1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

FanFic Ragnarok - Die Aegis Schild [Ragnarok Online]

Discussion in 'Fiction' started by Heilel_Realz012, Feb 16, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    prakata:
    Ini adalah trit fanfict pertama yang penulis buat setelah cukup 2 tahun menulis kisah fiksi original. Fanfict ini mengisahkan mengenai akibat dari perang besar yang terjadi melibatkan Kerajaan Rune Midgard dan Republik Schwartzwald. Story akan terfokus pada konflik negara yang berada dalam satu continent, bukan hanya mengenai kisah orang-orang dengan berbagai jobclass yang ada di dunia ragnarok online.

    Kisah ini mengambil referensi dari Patch Episode yang ada di Game onlinenya. tapi tidak seluruh isi cerita di fict ini serupa.

    Mohon tidak menjadi Silent Reader. Jadilah pembaca aktif untuk memberi masukan bagi karya saya. Saya tau tulisan saya masih jauh dari sempurna, masih banyak kesalahan baik EYD maupun tata bahasa yang kurang baik. Saya selalu mengharapkan adanya kritikan yang membangun dari para pembaca.… :)

    selamat membaca :beer:

    Die Aegis Schild

    by Heilel_Realz012

    Another title name : Ragnarok - The Aegis Shield

    Status : Upcoming


    Prologue

    Terbangun dalam sadar. Langit merah kelabu menjadi latar dari momen itu.
    Masa lalu yang terukir dalam ingatan. Ingatan akan kepedihan peperangan.

    Perang ketiga yang tidak pernah terbesitkan akan terjadi, membawa Republik Schwartzwald dan Kerajaan Rune midgard untuk bersatu. Para pahlawan berjuang bertumpah darah dan tewas sebagai legenda demi kedamaian, seperti apa yang terjadi dua tahun lalu pada para ksatria rune midgard yang mengorbankan dirinya untuk mencegah kebangkitan Dark Lord di Glast Heim.

    War of Juno adalah sebutan untuk peristiwa itu, suatu perang yang terjadi di daerah El Mas Plateau di mana kota yang menjaga gerbang menuju dunia atas Asgard itu berada. Perang untuk mempertahankan Kota Juno yang menyimpan Heart of Ymir merupakan perang terbesar yang pernah terjadi dan tertulis dalam catatan sejarah yang dibuat para Sage.

    Telah berlalu tiga tahun sejak masa itu. Republik dan Kerajaan mengalami masa-masa pahit bersama. Kehancuran dan kepedihan yang menyatukan mereka atas nama continent midgard, kini memisahkan mereka kembali karena rasa kehilangan yang teramat sangat besar.

    Sisa-sisa dari kehancuran masa lalu masih dapat terlihat di mana-mana sekalipun dunia ini telah mencoba untuk kembali membangun dan menyembuhkan diri. Setiap pahlawan yang bertahan hidup memiliki luka masing-masing yang dibawanya. Seperti apa yang juga kubawa ini.

    Luka yang kuberi padanya… Luka yang menyakiti hatinya…


    ****​

    Kiev Alastor
    Adept Gunslinger known as Rebellion

    Kiev adalah anggota dari 4th squadron Schwartzwald Brigade yang ikut serta berperang mempertahankan Kota Juno 3 tahun yang lalu. Dia mendapatkan bintang kehormatan sharpshooter dari republik juga medali kehormatan dari rune midgard atas jasanya melindungi Kota Geffen dan Aldebaran. Setelah perang berakhir dan wave of darkness lenyap, Kiev kembali ke Republik Schwartzwald dan menjadi mentor para Gunslinger di kota industri Einbroch.

    Kiev memiliki kisah masa lalu dengan Lucretia.

    [​IMG]



    Lucretia Valentine
    Paladin class Virtue

    Lucretia adalah adik dari Gabriel Valentine mentor dari crusader guild yang merupakan satu dari empat pemimpin utama Rune midgard Deffensor. Dia adalah crusader dari 3rd Batalion yang bertugas menjaga wilayah North Rune Midgard ketika Wave of Darkness menyebar. Lucretia adalah bagian dari ratusan ribu anggota pertahanan midgard yang ikut mempertahankan kota Juno dari kejatuhan. Dia mendapatkan medali kehormatan langsung dari Raja Tristan III atas jasanya berperang di Juno dan dilantik secara langsung menjadi bagian dari kesatuan Paladin.

    Lucretia memiliki masa lalu yang indah dengan Kiev namun setelah War of Juno, mereka akhirnya berpisah.

    [​IMG]


    Colt and Winchester
    Gunslinger Rookie

    Colt dan Winchester adalah dua anak didik Kiev yang ikut dalam perjalanan mengunjungi kerajaan rune Midgard.
    Colt adalah gunslinger yang memiliki nilai terpayah dari segala segi. Namun dia memiliki kelebihan lain yang potensinya diketahui oleh Kiev. Colt yang tidak mahir menembak, menggunakan senjata black rose yang merupakan shotgun.
    Winchester adalah pemilik medali perak dalam ujian menembak. Dia merupakan member Rank B yang mahir menggunakan Rifle. Winchester adalah wanita yang pendiam. Dia selalu terlihat berhati-hati dan memperlakukan dengan baik riflenya yang dia berikan nama 'Stormwind'.

    [​IMG][​IMG]
     
    Last edited: Feb 17, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    World map
    [​IMG]

    ps: open image in new tab untuk melihat lebih dekat.
     
    Last edited: Feb 17, 2013
  4. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    ****INDEX STORY****

    Arc Die Aegis Schild


    ACT 0 - PROLOGUE page 1

    ACT I - The Death Of King Tristan III page 1

    Act 1.1 Einbroch Industrial City
    Act 1.2 Letter For Gunslinger Guild
    Act 1.3 Wind Of The Past
    Act 1.4 Dual Garrison
    Act 1.5 Traveling To Rune Midgard Kingdom
    Act 1.6 Battle on Borderline Aldebaran
    Act 1.7 The Sword for Gunslinger
    Act 1.8 Song of Arunafeltz
    Act 1.9 Ambassadors Schwartzwald and Arunafeltz Republic
    Act 1.10 Clock Tower Town Aldebaran
    Act 1.11 I say i'm sorry
    Act 1.12 Can we call it love?
    Act 1.13 Guillotine Cross
    Act 1.14 The Aegis Shield
    Act 1.15 Chain Action
    Act 1.16 Act of Vanir
    Act 1.17 Sleeping Beauty
    Act 1.18 Wish and Lamentation
    Act 1.19 Stay with me

    ACT II - Successor to the Throne page 5

    Act 2.1 There is always hope
    Act 2.2 Still loving you
    Act 2.3 Capital City Rune Midgard Prontera
    Act 2.4 Seven Prince from Seven Royal Family
    Act 2.5 Glast Heim Memorial
    Act 2.6 Himmelmez valkyrie of the dead
    Act 2.7 The Death Come Knocking
    Act 2.8 Pursuit the valkyrie
    Act 2.9 Glast Heim Corruption
    Act 2.10 Glast Heim Downfall
    Act 2.11 In Omnia Paratus
    Act 2.12 Three days before ascension to the throne
    Act 2.13 Ranger and Assassin Cross
    Act 2.14 Leader of Celestial Guild
    Act 2.15 Assassin Cross Rin
    Act 2.16 Agens Von Chaos
    Act 2.17 Faith and Decision
    Act 2.18 Clementia in Silentio
    Act 2.19 Requiem of the Tower Part 1
    Act 2.20 Requiem of the Tower Part 2
    Act 2.21 Assassination of the Prince
    Act 2.22 Infiltration the Snake
    Act 2.23 Let me be your Aegis Shield

    ~ FIN ~



    Arc Ressurection Satan Morroc


    ACT III - Midgard Crisis page 10

    Act 3.1 - Steel Me
    Act 3.2 - Morroc The City of Desert
    Act 3.3 - Eye of Conflict
    Act 3.4 - Lost in Sands
    Act 3.5 - Letter to Transit
    Act 3.6 - Marianne Valentine The Rune Knight


     
    Last edited: May 11, 2013
  5. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    Added ACT I :yahoo:

    ACT I The Death of King Tristan III



    Act 1.1 Einbroch Industrial City


    Einbroch adalah kota industri yang dibangun di dekat wilayah tambang kota Einbech yang merupakan kota penting bagi Republik Schwartzwald. Ketika ilmu pengetahuan begitu maju terjadi di kota megah Juno, hal itu kemudian melahirkan alat-alat kerja baru yang membantu manusia untuk lebih mudah melakukan aktivitas. Cetak biru mesin-mesin mulai bermunculan, para pemikir mencari-cari teknologi terbaru yang kemudian melahirkan mesin-mesin uap.

    Sarjana yang paling dihormati di republik Schwartzwald adalah Strahlenstein sang penggagas mesin uap. Penelitiannya yang cukup spektakuler kemudian merembet pada ditemukannya mineral untuk bahan bakar. Einbech yang merupakan kota tambang menjadi pusat perhatian yang kemudian melahirkan kelompok-kelompok kecil imigran untuk ikut menetap di sana sebagai buruh pekerja.

    Para pekerja tambang itu menempati wilayah kosong di luar daerah Einbech. Semakin lama, komunitas ini semakin besar bertambah banyak akibat keinginan orang-orang untuk mendapatkan pekerjaan. Peluang ini dilihat pula oleh para pedagang dan pemilik modal. Para pemilik modal yang memiliki Zeny (nama mata uang) yang besar kemudian menanamkan modalnya dan membangun pabrik-pabrik industri. Pabrik Industri ini semakin lama semakin besar dan kemudian menjadi kota tersendiri yaitu Einbroch.

    Einbroch adalah kota yang terkenal penuh dengan mesin, gear, dan juga suara berisik dari pabrik yang terus bekerja setiap harinya. Walaupun terkenal sebagai kota mesin yang berkembang, Einbroch merupakan kota dengan polusi terbesar di Republik. Hal inilah yang menyebabkan para Sage dan Scholar datang untuk mencari cara untuk menurunkan polusi yang bila dibiarkan akan membunuh para penduduknya secara perlahan-lahan.

    Lima tahun yang lalu 10 Sarjana terbaik datang untuk meneliti Einbroch dan kemudian memberi gagasan mengenai mesin-mesin baru dengan proses pembakaran mineral dan bahan tambang yang lebih ramah lingkungan. Para penduduk yang terbiasa mengenakan masker saat bekerja bahkan beraktivitas, lambat laun mulai melepaskan masker mereka. Penurunan polusi berhasil dilakukan oleh para Sarjana namun tidaklah benar-benar bisa menemukan mesin yang sangat ramah lingkungan. Momen ini kemudian melahirkan surat peraturan mengenai aturan penggunaan mesin-mesin uap yang dikeluarkan oleh Republik.

    Terjadi persaingan cukup panas dan juga pemberhentian besar-besaran pabrik yang tidak memenuhi kriteria yang menyebabkan banyak pengangguran. Kekacauan terjadi di daerah Einbech dan Einbroch. Pencurian dan perampasan kerap terjadi pada orang-orang terutama pekerja pabrik. Kondisi ini kemudian memberikan gagasan bagi sekelompok komunitas pecinta senjata api yang merupakan salah satu teknologi yang berkembang saat itu di Juno, untuk mengambil tanggung jawab mengatasi masalah yang ada.

    Master Miller salah satu peneliti senjata api melepas jubah Sage-nya dan kemudian mengabdikan diri sebagai ketua dari Gunslinger Guild yang dirinya dirikan di tengah kota Einbroch. Mulailah muncul komunitas pelindung yang bersenjatakan senapan yang kemudian keberadaan mereka tersebar luas sebagai bodyguard yang bisa disewa. Anggota Gunslinger banyak disewa para pemilik pabrik untuk melindungi aset-aset mereka dari para perampok, pencuri, juga serangan monster.

    Tiga tahun yang lalu, akibat kondisi yang benar-benar berbahaya yang terjadi di daratan Rune Midgard, Gunslinger Guild kemudian ikut membantu dalam pertahanan negara dari serangan besar para monster terutama dari Orc Village. Hal ini kemudian mempererat kerjasama antara Kerajaan Rune Midgard dan Republik Schwartzwald dengan di tanda tanganinya perjanjian Al debaran.

    Kerjasama terjalin kuat hingga perang besar terjadi di kota terapung Juno. Setelah semua kekacauan berakhir dan Wave of Darkness lenyap, perjanjian berakhir akibat luka yang dimiliki kedua negara. Untuk menjaga kestabilitasan kondisi penduduk pasca peperangan, kedua negara memberikan penghargaan pada para pahlawan dari negara lain yang dianggap berjasa selama peperangan.

    Seperti medali kehormatan yang kumiliki ini yang diberikan kerajaan rune midgard. Sebuah benda yang menjadi simbol perdamaian dan penghargaan ketika kebenarannya perseteruan terjadi di bawah tanah antar kedua negara.

    Aku duduk di kursi panjang taman kota Einbroch. Mengisap cigar yang baru saja kunyalakan beberapa menit yang lalu.

    Namaku adalah Kiev Alastor. Orang-orang memanggilku sebagai pahlawan Schwartzwald dan memberikanku pujian yang begitu banyak. Tapi itu dulu, tiga tahun yang lalu selepas perang. Sekarang mereka semua telah melupakan hal itu. Akupun lupa bagaimana aku merasakan kebahagiaan. Bahkan pemberian medali kehormatan juga bintang penghargaan dari Gunslinger Guild tidak membuatku dapat tersenyum gembira.

    Para penduduk mulai mengerti efek dari peperangan yang terjadi. Banyaknya dana yang harus dikeluarkan untuk biaya perang melahirkan kelaparan yang cukup banyak juga inflasi barang-barang yang mencekik leher. Pedagang-pedagang yang datang dari kerajaan memeras tiap penduduk dengan harga barang makanan yang begitu mahal. Pedagang-pedagang di Schwartzwald tidak bisa mengimbangi hal itu karena terjadi masalah ekonomi dengan Arunafelz State.

    Secara perlahan-lahan penduduk mulai membenci perang tiga tahun lalu. Mereka membenci pula para pahlawan perang yang kembali ke republik mencap mereka sebagai biang penindasan dan semua kelaparan yang terjadi. Jika saja Republik tidak membantu peperangan di rune midgard mereka tidak akan mengalami hal seperti ini.

    Tapi bagiku itu tidak menyelesaikan masalah karena tujuan utama Wave of Darkness adalah Capital City Republic Juno. Jika tidak ada perjanjian Aldebaran, maka tentu Juno telah jatuh pada perang yang lalu.

    Sepenggal kisah dari keadaan negaraku saat ini. Dulu ketika perang terjadi, harapan muncul begitu besar demi menghentikan kehancuran. Tapi ternyata setelah itu terlewati, mimpi buruk tidaklah berakhir. Para Monster mungkin memang banyak menyebabkan masalah. Namun kebenarannya manusialah yang menyebabkan banyak masalah. Aku mengingat bagaimana Republik dikhianati. Bagaimana pasukan kami dibiarkan terbantai sia-sia tanpa pertolongan.

    Politik itu kejam. Ya, mereka masih bermain-main kepentingan walaupun sedang dalam aliansi perang.

    Aku berdiri dan membuang puntung cigar ke dalam tempat sampah terbuat dari besi di sampingku. Memandangi keadaan Einbroch yang sibuk dari kejauhan ditambahi pula dengan banyaknya para gelandangan yang memohon belas kasihan untuk makan.

    Aku tidak bisa menyelamatkan semua orang. Itu benar sekali. Aku hanyalah seorang gunslinger bukan seorang presiden yang mampu mengubah kondisi walaupun memiliki konsekuensi tertentu.

    Aku yang mengenakan pakaian formal mantel hitam berkerah berkancing yang memiliki panjang melebihi lutut dengan bagian lengan panjang yang terbelah dari pergelangan hingga bahu, memperlihatkan bagian lengan panjang yang terbalut pakaian hitam di dalamnya dengan jelas.

    Layaknya jubah kemegahan Knight, bagian lengan mantel yang terbelah itu seperti manteau yang memperlihatkan peningkatan kelas. Rantai perak menggantung dari bagian kerah mantel menuju bahu mantel. Di sana insignia gunslinger dapat terlihat dengan jelas sebagai pengunci.

    Untuk bagian bawah pakaian, aku mengenakan celana putih panjang yang bagian kirinya tertutupi panjang mantel. Boots berwarna hitam di bawah lutut terlihat terikat kencang dan sering kali menimbulkan suara ketika aku melangkah.

    [​IMG]

    Orang-orang sering bilang ini adalah pakaian yang tidak biasa bagi seorang gunslinger, aku tahu itu. Tapi pakaian ini diberikan oleh Master Miller pada para mentor yang menandakan mereka adalah para high class gunslinger.

    Tapi tidak terlalu buruk dari segi elegan. Pakaian ini cukup elegan untukku karena pada kenyataannya selepas perang itu aku tidak lagi mengelana dan bertempur. Tugasku adalah melatih mereka para calon gunslinger. Tugas mereka adalah untuk mendapatkan pengalaman di lapangan seperti apa yang pernah kulakukan dahulu.

    Langkah panjang yang kulakukan akhirnya membuatku semakin dekat dengan Gunslinger Guild yang berada di tengah kota Einbroch. Dahulu tempat itu begitu banyak dikunjungi orang karena terdapat bar di sana, namun setelah perang, bar yang sebelumnya ada diubah menjadi bar khusus para gunslinger.

    Langkahku tiba-tiba terhenti. Pandanganku lurus memandang ke arah gerbang masuk Gunslinger Guild sebab sesuatu yang tidak biasa ada di sana. Sepuluh kaki burung peco-peco yang menjadi tunggangan para Knight juga Crusader kulihat jelas.

    Mantel-mantel panjang mereka yang menjadi bagian dari zirah perak kebanggaan seorang kavaleri dapat membuat siapapun yang melihatnya merasakan segan. Terlihat perbedaan kelas yang begitu mencolok bagi orang-orang kerajaan.

    Aku benci para kavaleri Knight dan Crusader ini.


    *********​
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Mar 29, 2013
  6. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    added Act 1.2

    Act 1.2 Letter for Gunslinger Guild

    Terdapat lima ekor peco-peco yang menandakan terdapat lima ksatria yang datang mengunjungi guild. Aku yang seketika itu beranjak memasuki bangunan dan sampai pada bar, melihat empat orang ksatria duduk dan menegak bir yang tersedia di meja mereka.

    Para Gunslinger tetap minum dan bercengkarama satu sama lain namun kulihat mereka terlihat tegang dengan keberadaan para ksatria itu. Dua orang Knight dan dua orang lagi adalah crusader.

    “Mentor, sebaiknya anda menemui Master Miller di ruangannya. Para mentor yang lain berada di sana. sepertinya ada pembicaraan penting.” Ucap seorang gunslinger dengan perawakan tubuh kecil dan pendek. Dia mengenakan kaca mata bundar dan memiliki model rambut pendek belah tengah berwarna pirang. Anak ini bernama Colt, salah satu anak didikku yang tidak cukup baik memegang senjata.

    “Baik aku akan ke sana. tetaplah berada pada trainingmu oke?” ujarku.

    Colt terlihat sedikit bingung juga was-was dengan apa yang sedang terjadi. Terlihat dari wajahnya yang masam itu kekhawatiran yang begitu besar. Aku rasa memang ada hal penting hingga utusan kerajaan tiba di guild. Apakah ada masalah? Selama ini guild tidak melakukan aktivitas di wilayah Rune Midgard. Apa yang membuat mereka datang kemari.

    “Aku harap anda mengerti..” suara yang kudengar dari ruangan Master Miller. Aku yang cukup tergesa-gesa mengetuk pintu seraya membuka pintu untuk masuk ke dalam ruangan.

    Di sana tergambarkan suasana yang cukup tegang, di mana Master miller duduk berhadapan dengan seorang ksatria wanita. Di dalam ruangan terdapat pula empat mentor gunslinger yang berdiri mendengarkan pembicaraan. Mereka benar-benar terlihat serius hingga mengabaikan kedatanganku.

    “Aku tidak bisa menyetujui permintaan pembubaran guild yang kalian inginkan. Sekalipun hal itu adalah keputusan yang keluar dari gubernur Einbroch yang mendapatkan ijin dari para Senator Schwartzwald.”

    Master Miller yang memiliki usia 85 tahun namun terlihat gagah, berbicara dengan pelan namun tegas. Sepertinya memang terjadi sesuatu hal. Aku tidak benar-benar mengerti apa yang sebenarnya tengah terjadi.

    “Kewenangan memegang senjata api adalah milik kalian, namun keberadaan senjata api telah sampai pada para pembuat onar. Para perampok, pencuri, dan bandit pegunungan menggunakan benda itu untuk melukai korban-korbannya. Kami tahu senjata api adalah hasil teknologi yang ditemukan oleh para sarjana dan merupakan teknologi terkini. Tapi bila itu menjadi sumber masalah dan jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, kami ingin agar benda itu dibekukan demi keamanan.”

    “Jadi Rune Midgard menyalahkan kondisi buruk yang menimpa kerajaan pada kami?”

    “Kami tidak menyebut demikian. Kami hanya ingin anda kooperatif dengan kondisi yang terjadi.”

    “Tanpa adanya Gunslinger Guild di medan perang tiga tahun lalu, kavaleri kalian akan menjadi santapan empuk pata Tanker Wave of Darkness. Kami berperan cukup besar sebagai front attacker selain Hunter Guild. Selain itu, aku tidak akan melupakan apa yang kalian lakukan pada squadron 2 Schwartzwald Brigade. Untuk semua pengorbanan yang kami lakukan untuk kerajaan dan negara republik, aku tidak bersedia membubarkan Gunslinger Guild.”

    “Sekalipun surat keputusan telah diberikan oleh Presiden Republik?” Ksatria wanita itu menyodorkan amplop surat berwarna coklat dengan stempel cap republik yang tertera pada lilin merah yang menempel pada permukaan surat.

    “Ini tidak mungkin master!”

    Suara riuh terjadi. Para mentor tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Aku tidak mengeluarkan sepatah katapun. Yang kulihat hanya memandangnya terus. Memandang wajah seorang wanita yang kukenal.


    Gabriel Valentine


    ***​


    Gabriel Valentine adalah salah satu dari empat jendral besar pertahanan Rune Midgard. Dia adalah pemimpin dari lima batalion yang menjaga daerah South Rune Midgard tiga tahun lalu. Aku tidak melupakannya, bagaimana secara personal Gabriel menyelamatkanku ketika mempertahankan kota Geffen. Atau mungkin lebih tepatnya dia tiba untuk menyelamatkan adiknya yang kala itu sedang bersamaku.

    Kini di ruangan Master Miller, hanya tinggal tersisa kami para mentor dan pemimpin kami. Gabriel telah sebelumnya undur diri setelah memberikan surat keputusan yang membuat kami tercengang. Aku tidak percaya apa yang terjadi. kami tidak melakukan kesalahan apapun tapi kami menerima akibatnya.

    “Jadi waktunya tiba untuk membekukan guild ini.” ucap master Miller terlihat lelah.

    Sieg salah satu dari empat mentor yang bersamaku terlihat tidak bisa menerima apa yang terjadi. “Jika kita berbicara dengan Presiden kita bisa mengubah keputusan yang telah tertera. Kelompok ini ikut berjuang mempertahankan negara ini. Merelakan para anggota terbaiknya untuk gugur di medan perang. Bagaimana mungkin Presiden semudah itu melupakan apa yang kita lakukan.”

    Master Miller duduk pada kursi antiknya. Dia dengan pelan mengambil cerutu dari tempatnya dan kemudian menyalakannya. “Untuk kepentingan negara, kita adalah kambing hitam. Ini dilakukan untuk menjaga keharmonisan antara kedua negara. Kalian tentu tahu dua minggu yang lalu muncul pengumuman mengenai kematian Raja Tristan III yang begitu menggemparkan kerajaan. Hal itu cukup menggemparkan pula republik ini.”

    “Ta-tapi.”

    “Kita dibekukan, artinya tidak ada lagi penduduk yang diperbolehkan menjadi bagian dari Gunslinger Guild. Gunslinger adalah jumlah anggota kita yang ada sekarang. Mereka telah tercatat dan hanya mereka yang tertera yang memiliki kewenangan memiliki senjata api. Sekalipun kuyakin walaupun guild ini dibekukan, para pedagang pasar gelap tetap menjual senjata api pada siapa saja. Ya, apa yang mereka lakukan hanya sia-sia.”

    Aku cukup geram mendengar semuanya. “Jika ini memang sia-sia, yang mereka lakukan hanya memperlemah republik ini.”

    “Aku tidak ingin memikirkan mengenai adanya konspirasi di belakang semuanya. Tapi bila memang ada, Gunslinger Guild tidak akan tinggal diam membiarkan negara ini runtuh.” Jawab Master Miller.

    Aku tidak menyanggah lagi. Mungkin tempat persaudaraan kami memang telah dibatasi. Tapi itu tidak mengurungkan niat kami untuk membela negara ini dengan kesulitan yang kami hadapi sekarang. Dengan tidak adanya lagi calon gunslinger yang boleh masuk, itu berarti yang dapat dilakukan adalah memberikan pelatihan yang keras untuk meningkatkan kualitas anggota yang ada.

    “Dan Kiev, terdapat surat yang dikirim pula dan tertuju padamu.”

    “Surat?” Jawabku heran.

    “Surat ini dari senator Lighthalzen. Dia memintamu untuk menjadi Bodyguardnya untuk pergi mengunjungi Rune Midgard.”

    Master Miller mendorong surat yang berada di mejanya dengan pelan ke arahku. Aku mengambil surat itu dan membaca isinya. Ternyata ini berkaitan dengan kematian Raja Tristan III, perwakilan dari republik diminta untuk datang dalam prosesi rencana pengangkatan raja yang baru.

    “Aku dapat membawa dua pembantu dalam tugas ini?”

    “Ya, namun bukan S Rank. Sebab jika melakukan itu kerajaan akan menaruh kecurigaan pada kita dan kemungkinan akan terjadi masalah lain yang menimpa republik.”

    Ya aku mengerti ucapku dalam hati. Saat ini kami Gunslinger Guild berada dalam kondisi yang serba terjepit. Yang bisa kami lakukan hanyalah mengikuti apa yang diperintahkan.

    Pertemuan itu akhirnya berakhir. Kami para mentor dipersilahkan keluar dari ruangan untuk kembali melakukan pekerjaan kami. Kesulitan yang akan kami dapatkan adalah ketika menjelaskan ini pada calon-calon yang belum lulus sebagai gunslinger. Aku dapat menerka bagaimana wajah kecewa mereka karena tidak ada jalan bagi mereka untuk dapat menjadi anggota persaudaraan ini.

    “Mentor Kiev, maaf?” Terdengar suara pelan memanggilku dan menghentikan langkahku menuju pusat training,

    Kulihat di sana Colt berlari dengan cukup tergesa-gesa. Dia yang telah sampai dihadapanku terlihat kelelahan. “A-Aku ingin menyampaikan pesan. Hahh hahh”

    “Pesan?”

    “Lady Crusader memintaku menyampaikan pesan padamu untuk menemuinya di Inn Einbroch malam nanti. . Hahh hahh.”

    Aku cukup bingung mendengarnya. Lady Crusader? Gabriel Valentine? Apa yang ingin dia bicarakan denganku?

    “Itu saja mentor.. Hahh Hahh.”

    Aku melihat colt masih terengah-engah kelelahan. “Ya terima kasih Colt.” Ucapku. Dia terlihat menggangguk dan segera berlari kembali ke ruangan pelatihan.

    Colt adalah member yang cukup berupaya keras walaupun memang nilai-nilainya tidaklah memuaskan. Penglihatannya yang minus dan mengenakan kacamata adalah salah satu gangguan. Tapi aku masih mempercayainya dapat menjadi gunslinger yang handal. Sebab aku tahu bagaimana rasanya kesulitan ketika memiliki kekurangan di masalah penglihatan.


    *********​
     
    Last edited: Feb 16, 2013
  7. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    Added Act 1.3

    Act 1.3 Wind Of The Past

    Malam telah tiba di kota Einbroch. Kini suasana berubah menjadi sunyi, sebab semua mesin pabrik berhenti karena tidak adanya lagi kegiatan produksi akibat peraturan yang diberlakukan untuk hak asasi buruh kerja. Di setiap sudut kota terlihat sepi tidak ada orang yang berjalan. Para penduduk tertirur lelap bersitirahat untuk bekerja keras lagi besok.

    Benar bahwa rutinitas mereka sangatlah berat tapi mereka bekerja keras demi menghidupi keluarga mereka masing-masing. Baik ayang berada di Einbroch, hugel,. Atau bahkan yang berada di daratan kerajaan Rune Midgard.

    Aku berjalan dalam gelap melewati lampu-lampu jalan yang memberikan terang. Tidak kukira aku akan kembali bertemu dengannya, Kakak dari Lucretia di tempat seperti ini. Aku merasa setelah tiga tahun yang lalu kami akan benar-benar terpisah dan perang itu merupakan akhir dari segalanya. Tapi, sekarang aku mendapatkan kesempatan kembali ke tempat itu.

    Prontera, Capital City Kerajaan Rune Midgard tempat di mana Lucretia berada.

    “Apa yang kau lakukan malam-malam begini berjalan-jalan?” ucap suara terdengar bertanya dan membuatku menghentikan langkah.

    Aku memandang ke arah suara itu dan melihat di seberang jalan berdiri wanita dengan pakaian maid berwarna coklat dengan apron putih yang dikenakannya dan memegang papan kayu persegi yang berisi lembaran kertas catatan.

    Wanita berambut merah dan berkacamata ini adalah Kafra. Petugas yang bertugas membantu orang-orang untuk masalah penyimpanan barang juga pencatatan keberadaan pendatang. Mereka juga bertugas untuk memberikan pelayanan teleportasi. Namun hal itu tidak lagi bisa digunakan akibat ledakan cahaya Heart of Ymir tiga tahun lalu.

    “Malam memang belum begitu larut. Tapi sudah tidak terlihat lalu lalang di sini. Apa kamu tidak takut bila ada penculik yang mengincarmu, Debril?” ucapku sedikit tersenyum.

    “Ini adalah pekerjaaan kau tahu itu, Kiev! Berdiri menunggu hingga jam kerja habis itu memang kadang menyebalkan. Tapi inilah pekerjaanku!”

    Aku mendekati sang kafra, melihat raut wajahnya ketus dengan lirikan mata seperti rubah. “Jika kau tidak membutuhkan pelayananku, sebaiknya kau pergi saja.” Ucap Debril sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain dan memegang papan kayu itu erat di dadanya.

    Ya wanita ini setiap harinya bekerja untuk membantu orang-orang. Pekerjaan yang membutuhkan ketenangan dan pengendalian diri yang besar karena setiap pelanggan memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan ketika malam tiba seperti ini apabila memang sift-nya, mereka harus tetap bekerja sekalipun kota telah sangat sepi.

    “Baiklah, aku ingin menyimpan satu kantung uang berjumlah 150.000 zeny.” Ucapku sembari mengeluarkan satu kantung uang.

    “Kamu tidak sedang memflirtingku malam-malam begini bukan?” pandang heran Debril ke arahku.

    “Bagaimana aku bisa melakukan itu? Apa kau tidak lihat George di seberang jalan sana menatapku seperti hendak membunuhku.” Ucapku sembari sedikit tertawa.

    Debril mengalihkan pandangannya ke arah yang kutunjukan dan melihat George memang ada di sana. George adalah anggota Guard kota Einbroch.dia berpakaian hitam dengan scarf merah yang menutupi mulutnya dan mengenakan topi yang unik. Sehari-harinya mereka menggenggam tongkat dan berkeliling menjaga kota.

    Aku tidak ingin benda itu untuk kali pertamanya dipukulkan padaku. “Jika kalian berdua menikah kabari aku. Oke?” ucapku pelan berjalan pergi meninggalkan debril yang masih menghitung uang. “A-Apa yang kau katakan!”

    Aku tersenyum kecil mendengar suara berisik yang debril ucapkan malam mini. Aku sering sekali menggodanya. Aku merasakan dia kesepian apa yang kulakukan adalah untuk sedikit membuatnya sedikit bersemangat. Tapi George mungkin mengganggapnya lain. Yah kewajaran. Mereka berdua adalah pasangan yang memang saling menyembunyikan perasaan masing-masing.

    Tapi aku tahu George adalah orang yang baik. Dia adalah Guard yang bersedia datang dan tetap menjaga Juno tiga tahun yang lalu ketika semuanya telah luluhlantak dalam kekacauan dan keputusasaan. Dia mungkin tidak berada di garis depan. Tapi dia tetap bertahan dan berjuang di dalam kota.

    Langkah yang kulakukan akhirnya sampai di tempat yang kutuju, Penginapan Kota Einbroch. Kulihat terdapat satu peco-peco yang terlihat beristirahat dalam stable. Jadi Gabriel ternyata memang belum pergi dari kota ini?

    Ketika aku hendak melangkah masuk, seseorang keluar dari pintu penginapan. Hal itu cukup membuatku kaget, sebab yang keluar adalah Gabriel Valentine dengan zirah perak yang dikenakannya yang dibalut mantel dan disekitar lehernya tergantung kalung salib.

    “Ahh Kiev?!”

    “Selamat malam, Gab.” Jawabku dengan senyum walaupun posisi tubuhku terlihat terkejut melangkah mundur.


    ***​


    Aku berjalan berkeliling di malam hari dengan Gabriel. Dia terlihat lebih menyenangkan ketika tidak dalam kondisi bekerja. Dia terlihat lebih bersahabat, mengatakan bahwa dirinya senang bisa bertemu denganku setelah tiga tahun berlalu tanpa pernah tahu kabar masing-masing.

    Kami berdua akhirnya tiba di daerah tempat di mana tranportasi balon udara Einbroch berada. Gabriel ternyata akan pulang ke Rune Midgard malam ini menaiki kapal udara itu dan meninggalkan tunggangan setianya sementara di sini karena kepentingan darurat lain.

    “Ada hal penting yang ingin kau bicarakan padaku?” ucapku menyela dirinya yang tertawa ketika menceritakan kisah bagaimana selama tiga tahun ini melatih para crusader pemula.

    “Ahh… maaf aku sedikit tertawa.” Jawabnya menahan tawa. “Kau selalu seperti ini Kiev. Ketika berada bersamaku selalu bertanya langsung ke poin utama dan terdiam bingung berbicara ketika bersama Lucretia.”

    Jantungku berdegup cukup kencang mendengar nama itu. Gabriel melihat raut wajah dan gerak gerikku yang berubah, tiba-tiba menyeringai dan membisikan sesuatu padaku.

    “Tidakkah kamu merindukan adikku?”

    Aku membuang nafas berat yang tertahan. Mengalihkan pandangan ke arah lain seakan-akan ingin mengalihkan pembicaraan. Namun apa yang ditanyakannya adalah sesuatu yang benar-benar ingin kujawab. “Apakah Lucretia bahagia?”

    “Jadi benar kamu masih mencintai Lucretia? Cukup mengejutkan bagiku ketika setelah tiga tahun ternyata kamu belum juga mengambil seorang pendamping hidup.”

    “Aku baik-baik saja selama tiga tahun ini.”

    Aku memandang wajah Gabriel yang terlihat menahan sesuatu. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tertahan dan terus tertahan seakan-akan kata-kata itu berat. “Aku-Aku minta maaf atas apa yang kulakukan pada kalian. Ini juga begitu berat untuk kulakukan.”

    “Sesuatu terjadi pada Lucretia?” tanyaku heran mendengar ucapan yang dilontarkan Gabriel.

    “Tidak, Lucretia baik-baik saja. Hanya.. dia… telah memiliki tunangan.”

    Seperti yang dahulu kuduga. Jadi akhirnya dia memilih untuk berjalan ke depan dan melanjutkan hidup. Sedangkan aku memilih sendiri selama ini. “Itu baik. Kau mengatakan pula tadi bahwa dia bahagia. Aku senang mendengarnya.”

    “Kiev…”

    “Aku telah melewati banyak waktu indah bersamanya. Juga waktu yang menyedihkan ketika aku membuatnya menangis menderita. Jika memang ini adalah jalan agar dirinya bahagia. Maka aku tidak akan menyesalinya.”

    Cahaya lampu panjang yang menerangi pangkalan udara Einbroch, membelah langit hitam malam memberikan cahaya pada sudut-sudut hitam yang gelap di langit. Aku tahu aku harus menerima semuanya. Karena aku yang memilih pergi meninggalkannya tiga tahun yang lalu ketika perang besar berakhir.

    “Jika saja kau seorang ksatria, maka aku akan berjuang agar dapat membuatmu bersama dengan Lucretia.” Ucap pelan Gabriel memeahkan hening cukup lama ketika aku terdiam.

    “Jika aku adalah seorang ksatria, mungkin aku tidak akan bertemu dengannya ketika itu.”

    Perkataan itu menjadi penutup pembicaraan kami. Gabriel akhirnya pergi dengan meminta maaf sekali lagi padaku sebelum akhirnya menaiki kapal balon udara untuk kembali ke kerajaan. Meninggalkanku sendirian di tempat ini dengan jawaban atas pertanyaan yang menghantuiku selama tiga tahun ini.

    Inilah yang kupilih dahulu kala. Pilihan ketika aku tahu kelemahan diriku sendiri.

    Perang besar itu memberikanku banyak hal. Bukan hanya luka membekas yang ada pada tubuhku. Tapi juga luka sayatan pada hatiku.

    Dia tidak bersalah. Ini murni karena kesalahanku.

    Kelemahanku.


    ***********​

    Gabriel Valentine

    [​IMG]

    Guard George

    [​IMG]

    Kafra Debril

    [​IMG]
     
    Last edited: Feb 17, 2013
  8. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Wuiii jadi inget masa-masa main RO... Lum bisa komen banyak tapi kurasa awalnya menjanjikan.
     
  9. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    thx.
    yuup tugas author fanfict harus bisa mengingatkan lagi bagaimana indahnya masa-masa RO itu.
    dan juga bisa menyenangkan dengan memberikan cerita bagi mereka yang gk main pula.

    wa fun nulis cerita ini. :yahoo:
     
  10. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    Added Act 1.4

    Act 1.4 Dual Garrison

    Malam telah berlalu dan hari telah berganti pagi. Aku bangun lebih pagi dari biasanya, berjalan keluar dari kamar sewa yang telah kutinggali selama tiga tahun ini untuk melangkah pergi menunaikan misi yang diberikan.

    Kota Einbroch ketika pagi hari terlihat begitu sibuk. Walaupun matahari baru setengah terbit, orang-orang telah ramai berlalu lalang untuk pergi bekerja di pabrik. Pakaian mereka yang serba putih dan mengenakan sarung tangan terlihat mayoritas di sekelilingku saat ini. tidak lupa topi yang mereka kenakan pula di kepalanya. Baik itu pria dan wanita setelan mereka seluruhnya sama.

    Kunyalakan cigar yang kumiliki, kuhisap rokok itu untuk membuat diriku cukup tenang. Aku tidak terlalu senang sebenarnya untuk merokok, namun entah kenapa benda ini menjadi bentuk pelarianku. Mereka bilang benda ini akan membunuhku. Ya, kurasa aku memang telah berencana mati perlahan-lahan.

    “Mentor Kiev!” suara seseorang memanggilku. Kulihat siapa itu dan ternyata dia adalah Colt. “Selamat pagi mentor Hah Hahh.” Ucapnya ternegah-engah mendekatiku. “Ya pagi.” Jawabku.

    “Kudengar anda berencana untuk melakukan perjalanan ke Rune Midgard.” Ucap Colt yang kini berjalan menuju Gunslinger Guild bersamaku. “Ada misi yang diberikan kepadaku. Untuk beberapa waktu, Sieg yang akan menggantikanku sementara untuk melatih kalian.”

    “Mentor, bisakah aku ikut bersamamu? Kudengar anda membutuhkan dua pendamping untuk pergi ke sana.”

    Tak kusangka rumor menyebar begitu cepat rupanya. Itu benar aku membutuhkan dua pendamping misi ini. namun colt, aku rasa dia tidak dapat melakukannya. Dia belum siap untuk pergi melaksanakan sesuatu hal di luar sana.

    “Anda ingin mengatakan tidak bukan, mentor?” ucapnya lesu yang membuatku sedikit kaget. “Aku tidak mengatakan apapun.” jawabku.

    “Aku dapat menerka dari raut wajah anda. Tidak apa-apa mentor. Aku mengerti.”

    Colt memiliki kelebihan lain di balik semua kekurangannya. Aku menyadari itu, dia bisa menganalisis apa yang lawannya akan lakukan dan apa yang lawannya pikirkan. Jika keahlian menembaknya setara dengan keahliannya ini, dia dapat menjadi gunslinger hebat. Aku yakin itu.

    “Aku baru memikirkan untuk membawa Winchester dan tidak tahu akan membawa siapa lagi. Ketika kamu dengan sukarela menawarkan diri, itu meringankan pekerjaanku.”

    “Jadi aku dapat ikut denganmu, Mentor?”

    “Ya, jika kamu berjanji tidak akan membawa masalah di daerah kerajaan.”

    “Terima kasih! Aku berjanji! Terima kasih Mentor!”

    Aku melihat wajah kegirangan anak didikku itu. Dia dengan gembiranya berlari masuk ke dalam Guild seperti hendak bersiap-siap. Aku tidak begitu yakin sebenarnya ini merupakan hal yang baik. Namun lambat laun dia harus mendapatkan pengalaman yang sesungguhnya.

    Seperti diriku dahulu. Gunslinger terpayah dalam Guild yang memaksa pergi berkelana mencari pengalaman di kerajaan. Pertahananku payah dan penghindaranku mengecewakan. Terlebih ketangkasanku jauh di bawah rata-rata.

    Sekarang aku mengerti, mengapa ketika itu Master Miller membiarkanku untuk pergi mencari jati diri di Rune Midgard. Dia ingin aku tahu dunia yang sebenarnya. Dunia yang keras sehingga aku harus belajar untuk beradaptasi untuk bisa tetap hidup.


    ***​


    “Jadi kamu akan pergi untuk beberapa minggu?” ucap Garisson yang sibuk mengambil sesuatu dibawah meja counternya. Garisson adalah pemilik dari toko senjata api yang membuka tokonya di lantai bawah Bar Gunslinger Guild.

    Garrison adalah orang yang tegas. Dia memiliki ciri-ciri berperawakan tubuh tinggi, memiliki kumis panjang dan mengenakan monocle di mata kanannya. Setelannya selalu saja rapih memakai setelan jas biru dan mengenakan gunslinger insignia di kerahnya yang menandakan dia adalah Armsmith Official Guild ini.

    “Ya, tugas sebagai bodyguard yang lama sekali tidak pernah kulakukan.” jawabku dengan posisi menyilangkan tangan.

    “Begitu rupanya. Sepertinya memang sudah saatnya aku memberikan pesananmu yang telah lama kau pesan itu. tapi aku lupa menyimpannya di mana.”

    Garrison terlihat masih sibuk membuka box-box kayu dan menyingkirkannya. Dia mencari benda yang kuinginkan. Senjata api yang kupesan yang sebenarnya telah kulupakan pernah memintanya membuatkan. “Ini aku menemukannya!”

    Garrison mengangkat kotak kayu yang terlihat penuh debu ke atas meja tepat di hadapanku. Dia meniup debu itu dan membersihkan kotoran sisa yang menempel menggunakan kain. “Benda ini adalah teknologi baru dari pengembangan revolver.”

    Garrison membuka kotaknya dan memperlihatkan isi kota itu dengan jelas padaku. Terlihat dua buah pistol perak dengan gagang berwarna hitam berinsignia Gunslinger. Pistol itu terlihat lebih besar dibandingkan dengan jenis S3 (Six-Shoot-Shooter). Di permukaan sampingnya terlihat ukiran salib yang memanjang hingga ke ujung laras.

    “Ini tidak terlalu besar untuk ukuran revolver?” tanyaku agak heran.

    “Ini memang terlihat agak besar dari kebanyakan jenis revolver sebab satu pistol ini dapat menyimpan 30 butir peluru 9mm dalam cartridge. Selain itu apabila menggunakan peluru .45 ACP, pistol ini dapat menyimpan 15 butir peluru. Ya, ini adalah senjata yang merupakan modifikasi dari revolver yang hanya dapat menembakkan enam peluru. Kuharap ini sesuai dengan permintaanmu dan bisa mengabulkan keinginanmu.”

    Aku yang mendengarkan penjelasan panjang itu mengambil dua pistol jenis baru dan mencoba memeriksa beratnya. Tidak terlalu berat, tapi memang sedikit lebih berat dari pistol revolver biasa. “Kau menamakan senjata ini apa, Garrison?”

    “Aku belum sempat menamakannya. Semuanya terserah padamu, Kiev.”

    “Baiklah kalau begitu, akan kunamakan kedua senjata ini dengan nama ‘Garrison’.”

    “Menggunakan namaku? Kau memiliki sedikit ide untuk mencari nama yang bagus, Haha.”

    “Suatu kebanggaan apabila orang-orang mengetahui siapa pembuat senjatanya. Garrison bukan nama yang buruk.”

    Aku memutar-mutarkan kedua pistol di tanganku dan mengarahkannya dalam berbagai posisi menembak. Berat senjatanya cukup membebani tanganku namun aku yakin akan terbiasa menggunakannya. “Aku percaya senjata ini adalah apa yang selama ini kucari. Senjata yang sepadan dengan bilah pedang yang ditempa menggunakan Oridecon. Senjata yang bisa bertahan seperti tameng yang ditempa menggunakan Elumunium.”

    “Kenyataannya, senjata ini ditempa menggunakan Emperium.”

    “Emperium? Kristal terkuat yang merupakan simbol pertahanan Guild Fortress?”

    “Ya. dan perlu kau tahu Kiev, hanya ada satu Blacksmith yang berhasil menempanya. Setelah membantu membuat ini, kudengar dia pergi menyepi di Kota Hutan Umbala untuk mengakhiri karirnya.”

    “Jadi senjata ini termasuk ke dalam rare weapon kurasa.” Ucapku sembari melihat kilatan dari permukaan perak laras senjata yang kupegang.

    “Kuharap dengan senjata ini kau bisa membuktikan bahwa seandainyapun republik tidak memiliki pasukan seperti para kavaleri knight kerajaan, tapi kita memiliki pasukan Gunslinger yang sepadan dengan mereka.”

    “Mereka meninggalkan barisan depan pada perang tiga tahun yang lalu. Membiarkan para gunslinger untuk mengalami pembantaian yang mengerikan. Dengan senjata ini, aku akan membuktikan bahwa gunslinger pun dapat bertahan di barisan depan walaupun tanpa pedang dan tameng yang menyertai mereka.”

    “Kebanggaan Gunslinger Guild dan kehormatan Republik ada di tanganmu, Kiev.”

    Kata-kata kepercayaan yang Garrison ucapkan kepadaku, memberikan motivasi lebih kuat untuk seimbang melawan para kavaleri knight. Dengan ini aku dapat memberikan fatal injury sekaligus bertahan secara bersamaan.

    Mereka dilindungi oleh kekuatan Rune, sedangkan kami dilindungi oleh kekuatan Teknologi.


    ***********​
     
  11. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    added Act 1.5

    Act 1.5 Traveling To Rune Midgard Kingdom

    Suara derap langkah burung peco-peco yang menarik kereta ini terdengar riuh. Kusir yang mengemudikannya memacu kereta dengan cepat agar bisa sampai tepat waktu ke daerah perbatasan sebelum sore hari tiba. jalan yang berliku dan tidak rata membuat kereta ini bergerak cepat dan tidak nyaman. Tapi ini cukup baik dibandingkan harus berjalan kaki dari Einbroch menuju perbatasan yang dihuni berbagai monster yang cukup berbahaya.

    Aku, Kiev Alastor duduk di dalam kereta ini bersama Senator Lighthalzen Schimidt yang merupakan Duta Republik. Pakaiannya terlihat elegan dengan jas hitam yang membalut kemeja putih dengan rantai emas yang tergantung di bawah kerah bajunya. Mantel hitamnya yang panjang selutut, menutupi celana bahan panjang berwarna biru dongker bergaris-garis. Senator mengenakan monocle di mata kirinya dan juga topi hitam trucker yang biasa dipakai di film-film mafia.

    Colt yang ikut bersamaku duduk bersama Winchester di depan bersama kusir. Winchester adalah salah satu anak didikku di Gunslinger Guild yang cukup berprestasi. Dia adalah gadis yang pendiam, perawakan tubuhnya kecil, rambutnya berwarna hijau muda dipotong pendek seleher. Stormwind adalah senjata yang selalu ada bersamanya, sebuah Rifle tua yang mengantarkannya pada penghargaan menembak.

    “Panas sekali di sini Hahh.. Tidakkah kau merasakan itu chest?” ucap Colt bertanya pada wanita yang ada disampingnya yang sejak tadi diam saja.

    “Sedikit panas..:”

    “Hei-hei tidak bisakah kau berbicara lebih dari dua kata? Udara terasa panas juga suasana serius sekali. Sedikit angin segar bisa menyejukan. Kita adalah rekan, tidak bisakah kita berbincang-bincang?”

    “Kamu terlalu banyak bicara, Colt…”

    Aku yang berada di dalam kereta tersenyum menahan tawa akibat mendengar ucapan yang dilontarkan Winchester. Terlebih ketika colt mulai menggerutu mendapatkan perlakuan seperti itu. Keberadaan mereka berdua cukup menyenangkan. Seperti mengingatkanku pada masa laluku yang dulu.

    “Ini telah tiga tahun berlalu sejak terakhir kamu mengunjungi Kerajaan Rune Midgard, jika aku benar?” Senator Scmidt bertanya memecah lamunanku. Dia adalah orang yang terlihat santai dan pendiam yang sejak tadi membaca buku catatan kecilnya yang dia simpan di saku kemejanya.

    “Ya, ini telah melewati tiga tahun setelah semua bencana itu.”

    “Aku tahu siapa kamu Kiev dan karena itulah aku memintamu untuk menjadi bodyguardku menuju Rune Midgard.”

    “Aku tidak mengerti dengan kata-kata anda?”

    “Aku tahu bagaimana kalian merasakan kehilangan dan juga merasakan terkhianati ketika perang yang lalu. Terlebih apa yang terjadi sekarang pada Guild Gunslinger. Tapi aku berjanji bahwa pengorbanan ini hanyalah sementara.”

    “Kami para gunslinger mengerti itu Senator.”

    “Kau perlu mengetahuinya Kiev, bahwa kematian King Tristan III bukanlah kematian yang sewajarnya. King Tristan III dibunuh menggunakan senjata api. Peluru itu bersarang di dadanya ketika mayatnya ditemukan pagi hari oleh para pembantu kerajaan.”

    Aku merasakan tidak percaya mendengar hal itu. “Raja Tristan III dibunuh? Bagaimana itu mungkin?”

    Senator Schimdt menutup buku catatannya dan menyimpannya di pahanya. “Terjadi pergolakan di tubuh keluarga kerajaan. Bagaimana para senat terpecah belah dan memihak ke sisi-sisi yang berlainan. Mereka berupaya menaikan pangeran yang mereka anggap layak untuk duduk di tahta.”

    “Sebagai boneka figur bagi rakyat?”

    “Ya sebagai boneka ataupun juga sebagai sosok yang akan mengubah arah politik kerajaan.”

    Aku terdiam sejenak menghela nafas. Aku tidak pernah memikirkan bahwa kematian Raja Tristan III ternyata merupakan buah dari kepelikan yang terjadi di kerajaan.

    “Kau tahu Kiev, yang berbahaya adalah pandangan pembunuh itu tertuju pada kita, Republik. Karena senjata api yang merupakan teknologi yang kita temukan dan kembangkan menjadi alasan bagi mereka untuk mencurigai atau mencari cara menyalahkan kita untuk itu.”

    “Itulah alasan kenapa Presiden akhirnya menyetujui pembekuan Guild Gunslinger?”

    “Kau ternyata menangkap maksudku.”

    Aku menggeram mengepalkan kedua tanganku dengan kuat. Aku meyadari bahwa Presiden Republik tidaklah melupakan kami yang ikut serta membantu peperangan. Apa yang sebenarnya dia lakukan adalah mencoba menyelamatkan kami.

    “Mereka mencoba memfitnah kita sebagai biang pembunuhan kepada raja. Hal ini kemungkinan akan menjadi cara mereka untuk melakukan invasi. Pembicaraan para senator republik di pertemuan cukup was-was mendengar hal ini. Semuanya akan bergantung kepada siapa yang akan menaiki tahta. Apakah mereka yang memang akan membawa perdamaian ke arah lebih baik ataukah yang akan menyulut peperangan di antara kedua negara.”

    “Lalu apa yang akan kau lakukan Senator?”

    “Untuk itulah aku memilihmu sang pahlawan Republik Schwartzwald. Aku ingin memintamu melakukan sesuatu hal, Kiev.”


    ***​


    Laju kereta yang sebelumnya bergerak cepat tiba-tiba terhenti di tengah perjalanan. Suara peco-peco yang dipaksa berhenti berteriak dan kami yang berada di dalam kereta cukup kaget dengan apa yang terjadi.

    “Mentor, kita disergap!” Suara teriak Colt dapat kudengar dengan jelas. Aku yang sebelumnya sedang melakukan perbincangan serius, langsung keluar dari kereta, membuka salah satu sisi pintu dan melihat apa yang sbenarnya sedang terjadi.

    Aku menginjak daratan Juno field yang menjadi perbatasan angtara Area Juno Republik dan juga Area Kerajaan Aldebaran. Tempat ini terlihat tandus. Tanah kotor dengan pohon yang mati terlihat di mana-mana tanpa ada satupun pohon hidup dengan daun merekah yang berwarna hijau asri.

    Kulihat Winchester dan Colt telah turun pula dari tempat duduk mereka di kemudi. Mereka memandangi segerombolan orang yang berada tidak jauh dari mereka yang menaiki burung peco-peco dan juga berbaris berjalan. “Kelompok Rogue, Thief, dan Hunter?” ujarku.

    Colt cukup terlihat ketakutan sembari memegang shotgun black rose miliknya. Winchester yang terlihat pendiam tetap tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

    “Apa yang terjadi Kiev?” Senator Lighthalzen terlihat kebingungan. Aku yang tahu bahwa terjadi suatu masalah hanya menjawab dengan singkat. “Sepertinya perjalanan kita akan terhenti beberapa saat.”

    Aku melangkah maju dari tempatku, melewati kedua anak didikku yang berada di samping kiri kereta. Kulihat dengan jelas, rombongan itu semakin mendekati kami. Dua rogue yang menaiki peco-peco, tiga thief yang berlari, dan juga dua hunter yang membidikan panahnya pada kami. Mereka adalah perampok aku bisa menebaknya.

    “Hei orang asing, aku meminta kalian untuk menyerahkan barang-barang berharga yang kalian miliki!” teriak salah satu Rogue yang berada di barisan terdepan. Mereka berhanti tepat kurang lebih 6 meter dari tempat kami berada. Mereka memberikan gelagat ancaman. Tapi yang lebih berbahaya adalah mereka yang membidik dari bebatuan besar. Ya, para Hunter itu.

    “Maafkan kami. Karena kami bukanlah karavan pedagang yang membawa banyak barang berharga yang bisa kalian rampas.” Ucapku dengan nada sedikit mengejek.

    “Benarkah? Senator dari republik tentu membawa banyak uang.” Rogue yang berbicara itu turun dari tunggangannya. Rambutnya yang pendek berwarna biru dengan style spike dan bekas luka diwajahnya yang melebar dari mata kiri menuju mulut kanannya, telah membuat kedua anak didikku cukup merasakan jatuh nyalinya. Para thief yang mengenakan google dan memegang pisau juga satu rogue yang menaiki peco-peco seperti memberikan aura intimidasi agar kami menyerah.

    Aku tidak menyangka mereka mengetahui siapa kami. Sudah tentu penyergapan ini tidaklah spontan tapi telah dipersiapkan. Apakah ada yang berniat menghentikan utusan dari republik menuju ke kerajaan? Atau memang desas-desus kedatangan utusan republik menuju kerajaaan telah tersebar luas?

    “Aku meminta kalian menyerah dan memberikan semua barang-barang berharga atau mati di tempat ini dengan mengenaskan!” Teriak penuh kemarahan sang rogue berambut biru sembari mengacungkan falchion tajam ke langit.


    **********​
     
  12. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    Next Chapter:
    Battle in Juno Field, borderline Aldebaran


    Kiev Alastor, Colt, Winchester, Senator Schmidt
    [​IMG][​IMG][​IMG][​IMG]


    VS

    Rogue, Thief, Hunter
    [​IMG][​IMG][​IMG][​IMG][​IMG][​IMG][​IMG]
     
  13. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    Added Act 1.6

    Act 1.6 Battle on Borderline Aldebaran

    Aku melihat tatapan kemarahan itu. Tatapan yang tidak segan-segan untuk membunuh. Rogue itu menyeringai mencoba membuat kami terperdaya oleh keahliannya untuk menjadi lemah akibat rasa takut. Aku tahu bahwa tangisan perang telah berkumandang. Aku dapat mengatasi mereka. Namun mereka? Senator dan juga kedua anak didikku?

    “Colt, Winchester dengarkan aku. Ini bukan latihan. Kalian mengerti? Jika kalian gagal, kalian akan mati atau menerima fatal injury.”

    “Kami harus melukai atau membunuh mereka?” tanya Colt dengan suara yang bergetar. “Ta-tapi mereka manusia…”

    Aku melirikan pandanganku ke arah Winchester yang terdiam kaku memegang senjata riflenya. Kulihat keraguan di matanya. Keraguan yang tidak pernah muncul ketika dirinya berlatih menembak lingkaran sasaran dengan tepat.

    “Jika kalian menganggap bahwa ‘Monster’ adalah satu-satunya musuh yang harus kalian hadapi untuk melindungi apa yang berarti, kalian salah besar. Terdapat musuh yang lebih berbahaya dari itu. Mereka disebut dengan ‘Manusia’.”

    “A-aku tidak bisa menembak manusia…” Winchester yang sejak tadi membungkam mulutnya akhirnya berbicara. Hal itu cukup membuatku tertekan. Aku tidak bisa melindungi semua orang di sini sembari melawan musuh. Terlebih para Hunter.

    “Ha.. Sepertinya memang tidak akan selesai dengan cepat. Mereka tidak ingin bekerjasama dengan kita anak-anak.” Rogue yang berada di posisi terdepan yang kuanggap sebagai pemimpin mereka, berjalan mondar-mandir ke kiri dan ke kanan sambil memutar-mutarkan senjata tajam yang dipegangnya. “Baiklah…”

    Mataku menyipit. Aku bersiap-siap untuk menghadapi serangan cepat dari para perampok ini.

    “Bunuh mereka semua!!!!”

    Sang pemimpin dengan kelas rogue tiba-tiba menghilang dari tempat pijakannya. Aku yang menyadari itu lalu mengambil Dual Garrison dari holster di belakang pinggangku dan kemudian menembakan peluru secara beruntun ke arah rogue yang menaiki peco-peco.

    Cipratan darah melayang di udara. Burung peco-peco itu terhujani tembakan dan jatuh ke permukaan tanah dengan tubuh yang penuh darah. Sang penunggang yang sebelumnya menaikinya berhasil melompat ketika kekacauan itu sedang terjadi dan menembakkan beberapa anak panahnya ke arahku. Namun tidak ada satupun anak panah yang melukaiku. Aku menghindar jatuh di saat yang tepat sambil mengincar lengan kirinya yang terbuka.

    Aku melihat wajahnya yang meringis kesakitan terkena luka tembak. Sekalipun dia wanita aku tidak segan-segan membunuhnya jika dia memang menjadi ancaman.

    “Mentor!!” Teriakan Colt mengalihkan perhatianku. Ternyata dua anak panah menusuk kusir kereta dan membuatnya tewas seketika. Burung peco-peco yang menarik kereta menjadi panik dan kemudian lari bergerak pergi entah ke mana menjatuhkan Senator yang sebelumnya melirik dari pintu kereta untuk melihat keadaan. “Lindungi Senator!” Teriakku sembari berguling-guling berusaha kembali berdiri.

    Belum aku bisa siap untuk melancarkan serangan berikutnya, kulihat Colt sedang kewalahan menghadapi salah satu thief yang telah tiba di jarak jangkauannya Winchester pun mengalami hal yang serupa. Dia terhujani hujan panah yang di tembakkan kedua Hunter dari jauh. Mereka menyebutnya Arrow Shower. Suatu teknik untuk melepaskan puluhan panah secara langsung dalam satu kali tembakan.

    “Kau melupakanku?” Suara yang membuatku merinding terdengar dari belakang. Sepersekian detik saja dalam kesadaranku, suatu tusukan dilepaskan dengan kuat namun untungnya bisa aku hindari. Back Stab, keahlian yang merupakan senjata utama para Rogue berusaha membunuhku tadi.

    Kulepaskan tembakan berkali-kali untuk melukainya namun rogue itu menghindar dan kembali menghilang. Brengsek ujarku dalam hati. Ini benar-benar buruk ketika harus bertempur dan memikirkan banyak hal dengan pertimbangan yang besar.

    Winchester mengambil posisi kneeling shot membidikkan Storm Wind-nya ke arah para hunter yang menyulitkan. Dia terlihat mengatur nafasnya dan kemudian menahannya sebelum akhirnya menembak. Aku tidak tahu apa tembakan itu berhasil mengenai salah satu hunter atau tidak. Hal lain yang menjadi perhatianku adalah Senator yang kini dikerubungi dua thief yang berusaha dihalau Colt dengan shotgunnya.

    Rupanya salah satu thief telah terkapar di tanah berlumuran darah namun masih bernafas. Colt memang tidak pandai membidikan senjata api. Namun untuk shotgun, sekalipun bidikan tidak tepat namun jarak tepat, itu akan memberikan luka yang cukup serius bagi musuh.

    Rogue wanita yang terluka lengan kirinya berusaha bangkit untuk kembali menyerangku. Tapi aku yang lebih memikirkan senator kemudian berlari mendekati posisi klienku itu dengan menembak kedua arah. Arah pertama menembaki rogue wanita yang bertahan menggunakan perisai di tangannya dan arah lainnya kutembaki para thief yang mengerubungi.

    Salah satu thief tertembak lalu menghilang. Sedangkan satunya lagi berhasil menjatuhkan Colt ke tanah. Aku tahu apa yang akan selanjutnya terjadi. Tapi hasilnya semua bergantung padanya. “Hadapi ketakutanmu, Colt!”

    Cipratan darah segar yang menyembur cukup banyak melayang-layang. Sebagian dari darah itu jatuh mengenai wajah Colt yang terbaring dan sebagian lagi mengenai pakaian Senator yang diam terduduk kaku.

    Aku tahu bagaimana rasanya pertama kali melukai orang bahkan harus membunuh. Tapi dunia ini memanglah kejam. Sekalipun para penegak hukum itu ada, tetap saja ada momen di mana kita hanya bisa menyelamatkan diri sendiri dengan apa yang kita miliki.

    “Ahhh!” Teriak Winchester keras akibat panah yang berhasil menusuk pahanya. Bagiku saat itu waktu seakan terhenti. Mereka adalah anak didikku. Mereka adalah pemula yang menjadi tanggung jawabku dan kini mereka berada di ambang hidup dan mati.

    Winchester yang jatuh meringkuk memegangi kakinya menangis merasakan perih yang teramat sangat. Tapi itu bukanlah hal terburuk sebab sang rogue pemimpin perampokan ini muncul tiba-tiba dari tanah dan bersiap menikamnya. “Selamat tewas Putri!”

    “Dalam mimpimu!” ujarku keras seraya menabrakan bahuku memelanting tubuh sang rogue agar menjauhi anak didikku. Aku jatuh setengah berlutut sambil terengah-engah melirik ke arahnya yang terlihat gusar dan kembali menghilang.

    Rupanya serangan anak panah dari kejauhan belum juga berhenti. Aku tahu kondisi ini tidak juga membaik. Kuambil Storm Wind Rifle yang tergeletak di tanah dan kemudian bersiap dalam posisi kneeling shot ke arah musuh yang menembaki kami.

    Aku cukup senang ketika mengetahui bahwa hanya tersisa satu hunter yang menyerang. Besar kemungkinan salah satu hunter tewas atau mengalami luka serius hingga tidak bisa menyerang.

    Aku tersenyum meningkatkan akurasiku dalam membidik. Aku melihat hunter itu juga sedang menarik tali busur untuk menjatuhkanku. Double Strafe. Aku tahu teknik menembakkan dua anak panah itu akan dilakukannya di saat terdesak seperti ini.

    Angin tiba-tiba bergemuruh dalam suasana pertempuran. Dalam keheningan sejenak, selongsong peluru rifle jatuh membentur permukaan tanah. Dua anak panah melesat namun tidak berhasil mengenaiku. Suatu keberuntungan karena kondisi cuaca yang membuatku selamat. Ya, jika saja Hunter itu memperhitungkan keadaan angin yang berubah sejak tadi, tentu hasil akhirnya akan berbeda ketika kami melakukan duel satu lawan satu itu.

    “Brengsek, dia terlalu kuat! Kita harus pergi Axel!” Teriak rogue wanita yang memegang perisai buckler. Tidak jauh dari posisi wanita itu kulihat sang Rogue pria berambut biru muncul dengan posisi berlutut. “Sialan, tak kusangka orang-orang republik itu ternyata kuat seperti ini.”

    “Kita telah kehilangan banyak anggota! Sebaiknya kita mundur!” Ucap wanita itu berupaya meyakinkan.

    Aku yang melihat drama itu lalu membidik mereka berdua. Kedua rogue itu kaget dengan posisi yang sedang kulakukan. “Lakukan teknik Stalk Rose!!” teriaknya pada sang wanita lalu kemudian menghilang dengan cepat.

    Namun sayangnya aku terlebih dahulu menarik pelatuk rifle yang kupegang. Bukan untuk membunuhnya, tapi memberikannya peringatan kasar dengan menghancurkan perisai buckler yang melindunginya.

    Rogue wanita itu kaget setengah mati dengan mata yang melotot melihat ke arahku sebelum akhirnya ikut menghilang menggunakan teknik yang memang dimiliki kelas Rogue untuk bersembunyi.



    Kuharap mereka mengerti agar tidak macam-macam dengan kami para gunslinger. Aku yakin mereka tidak mencoba sesembrono ini lagi untuk berusaha mencari gara-gara dengan kami para pelindung Republik.

    Tapi itu tidak berarti kami dapat bernafas lega. Sebab kerugian tidak hanya di derita oleh mereka. Tapi juga oleh kami. Winchester terluka cukup parah, sedangkan Senator dan Colt masih terlihat shock dengan pengalaman yang baru saja mereka alami.


    ********​
     
    Last edited: Feb 17, 2013
  14. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    added Act 1.7 :yahoo:

    Act 1.7 The Sword for Gunslinger

    Terlihat kekacau balauan di sekitarku. Panah-panah yang menancap di tanah, genangan darah, dan mayat para perampok terbujur kaku memperingatkan kami atas kejadian yang baru saja terlalui.

    Aku bergerak tergesa-gesa menuju ke arah tubuh lunglai yang tidak berdaya. Dia memegangi pahanya yang terluka. Aku melihatnya itu merupakan luka yang cukup serius. Hunter adalah kelas berbahaya yang tidak boleh dihadapi sembarangan bila bertemu di medan pertempuran.

    Mereka dapat membunuhmu dengan hanya dua kali serangan. Jarak jangkauan serangannya dua kali dari gunslinger terlebih lagi mereka tidak kesulitan sebab memiliki serangan parabola untuk menghujani musuh dan membuat kepanikan. Sesuatu yang tidak bisa sniper rifle lakukan.

    Gunslinger dan Hunter adalah dua kelas yang saling bersaing. Yang satu mewakili para tentara modern dan yang satu mewakili para tentara klasik. Untungnya kedua kelas ini adalah kelas yang dimiliki oleh Republik. Walaupun memang kelas hunter lebih terbuka bagi anggotanya untuk memilik takdir setelah berhasil lolos dalam test. Berbeda dengan kami yang masih terus melakukan pemantauan kepada para rookie gunslinger.

    Pusat hunter berada di kota Hugel yang berada di timur laut capital city Schwartzwald Juno. Sebagian dari mereka menetap pula di dekat kota payon kerajaan rune midgard untuk melatih para archer yang terlatih. Bagi republik, guild hunter dapat disebut sebagai mercenary sebab sebagian dari mereka ada yang berpihak pula pada kerajaan dan hunter bukan kelas secara official yang bertugas melindungi wilayah Schwartzwald.

    Aku memeriksa kondisi tubuh anak didikku yang tertusuk panah. Darah mengalir cukup banyak dan tubuhnya terasa sedikit panas seperti terkena demam. Winchester telah melakukan hal terbaik yang bisa dia lakukan ketika penyerangan tadi. Kedua anak didikku ini melewati para pemula lainnya ketika berhadapan dengan realita. Aku sedikit bangga dengan mereka.

    “Jangan menangis seperti itu.” Gerutuku pada gadis yang meringis menahan sakit dengan air mata bercucuran yang melirik memandangku. “Aku hanya bercanda. Menangislah jika itu bisa meluapkan perasaanmu.” Jawabku lagi sambil memegang anak panah kayu yang terlihat menembus paha kirinya.

    “Kamu memiliki Orange Potion?” tanyaku pada Colt yang ikut berlutut bersamaku di samping tubuh Winchester, yang bersandar di salah satu batu besar yang menutupi dirinya dari sengat mentari.

    “A-aku tidak membawanya. Maafkan aku Mentor.”

    Jadi sebenarnya apa yang kau bawa? Ujarku dalam hati dengan sedikit kesal. Tapi sudahlah marah pun tidak akan membuat keadaan membaik. Luka yang di derita Winchester memberikan efek pendarahan, lambat laun dia akan kehilangan banyak darah juga tenaganya.

    Pertama yang harus kulakukan adalah mencabut anak panah ini dan kemudian mengikat erat lukanya. Setelahnya aku harus membawanya pergi secepatnya menuju dokter terdekat. Kurasa Aldebaran sudah tidak terlalu jauh. Tapi untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, aku membutuhkan Potion untuk memperlambat pendarahan.

    Senator terlihat sibuk mencari sesuatu dari balik mantelnya dan kemudian menyerahkan sesuatu padaku. “Berikan padanya.” Ucapnya seraya meletakan botol kaca bening pada telapak tanganku.

    Ternyata benda ini adalah White Potion. Cairan medik cukup mahal yang diramu dari white herb dan berkhasiat untuk mengobati luka serta menstabilkan kondisi tubuh pasien untuk sementara waktu. Ramuan ini ditemukan oleh para alchemist dan begitu membantu banyak para petualang yang berkelana ke dunia baru.

    “Tolong pegangi tubuh Winchester, Colt. Ini akan sedikit sakit.”

    Colt yang terlihat kebingungan juga panik, mengangguk lalu memegang kaki rekannya agar tidak banyak bergerak. Aku dengan segera memegang badan kayu bagian dekat ujung anak panah yang tajam dan kemudian mematahkannya. Hal itu cukup mudah kulakukan. Tapi hal yang selanjutnya adalah yang lebih sulit. Aku harus menarik bagian anak panah yang masih menancap dan itu akan sangat menyakitkan baginya.

    Winchester meringis hampir berteriak sambil mengigit kain yang dia gigit di mulutnya. Aku berhasil menarik anak panah itu dengan keras dan segera menumpahkan isi botol White Potion pada luka penuh darah itu dengan cepat. Colt yang membawa sedikit perban, kemudian memberikanku benda itu dan sesegera mungkin kubalut luka yang ada dan mengikatnya.

    Keringat bercucuran hingga mengalir ke pipiku. Hari ini benar-benar hari yang panjang ucapku dalam hati.

    Kulihat kondisi Winchester membaik. Panasnya mulai turun dan terlihat dia mulai kelelahan mengantuk. “Colt, bawa Stormwind bersamamu. Kita akan berjalan kaki menuju Aldebaran untuk mengejar malam.”

    Colt mengangguk mengerti dan kemudian melingkarkan rifle tua itu pada punggungnya. Aku yang sebenarnya telah cukup kelelahan bertempur sebelumnya, mau tidak mau menggendong tubuh Winchester menggunakan kedua tanganku. Gadis ini tidak bisa berjalan sendiri di kondisinya yang seperti ini. Aku tidak ingin memaksakan hal lain lagi karena bagiku dia telah melakukan hal terbaik untuk bertahan hidup tadi.

    “Maafkan aku Senator, anda harus berjalan kaki menuju Aldebaran.”

    Senator yang sedang menyeka darah di mantelnya dengan kain, menjawab pelan ucapanku. “Itu tidak masalah, Kiev. Aku malah berterima kasih padamu yang telah menyelamatkan nyawaku.”

    “Berterima kasihlah pada Colt, Senator. Sebab dia yang telah melindungi anda dengan semua kemampuan yang dia punya. Bukan begitu Colt?”

    Colt terdiam sejenak menatapku seakan-akan dia tidak percaya dengan apa yang baru saja kukatakan. Dia tersenyum terlihat bahagia. Aku bisa mengerti itu. Dia yang dipandang lemah dan gagal, dalam pertempuran sesungguhnya ternyata dapat melakukan yang terbaik.

    “Haa.. ya, terima kasih anak muda.” Tepuk Senator pelan pada bahu Colt untuk berterima kasih. Colt terlihat sedikit salah tingkah, dia menggosokkan bagian bawah hidungnya menggunakan punggung telunjuk kirinya sambil tertawa.

    Walaupun memang tak kupungkiri rasa keraguan itu muncul pada kedua anak didikku ini, tapi aku bangga atas apa yang mereka lakukan.

    Rasa bangga yang mungkin sama dengan apa yang kurasakan dahulu ketika aku mendapatkan selamat darinya, knight yang mengajariku banyak hal.

    Ketika aku berkata ingin menjadi seorang gunslinger yang dapat bertahan di lini depan seperti seorang knight, dia tidaklah tertawa tapi malah memberikanku sebuah pedang. Aku cukup terkejut dengan sikapnya. Dia mengatakan bahwa dia percaya dengan apa yang kukatakan. Sesuatu yang orang lain tidak pernah berikan padaku yang merupakan gunslinger gagal.

    Knight itu mengajariku dasar-dasar menggunakan pedang. Mengajariku kelebihan dan kelemahan seorang knight. Bagaimana mereka bertindak, bergerak, dan bagaimana mereka itu berbahaya. Menurutnya, golongan knight adalah orang-orang yang bersedia mati pertama kali di medan perang dan berada di barisan terdepan setelah pasukan kavaleri.

    Knight bukan hanya sebagai zirah logam yang kuat untuk bertahan dan bertempur di medan perang. Tapi knight adalah hati yang kuat. Mereka seorang knight adalah orang-orang yang bersedia mati dalam peperangan. Berani merelakan semuanya, orang-orang yang dicintainya, demi kedamaian kerajaan.


    Dia percaya bahwa aku memiliki hati itu. Hati yang kuat seperti para knight.​


    Yang begitu sangat kusesali adalah, kenapa dia harus gugur? Ketiadaannya membuat perang Juno hampir berakhir dengan kehancuran daratan Midgard dan berguncangnya Asgard. Jika memang benar legenda mengenai para ksatria Asgard yang dibangkitkan oleh Valkyrie. Aku yakin bahwa dia menjadi salah satu dari mereka. Menjadi pasukan para dewa untuk perang Ragnarok.

    Nicklio, Swordman terkenal yang menghadapi Dark Illusion di Kota Izlude sendirian. Nicklio sang Legendary Knight yang menghadapi Dark Lord di Glast Heim bersama empat orang ksatria lainnya ketika Ragnarok hampir saja terjadi.

    Dia adalah mentorku.


    ********​

    Nicklio The Legendary Knight

    [​IMG]

    Kiev Alastor The Gunslinger

    [​IMG]
     
  15. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    Added act 1.8

    Act 1.8 Song of Arunafeltz

    “Maaf merepotkan.”

    Cukup terkejut aku mendengarnya. Kukira Winchester tertidur setelah mendapatkan pertolongan pertama tadi. Badannya penuh dengan keringat, raut wajahnya terlihat lelah, matanya meyipit setengah mengantuk. Dia sedang berjuang menghadapi luka yang dideritanya. “Jangan berkata seperti itu. Aku adalah gurumu ingat? Kau adalah tanggung jawabku karena aku memintamu untuk ikut dalam perjalanan ini.”

    Winchester yang kugendong meringkuk menyandarkan kepalanya pada dadaku. Gadis ini baru berusia 17 tahun sama dengan umur yang dimiliki Colt. Tapi mereka telah mengalami hal yang mengerikan. Aku ingat perjalanan pertamaku menuju kerajaan midgard dimulai ketika umurku hampir mencapai 20 tahun.

    “Aku juga ingin meminta maaf Mentor.” Kata-kata bersalah diucapkan oleh colt yang berhenti berjalan di depanku. “Aku telah berjanji tidak akan membawa masalah. Tapi ternyata aku melakukannya. Aku ragu ketika berada di kondisi pertikaian tadi. Ragu untuk memilih tindakan juga ragu untuk menembak. Tanganku masih sedikit bergetar sampai saat ini karena membunuh thief itu.”

    Aku menghentikan langkahku. Semuanya mengalami hal berat hari ini. Kulihat senator pun terdiam dalam pembicaraan ini. Dia adalah orang satu-satunya yang tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi. Jika dia memang tahu keadaan akan buruk seperti ini, tentu dia akan meminta lebih banyak bodyguard untuk ikut.

    “Colt, aku tidak menyalahkanmu atas tindakan yang kau lakukan. Keraguan untuk membunuh itu bukanlah hal yang salah. Kau belajar untuk memilih. Kau bisa memilih tewas ketika itu atau membunuh untuk menyelamatkan hidup. Kita gunslinger tidaklah bersih. Tidak, bahkan semua kelas yang ada di kerajaan ataupun di republik, hampir semuanya bersimbah darah. Aku tidak menganggapmu membawa masalah. Terlebih perjalanan ini baru dimulai. Penilaianku padamu akan berakhir ketika kita kembali ke Einbroch. Jadi jangan menyalahkan dirimu dahulu ketika misi yang kau jalani belum selesai.”

    Kata-kata yang kuucapkan cukup panjang. Tapi kurasa itu cukup membuat Colt kembali lagi bangkit. Dia mengangguk pelan tanda mengerti apa yang kuucapkan. Sebenarnya dalam hati aku sendiri tidaklah benar-benar tahu bagaimana untuk mengajari seseorang. Aku sendiri merasa masih terus belajar menjadi mentor itu sendiri.

    “Kamu adalah pemimpin yang terbaik, Kiev.” Ucap senator padaku.

    “Tidak sebaik anda senator.” Jawabku pelan dan kembali melangkah berjalan.

    Kami semua melanjutkan perjalanan. Mencoba untuk menenangkan diri masing-masing dari kepanikan yang dialami sebelumnya. Aku merasakan pula, tanah yang kupijak semakin menurun. Aku menyadari kami semakin dekat dengan kota perbatasan Aldebaran. Tanah tandus berkerikil ini kan berubah lambat laun menjadi tanah dengan rerumputan hijau.

    “Mentor ada yang membutuhkan pertolongan jauh di sana!” Colt menunjukkan jarinya ke arah timur, menuntun pandanganku pada suatu pertikaian yang cukup ramai di sudut tebing.

    Aku melihat dua orang sedang bertempur mati-matian melindungi seorang wanita bejubah putih. Mereka terlihat terdesak dan terus dipaksa mundur untuk jatuh ke jurang yang cukup dalam. Tiga monster Goat dalam kondisi marah terus menyerang menggunakan tanduknya. Monster seperti banteng dengan bulu putih seperti biri-biri ini adalah salah satu hewan brutal di daratan Juno. Mereka dianggap tidak terlalu berbahaya bila tidak terusik. Ini buruk bagi kelompok itu sebab jika mereka tidak lari menjauh hingga monster itu kehilangan jejak, maka mereka harus membunuh monster itu untuk selamat.

    Laki-laki terdepan yang bertahan cukup keras menggunakan pedang, memiliki perawakan tubuh sedang dan tidak terlalu kekar. Kain merah mengikat dahinya. Syal merah melingkar di lehernya menutupi mulutnya. Dia menggunakan golok dengan ujung seperti gunting. Pakaiannya terbilang cukup eksentrik tapi aku tahu itu adalah pakaian dari Guard Republik Arunafeltz.

    Sosok lain yang bertahan adalah seorang wanita. Dia memiliki rambut yang diikat ke belakang. Mengenakan cadar putih yang menutupi mulutnya. Pakaiannya menjelaskan padaku bahwa dia adalah seorang penari perut. Merupakan kelas Dancer yang dimiliki Republik Arunafeltz. Dia bertahan menggunakan rapture whip. Menaymbar-nyambarkannya pada Goat yang berusaha mendekat dengan terus menjaga jaraknya. Gerakannya terlihat indah seperti sedang menari. Aku tahu itu adalah teknik bertempur yang dimiliki para dancer. Itulah mengapa mereka disebut sebagai Soldier of Beauty.

    “Colt, jaga Winchester sebentar.” Ucapku pelan sembari berlutut merebahkan tubuh anak didikku ke permukaan tanah. Colt tiba di samping rekannya dan mengerti maksudku. Dia memberikanku Rifle Stomwind tanpa aku meminta.

    Sang dancer jatuh terjerembab ke tanah berusaha menghindari serangan fatal. Guard yang menjadi tanker terlihat kesulitan pula menghadapi dua Goat yang mengamuk. “Leah lindungi priestess!!”

    “Aku kehilangan senjataku!” jawabnya yang masih kesulitan berdiri karena mungkin kakinya terkilir.

    Wanita yang mereka berdua lindungi berada di ujung tebing. Wanita itu memiliki rambut panjang berwarna biru tua yang tergerai menutupi bagian dadanya. Pakaiannya adalah jubah putih panjang dengan ikatan pinggang berwarna kuning dan garis-garis motif pakaian yang berwarna kuning pula. Dia adalah Goddess Freya Priestess dari Kuil Rachel. Apa yang penduduk Arunafeltz lakukan di perbatasan Aldebaran seperti ini?

    “Melchior!!” Teriak dancer memperingatkan bahwa salah satu Goat mendekati sang priestess dari celah pertahanan yang terbuka. Guard itu memantapkan posisinya lalu berputar sebelum akhirnya menghantamkan pedangnya ke tanah melepaskan ledakan api yang merembet. Teknik itu adalah Magnum Break. Serangan pedang berelemen api yang meledakan pijakan musuh serta melemparkannya menjauh dari sang caster.

    Kedua goat yang sebelumnya menyulitkan terlempar menjauh. Namun sang guard tidak memiliki waktu untuk mengejar kambing yang mengamuk itu yang telah semakin dekat dengan sang priestess.

    Waktunya untuk menyelamatkan hidup lagi ujarku dalam hati. Aku berdiri meletakkan kaki kiriku pada batu di depanku. Aku membidik sang priestess menggunakan Stormwind juga membaca arah angin yang berubah setiap 8 detik.

    “Priestess Nemma lari!!” Teriak sang guard memperingatkan.

    Priestess itu terlihat kebingungan karena tidak memiliki jalan untuk pergi. Dia tersudut. Jika dia terus mundur maka dia akan terjatuh ke jurang.

    Blessing!!” teriak sang priestess sembari berlutut mengepalkan kedua tangannya di dada. Cahaya putih bersinar muncul dari tubuhnya disertai aura yang berbentuk malaikat bersayap terlihat secara samar melayang mengelilingi dirinya untuk beberapa saat.

    Teknik Blessing adalah teknik pemberkatan yang dimiliki priestess untuk memberkati seseorang untuk meningkatkan kekuatan tubuhnya. Penghindaran, ketangkasan, pertahanan untuk sementara waktu. Namun itu tidak berarti dia yang diberkati tidak akan merasakan sakit ketika terkena serangan. Itu adalah skill sia-sia yang digunakan dalam kondisi seperti ini.

    “Priestess Nemma!!” Teriakan yang membahana dari dancer dan juga guard bersamaan.

    Hari lain untuk menyelamatkan seorang priestess. Seperti masa lalu…

    Bulls Eye, Adalah teknik yang dimiliki gunslinger untuk menembak secara tepat mengenai sasaran bidik dan membuatnya dalam kondisi koma. Ini adalah salah satu teknik terkuat gunslinger karena memberikan efek luka yang mematikan namun hanya bisa dilakukan pada tipe musuh manusia juga tipe monster brutal. Gunslinger Guild memberikan peraturan penggunaan teknik ini ketika melawan manusia. Sebab ini adalah teknik membunuh yang berbahaya.

    Aku menggunakan teknik itu sekarang. Tepat ketika aku telah dapat memperkirakan arah angin yang berubah selanjutnya, tanpa pikir panjang lagi kutekan pelatuk Stormwind dengan kuat.

    Peluru tajam rifle menyusuri udara dengan cepat. Berputar begitu gilanya menuju tepat ke tubuh priestess yang sedang berlutut berdoa.

    Darah merah kental terciprat mengenai tubuhnya. Membuatnya cukup shock dengan apa yang sebenarnya terjadi.

    Aku membidik tepat sang priestess dan memperkirakan tepat bahwa peluru itu akan sampai pada goat yang hendak menabraknya. Monster goat itu tiba seperti apa yang kuperkirakan. Tubuhnya yang cukup besar dan berbulu putih menghalangi sasaranku sehingga akhirnya dia yang menjadi Kevlar bagi sang priestess.

    Priestess terbelalak melihat wajah kambing yang hendak menyerangnya kini terdiam bisu. Mata monster itu yang berwarna merah menatapnya dengan bengis namun kemudian tubuh besar itu rubuh terjerembab ke tanah dengan keras.

    Kedua penjaganya terkejut melihat apa yang terjadi. Sang guard mengalihkan pandangannya ke arah serangan yang datang. Dia melihat sosok hitam dari kejauhan sedang berdiam.

    Aku melihat wajahnya menggunakan scope senapanku. Dia menatapku yang sedang berdiri membidik dari dataran yang lebih tinggi. Matanya penuh kebencian seakan-akan aku adalah ancaman bagi kelompok mereka.


    ******​

    Guard Melchior, Belly Dancer Leah, Priestess Nemma.

    [​IMG][​IMG][​IMG]

    Goat

    [​IMG]
     
    Last edited: Feb 19, 2013
  16. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    added Act 1.9

    Act 1.9 Ambassadors Schwartzwald and Arunafeltz Republic

    Priestess Nemma duduk melipatkan kedua tangannya. Tidak bersuara tidak juga menghiraukan Leah sang dancer yang berusaha menenangkan perasaanya. Aku dapat melihat tubuhnya sedikit mengigil. Darah monster yang tewas itu mengotori pakaiannya, bercak darah lainnya terlihat mengotori pipi kanannya namun berusaha dibersihkan oleh Leah dengan kain putih.

    Tiba-tiba dia terisak. Dia tidak mengucapkan apapun hanya menangis menundukkan kepalanya. Leah memeluk tubuh Priestess Nemma yang masih belia itu cukup erat. Mencoba membuatnya tenang ketika sang priestess mengatakan bahwa seharusnya dirinya tidak pergi dari kota Rachel.

    Penduduk lain yang belum mengerti kerasnya dunia. Aku tidak bisa menyalahkan hal itu. Aku dapat menerkanya bahwa Nemma adalah Priestess yang mengabdikan dirinya selama hidupnya di kuil Freya. Seorang perawan yang tidak pernah tahu bahwa di luar dari berkat yang diberikan Dewi Freya sang Istri Odin pada dunia midgard, terdapat banyak hal mengerikan lain yang tidak dirinya ketahui. Dia hanya mengetahui kebaikan, penyembuhan, dan kemurahan hati ketika di luar sana kekejaman dan penindasan itu hidup dan mengerogoti mereka yang lemah yang meminta pertolongan.

    “Katakan, Apa benar kamu mengincar sang priestess suci dengan senjata Blasphemy-mu itu?” ucap sang guard yang menenteng golok besar padaku yang telah berada bersama mereka.

    Kami para pengembara dari Einbroch kini berada di tempat yang sama dengan kelompok asing ini. Senator terdiam tidak bicara hanya terus memandang sang priestess yang masih shock. Colt terlihat sibuk menjaga Winchester yang sedang bersandar di bebatuan besar.

    “Ya benar aku mengincarnya dengan senjata api. Apa itu bermasalah?”

    Sang guard yang mendengar perkataan jujur dariku meluapkan amarahnya dengan serta merta menarik golok yang ditentengnya lalu mengarahkannya lurus padaku. “Berani kau membahayakan priestess suci, aku tak akan segan memenggal kepalamu!”

    “Melchior!!” Teriak Leah yang sedang memeluk Nemma. “Dapatkah kamu menjaga sikap?! Apa yang kau lakukan hanya membuat Priestess Nemma lebih ketakutan!”

    “Jika kau ingin melukaiku, lakukanlah. Tindakan yang kulakukan sebelumnya adalah untuk menyelamatkan hidupnya dibandingkan harus melihatnya jatuh terlempar ke jurang.” Jawabku dengan dingin.

    Keadaan menjadi panas namun sunyi untuk beberapa saat. Guard itu tidak berbicara tapi masih juga menatapku dengan penuh kebencian. “Kita seharusnya berterima kasih pada mereka Melchior, bukan mencerca mereka.” Leah berusaha menenangkan kondisi yang sedang terjadi saat ini.

    Guard yang bernama Melchior itu perlahan menurunkan goloknya. “Aku mengerti, tapi aku tidak akan berterima kasih atas apa yang telah kau lakukan.” Dia lalu menyarungkannya kembali senjatanya pada scabbard yang tergantung di pinggangnya.

    “Maaf bila menyela. Apakah kalian adalah utusan dari Republik Arunafeltz yang sedang menuju ke kerajaan midgard untuk prosesi pencalonan raja yang baru?” ujar Senator Scmidt berbicara pada para penduduk Arunafeltz itu.

    Leah satu-satunya orang yang cukup tenang dan terlihat bersahabat, menjawab pertanyaan itu. “Benar, kami adalah duta dari Republik Arunafeltz yang dikirim untuk acara itu. Pope tidak bisa datang menuju midgard karena sakit. Karenanya kami membawa Priestess Nemma sebagai perwakilannya. Namun dalam perjalanan, kereta kami diserang oleh para perampok. Rekan-rekan kami tewas, hanya tinggal menyisakan kami berdua untuk melindungi sang priestess suci.”

    Jadi mereka mengalami kejadian yang serupa dengan kami, ujarku dalam hati. Tapi itu memang suatu kebenaran bahwa di perbatasan republik dan kerajaan adalah zona merah para bandit yang bersembunyi untuk menyerang karavan pedagang. Salah satu alasan mengapa balon udara dibangun sebagai transportasi via udara adalah karena hal itu.

    Senator mengangguk pelan. “Aku mengerti dengan apa yang terjadi pada kalian. Rombongan kami pun mengalami hal yang sama. Lihatlah gadis yang terbaring itu. Dia terluka ketika berusaha melindungiku.”

    “Anda?” tanya heran Leah pada Senator.

    “Maafkan aku yang tidak sopan karena belum memperkenalkan diri. Namaku adalah Scmidt aku adalah Senator Lighthalzen duta besar yang dikirim Republik Scwartzwald.”

    “Scwartzwald…” Melchior memegang kembali gagang pedangnya setelah mendengar hal itu. Hal yang sama kulakukan pula dengan bersiap mengambil salah satu garrison yang tersimpan di holster belakang pinggangku, menunggu kemungkinan buruk yang akan terjadi.

    Senator Scmidt mengangkat tangannya dan kemudian berbicara. “Bisakah kita semua tenang? Walaupun negara kita sedang dalam masalah, aku tidak ingin kita bertikai secara personal karena itu. kami datang ke rune midgard sama seperti kalian yang diundang oleh kerajaan. Kami tidak berniat untuk melakukan hal buruk.”

    “Katakan itu pada para senatmu dan para pengusaha industri yang mencemari republik kami.” Geram Melchior.

    “Cukup Melchior!!” Leah beranjak dari tempat duduknya melepaskan pelukannya pada Nemma. “Ini bukan saat yang tepat untuk saling bertikai. Bisakah kita semua sementara mengesampingkan masalah negara dan memikirkan apa yang terjadi pada rekan-rekan kita saat ini?”

    Leah berupaya mendinginkan suasana. Ketika para pria seperti kami hendak mengobarkan perang, dia yang seorang wanita dapat berpikir lebih jernih dan tenang. Leah melirik Nemma yang sedang memandang Winchester yang terbaring. “Dia terluka?”

    “Priestess Nemma?”

    Nemma berdiri pelan dan kemudian berjalan mendekati Winchester. Leah hanya bisa melihat orang yang harus dia lindungi berjalan pergi seperti penasaran akan sesuatu.

    Colt terpana melihat wajah cantik priestess itu untuk sejenak. “Dia terluka akibat panah yang mengenai kakinya.” Ucapnya agak terbata.

    Priestess Nemma duduk pelan di samping Winchester, mengamatinya dan menyentuh dahi anak didikku itu menggunakan punggung telapak tangannya. Dia terlihat seperti mengerti akan sesuatu.

    “Kamu bisa menyembuhkannya?” tanya Colt.

    “Aku rasa…” Priestess Nemma menggerakan kedua lengannya ke atas luka yang di derita Winchester. Dia merenggangkan jari-jarinya seraya menunduk seperti sedang berdoa.

    Tiba-tiba cahaya terang muncul pada luka itu. Dari percikan sinar yang kecil dan kemudian membesar perlahan lalu hilang lenyap begitu saja. Itu adalah magis penyembuhan. Kekuatan yang dimiliki priestess yang diberkati oleh para dewa dan dewi asgard.

    Priestess adalah kelas penyembuhan. Seperti para alchemist yang juga meramu potion untuk pengobatan. Mereka dipercayai memiliki kemampuan untuk meminjam kekuatan rune cahaya. Suatu serpihan cahaya yang diciptakan valkyrie untuk membangkitkan para Einherjar yang tertidur.

    Colt melihat Winchester perlahan membuka matanya. Dia tersenyum melihat rekannya telah kembali pulih. “Oh para dewa terima kasih.” Ucapnya begitu girang. “Terima kasih priestess kau telah menyembuhkan rekanku yang terluka.”

    Nemma tersenyum kecil dan kemudian mengangguk pelan. Dia kemudian berdiri dan memandang ke arah kami yang sebelumnya sedang bertikai.

    “Dapatkah kita pergi bersama menuju Aldebaran tanpa bertengkar?”

    Leah tersenyum lega mendengar ucapan itu. Melchior pun menjauhkan tangannya dari pedang yang ada dipinggangnya. Wajah yang masih belia itu dan hati yang masih suci yang mungkin bisa kukatakan. Umur priestess dapat kuterka tidak jauh dengan umur kedua anak didikku ini. Tidak kusangka dia akan menangis terisak lalu kemudian bangkit menyembuhkan orang dan tersenyum pada akhirnya.

    Priestess adalah kelas terpuji yang tidak republik kami miliki. Sekalipun mereka menggunakan kekuatan rune yang bagi kami seharusnya hanya boleh dipergunakan para Sage, tapi aku memberikan rasa hormatku pada mereka.

    Tiga tahun yang lalu, para batalion tentara kerajaan juga squadron republik diselamatkan oleh mereka para Priest. Walaupun Arunafeltz tidak ingin ikut campur dengan kemungkinan terjadinya ragnarok pada tiga tahun yang lalu, tapi mereka mengirimkan para Priest dan Priestess Rachel untuk membantu kami di saat-saat terakhir.

    Aku mengingat masa-masa ketika kami semua bersatu. Kerajaan Rune Midgard, Republic Scwartzwald , dan Republik Arunafeltz. Bukan atas nama negara masing-masing, tapi atas nama manusia.


    *********​
     
  17. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    Added Act 1.10

    Act 1.10 Clock Tower Town Aldebaran

    Akhirnya kami semua tiba di kota menara jam Aldebaran. Sambutan hangat kami dapatkan di kota ini dari para penduduk kota juga para ksatria yang menunggu kami di gerbang luar kota. Aku tidak pernah menyangka akan semeriah ini. Beberapa ada yang meneriakiku sebagai pahlawan Aldebaran. Sebagian lagi ada yang bercerita mengenai perang yang lalu dengan antusias. Rupanya mereka tidak melupakan momen itu.

    “Kau begitu terkenal di sini, Kiev.” Ucap Senator sambil menepuk bahuku dari belakang.

    “Tidak seperti itu, Sir. Aku hanya salah satu orang yang mempertahankan kota ini ketika bencana itu tiba.”

    “Mungkin kamu menganggapnya sebagai hal yang lumrah, Kiev. Tapi lihatlah mereka. Terlihat wajah mereka seperti sedang melihat idola. Kau tahu? Setelah perang itu, republik dan kerajaan memutus hubungan diplomatis. Mereka rakyat midgard yang ingin melihat para pahlawan yang menyelamatkan kota mereka, hanya bisa mengingat nama pahlawannya itu. Tapi sekarang mereka dapat melihatnya langsung. Mungkin itulah alasan mengapa mereka sebahagia ini.”

    Mungkin benar perkataan itu. Kurasa kemeriahan ini serupa ketika aku pertama kali menginjakan kaki lagi ke kota Einbroch setelah perang di Juno. Kemeriahan yang serupa yang kami para gunslinger dapatkan dari para penduduk republik. Namun kemudian semuanya berubah, pandangan itu berubah. Aku cukup terkejut ketika hal itu tidak terjadi pada penduduk Aldebaran.

    Aku melihat Senator berbicara dengan salah satu kavaleri knight. Hal serius pula sepertinya sedang terjadi dengan Priestess Nemma dan pengikutnya yang sedang berbicang-bincang dengan beberapa alchemist.

    Aldebaran adalah kota yang ramah. Itu adalah hal yang kurasakan pula dahulu kala ketika pertama kali menginjakan kaki ke daerah kerajaan ini. Kota yang tenang dan setiap satu jamnya terdengar suara lonceng berdentang karena memang di tengah kota ini terdapat menara jam tua yang begitu besar.

    Untuk mencapai tengah kota harus melalui empat jembatan yang dibangun sesuai posisi mata angin, daerah barat, timur, utara, selatan. Di bawah jembatan terdapat kanal-kanal kecil dengan para pemilik perahu yang bisa mengantarkan kita ke bagian daerah lain menggunakan perahu mereka. Itu cukup mengasyikan dan juga romantis apabila dilakukan oleh pasangan yang sedang jatuh cinta. Sedikit mengingatkanku pada ingatan di masa lalu ketika aku tercebur ke kanal karena ingin meminta Lucretia naik perahu bersamaku.

    Kota ini adalah kota yang indah. Tapi dahulu ketika penyerangan terjadi, kota ini cukup mengalami kehancuran besar namun bisa tetap bertahan. Ketika itu menara jam tua yang merupakan simbol kota masih tetap utuh berdiri kokoh. Tidak kusangka setelah melewati tiga tahun, renovasi berhasil dilakukan dan kulihat keindahan kota ini telah kembali sebagaimana aku pertama kali mendatangi kota ini.

    “Mentor apa yang harus kita lakukan sekarang?” Colt bertanya padaku yang terlihat sedikit melamun sejak tadi.

    “Tunggu apa yang akan senator katakan. Kita datang ke tempat ini untuk mendampinginya. Kalian mengerti?” Colt mengerti mengiyakan. Kulihat Winchester yang telah pulih sejak tadi, hanya memeluk erat rifle tua miliknya memandang bagian sisi lain kota. Seperti ada yang sedang dia pikirkan tapi entah apa.

    “Sepertinya kita harus berpisah di sini Mentor Kiev.”

    Suara seseorang memanggilku di dalam keramaian. Ternyata Leah adalah wanita yang memanggilku tadi. “Kamu akan melanjutkan perjalanan?” tanyaku padanya. “Ya, kami harus segera pergi ke Prontera. Ada hal yang harus kami lakukan selain menghadiri prosesi kerajaan.”

    “Berhati-hatilah.” Jawabku. Leah mengangguk dan kemudian membalikan badannya menarik tangan Priestess Nemma yang sejak tadi berdiri di belakangnya. “Priestess ingin mengatakan sesuatu padamu Kiev.”

    Wanita pemilik rambut panjang berwarna biru tua itu terlihat sedikit bingung dan tidak tenang. “Terima kasih…” kata-kata yang dia ucapkan seraya menatapku namun mengalihkan pandangan ketika kami berdua saling menatap. “Terima kasih telah menyelamatkan hidupku sebelumnya.”

    Aku hanya mengangguk pelan untuk menjawab ucapannya. Aku tahu dia sedikit malu untuk mengucapkan kata-kata itu. Tapi dia berhasil menyelesaikan kata-katanya sekalipun wajahnya terlihat menjadi sedikit memerah.

    “Priestess…” terdengar suara lain yang mencampuri pembicaraan kami.

    Winchester berjalan melangkah mendekati kami. Dia yang terlihat dingin tanpa ekspresi kemudian membungkukkan badannya. “Terima kasih telah menyembuhkan lukaku.”

    Momen persahabatan ini sedikit membuatku tercengang. Priestess Nemma memegang kedua pundak Winchester dan kemudian mengangkat tubuhnya agar tidak membungkuk. “Lain kali, jagalah dirimu baik-baik.”

    Leah melirikku dengan mata biru sapphirenya yang indah seperti mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Aku hanya tersenyum sembari memejamkan mata. Orang-orang Arunafeltz ini adalah orang-orang yang baik, termasuk Melchior guard yang cukup kasar itu. Leah adalah wanita cantik dalam perkataan juga sikap. Walaupun wajahnya ditutupi oleh cadar, aku yakin apa yang ditutupinya itu sama cantiknya dengan sikapnya.

    Duta Republik Arunafeltz pamit pada kami. Mereka semua pergi lebih dahulu ke Prontera sedangkan aku dan rombongan masih di sini karena kulihat Senator masih sibuk berbincang dengan penghulu knight. Apakah memang ada suatu masalah? Atau apa yang mereka perbincangkan adalah perbincangan teman lama? Aku tidak ingin mengganggu hal itu.

    Aku menyukai Kota Aldebaran ini. Tapi aku tidak ingin berlama-lama di sini. Sebab terlalu banyak kenangan yang ada yang tidak aku inginkan lagi untuk muncul ke permukaan.

    Tempat ini adalah tempat di mana kami pertama kali saling bertemu.

    Kami tidak menyukai satu sama lain pada awalnya. Aku percaya bahwa senjata api adalah senjata terkuat yang pernah ada. Sedangkan dia, Lucretia percaya bahwa perisai dan pedang adalah senjata terkuat dan pelindung yang pernah diciptakan. Kami tidak memiliki kesamaan. Kusadari bahwa kami memiliki banyak perbedaan. Namun entah kenapa cinta itu tumbuh secara perlahan.

    Aku menghancurkan oath yang kupegang sebagai pasukan yang berada di lini belakang. Aku maju ke lini depan secara frontal sendirian hanya demi melindunginya. Saat itu legenda lahir. Kisah mengenai Gunslinger yang maju ke garis depan menghadapi langsung The Lord of The Death.

    Aku tidak pernah percaya bahwa perisai dapat melindungi dirinya. Aku percaya bahwa senjata api yang kumilikilah yang dapat melindunginya. Namun, aku ternyata melukai dirinya. Aku menghancurkan apa yang dirinya pegang.

    Lucretia memiliki mimpi yang begitu besar yang tidak bisa kuberi dan kucapai dengan tanganku ini. Aku meninggalkannya bukan karena aku membencinya. Tapi karena aku mencintainya.


    ***​

    Senator selesai melakukan pembicaraan. Dia mengatakan padaku bahwa kami akan menginap malam ini di Kota Aldebaran sebab dia memiliki meeting malam di kota ini. Selain itu dia ingin agar rombongan bisa beristirahat sejenak sebelum akhirnya melakukan perjalanan lagi menuju Prontera. Terlebih Winchester yang baru saja pulih dari lukanya.

    Aku tidak mempermasalahkan itu. Aku ada di tempat ini untuk mendampingi senator. Tidak ada masalah apabila terjadi delay sebab yang harus kulakukan adalah untuk melindunginya hingga kami kembali ke republik.

    Sebelum akhirnya aku pamit diri, senator mengatakan padaku bahwa pemimpin kavaleri yang sedang berada di kota Aldebaran dan akan menjadi pendamping perjalanan kami menuju kota besar Prontera ingin menemuiku secara personal. Ini berkaitan dengan apa yang kulakukan ketika itu di Aldebaran.

    Sedikit mencurigakan bagiku? Apakah ini mengenai perang ketika mempertahankan Aldebaran?

    Tidak ada yang bisa kulakukan selain hanya menemui jenderal itu. Jika aku melakukan kesalahan yang tidak aku rasakan dahulu kala, aku akan menerimanya dan bertanggung jawab untuk itu.


    ************​

    Kiev Alastor and Lucretia Valentine 3 years ago

    [​IMG][​IMG]

    Gunslinger and Crusader

    The Lord of The Death

    [​IMG]
     
    Last edited: Feb 20, 2013
  18. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    added Act 1.11

    Act 1. 11 I say i'm sorry...

    Mentari telah turun dan hari telah berganti malam. Sore hari telah usai bersamaan dengan bubarnya keramaian yang sebelumnya mewarnai kedatangan kami. Kini aku sedang berjalan di pinggiran kanal bersama dengan dua crusader yang berjalan di depanku sebagai penuntun arah untuk menemui Jenderal.

    Sebelumnya aku telah meminta Colt untuk berada di pertemuan bersama senator, mengantisipasi bila ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Sedangkan Winchester, aku memaksanya untuk diam di Inn agar dirinya benar-benar pulih sekalipun dia menolak beristirahat.

    Aku tiba di satu gedung besar yang di belakangnya terpampang kanal yang luas. Gedung ini berada di salah satu sudut kota Aldebaran. Aku mengingatnya, ini adalah salah satu dari empat gedung pemerintahan yang dimiliki kota ini. Aku masuk bersama kedua orang crusader itu, melewati para crusader yang jumlahnya lebih banyak yang terlihat sibuk di dalam gedung.

    Pandangan mereka terlihat mencurigakan. Seperti pandangan yang tidak bersahabat ketika memandang diriku. Hal yang tidak membuatku terkejut, karena kami para gunslinger dan para kavaleri crusader memiliki sejarah yang tidak bersahabat.

    “Masuklah. Jenderal menunggu di dalam.” Ucap salah satu crusader seraya menunjukkanku pintu besar dengan dua daun pintu yang terbuat dari kayu mahoni. “Tolong berikan senjatamu.” Ucap crusader lainnya sembari mengangkat tangannya meminta.

    Peraturan yang ketat, huh? Ucapku ketus dalam hati. Aku mengambil dua buah garrison dan kemudian memberikan senjata api itu pada sang crusader. Kedua crusader yang mengantarku itu kemudian mempersilahkanku untuk masuk ke dalam ruangan.

    Aku tidak tahu siapa yang menungguku di dalam sana. Seorang jendral besar yang sangat berwibawa atau dia jenderal crusader yang paling kubenci karena perbuatannya ketika itu membiarkan anggota guild kami terbantai mengenaskan. Ada atau tidak ada senjata, bila aku bertemu dengannya, aku tidak akan segan-segan untuk menghajar pengkhianat itu.

    Pintu besar itu terbuka perlahan dan aku berjalan masuk dengan tegap. Ketika aku telah memasuki ruangan, pintu besar itu kembali ditutup dari luar. Ruangan yang indah, itu yang aku lihat dan rasakan. terdapat lukisan-lukisan artistik, beberapa rak buku, dan juga lampu gantung Kristal yang tergantung di langit-langit ruangan ini. Tapi bukan semua itu yang membuatku terkejut hingga menahan nafas.

    Aku melihat sosok itu berdiri di depan meja kerja. Memegang pemukaan benda dingin itu dan membelakangi posisiku yang sedang berdiri.

    Rambut pirangnya yang tergerai sepanjang punggung terlihat begitu indah. Zirah yang dikenakannya berwarna perak berkilau dengan jubah megah berwarna biru sapphire yang tergelar menutupi tubuhnya yang menawan.

    Aku merasakan rasa yang begitu familiar ketika memandangnya. Apakah ini mungkin?

    “Lucretia..” ucapku memanggilnya.

    Wanita yang ada dihadapanku ini kemudian membalikan badannya secara perlahan. Jubah panjang berwarna biru yang dikenakannya berkibar terkibas memperlihatkan zirah berukir yang begitu indah dan megah. Di lehernya terkalung salib perak berkilau yang tergantung di antara dadanya. Kulit wajahnya begitu putih bersih, bola matanya berwarna biru sapphire seperti Gabriel, dan bibirnya berwarna pink merekah.

    “Hanya itu? Setelah tiga tahun pergi, kamu hanya mengucapkan ‘Lucretia’?”

    Ini benar adalah dirinya. Sekalipun terlihat perubahan ketika terakhir kali aku bersamanya, tapi benar yang ada di hadapanku ini adalah Lucretia Valentine. Wajahnya sekarang terlihat telah lebih dewasa. Tapi kecantikan yang dimilikinya tidaklah berubah. Senyumannya masih tetap dapat membuatku terdiam sejenak.

    “Kamu benar-benar tidak ingin mengatakan sesuatu?”

    “Jadi masalah mengenai Aldebaran itu bukan mengenai perang yang lalu?”

    “Sejak kapan urusan perang menjadi lebih penting daripada tentang kita?” jawabnya dengan lembut sambil melangkah berjalan pelan mendekatiku yang terdiam kaku.

    Lucretia berdiri begitu dekat di depanku. Mata kami berdua saling memandang satu sama lain dengan seksama. Tidak sedikit pun berkedip seakan-akan sedang mencari sesuatu yang hilang. “Wajahmu tidak berubah Kiev. Hanya sedikit terlihat lebih dewasa dari dirimu yang dulu. Pemuda ceroboh berambut perak yang dahulu mengajakku berkencan.”

    “Aku..” belum sempat aku menjawab untuk menyelesaikan kalimatku, tiba-tiba kedua tangan Lucretia mencengkram kerah mantel baju yang kukenakan dan membantingku dengan keras membentur tembok.

    Punggungku terasa sedikit sakit karenanya. Aku tersudut bersender pada tembok ruangan dengan posisi Lucretia yang masih juga mencengkram kerah pakaianku dengan keras. “Katakan bahwa kau tidak mencintaiku…” ucapnya dengan raut wajah yang penuh kemarahan.

    “Katakan bahwa kau tidak mencintaiku, Kiev.”

    “Aku tidak bisa..”

    “Lalu kenapa kau pergi meninggalkanku begitu saja tiga tahun yang lalu!”

    Kemarahan yang aku tahu pasti akan kudapatkan. Aku mengerti dan tidak membela diriku untuk hal ini. Aku tidak bisa menyalahkan sikap Lucretia yang meluap-luap ini. Sekalipun raut wajahnya begitu marah seperti ingin mencabik-cabikku, aku melihat genangan air mata yang dia tahan untuk tidak jatuh.

    Lucretia menyandarkan kepalanya pada dadaku. Dia merenggangkan cengkraman tangannya perlahan dan kutahu dia menangis terisak tapi tidak ingin dilihat olehku. “Maafkan aku!” ucapnya dengan nada yang agak keras.

    “Aku bilang maafkan aku, Kiev. Jika kata-kataku dahulu menyakitimu. Aku minta maaf. Aku tidak benar-benar memintamu untuk pergi menjauh. Aku.. aku hanya tidak ingin melihatmu terus mengorbankan diri dan terluka parah hanya karenaku. Aku tidak pernah benar-benar menganggapmu lemah. Aku..”

    “Kamu mengatakan apa yang memang seharusnya kamu katakan.”

    “Berhenti mengenakan topeng dingin itu di depanku. Berhenti bersikap seakan-akan kamu bukanlah Kiev yang kukenal!”

    Aku diam mengunci mulutku sekalipun aku ingin sekali berkata-kata. Lucretia tidak akan bisa mengerti alasanku meninggalkannya. Sebab jika kukatakan itu hanya akan menyakitinya lagi. Aku kembali mengingat ingatan ketika kami melewati masa-masa itu. kami memiliki opini yang berbeda dan cara pandang yang berbeda. Walau begitu kedekatan melahirkan rasa cinta di antara kami berdua.

    Lucretia pernah mengatakan padaku bahwa dia memiliki mimpi untuk menjadi seorang crusader yang hebat. Dia ingin mengabdikan dirinya pada kerajaan, menggunakan pedang dan tamengnya untuk melindungi rakyat dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan.

    Aku tidak bisa menerima mimpinya itu. Sebab aku tidak ingin melihatnya terluka atau tewas di medan pertempuran. Aku yang seorang gunslinger, kelas yang berjuang di lini belakang untuk menyuport garis depan, menyalahi aturan meninggalkan posisiku dan pergi ke garis terluar pertempuran hanya demi melindungi dirinya.

    Puluhan atau bahkan ratusan kali aku selalu berupaya melindunginya dengan apa yang aku bisa atau dengan mengorbankan tubuhku sebagai tameng hidup. Aku pikir apa yang kulakukan itu benar. Tapi kenyataannya apa yang kulakukan itu membuatnya menderita. Dia menangis dan terus menangis melihat kecerobohanku.

    Lucretia begitu marah pada tindakanku sebab tugas bertahan dari serangan dan tewas di garis depan adalah tugasnya yang seorang crusader. Puncak rasa sakit hati yang terpendam ini muncul ketika tiga tahun yang lalu begitu perang berkobar di daratan Juno. Lucretia melihat tubuhku dikoyak-koyak dan jatuh tidak berdaya dengan penuh lumuran darah. Aku sekarat ketika itu dan aku pikir aku sudah mati.

    Keajaiban terjadi, entah kenapa aku masih hidup setelah bertikai dengan Lord of the death. Sayangnya aku hidup bukan untuk melihat senyuman bahagianya, melainkan untuk melihat luapan seluruh amarah dan rasa sakit hatinya yang selama ini terpendam.

    Ketika itu dalam semua amarahnya yang tertuju langsung padaku, aku mengerti bahwa aku telah melakukan kesalahan. Aku egois memaksakan keinginan yang tidak akan mungkin bisa aku dapatkan, yaitu meminta Lucretia untuk melepaskan pedang dan perisai yang merupakan mimpinya. Sekalipun aku berusaha terus melindunginya agar dia tidak perlu mengangkat pedang dan bertahan kuat dengan perisainya lagi, itu tidak akan membuatnya bahagia.

    Aku hanya ingin memaksakan kehendakku tanpa memikirkan apa yang sebenarnya Lucretia inginkan.

    Setelah tersadar akan hal itu, aku akhirnya memilih untuk mengorbankan cintaku demi memberikan jalan pada Lucretia agar bisa mencapai mimpi-mimpinya. Itulah alasan sebenarnya mengapa aku pergi meninggalkannya.


    *********​

    Kiev Alastor and Lucretia Valentine in present time

    [​IMG][​IMG]

    Adept Gunslinger and Paladin
     
    Last edited: Feb 20, 2013
  19. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    Trivia

    1st ACT fanfict ini diawali dari inspirasi salah satu quest di dalam game onlinenya yang ada dalam Ragnarok Episode 12 : Ressurection Satan Morroc

    Quest successor of the throne, mengisahkan lima orang pangeran yang berupaya menjadi raja selanjutnya ketika Raja Tristan III wafat secara tiba-tiba. Sedangkan di dalam fanfictnya event ini dibumbui mengenai konspirasi dan perpecahan antara ketiga negara (Rune Midgard Kingdom. Republic Schwartzwald, Republic Arunafeltz) yang akan menimbulkan chaos state di midgard. Karena ketiganya mengalami kehancuran yang serupa akibat perang 3 tahun yang lalu, ketiga negara itu berlomba-lomba untuk menjadi negara superior yang menguasai negara lainnya.

    Dalam quest di dalam gamenya, kematian Tristan III terjadi setelah kota morroc mengalami kehancuran akibat bangkitnya Satan Morroc. Perbedaan dengan fanfict ini adalah kematian Raja tristan III terjadi sebelum Satan Morroc bangkit dari tidurnya. Bagaimana ketika ketiga negara saling berperang satu sama lain dan di sisi lain bencana yang sebenarnya malah muncul dari tempat yang tidak diketahui.

    Episode 13 New World menjadi salah satu draft untuk ACT di dalam fanfict ini. Itu mengartikan Event Satan Morroc akan menjadi bagian pula dari ceritanya. Mengapa hal ini disisipkan? sebab ketika bangkitnya Satan Morroc yang membuka DImensional Georg menuju dimensi lain, di sanalah ketiga negara yang berperang akan kembali bersatu.

    Sebelum mencapai itu semua, peperangan antara ketiga negara akan terjadi dan dikisahkan dalam fanfict ini. :beer:
     
  20. kirih Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 6, 2010
    Messages:
    93
    Trophy Points:
    62
    Ratings:
    +39 / -0
    Lanjutkan gan.. kisah cinta Kiev Alastor ama Lucretia Valentine,,, terus...
    request... Job baru Ninja Donk...
    Seru gan lanjut
    Xie-Xie
     
  21. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    thx supportnya :beer:
    story of love tentang mereka emang jadi cerita utama fanfict ini kok :malu:

    2nd jobclass ninja bakalan keluar juga kok.
    Klan Oboro dan Kagerou dari Amatsu ikut pula memberikan kekacauan di dalam tubuh kerajaan Rune Midgard.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.