya akibat korden yang tidak bisa dibuka disana.

    Disana dia menemukan buku tua, buku itu adalah catatan Yuu.
    “buku apa ini “ kata kei
    “R I T U A L K E L U A R G A K U Z E “ begitu tulisan yang ada di depan buku menggunakan bahasa jepang
    “ritual ??” kata kei
    Kei langsung membuka dan membaca isi dari buku tesebut. Namun saat dia membuka halaman cover tiba tiba ada suara benda jatuh .
    *tring*
    “benda apa ini??“ kata kei

    Kei perlahan mengangkat benda itu, benda itu seperti semacam paku kecil, dengan ukiran bergambar ular dan tali di ujungnya. Tanpa berpikir panjang lagi, kei memasukkan anting itu ke dalam sakunya dan mulai membaca catatan itu

    “ternyata anting ini, milik reika .. “ kata kei
    Kei terus membaca catatan yuu sampai selesai , bagaimana cara menyelesaikan ritual ini dan menghentikan semuanya.

    “Ternyata ritual reika hanya ditusuk oleh 3 paku . . dibutuhkan 4 paku. .di keempat kaki dan tangannya. . untuk menyelesaikan ritualnya. .” kata kei


    “aku harus member tahu rei tentang ini” kata kei

    Namun karena menyadari hari sudah sangar larut, kei memutuskan untuk memberitahu rei esok harinya, maka ia pun berjalan menuju ruangan bawah untuk menyelesaikan note note kejadian yang terjadi pada mereka semua.

    “hmm. . apakah semua catatan ini. . benar apa adanya?” kata kei

    *cring* *cring*

    Suara lonceng kembali terdengar, bersamaan dengan berpindahnya kei. . menuju rumah mimpi itu. .

    “di..dimana aku “ kata kei
    Kei kembali kerumah tua itu , rumah itu masih sama seperti saat dia masuk hanya diterangi lilin lilin tua

    “tempat ini, mirip dengan. . tempat wanita berambut panjang itu. .” kata kei

    Kei mencoba bangkit untuk menyusuri rumah ini mencari reika. Kei melewati lorong yang cukup panjang , ketika kei memasuki ruangan pertama kei terdiam melihat 3 anak kecil berpakaian pendeta putih -merah

    “si..siapa lagi mereka “ kata kei
    Kei mencoba untuk berkomunikasi dengan mereka untuk mencari informasi,tapi kei gagal bukan informasi yang dia dapatkan tapi serangan dari ke empat pendeta kecil itu .

    Saat mereka berbalik mereka jalan mendekati kei, kei bukan pergi meninggalkan mereka tapi dia malah tertarik masuk keruangan itu.
    Keempat pendeta kecil itu terus mendekati kei dengan membawa paku dan palu.
    Kei tidak bisa berbuat apa apa selain menghindar. Kei teringat dengan paku reika dia berfikir apakah mereka yang memaku reika. belum sempat dia mengingat semua catatan di buku milik yuu. Keempat anak kecil itu sudah ada di hadapan kei.
    Kei tersentak jatuh di lantai, kei melihat senyum anak kecil itu dan tatapan kosong seperti mio.
    Kei berusaha bergeser menjauhi mereka, mereka terus saja mendekat. Kei terpojok di ujung ruangan itu dan di kelilingi oleh ke empat pendeta kecil itu. Pendeta kecil itu bersamaan mengangkat palu dan pakunya sambil tertawa .

    Kei terus menggeser badannya menuju pintu, tapi ke empat pendeta kecil itu terus mengikuti kei. Kei akhirnya pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya, dia mencoba menutup matanya. Tiba tiba pintu ruangan itu terbuka dan ke empat pendeta itu menghilang.

    Kei langsung berdiri mengatur nafasnya, dan meninggalkan ruangan itu kei terus berjalan di rumah itu sambil terus mencari dimana tempat reika. pada akhirnya kei memasuki sebuah ruangan dengan kimono yang digantung, dan sebuah kaca di ujung ruangan tersebut.

    Belum sempat kei melangkah lebih jauh, tiba tiba sesosok wanita berambut sangat panjang dengan wajah yang dipenuhi darah muncul di depan kei. Kei menyadari bahwa wanita itu adalah kyouka kuze. . salah satu dari anggota keluarga kuze yang meninggal disana

    “a. . kito. . .ke. .mana saja. . dirimu?” kata kyouka

    “tt.tunggu kyouka, a..aku bukan akito “ kata kei
    “a..aku kei.. kei amakura” kata kei terbata bata

    Tapi percuma kyouka terus saja mendekati kei, kei terus berjalan mundur menjauhi kyouka, semakin lama langkah kyouka semakin cepat dan membuat kei terjatuh.

    Kyoka dengan cepat melayang dan menyergap kei dan mengangkat tubuhnya di udara.

    “ma. .tilah akito. . bersamaku. .” kata kyouka
    “aaargh!!!! T . .tidak. . kyouka. . aku. .bukan. .aargh!!”

    Sesaat setelah itu, tiba tiba kyouka terdiam sejenak. Perlhan lahan, pegangan kyouka semakin melemas, dan dia mulai menangis hingga pada akhirnya kyouka menghilang dari ruangan itu.

    “haah. . hah. . kenapa dengan kyouka, kenapa dia menangis” kata kei

    Kei langsung melihat bajunya ternyata, kyouka menangis gara gara anting reika yang ada dalam sakunya. Kemudian kyouka pun menghilang.

    “a. . ada apa dengan ini?? ” kata kei sambil mengatur nafasnya

    Kei melanjutkan pencarian reika, kei bertemu dengan sebuah ruangan yang cukup besar di dalamnya terdapat pilar pilar yang manghalangi kuil tersebut,pilar pilar itu berjumlah 10.

    “tempat apa ini , pilar itu ?? apakah reika ada di situ ?? “ kata kei

    Kei langsung mendobrak pilar itu , ternyata di dalam pilar itu terdapat ruangan dengan lubang jurang di tengahnya, dan terdapat sebuah kadang dengan rantai besi seperti lift. Kei mencoba untuk turun kebawah jurang dengan bejalan memutar.

    “b. benda apa itu ??” kata kei penasaran akan sebuah kain seperti pakaian di dasar jurang tersebut

    “ini seperti pakaian pendeta kecil tadi “ kata kei

    Kei melihat tulang belulang anak kecil dengan baju pendeta putih – merah disampingnya terdapat juga palu dan paku.

    “mungkin. . ini penyebab kenapa reika tidak mendapatkan pakunya yang terakhir. .” kata kei semakin percaya diri

    Dengan hati – hati kei mengambil paku dan palu itu, lalu kei menelusuri tempat itu, tempat itu berbeda dengan tempat tempat lainnya bukan berbentuk lorong pajang dengan tembok di sisi kiri dan kanannya tapi sebuah gua yang suadh penuh dengan lumut.


    Kei terus berjalan menyusuri gua tersebut di ujung gua kei menemukan kolam air dangkal yang di tengahnya terdapat rumah kecil terbuat dari batu dan pintu besar yang menutupinya.

    kei mulai merasakan berat dadanya dan mengalami sesak nafas karena miasma disana . semacam kabut berwarna kebiruan yang memenuhi ruangan disana

    “kabut apa ini?? “ kata kei
    “kenapa aku tidak bisa bernafas disini” tambahnya

    Walaupun kei merasakan sakit dan sesak nafas, kei tidak mau mundur dari tempat itu, dia terus saja melanjutkan langkahnya menuju rumah batu tersebut. Kei mulai melangkahkan kaki kanannya memasuki kolam itu dan air disitu hangat serta berbau amis yang menyengat.

    Ketika membuka pintu rumah itu, kei terkejut di rumah itu terdapat banyak sekali mayat pendeta bertato dari zaman ke zaman, kei terus melangkahkan kakinya, kei heran kenapa mayat di sini tidak ada yang membusuk. Lalu bau amis tadi itu dari mana pikir kei, mayat disini malah menjadi berwarna biru dan di penuhi tato hitam pada tubuhnya, hingga di bagian paling ujung kei melihat satu mayat dengan lentera biru menyala.

    Kei mengira mayat itu adalah reika karena di dekat mayatnya terdapat lentera biru, seperti yang tertulis dalam catatan yuu.

    Kei mendekati mayat itu untuk memastikan apakah itu reika atau bukan, selangkah demi selangkah sambil melewati mayat mayat lainnya. Semakin dekat kei dengan mayat itu, semakin jelas wajah mayat itu.

    Dan ternyata benar itu adalah reika kuze, orang yang kei cari, tapi saat kei semakin mendekatinya , kei terkejut melihat semua tangan dan kaki reika sudah di paku semua.

    Kei bingung dan melangkah mundur sedikit demi sedikit menjauhi mayat reika.
    “a. . apa apaan ini? K.kenapa semuanya sudah terpaku?” kata kei penuh dengan rasa bingung

    Suara suara mulai bermunculan di kepala kei. .

    “kenapa kamu kemari?” “tidak ada lelaki yang diijinkan masuk kesini” “kenapa kamu mau bunuh aku?” “bunuh . .bunuh. .”

    Pandangan kei seketika menjadi kabur, dan melihat reika berdiri di sebelah mayatnya sambil menatap kei dengan penuh amarah .
    Reika berjalan mendekati kei dan tiba tiba muncul di hadapan kei , kei tersentak dan mencoba berdiri. Dengan berpegangan palu dan paku kei mencoba menyerang reika, tapi reika berhasil menghindar dari serangan kei , saat kei akan melayangkan pakunya tepat di wajah reika, dengan cepat reika menghilang dan muncul tepat di belakang kei.
    Kei melihat kesegala penjuru mencari reika namun reika tidak ada dimana pun. Hanya dia terdiam saat merasakan ada tangan yang menyentuh lehernya . . ..

    “aaAAAaaah” teriak kei

    Seketika pandangan kei mengadi gelap bersamaan dengan teriakan kei

    *cring* *cring*

    Aku terbangun di pagi hari, dengan keadaan badan lebih segar dari biasanya. Malam ini aku tidak mendapatkan mimpi itu. Aku bergegas mengecek miku dan berharap dia sudah terbangun dari komanya.

    “miku.. miku “ teriaku sambil memasuki kamarnya

    Tidak ada jawaban apapun dari miku, ternyata miku belum terbangun dari komanya. Dia masih terbaring lemah disitu.

    Aku langsung mencari kei dikamar Yuu, tapi kei pun tidak ada disana. Aku pikir kei sudah bangun lebih pagi dari pada aku. .

    “k..kei “ kataku perlahan

    Karena tidak mendapatkan jawaban, aku memutuskan untuk mencarinya di ruangan bawah, berpikir mungkin dia ketiduran ketika bekerja. Belum sempat aku melangkah sampai anak tangga terakhir, aku tersentak. Mataku terbuka lebar bersamaan dengan rahangku yang terbuka . .

    Kei tidak ada disana. . kertas kertas berserakan dimana mana, buku buku misteri milik kei, laptop kei, semua ada disana. . namun yang tersisa di sofa tempat kei terduduk. . hanyalah bercak hitam seperti tinta yang menyerupai wujud manusia. . persis seperti yang terjadi pada yoshino dulu.

    “kei, kamu kemana? , kei?? KEI!!!! “ tambahku

    Air mataku terus mengalir melihat tinta hitam yang berada di depan mataku. Aku tidak habis pikir apa yang di inginkan yashuu dan Reika sebenarnya apakah tidak cukup dia telah membawa yuu, mafuyu, mio, mayu, miku dan sekarang kei. Harus berapa korban lagi yang jatuh? Sampai kapan?

    Aku terdiam disana. . tidak mampu berbuat apa apa selain memikirkan
    “apakah aku. . selanjutnya?”
     
  16. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    -To Be A KUZE-

    “apa ini?” kataku sambil secara perlahan mengambil benda di tengah bercak. . tubuh kei. .
    “anting?” pikirku
    Aku berpikir pasti semua kertas kertas yang ada di dekat kei ini berguna dan mungkin dapat membantuku memberitahu apa yang terjadi pada kei. Aku membaca semua tentang ritual tersebut, tentang bagaimana cara melengkapi ritual reika yang gagal.
    “paku. . reika membutuhkan satu paku lagi. .” kataku perlahan.
    “ti. . dak. .”

    Aku tersentak, sebuah suara seperti anak kecil muncul di pikiranku. Aku mencoba mencari dari mana sumber suara itu berasal, namun belum sempat aku memalingkan muka, aku melihat pendeta kecil itu lagi. Kali ini berdiri didepanku.
    “ohayou. . gozaimasu (selamat pagi). . reika san” katanya
    “s. selamat pagi. . “ kataku perlahan
    Anak kecil itu adalah amane, pendeta kecil dengan rambut yang terikat pigtail 2 di belakangnya. Amane menunjukkan jarinya ke buku yuu.
    “ritual. . reika san. . gagal. . bukan karena itu” katanya
    Aku memandangi amane dengan wajah yang kebingungan.
    “t. . tolong beritahu aku. . tolong. .aku ingin menghentikan kegilaan reika, sebelum ada korban lagi yang terjatuh” kataku
    “reika. . san. . tidak bersalah. .” kata amane sambil menundukkan kepalanya
    “huh? A. .apa katamu? Dia sudah memberikanku tato itu. . Yuu. . lalu miku. .dan kei. .” kataku pada amane
    “ti. .dak. . reika san. . ingin kamu membantunya. .” kata amane sambil menggelengkan kepalanya.
    “b. bantu?” tanyaku
    “semua itu. . akibat master yashuu. .hiks. .” kata amane sambil mulai meneteskan air mata.
    “y. .yashuu katamu?”
    “r. rei san. . sudah waktunya. . master yashuu memerintahkanku untuk menjemputmu. .” kata amane
    “w. waktu? Waktu apa?”
    Belum sempat amane menjawab pertanyaanku, dia sudah menggenggam tanganku.

    *cring* *cring*
    “haah. .hah. . “ kataku sambil terkejut
    “reika? Reika chan?”
    Aku membalikkan pandanganku . .aku melihat seorang lelaki setengah tua sedang memandangiku dari atas.
    “apakah sudah puas mengumpulkan bunganya?” katanya sambil tersenyum.
    “i. . iya. .”kataku
    Astaga!! Suaraku berubah seketika. . seperti suara seorang anka kecil.
    “hm? Ada yang aneh? Sudahlah ayo kita pulang, adikmu sendirian di rumah bisa berbahaya kalau dia mengamuk.” Kata pria itu.
    Aku tidak berkata apa apa sambil mulai melangkah mengikuti pria itu. Serangkaian bunga yang tadinya aku genggam, terjatuh akibat aku memperhatikan tanganku. Kulitku terlihat putih pucat, dan rambutku tampak lebih panjang dari yang kumiliki.
    “a. . aku adalah reika?” pikirku
    Kami sampai di sebuah rumah kecil yang tersusun dari kayu dan dedaunan besar sebagai atapnya.
    “reika!! Ayah!!!”
    Alangkah kagetnya aku ketika merasakan seorang anak kecil yang lebih pendek dariku memelukku dan pria itu.
    “haha toshie. . sudahlah. . kakakmu sedang kecapekan. . nanti saja bermainnya.” Kata pria itu
    “ayah? Kakak? A. .apakah ini keluarga reika?” pikirku
    *cring*
    Tiba tiba semua pemandangan itu berubah. Tampak seperti malam hari. Aku mencoba bangkit dari kasurku, tanpa kusadari tubuhku tampak semakin tinggi dan rambutku menjadi sangat panjang.
    “kami ingin mencari reika yukishiro. . tolong jangan halangi kami pak yukishiro. .”
    Aku mendengar suara seperti suara ayah reika dan suara seorang pria yang tak kukenal. Aku berusaha mengintip dari celah lubang di kamarku. Itu adalah para pendeta kuil, beserta pria berbaju putih dengan topeng, persis seperti ketua pembangun kuil di rumah tua itu.
    “tidak. . aku tidak akan memberikan reika sebagai tumbal. .pergi, cari saja wanita lain untuk jadi tumbal keluarga kalian” kata ayahku
    “hmph. . nampaknya kamu ingin master yashuu sendiri yang mengambilnya darimu, baiklah. . permintaanmu kami kabulkan. .”

    Setelah berbincang bincang beberapa saat, pria pria itu pergi meninggalkan rumah reika. Karena takut ketahuan oleh ayah kalau aku mendengar semua itu, aku segera berlari kembali ke kamarku dan ber pura pura tidur.
    *cring*
    Semua pemandangan itu kembali berubah. Menjadi sebuah padang rumput yang dipenuhi berbagai macam semak dan bunga bunga di sekitarnya.
    “hah? d. . dimana aku?” pikirku
    Aku melihat di tanganku sudah terdapat seikat rangkaian bunga . . aku berpikir mungkin reika membuatnya untuk diberikan ke ayahnya, aku memutuskan untuk kembali ke rumah.
    Sesaat setelah aku membalikkan tubuhku, aku mleihat gumpalan asap hitam naik ke langit.
    “i. .itu. . dari arah desa. . tempat tinngal reika. .” kataku
    Aku segera berlari menuju tempat darimana asap itu berasal. Semakin dekat aku berlari, suara suara teriakan, dan pantulan besi dimana mana mulai terdengar. Aku terus berlari, hingga pada akhirnya aku sampai di pinggir desa, dan memang benar, desa itu sedang diserang.
    “a. .ayah!!”
    Suara reika terdengar di kepalaku, dan seketika tubuhku bergerak dengan sendirinya dan berlari menuju arah rumah reika.
    “a. .apa apaan ini? Aku tidak dapat mengontrol tubuhku. .” pikirku
    Dimana mana aku melihat mayat bertebaran, darah, dan berbagai peralatan perang yang penuh darah.
    “a. .ayah!!”
    Suara itu kembali terdengar di kepalaku, seiring dengan langkah kakiku, aku akhirnya menemukan ayahku. . bersama sama dengan para pendeta dan yashuu.
    “yashuu. .hmph. .” pikirku dalam hati
    “a. .ayah!!”
    Reika berteriak sambil berlari menuju arah ayahnya. Namun para pendeta dengan cepat menangkap tangan reika. reika terus memanggil manggil ayahnya yang terduduk dengan wajah tertunduk ke bawah.
    “aah. . ini dia. . gadis dalam ramalan. .” kata yashuu
    “lepaskan ayahku!!” kata reika
    “master yukishiro. . anakmu memanggilmu. .” kata yashuu sambil tertawa kecil.
    Secara perlahan, ayah reika mulai mengangkat kepalanya, dan menunjukkan wajah yang penuh dengan luka dan darah.
    “re. .i. ka. .” katanya perlahan
    “ayah!!” teriak reika. .
    Yashuu memerintahkan pada para pendeta untuk melepaskan reika, dan tanpa menunggu lama lagi, reika langsung memeluk ayahnya.
    “ayah!! Apa yang terjadi???”
    “reika. . dengarkan ayah. .”
    “tidak!! Beritahu reika . . apa yang terjadi disini?” kata reika sambil menangis
    “rei. . ka. . desa ini. . tidak aman lagi. . ayah ingin kamu. . ikut bersama para pendeta ini. . uhuk. . kamu akan aman disana. .”
    “h. huh? Tidak aman? T. tapi aku ingin bersama ayah. .” kata reika sambil tetap memeluk leher ayahnya
    “a. .ayah akan menyusulmu. . bersama toshie. .uhuk”
    Ayah reika menutup mulutnya ketika mulai memuntahkan darah.
    “a. ayah tidak apa apa? Hiks. .”
    “ayah janji. . kita akan bertemu lagi. . kita bertiga. . di seberang nanti. .”
    “h. hah? a. .apa maksud ayah?”
    “a. .ayah akan sangat bangga padamu. . apabila kamu dapat mencari ayah dan toshie . . di seberang. . nanti. .uhuk”
    Ayah reika kemudian mendorong reika menuju ke pelukan yashuu.
    “e. ekh! A. ayah. . tidak. . aku ingin bersama ayah” teriak reika
    “semoga. . para Dewa selalu memberkatimu. . master Kuze” kata ayahnya dengan tatapan tajam pada Yashuu
    “fufu. . . tentu saja. . master yukishiro. .” kata yashuu sambil memeluk tubuh kecil reika.
    Yashuu memerintahkan 2 orang pendeta untuk membawa reika kembali ke Kuil Kuze yang letaknya tidak terlalu jauh dari desa itu.
    Reika terus memikirkan apa kata ayahnya tentang dunia seberang, sampai ia tidak dapat berkata apa apa. Beberapa jam kemudian, akhirnya aku atau tepatnya reika, sampai di sebuah kuil yang sangat besar. Sudah kuduga, tempat itu ialah rumah mimpi, persis dengan rumah mimpi yang selalu kudatangi setiap malam.
    *cring*
    Tiba tiba aku merasa sudah berada di sebuah ruangan yang besar dengan berbagai macam kertas berisikan mantra semacam jimat di semua tembok dan jendelanya. Yashuu dan 2 orang pendeta telah terduduk di depanku.
    “reika. . .”
    “m. master yashuu” kataku sambil secara otomatis membungkukkan badanku untuk menghormatinya.
    “sudah berkisar 3 tahun semenjak kamu meninggalkan desamu dan bergabung bersama kami disini. . . tak disangka juga umurmu yang sudah menginjak 17 tahun.” Kata yashuu
    “hmph. . ayahku. . dan diriku sendiri. . pasti sangat berterima kasih. . atas semua yang master berikan. . tempat berlindung, makanan, pakaian, semuanya. . aku mewakili keluargaku mengucapkan banyak terima kasih” kata reika
    “hah?? apa apaan ini? Sudah jelas yashuu lah yang menyerang desamu reika!!” pikirku dalam hati
    Yashuu kemudian memberikan sebuah kertas kepada reika yang bertuliskan semacam pohon keluarga yang bertuliskan KUZE di atasnya.
    “a. .apa ini master? Aku melihat nona kyouka, begitu pula dengan namamu disini. .” kata reika
    “semua anggota keluarga kuze. . tercatat disini reika. . dimulai dari pendiri kami, sampai pemimpin saat ini. .” kata yashuu
    “um. .lalu untuk apa ini master?” kata reika
    Tiba tiba yashuu membungkukkan tubuhnya sambil berbicara di dekat telinga reika.
    “apakah kamu mau melihat ayah dan adikmu lagi?” katanya
    “. . h. huh? T . . tentu saja master. . tapi bagaimana?” kata reika
    “ingat ayahmu berkata tentang dunia di seberang?? Aku bisa membawamu kesana. .” kata yashuu
    “d. . dunia seberang katamu? T. .tapi bagaimana caranya master? Aku bahkan tidak tahu dimana dunia seberang itu” kata reika kebingungan
    “fufufu. . . dunia seberang. . antara dunia kita. . dengan dunia yang berada di luar dari dunia kita. . setiap 10 tahun sekali, akan ada sebuah ramalan. . dimana akan ada 1 gadis di desa kita. . yang akan dapat kesempatan untuk pergi ke dunia itu.. dan tahun ini. .ialah kesempatanmu. . reika. .” kata yashuu
    “a. .ku? tapi. . aku tidak tahu. . apa saja yang harus aku lakukan? Aku bahkan tidak punya uang sedikitpun. .”
    “bwahahaha. . kamu tidak membutuhkan uang anakku. . yang dibutuhkan hanyalah kamu. .dan segelintir perayaan perayaan untuk mempersiapkanmu pergi ke dunia seberang. .” kata yashuu
    “b. benarkah itu? T. .tapi kenapa aku master?umh. . apakah aku pantas menjalani tradisi. . keluarga Kuze yang sudah turun temurun ini? ” kata reika sambil menundukkan kepalanya
    “bukankah ayahmu akan menjadi sangat bangga? Apabila kamu bisa menemuinya lagi disana?” kata yashuu
    Kata kata itu membuka lebar mataku, reika terdiam sejenak. Dia melihat kea rah lantai sambil memikirkan semua hal yang dikatakan yashuu Kuze kepada dirinya.
    “reika!! jangan lakukan!! Itu semua hanyalah bohong. .”kataku perlahan dari dalam kepala reika
    Percuma. . aku hanyalah penonton. . masa lalu reika. .tidaklah dapat kuubah dengan tanganku sendiri. Pada akhirnya reika menyetujui untuk menjalani ritual yang penuh dengan kebohongan milik yashuu.
    “bagus. . sekarang kalau begitu kenapa tidak kita mulai dari sekarang?” kata yashuu sambil tertawa kecil
    Tiba tiba semua jendela kamar itu tertutup rapat. Para pendeta berdatangan entah dari mana dan dengan cepat memegangi bahu reika.
    “kita mulai ritual pendeta bertato. . untuk masa sekarang. .”kata yashuu sambil menyalakan lilin di dekatnya
    “e. ekkh!! Apa. Apaan ini??” teriak reika ketika para pendeta mulai menanggalkan kimono milik reika dan membakarnya di sudut ruangan
    Tangan dan kaki reika ditahan sehingga ia hanya bisa meronta, menahan tekanan dari para pendeta.
    “m. .master apa yang kamu lakukan. .tidak!!” kata reika
    Yashuu mulai membacakan doa sambil mengambil sebuah botol kecil berwarna hitam dan mulai memanaskannya ke lilin.para pendeta kemudian juga mulai menyanyi diiringi dengan dentingan besi dan suara lonceng.
    “m. .master. . tidak”
    Yashuu mulai mengulas tubuh reika dengan semacam cairan, dimulai dari wajah, leher, dada, hingga sampai kakinya.
    “tenang saja. . reika. . kami tidak akan melakukan apa apa pada tubuh cantikmu. .” kata yashuu sambil tertawa
    Aku atau dalam hal ini, reika, hanya bisa menatapi para pendeta yang bernyanyi dan yashuu yang masih tetap membacakan doa pada botol itu.
    “a. . apa apaan ini?? Reika. .lepaskan reika!!” kataku dalam hati
    Tak lama kemudian yashuu memecahkan botol itu dengan tangannya sehingga darah dari tangannya bercampur dengan tinta hitam yang berada di dalam botol tersebut.
    “dengan ini. . kamu akan kunyatakan. . sebagai seorang KUZE!!!!” teriak yashuu
    Yashuu segera menempatkan tangannya di perut reika dan alangkah hebat sakitnya yang dirasakan sampai membuat reika teriak sambil meronta dan meneteskan air mata. Aku pun ikut merasakan rasa sakit yang dalam itu, rasanya seperti ditusukkan puluhan . . tidak. . ratusan pedang ke perutku. Reika yang tak kuat menahan sakitnya, jatuh pingsan seketika.
    Tinta hitam itu mulai merambat di perut reika. . dan pada akhirnya membentuk sebuah symbol. Symbol yang sama dengan tanda di bahuku.
    “dengan ini. . maka ritual telah selesai. .bawa dia ke kandang. .sekarang. . kita hanya bisa menunggu. . fufufu. .” kata yashuu sambil tertawa. .
     
  17. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    -Kaname . . Ototsuki -

    Disinilah aku berada sekarang. . terjebak di dalam tubuh reika, terjebak di dalam sebuah kandang kecil, dan bahkan terjebak di dalam rumah Kuil keluarga Kuze ini. .
    Yashuu memerintahkan para pendeta untuk mengurungku, agar aku tidak melarikan diri dari kuil tersebut. . lagipula. .aku akan lari kemana? Seluruh rumah dan desaku telah hancur, semua orang yang kukenal telah meninggal. .
    *knock* *knock*
    “reika san?”
    Suara yang setiap hari kudengar, dan mungkin hanya suara itulah yang akan selalu kuingat dalam hari hariku.
    “i. .iya. . silahkan masuk amane” kataku
    Gadis kecil itu adalah amane, salah satu gadis pendeta yang mengenakan kimono putih-merah. Amane merupakan anak dari nona kyouka, dan ia ditugaskan untuk menjagaku dan menemaniku di saat aku jenuh. Meskipun tidak seberapa, tapi aku menikmati apabila amane datang kepadaku. Gadis ini sama sekali tidak pernah keluar dari kuil, karena master Yashuu ialah orang yang tegas dank eras akan aturan. Jadi Amane selalu bertanya Tanya kepadaku, seperti apa dunia luar itu. . .
    Kami bercerita tentang apapun, mulai dari keluarga, kebiasaan, hobi, semuanya. Amane juga menceritakan tentang bagaimana hidupnya di kuil Kuze, ia sangat disayang oleh ibunya, Kyouka. .
    “hah? apa benar nona kyouka mempunyai anak lagi selain kamu?” tanyaku
    “eh. Ehhh. . sshhh. . “ kata amane sambil menutup mulutku
    “ubbh. . m. .maaf “ kataku sambil menarik tangan amane dari wajahku.
    “m. master yashuu tidak boleh tahu tentang ini. . kamu tau sendiri lelaki itu dilarang masuk ke kuil Kuze. .” kata amane
    “iyaa . .iya. . aku mengerti . . lalu kakak laki lakimu itu ada dimana?” tanyaku sambil berbisik
    “a. .aku tidak tahu reika. . mama tidak pernah mau memberitahuku kakak pergi kemana, bahkan melihat wajahnya saja aku tidak pernah.” Kata amane.
    Kaname. .Kuze. . anak pertama dari kyouka Kuze dan Akito. Setiap hari amane menanyakan hal tersebut kepada kyouka, dan berbagi kepadaku. Meskipun itu adalah sebuah rahasia besar, namun Amane mempercayaiku dibanding ketiga saudari pendeta gadis lainnya.
    Kaname pernah tinggal di dalam kuil sampai berumur 3 tahun, sebelum Yashuu mulai mencurigai keberadaan kaname, Kyouka memutuskan untuk menitipkan Kaname kepada keluarga besar Ototsuki di desa sebelah. Tidak ingin mengecewakan Ibunya, Kyouka pada akhirnya menikah kembali dengan salah satu pendiri Kuil Kuze yang pada nantinya dibuahi seorang gadis kecil. . Amane Kuze.
    “selamat siang reika san”
    “ah? Hallo Amane” kataku sambil melambaikan tanganku.
    “um. .bagaimana dengan tato itu?” Tanya amane
    Aku segera mengangkat sedikit bagian kimonoku untuk mengeceknya. Tato itu sudah mulai menjalar sedikit demi sedikit ke segala arah.
    “u. uh. .aku baik baik saja amane. .mungkin sedikit agak sakit ketika ini menyebar” kataku perlahan.
    “umh. .maafkan aku ya reika. . seandainya kamu tidak harus melakukan ini” kata amane penuh simpati
    Aku hanya bisa tersenyum dan tertawa kecil kepadanya.
    “hihi. .tidak apa apa amane chan. . ini semua untuk ayah dan adikku. .mereka berdua sudah menungguku di seberang sana. . aku tidak akan mengecewakan ayah..” kataku
    “uh. . a. aku mengerti. . reika san. .” kata amane sambil mengangguk. .
    “hm?”
    Amane terlihat agak menunduk dan terlihat agak murung, namun belum sempat aku bertanya, . .

    “h. hey. .kamu tahu, kita akan kedatangan tamu special. .” kata amane
    “hm? Tamu? Special?” kataku
    Amane hanya mengangguk sambil tersenyum kepadaku. . .
    “heeeeyy. .beritahu aku amane. . siapa?” kataku sambil mencoba menangkap amane dari dalam kandangku.
    “haha. . itu adalah keluarga Ototsuki reika. .” kata amane sambil tersenyum
    “otot. .suki? i. . itu bukannya keluarga kakakmu, kaname?” ttanyaku
    Amane kembali menganggukkan kepalanya sambil tersenyum gembira.
    “mhm. .biarpun mama menyuruhku untuk tidak membuka kedok kalau kita adalah saudara, namun aku cukup senang untuk dapat melihatnya saja.” Kata Amane
    “Hmm. . aku harap aku dapat melihatnya juga, namun bagaimana bisa? Bodohnya diriku. .keluar dari kandang ini saja aku tidak bisa, bagaimana cara aku keluar dari pondok ini?” kataku
    “mungkiiinn. . aku dapat membawanya kemari. .” kata amane
    “hee?? J. jangan. . bahaya kalau master Yashuu tau. .”
    “hmm. .masuk akal sih. .” kata amane. .

    Hari yang ditunggu pun tiba, Amane hari itu tidak mengunjungiku lagi, mungkin dia sibuk melayani para tamu. Biasanya kami selalu berbincang ramai dan lama, namun sekarang hanya tinggal aku sendirian. Aku dapat mendengar berbagai macam tabuhan dan music yang lumayan meriah.
    “ototsuki. . nampaknya merupakan tamu penting. . sampai menyiapkan perayaan seperti ini” kataku
    “aku harap Amane mendapatkan apa yang dia cari cari selama ini. . hihi. .” pikirku
    Malam itu berlalu cepat dengan perayaan dan pertunjukkan di dalam kuil, sedangkan aku disini. . di sebuah gubuk tua, hanya ditemani sebuah lentera tua dengan lilin berwarna kebiruan.
    *knock* *knock*
    “reika san. .selamat pagi”
    “ugh. i. .iya amane silahkan masuk” kataku sambil merapikan kimonoku
    Pagi itu amane membawakan aku makanan sisa dari pesta semalam, dan memberitahuku bahwa banyak keluarga sedang menginap di kuil kita.
    “ah. . bodohnya diriku, aku melupakan sumpitmu. . t. .tunggu disini reika san. .akan segera kuambilkan” kata amane
    “memangnya aku akan pergi kemana?” kataku menggodanya
    “haha. .iya, tunggu ya. .” kata amane sambil bergegas keluar dari pondok kecil yang letaknya tak jauh dari kuil utama.
    Hari itu sangatlah indah. . aku dapat mendengar suara kicauan burung, suara pepohonan yang bergesekkan karena angin, dan bahkan suara jangkrik yang berbunyi di siang hari.
    “amane kemana . .ya?” pikirku
    Namun, sesaat setelah aku memikirkan itu, tiba tiba perutku terasa sangat sakit. Tanda di perutku kembali bersinar dan bersiap siap akan menyebar lagi.
    “ugh . . aarrggh. . “ jeritku sambil menahan sakit
    Aku terguling guling di dalam kandangku, sambil memegangi perutku.
    “uhgg . k. kenapa harus. .sekarang?” pikirku
    Semakin lama rasa sakit yang ditimbulkan makin parah. Aku mulai meneteskan air mataku sambil terus menjerit jerit.
    “HE. . HEY!!! Ada orang di dalam??!! Buka pintunya!!”
    Suara itu mengagetkanku. Itu seperti suara seorang pria. Aku mencoba menahan rasa sakitku, namun percuma. Rasa sakit itu melebihi apapun. Aku tetap menjerit kesakitan.
    *THUD*
    Pria itu mulai mendobrak pintu pondok kandangku. Takut akan terlihat, aku mengambil selembar kain dan menutupi seluruh wajah dan kimonoku. Tak lama kemudian, rasa sakitku mulai menghilang, dan tato itu terlihat sampai melewati wajahku.
    *Crack*
    Pintu itu hancur didobrak. Dan sesosok pria muncul dari dalamnya.
    “hey!! A. .apa apaan ini?” kata pria itu seketika melihat kandangku terletak di tengah pondok tersebut.
    “hey. .kamu tidak apa apa?” Tanya pria itu
    “ . . .” aku hanya bisa terdiam sambil menutupi wajahku
    “a. .aku mendegar kamu berteriak tadi, oleh karena itu aku datang kemari. . kamu tidak apa apa?” Tanya pria itu sambil memandangiku
    Pria itu tinggi, dengan rambut hitam pendek dan sedikit berantakan. Ia mengenakan sebuah kimono Biru Tua berhiaskan corak bunga berwarna keunguan.
    “hey. .kami bisu?” Tanya pria itu
    “a. .aku tidak apa apa. .” kataku perlahan
    Aku tidak dapat melihat mata pria itu lama lama, takut dia akan ketakutan ketika melihat wajahku yang penuh dangan tato Kuze.
    “k. .kamu yakin? Apakah kamu terluka?” Tanya pria itu
    Aku hanya menggelengkan kepalaku sambil memalingkan wajahku dari wajahnya.
    “sini. .biar aku liat” katanya penasaran akan sesuatu yang memang kusembunyikan darinya
    Beberapa waktu lalu juga ada pernah ada sekumpulan anak anak yang merupakan tamu dari Yashuu datang kemari dan menemukan pondokku. Dan apa yang mereka katakana? Entah diantara Hantu, atau monster. Oleh karena itu aku sangat menyembunyikan diriku untuk sekarang ini, tidak ingin ada orang lain melihat monster di kuil ini.
    “t. . tidak. . aku tidak apa apa” kataku perlahan
    “hmm. . kenapa kamu dikurung di tempat seperti ini?” kata pria itu sambil melihat sekelilingku
    “k. . a. .karena. .uh. .”
    “hm? Siapa namamu?” tanyanya
    “. . .”
    “hmm. .okay. . lebih baik kutanya nenek Yashuu saja. .” kata pria itu
    Karena ketakutan, dengan cepat aku menjawab pertanyaan itu. .
    “Reika. .Yuki. .umh. .Kuze. .” kataku.
    “hm. .kenapa. .seorang Kuze ada di tempat seperti ini? Dan ayolah, untuk apa menutup diri seperti itu? Apakah kamu buruk rupa?” katanya sedikit menggodaku
    “hmph. . i. .iya aku buruk rupa. . tuan. .” kataku perlahan
    “hm. . tuan? Sini, biar aku beritahu sesuatu . .sini mendekat” kata pria itu

    Tanpa pikir panjang lagi, aku mendekatkan telingaku ke pinggir jeruji besi itu, namun belum sempat ia mengatakan sesuatu, ia menarik kain yang kugunakan untuk menutupi wajahku.. aku menjerit sambil berusaha menutupi wajahku dengan tanganku, namun pria itu kembali menangkap tanganku dari luar jeruji, sehingga ia dapat melihat wajahku seutuhnya.
    “h. hmph. .” kataku sambil menundukkan kepalaku
    Ia menatapku selama beberapa detik dan kemudian tersenyum kepadaku.
    “tidak terlalu. . buruk rupa. .” katanya
    Aku mencibir sambil kembali menundukkan kepalaku.
    “andaikan saja kalau si buruk rupa ini tersenyum, mungkin tidak akan seburuk ini. .” katanya sambil tertawa
    Pipiku sedikit memerah namun aku tetap tidak berani mengangkat wajahku yang masih tertutup tato itu.
    “baiklah, aku rasa aku harus pergi sekarang, sebelum orang tuaku kebingungan mencariku. Aku akan kembali lagi, apabila kamu masih menginginkan seseorang untuk teman bicara . . sampai nanti. . buruk rupa. .hehe” katanya
    “hmph. .b. .baiklah. tuan. Umm. .” kataku
    “Kaname. . Kaname Ototsuki” katanya sambil tersenyum dan berjalan keluar pondokku
    “Ka. . Kaname??” kataku sambil menatap punggung pria tersebut.
     
  18. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    -Echo Earrings. . -

    Hari demi hari, kaname selalu datang ke pondokku, terkadang bersama Amane. namun tidak sedikitpun Kaname menyadari bahwa Amane ialah adik perempuannya. Kaname ialah seorang penjelajah, ia menceritakan hampir seluruh perjalanannya kepadaku dan amane. Hingga pada suatu malam. .
    “reika san. . “ kata amane
    “hm? Ada apa amane?” tanyaku sambil merapikan rambut panjangku
    “Kakak tidak dapat berhenti memperhatikanmu semenjak tato itu menghilang lagi dari wajahmu. .” katanya sambil tertawa
    Seketika pipiku memerah dan mataku agak terbelalak.
    “a. .amaneee. . t. .tidak mungkin tuan Kaname begitu . .” kataku
    “lalu kenapa wajahmu memerah begitu?” katanya sambil merapikan peralatan makanku.
    “hnnng. .t. tidak. .tidak. .” kataku sambil menutupi wajahku. .
    IYA. . aku menyukai Kaname. . semenjak awal kita bertemu, aku tidak menyangka kalau pria itu adalah kaname. Aku terus menerus memikirkan kejadian pertemuan pertama kami berdua, tentang bagaimana ia menyapaku, bagaimana ia bercerita tentang apa saja kepadaku.
    “reika. . reika?. . .Reika!!”
    “u. uh. .huh? a. amane. .ya?” kataku
    “pfft. . sudah kuduga, kamu menyukai kakakku. .aku pergi dulu ya, sampai bertemu esok hari. . buruk rupa. .” kata amane sambil tertawa puas menggodaku
    “h. hey!! Awas kamu amane. . haha. .” kataku .
    Semakin hari, kami semakin pun semakin dekat, . .
    “h. . hey reika. . itu remah roti tersangkut di bibirmu” kata kaname
    “e. . eeh..m. mana?” kataku sambil menggigit rotiku
    Kaname mengambil sebuah kain dari sakunya dan membersihkannya dari bibirku.
    “nah. . sudah . . makan itu harus pelan pelan. .” katanya sambil tertawa
    “huuh. .”
    “hm? Apa yang aku bilang kalau andaikan buruk rupa tersenyum?” katanya
    “iya iya iya. . nih. .” kataku sambil tersenyum kepadanya. .
    “. . . k. .kamu. . memang benar. . cantik. .” kata kaname perlahan
    “hm. E. eh?”
    Pipiku langsung memerah sampai aku menghentikan makanku.
    “a. .apalagi kalau pipimu sudah memerah seperti itu. .” kata kaname
    “hnnng. . .s. . sudah. .” kataku sambil dengan cepat memalingkan wajahku
    Semakin hari, kaname semakin mendekatiku. Suatu hari ia membawakanku serangkaian bunga setelah aku bercerita padanya kalau aku menyukai bunga. Segala sesuatu tentang dirinya, aku tuliskan di sebuah buku kecil berwarna biru tua dengan hiasan bunga kehitaman, juga pemberian dari kaname.
    *kiss*
    “hnn. . “
    “hm? A. .apa? itu hanya sebuah kecupan di dahimu. .” kata kaname
    “t. .tapi. .” kataku sambil menangkat wajahku yang kini dipenuhi tato lagi.
    “shhh. . atau belum cukup?” kata kaname
    “hnnn. .b. bukan itu. .tap. .”
    *kiss*
    Wajah kami sangat berdekatan. . detak jantung kami serasa berhenti, semua terasa sunyi, bahkan udara pun sepertinya telah meninggalkan pondok itu. Kurasakan perasaan aneh, namun hangat di sekitar bibirku.
    Untuk beberapa saat aku membuka lebar mataku, belum tersadar akan apa yang sebenarnya terjadi. Aku menatap wajahnya. Ia menutup matanya sambil memegang dagu dan pipiku.
    “hh. .hhh. .”
    “hnn. .”
    Aku terdiam sesaat sambilkan memalingkan wajahku yang merah padam akibat tingkah kaname.
    “hmmh. . k. . kamu terlalu berisik sih. . “ kata kaname sambil tersenyum manis kepadaku
    “. . .”
    “lhooo?? Kok jadi diam ?” katanya mulai menggodaku lagi
    “. . d. . diam kamu. .” kataku sambil mencibir ke arahnya
    Malam itu merupakan malam yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Aku Telah jatuh cinta, dan aku yakin begitu pula dengan kaname. Semenjak hari itu, kami semakin akrab dan dekat, hampir setiap waktu kaname habiskan untuk mengunjungiku di pondokku.
    Hingga pada akhirnya. Setelah hampir setahun kami bersama, sudah saatnya untuk keluarga ototsuki untuk pulang. Hari itu mungkin akan menjadi hari dimana aku akan bertemu kaname untuk terakhir kalinya. Karena Kuil Kuze tidak dapat menerima pria dengan alasan apapun untuk menjajakan kaki di kuilnya.
    “reika . .”
    “aku tau kaname. . aku tau. .” kataku sambil meneteskan air mata
    “maafkan aku. . . “ katanya sambil menjulurkan tangannya ke dalam jeruji untuk meraih pipiku.
    “tidak apa apa. . aku mengerti. .memang tidak akan pernah ada kita. .hiks. .”
    “amane. . amane . .tolong bukakan kunci ini. .aku ingin masuk ke dalam. .” kata kaname
    “sshhh. . tidak ada waktu lagi. . kamu harus segera pergi. . sebelum master Yashuu curiga. .” kataku
    “hmph. . a. aku akan pergi. . tapi tunggu. . aku ingin memberikanmu sesuatu. .” kata kaname
    Kaname memasukkan tangannya ke sakunya dan menunjukkan 2 buat batu berbentuk paku kecil dengan ukiran ular, persis seperti yang kutemukan pada jasad Kei.
    “ayahku bilang. . anting ini ialah pemberian dari ibuku. . ibu kandungku. . dimanapun dia berada sekarang, aku tidak tahu. Namun dengan anting ini, ibuku akan selalu mengenaliku, dan sejauh apapun aku pergi, ibuku akan selalu merasa dekat denganku.” Kata kaname sambil memberikan sebuah anting kepada reika.
    “h. huh? Tapi kaname. .ini adalah pemberian ibumu. . kenapa aku?” kataku,
    Aku terpaksa menyembunyikan identitas nona Kyouka dari Kaname, karena aku juga tidak ingin nona Kyouka terkena masalah apabila nantinya kaname mencoba menemuinya di kuil.
    “tenang saja reika . .aku masih memegang bagian satunya. . dengan ini. . seberapa jauhpun aku pergi, kita akan selalu merasa dekat. . dan dengan ini, akan selalu menjadi bukti. . kalau kamu adalah milikku. . dan hanya milikku. .” katanya sambil menepuk pipiku
    “h. hnng. .ka . kamu memang selalu berkata kata manis seperti itu” kataku sambil tersenyum kepadanya.
    “hehe. . setidaknya aku seperti in hanya untukmu. .” katanya
    “kemari. . aku juga punya sesuatu untukmu. .” kataku sambil menempelkan hidungku pada jeruji kandangku
    “huh? Apa itu reika?” katanya
    “sshh. . sudah sekarang tutup matamu. .” kataku
    Tanpa bertanya Tanya lagi kaname langsung menutup kedua bola matanya. Dengan cepat aku menarik pipinya mendekati jeruji kandangku,. .
    *kiss*

    Kali ini kaname membuka matanya lebar, sedangkan aku menutup mataku sambil terus memegangi pipinya.

    “hh. .h. hey. .” katanya dengan wajah memerah
    “hehe. . pembalasan” kataku sambil tersenyum kepadanya
    Kaname hanya bisa tersenyum melihat tingkah lakuku. Dia kembali meraba pipi dan rambutku.
    “aku akan merindukanmu. . sangat merindukanmu. . reika. .” katanya
    “aku. .akan selalu ada dalam mimpimu. . panggil namaku sebelum kamu tidur. .maka aku akan berada disana. .” kataku
    “akan selalu kulakukan. . ingat. . jangan hilangkan anting itu. . simpan selalu okay?” kata kaname sambil merapikan rambut dan mengangkat barang bawaannya
    “akan selalu kubawa. . sampai kamu kembali. . . kaname kun”
    Dia terseyum kepadaku untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya sosok pria yang kucintai itu, menghilang dibalik pintu pondok tersebut.
    Hari demi hari kulewati. . kembali seperti sebelumnya. . aku menceritakan semuanya kepada Amane, kalau kaname pun sebenarnya tidak tahu bahwa kyouka adalah ibu kandungnya sendiri.aku selalu berdoa, memohon untuk kaname agar kembali menemuiku. . sebelum pada akhirnya kusadari. .waktuku tidak lama lagi. .
     
  19. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    -The Mirror Of Loss-

    Tak kusangka. . 3 tahun sudah dari kepergian Kaname. . hari demi hari terlewati, rasa sakit dari persebaran tatoku, sudah sampai tak bisa kurasakan lagi. Kugenggam anting pemberian darinya sambil terus menyebutkan namanya sebelum aku tertidur pulas, dengan harapan aku akan dapat melihatnya, . .meskipun hanya di dalam mimpi saja.

    *knock*
    “reika san?”
    “. . .”
    “reika san.. sudah waktunya..”

    Begitulah kata pertama yang kudengar dari Amane. Dia muncul lengkap dengan kimono pendetanya, dan perlengkapannya.

    “hh. . aku sudah siap. . Amane. .” kataku perlahan

    Sinar matahari pagi itu langsung menyengat kulitku yang telah sekian lama tidak mendapatkan sinar matahari. Aku menutupi wajahku yang sudah terpenuhi oleh tato. Amane memegangi lenganku ditemani dengan 2 orang pendeta lainnya yang juga membantu mengangkat tubuhku yang semakin lama semakin melemah akibat kutukan tato tersebut.

    Kami berjalan memasuki Kuil utama, dan pada akhirnya berujung di sebuah ruangan dimana aku dapat melihat lambang kebesaran keluarga Kuze di dindingnya.

    “ah. . nampaknya sudah waktunya giliranmu. . anakku. .” kata Yashuu ketika melihatku bersusah payah melangkah masuk ke kamar itu.

    “. . . “

    “aku yakin. . ayahmu pasti akan bangga padamu sekarang ini” kata yashuu sambil tersenyum kepadaku

    “ayah. . . tunggu aku disana. .” pikirku

    Yashuu memerintahkan para pendeta untuk menanggalkan kimonoku kembali, dan menunjukkan seluruh tubuhku yang dipenuhi oleh tato yang semakin lama semakin jelas berbentuk semacam ular, dan benda seperti dedaunan namun berbentuk abstrak.

    “reika. . tahap ini ialah tahap yang terpenting dalam keseluruhan ritual ini, apa kamu sudah siap?” kata Amane berbisik kepadaku.

    “. .uh. . apa yang harus. . kulakukan?” tanyaku

    “uh, setahuku kamu hanya harus mengosongkan pikiranmu dan menjaga dirimu untuk tetap tenang, sampai cermin ritual itu selesai melakukan tugasnya. .” kata amane yang tampak sedikit kebingungan
    Aku hanya mengangguk kepadanya meskipun aku sedikit tidak mengerti dan bertanya Tanya apa yang akan terjadi berikutnya.

    “hey. . “ kata amane sambil mencolek tanganku

    “i. .iya?”

    “aku. . senang mengenalmu. . reika san. . “ kata amane sambil membalikkan wajahnya dan mengeluarkan air mata

    “e. ehh? Kamu kenapa menangis?” tanyaku

    “u. uh. .ti. tidak reika san. . aku. .harus kembali bersama pendeta gadis lainnya, Hisame tidak akan suka apabila aku terlambat. . m. maafkan aku. .” kata amane sambil berjalan menjauhiku.

    Perilaku Amane semakin membuatku bingung dan penasaran. Ingin sekali kubertanya kepadanya atau para pendeta, namun tiba tiba beberapa pendeta bersama nona kyouka dan para pendeta gadis yang berjumlah 4 orang itu memasuki ruangan.

    “sleep. . priestess lie in peace. . sleep priestess lie in peace. . . “

    Alunan lagu ritual itu kembali terdengar, amane pernah mengajariku untuk menyanyikannya, namun ia selalu bilang jangan pernah bernyanyi di depan master yashuu.

    “ibu. . apakah ini tidak terlalu dini??” kata kyouka kepada yashuu

    “tidak. . lihatlah dia, kutukan tato itu sudah memenuhi tubuhnya. . dia sudah siap. .” kata yashuu

    “hmm. . dia hanya berumur 21 Tahun. . dia bisa jadi tumbal ritual yang paling muda dari semuanya. .” kata kyouka perlahan

    “ya. . mungkin itu yang menyebabkan tato itu tersebar lebih cepat. .” kata yashuu sambil terus membacakan doa ke sebuah cermin silver di tangannya.

    Kyouka memandangiku dengan wajah yang kasihan. Aku hanya terduduk di tengah ruangan itu sambil menundukkan kepalaku.

    “apakah aku akan mati? Apakah dunia seberang itu maksudnya aku harus mati?” pikirku

    “ayo kita mulai. .”kata yashuu sambil memerintahkan para pendeta untuk membantuku berdiri.

    Kedua lenganku dipegang oleh para pendeta dan satu orang lagi menarik rambutku untuk memaksaku agar aku memandang ke depan, tidak menunduk.

    Secara perlahan yashuu berjalan mendekatiku sambil menunjukkan cermin itu ke langit. Ia terus membacakan doa, sambil sekali sekali ia melakukan gereakan seperti tarian kecil. Hingga pada akhirnya ia sampai di depanku, ia menjadi sunyi.

    “reika. . Kuze. . kamulah orang ke 51 yang melakukan ritual ini. . dan untuk membuktikan bahwa memang dirimu lah anak yang berada di dalam ramalan, aku akan mencoba menyegel semua ingatanmu kepada cermin ini. . membuatmu menjadi murni, tanpa rasa berdosa, maupun rasa bersalah sedikitpun. .” kata yashuu kepadaku

    “h. hah? mengambil seluruh ingatanku. . “ pikirku

    Yashuu mendekatkan cermin itu ke wajahku. Aku memperhatikan cermin itu, anehnya, aku sama sekali tidak dapat melihat pantulan bayangan diriku sama sekali disana, yang ada hanyalah pusaran seperti pusaran air di dalamnya.

    “ti. Tidak. .jangan ambil ingatanku” pikirku.

    Aku mencoba untuk memejamkan mataku dan menundukkan kepalaku, namun tubuhku seperti tidak mau menurutiku. Tubuhku tetap tertahan dan pandanganku tidak dapat berpaling dari cermin itu. Tiba tiba sebuah benda semacam tali berwarna putih muncul dari keningku dan mulai menjalat menuju cermin itu.

    “t. .tidak. . “ kataku perlahan.

    Cermin itu terus menarik tali putih itu dari keningku. Secara perlahan aku mulai merasakan perasaan yang aneh di kepalaku, seakan akan ia menarik seluruh otakku keluar dari kepalaku. Aku mulai melupakan entah darimana aku berasal, entah siapa nama ayah dan sodaraku, semuanya.

    “bagus reika, , bagus, , berikan semua ingatanmu kepada cermin ini, untuk menyempurnakan ritual ini” kata Yashuu sambil tertawa.

    “aku. . tidak ingin melupakannya. . k. .kaname. . tolong aku. .” pikirku

    Aku mulai memikirkan tentang kaname, tentang bagaimana kita bertemu, bagaimana ia sangat perhatian kepadaku. Bagaimana kaname membersihkan bibirku dari remahan roti setelah aku makan, dan tentu saja, hadiah darinya dan ciuman pertama darinya, yang aku sangat tidak ingin lupakan. Tali it uterus saja keluar dari dalam keningku, dan aku tetap mempertahankan ingatanku tentang dirinya. Hingga pada akhirnya tali itu terputus dari keningku dan aku tertunduk kembali, mulai tak sadarkan diri.

    “hmm. . tak kusangka akan secepat ini. . dengan ini, maka tumbal kita telah menjadi murni, bawa dia menuju ke tempat peristirahatan terakhir. .” kata Yashuu.

    “hmh. .huh. .a. aku dimana?” pikirku

    Aku mencoba mengangkat kepalaku secara perlahan. Aku dapat melihat Yashuu dan para pendeta dari balik jeruji sebuah kandang yang kecil. Aku terdapat di dalam sebuah kandang kecil yang terletak di tengah semacam jurang. Aku terus memandangi yashuu disana. .

    “si. .apa kamu?” kataku perlahan

    “siapa aku?? Haha. . aku adalah dewamu. .gadis kecil. .” kata yashuu

    Aku benar benar telah melupakan semuanya, namun tidak untuk ingatan tentang kaname. Aku kembali memikirkan tentang kaname, tentang apa saja yang pernah kami lakukan bersama, dan apa yang ia janjikan kepadaku.

    “k. kaname. .aku ingin melihatnya. . sekali ini saja. . cukup satu kali lagi. . aku tidak ingin melihatnya lewat mimpiku. . aku mohon. . untuk terakhir kalinya. .” pikirku.

    Yashuu mengangkat tangan kanannya, memberikan tanda bahwa aku telah siap untuk dibawa turun menggunakan lift yang berbentuk seperti kandang kecil itu.

    *cring* *cring*

    Mataku terbuka lebar. Aku melihat kaname disana, berdiri di belakang para pendeta dan Yashuu. . tanpa ber pikir panjang lagi, aku mendekati sisi kandang itu dan menjulurkan tanganku keluar dari kandang itu. Yashuu yang tampak kebingungan membalikkan kepalanya, dan melihat bahwa tidak ada siapa siapa disana. Namun aku yakin aku melihatnya, kaname berjalan secara perlahan ke arahku. Ia memberikannya tangannya kepadaku. Mencoba meraih tanganku dengan tatapannya yang kosong. Aku sedikit tersenyum kepadanya sambil mulai meneteskan air mataku. Namun, sesaat sebelum tangan kami akhirnya bersentuhan. Kandangku sudah mulai diturunkan. Aku terdiam sesaat dengan tanganku yang masih kujulurkan keluar kandang yang sudah bergerak ke bawah itu.

    “k. .kaname. . . “ pikirku sambil meneteskan air mataku lebih banyak lagi.

    Sesampainya di bawah ruangan itu, aku dapat melihat lilin lilin biru menghiasi seluruh dinding batu, dan menerangi jalan menuju ke sebuah gua yang besar dengan semacam kolam air dan rumah batu di tengahnya. Air disana seperti menyala nyala akibat cahaya lilin lilin biru itu.

    *Click*

    Suara itu membuatku tersadar seketika setelah aku terpesona dengan pemandangan yang baru saja kulihat. Para pendeta kembali menarikku dan menggiringku melewati kolam air itu dan pada akhirnya masuk ke dalam rumah batu itu.

    *cring*

    “haah?” kataku. .

    Tubuhku kembali terpisah dari tubuh reika yang sedang ditarik melewati mayat mayat dari pendeta ritual tato seblumnya.

    “re. reika??” pikirku.

    Belum sempat aku berjalan lebih jauh, tiba tiba tubuhku ditembus oleh 4 orang gadis pendeta yang berjalan beriringan sambil membawa paku dan palu. Aku memperhatikan mereka sambil mereka berjalan lebih jauh dariku. Aku dapat melihat Amane yang memang menengok ke arahku sambil meneteskan air mata.

    Aku mulai merasakan nafasku menjadi sangat berat sehingga membuatku bersujud sambil memegangi dadaku.

    “haah. . hah. . a. .apa apaan ini?” kataku perlahan.

    Reika kemudian diposisikan terlentang di tengah ruangna tersebut. Dan diikuti oleh keempat para pendeta gadis itu yang menempatkan posisinya pada kedua tangan dan kakinya.

    Mereka kemudian mulai meletakkan paku mereka tepat di kaki dan tangan reika.

    “sleep. . priestess lie in peace. . sleep priestess lie in peace”

    Alunan lagu itu kembali terdengar memenuhi ruangan itu. Sambil para pendeta gadis itu mengangkat palunya hampir secara bersamaan.
    “aku hisame Kuze. . telah siap untuk menyelesaikan ritualmu. . reika san” kata gadis tertua dengan rambut yang sangat panjang

    “aku minamo Kuze. . telah siap untuk menyelesaikan ritualmu. . reika san”

    “aku Shigure Kuze. . telah siap untuk menyelesaikan ritualmu. . reika san”

    “aku Amane Kuze. . hiks. . siap untuk menyelesaikan ritualmu. . reika san” kata Amane sambil terus meneteskan air matanya. .



    Mereka menyelesaikan lagu itu dan bersiap siap untuk memukulkan paku itu masuk menembus kedia tangan dan kaki reika. reika hanya terdiam disana, memandang langit langit dengan tatapan yang kosong.

    “h. .hey. .haah. . t. tunggu!! Jangan!!”kataku sambil memegangi dadaku yang sangat sesak.

    “m. maafkan aku. . reika san. .” bisik amane kepada reika

    *TING*

    “aaaaaaaaaaarrgghh!!!!!!!!!!!”

    *TING*

    Aku memejamkan mataku, tidak mampu untuk melihat penderitaan yang diterima Reika. suara dentingan akibat kedua benda logam itu selalu diikuti oleh suara teriakan reika.

    “s. .sudah cukup. . hentikan. .” kataku perlahan

    *TING*

    Aku sudah tidak dapat mendengar suara reika kembali, aku tetap memejamkan mataku sambil menutupi telingaku, tidak kuasa menahan untuk melihat reika tersakiti disana.

    “hentikan. . .Hentikan!!!!!!!!!!!!!”

    *cring* *cring*
     
  20. PandoraHearts Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 21, 2011
    Messages:
    68
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    last part, daaann finished ^^ thank you yang udah baca :)

    -The Other Side –

    “haah. . hah. .”
    Aku terbangun dan tepat ada di kolam air dangkal dengan rumah batu, dimana reika di seret masuk kedalam oleh para pendeta untuk menyelesaikan ritualnya.

    “R..Reika… Reika san “ kataku

    Aku terus berteriak mencari reika, tapi tidak ada suara sama sekali di sini. Aku berjalan masuk kedalam rumah batu itu mencari reika ternyata tempat itu masih sama dengan kejadian ritual reika tidak ada yang berubah sama sekali

    *cring* *cring*

    Ruangan rumah batu itu kini berubah menjadi seperti zaman dahulu, aku terdiam di jalan masuk tempat itu sambil terus mencari reika.
    “apakah aku masuk lagi ke masalalu reika “ pikirku
    Sambil terus berjalan masuk kedalam, Tiba tiba di depanku ada seorang laki – laki berkimono gelap membawa lentera biru.

    “siapa laki laki itu “ kataku

    “bukankah di tempat ini dilarang ada laki – laki yang masuk “

    “atau i..itu ka..kaname”

    “…”

    Laki laki itu terus berjalan melintasi ratusan mayat para tumbal ritual tato itu.

    “Reika..Reikaa??” kata laki laki itu

    Laki laki itu pada akhirnya berhenti tepat di tengah tengah ruangan tersebut. Pria itu menengok ke arahku, dan saat itulah aku menyadari bahwa itu adalah Kaname.

    Kaname menunduk dan bersujud di depan seorang mayat. Ia meletakkan lenteranya tepat di sebelah wajah mayat itu. Itu. .adalah. . Reika. .

    “Reika. . Reika. .” katanya

    Aku dapat melihat reika secara perlahan menggerakkan kepalanya. Kaname sempat terkaget dan menutup mulutnya ketika melihat darah yang bercucuran dari paku paku yang menembus kedua telapak tangan dan kakinya. Reika mengedipkan matanya sambil menatap pria yang ia cintai itu. Secara perlahan, ia pun tersenyum lemas. Kaname menatapnya sambil secara perlahan membalas senyuman reika.

    “Reika..kamu tahu..di dalam mimpiku .. kamu selal…..”

    Belum selesai kaname menyelesaikan pembicaraannya, tiba tiba yashuu muncul di belakang kaname dengan pisau besar dan melayangkannya ke leher kaname.

    *Sruuddrt*

    “a. .a. .”
    *Thud*

    Tanpa meneruskan ucapannya kaname langsung yerjatuh lemas tepat di hadapan reika. kaname terbaring lemas disana dengan tatapan kosong dari matanya yang terbuka lebar. Reika terkejut dan langsung membuka matanya.

    Setelah melihat kaname terbunuh di sana hati reika yang awalnya kosong tanpa masalah apapun menjadi bermasalah. Nafas reika mulai tidak teratur, ia terus berusaha memanggil kaname namun tidak satupun kata keluar dari mulutnya yang tetap tertutup kaku.

    “siapa yang mengijinkan pria ini masuk. . apakah salah satu gadis pendeta itu. . pantas saja anak dengan rambut yang terikat itu terlihat sangat mencurigakan. . . aku harus memberinya pelajaran” kata Yashuu sambil memerintahkan Hisame, gadis pendeta yang tertua untuk menghukum Amane, adik dari kaname.


    Ritual Kuze yang semula berjalan lancar menjadi berantakan, Hati reika yang semula sudah bersih oleh cermin ingatan itu kembali terkotori oleh perasaan kehilangan seseorang yang sangat dicintainya. Semua tato yang ada di tubuh reika perlahan keluar itu berarti ritual yang di jalani reika gagal dan tato itu menjadi marah.

    Tato itu langsung masuk ke tubuh yashuu, dan seketika itu pula yashuu mulai tercekik dan terbunuh disana. Lalu tato itu bergerak ke arahku tapi ketika tato itu tepat di depanku tato itu langsung menghilang. dan seluruh ruangan itu kembali menjadi gelap, sama seperti sebelumya.

    Tanpa berpikir panjang lagi, Aku berlari menuju mayat reika dan kaname, belum sampai aku ketempat reika dan kaname
    Tiba tiba yashuu berada di depanku dengan pisau besarnya yang masih berlumuran darah bekas membunuh kaname. Aku tersentak sambil mulai membalikkan tubuhku, berusaha melarikan diri darinya.

    Yashuu terus mengejarku sambil melayangkan pisau besarnya ke tubuhku, aku berusaha menghidar sebisaku berlari kesana kemari di dalam ruangan itu untuk menghindari yashuu.

    “tiddaaak !!! jangan bunuh aku …!!” kataku sambil terus berlari

    “aku mohon jangan lakukan itu !!!” teriaku.

    Tapi yashuu tidak mendengar ucapanku dengan penuh amarah dia terus mengejarku sambil menusukan pisaunya, lalu pisau besar itu mengenai pinggangku. Aku langsung terjatuh sambil memegangi pinggangku yang terus menerus mengeluarkan darah, aku terpojok tidak berdaya.

    Yashuu sekarang sudah berada tepat di depan mataku dan sudah mengangkat pisaunya untuk dengan cepat menghabisi nyawaku. Saat pisau itu ada di dekat leherku tiba tiba reika datang dan menarik jauh yashuu dari tubuhku dan melemparnya di tengah ruangan itu.

    Aku tidak bisa berbuat apapun untuk membantu reika, untuk berdiri pun aku tidak bisa melakukannya aku hanya bisa melihat apa yang dilakukan reika terhadap yashuu.

    Reika menatap tajam ke arah yashuu yang sedang mencoba untuk berdiri.

    “mati kau …!!” kata reika

    “akan aku bayar semua perbuatanmu pada kaname”

    Reika habis habisan menyerang yashuu tanpa ampun, Yashuu yang tidak berdaya hanya menerima tamparan dan pukulan dari reika yang terus menerus berjalan sambil menyakitinya.

    “Re. . ika. .”kata yashuu sambil terengah engah

    “berani beraninya kamu menyakiti. . ibu angkatmu sendiri. . pemimpin dari keluarga besarmu. . haah. .” katanya

    Reika tidak menghiraukan itu sama sekali dia tetap memukuli yashuu yang terlihat mulai kehabisan tenaga itu. Reika menggenggam yashu dengan kedua tangannya dan mengangkatnya di udara.

    “ugh. Uhuk. .re. .ika. .jangan. . “kata yashuu sambil menggenggam tangan reika di lehernya.

    Reika tetap mencekik yashuu dengan kuat. yashuu yang sudah tidak berdaya untuk melawan reika akhirnya semakin lama, semakin melemas dan pada akhirnya ia tidak bergerak lagi dan menghilang dari ruangan itu.

    “haah. .re. .reika. .” kataku perlahan sambil melihat kejadian itu

    Reika membalikkan tubuhnya kearahku, ia pun secara perlahan menunjuk ke arah mayat tulang belulang yang mengenakan pakaian sama dengan yashuu.

    “rei. . . cermin. .hancurkan. .” kata reika sebelum akhirnya tubuhnya menghilang di kegelapan

    “. . .i. .iya reika. .” kataku

    Aku yang mengetahui bahwa cermin itu menyegel semua memori reika, harus dapat menghancurkannya untuk membebaskan reika, beserta seluruh tumbal ritual yang juga tersegel di dalamnya. Aku mengambil cermin itu dari saku pakaian yashuu yang kini sudah terbaring tak berdaya.

    Aku memandang sekitarku untuk mencari sesuatu untuk menghancurkan cermin itu, tiba tiba lentera di dekat mayat reika dan kaname itu bersinar dengan terang.

    “uh. . l. .lentera itu?” kataku sambil menutupi mataku karena silau

    Aku berjalan ke arahnya sambil memegangi pingganku yang terluka lumayan parah. Sesampainya disana aku segera mengangkat lenteraitu sambil melihat ke arah reika dan kaname.

    “ayo. . kita selesaikan ini. . dan terima kasih. . kamu sudah melindungiku beberapa kali sebelumnya. .” kataku kepada lentera itu.

    Dengan keras aku membanting cermin itu ke tanah dan memukulkan lentera itu kea rah cermin itu dengan keras sampai kedua benda itu terpecah belah.

    *crack*
    *cring* *cring*

    “haah? Hah.. haah. .”
    Aku tersadar kembali. . aku melihat di sekitarku, aku masih berada di ruangan itu, namun aku sempat terkaget ketika melihat ruangan itu tiba tiba kosong hanya menyisakan tubuh reika dan kaname yang masih terbaring di tempat yang sama dengan mata yang terbuka.

    Aku menatap mata reika yang semula berwarna hitam seluruhnya, perlahan lahan kembali ke seperti semula, sama seperti reika biasanya. Aku bersujud di depan tubuh mereka berdua sambil secara perlahan menutup mata kaname dan reika.

    “tenang saja. . kini kalian bisa menutup mata kalian dengan tenang” kataku.

    *cring* *cring*

    “hah. .hah. .”

    Ruangan itu seketika berubah seperti sebuah lautan yang sangat luas dengan angina yang bertiup dengan kencang. Aku menyadari di dekat kakiku sudah terdapat sebuah kapal dengan tubuh reika dan kaname di dalamnya.

    “pergi ke dunia seberang. . pergi ke dunia seberang. . persiapkan perahumu. . naiklah. . sebrangi lautan itu. . ke sisi satunya. .”

    Suara reika kembali terdengar di kepalaku, dengan secara tanpa sadar, aku mendorong perahu itu menuju lautan lepas.
    “h . huh. .dunia. . seberang. .” pikirku

    Aku terus memandangi perahu reika dan kaname yang semakin lama semakin menjauh dari pesisir pantai tersebut. Dan secara tiba tiba, aku melihat beberapa bayangan bayangan hitam yang berwujud seperti manusia,berjalan di atas lautan itu sambil mengikuti perahu reika.

    Belum sempat aku bertanya pada diriku sendiri, tiba tiba aku melihat amane di antara mereka dan ia pun menatapku sambil tersenyum. .

    “terima kasih. . Rei san. .” katanya sambil tersenyum kemudian berbalik badan dan kembali melangkah menjauhiku.

    “a. .amane tunggu. .” kataku
    Amane tidak lagi menghiraukan ucapanku dan tetap terus melangkah. Tiba tiba aku merasakan ada seorang yang memeluk kakiku, dengan cepat aku menengok kebawah dan ternyata itu adalah kozue.

    “kak rei . . hehe. . terima kasih . .” katanya sambil tersenyum gembira

    “kozue. . kita harus cepat menyusul”

    Aku dapat melihat ibunya memanggil di kejauhan sambil melambaikan tangannya kepadaku. Aku secara otomatis tersenyum kepada kedua pasangan ibu dan anak itu sambil melambaikan tanganku kembali.


    “hey. .”

    Mataku terbuka lebar ketika mendengar suara itu diteruskan dengan sebuah tangan yang memegang pundakku dari belakang. Sesosok pria muncul di sebelahku dan berpindah ke depanku.

    “k. . kei. .” kataku sambil menundukkna kepalaku.

    “terima kasih ya. . tolong sampaikan maafku kepada mio. . aku harap kamu dapat bertemu dengannya..” kata kei sambil tersenyum.

    Kei pun kembali membalikkan tubuhnya dan ikut berjalan bersama ratusan bayangan bayangan itu.

    Aku tersenyum melihat semua bayangan itu, merasa semuanya telah berhasil aku selesaikan, namun. . di tengah tengah semua bayangan yang berjalan menjauhiku itu, aku melihat Yuu. .

    Dengan reflek yang cepat, aku segera berlari mengejarnya. Seketika aku berlari, tato di tubuhku kembali menyebar dengan cepat sampai memenuhi seluruh tubuhku.

    “Yuu!!! Yuu!!! Jangan pergi!!” kataku sambil berlari mengejarnya

    “jangan tinggalkan aku kali ini. . . tolong. .”

    “aku ingin. .hiks. pergi bersamamu. .”

    Daratan disana semakin lama semakin menurun sampai aku kesusahan berlari disana. Namun aku dapat melihat Yuu yang sudah berbalik arah memandangiku. Aku menatap matanya sambil menjatuhkan air mata.

    “Yuu. . kamu selalu ada untukku. .”

    “tidak peduli apapun. . hiks. . kamu sudah memberikanku segalanya. .”

    “karena kamu. . selalu bersamaku. . hiks”

    Aku menundukkan kepalaku sambil menangis, sebelum aku merasakan tangan yang mulai mengelilingi tubuhku dan memelukku dengan nyaman.

    “hiks. . maafkan aku. . “ kataku sambil menangis di pelukan Yuu

    “kali ini. . aku akan ikut denganmu. .”

    Aku membalas pelukan Yuu dengan erat.

    “terima kasih. . .”

    Suara Yuu membuatku mengangkat wajahku dan menatapnya.

    “aku mengerti perasaanmu. . aku mengerti. . .namun, aku harus pergi. . aku harus pergi sendiri. .” kata Yuu

    Tiba tiba tato di tubuhku itu mulai bersinar terang. Aku melihat tato itu menjalar dari tanganku, masuk ke dalam tubuh Yuu, sampai keseluruhan tato itu berpindah ke tubuh yuu. Dan Yuu secara perlahan melangkah mundur menjauhiku.

    “. . . Yuu. .hiks” kataku sambil terisak

    “ketika kamu. . meninggal. . maka aku akan menghilang selamanya. . selama kamu terus melangkah kedepan. . untuk hidup. . sebagian kecil diriku. . akan selalu hidup. . seterusnya. .” kata Yuu sebelum akhirnya seluruh ruangan itu menjadi gelap seutuhnya.

    *cring*

    “oleh karena itu. . . aku membutuhkanmu. .untuk hidup”

    Suara itu terngiang di kepalaku sambil bersamaan dengan aku membuka kedua mataku. Memandangi ruangan yang setiap hari kulihat, lengkap dengan cahaya matahari yang menembus jendela itu.

    Aku berusaha untuk duduk, sambil memegangi pundakku yang kini sudah tidak terasa sakit sama sekali akibat tato itu.

    “Rei. . .”

    Aku memandang sesaat ke arah pintu kamarku, dan alangkah senangnya diriku, itu adalah miku yang juga masih mengenakan pakaian tidurnya.
    Dengan cepat aku berjalan ke arahnya dan memeluk tubuh mungilnya.

    “r. .rei. . a. .apa yang terjadi?” Tanya miku keheranan

    “semua. . sudah selesai miku. . sudah selesai. .” kataku sambil kembali meneteskan air mataku.

    -FIN-
     
  21. sofensky Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Sep 16, 2013
    Messages:
    15
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +6 / -0
    nice story.. menarik
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.