Complex Kutukan akhir pekan

23:55 bersama secangkir kopi arabika, mencoba melewati penghujung sabtu malam...yang tenang. Maksudku, memang benar-benar “tenang”, dengan kesuraman yang ada, gelap serta kelamnya dan...ah harusnya kalian tahu maksudku. Jangan memintaku untuk menjelaskannya, kecuali kalian memang benar-benar tega.
Kau tahu, betapa beratnya hanya untuk menuliskannya? Apalagi untuk lebih menggambarkannya. Tentang sebuah “siksa” yang selalu datang disetiap penghujung pekan.
Derita akan kesendirian, bagai sewujud monster hitam tak berperasaan, yang menyelubungkan tali di dadamu, kemudian ditarik dengan paksa sekuat tenaga. Hingga yang kau rasa hanyalah sesak seluruh dada, paru-paru bagai diremas dan kaupun tergagap-gagap menelan nafas. Hei, jangan bilang aku kurang mendiskripsikan, hanya segini yang kumampu, kalau kau minta lebih, sungguh,...ter-la-lu!.

Baiklah, tulisan ini hanyalah sebuah coretan. Sebuah...anggap saja pelarian, mencari solusi cerdas meluapkan perasaan –kata orang. Tak terhitung sudah berapa lama kucorat-coret dinding facebookku, meluapkan segala rasa dan emosiku. Ha-ha...sebuah pengejawantahan dari vandalisme yang dilegalkan. Harapannya, ada simpati di luar sana, seseorang yang akan mengulurkan asa, memberikan senyum harapan dan menenangkan ribuan gelisah serta amarah. Adakah?

Tak ada kebaikan dalam kesendirian kawan, itu yang kurasakan, namun entah dengan kalian. Kesendirian adalah sebuah kutukan, dan kesepian adalah wujudnya. Apa yang kalian rasa, kalian sendiri yang menanggungnya. Berteman sepi mungkin kadang indah, namun jika hanya sekali-kali. Mungkin akan kau datangkan sebuah sensasi semu dalam khayal-khayal liarmu. Tapi apa yang tak nyata, semudah datang maka semudah itu sirna.

Waktu...

Itu yang mungkin kutunggu, satu patok batas yang telah ditetapkan, untukku dan mungkin untuk semua orang –lagi, itupun kata orang. Batas disaat kesendirian itu terakhiri, sebuah pembebasan diri, sebuah...pembuktian. Hingga layak untuk berseru “ini kemenanganku!”, lalu kutandai satu titik sebagai puncak dalam hidupku.

Lalu...

Ragu itu datang lagi, menghampiri dan tampak tak asing lagi, inilah yang mengaku temanku. Menggelayut disetiap selasar ruang berpikirku. Yang menarikku ke tempatku berdiri ketika aku hendak berlari. Yang memutus setiap tali yang terulur ke dalam sumur terjengkangku. Yang mematikan setiap cahaya dalam goa-goa semediku. Aku akrab dengan pengkhianat...ya, dan itu salahku.

Kurindukan sebuah drama, menculik kekasih tercinta, berlarian seharian menghindari kejaran orang-orang yang tak terima. Merunduk bersembunyi di pinggir kali, mengendap-endap mencari jalan keluar. Menangkis setiap sabit yang mereka lempar, menutup telinga dari setiap umpatan yang mereka teriakkan. Hahaha ... akan kutertawakan dunia, kutepuk dada dan kunyanyikan lagu “merdeka”.
Ahaiiy...indahnya sebuah alam halusinasi.

Satu kutukan lagi datang malam ini... delusi tiada henti
​

 

Hai, IDWS Mania! Mohon bantuannya supaya IDWS berkembang dengan ikuti sosial media kami di:
Discord Forum IDWS - Facebook IDWS - Instagram IDWS - Twitter IDWS