1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Dilema Cinta & Realita

Discussion in 'Fiction' started by Yoviano, Jan 10, 2013.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Yoviano Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 13, 2012
    Messages:
    34
    Trophy Points:
    7
    Ratings:
    +18 / -0
    Dilema Cinta & Realita
    Hi, nama gue Tito, gue kuliah di sebuah universitas swasta terkemuka di Jakarta, jurusan Teknik Informatika. Meskipun gue tampan, tapi gue adalah salah satu korban bullying temen-temen cowo gue, bukan bully secara fisik sih, tapi secara mental, meskipun gue tau kalau sebenarnya mereka cuman bercanda. Contohnya gini : “Tit Tit lu udah gede yah, Tit Tit udah kuliah”, semacam itu lah, ya gara-gara nama gue Tito, kalau cew sih manggilnya masih enak, mereka kebanyakan manggil “To” atau “Tito”, ya mungkin karena mereka sudah tau sendiri, bunyi “Tit Tit” tuh ga enak didengar. :ogmatabelo:

    Seperti yang gue cerita’in sebelumnya, no offense yah, gue termasuk cowo yang tampan, kata temen-temen gue mirip Junot yang main di film “Realita Cinta dan Rock n Roll” tuh. Wajar kalau banyak cewe yang suka sama gue. Hobi gue adalah main internet, mulai dari chatting, surfing, main di situs pertemanan, hingga ngehack account seseorang, hehehe, ya itung-itung melatih skill IT gue. Pernah tuh awal-awal semester gue diselingkuhin sama cewe gue, langsung deh gue hack FB nya, gue pasang foto cewe telanjang terus gue ganti password FB nya, hehe, ya ngerjain dikit lah.

    “Oi.. Tit Tit nyantai jalannya!” langkahku terhenti sejenak saat kulihat Boni dan Fred mendatangiku. Mereka berdua sahabat baikku, Boni berperawakan cukup tinggi dan kekar, sementara Fred berperawakan tinggi dan kurus, tapi tetep, yang paling tampan adalah gue. Kami bertiga terkenal playboy di kampus ini, kalau si Boni dan Fred memang sering ganti-ganti pacar, tapi kalau gue.. hehe.. gue udah lama ngejomblo, udah sekitar 2 tahunan, ya lagi ga pingin aja pacaran, bukan gara-gara ga ada yang mau sama gue, tapi karena sendiri itu lebih bebas cui, gue bisa makan pizza pakai tangan sambil ngupil tanpa ada yang bilang “ih jorok tau” atau “malu-maluin deh”, yah bebas, gue lebih nyaman seperti ini.

    Sambil bersenda gurau, kita berjalan menuju kelas. Ruang kelas masih sepi, hanya ada beberapa homo dan bangku yang kosong, setelah menengok isi kelas, kita bertigapun nongkrong di bangku kayu depan kelas. Sebatang rokok kunyalakan, Boni dan Fred juga ikut menyalakan rokoknya, hisapan demi hisapan pun kami nikmati, hingga akhirnya, “dosen baru dateng tuh”, celoteh teman kami yang lain. Tanpa panjang lebar kami pun segera bergegas masuk ke kelas.

    “Selamat pagi, mulai saat ini saya akan menggantikan Pak Bondan mengajar mata kuliah ini”, suara seorang perempuan memecah keheningan kelas. “Busyet ni dosen cantik cui, sexy, masih muda lagi”, celoteh Boni dengan pelan. Sejenak kemudian bu dosen memperkenalkan dirinya pada para mahasiswa, namanya Bu Nita, dan ternyata baru berumur 25 tahun, beda 4 tahun saja denganku. Meskipun tampang dan suaranya terlihat lembut namun dia tegas, cenderung galak, ya mungkin sekedar menjaga wibawa yah. Hari ini kuliah sedikit berbeda dengan kehadiran dosen baru itu, banyak mahasiswa yang gaduh membicarakannya, bahkan banyak juga yang menghayal jorok karenanya. :ogbloon:

    Sore itu, setelah kuliah, seperti biasa kami pergi ke pool langganan, billiard gituh, olahraga favorit kita nih, olahraga yang ga bikin capek, ulala.. Paling jago main ini sih si Boni, meskipun wajahnya paling pas-pasan diantara kita namun mainnya dewa cui, itulah mengapa kita sering mengatakan Tuhan itu maha adil, bener ga?! :D. Kalau sudah main billiard gini, kita sering lupa waktu, kadang dari jam 3 sore baru selesai jam 9 malem, asyik main ginian, mengandung ilmu seni yang tinggi, hehe.

    “ih jago juga ya billiardnya”, kata seorang wanita sambil menepuk pundakku dari belakang. Gue menengok, seorang cewe cantik dengan penampilan casual berdiri bersama 2 orang cewe lain di belakangnya.

    “Eh bu Nita, kok ke sini bu?”

    “Ga usah panggil bu kale, di luar kampus kan gue bukan dosen lu, panggil Nita aja.”

    “Uhm iya bu, eh Nita, masih ga biasa manggil Nita, maap.” :oggenit:

    Sementara itu, Boni dan Fred masih duduk dengan bengong, hanya diam sambil liatin kita ngobrol. :ogcuriga:

    “Ok nyante aja, gue juga sering billiard kok, kebetulan aja main ke pool ini, eh ketemu kalian, lumayan ada yang bayarin” (ya elah bu, mestinya lu yang bayarin kita :ogmarah:)

    “Iya Nit, gampang, tapi mainnya gabung aja yah kalo gitu.”

    “Ya iya donk, eh ini kenalin temen-temen gue …..”

    Perkenalan pun terjadi dan kita billiard, ngobrol, bercanda bersama hingga sekitar pukul 9 malam. Hari ini aneh, siang bertemu dosen baru yang tegas dan keras, malam bertemu Nita yang periang dan ramah, dua kepribadian yang bertolak belakang.

    Keesokan harinya, seperti biasa gue kuliah, hari ini ga ada mata kuliah yang diajar Nita, tapi entah kenapa dari pagi gue udah kebayang-bayang dia, jadi semangat ke kampus kepingin bertemu dia. Setelah kelas, kucoba untuk mencarinya di ruang dosen, ternyata dia tidak ada, “yah balik aja deh gue”, kata gue dalam hati. Beberapa langkah menuju parkiran, Boni dan Fred memanggilku, “Oi bro, ayo billiard, nganggur kan lu?!”, teriaknya. Tanpa pikir panjang aku langsung menerima ajakannya dan kami langsung berangkat menuju pool.

    Sesampainya di pool, ada sesuatu yang mengejutkan, Nita dan temennya kemarin lagi asyik main billiard di sana. “Eh guys, itu Nita deh, samperin yuk?!”, ajak gue. Tanpa basa-basi kami langsung berjalan menuju mejanya, perasaan canggung diantara kita sudah reda karena pertemuan kemarin.

    “Eh, Nit, ga ngajar hari ini?”

    “Eh, lo To, eh hi Bon, Fred (mengayunkan tangannya), hari ini gue ga ngajar kok, makanya ini main sama temen-temen gue ke sini.”

    “Oh gitu, pantes tadi gue cari ga ada.”

    “Cari gue? Emang ngapain lo cari gue?”

    “Eh, ga nyari kok, cuma kok tadi rasanya ga keliatan lo aja di kampus, hehe..”
    “Ya udah, main bareng yuk?!”

    “Ga deh, gue sama anak-anak buka meja sendiri aja, biar serius mainnya, haha.”

    “Oh lagi mau tanding ya, ya udah buka meja di sebelah ini aja tapi, biar bisa ngobrol.”

    “Ok deh Bu Dosen.”

    Setelah beberapa game, akhirnya Nita nyamperin meja gue dan ngajak gue ngobrol.

    “Rumah lo di mana To?”

    “Oh deket kok, itu di perumahan belakangnya kampus.”

    “Oh sama donk, gue kontrak rumah di situ.”

    “Jadi lo bukan asli Jakarta? Darimana? Kontrak sama siapa tuh?”

    “Bukan, gue aslinya Medan, di sini tinggal sendiri gitu, hehe.. Wah jadi ntar gue bisa numpang lo aja nih baliknya, boleh kan?”

    “Ok, siap Bu dosen, eh gue tinggal main dulu ya, giliran gue nih.”

    Lalu dia kembali ke mejanya, bermain lagi, tak selang beberapa waktu kemudian teman-temannya pulang, mereka pamit namun Nita tetap tinggal, dia gabung di meja kita, meski hanya duduk melihat kita bermain dan sesekali memainkan HP nya. Udara AC di pool sangat dingin, Nita mengangkat kedua kakinya dan menyilangkan kedua tangannya di depannya. Celana pendeknya terangkat naik sehingga pahanya yang putih mulus terlihat jelas dari pandangan kita. Boni mulai memberi kode dan akupun mulai meliriknya dengan perlahan, jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya, sangat dekat dan jelas mataku bisa melihat kemolekan paha dari kakinya yang putih mulus itu. Gue sempat tertegun sejenak saat melihatnya, jarinya masih bergulat dengan HP nya sehingga ia tak melihat kenakalan mata para pria.

    Beberapa saat kemudian, rasanya hati ini berbisik, seperti memberitahu gue supaya gue memberi tahu Nita tuk menutupi pahanya. Gue lalu duduk di sebelahnya dan berbicara pelan padanya,”Nit, kaki lo tolong turunin, daritadi banyak cowo-cowo liatin ke sana.” Seketika dia menurunkan kakinya dan terdiam tertunduk seperti malu, gue pun kembali beranjak melanjutkan permainan.

    Tepat pukul 9 malam kita mengakhiri permainan dan beranjak pulang ke rumah. Seperti janji gue tadi, gue akan mengantar Nita pulang ke kontrakannya. Sesampainya di pintu keluar, ternyata di luar hujan sedang turun dengan ganasnya, anginnya besar serta petir bergantian bersautan. “Gimana Nit, hujan deras nih, lo pulang naik taxi aja ya? Gue tadi kan naik motor doank, ga bawa jas hujan lagi”, kataku padanya. “Alah, gapapa lagi, gue juga dah lama nih ga ujan-ujan, yuk pulang”, sambil menggandeng tanganku kita langsung berjalan menuju parkiran. “Eh, bro gue cabut dulu yah, ujan-ujan biar deh, paling juga basah”, teriakku pada Boni dan Fred.

    Diguyur hujan yang lebat kami melaju melewati jalanan yang sudah mulai penuh dengan genangan air. Udaranya dingin, kami juga basah kuyup, sambil mengendarai motorpun gue rada menggigil. Sejenak kemudian gue tersentak, tanpa mengatakan sepatah katapun Nita memelukku dari belakang, akupun hanya terdiam dan sejenak kemudian tersenyum. 10 menit perjalanan akhirnya kita datang ke kontrakan, rumahnya kecil namun tertata apik lengkap dengan taman kecilnya yang hijau.

    “Yuk mampir dulu, gue buatin kopi buat hangatin badan”, kata Nita. Karena memang udaranya dingin dan tawarannya adalah kopi, gue langsung memasukkan motor ke dalam rumahnya dan bergegas masuk ke dalam. “Sebentar ya gue ganti baju dulu sama buatin lo kopi”, katanya. Sambil menunggu, gue mencoba mengeringkan baju dengan memerasnya. Beberapa saat kemudian dia muncul ke ruang tamu sambil membawakan secangkir kopi, kali ini dia membuat jantungku berdetak kencang lagi. Dia mengenakan baju tidur berwarna putih yang tipis, sehingga gue bisa melihat pakaian dalamnya meski samar. “Uhm, boleh ga ngrokok di sini? Mumpung ada kopi nih”, terangku. “Oh boleh kok, kuambilin asbak dulu yah”, jawabnya sambil berlalu. Karena basah, aku hanya duduk di lantai ruang tamu sambil merokok dan minum kopi, Nita duduk di sofa sembari menonton Tv. Kakinya diangkat ke atas kursi, mirip seperti kejadian di pool tadi, kali ini (maaf) baju tidurnya yang berupa baju terusan tersibak sehingga celana dalamnya yang putih terlihat jelas. Kali ini benar-benar menguji iman, tapi gue mencoba mengalihkan pikiran dengan menonton Tv.

    “Udah berapa lama kontrak disini Nit? Tempatnya lumayan enak loh.”

    “Baru sih, mungkin jalan 3 bulan, sengaja waktu datang ke Jakarta gue langsung kontrak ni rumah, sambil cari kerja gitu, ya untung aja dapat kontrakan yang enak, tapi ya gitu, gue sendiri sih jarang di kontrakan, ga suka sepi.”

    “Oh gitu, kalo gue sih cenderung suka sepi ya, lebih nyaman aja, tenang.”

    “Oh gitu, jadi gini aja deh, lo kan suka sepi jadi kalo lo pingin cari tempat sepi, lo ke sini aja, nah karena gue ga suka sendiri, lo bisa nemenin gue, jadi klop kan, haha, gimana?”

    “Yee, enak di lo kali tuh, emang kalo gue temenin, ntar lo kasih gue apa?”

    “Uhm, apa ya, gue buatin kopi sama camilan deh.”

    “Ah ogah ah, gitu doank bisa buat sendiri di rumah, ga ada yang special?”

    “Ya udah deh apa yang lo minta ntar gue kasih”, sambil cemberut. :ogbloon:

    “Nah gitu donk, deal! Hahaha”

    Secangkir kopi tadi sudah habis, hujanpun sudah mulai reda, tinggal gerimis rintik dan mendung gelap yang menghiasi langit Jakarta malam itu. Akhirnya gue berpamitan pada Nita untuk pulang, namun dia tak mengizinkan.

    “Udah tidur sini aja malam ini, masih hujan, lagian sudah larut malam, lo izin ortu lo deh.”

    “Gak ah, pulang aja gue..”

    “Ayolah gue takut nih sendirian, suasananya sepi banget, horror deh, temenin yah, yah..”, rengeknya sambil menarik-narik lengan gue.

    “Ya udah deh, gue temenin, terus gue tidur dimana? Perasaan tadi gue lihat cuman ada 1 aja kamarnya.”

    “Kan tadi udah gue bilang, gue takut, jadi ya lo temenin gue tidur di kamar lah, tapi lo tidur di bawah yah.”

    “Bah masa tamu disuruh tidur dilantai sih, mana ada kaya gitu, sekali ini aja deh gue.”

    “hehehe, ya gimana lagi, keenakan lo kalo tidur barengan.”

    “Terus baju gue?”

    “Ya pakai kaos sama celana pendek gue aja sementara, ntar gue siapin.”

    “Terus daleman gimana daleman?”

    “Ya sementara ga usah pakai daleman dulu lah, masa lo pakai daleman gue juga.” :p

    Tak lama setelah gue ganti pakaian, kita pun kembali ke ruang tamu dan ngobrol sembari menonton TV. Kami mengobrol dan bercanda banyak saat itu, hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 12 malam dan akhirnya kami mencoba tidur. Gue ga merasa nyaman tidur di lantai dengan beralaskan selimut, daritadi hanya guling-guling saja tanpa bisa tidur, akhirnya gue keluar, tidur di sofa ruang tamu rasanya lebih nyaman. Baru sebentar mata ini terpejam, pintu kamar Nita sudah terbuka lagi.

    “Ngapain lo tidur di luar?”

    “Ga bisa tidur gue, keras banget, daritadi cuman guling-guling aja tapi ga bisa tidur.”

    “Oh, ya udah deh, tidur barengan aja di kasur, gw pingin ditemenin, yuk masuk.”

    “E… ehm… iya deh.”

    Malam itu benar-benar malam yang tak terlupakan. Jantung gue berdetak tak beraturan saat berduaan bersamanya di dalam kamar. Aroma tubuhnya yang wangi masih melekat di pikiran gue hingga sekarang, aroma bunga yang menenangkan. Malam itu kami terlelap bersama hingga kicau burung di pagi hari memisahkan kita.

    Hari-hari berikutnya rasanya hidup gue lebih berwarna, pagi terasa semakin indah, sore terasa semakin hangat dan malam terasa semakin romantis, ya itulah hari-hari gue setelah dekat dengan Nita. Hampir setiap hari kuhabiskan waktu dengannya, meskipun di dalam kampus kita hanya berperan layaknya hubungan dosen dan mahasiswa biasa.

    Semenjak malam itu, gue jadi sering main ke rumah Nita, bahkan lumayan sering tidur di sana, sudah seperti pasangan kumpul kebo kali ya, meskipun kita ga pernah berbuat hal-hal yang diinginkan, hehe. Kita juga sering pergi bareng, meskipun pergi seperti ngumpet-ngumpet gitu, yah gimana lagi, takut jika ketahuan mahasiswa atau dosen yang kenal kami, jadi ya memang lebih sering kita menghabiskan waktu bersama di kontrakan Nita, inilah resiko dari hubungan yang tak sewajarnya dilakukan, terasing dari dunia.

    Kira-kira sekitar 2 bulan kemudian, terjadilah hal yang membuat hidup gue setengah nestapa. Gue memergoki dia sedang bermesraan melalui telefon dengan seseorang, seketika itu secara langsung gue marah dan meminta penjelasan darinya, namun sayang, penjelasan darinya adalah sesuatu yang mengecewakan dan membingungkan. Penjelasannya membuat gue semakin bingung, tak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah, gue hanya bingung harus bagaimana, bingung harus berbuat apa. Penjelasannya membuat gue tersentak hebat, benar-benar penjelasan yang mencengangkan bagi gue.

    Ternyata dia tadi sedang menelfon tunangannya, tunangannya yang berada di Medan, tunangan hasil perjodohan yang dilakukan oleh orangtuanya. Dia menjelaskan bahwa gue lah yang dia sayang, namun dia tak bisa mengelak dari keadaan perjodohan itu, diapun tak mengira bahwa hubungannya dengan gue bisa sedekat ini, diapun juga bingung dan akhirnya menangis keras di pelukanku.

    Hari itu benar-benar gue ga bisa lakuin apa-apa, yang gue lakuin lebih banyak mikir sambil merokok, gue penat dan sesak oleh masalah yang terus lari dipikiran gue itu. Keadaan seperti itu bertahan hingga beberapa hari, gue sengaja ga main ke kontrakan Nita, HP gue mati’in, gue lebih sering mengunci diri di kamar. Baru kali ini gue menghadapi pilihan hidup yang berpengaruh sangat besar dalam hidup gue, sungguh dilema nestapa. Seketika juga gue menjadi seseorang yang berbeda, gue jadi penyendiri dan pendiam, bahkan terhadap Boni dan Fred. Gue seperti terasing dari dunia, hari-hari yang berat setelah gue mengetahui perjodohan Nita.

    Akhirnya demi kebaikan bersama, gue mutusin buat pergi dari kehidupan Nita. Dia seharusnya tetap setia dengan tunangannya dan gue seharusnya bisa mencari wanita yang lebih muda, yang lebih cocok dengan usia. Keputusan itu sebenarnya sangat berat bagi gue, mengingat rasa sayang dan waktu yang telah kita habiskan bersama, sangat bahagia, namun inilah hidup, kadang memang cinta bertabrakan dengan realita. Mulai detik itu, gue mulai mencoba lari dari Nita, gue menghindari mata kuliah dia, gue mengganti nomor handphone, gue ga main ke pool, gue bener-bener ga pingin hubungan dengan Nita lagi, meski gue tau sebenarnya Nita mencari gue. Semoga gue bisa cepat melupakan dia dan dia juga cepat melupakan gue. Semoga yang terjadi adalah yang terbaik, mungkin bukan yang terbaik untuk saat ini, namun yang terbaik untuk masa depan, masa depan gue, masa depan Nita.
     
    Last edited by a moderator: May 5, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. bagusaji Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 30, 2009
    Messages:
    97
    Trophy Points:
    101
    Ratings:
    +4,011 / -0
    sip semoga yang terbaik buat karakter guenya
     
  4. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    pacenya naik turun naik turun deg deg an :mesum: terus tiba - tiba pacenya dipercepat ddan tamat kekna yang nulis dah bosan nulis :ngacir:

    gaya bahasa yang casual santai, tapi cerita yang cenderung kek cerita 17+ tapi min adegan mesumnya :mesum:

    klimaksnya pas adegan dir umah dag dig dug :mesum: penontno kecewa :voodoo: eh pembaca ding
     
  5. Yoviano Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 13, 2012
    Messages:
    34
    Trophy Points:
    7
    Ratings:
    +18 / -0
    nah yang males nulis itu bener.... benernya sih ga niat ending seperti itu, cuma mengalir aja, eh taunya udah panjang tapi ga kelar-kelar, bisa jadi novel ntar, hehe..
    memang sengaja ga dibikin adegan mesumnya, ga enak sama yg baca... haha...

    THx yah yang udah pada komen...
     
  6. wijk M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 9, 2012
    Messages:
    512
    Trophy Points:
    56
    Ratings:
    +6 / -0
    lumayan lah , buat ngusir penat
     
  7. kyle16 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Aug 9, 2011
    Messages:
    391
    Trophy Points:
    66
    Ratings:
    +1,954 / -0
    dan pepatah lama pun berlaku di cerita ini :

    meski endingnya harus dibuat ga sesuai sama keinginan pembaca :hmm:
     
  8. Yoviano Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 13, 2012
    Messages:
    34
    Trophy Points:
    7
    Ratings:
    +18 / -0
    tampaknya begitu om...
    thx udah baca :D
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.