1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Unpredictable

Discussion in 'Fiction' started by serafim, Mar 13, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. serafim M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 9, 2012
    Messages:
    1,244
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +874 / -1
    sempat dikirim ke lombanya G***s Me*** tapi nggak menang :ogohno:

    Dikonfirm ma idola itu rasanya kayak naik paus akrobatik trus jatuh ke es krim coklat paling manis wkwkwk Saranghae Oppa!!
    Dari status Facebook itu memang terlihat suka cita mendalam terjadi dalam diri Milen saat ini. “Cie…cie… seneng nih dah dikonfirm ma Mas Rio,” kata Gilang setelah membaca status Milen. “Ya iya lah,” Milen tersenyum senang.
    “Ya udah mulai sekarang ngobrol langsung, nggak usah titip salam lewat kita lagi.” Mendengar saran Nita muka Milen yang awalnya secerah mentari langsung meredup, seredup langit yang bersiap menumpahkan hujan.
    “Aku nggak berani Nita…”

    ***​

    OK ak traktir,kmu bisanya kpn?
    Mata Milen terbelalak melihat sms balasan dari Rio. “Aku kan cuma bercanda.” Antara kaget, bingung, dan senang. Kaget, tak menyangka Rio yang notabene hanya dia kenal lewat dunia maya akan benar-benar mentraktirnya gara-gara kalah taruhan pemenang Piala Eropa. Bingung, tawaran ini serius atau tidak. Sekaligus senang, karena kalau tawaran ini serius berarti dia akan bertemu orang yang membuatnya jatuh hati. Dengan sedikit keraguan melanda, gadis berperawakan kecil itu pun membalas sms dari pujaan hati.
    Gmn klo ntr sore?
    Sesuai dengan kesepakatan, akhirnya Rio mentraktir Milen di Mc Donalds. Di luar dugaan, untuk acara “makan malam” itu Rio berdandan sangat rapi. Kemeja biru dongker lengan panjang yang dipadukan dengan celana jeans hitam lalu tak ketinggalan sepatu. Sementara Milen hanya memakai celana jeans, kaos oblong plus jaket dengan alas kaki sandal jepit.
    Sama-sama penyuka sepak bola, artis Korea, dan punya teman-teman yang sama membuat tidak terlalu sulit bagi dua orang yang baru pertama kali bertatap muka ini mencari topik pembicaraan. Yang diketahui Milen tentang Rio adalah, pria jangkung ini merupakan orang yang pendiam. “Ibaratnya kayak drum yang nggak akan bunyi kalau nggak dipukul, begitu juga si Rio yang nggak akan ngomong klo nggak ditanya sesuatu,” kata-kata mas Ferdi terngiang di benak Milen, ketika di hadapannya seorang Rio dari tadi bercerita banyak hal. Seakan sudah kenal lebih dari setahun, tak sedikit pun tampak rasa canggung di antara mereka berdua. Obrolan pun berlanjut sampai tanpa terasa malam semakin larut.
    “Kost mu ada jam malamnya?”
    “Ada, jam 10,” jawab Milen santai sembari melihat jam tangannya, kemudian terkejut, “Hah? Sekarang udah setengah 10, pulang sekarang yuk?”
    “Ok.”
    Awalnya Milen berpikir bahwa pertemuan di Mc Donalds akan menjadi yang pertama dan terakhir, selanjutnya Milen akan kembali menjadi pemuja rahasia yang hanya bisa mengamati idolanya dari Facebook atau mendengar cerita dari Gilang, Nita, dan Mas Ferdi. Namun yang terjadi benar-benar di luar dugaan. Selalu ada alasan untuk Rio bisa bertemu dengan Milen. Entah minta diantar pergi untuk membeli barang atau ke bank. Pertemuan-pertemuan yang semakin intens memunculkan satu pertanyaan dalam diri Milen, “Apa jangan-jangan mas Rio suka sama aku? Eh tunggu-tunggu…Milen kamu nggak boleh gampang GR inget PHP bertebaran dimana-mana” Milen membatin sambil melirik ke arah Rio yang saat itu sedang memilih-milih kemeja yang akan dia beli. “Len kalau yang ni bagus nggak?”
    “Bagus sih cuma baju kakak kan udah banyak yang warna hitam, jadi mending yang lain aja...emm....coba yang ini kayaknya cocok deh buat kulit kakak yang putih banget,” saran Milen sambil menunjukkan kemeja warna cokelat.
    “Gitu ya? Ok deh aku ambil yang pilihan kamu aja…eh besok nonton yuk? Aku yang traktir deh,” Rio tersenyum cerah.
    “Tapi besok kan malam minggu kakak…”
    “Kenapa emang kalau malam minggu?”
    “Kakak nggak kencan apa?”
    “Kencan ma sapa?”
    “Ya sama pacar kakak lah…”
    “Aku nggak punya pacar Milen…makanya besok kencan ma kamu aja.” Kata Rio sambil mengacak rambut Milen kemudian berlalu menuju kasir.
    “Ya Tuhan…….smoga ni orang bukan PHP kayak Nino.” Milen berharap.
    Pengalaman buruk bertemu dengan seorang PHP (Pemberi Harapan Palsu) membuat Milen tidak mudah percaya dengan makhluk bernama laki-laki. Setiap ada seseorang yang mempunyai gelagat menyukainya, gadis penyuka es krim ini akan berusaha menjaga perasaannya tetap netral dan kemudian sedikit demi sedikit menjauh. Hal serupa juga akan dilakukan Milen pada Rio kalau memang Rio berusaha mendekati dirinya. Mungkin tindakan Milen terkesan seperti pengecut yang takut jatuh cinta dan takut disakiti. Tapi mau bagaimana lagi, luka yang ditinggalkan Nino belum sepenuhnya sembuh, dan Milen tak ingin luka baru timbul yang sudah pasti akan memperburuk keadaannya.

    ***​

    “Jadi selama ini kalian udah jalan bareng?” Tanya Nita kaget setelah mendengar cerita Milen. Milen hanya mengangguk, mukanya ditekuk seakan kebersamaannya dengan Rio, yang jelas-jelas adalah pujaan hatinya, bukanlah sesuatu yang baik.
    “Tapi kamu kok kayak sedih gitu sih?” Menarik nafas panjang kemudian menjawab pertanyaan sahabatnya. “Aku takut di PHP-in Nit…”
    “Jangan negative thinking gitu dong Milen…n menurutku Mas Rio nggak mungkin jadi Pemberi Harapan Palsu kayak si Nino, eh btw kamu dah bener-bener lupa belum ma Nino?”
    “Ya itulah sisi baik aku deket sama Mas Rio, Nino bener-bener ilang dari otak ku. Aku dah move on!!!” jawab Milen dengan mata berbinar-binar.
    “Baguslah kamu nggak akan lagi ngabisin persediaan tisuku kalau ke sini.” Milen hanya nyengir, “Eh Nit gimana kalau beberapa hari ke depan aku nggak usah sms mas Rio n kalau dia sms aku juga nggak akan bales? Kira-kira sampe…tanggal 10 Agustus.”
    “Hah? Ngapain? Ini semacam ujian gitu?”
    “Begitulah…hehe.”
    Dua minggu tanpa Rio. Sejujurnya ini dilakukannya untuk menghemat pulsa, karena dia dan Rio menggunakan operator yang berbeda dan bonus sms yang didapat Milen hanya bisa digunakan untuk mengirim sms ke nomor yang operatornya sama. Jadi sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui, pengeluaran pulsa bisa ditekan sekaligus melihat seberapa besar kesungguhan hati Rio. Hari pertama, semua berjalan lancar. Milen berhasil menahan godaan untuk membalas sms dari Rio. Hari kedua, Milen menyibukkan diri dengan berbagai macam hal dan berusaha sejauh mungkin dari handphone agar tidak tergoda untuk mengirim sms kepada Rio, dan berhasil. Rio pun hari itu sama sekali tidak mengirim sms untuk Milen. Namun sesuatu yang diluar dugaan terjadi, ketika gadis berkulit kuning langsat ini hampir terlelap, tiba-tiba lagu I Like It yang dinyanyikan Enrique Iglesias featuring Pitbull membahana di kamarnya, pertanda ada telepon masuk. “Haduh!! Siapa sih telepon malam-malam gini?” keluh Milen sambil mencari-cari telepon seluler yang ternyata terselip di bawah guling, “Jiah…nomor doang, males deh,” Milen meletakan telepon seluler dan berharap telepon itu segera berhenti. Namun setelah ditunggu beberapa saat panggilan masuk itu tidak kunjung berhenti akhirnya Milen pun menjawab panggilan itu.
    “Halo!”
    “Halo,” jawab orang diujung sana, suara laki-laki.
    “Sapa ini?” Sedikit bingung, tapi merasa tidak asing dengan suara itu.
    “Rio.”
    “Hah? Kakak? Kok nomornya beda?”
    “Iya tadi pengen aja beli perdana Telkomsel.”
    “Wah…pasti gara-gara kangen ma aku ya?” Milen tertawa.
    “Kamu sih kemaren di-sms nggak bales.”
    “Hehehe…maaf kakak, aku nggak punya pulsa, btw kakak sekarang lagi ngapain?”
    “Emm………ngapain ya?? Mikirin kamu mungkin hahaha…” Terdengar tawa Rio, entah kenapa ketika mendengar tawa itu perasaan Milen menjadi bahagia. Obrolan pun berlanjut, tidak ada topik khusus yang dibicarakan sehingga obrolan malam itu ngelantur kemana-mana sampai akhirnya pembicaraan terputus secara tiba-tiba karena Rio kehabisan pulsa. Milen yang tadinya sudah ngantuk berat sekarang jadi susah tidur. Jelas rasa senang yang melingkupi perasaan Milen saat ini. Menurut Milen dugaan bahwa Rio mulai jatuh cinta padanya sudah terbukti kebenarannya. Dan rencana untuk menghentikan segala macam bentuk komunikasi dengan Rio sampai dua minggu ke depan gagal sudah. Usaha yang dia lakukan untuk menjaga perasaannya tetap pada level netral sulit dipertahankan.
    Sejak pertama bertemu Milen memang langsung jatuh hati pada Rio. Tampang Rio yang super cute dan menurut Milen sangat pantas untuk dimasukan dalam kategori pretty boy menjadi alasan mengapa Milen nge-fans berat dengan lelaki yang usianya lebih tua tiga tahun darinya ini. Suka, hanya sebatas itu yang dirasakan Milen pada Rio. Dan sekarang setelah mengenal Rio secara pribadi, setelah mengetahui segala sesuatu mengenai Rio, setelah masuk lebih dalam ke kehidupan sang pujaan hati, rasa suka itu berubah jadi cinta. Apalagi ketika Rio menunjukkan gelagat suka padanya. Sekarang buat Milen entah Rio PHP atau bukan, entah bagaimana ujung dari kisah manis ini, entah happy ending akan dapat diraih atau tidak, yang jelas Milen hanya akan menikmati rasa ini. Akan tetapi keinginan untuk bisa menjadi lebih dari sekedar teman tetaplah ada.

    ***​

    Tiga bulan berlalu sejak pertama Milen mengenal Rio. Gilang, Mas Ferdi, dan Nita, yang menjadi tempat curhat Milen selama ini, menduga kemungkinan besar sebentar lagi Milen dan Rio akan menjadi sepasang kekasih. Dugaan mereka bukan tanpa alasan, karena sejak Rio dekat dengan Milen kehidupannya berubah 180 derajat. Sebelum mengenal Milen biasanya Rio menghabiskan 80 persen waktunya untuk di kamar kost, sibuk dengan laptop dan segala aplikasi di dalamnya, namun sekarang hampir tiap hari Rio menghabiskan waktu bersama Milen. Selain itu, Rio orang yang dikenal sangat pendiam diantara teman satu kostnya akan berubah menjadi sedikit “cerewet” ketika bersama dengan Milen. Milen pun juga beranggapan bahwa dalam waktu dekat ini Rio akan menembaknya. Membayangkan hal itu benar-benar membuat Milen merasa senang. Tapi sesuatu di luar dugaan kembali terjadi. Rio nampak mulai menjauh dari Milen. Kalau biasanya hampir setiap hari Milen dan Rio bertemu, beberapa hari ini mereka sama sekali belum bertemu. Jika biasanya minimal ada lima sms yang dikirim Rio untuk Milen tiap harinya, sekarang satu sms pun tak akan ada kecuali kalau Milen mengirim sms terlebih dahulu barulah Rio akan membalasnya itu pun sangat singkat, padat, dan terkadang tidak jelas. Bahkan sering sekali sms Milen tidak mendapat balasan. “Kenapa dia bisa tiba-tiba berubah kayak gini?” Milen termenung, menatap kosong ke monitor laptopnya. Siang itu dirinya baru saja menjadi pembahas pada seminar proposal skripsi. Karena masih malas pulang ke kost Milen memutuskan untuk internetan menggunakan wifi kampusnya. Saat sedang melamun tiba-tiba seseorang duduk di sebelahnya, “Nglamun terus! Pasti lagi mikirin Rio?” seakan orang tersebut dapat membaca pikiran Milen. “Mas Ferdi, bikin kaget aja,”
    “Makanya jangan nglamun mulu! Ntar kesambet lho,” Ferdi tertawa. “Eh btw gimana kamu sama si Rio? Pasti udah jadian ya? Ayo traktiran!”
    “Mas Rio ngilang.” Jawab Milen singkat dan dari nada suaranya sangat terlihat bahwa dirinya sedang marah.
    “Ngilang? Perasaan tadi pagi dia masih di kost tu,” Ferdi tertawa lagi tapi Milen tetap saja diam dan menyadari Milen tidak ikut tertawa Ferdi merasa pasti sedang ada masalah diantara kedua temannya ini.
    “Kalian lagi ada masalah ya?”
    “Mas Rio akhir-akhir ini berubah banget,”
    “Berubah gimana maksudnya?”
    “Ya nggak kayak dulu lagi, sekarang dia jadi cuek banget. Kalau dulu kita sering keluar bareng sekarang nggak pernah sama sekali, sms pun klo lagi da perlu aja, padahal dulu sering banget sms walaupun cuma nanya kabar atau tanya lagi ngapain.”
    “Masa sih? Kok dia kayak baru menyadari sesuatu gitu? Eh tapi jangan-jangan dia lagi serius ma skripsinya jadi nggak da waktu buat kamu. Soalnya beberapa hari ini dia rajin banget ngampus, u know lah ni kan tahun terakhirnya kalau nggak cepet-cepet lulus dia di-DO.”
    Mendengar perkataan Ferdi menerbitkan sedikit rasa lega dalam hati Milen. Baiklah mulai sekarang dia akan berusaha untuk berpikir positif. Membuang jauh-jauh dugaan bahwa Rio adalah PHP akan menjadi pilihan terbaik baginya. Selain menghindarkan diri dari sesuatu yang bernama kegalauan, dirinya juga akan dapat lebih fokus pada persiapan sidang skripsi yang akan dihadapinya minggu depan. “Baiklah menjalani hidup masing-masing sepertinya adalah pilihan terbaik untuk saat ini, aku pergi dulu ya mas…” kata Milen sambil memasukan laptopnya dalam tas.
    “Loh kok buru-buru, mau kemana?”
    “Pulang, belajar buat sidang minggu depan,”
    “Wah kamu sidang minggu depan? Semangat ya…”
    “OK.”

    ***​

    Dua bulan berlalu dan tak ada sedikit pun kabar dari Rio. Suatu kali sempat Milen mencoba untuk menelepon Rio namun tidak diangkat. Milen tetap tidak patah arang untuk menghubungi Rio, dengan bermodal 5 ribu rupiah dia pun membeli kartu perdana yang operatornya sama dengan nomor Rio dan mencoba lagi menelepon,
    “Halo!”
    “Kakak…ini Milen,”
    “O… da pa?” jawab Rio dingin.
    “Ya cuma pengen telepon aja, nggak boleh ya?
    “Sorry aku lagi sibuk, lain kali aja ya.” Telepon pun terputus.
    Di lain kesempatan Milen mencoba mengirim sms
    Kakak…lagi ngapain? Dan tidak ada balasan
    Kabar terakhir yang didapat Milen dari Ferdi dan Gilang hanyalah Rio telah menyelesaikan skripsinya, seminar hasil maupun sidang skripsi juga berhasil dilalui Rio dengan lancar. Dan hal itulah yang membuat perasaan Milen menjadi semakin galau. Kalau pun skripsi beserta segala hal yang menyertainya sudah selesai kenapa sampai sekarang Rio tak memberi kabar apa-apa pada Milen, bahkan hanya sekadar kalimat “selamat pagi” atau “hai” yang dulu sering sekali dikirimkan Rio melalui sms sekarang sama sekali tidak ada. Dugaan bahwa Rio ingin menghilang dari hidup Milen semakin mendekati kenyataan. Jelas Milen tidak siap jika kenyataan itu benar-benar terjadi. Akhirnya Milen memutuskan untuk mengirim sms terlebih dahulu
    Kakak…udah lulus ya? Selamat ya…btw gimana kabarnya? Lama nggak ketemu
    Sayang sekali pesan singkat itu tidak terkirim, Milen berpikir mungkin handphone Rio sedang tidak aktif atau sedang terjadi gangguan sinyal. Namun ternyata pengiriman pesan itu benar-benar gagal. Kemungkinan yang terjadi adalah Rio sudah mengganti nomornya. Milen pun memutuskan untuk menelepon Rio, dan terdengar “Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi”.
    Siang itu Milen berjalan sendirian dari gedung dekanat menuju lapangan parkir, dia sengaja berjalan pelan sambil mengamati suasana kampus yang sebentar lagi ditinggalkannya, namun langkahnya terhenti ketika sebuah suara memanggilnya, Milen!! Tunggu!” Nita berlari ke arahnya.
    “Da pa Nit?”
    “Aku mau ngomong sesuatu dan ini penting banget,” Nita mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan.
    Mereka berdua akhirnya duduk di sebuah bangku panjang. “Milen…aku mau ngasi tau kamu sesuatu tapi…” Nita nampak bingung ketika hendak menyampaikan suatu kabar untuk Milen. “Aduh gimana ya ngomongnya?”
    “Emang da pa sih Nit?” Milen penasaran melihat raut muka Nita yang sepertinya sangat berat akan menyampaikan sesuatu padanya.
    “Emm….jadi aku tadi baru dapat telepon dari Gilang n dia cerita klo Mas Rio sekarang udah nggak di Malang lagi…” Nita tidak bisa melanjutkan kata-kata ketika melihat perubahan ekspresi Milen yang jelas terlihat syok dan berusaha menahan air mata.
    “O gitu, berarti sekarang dia udah balik ke Sidoarjo? Terus dia bakal wisuda bareng aku atau gimana?” suara Milen terdengar serak, berusaha sekuat tenaga agar tangisnya tidak pecah saat itu.
    “Iya sekarang udah di Sidoarjo terus minggu depan dia berangkat ke Kalimantan, katanya udah ketrima di salah satu perusahaan tambang yang ada di sana…” Nita tahu betul hati Milen benar-benar hancur saat ini, “Milen kamu sabar ya…” Milen hanya diam menunduk dan tetes demi tetes air matanya mulai bercucuran. “Bodoh banget ya aku Nit, nggak bisa belajar dari pengalaman gimana cara ngadepin PHP…” Menghapus air mata yang membasahi pipinya dan melanjutkan kata-katanya. “Ya udah lah, lagian kalau pun kita jadian pada akhirnya juga harus putus. Well aku pergi dulu ya Nit mau fitting kebaya buat wisuda.” Milen memaksakan seulas senyum di wajahnya.
    “Aku anter ya?” Nita khawatir dengan keadaan Milen saat ini. “Nggak usah, aku ke sana sama Lusi kok. Dia udah nunggu di parkiran sekarang, bye Nita…”
    Satu minggu berlalu sejak Milen mendengar kabar terakhir tentang Rio. Selama seminggu sudah pasti tiap hari terasa seperti hari yang mendung buat Milen. Jarang sekali terlihat senyuman di wajah gadis manis itu. Bahkan hari ini, hari yang seharusnya dia bersukacita bersama teman-temannya karena telah resmi menyandang gelar sarjana, Milen tetap murung. Ketika menerima penghargaan sebagai lulusan terbaik pun Milen sama sekali tidak tampak bahagia. Senyuman yang dia tunjukkan hanya senyum yang dipaksakan. Kemudian setelah upacara wisuda usai dan semua teman-temannya sibuk berfoto-foto ria, Milen memilih untuk pulang.
    “Milen!!! Kamu mau kemana? Ayo foto-foto dulu!” Ajak Lusi ketika melihat Milen bersama kedua orang tua dan kakaknya berjalan menuju mobil. “Aku mau langsung pulang Lusi, Papa ku ada urusan jadi nggak bisa lama-lama di kampus.”
    “Yah…kamu buru-buru ya…ya udah ati-ati di jalan ya. Eh walaupun kita udah lulus tapi tetep saling ngasi kabar ya,”
    “Ya pasti lah…ok deh sampai jumpa kawan…jangan lupain aku ya,” Lusi dan Milen berpelukan sebelum berpisah.
    Setelah menempuh perjalanan selama dua jam yang diwarnai dengan kemacetan akhirnya Milen beserta seluruh keluarganya tiba di rumah. “Mbak Milen, tapi ada paket buat mbak trus saya di kamarnya mbak.” Ujar pembantu Milen ketika membukakan pintu.
    “O ya? Makasih ya.”
    Mata Milen terbelalak ketika melihat sebuah kardus super besar ada di dekat tempat tidurnya. Kardus itu terbungkus rapi dengan kertas kado berwarna biru muda. Tidak tercantum nama pengirim pada kardus itu, yang ada hanyalah nama lengkap Milen beserta alamat rumahnya. Memang sedikit aneh, ada yang memberinya kado padahal hari ini dia sedang tidak berulang tahun. Karena penasaran dengan isinya akhirnya Milen pun membuka paket aneh itu. Dan isinya benar-benar membuatnya lebih terkejut lagi, yaitu sebuah boneka Doraemon yang sangat besar. Boneka itu selama ini memang menjadi incarannya, tapi harus pikir-pikir kalau mau membelinya karena harganya sangat mahal dan menurut Milen uangnya akan lebih bermanfaat kalau digunakan untuk membeli kebutuhan lain. Di dalam kotak itu juga terdapat sebuah amplop, nampaknya sebuah surat dari pengirim kado misterius itu. Milen segera membuka amplop itu dan jantungnya terasa berhenti seketika waktu dia membaca nama pengirimnya. Rio.

    Hai Milen!!!
    Selamat ya hari ini kamu wisuda. Btw gimana kadonya? Kamu suka kan? Aku perhatiin beberapa kali waktu kita ke mall n lewat di depan Istana Boneka pasti kamu liatin boneka itu terus, makanya aku beliin buat kado wisuda kamu.
    Ok mending to the point aja ya…aku mau minta maaf kalau selama ini aku udah tiba-tiba menghindar dari kamu. Semua ini aku lakuin bukan karena aku benci atau ilfil sama kamu tapi sebaliknya karena aku suka sama kamu. Aneh ya suka malah menghindar…tapi ya gimana lagi, mau nggak mau aku emang harus menghindari perasaan ini. Aku nggak mau tambah sayang sama kamu dan akhirnya malah tambah susah lepas dari kamu. Aku sadar secinta apa pun aku sama aku, kamu nggak akan bisa jadi milikku. Sekalipun MISALNYA kamu punya perasaan sama kayak aku, akhir kisah ini tetep nggak akan happy ending. Yah kayak lagunya Cindy Bernadette feat Glen “…keyakinan dan keimanan mu itu jadi rintangan walau Tuhan satu…”
    FYI aja ya susah banget buat aku menetralisir perasaan pas kita lagi deket dulu. Jujur sampai sekarang pun aku masih sayang sama kamu. Makanya waktu kamu sms aku nggak bales trus kamu telepon juga aku pura-pura sibuk, semuanya itu aku lakuin gara-gara pengen menghindar dari perasaan ku dan aku pikir cara terbaik ya dengan menghindari kamu. Tapi u know what…susah banget, bahkan lebih susah dari pada ngerjain soal fisika kuantum hehehe.
    Finally, aku mutusin untuk bener-bener pergi. Aku sekarang di Kalimantan dengan harapan aku bisa lupa sama kamu, lebih tepatnya lupa sama perasaan ku ke kamu.
    Well sampai di sini aja ya suratku. *kehabisan kata-kata ^^


    Rio​

    Tetes demi tetes air mata membasahi surat yang di pegangnya. Riasan wajah Milen yang belum dihapus jadi berantakan karena air mata yang terus mengalir dan seakan tak akan berhenti.
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    ending e ga jelas... ga make sense banget. Kalau dia akhirnya ngirim boneka.... tapi alasan kenapa dia menjauh tidak diungkapkan cuman berkata harus menjauh :voodoo: sengaja dibuat teka teki ????

    ----
    penulisan gaya teenlit/blog sederhana gampang diikuti dengan genre slice of life romance. Terlalu umum, tidak ada sesuatu yang wah banget kek percintaan biasa. Kalau ditambah bumbu-bumbu dikit mungkin lebih menarik... alasan si rio tiba2 menjauh juga ga jelas bahkan di surat akhir ga disebutin alasannya pokoke menjauh.

    Aga repot melihat beberapa karakter numpang nongol begitu saja, tapi ya masih dalam batas kewajaran sebuah cerpen dan masih bisa diikutin

    overall : ini decent :maaf: aka biasa saja
    diliat sisi positifnya artinya tidak ada kekurangan/kejelekan yang menganggu tapi ya itu ga ada kelebihannya juga :hehe:
     
  4. serafim M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 9, 2012
    Messages:
    1,244
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +874 / -1
    makasih banyak buat Giande udah mau baca n ngasih komentar :makasih-g:

    ane jadi sadar klo tulisan ane selama ini emang nggak pantes ikutan kompetisi semacam Gasmed :XD:

    klo soal gaya-nya kayak teenlit kayaknya emang terpengaruh sama bacaan ane :lalala:
     
    • Like Like x 1
  5. 1gorobbers Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 11, 2012
    Messages:
    51
    Trophy Points:
    7
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +13 / -0
    emmm...itu kalo menurutku alesannya si Rio menjauh gara-gara beda agama deh? betul gak sih? :bingung:

    ------

    BTW bagus nih, cuman ya mungkin gara-gara endingnya kurang blak-blakan kali ya, makanya ada yang galk mudeng sama nih akhir ceritanya hehe
     
  6. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Ih, enak lho bacanya, aku sangat menikmati... Jarang2 kusuka baca teenlit :hahai:

    Pisahnya karena beda agaman ya?
     
  7. komikb4 M V U

    Offline

    Rockstar

    Joined:
    Jul 22, 2010
    Messages:
    36,932
    Trophy Points:
    176
    Ratings:
    +9,943 / -0
    lama g baca teenlit

    camilan ringan dengan bahasa dan alur yang ringan...:top:

    jarang-jarang aku baca teenlit dengan nyaman dan mengalir kayak gini :top:

    IMO lebih asik klo bumbu dan konflik di cerita dipertajam lagi, soalna ketika grafik emosinya mulai naik..eh tau-tau turun...
    need something spicy sehingga ada rasanya...ceritanya tidak hambar sih tapi kurang kerasa..kurang nggigit gitu...
    apa karena ending yang seolah "dipercepat" penyelesaiannya yah?
    :???:
    just my 2 cent :maaf:
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Mar 29, 2013
  8. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    kayaknya gara-gara dicopy-paste ke forum, format tulisannya jadi keliatan acak-acakan ya. soalnya di sini nggak ada otomatis line-spacing atau apalah itu sebutannya.

    well... teenlit ya. Plotnya common banget soalnya. Kisah cinta remaja galau dengan masalah mereka masing-masing. Nggak salah sih. Tapi kayak yang dibilang Giande dan komikb4, ceritanya kurang konfliknya. Dan kalau buat saya sih.. jujur aja.. kurang feelnya. Ngeliat si.. tokoh utamanya namanya siapa lagi.. oh iya, Milen dijauhin sama Rio aja saya cuma bisa ber"oh"-ria. Nggak ada yang bikin pembaca bersimpati sama karakternya. Kesannya kayak... ngedengerin orang asing curhat sama temennya, tanpa kita sendiri tahu masalah sebenernya. "Like I care~"

    Trus, ini penokohan... kayak nggak ada karakter pastinya gitu. Si Milen ma Rio-nya(kalau yang lain sih emang nggak ada).

    Diceritain di awal, Milen suka sama Rio, nyebut tu cowok sebagai pujaan hatinya. Tapi setelah itu.. tiba-tiba nongol Nino si PHP di cerita, dan tiba-tiba dia jadi takut Rio ngePHP-in dia. Bilang kalau dia harus bisa netralin perasaannya ke Rio. Di sini saya mikir, "Lah? dari awal juga perasaan lu udah nggak netral kan? bukannya lu yang bilang naksir ma ni orang?" Trus ceritanya berlanjut, dikasih tau kalau Millen emang suka sama Rio, tapi sekarang berubah jadi cinta. Dia udah nggak bisa netralin whatever feeling yang dia punya. oh.. oke.. WTF. Mana sebelumnya pake sok-sok-an 'playing hard to get' lagi.

    Sementara Rio.. dibilang sama temennya, tipe yang pendiem. Nggak banyak omong. Nggak bakalan ngomong kalau nggak ditanya. And tiba-tiba dia bisa berubah jadi cerewet di hadapan Milen? Gimana cara? saya jadi pengen tau buat apa ini sifat pendiem Rio dipaparin segala kalau akhirnya nggak ditunjukin sama sekali. Tujuannya emang sih saya tau, biar ada kesan Milen itu seseorang yang spesial buat Rio. Tapi kapan? sejak kapan? Cinta pada pandangan pertama kah? Tetep aja kalau dasarnya pendiem, gimana bisa tiba-tiba jadi banyak omong? Nggak ada proses nggak ada apa, sejak pertemuan pertama Rio udah kek orang yang beda aja. Ah well.. anggap aja ini oke. Tapi masih ada pertanyaan lain yg ngeganjel..

    Beda umur Milen sama Rio itu tiga tahun? Dan mereka nyusun skripsi di tahun yang sama? apa berarti Rio baru lulus di tahun ketujuh? Jadi dia itu karakternya gimana sih? Pendiem? Pemales? kurang motivasi? or what.. nyampe Milen yang katanya cuma suka bisa jadi jatuh cinta?

    Trus terakhir-akhir.. mendadak ada plot beda agama. WTH. Nggak ada angin, nggak ada hujan. Tiba-tiba bicarain soal keyakinan. Maksa banget kesannya ni plot. Emang Rio tau darimana keyakinan dia beda sama Milen? kapan juga taunya? Kok tiba-tiba aja dia tau, dan tiba-tiba aja dia ngejauh.. swt banget rasanya. Ugh. Mana ni cerita nggak ada kesan "naik"nya pula. Datar-datar aja. Wew.

    Bahasanya.. kayak yang dibilang di atas-atas saya. Ringan. Dan mungkin bakalan gampang dimengerti kalau tanda bacanya lumayan jelas. Trus karena kurang enter di sini, jadi saya agak sakit mata juga bacanya. Plus.. kadang-kadang ada kata yang nggak enak dibacanya. Nggak pas buat ditaruh di kalimatnya. Just my opinion.

    :maaf:
     
  9. serafim M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 9, 2012
    Messages:
    1,244
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +874 / -1
    iya bener, endingnya karena keburu waktu harus segera dikirim jadi bikinnya buru-buru dan hasilnya seperti yang anda baca,...berantakan :XD: :peace:

    amacaci?? :malu: baru kali ini tulisan ane ada yang muji,makasih banget ya :makasih-g:
    iya pisahnya gara2 beda agama

    terimakasih komentarnya :makasih-g:
    seperti yang saya bilang tadi, nulisnya keburu-buru jadi maafkan saya klo ada kecewa udah membaca ini :maaf:

    -------
    buat merpati98 makasih banget udah mau baca dan ngasih komentar dengan sangat detail :makasih-g:
     
    Last edited: Mar 29, 2013
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.