1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

FanFic Monkey and Dragon of Oda

Discussion in 'Fiction' started by masterdiki, Apr 22, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. masterdiki Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 28, 2009
    Messages:
    14
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +13 / -0
    :maaf: permisi agan sista semua, saya anak lurking lama posting baru di sini. :maaf:
    disini mencoba untuk sedikit banyaknya membuat fanfic dari Oda Nobuna no Yabou (Oda Nobuna's Ambition) yang layak dikatakan sebagai anime bagus dengan tema : ubah sejarah Sengoku Jidai.

    Alasan menulis fanfic ini : saya ingin membuat sebuah cerita dengan tema 'what-if' di Oda Nobuna no Yabou. ditambah kurangnya cerita fanfic yang menitikberatkan hal lain di sengoku Jidai selain perang. di sini saya akan berusaha menuliskan fanfic dengan memasukkan unsur-unsur historical Sengoku Jidai tanpa mengubah drastis event-event yang terjadi di Oda Nobuna no Yabou

    tanpa basa basi lagi, ini prepiew dari cerita yang ane angkat dari gabungan LN dan Anime Adaptation nya :
    Takeushi Ryuutaro dan Sagara Yoshiharu menemukan diri mereka berdua di tempat antah berantah yang dipenuhi dengan orang-orang yang saling berperang satu sama lain bergaya ala Sengoku Jidai. Sadar bahwa ini bukan sebuah mimpi dan nyawa mereka terancam, keduanya memutuskan untuk bergabung dengan Clan terkenal di Sengoku Jidai, Oda di bawah perintah Oda Nobunaga. Namun siapa sangka, mereka bukan hanya pindah ke Sengoku Jidai, tapi mereka malah nyasar ke dimensi lain sengoku Jidai dimana hampir seluruh tokoh terkenal di era tersebut adalah perempuan setelah mengetahui bahwa yang memerintah Oda adalah seorang perempuan bernama Oda Nobuna. Bagaimanakah nasib kedua orang tersebut?

    Cerita ini mengandung spoiler berat LN dari vol 1 - 5 dan Anime Adaptation dari episode 1-12. gaya tulis agak sedikit 'dewasa' jadi harapannya yang dewasalah yang membuka fanfic ini.



    dan inilah index ceritanya. kritik saran diminta : mulai dari gaya penulisan, typo, penggunaan kata yang lebih baik, saran sejarah, de el el.

    Beginning of Conquest
    “... hmm?”

    Aku terbangun dan mendapati diriku terdampar di tempat antah berantah dipenuhi semak belukar dan pepohonan. Sepi dan agak gelap, cahaya mentari yang menyusup masuk dari sela dedaunan setidaknya bisa menerangi sekitarku.

    “..eh?”

    Tunggu dulu. Semak belukar? Pepohonan? Sejak kapan aku bisa nyasar ke hutan? Sejak kapan daerah tempatku tinggal punya hutan?! Jangankan hutan, taman saja tidak ada.

    “Sebentar… bukannya tadi aku baru pulang dari latihan kendo?” aku berusaha keras mengingat apa yang aku lakukan sebelum ‘terdampar’ di tempat ini. Sekolah, latihan kendo, pulang. Aku rasa aku tidak melakukan apapun yang aneh hari ini… “Atau jangan-jangan aku diculik!?”

    Tapi buat apa? Aku kan bukan anak orang kaya… bayar sewa kos saja aku kelabakan. Seingatku, aku tadi langsung pulang setelah pulang, lalu… nggg…
    Aku tidak bisa mengingat apapun setelah itu. Apa yang sebenarnya terjadi?

    “T-tolong! T-tolong!!”

    Suara minta tolong membuyarkan semua yang ada di benakku. Entah mungkin karena aku berada di tempat asing atau mungkin karena alasan lain, hal pertama yang kulakukan adalah secepatnya mengambil baton besi compact dari tas selempangku yang tergeletak di tanah. Setelah memanjangkan baton besi dan mengenakan tas selempang, perlahan aku berjalan mendekati arah suara minta tolong yang bersahutan di depan.

    “siapa sih yang menje-” derapan kaki cepat dari depan membuatku memutuskan untuk bersembunyi di semak belukar terdekat dan melihat apa yang datang mendekat.

    “T-Tolong!”

    “K-kabur! Mereka datang!”

    Suara-suara orang meminta tolong, berusaha kabur dari sesuatu yang mengejar mereka, berusaha untuk berlari secepat mungkin tanpa menghiraukan daerah sekitar, termasuk keberadaanku di sini. Aku ingin tahu apa yang mengejar mereka, namun pakaian yang mereka kenakan yang membuatku mengerutkan dahi, antara percaya dan tidak percaya dengan apa yang aku sendiri lihat dengan kedua mataku.

    “bukankah itu pakaian perang unit Ashigaru yang ada di Shogun 2?”

    Topi petani (topi kerucut dari bambu), baju perang samurai (hanya menutupi bagian badan) dengan warnanya yang coklat pudar, sendal yang bukan terbuat dari karet sintesis (atau lebih tepatnya, mirip sendal dari jerami?), dan tombak?

    “…pembuatan film dokumenter? Kalau memang iya, akting ketakutan mereka hebat sekali. Layaknya prajurit yang akan dibunuh…”

    Padahal aku baru saja hendak keluar dari semak belukar, sebelum akhirnya suara jeritan orang kesakitan dari belakang diikuti dengan suara derikan kuda yang saling bersahutan membuatku mengurungkan niatku. Mengganggu orang yang sedang buat film itu berdosa. Aku memilih untuk jadi penonton setia sampai aku mendengar teriakan ‘Cut’.

    “Bunuh! Bunuh mereka semua!”

    Suara derapan kaki kuda dan teriakan laki-laki penuh semangat diikuti dengan jeritan orang yang dibunuh. Bagian yang seru sebentar lagi muncul! Aku tersenyum sendiri menunggu peristiwa sang prajurit berkuda akan menghabisi pasukan yang sudah kabur. Aku ingin tahu bagaimana mereka mensiasati adegan berdarah itu.

    “TOLONG!”

    “AAAAAAAAAAAAAAA!”

    Darah?

    Darah? Darah? Darah? Darah? DARAH? DARAH?

    Kepala mereka... lepas dari tempat seharusnya mereka berada. Wajah yang dipenuhi rasa takut dan terror tiada tara. Pasukan berkuda dengan katana mereka yang dilumuri darah itu masih haus akan darah. Pembantaian pun terjadi… dengan akhir tragis, tanpa ada yang selamat.

    ini bukan film… rasa takut yang menyelimutiku adalah buktinya. Ini bukanlah scene dalam proses pembuatan film… Pedang katana yang dipegang oleh pengendara kuda tersebut.. itu pedang asli. Lalu darah yang menggenangi tubuh mereka yang dibunuh itu… mereka nyata… Aku harus pergi dari sini! Jika tidak… nasib sama akan menimpaku.

    Rasa takut membuat seluruh tubuhku membeku. Seolah mereka menolak untuk mengikuti apa yang kuperintahkan. Kaki ini serasa dingin dan sulit digerakkan, namun jika tidak pergi dari sini…. BERGERAKLAH! BERGERAK, KEPARAT!

    Crack.

    “Shi-!”

    Keberhasilan kakiku menggerakkan kaki dibayar dengan menginjak ranting di tanah. Alhasil mereka melihat ke arah sini.

    “Siapa disana?!”

    aku harus kabur! Kuayuhkan kedua kakiku secepat mungkin sebelum mereka menyadari dimana aku berada. Cepat, cepat! Sebelum mereka sempat menaiki kuda mereka, aku harus bisa berlari sejauh mungkin dari mereka!

    “Kejar dia!” perintah salah satu orang di belakang. Jangan hiraukan, dan terus menggerakkan kedua kaki ini secepat mungkin. Kabur! Kabur! Aku harus kabur dari sini. Atau aku akan mati!

    Mati, mati, mati, Mati, MAti, MATi, MATI!

    “aku tidak mau mati!”

    Aku terus berlari tanpa menyadari daerah sekitarku, dan mendapati diriku terjerembab jatuh karena tanah yang tidak rata. Menyerah dan kau akan kalah! hal tersebut terus muncul dibenakku, dan itulah yang mampu membuatku bangkit dan lari secepat yang kubisa menuju pohon terdekat.

    “Huff..huff…”

    Nafasku tersengal, kakiku serasa mau lepas. Baju sekolah hitam yang kukenakan penuh dengan lumpur namun aku sudah tak peduli dengan hal tersebut. Tenang… tarik nafas dalam-dalam dan keluarkan perlahan. Sejauh yang kutahu, Kuda agak kesulitan untuk bisa melewati daerah dengan pepohonan yang lebat. Entah itu hanya memang fakta atau cuman teori, yang jelas aku bisa melihat mereka baru sampai walaupun mereka menunggangi kuda. Lima orang berkuda turun dan mulai mensabit-sabitkan katana mereka ke semak belukar.

    Tenang… mari kita analisa kondisi sekarang. Lima orang berpencar menjadi tiga kelompok. Dua orang menjauhiku, satu tetap di sekitar kuda, dan dua lainnya bergerak mendekatiku. Mereka mengenakan pakaian perang samurai berwarna merah lengkap dengan helm. Katana Samurai? Bagus… Aku harap mereka terlalu lelah untuk bisa melawanku setelah pembantaian tadi atau seratus persen aku akan mati disini.

    “…”

    Kedua tanganku bersiap dengan memegang baton besi tersebut seolah itu Shinai yang kupakai untuk latihan kendo. Hening, langkah kaki mereka seolah menjadi bunyi paling ribut di sekitar hutan ini. Aku bisa merasakan bagaimana setiap langkah kaki mereka memebuat jantungku berdebar semakin cepat, mencoba berteriak ‘aku tidak ingin mati’. Kucoba untuk menenangkan diriku dengan menutup kedua mata.

    Aku tidak akan mati… aku tidak akan mati. Akan kubuktikan kalau aku sanggup melawan mereka dan keluar hidup-hidup!

    Ketika mereka ada di tepat di samping kiriku, maka di saat itulah….

    “Heaaa!”

    Mataku kubuka bersamaan dengan seluruh tenaga yang kukerahkan untuk menghantam apapun yang ada di sisi kiriku dengan baton besi ini. BAM! Baton ini bergetar menghantam sesuatu yang keras, diikuti rintihan kesakitan dari Samurai yang tidak beruntung. katana yang ia pegang terlepas dan tertancap ke tanah diikuti dengan rintihan kesakitan saat ia memegang mulut dan hidungnya. Tidak mau melewatkan kesempatan mengejutkan ini. Ku kayuhkan kedua kakiku menuju samurai kedua.

    “TORYAAAA!”

    Kali ini aku mendapati sang musuh baru siap dengan tangan di pegangan katana yang tersarung di pinggangnya. Tterlambat! aku sudah melompat dengan baton besi yang sudah kuangkat tinggi-tinggi dan kuayunkan sekuat tenagaku tepat ke kepalanya. BAM! Satu pukulan telak tepat di kepala yang diikuti dengan jatuhnya samurai tersebut, entah itu pingsan atau tidak akupun tidak tahu.

    “haa…haa…” mereka akan datang sebentar lagi. Sadar dengan hal tersebut, ku ambil katana yang tertancap di tanah dan kembali berlari menjauhi mereka.

    ***

    “haa…haa…”

    Entah berapa lama aku sudah berlari. Pemandangan di sekitarku bukannya semakin terang, malah semakin gelap. Apakah aku makin masuk ke dalam hutan? Atau hari sudah malam? Aku sudah tidak tahu lagi…

    “Kejar! Kejar dia!” teriak laki-laki di belakang.

    “Tch…” Mereka keras kepala sekali. aku lelah, dan ingin sekali untuk berhenti dan membiarkan mereka membunuhku. Namun rasa takut dan keinginan untuk hidup mengalahkan lelahku.

    “dan sialnya ini bukan mimpi.” Gumamku di sela-sela pelarian ini. Kesemutan di tanganku setelah menghantam kedua kepala ini saja sudah cukup membuktikan kalau ini kenyataan.

    “Dengan kata lain, aku harus hidup agar aku tahu kenapa aku bisa di tempat ini dan dikejar-kejar katana samurai berkuda ini!!”

    Tepat didepan pohon, aku injakkan kaki kananku di batangnya sebagai pijakan untuk melompat ke belakang dengan diikuti kaki kiri sebagai pelontar. Sambil memutar badanku 180 derajat dan memanfaatkan momentum lontaran dari kaki kiri tadi, aku berhasil berada tepat di depan katana samura tersebut, mendapati dirinya tersebut tidak sigap dengan kemunculanku yang tiba-tiba di depannya. Memanfaatkan hal tersebut, tangan kananku yang memegang baton besi dengan cepat melakukan gerakan tebasan dan mengenai sisi kirinya.

    Bump! Kehilangan keseimbangan, kami berdua jatuh. Beruntung aku berhasil berdiri setelah sukses menggulingkan tubuhku.

    “Kau…anak…tengik…” samura itu masih berusaha bangkit. Matanya merah dan ekspresi marah nampak jelas di wajahnya. Apa yang harus kulakukan? Kabur dan meninggalkannya? Sama saja aku membuang kesempatanku menghilangkan orang yang mengejarku. Namun membunuhnya? Membunuh?

    Apa aku sanggup?

    Apa aku bisa?

    Apa aku mampu melakukan hal keji yang baru saja mereka lakukan?

    Sesaat rasa mual menyerangku, namun kuhiraukan setelah teringat dengan wajah amarah samurai yang berusaha bangkit di depanku.
    Tidak ada cara lain. Bunuh, atau dibunuh…

    “… maaf.” Kataku pelan, berlari ke arah samurai tersebut. Tangan kiriku yang memegang katana tersebut seolah punya kehendak sendiri. Tangan. Tangan kanannya. AKU AKAN MEMOTONG TANGAN KANANNYA!

    Suara besi tajam menyayat daging, namun tidak cukup kuat untuk memotong tulang.

    “Aaaaaaaaaaaaaaaa!”

    “!”

    “Tanganku! Tanganku!!!!” teriak samurai tersebut mendapati tangannya terluka berat. Tangannya putus… tidak, tangannya ‘hampir’ putus. Daging yang masih menyatu dengan lengan tersebut dan tulang yang tampak dari luar membuat tangan yg hampir putus tersebut bergelantungan kesana kemari. Gerakannya yang bergerak seolah boneka yang tangannya hampir putus, bergelantungan hendak jatuh namun tidak bisa. Teriakan kesakitan yang keluar dari mulut samurai tersebut semakin lama semakin keras, diikuti dengan darah yang mengucur keluar dari tangan kanannya.

    “AAAAAAAA! KEPARAT KEPARAT KEPARAAAAAAAT!”

    “Dia disana! Kejar dia!!!”

    Dua samurai berkuda yang tersisa sudah kembali dengan katana di tangan mereka. Mereka tampak tidak takut dengan apa yang terjadi dengan teman mereka. dan di sini aku, dengan perasaan takut akan apa yang baru saja ku lihat, dan yang baru saja ku lakukan. Tangan yang hampir putus… oleh tanganku sendiri.

    Mati, Mati, Mati, Mati, Mati

    Akankah aku menemui nasibku, lebih parah dari apa yang ada di depanku? Seperti apa? Kepala terputus? Perut terkoyak? Apapun itu, hal itu pasti mengerikan. Ah…. Tanganku dingin, begitu pula kakiku… ah… aku akan mati di sini…

    …tapi aku tidak ingin mati…

    “Ugh…”

    “Aguu….”

    “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa-“

    “ah…”

    ***

    “…aku dimana?” itulah hal yang kutanyakan saat mataku melihat matahari. Silau… tentu saja. Entah kenapa aku merasa beruntung bisa merasakan panas matahari yang membakar kulitku ini.

    “di Owari, de gozaru” jawab perempuan kecil yang muncul di atasku. Apa dia yang menyelamatkanku? Dan, de gozaru? Seperti ucapan para ninja kepada para masternya. Mungkin aku salah dengar.

    “Apa aku diselamatkan olehmu?”

    “benar, de gozaru.” Kali ini ia mengangguk. De gozaru lagi? Aku tidak salah dengar rupanya. Aku bangun, mendapati diriku ada di area perbukitan dengan pemandangan yang penuh dengan sawah. Hari tampaknya sudah siang.

    “Terima kasih sudah menyelamatkanku.” Itulah hal pertama yang kuucapkan pada perempuan yang ada di sampingku. Namun setelah lama kuperhatikan, aku malah bingung sendiri… pakaian serba hitam tersebut sering muncul di film dan game-game yang berhubungan dengan ninja. Belum lagi sarung senjata yang ada di belakangnya… “kau ninja?” diburu dengan rasa ingin tahuku, aku langsung bertanya.

    “Benar, de gozaru…”

    Cukup sudah… aku yakin kalau aku sudah tidak lagi di bumi…

    “um… tadi kau bilang Owari ya? Owari itu…” Owari? Kenapa rasanya nama itu familiar ya?

    “Owari, tanah dari Clan Oda, De gozaru.”

    “hah?”

    Oda? Owari? Aku berada tepat di titik awal Shogun 2 Clan Oda?! T-tunggu dulu…

    “Tunggu sebentar, siapa yang memimpin Oda?”

    “Oda Nobuna de gozaru.”

    Nobuna? Bukan Nobuhide?

    “Bukan Nobuhide?”

    “Nobuhide itu ayahnya, sedangkan yang memimpin sekarang adalah anaknya, Oda Nobuna, De gozaru.”

    … coba kita cerna pelan-pelan ucapan perempuan berbaju ninja ini dengan apa yang baru saja aku alami. Aku diteleportasi, mungkin, ke suatu tempat yang dipenuhi dengan orang-orang berpakaian layaknya Shogun 2, atau dengan kata lain, Sengoku Jidai. Menemukan ashigaru-ashigaru malang dibantai oleh samurai, lalu…

    “…”

    Lupakan saja bagian itu. Lalu sekarang aku berada di tempat dengan nama Owari yang kebetulan merupakan tanah Oda yang dipimpin oleh Oda Nobuna. Bukannya yang terkenal memimpin Oda itu Nobunaga? Perasaanku saja atau namanya kurang ‘ga’ ya? atau hanya kebetulan?

    “… aku bingung, aku tersesat di sini dan aku tidak tahu arah jalan untuk pulang. Bisa kau membantuku menunjukkan jalan ke kota?” Ia mengangguk dan menarik lengan kananku.

    “kesini, De Gozaru.”

    ***

    “Uwah… kenapa pakaiannya kembali ke masa sebelum Perang Dunia?!”

    “Perang Dunia?”

    “ah tidak… tidak apa-apa..” berarti tidak salah lagi, aku berada di mana Jepang masih dalam status quo, terpecah belah akibat perang saudara yang terkenal dengan Sengoku Jidai. Dengan kata lain… inilah bentuk hidup nyata dari Shogun Total War 2!

    “kalau begitu, aku permisi De Gozaru.”

    “T-tunggu seben- eh?” kemana dia? Wah, cepat sekali menghilangnya perempuan kecil itu… kalau begini urusannya… tampaknya aku akan berkeliling untuk melihat area sekitar sini.

    - 3 jam kemudian –

    Aku tidak tahu harus kemana… tempat ini begitu luas, dan orang-orang di sekitar sini tampaknya menganggapku sebagai orang aneh. Yah, tidak bisa disalahkan sih… kaos putih dan celana sekolah hitam yang hanya bisa ditemukan di masa ku pasti sangat aneh bagi mereka. Belum lagi sentiment mereka terhadap orang asing. Aku masih ingat bagaimana merananya aku memainkan clan Shimazu di Shogun 2 saat aku putuskan untuk mengubah keagamaan dari Shinto-Buddhism menjadi Christianity demi Nanban Trade Ship dan Cannon. Apa yang terjadi kalau tadi aku masih mengenakan baju seragam sekolah yang dipenuhi bercak darah…?

    Tapi kalau aku tidak bisa menemukan tempat tinggal… bisa berbahaya... apa lebih baik kujual saja pedang katana ini?

    “eh?”

    “huh?”

    Aku melihat dengan pakaian yang familiar. Baju seragam sekolah hitam. Dan orang yang mengenakannya…

    Bersamaan : “Yoshiharu!?” “Ryuutaro!?”

    “kenapa kau ada disini?” tanyaku heran bercampur senang.

    “aku pun mau bertanya hal yang sama… Katana asli! dapat dari mana?”

    “ceritanya panjang… lagipula katana ini mau ku jual. Aku tidak punya uang dan aku tidak tahu dimana bisa tinggal di tempat ini.”

    “kalau begitu baguslah, ikut saja ke tempat tinggalku.”

    “kau punya?” kembali keheranan menyerangku. Ini orang emang lahir di berkati dengan keberuntungan atau gimana ya?

    “ada. Ayo ikut!” ajak Yoshiharu sambil ngeloyor pergi.
     
    Last edited: Apr 24, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :cambuk: mampir buat komen ya. :matabelo: keren nih, samurai. saya suka yang kayak gini :watta: saya nda akan kasi cabe kok :hehe: soalnya saya juga ga suka makanan pedes, cuma mao komentar aja sebagai seorang pembaca.

    ada beberapa hal yang ingin saya komentari:
    1. waktu baca tentang adegan perangnya yang pertama terpikir oleh saya 'kok seperti maen game action ya' :lol: ada istilah2 safety roll, light vertical slash, dll. bukannya jelek (saya sih seneng2 aja bacanya), tapi saran aja (hanya saran lho :hehe:) mungkin lebih baik klo istilah2 seperti itu diganti dengan deskripsi yang lebih manusiawi, karena nda semua orang mengerti istilah2 seperti itu kan. klo pun ingin menggunakan istilah seperti itu mungkin ada baiknya dijelaskan dulu di awal2.

    2. untuk kata2 yang diulang2 seperti:
    ini selera pribadi sih. kalau untuk saya, sesuatu yang ditulis seperti itu akan memberikan kesan yang "wah" atau butuh penekanan. itu bagus, tapi sesuatu yang terkesan "wah" seperti itu bila terlalu sering tampil akhirnya tidak jadi "wah" lagi :hehe: mungkin frekuensi tampil nya tulisan yang berulang2 seperti itu bisa dikurangi ya

    3. untuk kalimat:
    :???: itu pedangnya sapa?? orang yg dipukulin terakir kan blm sempet cabut pedang katanya gmn bisa menancap di tanah? ato saya ada kelewat pas bacanya ya :XD:


    segitu dulu de, uda kepanjangan :peace: semoga membantu
     
  4. masterdiki Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 28, 2009
    Messages:
    14
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +13 / -0
    akhirnya ada yang komen! :yahoo:

    makasih sarannya gan. ane emang lemah klo sudah maen deskirpsi battlenya. :XD:

    1 : sebenernya emang rada ga sreg nih gan dengan bagian itu. mungkin ada saran penggunaan kata yang lebih baik? ane rada kurang tau kalau bahasa Indonesianya.

    2 : kebanyakan baca Tsukihime sama Fate/Stay Night nih :XD: siap laksanakan gan!

    3 : :shock1: ane lupa nulisnya! :swt: harusnya itu senjata dari orang pertama yang nasib sial kena tongkat besi si Ryuutaro. makasih udah di kasih saran gan.

    jangan males-males lagi ke sini, ditunggu keripik sarang waletnya. klo doyan ke sini ane kasih :peluk: :hahai:
     
  5. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :keringat: penggunaan kata yang lebih baik ya? hmm... sebenarnya klo menurut saya mau pake kata gmn pun juga sama aja sih. cuma bagaimana nantinya pembaca itu bisa mudah atau sulit menangkapnya.

    tapi.. yah. sebelomnya maaf :maaf: bukan bermaksud menggurui atau gmn. klo saya mendeskripsikan kata2 seperti itu mungkin jadi begini: (ini gaya penulisan saya lho, bukan bermaksud menggurui atau gmn :peace:, saya yakin kamu punya gaya penulisan sendiri yang pastinya lebih baik)

    contoh:
    saya akan tulis seperti ini:

    Kali ini aku mendapati sang musuh baru siap dengan tangan di pegangan katana yang tersarung di pinggangnya. Namun dia terlambat, aku sudah melompat sambil mengangkat tongkat besi itu tinggi-tinggi. Dengan sekuat tenaga kuayunkan batangan besi itu hingga menghantam kepalanya, satu pukulan telak yang membuat darah mengalir dari kepalanya. Ia terjatuh dan menghamburkan dedaunan kering pada tanah di sekitar tubuhnya, entah ia pingsan atau hal lain yang terjadi, akupun tidak tahu.

    :maaf: semoga berkenan
     
  6. Melonn M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 17, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    37
    Ratings:
    +437 / -0
    monkey...perang Jepang... ah, sempet mikir ini soal Hideyoshi Toyotomi.
    ternyata bukan... :ngacir:

    sori, tapi ini fanfic dari Oda Nobuna no Yabou? ane gak nonton anime itu sih, cuman tau nama Nobuna. :haha:

    selepas itu, ceritanya keren. ane sedikit2 tau cerita perang Jepang sih, berkat maen Samurai Warrior. cuman baru kali ini ceritanya ada anak dari masa depan, pegang baton besi segala. :haha: agak aneh pas awal2, baru ngeh sesaat kemudian ternyata doi dari masa depan...

    ane suka sama deskripsi nya. kebayang lah kira2 si Ryuutaro nya lagi ngapain, nebas musuhnya gimana, larinya sampe geplek dll. gak ngeganggu sh, tapi kadang ada beberapa kata yang nyeleneh. imo, penceritaannya kena, tapi suasana nya agak kurang. tense nya ada, tapi kayak kurang kebangun.

    eniwei, nice story gan. semangat~ :lalala:
     
  7. masterdiki Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 28, 2009
    Messages:
    14
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +13 / -0
    :matabelo: wah gan, deskripsi Indonesianya bagus sekali. ane aja ga sempet kepikiran disitu. bisa nih langsung edit :top:

    pembaca kedua~ :terharu: ada orang yg mau baca saya senengnya minta ampun. ada kritik saran gan tentang kata-kata nyeleneh dan tense yang kurang kebangun. mana tau bisa jadi lebih baik.

    :bloon: itu post 1 bisa edit selamanya kan?
     
  8. masterdiki Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 28, 2009
    Messages:
    14
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +13 / -0
    :yahoo: udah selesai dengan Ujian Tengah Semester :yahoo:

    dan sesuatu banget sudah selesai editing Turn 2. :maaf: terima kasih atas keripik sarang walet dari Turn 1 nya gan. moga2 masih ga bosen bacanya.

    Bagi yang belum nonton Oda Nobuna no Yabou : Major Spoiler Episode 1. Saya peringatkan anda! :piso:


    Shoutokuji and Ryuu Events!​


    Esok harinya, aku diajak Yoshiharu ke tempat yang digunakan untuk diskusi dan pengambilan keputusan Oda dalam hal internal dan eksternal. Terletak di satu-satunya rumah besar dengan perkarangan luas tepat di tengah kota Owari, Yoshiharu berharap bisa mengenalkanku pada petinggi-petinggi Oda (Yoshiharu menyebut mereka Samurai Daisho, panggilan lama "Jendral" namun Aku memilih untuk menginterpretasiakannya sebagai petinggi).

    [​IMG]

    Singkat cerita, Yoshiharu jatuh di tengah pertempuran antara Imagawa-Matsudaira (Matsudaira adalah nama Tokugawa saat masih sebagai Vassal Imagawa) melawan Oda, tidak jauh dari hutan tempat insiden berdarah antara aku dan samurai sebelumnya. Kalau aku selamat karena aku berhasil 'mempertahankan diri', Yoshiharu yang tidak punya kemampuan apapun selain "menghindari apapun yang berusaha mengenainya", diselamatkan oleh Kinoshita Toukichiro namun sebelum sempat kabur dari medan peperangan, Toukichiro berakhir mati terkena peluru nyasar (dan sialnya lagi, dia itu tokoh penting di sejarah jepang… setidaknya itu yang kudengar dari Yoshiharu). Mengikuti saran Toukichiro, Yoshiharu bergabung dengan Oda (walaupun aku yakin dari awal dia memang ingin bergabung dengan Oda). Entah nasib sial atau bagaimana, dia malah jadi tukang jaga sendal...

    “malang sekali lah nasibmu…” itu yang pertama kali kuucapkan saat mendengar cerita Yoshiharu kemarin malam di penginapan tempat Yoshiharu tidur.

    “tidak semalang kau, itu yang pasti.”

    Aku sengaja tidak menceritakan tentang apa yang kulihat sebelum dikejar-kejar oleh (kemungkinan besar) pasukan samurai Imagawa dan apa yang kulakukan dengan katana yang bersandar di sudut rumah kayu ini. Tapi kalau dipikir-pikir, hari pertama nyasar ke dunia lain dan disambut dengan acara bunuh-bunuhan dan diikuti dengan potong tangan orang… aku masih bingung untuk menyatakan apakah ini mimpi atau bukan.

    Lalu pertanyaan kedua: Apa aku sanggup untuk mengambil nyawa seseorang?

    Untuk bisa memotong dengan keinginan yang kuat, bukan hanya sekedar tebasan… apa aku mampu…?

    PLANG!

    “AW!”

    Aku meringis kesakitan sambil memegang kepalaku. Aduh… aku bisa merasakan sesuatu yang membengkak di ubun-ubun kepalaku.

    “kau sudah kupanggil dari tadi tapi kau masih saja duduk di situ.” Gadis berambut pirang dengan baju asal jadi (berantakan) dan duduk tanpa aturan di atas mimbar ‘Daimyo’ berkoar-koar tentang bagaimana kurang ajarnya seorang ashigaru tidak mendengarkan Daimyo nya. “masih untung kau kuizinkan hidup. Sekarang, katakan namamu!”

    [​IMG]

    “Ryuutaro…” jawabku pelan, masih mengelus-elus kepalaku yang malang.

    “Aku tidak mendengarnya!” kali ini suara gadis pirang ini meninggikan suaranya diikuti dengan gerakan akan melempar benda yang ada dijangkauannya.

    “Ryuutaro! Takeushi Ryuutaro!” merasa terancam, serta merta kutinggikan suaraku karena panik.

    DUNG! Benda asing ke dua dengan sukses mendarat di kepalaku.

    “auuu….” kenapa kepalaku jadi sasaran lempar?

    “Ryuutaro kah… pekerjaan apa yang cocok untukmu…” sambil memegang dagunya, gadis pirang tersebut bergumam tentang ‘penjaga kebun’, ‘pembajak sawah’, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang semakin lama semakin berbahaya kedengarannya. Sebaiknya kuhentikan sebelum ia menyuruh mengerjakan sesuatu yang membahayakanku.

    “tidak perlu repot. aku ke sini cuman karena diajak Yoshiharu. Aku tidak ada niat untuk bergabung…” ucapku sambil mengelus-elus kepalaku yang malang.

    “ara~ datang ke sini namun berani mengucapkan hal itu di depan Daimyo. Delapan puluh~” kali ini perempuan rambut itam panjang dengan pakain serba merah pink. Auranya nampak seperti aura-aura kakak kelas yang sudah berpengalaman, atau lebih tepatnya seperti gadis tipe ‘dewasa’ yang sering ‘mengganggu’ adik kelas.

    [​IMG]

    “Kurang ajar! Saru, kenapa kau bawa orang tanpa tata krama ke sini!?” yang membentak sekarang perempuan dengan postur tubuh ideal dengan gaya rambut pony-tail berwarna coklat. Baju biru yang sebagian tubuhnya dilapisi dengan baju besi dan di sebelah kirinya. Petinggi loyal Oda? karena dia sudah siap ingin membunuhku dengan katana di tanganku (namun sayang perhatianku masih kepada benjolan kepala yang mendiami ubun-ubunku...)

    [​IMG]

    “D-Dia teman baikku, d-dan dia juga dari masa depan sama sepertiku. Aku rasa tidak sopan kan kalau tidak mengenalkannya... mungkin saja dia bisa membantu.” Yoshiharu yang dipanggil Saru (monyet) berusaha menjelaskan kenapa aku yang tidak ada kaitan dengan pasukan Oda bisa duduk di sini.

    “Baiklah… mari kita lanjutkan ke hal yang lebih penting.” Si gadis pirang yang nampaknya punya kuasa di sini mengganti topik pembicaran. “Sebentar lagi aku akan bertemu dengan si Vipertkan ke hal yang lebih penting.” Si gadis pirang yang n Mino. Bagaimana menurut kalian?”

    “Viper Mino?! Saito Dousan?!” Yoshiharu nampaknya berbinar-binar

    “memangnya kenapa dengan dia? Tokoh sejarah Sengoku Jidai juga?”

    “Ya iya! Sebentar lagi adalah event antara Nobunaga dan Dousan bertemu di Kuil Shoutokuji! Masa event sebesar itu kau tidak tahu?!”

    “…” apa dia lupa aku benci sejarah? Aku memilih diam sambil terus mengelus-elus kepalaku yang benjol. Entah mengapa dilihat dari ekspresi wajah Yoshiharu dan kemana perbincangan tiga gadis ini aku bisa member kesimpulan bahwa temanku akan membeberkan masa depan dan mengklaim dirinya sebagai ‘cendikiawan’ yang bisa meramal masa depan.

    “Hoi, kau tidak percaya kalau aku dari masa depan, kan?” tanya Yoshiharu dengan tampang optimis dan ‘agak’ sombong. Tampaknya dugaanku benar…

    “Iya, memangnya?” sang ‘Daimyo’ Oda melihat Yoshiharu dengan pandangan sinis.

    “Akan kubuktikan.” Kata Yoshiharu tenang, lalu lanjut bicara dengan nada yang agak lantang, layaknya pengacara denga bukti cukup untuk memberatkan pihak tak bersalah “Kau akan bertemu dengan Saito Dousan di Kuil Shoutokuji!”

    “Apa maksud ucapanmu? Saito Dousan saja belum menentukan tempat bertemu-” belum sempat si pirang menyelesaikan ucapannya, seseorang menyela dari luar.

    “Permisi. Hamba membawa pesan tentang tempat pertemuannya.” Seorang pembawa pesan (tampaknya?) berlutut dan menyampaikan pesannya pada si pirang. Kugunakan kesempatan ini untuk meluruskan hal-hal yang masih membingungkanku.

    “Hey, Yoshiharu. Si pirang itu… itukah Nobuna?” Yoshiharu mengangguk dengan senyum congkak. Nampaknya dia senang dengan ‘penerawangannya’. “lalu siapa dua perempuan selain Inuchiyo?”

    “oh, yang perempuan dengan aura onee-san itu namanya Niwa Nagahide, sedangkan yang memakai baju biru dengan dada boing-boing itu namanya Shibata Katsuie. Eh… ngomong-ngomong darimana kau kenal Inuchiyo?”

    “tadi pagi kan sebelum ke sini aku sempat ngomong sama dia…” kataku sambil melirik cepat ke arah perempuan kecil dengan pakaian serba kuning disertai hood dengan bentuk kepala macan. Inuchiyo memang pendiam ya? dari awal ketemu itu tatapannya tanpa emosi begitu.

    [​IMG]

    “Bagaimana? Memangnya kau pikir berapa lama aku memainkan game Nobunaga’s Ambition? Event kuil Shoutokuji itu adalah Event yang Mega-terkenal.” Yoshiharu dengan bangga menunjukkan ‘kemampuan’ dia selama masih di dunia asli, aku yang duduk di sampingnya cuman bergumam pelan, namun cukup bisa didengar Yoshiharu.

    “ya deh… yang epic fail mainin Clan Chosokabe~” aku sadar bisikanku sempat membuat Yoshiharu menggerutu kesal. Hehehe…

    ***

    “wow… Matchlock Ashigarunya…” Melihat pasukan paling sulit digunakan dalam Shogun 2 secara nyata membuat kata-kata takjub keluar sendiri dari mulutku.

    “belum pernah melihat yang aslinya?” Tanya seseorang dari belakang, yang ternyata adalah Niwa Nagahide.

    “ah, Nagahide-san. senjatanya saja, tapi bersama orang yang memegang senjata tersebut, baru kali ini!!”

    “delapan puluh~”

    “err… delapan puluh?”

    “itu poin yang kuberikan kepadamu~” jawab Niwa Nagahide sambil mengedipkan matanya. Dia memang tipe kakak kelas ‘dewasa’ yang suka menganggu adik kelas cowo!!! “Takeushi-san, kenapa tidak ingin bergabung dengan pasukan Oda?”

    “simpel, karena saya nub…” jawabku dengan kata-kata slang game online yang biasa kupakai. Tentu saja hal ini membuat Niwa Nagahide mencoba mengutarakan ulang apa yang kuucapkan tadi dengan wajah kebingungan, sama seperti ia mencoba mengatakan kata event dan game. “Ah, maksudku karena aku tidak punya kemampuan apapun, jadi aku lebih suka kalau tidak ikut.”

    “namun kudengar, Takeushi-san pernah menjatuhkan tiga samurai Imagawa dan salah satunya terluka parah? Darimana sisi ketidakmampuan tersebut?”

    Eh? Sejak kapan dia tahu tentang kemarin? Dan perasaan aku tidak mengatakan apapun tentang ‘terluka parah’ pada Yoshiharu…

    “mungkin tidak untuk sekarang, namun di lain kesempatan?” tanya Niwa Nagahide dengan senyum penuh arti.

    “M-m-mungkin? Hahaha…” jawabku cepat. Tak banyak yang kami ucapkan sebelum Niwa Nagahide permisi pergi. Yang bisa kudapatkan dari percakapan kami tadi adalah :

    1. Niwa Nagahide tahu tentang kejadian kemarin
    2. Niwa Nagahide tahu tentang kemampuan Kenjutsu ku (masih hipotesis, orang yang ikut beladiri biasanya bisa menilai orang yang terlatih dan mana yang tidak.)
    3. Niwa Nagahide ingin aku masuk sebagai pasukan Oda.
    4. Niwa Nagahide punya aura Onee-san yang kuat!!!

    Catatan kaki : berhati-hatilah dengan Niwa Nagahide. Yup… aku harus hati-hati. Tapi ngomong-ngomong…

    ….

    kenapa aku ditinggal sendiri?

    ***

    Tidak tahu apa yang mau kulakukan, kuputuskan untuk berjalan-jalan di sekitar pasar dengan harapan ada yang bisa kuli- Oughf!

    “Ah, M-maaf!” perempuan (dari suaranya) yang mengenakan jubah hitam di siang bolong ini meminta maaf karena menabrakku. Yah… itu juga salahku sih karena jalan tidak lihat-lihat. Barang yang ia bawa berserakan di tanah akibat tabrakan tadi.

    “Saya juga. Saya tidak lihat jalan… biar saya bantu” aku langsung mengumpulkan benda-benda yang berhamburan akibat tabrakan tadi. Huh? Sayuran? Buah-buahan?

    “HOI! MALING! SINI KAU!” teriak seseorang di depanku. Pria kekar dengan ikat kepala kain putih dan pakaian putih-hitam. Dilihat dari arah ia melihat dan langkah kakinya, nampaknya dia kesini.

    “Ah!” sosok berjubah itu terkejut mendengar teriakan tadi dan hendak kabur sebelum akhirnya tangannya kupegang. “uwa!”

    “jangan kabur…” kataku pelan sambil mengambil bahan makanan yang ada di bawah dengan tangan kananku.

    “uuuuu….” Nampaknya perempuan ini ketakutan.

    “tenang saja.” Bisikku saat berdiri. “Ah, bapak yang punya sayur dan buah ini?” tanyaku dengan tampang polos.

    “benar, kau kah yang menangkap cecunguk keparat ini?! Bagus!” teriaknya keras dengan tangannya yang sudah siap mencengkram lengan perempuan tersebut. Cepat aku tangkap tangan pria tersebut dengan tangan kiriku.

    “Ah, bapak. Kalau boleh tahu berapa harga semuanya?” tanyaku lagi sambil mengeraskan cengkraman tanganku. Mendengar hal itu, mata bapak itu menoleh ke arahku.

    “hei, adik kecil. Kau ingin membeli semuanya? Boleh saja. Harga semuanya adalah 1 kan! Kau sanggup membayarnya?!”

    1 kan? Mahal sekali untuk sayur-mayur dan buah-buahan. Bukankah 1 koku (1 stok beras 1 tahun untuk 1 orang) itu harganya tidak sampai 1 kan? Walaupun aku tidak tahu sejarah Jepang, namun aku punya standar pengetahuan tentang bagaimana Struktur Ekonomi Jepang dari kelas Ekonomiku.

    “hmmm… tapi dilihat dari kondisi sayur ini, apakah bapak yakin harganya pantas?” Mari kita ikuti ikuti permainan dia. Mungkin ia mengira aku orang asing yang tidak tahu harga barang.

    “heh, bocah. Tahu apa kau tentang tanaman?” katanya sambil menepis tangan kiriku. Aku cuman bisa tersenyum. Tipikal orang congkak dan sombong eh?

    “yah, saya tidak tahu banyak. Tapi dari segi penampilannya saja, sayuran ini sudah tidak layak di jual. Lihat saja ; daun sayur ini layu dan tidak segar. Kemungkinan besar ini sayuran yang sudah lama dipetik….”

    Rentetan kata yang penuh dengan kritik sopan namun menusuk tepat di kesalahan sang penjual semakin lama semakin keras dan semakin menarik perhatian orang-orang di sekitar pasar. “…Apalagi jeruk, jeruk ini warnanya bukan lagi jingga, tapi coklat… Apa tujuan penjual adalah ingin membunuh pembeli? Dan anda menghargai sampah ini semua dengan satu kan? Pantas saja anda marah ketika sampah ini diambil. Memang tidak laku kan barang dagangan anda?”
    Kalimat terakhir lebih ke spekulatif dan terkesan provokatif. Tapi dilihat dari guratan kemarahan di wajahnya, nampaknya ucapanku tepat sasaran.

    “…hey… bocah. Mulutmu pandai juga berbicara seperti itu, mari kita lihat apakah mulutmu bisa menghindari ini!!!”

    “…heh.” Kembali aku tersenyum melihat tingkah pria besar yang mengarahkan bogeman mentahnya padaku.

    Semua manusia itu sama… dunia asli maupun dunia ini, pasti ada orang-orang yang akan menggunakan cara apapun yang ia bisa gunakan untuk menindas yang lebih rendah, terlepas apakah itu benar ataupun salah.

    “Aku rasa argument tersebut ada benarnya juga…” gumamku pelan pada suara yang membisiki hatiku yang terdalam.

    BAM! Terdengar rintihan kesakitan dari pria tersebut, ia memegangi tangannya yang bengkak.

    “maaf, pak… tapi tampaknya pukulan anda itu meninggalkan bekas yang mendalam” tangan kananku yang sebelumnya memegang sayuran dan buah-buahan tak layak makan ini sudah digantikan dengan baton besi yang kemarin menjadi penyelamat jiwaku. Untung baton besi ini yang bisa di lipat, jadi kantong celanaku selalu siap sedia menyimpannya.

    “Keparat! Hoi kalian! Hajar anak keparat itu!” teriak pria tersebut kepada orang-orang besar di belakangnya di sela-sela rintihan tangannya. Dua-duanya memegang tongkat besar dari kayu?

    "walah… sedih sekali. Menggunakan orang lain untuk melancarkan niat kejimu dan membungkam fakta yang sudah terungkap.” Apa yang ku ucap sudah berubah menjadi ucapan-ucapan provokatif. Maklumlah, kebiasaanku melakukan hal itu dalam latihan kendo, terutama jika aku melawan orang yang aku benci.

    Aku benci orang-orang seperti itu, menggunakan kekuatan mereka hanya untuk memuluskan keinginan pribadi mereka. Dan di saat mereka terhambat, maka tangan orang lain yang dikotorinya, menambah rasa sakit kepada orang-orang yang dijadikan korban ketamakannya.

    “Maju!”

    Akhir ucapanku kusambung dengan berlari ke arah pria besar yang paling depan. Gerakannya lambat, dan ia tidak sigap. Tangan kanannya yang memegang tongkat kayu tersebut baru diangkat sedangkan posisiku sudah berada di depannya.

    Gerakan menusuk cepat ke perut buncit pria besar tersebut dan disambung dengan hantaman keras ke atas, tepat ke dagu. Pukulan tersebut membuatnya hilang keseimbangan dan melayang ke belakang. Melihat temannya jatuh, si besar satu lagi maju dengan tongkat kayu yang sudah di angkat.

    Apakah dunia ini memang dipenuhi oleh orang-orang yang menjijikkan?

    “setidaknya aku yang membuat dunia ini menjijikkan…” kataku pelan. Disaat aku hendak menyambut pria besar yang akan memukulkan tongkat kayunya tersebu, aku sempat teringat tentang bagaimana aku diperlakukan oleh senior kendoku. Mereka mengolok, mengejek, merusaki alat latihan kendoku, dan tak jarang perlakuan fisik kuterima dari mereka. terlebih saat aku sadar aku lebih menjurus ke arah gaya pedang eropa, perlakuan mereka semakin semena-mena

    Apa aku salah? aku sadar kalau gaya kenjutsu memang tidak cocok denganku. Dan apakah menyadari hal itu adalah salah?

    Rasa benci memenuhi pikiranku. Kali ini aku hanya memegang baton dengan tangan kanan, terlepas dari belenggu gaya pedang jepang. Persetan dengan cara ‘indah’ kalian!

    “… tapi kalianlah yang menjijikkan!”

    Tanah disekitar sempat bergetar setelah tumbukkan keras tongkat kayu si besar. Orang-orang berpikir kalau aku sudah jadi kerupuk karena serangan tadi. Maklumlah, tanah di sini berdebu akibat tumbukkan tadi, debu-debu berterbangan memenuhi daerah sekitar dan menutupi pemandangan.

    “hahaha! Mampus kau!” si pria yang merintih kesakitan tadi sekarang tertawa. Namun tawanya terhenti saat ia melihatku berdiri tepat di samping si besar kedua yang sudah pingsan. Caranya? Simpel. Mungkin sepersekian detik, aku berhasil menghilangkan rasa benci yang sempat mengaburkan logikaku dan menghindar tepat sebelum aku menjadi kerupuk. Dengan posisi diriku tepat di samping si besar dan posisi nya yang mati langkah setelah serangan tadi, giliranku menghantamkan baton besi tersebut tepat di belakang kepalanya dengan sambungan gerakan menyikut bagian wajahnya (tentunya sangat keras karena aku memutar tubuhku).

    “lho? Kok berhenti tertawanya?” pertanyaanku di jawab dengan sorakan hebat dari penonton sekitar. “nah, bagaimana? Apakah harga nya masih 1 kan?”
    Kali ini aku bertanya sambil menodongkan mata baton yang tumpul itu ke wajahnya. Entah ia melihatnya sebagai apa, aku tak tahu. Yang jelas ia ketakutan. Itu yang tampak dari sorot matanya.

    “T-t-t-t-tidak! I-i-i-itu gratis!!!” itu yang ia teriakkan sebelum kabur. Setelah yakin ia sudah menghilang, aku melipat batonku, memasukkannya ke dalam kantong celana dan mengambil sayuran dan buah-buahan yang tadi kulempar semena-mena.

    “T-terima kasih banyak.” Ujar perempuan tadi setelah aku memberikan makanan sampah tersebut dan pergi. Rasanya mengenaskan melihat orang mencuri makanan yang seharusnya di buang di tong sampah karena tidak layak makan. Apa Jepang di jaman perang saudara memang seperti ini?
    Apa sebaiknya kuikuti saja ya? Mungkin lebih baik kuikuti saja…

    ***

    Perjalanannya makan waktu sekitar 10 menit dan baru sebentar aku kesana, aku langsung kembali pulang. Mereka tinggal di luar kota, dekat dengan persawahan. Namun bukan karena itu aku pulang… bukan karena aku punya pengalaman buruk tentang sawah. Tapi apa yang kulihat membuatku merasa iba tentang keadaan mereka.

    Rumah mereka berdindingkan tanah liat hitam yang sudah mengeras dengan jerami kering sebagai atap. Tanpa jendela dan pintu. Dan perempuan tersebut adalah ibu dari 2 anak laki-laki yang mungkin tidak lebih dari umur 6 tahun…

    Dan mereka yang bisa membantu, hanya mampu menutup mata dan menyumbat telinga seolah tak peduli. Apakah itu Hati Manusia yang penuh dengan rasa kasih sayang?

    “…”

    Sesegera mungkin aku kembali ke perumahan tempat Yoshiharu dan aku tinggal dan mengambil katana rampasanku.

    “ah, selamat datang Ryuu-do… EEEEK!?” Nene, Pemilik perumahan yang berumur 7 tahun ini terkejut melihatku membawa katana tanpa sarung.

    “Ah Nene! Kebetulan! Bisakah kau membantuku?”

    “A-a-apapun itu, t-t-tapi jangan bunuh aku?” Nene gagap dengan wajah pucat karena ketakutan.

    “aku tidak akan membunuh siapapun… apa kau tahu tempat untuk menjual pedang ini?” pertanyaanku menggantikan wajah pucat Nene menjadi wajah bingung.

    - 10 menit kemudian –

    “Hanya lima kan…” gumamku saat menatap kantung kain berisi 10 keping uang dengan bentuk mirip snack keripik kentang.

    “Ryuutaro-dono, apa yang ingin anda beli dengan uang tersebut?” Nene masih bingung dengan permintaanku tadi, memutuskan untuk bertanya.

    “Aku ingin membeli 4 koku. Dimana aku bisa membelinya?”

    “serahkan pada Nene! Ikuti aku~” Nene dengan semangat menarik tanganku menuju pasar.

    ***

    “Permisi…”

    Di depan rumah perempuan itu, aku berdiri dengan harapan ada orang di dalamnya.

    “Ah, siapa ya? kami tidak bias-” perempuan itu keluar. Beruntung sekali. “kamu pemuda tadi kan?”

    “ah iya. Maaf kalau saya tidak sopan tadi.”

    “m-maaf, kami tidak punya apa-apa lagi. Sayuran dan buah-buahan yang tadi sudah habis dimakan.”

    “tidak apa-apa. Malah saya cuman mau menyampaikan sesuatu saja.”

    “sesuatu? Apa itu?”

    Manusia tetaplah manusia… mereka akan tetap meminta imbalan atas apa yang mereka lakukan. Entah itu sadar atau tidak…

    Aku memilih diam dengan apa kata-kata yang terbesit di hatiku dan bergerak mengangkat 4 koku (bungkusan jerami yang diikat dengan tali berbentuk silinder kecil berisikan beras) ke dalam rumah ibu tersebut. Aku tidak menghiraukan pandangan ibu tersebut. Entah itu rasa takjub atau apa, yang jelas aku hanya meletakkannya di tempat penyimpanan rumah tersebut.

    “A-apa yang baru saja…”

    “ini cuman dua kan. Semoga ini cukup untuk mengganjal perut sekeluarga.” Ucapku sambil meletakkan dua keping emas di tangan ibu tersebut. “kalau begitu saya permisi dulu.”

    “Tunggu sebentar!” ibu tersebut teriak sesaat aku melangkahkan kakiku keluar. “setidaknya terimalah hadiah saya.” Perempuan tersebut langsung kabur sebelum aku bisa menolaknya. Tak lama, ia datangan dengan sesuatu yang tertutup kain putih di tangannya. “tolong ambil ini, sebagai terima kasih saya.”

    “Apa ini?”

    “Ini medali dari almarhum suami saya. Dia pernah bilang kalau benda ini adalah jimat keberuntungan selama dia masih muda.”

    “ah… tapi ini punya-”

    “tolong diterima. Lagipula 4 koku itu sudah lebih dari cukup. Kami bisa tenang selama 2 tahun tanpa kelaparan karena tuan. Terima kasih.” Ucap ibu tersebut sambil membungkuk.

    “S-sama-sama!” aku pun membungkuk, walau pun tidak seperti ibu ini yang elegan dan lambat, aku terkesan cepat dan kasar. Hal tersebut tentunya direspon dengan tawa kecil dari si ibu.

    "kalau boleh tahu, siapa nama pemuda?" tanya ibu muda tersebut dengan senyum menghiasi wajahnya.

    "Ryuutaro, Takeushi Ryuutaro."

    "Ryuutaro-san, perkenalkan nama saya Mayuko-san. mari silahkan masuk. setidaknya biarkan saya menyuguhkan teh untuk Ryuutaro-san."

    ***

    Hari sudah malam… dan Yoshiharu sudah tidur pulas setelah menceritakan pengalamannya tadi di kuil Shoutokuji. Dan aku tidak bisa tidur. Hanya bisa menatap langit malam dengan bulan purnama dan bintang yang menghiasi gelap. Medali naga pemberian Mayuko-san yang ada di tanganku bercahaya oleh pantulannya cahaya rembulan.

    Aku tidak tahu tentang apa yang terbesit di hatiku, atau siapapun yang membisikkan hatiku. namun ada sebuah jawaban yang hendak kusampaikan :



    “tapi aku percaya, masih ada manusia yang akan membuatnya menjadi lebih baik.”


    “nampaknya kerja dengan Oda bukanlah hal yang buruk…”

    Note : untuk hal-hal yang membingungkan, mungkin bisa di lihat di spoiler catatan kaki.

    1. setting cerita saat ini adalah tahun 1550-1551, dimana Oda masih belum sepenuhnya di satukan (masih ada internal rebellion)

    2. Daimyo (大名) adalah kepala dari suatu clan. seperti layaknya kepala keluarga, namun dalam konteks keluarga besar (termasuk keluarga paman, bibi, dan yang lain yang masih satu nama dengan Oda). Daimyo juga merupakan pimpinan utama perang dalam Clan.

    3. Ashigaru (足軽 lit. lightfeet) adalah nama lain dari pasukan militia / pasukan infantri kelas bawah. mereka merupakan pasukan yang diambil dari penduduk suatu area, lalu dilatih dengan pelatihan minim agar bisa ikut bergabung dalam perang. berbeda dengan samurai yang terlatih dari awal tentang perang, Ashigaru hanya mampu pada satu senjata saja dan mereka sangat mudah untuk dihancurkan karena minimnya pelatihan militer yang mereka terima (biasanya pasukan ini berupa petani-petani pada masa itu).

    4. Matchlock (teppo => 鉄砲, ”iron cannon”) adalah jenis senjata tembak paling awal sebelum ditemukan musket. menggunakan bubuk mesiu lama (bukan bubuk mesiu hitam) yang bisa basah terkena hujan (membuat senjata tidak bisa ditembak). sistem pengisian peluru juga seperti dulu : masukan peluru ke selongsong senjata, masukan bubuk mesiu, lalu di kocok-kocok (lebih mirip diaduk dengan besi sih :hahai: ). Matchlock punya kelebihan dalam mengoperasikan senjata dan daya hancur yang luar biasa pada saat itu namun membutuhkan straetgi dan taktik khusus untuk dipakai dalam peperangan, karena akurasi yang kecil dan juga mangsa empuk saat mengisi peluru.

    5. rumah-rumah masa Sengoku jidai di area terpencil adalah rumah dinding tanah liat dan atap jerami kering dengan bentuk ruangan mirip seperti Hojo Triforce dengan bagian terdepan adalah pintu masuk, tengah tempat dimana makan, ruang keluarga, dapur, dan tidur, dan dua segitiga bawah adalah ruang penyimpanan (sisi kiri makanan, sisi kanan kayu bakar, atau sebaliknya)
    [​IMG]

    6. Kan adalah keping emas dengan 1 kan dalah 1000 mon (keping tembaga). dalam masa damai (non perang), beras (kome = こめ) berharga 1 kan per koku (石/石高) dan naik menjadi 5 hingga 7 per koku. Catatan : 'seharusnya' 1 koku adalah 5 gantang. namun untuk menghindari kebingungan, ditulis 1 koku = 1 gantang. mrnurut referensi Oda Nobuna no Yabou, 1 Koku bisa untuk 1 tahun makan beras satu orang. walau sebenarnya menyesatkan, mari kita tetap mengikuti referensi cerita Original :hahai:

    7. Beras adalah makanan khusus perang. Bahkan hanya sebagian kecil para Daimyo dan Samurai yang pernah melihat beras, apalagi rakyat jelata yang notabenenya hanya makan gandum liar, oats, dan atau Milet.

    8. Kenjutsu (剣術) adalah istilah untuk ilmu pedang jepang dalam penggunaan katana.
     
    Last edited: Apr 28, 2013
  9. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    mampir komen lagi ya :nongol: lagi ga ada kerja an soal nya :hihi: sebelomnya maaf klo mungkin komennya agak panjang :keringat: jangan dibilang bawel ya :hihi:
    gaya bahasanya manga dan game banget, sampai pada turn 2 ini masi misteri konflik utamanya nanti akan seperti apa (nda nonton Nobuna no Yabou soalnya). deskripsi pertarungannya lumayanlah, tetapi deskripsi untuk seting tempat dll agak kurang sih. klo bukan karena pernah nonton anime ato baca manga tentang ginian rasanya saya agak sulit untuk membayangkan seting tempatnya :hehe: padahal di Turn 1 deskripsi seting tempatnya uda bagus lho.

    okeh, terlepas dari hal2 itu ada beberapa point yang mau saya komen:
    1. untuk kalimat:
    :lol: klo saya baca kalimat itu berarti yang mati karena peluru nyasar itu Yoshiharu lho, tapi kok dia masi idup dan masi bisa ngobrol2 sama Ryuutaro

    2. waktu baca tentang 'Matchlock Ashigarunya' ada kata2 'Unit tersulit' :lol: bahasanya game banget. yah saya sih bisa mengerti dan bisa merasakan bagaimana rasa kagumnya Ryuutaro ketika ia melihat hal keren dalam game yang terwujud dalam dunia nyata. tapi kembali lagi seperti komen saya sebelumnya, untuk kata 'Unit tersulit' itu mungkin lebih baik diganti dengan deskripsi yang lebih bersahabat dengan orang-orang yang bukan gamer.

    3. untuk beberapa istilah seperti Damiyo dan Kenjutsu, mungkin bisa diberi penjelasan dulu apa itu (ato sebenarnya uda tapi saya ada kelewat pas bacanya ya :XD:) karena nda semua orang merasa familiar dengan istilah jepun seperti itu kan :hehe:

    4. itu Yoshiharu kenapa bisa di panggil 'Saru' ya?? ato mungkin di belakang akan dijelaskan?? (klo di belakang akan dijelaskan nda usa di jawab sekarang jg nda papa sih :XD:)

    5. untuk kalimat:
    :???: Mayuko itu sapa?? atau wanita tadi?? kok bisa tau namanya Mayuko :XD: karena sebelumnya tidak disebutkan wanita tadi namanya siapa

    segitu dulu de :keringat: uda kepanjangan
    :peace: semoga membantu
     
  10. masterdiki Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 28, 2009
    Messages:
    14
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +13 / -0
    Langsung gerak menuju te ka pe gan! :tkp3:

    1. walah :shock1: padahal maksudnya mau ngebilang Toukichiro yang mati. langsung edit!

    2 dan 5. siap gan! langsung di edit! :top:

    3. bagus di letak di catatan kaki atau dijelaskan dalam cerita ya gan? :???:

    4. tenang gan :hihi: nanti turn berikutnya ada dijelasin kenapa kawannya dinamai Saru (monyet)
     
  11. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :lol: iyah, saya juga benernya uda berpikir bahwa yang dimaksud itu bukan Yoshiharu. tapi arti kalimatnya seperti itu, sampe2 saya coba baca 5 kali :lol: takut saya yang salah.
    hmm.. diletakkan di mana saja sama aja sih klo menurut saya :hehe: yang penting penulisnya berasa enak ajah. penulis adalah raja jadi suka2 raja mau bikin ceritanya seperti apa. pembaca adalah rakyatnya, klo raja kerjanya ada yang nda bener yah tugas rakyat buat memperingati raja.
     
    Last edited: Apr 27, 2013
  12. masterdiki Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 28, 2009
    Messages:
    14
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +13 / -0
    oke gan, udah ane edit bagian turn 02 (wah jadi spam post nih :hahai: )
    minta keripik sarang walet lagi ya gan. terpaksa harus pake Cheat Engine karena ane emang rada susah deskripsi karakter, mungkin agan berminat? :onegai:
     
  13. Melonn M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 17, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    37
    Ratings:
    +437 / -0
    bold: mungkin yang agan maksud itu argumen (pendapat). sentimen itu semacem sikap sinis sama seseorang.

    oke...baru baca bagian kedua... baru mulai kenalan sama tokoh sekitar, ya..
    terus jadi agak mirip light novel, ada gambar2 yang ngebantu deksripsi... bagus, sih.. jelek nya buat ane yang koneksi super lemot...hahaha :suram:

    selaen yang diatas itu sih kayaknya gak ada apa2 lagi... ya, bersemangatlah ngelanjutin gan~ :))
     
  14. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :lol: percaya diri lah kk, saya yakin kk bisa kok tinggal rajin2 nulis dan baca2 ajah.

    saya juga masi belajar kok klo mendeskripsikan sesuatu. biasanya sih saya tulis dulu aja apa yang ada di otak. nanti seiring berjalannya waktu saya baca2 balik :hehe: biasanya klo gt tiba2 dapet ide lho harus menambah deskripsi seperti gmn2, selain itu kekurangan dari tulisan yang sebelumnya juga kelihatan biasanya.

    :top: intinya tetap semangat dan percaya diri. penulis adalah raja, klo rajanya aja nda percaya diri gimana bisa bikin rakyatnya bahagia
     
  15. mrbrewok M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jun 24, 2012
    Messages:
    289
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +19 / -0
    keknya ne udah pernah liat animenya gan
    tapi lupa judulnya :ogohno:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.