1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

FanFic Bukan Begitu (Hyouka)

Discussion in 'Fiction' started by merpati98, Aug 21, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    Disclaimer: Hyouka... not mine...
    Character: Houtarou, Mayaka
    bisa dibilang prekuel dari ini

    Harusnya bukan begitu. Sama sekali bukan begitu.

    Sejak pertama kali mereka bertemu, Houtarou tahu Ibara Mayaka menyukai Fukube Satoshi. Tahu kalau gadis itu menyukai pemuda dengan tinggi badan di bawah rata-rata tersebut. Houtarou juga tahu, kalau Satoshi mengetahuinya. Karena Ibara sendiri, tidak bisa dibilang menyembunyikan perasaannya tersebut. Gadis itu tegas, mengeskpresikan apa yang ia rasa.

    Houtarou tidak tahu, apakah itu hal yang bodoh atau mengagumkan. Yang pemuda itu tahu, dia tidak bisa mengerti cara berpikir dan bertindak Ibara. Sama sekali. Jadi, bagaimana bisa... setelah itu, beberapa tahun kemudian, sekarang ini, Houtarou merasa dia telah jatuh cinta pada gadis berperawakan kecil itu? Dan entah sejak kapan.

    .
    .
    .

    Mungkin ya, mungkin, pemuda tersebut mulai menyadari perasaannya ketika insiden cokelat Valentine Ibara dulu. Ketika dia berbicara berdua dengan Satoshi, ketika mendengar Satoshi mengatakan perasaannya tentang Ibara. Saat itu, Houtarou merasa sedikit cemburu. Sedikit, hanya sedikit.

    Tapi dia tidak terlalu memikirkannya... atau tidak ingin melanjutkan pemikirannya. Karena Houtarou mengira, ketika Satoshi menelepon Ibara setelahnya, cinta bertepuk sebelah tangan gadis itu akan segera bersambut. Tapi nyatanya tidak. Besoknya, besoknya, besoknya, dan besoknya lagi. Interaksi keduanya masih tetap sama.

    Houtarou tidak mengerti. Dia kira... ketika Ibara mengucapkan terima kasih padanya waktu itu adalah karena Satoshi yang mulai mau membuka hatinya untuk mencoba. Namun pikiran itu ternyata hanya kesalahan analisis yang telah ia perbuat. Satoshi belum berani. Dia masih ingin berada dalam daerah nyamannya, keambiguitas-annya, keabu-abu-annya.

    Dan pemuda bermata emerald itu, merasa, mau tidak mau, dia terpaksa memikirkannya lagi. Lebih lanjut.

    .
    .
    .

    Satoshi dan Ibara mengira, kalau Houtarou menyukai Chitanda Eru. Gadis dengan rambut panjang layaknya Yamato Nadeshiko, yang tampaknya selalu bisa mendorong Houtarou untuk keluar dari zona malasnya. Yang tampaknya selalu bisa mendapatkan apa yang diinginkannya dari pemuda tersebut. Tapi mereka salah.

    ...tidak.

    Mereka tidak sepenuhnya salah. Tentu saja, Houtarou menyukai Chitanda. Gadis itu cantik. Anggun. Pintar. Menarik. Meskipun sedikit kurang tajam jika sedang memikirkan misteri yang tercipta dari otaknya. Apa gadis itu tidak tahu kalau ada hal yang sebaiknya tidak perlu diketahui, dan ada hal yang sebetulnya tidak perlu ditanyakan?

    Pemuda tersebut bohong jika bilang dia tidak tertarik padanya. Atau mungkin dia memang sedang membohongi dirinya, untuk mengalihkan perhatiannya dari gadis lain di klub mereka. Houtarou tidak tahu mana jawaban yang paling benar untuk menjelaskan situasinya saat ini.

    .
    .
    .

    Hubungannya dengan Ibara, bisa dikatakan, cukup rumit. Keduanya telah saling mengenal ketika mereka SMP. Tapi orang yang baru benar-benar menghubungkan keduanya adalah Satoshi. Teman satu-satunya Houtarou. Dan satu-satunya orang yang dicintai Ibara.

    Houtarou tidak yakin, apakah dia dan gadis itu bisa disebut sebagai teman dekat. Mengingat dialog keduanya yang jarang terdengar seperti percakapan karena Ibara yang merasa kesal dengan kemalasannya, dan dia yang merasa malas dengan kekesalan Ibara.

    Kalau bisa, Houtarou sebenarnya tidak ingin membuat konflik apapun dengan gadis itu. Tapi Ibara sepertinya selalu merasa tersulut tiap berdekatan dengannya. Keduanya memang berbeda jauh. Baik dalam soal prinsip, maupun sikap. Mungkin karena itu, atau Ibara cemburu dengan hubungannya terhadap Satoshi. Lucu. Apa yang sebenarnya dia pikirkan?

    .
    .
    .

    Kelas tiga SMA adalah waktu Houtarou akhirnya menyerah mencoba menganalisis perasannya. Pemuda itu menyukai Ibara. Dan dia cukup mengerti kalau dia akan merasakan hal yang tidak mengenakkan akibat ini suatu saat nanti. Patah hati. Ya. Sooner or later. Dan dia menyerah dua kali.

    Lagipula.. memperjuangkan hal yang tidak mungkin benar-benar pemborosan energi yang tidak perlu. Houtarou berpikir begitu. Tapi Chitanda, dengan gaya Chitanda-nya, satu-satunya temannya—karena dia tidak mungkin memberi tahu Satoshi—yang tahu soal ini, tidak setuju dengan hasil analisisnya saat ini.

    “Tidak ada yang pasti di dunia ini, Oreki-san. Bahkan satu tambah satu juga tidak selalu menghasilkan dua.”

    Ketika dia mau memprotes—

    “—dan yang kukatakan juga jika misalnya mereka tetap berada dalam bidang matematika.”

    Oh. Houtarou mendengus dalam pikirannya. Karena melakukan itu dalam dunia nyata terlalu menghabiskan energi. Tentu saja. Dia mengerti apa maksud Chitanda. Tapi mengerti dan melakukan itu beda urusannya. Bicara memang mudah, tapi melakukan jauh lebih... merepotkan.

    .
    .
    .

    “Apa yang kamu lakukan di sini?”

    Kalimat pertama yang diucapkan Ibara padanya ketika Houtarou memilih pergi ke perpustakaan untuk mencari buku referensi ujian. Pemuda itu hanya mengedipkan mata sebagai reaksi, sebelum menjawab dengan nada datar khasnya.

    “Kurasa perpustakaan adalah tempat umum yang boleh kukunjungi.”

    Gadis itu membuang muka. Pemuda tersebut mengangkat alis. Dia lalu menyeret langkahnya ke salah satu rak yang terdekat. Melihat buku-buku tebal mengisi tiap jengkalnya. Ugh. Ensiklopedia. Beberapa menit mencari, Houtarou akhirnya mengambil satu buku berukuran sedang sebelum beranjak ke meja jaga.

    Ibara mencatatnya dalam diam. Mungkin gadis itu sedang lelah mencari keributan dengannya.

    “Ibara.”

    “Apa?”

    Gadis itu menyerahkan buku tersebut kembali.

    “Apa aku boleh memanggilmu Mayaka?”

    If I have to do it, I’ll make it quick.

    .
    .
    .

    Ketika hari kelulusan, Houtarou melihat Ibara—Mayaka meminta kancing baju kedua Satoshi. Seperti biasa. Gadis itu tetap seperti biasa meski Satoshi hanya memberikan kancing tersebut tanpa sepatah kata yang bisa menegaskan hubungan mereka yang sebentar lagi akan berjarak.

    Satoshi dan Mayaka mengambil kuliah di universitas yang berbeda. Sementara Houtarou, entah bagaimana, masuk dalam perguruan tinggi yang sama dengan gadis tersebut. Oke. Pemuda itu tahu bukan entah bagaimana. Dia tahu itu adalah kesengajaan—yang tidak sengaja—dari pihaknya. Beruntung dia masih punya kewarasan untuk tidak memilih jurusan yang sama dengan gadis itu. Dia tidak bisa menggambar.

    “Mayaka,” Houtarou mendengar suaranya sendiri memanggil nama gadis itu ketika dilihatnya Satoshi pergi menjauh, bercengkrama dengan teman-temannya yang lain.

    “Ya?” Gadis tersebut menoleh. Tersenyum sekilas ke arahnya. Tanpa menyadari efek yang dihasilkan olehnya. Pemuda tersebut merasa kata-kata yang telah ia persiapkan sejak semalam memudar jika tidak cepat-cepat ia katakan.

    “Ini untukmu.” Dan akhirnya, Houtarou hanya bisa memberikan kancing kedua seragamnya tanpa berkata apa-apa lagi.

    .
    .
    .

    Kenapa dia harus menyukai gadis yang telah menyukai laki-laki lain? Kenapa dia harus mencintai perempuan yang telah lama jatuh cinta pada pria selain dia? Kalau bisa, dia ingin segera menyelesaikan urusan ini secepatnya. Jika dia harus patah hati, dia ingin bisa bergegas melaluinya. Tapi sepertinya urusan cinta sama sekali tidak pernah berpihak padanya, dan pada mottonya.

    Satoshi masih tetap berada di luar jangkauan gadis itu.

    Dan Mayaka pun masih tetap berapa di luar jangkauannya.

    Seharusnya bukan begitu. Sama sekali bukan begitu.

    hem.... saya nulis apaan ya... -_-a
     
    • Like Like x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. zurichtime M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Apr 30, 2013
    Messages:
    221
    Trophy Points:
    42
    Ratings:
    +93 / -0
    seharusnya Houtarou sama Chintanda... (lanjutannya)

    lumayan juga fanficnya gak sangka pairing oreki dengan mayaka
    tapi overall enjoy jg bacanya
     
  4. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    udh lupa prekuelnya :aghh:

    oreki ternyata banyak mikir juga soal cinta, perasaan, dsbgainya.....
    ane, aku pikir dia kyk keima, sigap cepat dan tangkap seperti itu.


    btw, ini diceritain dari sudut pandang orang ketiga kan kak?
    mw tanya kalimat ini:

    Mungkin ya, mungkin, pemuda tersebut mulai menyadari perasaannya ketika insiden cokelat Valentine Ibara dulu.

    yg pernah ane pelajari di bangku SMA, kyknya, klo orang ketiga itukan dia sebagai observator - org luar - kan, berarti dia tahu segalanya.
    tentang perasaan, karakter, kejadian, dll.

    trus, kenapa di kalimat itu, narratornya kyk nggak yakin gitu ya? ada kata, mungkin, mungkin ya.

    atau ini perasaan oreki yg nggak jelas mungkin atau mungkin ya, dia suka dgn ibara gt ya????
     
  5. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    @zurichtime
    nggak ada yang harus ah:malu\

    @sherlock
    keima kalau disuruh mikir soal cinta beneran juga bakalan bingung ah#sotoy. Yah, kalau Oreki di cerita asli juga kan kesannya ragu-ragu kalau soal feeling, liat aja interaksi dia ma chitanda. Dan ada bagian dia berdelusi ngomong ke chitanda soal itu yang di eps akhir kan. Jadi saya mikirnya dia emang bakalan maju-mundur karakternya:ngacir:

    Hm? yup. Ini orang ketiga. Dan saya pake sudut pandang orang ketiga pelaku utama. Selain Oreki, nggak ada yang diketahui lagi.
    Dan soal "mungkin ya, mungkin"... itu bisa aja. Soalnya mau setahu apapun, nggak ada yang tahu pasti. Bisa dibilang, menurut saya, sudut pandang orang ketiga ini.. sebenarnya kayak sudut pandang Oreki sendiri. Apa dia tahu pasti kapan dia sadar dia jatuh cinta? saya bikinnya nggak. Jangan lupa dia masih in-denial lama. Oreki baru bilang suka Mayaka pas di paragraf selanjutnya. Terakhir, tau sendirilah... cinta itu datang nggak dijemput, pulang nggak diantar:ngacir: kapan datangnya, nggak diketahui pasti:ngacir:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.