1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Serenade

Discussion in 'Fiction' started by om3gakais3r, May 2, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,040
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    Well, tanpa klimaks, tanpa anti klimaks, ringan dan kalem seperti serenade di tengah malam.
    *halah*
    Semua orang memiliki kekuatan masing-masing, kelemahan masing-masing, keunggulan masing-masing, keburukan masing-masing. Namun itulah yang membuat mereka adalah manusia; makhluk yang mencari kesempurnaan karena mereka tidak sempurna. Keheningan dalam bisingnya ruangan ini hanya bisa ditemukan dalam otakku. Ruang kelas XII-IPA-1 sejak beberapa menit lalu berubah menjadi karnaval kecil setelah seorang guru mengumumkan bahwa semua orang dalam ruangan ini lulus ujian negara.

    Ada yang berjingkrak, menari, membuka baju, melempar isi tasnya hingga bernyanyi dengan heboh.

    Tapi ada seorang yang terdiam, memandang ke satu titik objek manusia yang juga sedang diam. Pria dengan tubuh cungkring, berkepala botak dan (kemungkinan) berwajah dungu... itu aku. Objek yang aku lihat adalah seorang perempuan berambut pendek, bertubuh kecil dan berwajah amat cantik, hingga tidak satupun lelaki di kelas yang tidak membeku karena terpana melihat wajahnya.

    "Diem aja, Jon?" Tanya Mayang, ketua kelas yang sedang berusaha menenangkan kelas.

    "...iya ah. Lagi nggak mood... lagian masih harus mikirin SMPTN, jadi... gitu deh." Jawabku dengan alasan.

    Mayang melirik ke arah pandanganku yang masih belum terlepas dari sang perempuan tercantik itu.

    "Hoh, gitu ya Jon. Ganbatte aja lah... diterima atau ditolak kamu kudu sabar ya." Mayang mendorongku dari kursi, berkata dengan nada lirih.

    Aku yang mendengar kata diterima dan ditolak langsung berdiri, berusaha mendinginkan wajahku yang mulai memerah karena panas.

    "Siapa yang mau nembak Jesika?!" Bentakku

    "Orang ngomongin soal SMPTN kok." Mayang tertawa cekikikan ketika melihat reaksiku itu.

    Aku kembali duduk, menyadari kalau orang yang aku perhatikan dari tadi, Jesika juga mendengar bentakanku sebelumnya. Dia tersenyum padaku, mendekat dan duduk di sampingku.

    "Nggak kerasa, ya. Udah tiga taun di sini." Katanya sambil menepuk-nepuk meja di depannya.

    "Iya... nggak kerasa." Jawabku sambil melihat lambang garuda yang tertempel rapi di antara potret presiden dan wakil presiden tepat di atas papan tulis.

    "..." Jesika diam sambil melihat ke arahku.

    Aku tidak berani menatap wajahnya ketika dia melihat ke arahku. Entah kenapa, mataku selalu ingin kabur ketika dia melihat ke arahku.

    "Inget nggak, Jon? Tiga taun lalu, waktu pendaftaran?" Tanyanya sambil menggeser kursinya mendekat ke arahku.

    "Ah,... waktu itu... pendaftarannya diundur sampai sore gara-gara hujan, kan?" Aku menjawab sambil menghindari satu topik yang tidak ingin aku bahas di depan Jesika.

    Jesika memperhatikanku sambil menggembungkan mulutnya, lalu mengangguk tanpa alasan yang jelas.

    Aku tahu kalau Jesika menyimpulkan sesuatu dari raut wajahku. Sejak kelas satu, entah kenapa aku selalu sekelas dengan orang yang mungkin suatu hari menjadi artis terkenal atau model majalah ini. Akrab, mungkin bisa dibilang begitu.

    Oleh karena itu, aku yakin dia sudah tahu aku tidak ingin membicarakan soal hari itu.

    "Aku inget, waktu itu aku nyasar di sekolah ini, terus dompet ilang. Parahnya lagi hujan turun, mana nggak bawa payung lagi." Jesika melipat tangannya sambil sesekali menggaruk rambutnya.

    "Ah.. He'eh. "

    "Terus kamu dateng, minjemin payung... wah, beneran kayak pangeran berkuda putih lah... mana rambut kamu waktu itu masih panjang terus--"

    "STOP! Jangan dilanjut lagi!" Aku menepuk bahunya, memohon agar dia tidak lanjutkan lagi cerita masa lalu itu.

    "Nganterin aku sampai gerbang, minjemin aku uang... wah, perfect banget lah! Kecuali, ya... satu..." Katanya sambil membungkam mulutku yang berontak ingin menghentikan Jesika dari nostalgilanya

    "Resleting kebuka lebar... Hahahaha!" Jesika tertawa puas, sedangkan aku tidak bisa berbuat apa-apa.

    Memang, wajah sering menipu. Awalnya aku kira Jesika adalah tipe orang yang pendiam dan susah bergaul, tapi di hari pertama sekolah...

    "Tapi yang paling bikin aku kaget itu, cewek yang aku tolong ternyata kayak gini, tomboy dan urakan..." Balasku.

    Jesika menatapku tajam.

    "Bukan urakan, tapi berjiwa jantan." Jawabnya dengan bibirnya yang manyun.

    Kalau saja tanpa wajahnya yang begitu cantik, perempuan lain pasti menyukai dia sebagai "kandidat pacar dari tempat yang tidak terduga".

    Tapi di waktu bersamaan, karena sifatnya itulah laki-laki nggak ada yang berani mendekatinya sebagai lawan jenis. Hanya saja ketika saat-saat tertentu, Jesika menunjukkan sisi perempuannya dan semua orang yang melihat pasti menjadi patung, seperti menatap mata medusa.

    Kadang, aku berpikir kenapa aku mulai jatuh cinta pada orang seperti ini.
    Apa mungkin cinta pada pandangan pertama? Atau karena persahabatan yang cukup lama? Entah.

    Sampai seorang guru akhirnya datang untuk menyuruh kelas diam, aku dan Jesika tertawa bersama, membuat ruangan kelas tambah bising dengan suara kami.

    Hari mulai sore, ruang kelas menjadi sepi karena satu per satu orang keluar dari ruangan ini. Entah untuk merayakan lagi kelulusan mereka atau sekedar pulang ke rumah untuk beristirahat setelah lelah bersorak di kelas.

    Hanya ada aku dan Jesika di ruangan itu.

    Dia membereskan barang-barang yang ia tinggalkan di loker di bagian belakang kelas.

    Saat itu, terbersit di pikiranku; bagaimana jika dia suatu hari nanti berubah menjadi perempuan biasa, jatuh cinta pada seseorang lain, pria yang jauh lebih kuat dariku, jauh lebih tampan dariku.

    Perasaan itu bergejolak, membakar nadi-nadi di leherku, seakan merebus pikiranku.

    Saat itu, dimanakah aku? apa aku bisa tersenyum, memberi selamat padanya ketika dia bahagia?

    Tidak, aku tidak bisa. Aku hanya pria lemah tanpa apapun.

    Oleh karena itu...

    "Jes, udah lama aku pengen bilang ini ke kamu... sebenernya aku--"

    "Yeah, I know." Jeska memotong perkataanku. Wajahnya menunjukkan ada sedikit kekhawatiran.

    Aku anggap kalau tebakannya soal apa yang aku ingin katakan itu salah.

    "Bukan itu! Maksudku, aku..."

    "Yeah, I know." Sekali lagi, Jesika memotong perkataanku.

    "I know, dan tolong, jangan katakan itu sekarang." Entah kenapa, kekhawatirannya semakin membesar, jelas dari cara bicaranya yang tiba-tiba berubah lembut.

    "Jangan bilang itu... nanti aku bakal berat untuk ngelanjutin." Katanya sambil duduk di atas meja di belakang tempatku duduk.

    "Maksudnya?" Tanyaku bingung.

    "Selesai ini, aku bakal pindah... ke Amerika. Aku... dapet kayak rekomendasi gitu dari MIT..." Jawabnya dengan ragu-ragu.

    Ah, aku lupa. Orang ini selain cantik juga jenius. Entah berapa penghargaan yang dia dapat selama menjadi pelajar SMA.

    "Jadi... kalau kamu bilang itu sekarang, aku nggak akan kuat berangkat ke amrik... ngejar mimpiku jadi peneliti." Dia pindah ke sampingku, menggeser bangku sedekat mungkin dengan tempatku duduk.

    Saat itu begitu sunyi.

    Perasaan sedih, senang, terharu, kecewa dan marah bercampur.

    Tapi, semua itu hilang seketika ketika Jesika menggenggam tanganku. Tangannya begitu dingin dan gemetar.

    Aku tahu, dia juga merasakan sesuatu yang kurang lebih sama. Oleh karena itu, aku rangkul pundaknya dan menarik kepalanya dengan pelan hingga terjatuh ke pundakku.

    "Maaf ya.. M-maaf ya... maaf ya.." Jesika mengulang-ulang kata-kata itu dari mulutnya yang menahan tangis.

    Semua orang memiliki kekuatan masing-masing, kelemahan masing-masing, keunggulan masing-masing, keburukan masing-masing. Namun itulah yang membuat mereka adalah manusia; makhluk yang mencari kesempurnaan karena mereka tidak sempurna.

    Tapi, kesempurnaan itu tidak bisa dicapai oleh satu orang saja. Tidak bisa dicapai oleh masing-masing. Tidak bisa juga dicapai oleh sekelompok orang yang sekedar saling menutupi kelemahan masing-masing.
    Kesempurnaan itu akan tercapai ketika mereka yang saling menutupi kelemahan dan juga saling mendukung serta dapat terikat erat.
    Setidaknya itulah yang aku anggap sempurna, seperti aku dan Jesika. Entah kesempurnaan apa yang kami capai, tapi selama tiga tahun ini, aku merasa telah mencapai suatu kesempurnaan yang sementara.

    Empat tahun sudah berlalu. Selama Jesika di Amerika, aku tidak mendapat kabar darinya sedikitpun. Ada gosip dia meneliti tentang sesuatu yang rumit, mesin waktu atau lubang hitam. Apapun itu dia sudah sukses di tempat yang jauh di sana.

    Reuni yang baru diadakan di alma mater SMA-ku baru berakhir. Selagi yang lain akan menghabiskan waktu hingga sore di kafe dekat sekolah, aku bermaksud tetap di lingkungan kampus untuk bernostalgia sedikit.

    Aku duduk di bangku yang sama ketika Jesika ada di sampingku, menaruh kepalanya di pundakku dan menggenggam tanganku. Perasaan itu masih terngiang, hangantnya kepala Jesika, tangannya yang gemetar serta perasaan yang terus mengalir darinya.


    Satu penyesalan dariku.

    "Bodohnya aku. Aku lupa mengatakannya."

    "Aku mencintaimu, Jesika. Cuma kamu yang bisa ngisi bagian kosong dari diri aku. Aku cinta kamu, Jes. Kamu yang pertama dan terakhir buat aku." Bisikku.

    "Yeah, I know" Tidak aku duga, suara itu terdengar dari seseorang yang ngumpet di bawah meja guru.
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. LuciferScream Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 15, 2011
    Messages:
    137
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +865 / -0
    wohhhh, what a warm story. beda yah, kalo ditulis dari pengalaman sendiri emang suka nampol banget :p

    but...

    wtf with the ending man? its kinda creepy reading at a time like this. damn you!
     
  4. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    yang baca fict ini ga semuanya ngerti bahasa jepang!!:lempar::ngacir:#mintadihajar


    Agak bingung. Perasaan sih deskripsinya udah lumayan. Pemilihan katanya juga nggak masalah. Tapi.. kayaknya bahasa Indonesia emang suka rese. Biarpun keliatannya jalannya mulus, kinclong, bersih. Tetep aja bisa kesandung juga. Apalagi soal ini-itu, adalah, -lah, kata-kata tambahan ga bermakna yang suka ga jelas pemakaiannya. Tsk. Well, terlepas dari soal saya yang 'kesandung' pas baca, kayaknya apa yang dikatakan di awal sama situ soal ceritanya, emang bener. Ringan, kalem, datar, without klimaks yang bener-bener berkesan kecuali surprise ending yang lol'd banget.

    Feelnya juga lumayan dapet, biarpun saya bacanya pas lagi ngantuk-ngantuk, kedinginan tengah malem#malahcurhat. Emang warm banget. Kayak orang lagi nostalgia sesuatu yang dia tau akan berakhir happy ending#plak. Jadi ga perlu perasaan angst berlebihan, ga perlu ngegalau dramatis, cukup nikmatin fluffy-nya ni story. Bagus emang. Tapi.. well, sebenernya kalau endingnya nggak gitu, saya mungkin nggak akan sesuka ini sama ceritanya. Dari yang warm jadi creepy, WTF itu bener-bener lol banget soalnya.

    Though, kalau dipikir pake logika.. rasanya aneh banget si Jesika bisa nyumput di kolong meja guru. Emang dia nggak ikut reuni apa, kok malah sembunyi di... wait.. kecuali kalau maksud si MC soal lupa itu pas reuni, jadi dia lupa bilang pas reuni, dan reuninya udah berakhir. Ohhh#ngarangceritasendiri. Oke. Hm.. kayaknya ada lagi yg mau saya bilang... tapi sekarang udah lupa.:puyeng:

    Yah udahlah. Semangat aja cha... kon... apa pula sebutannya...:puyeng:
     
  5. Melonn M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 17, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    37
    Ratings:
    +437 / -0
    WAOWKOAKOWKOKAOW
    ASEK ASEKKK!!! :onfire:

    eh...komen nya di spoiler, ya?
    emm, cerita cinta masa sekolah...
    salah satu favorit ane... yang gak pernah kesampean di RL

    secara personal, ane suka banget ceritanya. adem, kalem, nyes. vanilla, no NTR included. dan...semacem happy ending, ya... :semangat:
    asli yahuy banget bacanya.. walopun kepikiran banyak juga...ternyata si Jesika nya uhuy uhuy juga :malu1:

    bahasanya nyantai, enak dibaca. alurnya juga nyantai, tapi gak bikin bosen.
    justru gara2 nyantai jadi penasaran gimana kedepannya, tapi tetep nyantai bacanya.

    dari awal sampe akhir enak dibaca. gak ada yang "ngeganggu" ato gimana.
    ya, endingnya aja... yang bikin ketawa tapi agak kurang imo. dikolong meja, absurd juga :lol:

    ah... POKONYA ASEKKKK~~~ :semangat:
     
  6. aisakurachan M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jul 15, 2009
    Messages:
    230
    Trophy Points:
    41
    Ratings:
    +166 / -0
    Hahh jadi inget masa2 sekolah..:onegai:
    nice story walo rada gampang d tebak akhirannya..
    Jadi berasa baca cerpen d majalah Ane*a Yess jaman SMA dulu


    BTW jesicca ngapain d bawah meja..??:hihi:

    tebakan gw:
    -sengaja nunggu Jon, mo ngagetin :nongol:
    -nyari sesuatu yang jatuh (duit gopek mungkin):peace:
    -emang dia penunggu d situ (jadi horor amat) :shock:
     
  7. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,040
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    ganbatte, diambil dari iklan teh yang sedang naik daun (teh)... agaknya kata ini udah familiar di telinga masyarakat Indonesia, jadi sengaja saya pakai. :peace:

    Iya, mbak... saya 1 taun kuliah bahasa jepang, bahasa Indonesianya jadi kacau... mana lingkungan kampus ngobrolnya kalo nggak bahasa jepang, inggris atau sunda.. sedangkan bahasa indonesia agak melenyap.. :dead:

    hmm.. sebenernya aku mau ngasih "I'll leave whatever-I-don't-write in reader's imagination", tapi sepertinya terlalu abstrak ya.. :keringat:

    makasih komentarnya, mbak. :maaf:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.