1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Nothing Can Be Nothing :: [FdC-JU]

Discussion in 'Fiction' started by temtembubu, Feb 12, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :peace: ikut meramaikan FDC JU ya, semoga tidak salah tema.

    Seperti biasa, tiga pilihan, pulang melalui jalur sangat macet dan jauh tetapi ongkos murah, pulang melalui jalur tidak terlalu macet dengan ongkos standar tetapi lama menunggu angkutan, atau yang terakhir melalui jalur singkat-jelas-padat tetapi ongkos mahal. Aku putuskan untuk mengambil pilihan kedua, alasannya sederhana, karena aku sedang ingin memilih jalan itu.

    Jakarta, di mana begitu banyak pilihan yang tersedia, tetapi semua pilihan tidak lebih baik daripada yang lain.

    Aku berdiri di tengah ramainya lalu-lintas malam hari, menunggu angkutan umum yang sangat jarang melintas. Di balik punggungku terdapat bentangan tanah yang sepertinya digunakan sebagai taman, bila masih dapat dikatakan sebagai taman. Tanah itu berbentuk segitiga dengan luas hanya sekitar lima meter persegi, dihuni dengan sampah, rumput, dan berbagai tanaman kecil yang jenisnya pun sudah tidak jelas. Ditambah lagi dengan tiang-tiang bambu yang menancap di sela-sela warna hijaunya rumput, tiang untuk menyanggah spanduk kampanye.

    Jakarta, bahkan tanah sekecil ini pun harus menanggung banyak beban untuk berbagai kepentingan.

    Pagar hijau yang terbuat dari besi mengelilingi tanah segitiga yang menyedihkan itu. Terlihat mengkilap, hal itu adalah satu-satunya kabar gembira yang didapat dari si pagar hijau. Mengkilap karena sering digunakan. Ya benar, digunakan untuk duduk hingga membuat pagar itu berubah bentuk, dan digunakan untuk menggantung dekorasi yang tidak diinginkan berupa sampah-sampah plastik atau tas kosong yang lusuh, entah siapa empunya dari benda tersebut.

    Jakarta, di mana benda sekecil besi ini pun dapat dibentuk dan diberi hiasan sesuai keinginan yang menjamah.

    Jauh beberapa puluh meter di balik punggungku, terdapat pasar yang sangat besar. Benar, pusat grosir terbesar di Asia Tenggara, Pasar Tanah Abang, begitulah mereka menyebutnya. Terkenal dengan harganya yang murah dan terkenal juga dengan segalanya yang dijual di sana. Terkesan positif, serba ada, dan murah meriah. Tetapi bila dikatakan ‘segalanya tanpa kecuali’ maka akan menjadi menakutkan. Ya benar, apapun dan siapapun yang berada di pasar itu dapat diperjual belikan.

    Jakarta, segalanya bisa menjadi indah sekaligus mengerikan.

    Aku melihat arloji yang melingkar pada pergelangan tanganku. Sudah 20 menit aku berdiri sambil melamun di trotoar untuk menunggu angkutan, entah sudah berapa ratus kendaraan melintas melewatiku. Meksipun seseorang berdiri hanya beberapa meter di sampingku dan rasa bosan juga menerpa, tetapi tidak pernah sedikit pun terbersit dalam pikiranku untuk menegur atau mengajaknya berbicara. Jangan tanya mengapa! Karena tidak pernah terbersit dalam pikiranku jadi aku tidak tahu mengapa.
    Gletser Berjalan, atau bila diucapkan dalam ‘bahasa dewa’ menjadi stay cool, itulah jurusku ketika aku berada berada di tengah keramaian kota Jakarta untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tetap tenang, berpura-pura bahwa aku mengetahui seluk-beluk kota Jakarta hingga sampai pada letak sarang tikus sekalipun. Bahkan meskipun tersesat dalam labirin kota Jakarta, jurus itupun tetap kupakai.

    Delapan tahun di Jakarta, membuatku benar-benar menjadi seperti gletser. Aku berani bertaruh, bila orang di sebelahku ini berguling-guling di trotoar, ia hanya dapat menarik lirikan mataku selama tidak lebih dari dua detik. Dengan kemampuan kalkulasi dan analisisku yang luar biasa, aku menafsir jurus itu memiliki tingkat efektif hingga 95%. Tetapi sangat disayangkan, 5% yang tidak tersentuh oleh ‘Gletser Berjalan’ terjadi pada malam ini.

    Seorang lelaki muda berjalan melintasiku dengan begitu cepat. Setelah melewatiku beberapa langkah, ia membalikkan badan dan kembali untuk menghampiriku. Dan pertarunganku dengan orang asing pun dimulai.

    “Permisi mbak,” kata lelaki itu.

    Masih dalam aura gletser, aku hanya melirik, lirikan itu sudah menjadi perwakilan dari kalimat “Ya? Ada apa?” meskipun dalam hati aku berkata, “Siapa kau? Pergi sana!”

    “Sebelumnya saya ingin bilang,” kata orang itu mulai mengucapkan mantranya. “Saya tidak ada maksud atau niat untuk berbuat jahat, tidak ada niat untuk menyakiti atau apapun.” Mata lelaki kurus itu terbelalak dan melihat lurus padaku.

    Berdasarkan dari segala informasi yang kukumpulkan, serangan tak kasat mata seperti ini biasanya menggunakan dua macam mantra. Mantra hipnotis sekaligus mantra psikologis. Mantra hipnotis tentu saja dapat ditepis dengan mudah oleh ‘Gledser Berjalan’, tetapi mantra psikologis adalah kelemahan dari kondisi biologisku sebagai wanita.

    Aku mulai merinding, ia mengatakan bahwa ia tidak ada niat, berarti dapat diartikan bahwa ia dapat melakukannya kapan saja ketika ia ingin melakukannya. Lelaki itu mendekat selangkah padaku, memastikan bahwa mantranya telah menembus pertahananku. Aku mundur selangkah untuk menjauh, membuat ia merasa pasti bahwa mantranya berhasil. Ugh, gawat!

    “Begini mbak, saya ingin minta tolong,” lanjut lelaki itu, ia mulai melancarkan serangannya. “Saya baru saja divonis sama dokter, bahwa saya mengidap HIV. Katanya umur saya tinggal 2 minggu.” Aku membelalakan mataku karena terkejut, membuat pertahananku yang rapuh semakin terlihat. Masih dirayapi oleh mantra psikologis, aku melirik pada barisan mobil di balik punggung lelaki kurus itu, berharap agar angkutan yang kutunggu segera tiba. Sangat disayangkan, harapanku belum terjawab.

    “Saya benar-benar tidak ingin berbuat kekerasan. Ini saya punya jam tangan mahal, ada emas dan berliannya. Mbak boleh ambil, saya cuma minta uang 120.000 untuk biaya pengobatan,” ia berkata sambil menunjukkan jam yang melingkar pada pergelangan tangannya.

    Dalam serangan kali ini, aku mendapat keuntungan. Ya benar, mantra hipnotisnya telah dihalau oleh ‘Gletser Berjalan’. Jam tangan itu hanya terlihat sebagai jam jelek yang bahkan aku tidak yakin bahwa jarumnya akan tetap berdetak sampai esok hari.

    Tentu saja aku harus segera mengambil keuntungan dari serangan gagalnya. Meskipun aku hanya memiliki waktu kurang dari satu menit, tetapi dengan kecerdasanku, aku langsung dapat menganalisa dan menyusun serangan balasan dengan cepat.

    “Wah, saya gak punya uang sebanyak itu,” kataku dengan aksen Jakarta yang kental. Aku tidak bohong dalam hal ini, sebab dalam dompetku hanya ada uang tunai 70.000. Meskipun ditambah dengan uang 10.000 untuk ongkos atau kegiatan sosial pada peminta-minta di jalan, tetap saja jumlahnya tidak mencapai yang ia minta.

    Serangan pembuka yang lemah dariku, hanya untuk memancing reaksinya. Ia pun dapat langsung membalas, “Berapa saja, tidak apa-apa.” Kemudian lelaki itu mulai berusaha untuk melepas jam tangannya.

    Secepat angin bertiup, aku langsung menolaknya dengan melancarkan serangan yang kuat. “Wah, gak de. Saya gak mau membeli jam itu dengan harga murah. Itu kan jam mahal, harusnya bisa dijual dengan harga tinggi,” kataku berpura-pura. “Kalau pun saya kasih duit, saya gak pingin jam itu.” Aku memasang sedikit senyum. Senyum manisku sudah pasti dapat memperlancar seranganku untuk menembus pertahanannya.

    Lelaki itu menghentikan aksinya untuk melepas jam jelek. Matanya berbinar-binar menatapku karena mendengar aku berkata ‘kasih duit’. Ia tidak mengatakan apa-apa lagi, menungguku untuk mengeluarkan dompet dari tas dan memberikan uang setidaknya puluhan ribu. Ya, dia pasti tahu, dengan penampilanku yang rapih dan cantik seperti wanita karir, aku pasti membawa uang setidaknya 50.000.

    Kesempatan inilah yang kutunggu, ia lengah, serangan berikutnya pasti akan mengenai sasaran. Aku tidak mengeluarkan benda yang ia nantikan, tentu saja aku akan mempertahankan uang 70.000-ku dengan segenap tenaga.

    “Gini aja de, di sana kan, ada pasar,” kataku sambil sedikit memutar badan dan menunjuk keramaian pasar terbesar di Asia Tenggara itu. “Kalo jam itu bener-bener ada emasnya, pasti bisa dijual mahal di sana. Pasti juga banyak yang mau beli, kok.”

    Kebingungan terlihat pada wajahnya. Ia membuka mulutnya sedikit, hendak mengeluarkan serangan balasan, tetapi kemudian ia menutup mulutnya lagi. Ternyata seranganku benar-benar telak mengenai sasaran. Wajah lelaki itu sedikit berubah, terlihat sedikit pancaran sebal yang segera menghilang.

    “Duh, saya sudah tidak kuat lagi untuk berjalan,” keluhnya sambil berakting seolah-olah ia lebih lemah daripada seorang manula berusia 100 tahun. “Saya tadi jalan kaki dari Rumah Sakit Pelni ke sini. Coba mbak bayangkan, saya divonis bahwa hidup saya sudah tinggal sedikit lagi, mendengar itu saja sudah membuat saya benar-benar lemas.”

    Kali ini dia berusaha berakting, tetapi hal itu malah membuatnya menjadi aktor gagal. Sambil memasang wajah super memelas dan mengerjap-ngerjapkan matanya berusaha menjatuhkan air mata tak kasat mata, ia berkata, “Mbak percaya pada Tuhan, kan? Saya juga, mbak. Tapi dalam situasi ini saya berpikir Tuhan di mana.” Ada suatu penekanan dalam nada serangannya kali ini. Ya, penekanan yang memaksa.

    Meskipun ia berusaha memperlihatkan bahwa dirinya menderita, tetapi tanda-tanda yang ia tunjukkan adalah tanda-tanda akan mengeluarkan jurus pamungkasnya. Jurus itu akan berakhir pada kekalahanku yang mutlak, entah itu akan meninggalkan jejak pada wajah cantikku, membuat tasku menjadi dekorasi pagar besi, atau bahkan bisa terjadi keduanya.

    Aku harus sangat berhati-hati mulai dari saat ini. Dengan kecepatan berpikir yang melebihi processor komputer keluaran tahun mana pun, aku mulai menyusun serangan yang membuatku berkorban sedikit. Setidaknya uang 70.000-ku tidak tersentuh.

    “Gini de, saya kasi ongkos aja buat ke sana,” aku memulai serangan sambil menunjuk ke arah pasar yang serba ada itu. “Itu angkutannya,” aku mengalihkan telunjukku ke arah arus lalu-lintas yang menuju pasar.

    Sekali lagi, ia memasang wajah penuh harapan. “Iya, tidak apa-apa,” ia menyetujui. Seranganku masuk dengan mudahnya. Ia mengulurkan tangan dan aku pun mulai membuka tas kemudian mengambil selembar uang.

    Aku menyodorkan lembaran berwarna abu-abu, uang 2.000, pada tangannya yang terulur. Melihat lembaran itu, ia langsung menarik tangannya kembali. Wajahnya menunjukkan keterkejutan yang luar biasa. Saat itu juga aku langsung merasakan aura kemenangan. Ya, ia pasti berharap bahwa aku akan memberikan uang puluhan ribu.

    “Tolong mbak,” ia melancarkan serangan penutup yang sangat lemah untuk berusaha bertahan dengan tenaga terakhir. “Saya sudah tidak tahu harus bagaimana lagi.”

    Aku langsung melancarkan serangan penutup dengan dibarengi jurus pamungkas. Nada menggoda dan senyum super manis dari wajah cantikku yang pasti akan meluluhkan hati semua pria di belahan bumi bagian mana pun. “Iya, ini ongkosnya. Nanti jamnya bisa dijual di sana. Ongkos ke sana emang 2.000, kok.”

    Lelaki kurus itu kembali melihat pada lembaran abu-abu yang kutawarkan. Dengan sangat enggan dan kecewa akhirnya ia menerimanya. “Terima kasih, mbak,” akhirnya ia mengakui kekalahannya. Kemudian ia melangkah meninggalkanku.

    “Cepat sembuh, ya,” aku menyambut ungkapan kekalahannya.

    Aku menggelengkan kepala sambil kembali melihat pada barisan kendaraan yang melintas di hadapanku.

    Jakarta, tidak ada yang tidak ada.
     
    • Like Like x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. sherlock1524 MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Jan 26, 2012
    Messages:
    7,159
    Trophy Points:
    242
    Ratings:
    +22,538 / -150
    Haha....:lol: ...
    Keren kk...
    Pengalaman pribadi yaaa....

    Ane juga pernah mengalAmi kejadian kyk gitu... kyk nya....
    Tp, emg ganas jg klw thu tiba2 mungkin dia bawa pisau atau apa kn ... haha....
    Semoga Jakarta lebih aman kk...

    Score ny: 7/10
    Thriller ny terasa juga.... kyk nya.
     
  4. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    that was pretty clever, tadinya gw mau ngasih 6.5/10 gara2 depan nya rada kurang enak :lol:

    cuman pas ngeliat endingnya yang bikin beneran puas,,,

    skor akhir : 7.5/10

    mantap :top:
     
  5. ivan245 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 20, 2009
    Messages:
    296
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +14,657 / -0
    Hm... Ini cerita ngena banget... Tapi aku kurang suka.
    Pertama, dari awal si lelaki udah dicap jadi antagonis. Baru ngomong permisi, dia sudah digambarkan jelek.
    Kedua, tokoh utamanya jahat. Ngasih hati. Gaklikeable.

    Bagusnya, penceritaannya oke. Apalagi chapter 1.
    Terus, pas baca cerita ini, langsung terpikir "ini Jakarta banget.."

    Skor 6,5
     
  6. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    Lumayan. Idenya bagus. Awalnya terlalu bertele-tele sayangnya. Sebetulnya kalau situ nulisnya lebih err.. menarik lagi gak masalah sih. Tapi yah.. kurang kalau buat saya. Dan Jakartanya lumayan kerasa. tapi masih belum terlalu wah. Berharap tokoh utamanya pas deskripsiin jakarta di awal ga sedatar itu. Saya bayanginnya dia berdiri di halte bus sambil pasang poker face dan ngomong dengan suara monotone jadinya.

    Cerita setelahnya sih saya suka. Pretty clever, huh. Biarpun kalau soal feel masih kurang mendramatisir cara penulisannya.
    Dan seperti yang dibilang High.. penutup akhir buat fictnya bagus banget.

    plus, saya ga setuju sama yang di atas soal karakter mereka. karena kayak kata pepatah, bau bangkai pasti kecium mau disembunyiin gimana juga. Dan mencari jalan keluar yang aman buat dia--seorang cewek--dari masalah di depannya dengan menggunakan otak gak sama ama PHP. It's smart.

    score: nanti, soalnya saya mau bandingin sama fict lain dan bikin skala(?):ngacir:

    Edited

    Score: 8/10
     
    Last edited: Mar 13, 2013
  7. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Wuih, thrillernya berasa brow, jadi inget waktu dipalak orang dulu... Memang ada ya kejahatan terselubung semacam itu, dan battle psikologisnya keren banget! Tadinya pengen ngasi 9, tapi narasinya masi kurang bikin merinding sih, penjahatnya juga kurang terlihat galaknya.

    Jadi nilainya 8 !
     
  8. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    hmm gw kasih review berdasarkan tema yang diusung:

    maaf tapi menurutku ini sama sekali ga mengena dengan TEMA yang diusung : UNDERCOVER
    :maaf:
    Tema ficmu itu terlalu jakarta upperground banget yang biasa nongol di berita2 kriminal bahkan gosip para ibu2 yang sedang belanja dipasar
    :maaf:
    untuk tema yang mengena hanya situasi kota jakarta, tapi kalau jakarta undercover? NOPE ... ini fail IMO
    ----

    Ok diluar tema yang diusung :
    Dari segi penulisan : pemilihan kata yang sederhana dan juga campuran unsur yang "slice of life" plus istilah2 perang batin yang sedikit membuat tersenyum saat membaca.

    Dari segi plot : terlalu umum di awal seperti berita saja, tapi di akhir terlalu ... istilahnya "ya dah deh"...but wait poin terkuatnya ada di isi cerita. Bagian dimana si tokoh utama berusaha melindungi uangnya, nuansa thriller walaupn santai dikemas cukup menarik

    Dari segi logis :
    Stay cool, itu karakter yang kamu usung... dan tipe cewek smart > bertolak belakang dengan sikapnya yang mau dengan baik hati mendengar terussss ucapan ngibul yang sangat kentara dari si penipu (penipu e ga smart neh).. tapi oklah karena alibi yang kamu ciptakan > hipnotis sangat masuk.

    Situasi saat menunggu itu... hanya berdua? aku asumsi itu malam hari rame... jadi saat pulang kantor mungkin ya? jadi harusnya RUAMEEE well gw ga terlalu tahu jakarta seperti apa sih :ngacir:

    Kesimpulan : narasinya mayan, perang batinnya ok, plot kurang-ya biasalah, keunikan biasa(faktor kejutannya itu di penipu HIV, dan duit 2000 perak :lol:)
    Score : pending dulu seperti merpati :ngacir:
     
  9. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :makasih-g: makasi banget untuk yang uda mau baca dan komen

    :onion-07: ternyata beneran salah tema ya, waktu awal2 mau post jg takut klo sala sih
    :maaf: cuma ingin ikut meramaikan saja sih, nda diitung dalam FdC saya ikhlas de :sedih:


    waktu baca yang ini saya benar2 kaget :gaswat: seakan-akan terngiang suara gong yang begitu nyaring dalam kepala saya (apaan sih :hammer:)
    :onion-10: ternyata saya membuat suatu kesalahan dengan tidak menjelaskan secara rinci di mana si 'aku' itu menunggu.

    sebenarnya si 'aku' itu menunggu bukan di halte. seting tempat yang diambil itu sebenarnya dia menunggu di trotoar di persimpangan menuju pasar tanah abang (dulu saya sering menunggu angkutan di situ sih).

    jarang sekali ada yang menunggu angkutan umum di sana karena memang jalannya yang terlalu rumit, jadi hanya yang benar-benar mengerti jalan dan karakteristik angkutan umum yang mau menunggu di sana.

    :madesu: tetapi karena saya tidak menjelaskan secara rinci pasti orang lain akan mengira dia menunggu di halte ya.

    :makasih-g: makasi banget buat reviewnya. lain kali saya akan lebih hati-hati dan akan berusaha untuk tidak melakukan kesalah yang sama :belajar:
     
  10. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    :malu:
    itu cuman opini pribadi :malu:

    berhubung gw ga tau ke jakarta jadi ga ngerti lokasi tanah abang, satu2nya novel yang pernah gw baca... errr bukan novel mesti e , yang nyinggung tanah abang itu hanya lupus. Itupun Lupus taoon 80 awal sampe akhir 90an :oghoho:

    tapi emang poin kuat cerpen ini bukan di plotnya tapi di penulisan perang batin dan monolog si tokoh aku :elegan:


    ---

    ayo bergabung di lounge buat sosialisasi saling diskusi dari hal tulis menulis sampe hal2 sehari2 ataupun hal2 ngaco :XD:

    akhir kata : ayo semangat terus menulis, dulu pertama kali gw buat tulisan itu kelasnya tulisan ANAK - ANAK (Serius kek anak kecil aja plot yang gw buat ) dan err jadi malu k alau inget plot2 dulu yang gw buat bener2 SUIMPELLLL
    contoh:
    si budi pergi ke pasar, si budi liat maling, si budi memberanikan diri mengejar maling, si budi berhasil mencegat maling setelah di bantu satpam pasar, si budi dapat hadiah banyak :lol:
     
  11. LuciferScream Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 15, 2011
    Messages:
    137
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +865 / -0
    gw suka ceritanya, battle psikologisnya keren. jangan2 cwnya anggota BIN? :D nilai = 8
     
  12. cyanicbrain M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jan 12, 2012
    Messages:
    277
    Trophy Points:
    101
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,733 / -0
    kirain awalnya kaya deskripsi salah satu sudut jakarta, ternyata ditutup dengan pertarungan pikiran..,
    cerita yg diangkat sederhana tpi penyampaiaanya cukup menarik..,
    kasih nilai 7.5 deh..,
     
  13. ayanokouji M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 17, 2009
    Messages:
    239
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +51 / -0
    Wow....

    What can I say for this work...

    Brilliant way to describe psychological battle!!! I love it!!

    And love it better because the winner is the female one!! :obhoho:

    Nilai : 9/10

    You must teach me how to make a brilliant and detailed way to describe story sometimes
     
  14. spinx04 Veteran

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Nov 22, 2009
    Messages:
    1,675
    Trophy Points:
    217
    Ratings:
    +2,539 / -0
    hmm, IMO daripada thriller aq lebih merasakan nuansa kocak waktu si tokoh utama nya di palak, soalnya kalimat2 yang menjelaskan perasaan karakter saat itu lebih ke arah kocak :haha:

    ga aneh sih kalo cuek plus poker face lebih dipilih di jakarta dengan alasan safety, tapi sebenarnya sejak si penyerang bilang dia di vonis HIV (AIDS kan maksudnya) aq mengharapkan ada adegan yang lebih ekstrim, misal nya aja di penyerang bawa jarum suntik lalu mengancam tokoh utama dengan itu, gimana cara si tokoh utama menyelamatkan diri? masih pentingkah 70.000 yang dimilikinya saat itu? :hehe:

    score: 6

    cerita yang bagus dengan ending yang bagus. tapi karena ini event, untuk mempermudah proses seleksi pemenang aq kasih score 6 :siul:
     
    Last edited: Mar 9, 2013
  15. frick M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 1, 2008
    Messages:
    3,641
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,734 / -0
    Bagus2. Ceritanya mudah diikuti, gayanya penulisannya juga berkarakter.

    Skor: 8
    Yang keren: gaya dan ide cerita.
    Yang sedikit mengganggu: over-dramatisasi di beberapa bagian.
     
  16. s3mar M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 16, 2012
    Messages:
    1,012
    Trophy Points:
    112
    Ratings:
    +287 / -0
    karena saya seorang reader bukan (belum) writer, jadi gak bisa komen banyak2 tentang plot, karakterisasi, de el el nya :hehe:
    intinya kalo menurut saya nuansa thrillernya udah kerasa, udah bikin geregetan :sebel: hehe
    cuma ada 1 hal yang mengganjal di pikiran: di sana disebutin kalau tokoh aku udah nunggu angkutan sekitar 20 menit sebelum si HIV dateng. jadi kalau ditambah percakapan sama si HIV mungkin bisa dibilang angkutannya gak dateng2 sampe 30 menit. sebegitu lamanyakah?? :shock1:
    sori ya nanya gt, bukan orang jakarte soalnya :malu:

    btw, terus berkarya bro :top:
     
  17. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :lol: yups, anda benar. sebelumnya emang uda di jelasin sih klo nunggu angkutannya akan lama (tapi mungkin pada nda nyangka akan selama itu ya :lol:)
    yah, ini juga pengalaman pribadi sih :malu1: klo lagi pingin menikmati angin dingin malam dan ga ada kerjaan baru saya iseng2 nunggu di situ, sekalian melamun :lol:
    nunggu angkutan di sana emang rata2 bisa ngabisin waktu 20-40 menit. klo hoki sih emang bisa langsung dapet (tapi jarang)
     
  18. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,820
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    :nongol: baru sadar dulu ga sempet review buat fict ini, jadi sekarang ane ikut komen yaa :ngacir:

    hmm gimana ya? secara garis besarnya ane suka. penggambaran setting, tokoh, n suasana kegarap dengan baik. malah ane ngerasanya dari segi deskripsi, ini masih jauh lebih bagus dari fict2 agan bubu selanjutnya :peace:

    sedikit saran, hmm mungkin kalo pace di awal dibuat singkat dan ga terlalu bertele-tele, bisa lebih bagus buat hook (padahal sendirinya masih suka bikin yang bertele-tele :swt: )

    nice. 7.5/10 :top:

    eh, event nya kan udahan ya? :ngacir:
     
  19. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :lol: klo yang itu sih ga heran. karena semua seting, tokoh, dll nya memang sudah ada a.k.a emang kejadian nyata apa adanya, cuma saya tambah2in kondisi psikologisnya ajah :XD:. dialog nya juga 90% sama dengan kejadian aslinya (ada bagian yang diilangin, takut nyinggung SARA)

    :onion-07: awal2 nya emang bertele2 karena saya bingung mao bikin panjang gmn lg, jadilah saya tulis aja apa yang waktu itu saya pikirin :lol:
     
  20. Wateria M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Oct 15, 2008
    Messages:
    2,760
    Trophy Points:
    147
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,495 / -0
    Hahaha..., bisa gitu juga ya. Narsisme tetap ada di cerita ini :P
    Wanita karier, Paras cantik :D

    Well, utk ceritanya aku enggak tahu awalnya temanya apa..., pas baca2 komen yang lain, loh temanya undercover, wkwkwk... (mungkin Defensenya = si penipu kan undercover jadi orang yang divonis kena HIV. hahaha...).

    Hmm, cara penulisan sebenarnya uda baik, enak dibaca, ringan gitu, model raditya dika. Tapi yang chap1, beneran enggak ngerti, kenapa juga harus jelasin Jakarta nya dulu?
    tapi yang chap2 dan 3 nya benar-benar, masterpiece, hahaha... Kalau orang bisa bilang ini bravo. Setara lah sama model cerpen2 yang lain. (Ini waktu dulu buatnya pakai plot enggak???)
    -lagi belajar soal plot. (kk Giande juga masih ngomong soal plot di komeng yang diatas2)

    Well, bagus, scorenya 8/10
    Pakai kasih score2 segala :P
     
  21. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    maap baru bales :maaf:
    sebener nya chap 1 itu memang untuk manjang2in duang sih :lol: habis kek nya pendek banget gt cerita nya
    waktu bikin ini jelas ada plot nya dulu dung :XD: wong pengalaman pribadi juga

    di akir kata, makasih uda mampir :XD:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.