1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Other sekolah + kampus = bullshit (?) - sistem pendidikan kita dalam sebuah sudut pandang

Discussion in 'Travelling and Culinary' started by loveminion, Sep 30, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. loveminion M V U

    Offline

    Superstar

    Joined:
    Aug 2, 2013
    Messages:
    15,324
    Trophy Points:
    227
    Ratings:
    +297,562 / -0
    Tulisan ini saya buat berdasarkan isi hati, pengalaman dan pencerahan dari berbagai sumber (buku + artikel).

    catatan sebelum membaca :

    ARTIKEL INI SAYA PUBLISH BUKAN UNTUK DIPERDEBATKAN, MELAINKAN UNTUK BAHAN RENUNGAN DAN BAHAN UNTUK SEBUAH PERUBAHAN. MAAF BILA SUDUT PANDANG KITA BERBEDA.


    Bagiku sistem pendidikan di negeri ini (sangat) aneh. Untuk gambaran akan saya berikan sedikit ilustrasi.

    didalam hutan ada sebuah sekolah binatang yang memiliki status “disamakan”, disamakan disini adalah disamakan dengan manusia. Untuk sama kurikulumpun disamakan, ada 5 mata pelajaran antara lain : terbang, berenang, memanjat, lari dan menyelam. Untuk lulus tiap masing-masing pelajaran minimal bernilai 8 agar dapat lulus dan mendapatkan ijasah.

    Karena ini sekolah yang “disamakan dengan manusia” banyak orang tua binatang yang mendaftarkan anaknya, antara lain : elang, bebek, rusa, katak dan tupai.
    [​IMG]Hari pertama pembelajaran pun dimulai, dan sudah terlihat jelas bahwa tiap-tiap murid memiliki keahlian di mata pelajaran tertentu.

    Elang sangat unggul dalam hal terbang, dapat terbang dengan cepat, menukik dengan indah, menyambar, hingga bertengger di pohon.

    Si bebek sangat ahli dalam berenang, dengan gayanya yang khas bebek dapat berenang mengelilingi sungai sepanjang hutan dengan mudahnya.

    Sang rusa adalah murid yang luar biasa dalam berlari, cara berlarinya begitu indah dan sangat cepat. Percepatan yang stabil, kecepatan yang luar biasa, bahkan cara berlarinya yang indah membuat orang kagum melihatnya.

    Si katak jago dalam menyelam, dengan gaya menyelamnya yang khas dapat menyelam dengan sangat cepat dan dapat bertahan lama didalam air.

    Sedangkan sang tupai sangat piawai dalam pelajaran memanjat, begitu cepat dan lincah. Si tupai dapat memanjat pohon tertinggi dihutan dalam hitungan detik.

    Tetapi untuk lulus sekolah ini mereka harus minimal mendapat nilai 8 disetiap mata pelajaranya. Disinilai semua kekacauan dimulai. Para binatang satu persatu mempelajari mata pelajaran yang ada bahkan untuk mata pejaran yang tidak disukai.

    si elang mulai belajar memanjat dan berlari dengan hasil yang lumayan, tetapi dipelajaran berenang dan menyelam dia selalu gagal walaupun sering mencoba. Bahkan si elang pernah hampir mati karena kehabisan nafas saat menyelam.

    si tupaipun demikian, berkali-kali mencoba untuk terbang tapi tak pernah berhasil. yang ada hanya terjatuh dan membuat semua badanya terluka.

    beda lagi dengan si bebek, untuk berlari dia lumayan walaupun cara berlarinya yang aneh membuat dia ditertawakan, untuk terbang sedikit-sedikit masih bisa. tapi dia sampai putus asa saat mempelajari pelajaran memanjat. dia berkali-kali jatuh hingga bulu-bulunya rontok.

    dan itu berlaku untuk semua binatang, semua mengalami kesulitan di beberapa bidang. Setiap hari mulai dari pagi sampai malam para binatang belajar namun hasilnya tetap nothing, tidak ada perubahan yang berarti.

    Yang lebih parah lagi, karena mereka fokus mempelajari pelajaran-pelajaran yang tidak dikuasainya, dan akhirnya mereka malah kehilangan kemampuan alamiah mereka. Perlahan-lahan elang kehilangan kemampuan terbangnya, tupai lupa cara memanjat, bebek tak lagi bisa berenang karena bulu-bulunya rontok karena belajar berlari dan terbang, katak tak lagi bisa berenang karena terlalu sering terjatuh. Rusa pun tak bisa berlari kencang karena paru-parunya terlalu banyak kemasukan air saat belajar menyelam.

    Akhirnya para muridpun tak ada satupun yang lulus. Lebih menyedihkan lagi mereka kehilangan kemampuan alamiahnya setelah keluar dari sekolah. Mereka tak bisa lagi hidup di habitatnya lagi dan kemampuan alamiah mereka terpangkas oleh kurikulum sekolah tersebut.

    Banyak diantara kita yang belum menyadari bahwa sistem pemdidikan manusia yang ada saat inipun tak jauh beda dengan sistem pendidikan binatang dikisah ini. Kurikulum sekolah telah memaksa anak-anak untuk menguasai mata pelajaran dan melupakan kemampuan unggul mereka masing-masing. Kurikulum dan sistem pendidikan telah memangkas kemampuan alamiah anak-anak untuk bisa berhasil dalam kehidupan. Mereka menjadi tak lebih dari anak yang hanya bisa menjawab soal-soal ujian.

    Akankah anak-anak kita kelak, atau kita sendiri kelak juga mirip dengan nasib para binatang disekolah tersebut?

    kalo kita lihat sistem pendidikan kita saat ini jauh lebih seram dari cerita fabel tadi. Bayangkan betapa para lulusan sekolah sat ini lebih banyak hanya menjadi pencari kerja dari pada pencipta lapangan kerja. Betapa banyak lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang digeluti selama bertahun-tahun ( Sebuah Pemborosan waktu, tenaga dan biaya (?)). Betapa para lulusan sekolah tidak tahu akan dunia kerja yang akan dimasukinya. hanya bermodal pengetahuan, itupun pas-pasan, setiap siswa yang melanjutkan di perguruan tinggi bahkan tak bisa menjelaskan apa kemampuan unggul mereka, mengenaskan… bahkan tak banyak lulusan perguruan tinggi cuma pandai membuat CV yang bagus, hanya CVnya saja yang bagus tidak lebih, atau bahkan terkadang CVnya pun juga kurang bagus, lebih mengenaskan lagi..
    [​IMG]
    apa yang menjadi penyebab dari sistem pendidikan kita ?
    1. Sistem TIDAK menghargai proses

    Belajar itu sebuah proses, proses dari yang tidak bisa menjadi bisa. Sayangnya proses pembelajaran sering kali tak dihargai, tidak pernah dinilai seberapa keras dia berusaha memalui proses yang panjang. Tapi semata-mata hanya dilihat dari hasil akhir, hasil ujian akhir. Tak heran bila ada mahasiswa yang hanya masuk kuliah seminggu diakhir perkuliahan, atau cuma masuk kelas untuk absen. Saya sendiripun jarang kuliah, “percuma masuk tiap hari buang-buang waktu dan tenaga, yang penting bisa mengerjakan ujian dan hasilnya bagus dijamin lulus”.

    2. Metode pembelajaran Burung BEO

    Metode Burung BEO adalah "] sistem pembelajaran yang hanya menghafal, bukan belajar dari makna sesungguhnya. apa buktinya ? coba kita ingat berapa lama materi pelajaran kita ingat setelah ujian ? seminggu ? besoknya ? atau bahkan sudah keluar ruangan ujian udah lupa ? *gue banget nih yang terakhir hehe*

    Lalu apa bedanya belajar sama menghafal ? bedanya ada pada produknya. produk dari pembelajaran itu adalah kemampuan dan keahlian yang dikuasai terus menerus.

    contoh sederhana :
    saat anak kecil belajar sepeda, mulai dari tak bisa menjadi bisa, dan setelah itu dia akan terus bisa, tak akan pernah hilang dan akan terus bertambah ahli.

    sedangkan produk menghafal hanya bertahan dalam jangka waktu singkat akan cepat hilang.

    Pada hakekatnya manusia dianugrahi susunan otak yang paling tinggi derajatnya dibanding makhluk manapun di bumi ini. Fungsi tertinggi otak manusia tersebut disebut cara berfikir tinggkat tinggi, yang direpresentasian melalui kemampuan kreatif atau bebas menciptakan serta berpikir analisis-logis. Sementara fungsi menghafal hanya fungsi pelengkap. Kemampuan seorang anak kelak bukan ditentukan oleh kemampuan hafalannya, tapi oleh kemampuan kreatif dan berpikir kritis analisis.


    3. Sistem sekolah berbasis NILAI


    Nilai biasanya diwakili oleh angka-angka, dan selalu menjadi penentu hidup matinya seorang siswa. Karena sakralnya arti sebuah nilai pejaran bagi semua pihak mulai dari guru, orang tua siswa dan anak akan merasa resah bahkan galau jika melihat nilai kecil tertera dikertas ujian. Semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai terbaik dengan cara apapun, bahkan tak peduli dengan keadaanya sampai sekaratpun akan meraka jalani.

    Ironisnya, dalam kehidupan nyata nilai yang diagung-agungnya tidak dapat menentukan kesuksesan seseorang. Lucunya banyak anak yang nilainya pas-pasan bahkan hancur sehancur-hancurnya nilai tetapi mereka malah sukses dikehidupan nyata hahhaha.

    Saat masih bersekolah mari kita lihat betapa bangganya seseorang karena nilainya yang bagus dan betapa hinanya anak-anak yang bernilai rendah, bahkan untuk memperjelas kehinaan guru menuliskanya dengan tinta warna merah dan mencolok mata.

    Padahal nilai tadi tidak dapat merepresentasikan kemampuan siswa dalam “menghafal” pelajaran dan “subjektifitas” guru yang memberi nilai tersebut. Meskipun seringkali guru/dosen menyangkalnya, coba ingat-ingat berapa lama seorang siswa belajar menghabiskan waktunya untuk mendapatkan nilai tersebut ? 6 bulan ? 3 bulan ? sebulan ? atau cukup semalam ? dan saat kita memiliki masalah pribadi dengan guru/dosen apakah masalah ini akan mempengaruhi nilai ?

    Maka cukup wajar bila ironi tetap terjadi dinegara ini. Meskipun banyak memiliki orang “pintar” dengan nilai sangat tinggi tapi tetap saja negeri ini masih tertinggal jauh dari negara-negara maju lainya. Mengapa ? Karena kepintaran itu tak lebih dari sekedar pintar menghafal dan menjawab soal-soal ujian.


    4. Sistem pendidikan yang seragam SAMA

    Semua orang sadar bahwa setiap anak itu memiliki meistimewaan masing-masing, setiap anak itu beda. namun sayangnya anak-anak yang berbeda tersebut masuk dalam sekolah yang sama, dengan cara yang sama, diproses dengan cara yang sama dan diuji dengan cara yang sama.

    Menurut hasil penelitian Ilmu Otak (Neuro Science) ditemukan bahwa setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan dalam bidang yang berbeda-beda. Mulai dari kecerdasan Instingtif otak kiri dan kanan, gaya belajar dan kecerdasan beragam.

    Lepas dari hasil penelitian itu, sistem pendidikan seolah-olah menutup mata dan tetap menyelenggarakan sistem pendidikan yang sama dan seragam. Alhasil dalam setiap akhir pembelajaran akan selalu ada anak-anak yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan sistem yang seragam tadi.

    Last edited by: terjahat Today 00:02
     
  2. chasingpirates Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 6, 2010
    Messages:
    55
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +17 / -0
    mengkritisi tanpa solusi adalah basi bung. apa solusi yg anda bisa berikan.. pencerahan utk sistem pendidikan kita
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.