Cerpen Sebuah Cerita di Suatu Malam

Sebuah Cerita di Suatu Malam

​

Dingin malam itu seakan menusuk hingga ke tulang rusuk Rian. Ia memeluk dirinya sendiri, sedikit menggigil. di sampingnya berdiri seorang pemuda jangkung, kulitnya yang coklat sawo matang dapat ia lihat dari remang remang cahaya lampu pasar malam, kedua jempolnya sedang asik bergulat diatas hp itu *bbm-an istilah kerennya*. Suasana di sekitar mereka ramai, orang orang berlalu lalang melewati mereka. Mata tajam Rian sedang mencari-cari sesuatu. Reflek, siku Rian menyikut lengan Angga. 'arah jam 2, baju pink, poinnya 8!' Rian berbicara setengah berbisik , sedikit kesal, Angga mengantongi BB-nya. 'mata lo udah rabun ya? itu banci lo bilang 8?!' kagetnya seakan tak percaya , 'bukaan! yang di belakangnya itu lho!'. Angga mengedipkan matanya beberapa kali, bak kamera yang menggambil foto dan menyimpannya ke dalam MMC. Dengan serius ia menjawab '7,5. gue ngga suka poninya.' mereka berdua menggangguk bersama.

​

Mereka berdua memang pemuda yang tangguh! walaupun Rian masih berpegang teguh pada prinsip 'single-' nya, tapi dapat terlihat dengan sangat jelas bahwa ia benar-benar mengharapkan mempunyai seorang 'pendamping', badannya yang proporsional dan dengan wajah yang tidak begitu jelek bisa menjadi modal awalnya, tapi entah mengapa ia selalu menolak berkomentar tentang 'hubungan yang serius'. Sedangkan Angga, yang masih memegang janji setianya kepada 'LDR', kepada seorang gadis bernama Rani. Walaupun setidaknya sebulan sekali Rani pulang, namun rasa rindunya tak dapat ia lampiaskan hanya pada 2 hari pertemuannya dengan Rani, alhasil, terkadang Angga tunjukkan dengan perhatian berlebihnya terhadap orang-orang di sekitarnya, yang lebih kita kenal sebagai "cuci mata".

​

Jam menunjukkan pukul 21.30, Angga mendapat sebuah sms dari mamanya 'An4kqyu Cy4nK, uDy@H w4KtYunya b0bo )'. Angga menepuk bahu Rian yang sedari tadi melamun. 'Yan, balik yuk! mama gue udah nyuruh pulang nih...' , 'eh.. yuk'. Rumah mereka hanya berjarak 1 km dari pasar malam itu. Jadi mereka tidak membawa motor ke pasar malam. 'Ini gila Ngga! ojeknya udah pulang semua!!' Rian histeris, walaupun jarak 1 kilo bukan apa-apa baginya tapi 1 hal yang paling ia hindari, lewat pemakaman pada malam hari!. Dan itu terjadi sekarang, jalan antara pasar malam dan rumah Rian dibatasi oleh sebuah pemakaman besar, yang terkenal paling angker di kotanya.

Angga melirik lagi jam di hpnya lalu berkata setengah putus asa 'Yan, udah jam 10 ini! ga bakal ada deh mobil lewat yang bakal numpangin kita! mendingan kita jalan aja, dari pada tambah malem nanti malah jadi semakin nakutin!' , Rian hanya mengangguk menyedihkan. dalam hatinya Rian menangis histeris, tapi ia sudah pasrah.

Rian berjalan dengan kakinya yang gemetaran, ia hanya menunduk ia tak berani menoleh ke sekelilingnya untuk memperhatikan situasi. Angga didepannya. Hanya ada 1 lampu yang menerangi depan jalanan itu. 'Ngga! jalan cepet dikit dong! depan kuburan inii!'. Angga tersenyum nakal lalu berusaha menirukan suara seorang Kuntilanak, yang lebih terdengar seperti banci berotot yang keselek pisang. Suara Angga benar-benar terdengar lucu, takkan ada seorang anak TK-pun yang akan takut mendengarnya malam-malam. Tapi Rian berbeda, Ia merengek-rengek putus asa kepada Angga, agar menghentikan acaranya.

Lalu gerimis mulai turun, disusul dengan tetesan air yang semakin deras. Hujan. Tepat pada waktu Rian membuka pintu rumahnya. Masih dengan nafasnya yang tersenggal-senggal ia membuka kulkas, menuangkan sedikit susu ke dalam gelas. Lalu lekas-lekas ia minum. Dan langsiung pergi ke tempat tidurnya. Malam itu ia mimpi buruk.​

end​

 

Hai, IDWS Mania! Mohon bantuannya supaya IDWS berkembang dengan ikuti sosial media kami di:
Discord Forum IDWS - Facebook IDWS - Instagram IDWS - Twitter IDWS