1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

FanFic Namaku Iffarios (RF Online)

Discussion in 'Fiction' started by Morffelflox, Feb 1, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Morffelflox Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 9, 2012
    Messages:
    76
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +18 / -0
    Terinspirasi dari lagu LiSa - Crossing Field ( OP 1 SAO ^^)
    Dan Fanfic ini bertipe Cerpen.

    Namaku Iffarios, aku bukan orang itu!

    Mata kami bertemu, dan dunia disekeliling kami lenyap secara perlahan.
    Dia mengunci kedua indra pengelihatan ini, dan tak ada siapapun yang mampu merebutnya lagi.

    Tapi tidak gerakanku. Orang dihadapanku akan tewas dalam 3 detik setelah delay seluruh skill-ku usai.

    Tentu saja aku bisa bilang begitu. Tidakkah mereka harus tahu mengapa?
    Ya, tentu saja. Hanya ada 1 alasan mengapa aku merasa tak rapuh di tempat ini sekarang.

    Karena di dunia ini, aku tak terkalahkan.

    Dan ketika genggaman tanganku tak mungkin terlepas dari mouse juga keyboard ini, begitu juga di dunia sana, aku sedang memegang erat sebuah gada bersinar terang dan juga perisai tebal yang tak tertandingi.

    Berserker dihadapanku mulai bergerak, segera setelah kudengar ia berteriak keras, ia berlari kearahku dengan kecepatan yang bukan manusiawi. Pedang Spadona yang besarnya sebesar tubuh kecil Bellato berkilauan memantulkan cahaya matahari diatas sana.
    Tapi aku tersenyum sinis, di kenyataan maupun di dunia sana.
    Dia melompat dan bersalto semerta-merta menghujamkan pedang besar itu menuju kepalaku. Bila saja akulah orang yang menjadi karakter berperisai didunia sana, tak mungkin aku menahan kekuatan si Berserker yang bahkan mampu membelah tanah dibawah kakiku. Tapi aku yang didunia sana tak selemah disini. Hora Shield-ku tak tertandingi, itu mengapa.
    Suara dentang kencang terdengar ketika seluruh lapangan dihujani debu dari serangan si Berserker. Dengan keterangan Block yang mengambang diatas kepalaku sebagai bukti bahwa perisai menangkis kekuatan terbesar sekalipun, aku makin tersenyum sinis.

    Lompatanku singkat, sebuah pukulan Death Blow tak pernah dimaksudkan untuk melukai tubuh lawan, tapi dengan itu aku menghantam tanah menggunakan gada bercahaya dengan keras disekeliling kami dan membuat si Berserker terpental karena kekuatanku yang kelewat besar.
    Tanah dibawah kakiku hancur berantakan, batu-batu berlontaran dan membuat retakan sedalam beberapa inci. Si Berserker terpental sejauh 4 meter, dan sekarang berusaha berdiri dengan raut wajah yang menyiratkan ketakutan.

    Bila kau bertanya, bagaimana aku tahu dia ketakutan?
    Bagaimana aku tahu segala yang terjadi didunia sana?

    Aku tinggal didunia itu.
    Tubuhku yang ada di dunia nyata hanyalah khayalan belaka.

    Dunia sana, dunia itu, dunia lain yang kumaksud adalah dunia dimana akulah sang ksatria bergada dan perisai yang baru saja mementalkan seorang Berserker sejauh 4 meter lebih.
    Akulah Iffarios, nama yang tertera diatas karakter Shield Miller itu.

    Aku, aku bukanlah orang yang siang tadi di sekolah digantung dengan kaki terikat diatas pohon selama 3 jam pelajaran lebih, tidak termasuk jam istirahat ketika semua orang menertawakan orang tersebut.
    Aku adalah orang yang berlari terdepan disaat Chip War, si Perisai Cahaya Bellato, menembus barisan Striker Accretia yang memberondongiku dengan peluru dan roket tanpa terluka dan membasmi mereka dengan sekali tubruk.

    Aku, aku bukanlah seorang pecundang yang cintanya dipermainkan oleh seorang wanita nakal. Orang itu mengira dengan memberikan apapun kepada sang wanita, dia akan semakin sayang. Dasar orang bodoh.
    Aku adalah orang yang berada disini bersama si Berserker dengan kami berdua dalam khasiat Chaos Potion. Ketika Berserker wanita itu berdiri dengan wajah berseri-seri dan membungkuk sebagai tanda menyerah, lalu ia berkata.
    “Aku rupanya tepat memilih anda sebagai lawan, terima kasih atas kesediaan anda menjadi latih-tandingku kak Iffarios. Aku banyak mendapat pelajaran penting”

    “Senang bisa membantumu, dan aku yakin tak lama lagi kita akan sepantaran untuk pertandingan yang sebenarnya!”

    “Aku akan sangat bangga bila hal tersebut terjadi” ia tersenyum manis sebelum undur diri dari hadapanku sesopan mungkin.

    Dihormati.
    Itulah aku.

    Aku, aku bukanlah orang menyedihkan yang duduk sendirian dibelakang kelas, hanya bicara dengan dua orang yang bahkan salah satunya dikelas lain sepanjang tahun ajaran. Aku bukan orang itu yang setiap waktu kesulitan membuat kelompok atau bergabung dengan kelompok lain.

    Kesepian namun mengaku-ngaku bahwa kesendiriannnya berharga.
    Dan mengolok mereka yang menggangunya ketika sedang sendiri.
    Oh, orang itu hanya akan semakin dijauhi.

    Aku adalah si Iffarios, orang yang akan disambut belasan lainnya ketika baru online kedalam server. Seorang yang menjadi bagian di grup manapun, dihormati kalangan atas maupun bawah, seorang yang diajak Party di Map manapun ketika dibutuhkan atau membutuhkan, aku selalu jadi yang terbaik diantara lainnya.

    Aku tidak tertindas. Aku bukan bocah malang yang sepulang sekolah tadi dipukuli preman sekolah dengan alasan yang tidak jelas setelah digantung dengan kaki terikat diatas pohon oleh orang yang sama.

    Aku melainkan seorang yang ditakuti, namaku menggema di seluruh area tambang ketika memasukinya, mereka belarian ketika aku datang, baik itu Cora ataupun Accretia, mencoba melarikan diri dari gada kematian ini. Mereka tak mampu melawan, karena tamengku tak dapat ditembus apapun.
    Pilihan mereka hanyalah mati.

    Aku bukan si idiot yang tak punya hati.
    Padahal gadis itu bertanya dengan baik sore itu, tepat didekat kamar mandi dimana si idiot tak punya hati hendak membersihkan tubuhnya yang penuh debu dan luka setelah dipukuli.

    “Kau kenapa!!?? Apa yang terjadi??” tanya si gadis.

    Si idiot hanya terdiam membisu. Bibirnya memang berdarah, tapi mulut itu sesungguhnya ingin berteriak sekeras mungkin.

    “Fan?? Kok diem?? Hey, kenapa kau babak belur begini?? Apa mereka melakukan hal jahat lagi padamu??”
    Iffan si idiot masih terdiam, menatap kelantai dengan matanya yang lebam, tak bergerak disana, menunggu sesuatu keluar dari mulutnya dengan keras dan membahana.

    “Kamu tuh seharusnya berani ngelawan mereka, atau setidaknya lapor ke guru kalo kamu nggak mau berhadapan langsung. Aku KASIHAN sama kamu. Ini tas kamu aku temukan dibalik semak-semak, kau-“

    “Berisik..”

    “Hah? Kok bisik-bisik?”

    “Berhentilah...., mengibakanku..., aku tak butuh rasa kasihanmu!!”

    “Iffan..? Kenap-..”

    “Kau juga senang bukan? Aku seperti ini!? Kau juga tertawa kan bersama mereka!?”

    “Aku tidak..”

    “Tidak apa!!? Kalian semua sama saja! Kau mungkin hanya pura-pura baik supaya mereka bisa terus menjahiliku!!” bentak si idiot tanpa berdasar pada alasan apapun. Ia hanya ingin menyalahkan orang lain atas tersiksanya dirinya.

    “Iffan.., Iffan...” ucap si gadis yang mulai mundur ketakutan. Si Idiot dengan mudah membentak seorang gadis tanpa berpikir apapun sebelumnya. Iffan si idiot merebut tas ditangan si gadis dengan paksa hingga tangan si gadis kesakitan.
    Lalu pergi meninggalkan si gadis yang meneteskan air mata.

    Mungkin Iffan si idiot lupa, si gadis itu, Lina, selalu menolongnya kapanpun ia butuh. Selama dua tahun kebelakang di SMA ini mungkin Iffan sudah mati ditelan bumi bila Lina tak ada disisinya, PR-PR iffan dibantunya, luka Iffan diobatinya dengan sabar, atau ketika Iffan sudah tak semangat hidup ataupun sekolah, selalu ada Lina yang mengatakan ribuan juta kalimat penyemangat. Tapi didetik itu, detik ketika ia membentak Lina dengan keji, Iffan sedang tak mampu berpikir sama sekali. Ia mengutuk apapun yang ada diatas bumi, sekalipun hal tersebut membuatnya hidup.

    Dalam benak si idiot ketika itu, ia berkata, ‘Sudah cukup diriku hidup di dunia ini, ini bukan duniaku sama sekali’.

    Dan ya. Dia bukan aku.
    Aku adalah seorang Bellato.
    Yang sekarang berada diatap salah satu gedung di Bellato HQ. Memandangi langit indah dengan ribuan bintang berkilauan. Ribuan, Jutaan malah, tiap detiknya ada hal yang berubah di angkasa sana, tak terhitung bila kau mencoba menghitungnya. Dan juga di Planet Novus. Ini rumahku, tempat yang hangat dan tak terjangkau oleh luka-luka kehidupanku sebelumnya. Aku sekarang bukan lagi seorang penghuni bumi, karena Novus lah rumahku satu-satunya.

    Aku tak terkalahkan.
    Aku tak terasingkan.
    Aku tak tertindas.

    “Disini kau rupanya..” ucap seseorang dibelakangku.
    Sebenarnya yang kulihat hanyalah tulisan, namun ketika aku sudah tinggal disini, aku menganggapnya sebagai suara. Dan milik seseorang yang paling tidak mau kujumpai disaat seperti ini.

    “Orang tuamu mencarimu kemana-mana tahu.., tapi sudah kuduga kau pasti ada disini..”
    Aku tahu itu suara Sena, dan bila disini ia dipanggil Ryid sesuai dengan nama yang berada diatas kepalanya.
    Aku tahu suara itu miliknya bukan karena bertuliskan ‘[From]Ryid : Disini kau rupanya..’ pada layar monitorku. Tidak seperti itu.
    Aku sudah hidup di Novus semenjak karakter Iffarios login kedalam server.

    “Hey, keras kepala sekali sih kau ini..”

    “Apasih maumu? Datang kemari hanya untuk mengejek?”

    “Kami semua mencarimu idiot, Lina menangis tanpa henti ketika tahu kau belum pulang hingga jam 11 malam. Walaupun sudah kubilang kau pasti ada disini..”

    “Oh”

    “Ah dasar..”
    Dia berjalan mendekat hingga berdiri disampingku, menatap kelangit gelap yang sama.
    Sena sahabatku, jelas ia tahu aku selalu disini bila terjadi sesuatu yang buruk.

    Dia tahu aku selalu berlari kesini dan menutup mata kepada dunia nyata.

    “Preman-preman itu hanya tak punya kegiatan lain. Atau mungkin mereka sedang kena masalah, dan melampiaskannya padamu...”

    Aku membiarkan dia mengoceh, aku tak mau mengerti pada apapun yang Sena katakan. Sore tadi bukan aku yang dipukuli, itu hanya orang lain. Aku berada disini, dan tak pernah ada di dunia gelap diluar.

    Dunia nyata memang terasa hangat karena matahari menyinarimu hari-harimu, namun bila disana kau sendirian. Tak ada rasa hangat yang akan kau rasakan.

    Aku bukan samsak tinju itu, itu bukan aku. Itu Iffan, bukan Iffarios!

    “Aku tak punya banyak waktu.., aku harus belajar untuk ulangan besok di kelas...” ucap Sena.

    “Yah pergilah kalau begitu”

    “Lina mencarimu..”

    Aku diam.

    “Aku juga mencarimu..” ucap Sena lagi. Maksudku, ucap Ryid, aku tak kenal Iffan maupun Sena.

    “Iffan..”

    “Aku bertanya-tanya, pada siapa kau berbicara semenjak tadi?”

    “Padamu tentunya!”

    “Iffan? Namaku Iffarios!, dan aku tak suka kau berteriak seperti itu pada seseorang yang bahkan tak kau kenal sama sekali!”

    “Ahaha, aku tak kenal kau?”

    Dia nampak terkesan ketika aku berkata hal tadi. Ia seakan menjadi orang yang tahu aku apa adanya. Walaupun begitu, aku mencoba tak tertarik pada apapun yang mau ia katakan.

    “Kau Iffan, pemilik karakter Iffarios, Shield Miller yang mendapat senjata relic gada satu tangan di server ini. Pemilik perisai terkuat di server yang sama dengan Defense terbesar, seorang yang menolak diangkat menjadi Council berkali-kali disana”

    Itu memang diriku.

    “Kau Iffan, pemilik karakter Iffarios, yang membantu karakterku, Ryid, mencapai Level tinggi dengan cepat. Memasok segala equip yang kubutuhkan di server ini, di dunia ini.”

    Itu jelas-jelas diriku.

    “Kau sahabatku. Sebagai Sena ataupun sebagai Ryid. Kau orang yang ditaksir sahabat kita, Lina, semenjak SD namun kau beralih pada Ami si gadis nakal yang sekarang menjadi pacarmu dan meludeskan uangmu. Kau orang yang terlalu lama berada di dunia tidak nyata yang menjadi Server RF kita, sehingga kau tak punya teman selain aku dan Lina..”

    Itu bukan aku.

    “Kau iffan yang sama, yang setiap hari diusili belasan orang berbeda dengan kasus yang bervariasi, entah itu disiram cat, atau dilempari tanah. Atau mungkin digantung terbalik yang menjadi keseharianmu, Kau juga Iffan yang terpuruk, kau tak pernah melawan ketika mereka menyiksamu sekalipun itu tak beralasan..“

    “Sudah cukup..”

    “Coba kau jelaskan padaku, apa yang hatimu tangisi saat ini?”

    Aku menatap gelapnya angkasa, cahaya-cahaya seakan memudar, dunia lain yang disebut Novus perlahan semakin memburam menjadi layar dua dimensi milik monitor komputer yang ada di warnet dekat rumahku, aku semakin ditarik kembali kedunia nyata. Tapi aku tak mau.

    “Aku tak cukup kuat untuk hidup disana...” ucapku pelan.

    “Disana?”

    “Didunia nyata atau apapun yang kau sebut itu. Dunia dimana kau seorang idola sekolah namun aku seorang pecundang, bukan dunia dimana kau hanya prajurit biasa dan aku salah satu orang terkuat.”

    “Di Dunia itu kau bisa jadi yang terbaik, apa sulitnya menerapkan yang sudah kau punya disini? Bawalah itu Iffarios-mu dan segala perisai maupun gadamu kedunia ini. Lawan! Bertarung jarak dekat keahlianmu bukan?”

    “Apa yang musti kulawan?”

    “Yah semua itu. Segala pelajaran yang tak kau mampu kerjakan dikelasmu, segala guru gila yang mengatakan kau tak punya masa depan. Atau Preman-preman sekolah? Ambil gada berkilaumu, hantam mereka!”

    “Aku tak mungkin.. bisa...”

    “Iffarios berkata bahwa ia tak mungkin menang menghadapi lawannya?? Kau bercanda!”

    “Maksudku..”

    “Aku sedang bicara dengan Iffarios bukan!? Bukan Iffan si lemah?”

    “Baiklah! Aku Iffan di dunia nyata!! Aku lemah..., aku tak mampu melawan kenyataan ini....”

    “Sendirian?”

    “Yeah”

    “Andai saja karakter game bisa kugerakan semauku, akan kupukul kau sekeras mungkin”

    “Mengapa kau harus?”
    Rupanya aku menanyakan hal yang salah. Aku sendiri saja bisa menebak apa yang akan Sena sembur padaku.

    “Karena aku takkan pernah membiarkanmu sendirian, bodoh! Aku dan Lina tidak akan pernah. Mungkin karena hanya kami yang tahu betapa baiknya dirimu itu. Semenjak aku bermain game ini dan bertemu denganmu, hingga aku menghormatimu ketika tahu kau jauh lebih baik dibanding diriku di game manapun. Aku tahu kau hanya takut menghadapi dunia nyata, aku tahu kau takut merasa sakit secara nyata..”

    “Aku tidak pernah takut..”

    “Pembual, kau saja takut untuk mencari teman. Dan pada akhirnya kau hanya dibiarkan sendirian, lalu preman-preman itu tahu mana samsak yang takkan membawa mereka pada masalah bila dipukuli”

    “Lalu aku akan..”

    “Lalu kau akan kabur ke dunia ini.., pulang kerumah atau warnet, Log in karakter secepat yang kau bisa jika terjadi sesuatu yang membuat hatimu perih”

    Aku terdiam membisu.

    “Aku takkan pernah membiarkanmu sendiri.., kau membantuku hingga tak tidur berhari-hari didunia game, hanya untuk membantuku naik Level, dan pantaslah bila aku balik membantumu. Tentunya di tempat dimana aku selalu unggul, di dunia nyata!”

    Aku perlahan menatap wajah Ryid.

    “Aku akan menjadi cahayamu didunia gelap yang kau sebut kenyataan. Lina juga, dan dia malah akan menunggumu selamanya bila kau mau, ia ingin bersama denganmu..” ucap Ryid.

    “Aku tak pantas..., Lina jauh.., sangat jauh dari tanah aku berpijak, ia melayang dilangit sana menuju surga lebih dahulu. Aku tak pernah pantas baginya, itulah mengapa aku memilih Ami tempo hari.., aku bahkan tak tahu darimana ia memandangku, aku takut akan mempermalukannya bila bersama dengan orang sepertiku..”

    “Karena kau tak mau menghadapi kenyataan.., hadapilah demi aku dan Lina. Dan bila kau mau, kami akan membimbingmu agar melewati hari-hari dengan mudah..” ucap Ryid, dengan khayalanku yang semakin memburam.

    [From]Ryid : Pulanglah sekarang juga...

    Huru-hara warnet mulai terdengar, kurasakan kakiku yang kesemutan didunia nyata, dan keyboard beserta mouse di kedua tanganku. Aku sepenuhnya kembali dari dunia itu.

    Aku bahkan hanya mengkhayalkan bisa masuk kesana.

    Iffarios, karakter milikku seraya menatap dengan bangga atas keberanianku untuk kembali, Ryid disamping karakterku, dan Sena dirumahnya mengetik dengan cepat untuk melakukan chat sehingga Ryid dapat berbicara.
    Lalu tulisan hijau muncul di bagan chat yang menampilkan seluruh chat yang ada di kiri layar monitorku.

    [From]Ryid : Serius fan, aku harus Log off saat ini juga. Kimia itu sangat sesuatu untuk dipelajari..

    [To]Ryid : Baiklah...

    [From]Ryid : Lina dan orangtuamu masih mencari kemana-mana, dan aku yakin Lina sudah kelewat khawatir bila soal dirimu.

    [From]Ryid : Mungkin kau harus berpikir soal meninggalkan Ami suram itu.., Ami juga ikut menertawakanmu siang tadi lho...

    [To]Ryid : Yeah, aku bahkan hanya mengirim pesan berisikan 5 huruf lewat SMS jam 8 tadi. Dia bahkan terlalu jijik untuk membalas..

    [From]Ryid : Apa isinya? 5 Huruf?

    [To]Ryid : Putus

    [From]Ryid : Nah, akan kusampaikan langsung kepada Lina, aku tak sabar melihat kalian berdua jalan berdampingan..

    [To]Ryid : Kurasa aku harus berubah dulu..

    [From]Ryid : Oh kau tak perlu! Menjadi dirimu sendiri itu lebih baik..., dan aku juga tak mau kehilangan teman nge-gameku. Aku hanya ingin kau melawan dunia nyata, bukannya kabur kesini tiap terjadi masalah..

    [From]Ryid : Sekarang, coba kau pikirkan bagaimana cara membuat alasan manis kepada orangtuamu juga calon istrimu di masa depan.., juga, kudengar ada yang hutang permintaan maaf karena membentak Lina sahabatku...

    [From]Ryid : Dan kurasa toko kue di depan Indomart belum tutup. Aku akan tanyakan rasa apa yang Lina suka sebelum kau belikan rasa yang salah..

    [To]Ryid : Ahaha, kau tak perlu, toh aku sudah tahu. Hey, tunggu..

    [From]Ryid : ?

    [To]Ryid : Terima kasih..

    [From]Ryid : Apa lagi yang seorang sahabat bisa lakukan?

    Ryid has logged out.

    Aku tersenyum tak jelas pada layar komputer.
    Tak lama kemudian, ratusan orang yang berada pada Friendlist-ku menerima notifikasi.

    Iffarios has logged out.

    Kutatap langit malam yang kali ini tak berbintang, ini langit gelap yang benar-benar gelap. Langit dunia nyata dimana aku tinggal selama ini. Menenteng sebuah kotak kado biru dengan pita pink dengan isi kue bertuliskan Sorry to make you worried, dan segudang kata maaf yang sudah kucatat tebal-tebal diotakku hanya untuk Lina, menyusuri jalan menuju rumah dengan masih memakai seragam lusuh dan robek dimana-mana dan juga lebam di mata yang belum hilang.

    Namaku Iffarios, sang perisai cahaya, sang gada kematian, dengan Attack power tinggi dan Defense power tertinggi di dunia sana..
    Tapi aku juga Iffan, apapun yang terjadi.
     
  2. mrbrewok M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jun 24, 2012
    Messages:
    289
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +19 / -0
    mengingatkan kembali sama masalalu maen rf dari pagi sampe pagi.... demi event 2x Xp... wkwkwk

    menarik gan ceritanya..
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.