1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Treasure Hunt :: [FdC-JU]

Discussion in 'Fiction' started by ivan245, Feb 13, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. ivan245 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 20, 2009
    Messages:
    296
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +14,656 / -0
    Cerpen ini dibuat untuk disertakan dalam event Fiction de Contest. Semoga berkenan :D

    “Kakaaaak!!! Gawat Kaaak!!”

    Aku tersentak dari tempat tidurku. Teriakan Husain, adik laki-lakiku, mengusir lelapku dengan paksa. Ia melompat ke atas kasur dan menindih tubuhku. Kacau sudah minggu pagi tenangku.

    “Ada apa Ain? Kakak masih ngantuk nih..” ucapku sambil mengumpulkan nyawa. Kukucek mata lalu menguap lebar. Di depanku, Husain masih menggebu-gebu.

    “Kakak ingat, janji Tante Rini buat ngebeliin kita PS4?” ujarnya. Aku mengangguk. Mana mungkin aku lupa. Tante Rini adalah adik perempuan Ibu. Kalau datang ke rumah, dia selalu membawakan oleh-oleh mainan atau makanan. Kami suka padanya karena Tante Rini senang bermain dengan kami. Tak perlu waktu lama hingga kami jadi sangat dekat.

    Tepat dua minggu yang lalu, Tante Rini datang ke rumah tanpa membawa apa-apa. Kami tentu saja kecewa, namun ternyata ia punya kejutan.

    “Dalam waktu dekat, Tante akan belikan kalian PS4!” begitu katanya. Aku yang suka main game menjadi orang yang paling girang mendengarnya. Ibu sempat mencegah karena harganya yang sangat mahal, tapi kata Tante tidak apa-apa. Apalagi, ternyata Tante Rini tidak akan membelikannya secara cuma-cuma.

    “Kakak ingat, Ain. Tapi kalau gak salah, ada syaratnya kan? Itu dia yang Tante belum kasih tahu,” aku menjawab sembari turun dari kasur untuk merapikan tempat tidur. Husain melipatkan selimut untukku, lalu kami berjalan menuju ruang tengah untuk sarapan. Di sana, sudah menunggu Asha, adik perempuanku.

    “Tante sudah kasih syaratnya Kak,” sapa Asha sembari mendorong sepiring roti bakar coklat ke arahku, lalu menuangkan susu cair ke dalam gelas yang diambilkan Husain. Kuucapkan terima kasih pada mereka, lalu melahap sarapanku.

    “Tadi Mama kasih ini ke aku. Katanya dari Tante Rini. Semua syaratnya tertulis di sini,” Asha menyerahkan kartu berukuran 15x8 sentimeter padaku. Kartu ini berwarna emas metalik, dan padanya tertera tulisan cakar ayam khas Tante Rini. “Tapi, kami tidak mengerti maksudnya,” lanjut Husain. Mereka melemparkan pandangan penuh harap padaku. Perlahan, aku mulai membaca isi kartu tersebut.

    Kepada Faisal, Husain dan Asha, kalian masih ingat janji Tante dua minggu yang lalu? Kalian akan Tante belikan mainan Playstation 4 yang kalian idam-idamkan itu. Namun, Tante tidak akan memberikan mainan itu begitu saja. Kalian terlebih dahulu harus membuktikan kecerdasan, keuletan, dan kerja sama kalian bertiga.

    Bagaimana caranya?

    Hari ini, kalian harus mencari Tante Rini sesuai petunjuk-petunjuk yang Tante berikan. Pecahkanlah kode-kode itu, dan kalian akan bertemu tante bersama satu set PS4 yang baru.


    Aku menoleh ke Husain, lalu ke Asha. Mereka sama-sama mengangkat bahu, heran dengan kelakuan Tante mereka ini. Namun diam-diam, aku aku merasa bersemangat. Rasanya seperti akan berpetualangan untuk mencari harta karun.

    “Ini Kak, petunjuk pertamanya,” Husain menunjuk kalimat yang berada di dasar kartu. Aku kemudian membacanya dengan keras.



    “Merah, kuning, biru dan abu-abu. Di tempat ini, kaki-kaki bulat hitam mereka bertemu.”​




    “Husain tidak mengerti, Kak,” keluh Husain.

    “Aku juga tidak mengerti,” Asha menimpali.

    Aku justru tersenyum karena petunjuk ini cukup mudah kumengerti.

    “Kode ini masih gampang kok, adik-adik,” ujarku pada mereka. Kedua adikku langsung sumringah. “Kakak tahu maksud petunjuk ini?” tanya mereka bersemangat. Aku mengangguk mantap.

    “Pertama-tama, apa kalian tahu, benda yang punya kaki bulat dan hitam?” aku bertanya. Mereka mengerutkan dahi. Namun tidak lama kemudian, bola lampu muncul di atas kepala mereka.

    “Oh! Mobil!” seru mereka bersamaan. Kuacungkan jempol pada mereka.

    “Benar sekali. Jadi, tempat yang dimaksud petunjukini adalah tempat dimana mobil berwarna merah, kuning, biru dan abu-abu bertemu. Tahukah kalian di mana itu?” tanyaku lagi, disusul kerutan di kening mereka pula. Husainlah yang pertama menemukan jawabannya.

    “Oh iya! Busway!” serunya senang. Asha juga ikut gembira. Aku pun tersenyum pada mereka.

    “Husain, Asha, ayo kita bergegas mandi. Kita mau pergi ke Harmoni.”

    Aku, Husain dan Asha kini sudah siap berangkat. Setelah berjalan sedikit dari rumah, kami akhirnya tiba di shelter busway Setiabudi. Sambil menunggu bis tumpangan, kami menonton para orang-orang yang jogging ataupun bersepeda lalu-lalang di sekitar Jalan Sudirman. Wajar saja, hari minggu adalah waktu diberlakukannya car free day, sehingga tidak ada mobil ataupun kendaraan bermotor lain yang lewat. Terkecuali bis Transjakarta. Ditambah lagi, cuaca pagi ini sangat mendukung: mendung, tetapi tidak hujan. Tidak berapa lama kemudian, bis yang akan kami naiki datang.

    Aku terkejut mendapati bis berada dalam kondisi lowong, hanya beberapa orang di dalamnya dan kami dengan mudah mendapatkan tempat duduk. Setelah berjalan selama kira-kira dua puluh menit, petugas bis ini akhirnya berseru.

    “Harmoni, persiapan Harmoni. Transit tujuan Kalideres, Pulogadung, Ancol, PGC, Lebak Bulus.”

    Begitu bis berhenti dan pintunya terbuka, satu-persatu kami bertiga keluar. Kedua mataku langsung memindai sekeliling. Walau hari masih pagi shelter ini sudah sangat padat. Aku berbalik dan bicara pada kedua adikku.

    “Ayo kita cari Tante. Dia pasti ada di sini,”ujarku pada mereka. Kedua adikku mengangguk, lalu mulai celingak-celinguk mencari perempuan berciri-ciri sama dengan Tante Rini.

    Setelah beberapa kali menyusuri shelter yang ramai itu, kami gagal mendapati keberadaan Tante Rini. Karena kecapaian, aku dan Asha duduk untuk beristirahat. Husain menuju vending machine untuk membeli minuman.

    “Kak, tempatnya benar di sini? Kok Tante Rini tidak ada?” tanya Asha sembari meluruskan kakinya.

    “Kakak yakin di sini tempatnya,” jawabku. Namun, karena Tante tidak kunjung kami temukan, mau tidak mau aku sedikit ragu.

    “Kalau begitu, di mana Tante Rini?” tanya Asha lagi. Aku hanya mengangkat bahu.

    “Kak Faisal gak salah kok,” ucap Husain tiba-tiba. Kami terkaget, karena tidak menyadari kedatangannya.

    “Petunjuk di kartu itu memang mengarah ke Harmoni. Tetapi, Tante Rini tidak ada di sini,” jelas Husain. Aku dan Asha mengerutkan kening karena heran. Baru kemudian, kusadari Husain tidak hanya membawa tiga botol Coca-Cola.

    “Ain, apa itu di tanganmu?” tanyaku sambil menunjuk kartu berwarna keemasan dalam genggamannya. Kartu dengan ukuran dan warna yang persis sama dari sebelumnya. Harapanku perlahan tumbuh kembali.

    “Petunjuk selanjutnya. Aku temukan tertempel di vending machine,” Husain menyerahkan kartu itu padaku. “Pasti Tante Rini yang menaruhnya.”

    Aku sontak tersentak. “Benar juga. Pada kartu sebelumnya Tante Rini menyebutkan ‘petunjuk-petunjuk’. Jadi, kodenya pasti ada lebih dari satu. Kenapa aku baru sadar sekarang? Konyol sekali,” pikirku.

    “Kak, apa petunjuk selanjutnya?” desak Asha. Sepertinya kedua adikku kembali bersemangat. Maka, kubaca tulisan cakar ayam itu dengan lantang.



    “Sejak pertama kali berdiri, akulah sekolah paling romantis di dunia ini.”



    Kami bertiga mengerutkan dahi.

    “Sekolah,” ucapku.

    “Paling,” sambung Husain.

    “Romantis?” tutup Asha. Lalu, kami bertiga saling berpandangan. Heran.

    “Kakak tahu maksudnya?” tanya Husain. Aku menggeleng. Kali ini, petunjuknya sama sekali tidak kumengerti.
    Sekali lagi kubaca petunjuk itu dan mencoba mencernanya. “Sekolah paling romantis? Memangnya ada sekolah cinta di Jakarta?” aku menggaruk kepala.

    “Mungkin maksudnya Valentine? Ada gak sekolah yang namanya Valentine?” saran Husain. Usul itu terdengar cukup bagus bagiku. Maka, kukeluarkan ponsel dan mencarinya di google. Namun, hasilnya nihil.

    “Gak ada, Ain. Mungkin adanya di luar negeri,” keluhku.

    “Jadi, tempat selanjutnya ada di luar negeri?” tanya Husain.

    “Ya gak mungkin lah,” sergahku semakin frustasi, sebelum Asha tiba-tiba bertanya.

    “Kak, kampus itu sekolah juga kan?” tanyanya padaku. Dari raut wajahnya, sepertinya ia tahu sesuatu.

    “Iya. Kampus kan masih tempatnya orang belajar,” jawabku. Asha langsung terlihat gembira. Ah, dugaanku benar. Dia menemukan jawabannya!

    “Aku pernah lihat di twitter, Kak. Ada kampus yang romantis, karena meletakkan ‘U’ dan ‘I’ bersama-sama,” papar Asha. Aku dan Husain serempak langsung mengerti.

    “UI! Universitas Indonesia!” seruku senang. Kali ini, giliran Asha yang memberiku jempol.

    “Berarti, tempat selanjutnya di Depok, dong?” Husain kembali bertanya.

    “Tidak, Ain. Petunjuknya bilang: ‘Sejak pertama kali berdiri.’ Maksudnya adalah kampus UI lama yang ada di Salemba,” terangku penuh semangat. Kedua adikku pun turut semangat.

    Tanpa buang waktu lagi, kami menjejalkan diri masuk antrian bus tujuan PGC.

    Perjalanan menuju kampus UI berlangsung cukup menegangkan. Hal ini dikarenakan celetukan Husain yang membuat jantung kami tersentak.

    “Kak, ini kan hari minggu. Kampusnya buka tidak?” tanyanya.

    Aku tidak tahu. Yang aku tahu sekolah kami digembok setiap hari minggu. Apakah kampus juga sama? Kalau iya, bagaimana caranya masuk ke dalam? Apakah kami UI adalah tempat yang salah?
    Begitulah, kami menuju kampus itu dengan perasaaan was-was. Di atas bis aku, Asha dan Husain lebih banyak diam.

    “Universitas Indonesia. Persiapan halte Universitas Indonesia,” seru petugas berompi merah di depan pintu bis. Aku memberikan isyarat kepada kedua adikku untuk bersiap-siap.

    Akhirnya, bis berhenti dan kami tiba di kampus paling prestisius di Indonesia. Aku dan kedua adikku berjalan keluar shelter dan tiba di depan pagar hitam yang sangat besar. Pagar itu tertutup, kecuali celah kecil yang tersisa di ujungnya.*

    “Syukurlah. Kirain digembok,” kuajak kedua adikku untuk mengikutiku masuk kompleks kampus. Kami melewatii tempat parkir yang terlihat sangat terlantar itu, lalu menyusuri koridor pendek. akhirnya, tibalah kami ke suatu bunderan dekat kantin yang tidak buka. Sepertinya, ini tempat para mahasiswa biasa berkumpul. Namun, saat ini tentu saja sepi, karena hari minggu.

    “Kak, itu dia! Kartu ketiga!” seru Asha senang. Ia menunjuk ke arah bangku melingkar berwarna hijau di tengah bunderan. Sebuah kartu berwarna emas metalik tertempel di sana. Kami segera bergegas untuk mengambilnya, lalu mulai membaca.



    Tidak ada cinta yang tersisa,
    Lenyaplah sudah harta permata,
    *Nihil pula pedang ‘tuk putuskan asa.
    Kutunggu kalian, di surga penuh keberuntungan.



    Aku, Asha dan Husain sekali lagi saling berpandangan.

    “Kakak mengerti?” tanya Asha. Aku menggeleng.

    “Kalian mengerti?” kali ini mereka yang menggeleng. Aku melengos lemas. “Ya sudah pikir-pikir saja dulu. Sementara itu, Kakak mau ambil uang di ATM itu. Mumpung lagi dekat,” ujarku.

    Maka kami berjalan menuju bank BNI di dekat situ.

    Seusai menarik sejumlah uang tunai, aku kembali bertanya pada kedua adikku. “Kalian sudah tahu jawabannya?” mereka masih menggeleng. Kulirik jam pada layar ponselku. Waktu sudah menjelang tengah hari. Kedua adikku pasti sudah lapar.

    “Kita makan dulu yuk. Tadi Kakak lihat ada KFC di seberang. Kita diskusi lagi setelah makan siang,” ajakku. Mereka langsung setuju. Aku sangat bersyukur, karena perutku sebenarnya juga sudah keroncongan.

    Tepat sepuluh menit kemudian kami sudah duduk manis di restoran cepat saji ini. Sesuai kebiasaan, aku memesan paket hemat. Sementara itu kedua adikku menyatap ayam dengan nasi yang dibagi dua. Setelah isi piring-piring tandas, kami berembuk untuk menemukan jawaban teka-teki ketiga.

    “Sepertinya, ini teka-teki terakhir Tante Rini,” aku membuka diskusi. “Coba liha kalimat ini,” telunjukku menempel pada baris terakhir kartu itu. “Di sini, tertulis, ‘Kutunggu kalian. Jadi bakal ada yang menunggu kita di tempat selanjutnya. Kemungkinan besar dia Tante Rini.” Kulihat wajah adik-adikku yang mencerah, namun membersitkan sedikit kekecewaan. Sepertinya, mereka sedih permainan ini sudah hampir berakhir.

    “Oke. Pertama-tama, coba kita bahas baris pertama,” panduku. Sekali lagi kubaca isi kartu itu. “Tak ada cinta yang tersisa.”

    “Tidak ada cinta, berarti tempat yang sedih?” tebak Asha. Aku berpikir sesaat.

    “Bisa jadi. Kira-kira tempat seperti apa?” balasku berusaha mengira-ngira.

    “Kuburan,” celetuk Husain. Aku dan Asha mengernyit ngeri.

    “Masa iya Tante Rini menunggu kita di kuburan?” ketus Asha. Aku tidak langsung membantah karena sebuah ide tiba-tiba muncul dalam benak.

    “Bisa jadi, Sha. Mungkin tempat selanjutnya di kuburan,” tuturku sembari mengelus dagu. Kedua adikku melempar pandangan tidak suka.

    “Kakak sudah tahu jawabannya?” tanya Husain. Aku mendecak karena tidak yakin.

    “Tidak ada cinta, mungkin maksudnya tidak ada nyawa. Kalau di game kan biasanya life point itu berbentuk hati,” jelasku pada mereka. Asha dan Husain mengangguk saja.

    “Kemudian, di baris terakhir ada kata surga. Ini juga petunjuk untuk kuburan. Orang mati kan pergi ke surga. Tapi, cuma orang yang baik. Nah, hal ini dijelaskan dalam petunjuk berikutnya,” kuambil nafas sebentar, lalu melanjutkan.

    “Pedang yang nihil, mungkin maksudnya adalah pahlawan. Yang pegang pedang kan biasanya kesatria. Nah, pahlawan ini ibarat kesatria yang membela Negara. Jadi tempat selanjutnya mungkin ada di Taman Makam Pahlawan.” Usai menjelaskan, kupelajari raut muka mereka. “Bagaimana menurut kalian?”

    “Masuk akal,” balas Asha. Husain tidak langsung setuju.

    “Lalu, maksud harta yang lenyap ini apa Kak?” tanyanya. Kunaikkan kedua bahuku.

    “Entahlah. Mungkin sesuatu di TMP yang Kakak tidak tahu,” jawabku. “Jadi, kita pergi ke Kalibata?” Asha dan Husain mengangguk bersamaan.

    “Kita naik taksi saja. Hari minggu tidak terlalu ramai, kok,” usul Husain.

    Entah karena konspirasi apa, kami mencapai Taman Makam Pahlawan dalam waktu satu jam. Sesudah membayar Pak Sopir taksi yang baik hati, kami memasuki komplakes Taman Makam Pahlawan yang sangat luas. Aku mengusulkan untuk berpencar mencari Tante Rini. Dengan begitu, Tante akan lebih mudah ditemukan.

    “Kalau ketemu, langsung telepon saja ya. Jangan BBM. Nanti pending,” pesanku pada mereka. Kedua adikku mengiya singkat. “Hati-hati ya,” lanjutku.

    Setelah itu, aku mulai berjalan sembari menyapukan pandangan ke sekeliling. Di hari libur seperti ini, Taman ini sangat ramai. Banyak keluarga yang berpiknik di sini. Aneh kan? Piknik kok di makam. Banyaknya orang membuatku kesulitan mencari Tante Rini.

    Setelah kira-kira sejam aku mencari keberadaan Tante Rini, namun usahaku tidak membuahkan hasil. Kuputuskan untuk duduk sebentar dan menelepon kedua adikku. Siapa tahu, mereka lebih beruntung daripada aku.

    “Halo, Asha? Tante Rininya ketemu?” tanyaku dari ujung ponsel.

    “Gak ketemu, Kak,” keluhnya. Suaranya terdengar capek.

    “Ya udah kita kumpul aja. Kakak lagi duduk di depan tugu,” yang lalu di-oke singkat olehnya. Berikutnya, kutelepon Husain dan ternyata nasibnya tidak jauh berbeda. Maka, aku menyuruhnya untuk segera berkumpul. Sekitar lima belas menit kemudian, kami sudah duduk-duduk di tugu untuk beristirahat.

    “Kok Tantenya gak ada, Kak? Kartu petunjuk yang baru juga tidak ada,” tanya Asha usai meneguk pocari yang sudah kubeli sebelumnya.

    “Sepertinya tempatnya bukan di sini, Sha,” balasku kecewa. “Maaf ya, Kakak salah.”

    “Ah, bukan salah Kakak, kok,” tukas Husain. Aku tersenyum lalu mengacak-acak rambutnya yang lembab oleh keringat. “Kita lagi gak hoki, Ain. Gagal deh dapat PS4.”

    “Yah, padahal aku sudah bawa jimat supaya hoki. Ternyata tidak ngaruh,” canda Asha. Kulontarkan tawa lirih, sebelum kusadari raut wajah Husain mendadak berubah.

    “Hoki… jimat… Kak, boleh lihat lagi kartu yang terakhir?” pinta Husain. Kukeluarkan kartu itu dari kantong jaketku. Ia meraihnya lalu membacanya dengan seksama. Senyumnya tiba-tiba terkembang.

    “Oohh!! Beruntung!” seru Husain senang. Kami menoleh padanya.

    “Ain, kamu tahu jawabannya?” tanya Asha. Husain mengangguk mantap. Giliran kami yang tersenyum lebar.

    “Apa jawabannya Ain?” desakku tidak sabar. Harapan memperoleh PS4 baru terbit kembali.

    “Tiga baris pertama ini maksudnya kartu, kak. Cinta adalah heart, permata adalah diamond, pedang adalah spade. Petunjuk di baris terakhir maksudnya tempat di Jakarta yang mirip jimat pembawa keberuntungan,” jelas Husain bersemangat. Seketika, kami langsung mengerti jawabannya.

    “Semanggi!” teriak kami bersamaan. Husain mengacungkan jempolnya.

    “Tapi, Semanggi di mananya? Masa di pinggir jalan?” tanya Asha kemudian. Sebuah bolham mendadak muncul di atas kepalaku.

    “Plaza Semanggi, Sha. ‘Surga’ maksudnya di atas langit. Tante Rini menunggu kita di Sky Dining Plaza Semanggi!” seruku senang.

    “Ayo Kak, kita buruan pergi! Jam segini di sana sudah macet!” paksa Husain. Maka, tanpa menunggu lagi kami bergegas pergi ke Semanggi.

    ***​

    “Mataharinya hampir terbenam, Kak!” seru Asha cemas. Aku dan Husain pun turut khawatir.

    “Sudah, kita turun di sini saja. Lebih cepat lari,” perintahku sembari menyerahkan selembar uang lima puluh ribuah pada Pak Sopir taksi. “Makasih ya Pak,” ujarku padanya.

    Kami berlari menyusuri trotoar, mengundang berbagai umpatan dari pejalan kaki yang kesal. Tentu saja kami tidak peduli. Saat ini PS4 kami lebih penting. Bodo amat sama mereka.

    Begitu memasuki Plaza, kami langsung bertanya arah Sky Dining pada satpam. Yap, ini pertama kalinya aku berada di Plaza ini. Pak Satpam dengan murah hati menunjukkan arah lift. Cepat kami melesat ke sana.
    Langit sudah gelap, ketika kami tiba di Sky Dining. Kusapukan pandangan dan langsung menemukan sosok yang seharian ini kami cari.

    “Tante Rini!” seru kami riang. Ia tersenyum lebar menyambut tiga keponakannya yang kucel dan penuh keringat. Husain langsung melompat dan memeluk Tantenya.

    “Tante jahat! Kenapa tidak kasih petunjuk ke Ancol saja?” ujar Husain riang. Tante Rini membelai rambutnya.

    “Gak mungkin lah, Ain. Nanti kamu gak pulang-pulang,” jawabnya santai.

    Jangan ragu-ragu untuk berkomentar sejujurnya. Saya masih pemula, jadi perlu kritik banyak-banyak.
    Thank You :peace:
     
    • Like Like x 2
    Last edited: Feb 17, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. LuciferScream Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 15, 2011
    Messages:
    137
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +865 / -0
    hell ooo... ceritanya beda sendiri neh :D
    gw belum bisa komen banyak karna belom selesai. penulisan sejauh ini rapi dan enjoyable. cuma beberapa yang bikin gw bertanya2, itu di part 1 si kaka ko bisa langsung tau ke arah harmoni yah? yg kedua pas nemu clue kedua di vending machine rasanya terlalu abstrak. karna kemungkinan para main character menemukan clue di tempat yang rramai trsbt mnurut gw sangat kecil. ditunggu kelanjutannya, skor 6.5
     
    Last edited: Mar 13, 2013
  4. ivan245 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 20, 2009
    Messages:
    296
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +14,656 / -0
    Update chap 3 dan 4(end). Akhirnya kelar juga.

    makasih komentarnya. Sengaja bikin cerita yang ringan, soalnya yg lain pada serius semua :P
    1. Karena Harmoni itu kan terminal utama, jadi bis semua warna ngumpul di situ.
    2. terlalu abstrak gimana ya? boleh diperjelas? Yang kutahu, di harmoni mau seramai apapun di vending machine itu pasti sepi, soalnya jarang ada yang beli. :p
     
  5. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Ahahahaha. Beneran deh, saya ga terlalu nagkep hubungan antara clue yang diberikan ma tempat-tempatnya. :hahai:

    Kenapa harus harmoni? Kenapa UI jadi kampus romantis? Apa hubungannya Semanggi dengan keberuntugan? Atau mungkin karena saya gak tinggal di Jakarta jadi ga bisa langsung memahaminya... Tapi klo ia, berarti ini cerita yang Jakarta banget! :top:

    Namun asik juga ngikutin perjalanan tiga bersaudara ini mencari PS4 (ceritanya tahun berapa neh...) jadi kukasih skor 6,5 !
     
  6. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    ini kalimat maksudnya apa ya:iii:

    saya ngerti sih clue sama jawaban apa maksudnya. UI jadi kampus paling romantis karena U dan I, atau You and I. Semanggi sama keberuntungan, karena semanggi berdaun empat sering disebut-sebut sebagai daun keberuntungan. Harmoni doang yang ga tau. Tapi udah dijelasin, I see. Sayang penjelasan di fict buat maksud jawabannya kurang lengkap. Trus soal nemuin kartunya juga agak terlalu... aneh? yang pas di harmoni nemunya di vending machine, tau darimana kartunya bakalan ketempel di vending machine? masa nemunya cuma karena kebetulan mereka mau beli minum? yang UI lebih heran lagi.. nemunya di bunderan? kalau ga liat gimana? yang terakhir sih orang.. dan tempatnya cukup jelas:nikmat:
    Penulisan udah lumayan bagus. Ceritanya juga lumayan seru. Jakartanya ada. Cuma kesan undercovernya... paling lemah kayaknya ada di fict ini dibanding cerpen lain yang ikut kontes.

    score: nanti... :keringat:

    Edited

    Score: 6/10
     
    Last edited: Mar 13, 2013
  7. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    hmm.. kesan pertama setelah kelar baca fict ini, yang pertama ada dipikiran saya adalah:
    :lol: tuh orang be 3 di kerjain abis sama tantenya, abis dari harmoni-salemba-plaza semanggi. padahal jalur yang mereka lalui untuk ke harmoni lewat sudirman, tetangganya plaza semanggi. (bagian yang ini cukup menghibur sih pas baca jadi senyum-senyum sendiri)

    cukup se7 dengan komentar-komentar di atas sih, karena tidak ada yang spesifik untuk menunjukkan bahwa tempat yang dimaksud adalah halte harmoni.
    harmoni memang merupakan terminal di mana bus transjakarta pada transit di sana. tapi harmoni bukan satu-satunya terminal utama. ada juga terminal lain yang menurut saya jauh lebih ramai daripada harmoni dan bukan hanya transjakarta saja yang ada di sana. (karena dari pesan yang dimaksud juga tidak ada petunjuk spesifik yang mengatakan bahwa angkutan yang dimaksud harus transjakarta)

    untuk teka-teki yang lainnya sih ok. cukup bisa diterima :top: dan ide ceritanya juga, karena saya suka dengan yang teka-teki seperti ini jadi saya cukup enjoy bacanya.

    nilai: 7.5 :hihi:
     
  8. LuciferScream Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 15, 2011
    Messages:
    137
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +865 / -0
    ini maksudnya om
    cuma rada keganggu aja sama cara mereka nemuin cluenya van, nahh buat orang yang ga tinggal di jakarta, gw rasa bakal sulit untuk memahami sebagian dari isi klu disini. terutama yang terakhir. disamping itu ceritanya anti klimaks. masa uda susah susah kesono kemari endingnya gitu doangg?:ognangis:
     
  9. ayanokouji M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 17, 2009
    Messages:
    239
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +51 / -0
    Saya sepertinya tahu masalah apa yang dihadapi di cerpen ini, keterbatasan quota kata-kata kah? jadi alur ceritanya terasa kurang begitu mengalir dan jadi banyak Plot hole juga..

    Sayang sekali, kalau cerita yang cukup panjang untuk bisa di jelaskan plot-plot yang masih berlubang, pasti jadi karya yang lebih bagus lagi.

    Well, kita masih belajar disini bukan? :semangat:

    Nilai : 7.5/10
     
  10. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    pas baca endingnya bikin gw nyengir sendiri :lol:

    well ada2 aja nih cerita. idenya sih menarik meskipun pembawannya masih rada linear dan hook nya rada kurang buat ngambil interest gw, jadi gw rata2 skimming aja sih ceritanya. overall lumayan bagus sih ceritanya, nice work :top:

    anyway, sense jakarta nya di sini pun lumayan dapet, itu bisa jadi bonus score buat detil ceritanya :haha:

    Overall...

    Score : 7
     
    Last edited: Feb 19, 2013
  11. red_rackham M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 12, 2009
    Messages:
    757
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +355 / -0
    :nongol:

    :lalala:

    Heartwarming slice-of-life :top:

    :ehem:

    Kesan pertama waktu baca paragraf pertama adalah...ini cerpen bakalan jauh2 dari kesan fantasi dan hal2 aneh lainnya, dan dugaan saia benar. Tapi memang menarik juga melihat Le troll aunt ngerjain 3 orang anak biar muter2 Jakarta nyari petunjuk2 yg kadang2 (menurut saia) tidak jelas maksudnya :lol:

    Memang benar petunjuk pertama itu agak ambigu, karena selain Harmoni, terminal transit (dan pertemuan rute) transjakarta yg lain juga ada. Trus hebat juga tuh anak2 mikir UI di Salemba, bukan UI Depok :fufufu: Trus petunjuk untuk lokasi si Le troll aunt juga janggal, soalnya kesannya tiba2 aja ketiga bersaudara ntu tahu2 dapat bantuan dari langit dan bisa mecahin kodenya karena kebetulan yang terlalu bagus. Well...ga masalah sih, tapi rasanya aneh buat saia.

    Memang bener kalau bukan orang yang tinggal (atau mengerti daerah) di Jakarta, mungkin banyak yang ga mengerti lokasi2 yang jadi setting cerpen ini. Soalnya sepanjang cerpen, agak minim deskripsi lokasi yang membuat orang luar Jakarta, paling ga punya gambaran seperti apa setting2nya.

    Anyway...endingnya memang bikin saia nyengir lebar karena diakhiri dengan heartwarming scene yang pas :top:

    Good one, keep on writing :top:

    :ehem:

    Point dari saia: 7 -> terutama karena heartwarmingnya yang bikin hati saia hangat2 kuku :lol:
     
  12. ivan245 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 20, 2009
    Messages:
    296
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +14,656 / -0
    Terima kasih semuanya atas kritik dan sarannya. Kalian keren sekali. This is exactly what i need :terharu:

    @Giande: PS 4 bentar lagi keluar lhooo :lalala:
    Harmoni itu terminal utama busway. UI romantis because it puts U and I together. Semanggi berdaun empat itu kan jimat pembawa keberuntungan.

    @merpati: yikes, itu typo parah... :keringat: Thanks kaka, ntar kuedit :keringat:
    Sebenrnya aku juga bingung di harmoni kartu itu mau ditempel di mana. Secara tempat umum rame gitu. Paling masuk akal menurutku di vending machine.
    Bunderan di UI itu aku juga bingung deskripsikannya. ntar kuedit deh. Tapi pasti keliatan. kampus hari minggu sepi, kok.

    @temtembubu: keren kan tantenya :hoho: Tapi ada alasannya juga. Semanggi jadi lokasi terakhir karena sudah dekat rumah mereka di Setiabudi.
    Kalau aku, mikirnya kode warna-warna itu sudah mewakili busway, karena bus lain warnanya bisa macam-macam. Apa perlu ditambah cluenya ya?

    @lucifer: Iya deh, ntar kurapikan lagi.
    Lha endingnya mau gimana lagi? Ternyata si Tante itu anggota grup kriminal? :hoho:
    .... eh, bagus juga tuh...

    @ayanokouji: Mungkin bener juga ya. Aku memang niatin satu chap sekitar 500-an kata aja. Kurang ya? :hoho:
    Terus... plot hole? Boleh tanya lubangnya di mana? Maaf, aku bingung karena ceritanya kan linear sekali...

    @high_time: Iya, aku juga gak puas dengan penceritaannya. Banyak menahan diri, terutama humornya. Mau bikin cerita ringan jadinya malah dangkal :swt:

    @red_rackam: le troll auntz :haha:
    Aku akui, bagian tersulit pas bikin cerita ini adalah: teka-tekinya. Bikin teka-teki itu susyah ternyata. akhirnya jadi lame.

    Sekali lagi, makasih sudah baca dan kasih komentar. I really apreciate it.
     
  13. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    cerita sederhana , simple, nuansa adventure e menggebu - gebu darah panas :watta:

    Seperti biasa bahas e satu persatu

    Tema : Jakarta undercover > jakarta iya karena keliling kemane2 :hehe:, tapi nilai undercovere....Nope. Cerita ini lebih cenderung mirip cerpen slice of life dengan nuansa "adventure":lalala:

    Penulisan :cant complain much, aku bisa enjoy penulisannya walaupun karakterisasi setiap chara tidak terlallu kentara.diluar permasalahn teka - teki dan plot. Dialognya cukup mengalir dengan baik.

    Plot/ide cerita/teka - teki :
    1. Mengenai teka - teki oklah gw ga ngerti jakarta, tapi petunjuk dan jawaban teka - teki cukup mengena
    2. Mengenai plot > cerita inisangat ideal kasusnya, yaa gw bisa enjoy sih. Untuk genre anak - anak-remaja mungkin oklah karena menghilangkan kemungkinan2 aneh seperti kartu di taruh di vending machine dkk.
    kalau menilik peletakan kartu petunjuk selanjutnya, ini sebenarnya banyak yang kurang "pas".
    a. Yang di vending machine : berapa banyak orang ngumpul di harmoni? BUANYAK pastinya. Berapa orang yangh menyadari kartu itu? Banyak pastinya. Apakah petugas diam aja kalau melihat ada kertas di tempel? Nope. Kecuali si tante yang jadi bos terminal dan nyuruh semua petugas untuk menjaga kartu jangan sampe diambil oleh orang lain :lalala:
    b. DI UI > masa satpam atau petugas ui diem2 aja ada kartu atau kursi diletakan di bundaran :swt: kecuali tantenya yang punya UI atau punya jabatan penting disono :hehe:
    3. Mengenai alur : Sedikit twist di adegan pergi ke tamam makam pahlawan , secara keseluruhan its ok


    Kesimpulan : Cerita ini...:maaf: so so aja, karena kurang greget, tidak ada penghalangnya sama sekali. Jadi kesannya datarrrrrrr kecuali pas salah petunjuk tapi itupun bagiku bukan suatu konflik dalam cerita ini. Dan yang paling ngeselin itu ENdingnya , kesanku : WAT begini doank? mana PS4 nya :voodoo: , coba kalau di akhiri dengan menempatkan adegan mereka menemukan ps4 di meja tempat tantenya duduk :unyil: atau hal2 lainlah.

    Score : ntar
     
  14. frick M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 1, 2008
    Messages:
    3,641
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,734 / -0
    Fict-nya asyik; ringan tapi ada isinya.

    Skor: 8
    Yang keren: ceritanya enak!
    Yang sedikit mengganggu: plot holes.
     
    Last edited: Mar 14, 2013
  15. ilm Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 15, 2011
    Messages:
    7,390
    Trophy Points:
    287
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +12,040 / -1
    nice heart-warming story..
    saya tidak mengerti Jakarta, jadi bengong liat teka-tekinya.. :iii:
    overall, salut. ceritanya ringan, tapi pasti bikin teka-tekinya susah :hmm:

    score: 7,7 :top:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.