1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic The War Of Lion

Discussion in 'Fiction' started by ayanokouji, Dec 28, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. ayanokouji M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 17, 2009
    Messages:
    239
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +51 / -0
    Langsung dimulai aja lah ya

    “Hey, kau tahu…”

    “Apa?”

    “Aku berpikir… menyerang benteng musuh hanya berdua kurasa tindakan gegabah..”

    “Kurasa tidak..”

    “Begitu ya?”

    “Ya, ini bukan tindakan gegabah, namun tindakan gila”

    “… lalu.. kita tetap melakukannya?”

    “Kurasa.. tidak punya pilihan lain bukan, orang seperti kita ini?”

    “Yah… kurasa begitu..”

    ---

    Siang itu, perasaan dari Prince Gainsbright tidak karuan. Bagaimana tidak, baru saja dia diberitahukan oleh anak buahnya kalau Castle of Houston baru saja jatuh.

    Seharusnya dia senang akan berita itu, bagaimanapun Castle of Houston adalah benteng yang sangat penting dalam perang ini. Benteng itu benar-benar strategis untuk digunakan menyerang wilayah the rebels-Pemberontak, Dan tentu saja direbut kembalinya benteng itu oleh pasukannya sangat membantu di dalam upaya peperangan melawan para pemberontak. Namun, Yang membuatnya marah, adalah bahwa anak buahnya, Captain Wellmark, telah berani-berani bercanda dengannya dengan mengatakan bahwa Castle Of Houston telah dijatuhkan oleh dua orang Knight saja.

    “Andrew!” teriak sang Prince, pelayannya yang masih muda datang terbirit-birit mendengar panggilan tuannya.
    “Your Lordship memanggil saya?” tanyanya.
    “Benar, pergilah dan utus seseorang yang paling cepat untuk menyuruh Wellmark kemari! Secepatnya!” bentak sang Prince, dalam hatinya dia berpikir akan membuat perhitungan dengan Wellmark yang berani bercanda dengannya.

    Captain Wellmark, seorang pria gemuk terkenal suka bercanda dan ramah pada siapapun adalah salah satu orang kepercayaan sang Prince, meskipun dia tidak suka sifat Wellmark yang suka bercanda karena dia sendiri adalah orang tua yang kaku dan sangat taat pada peraturan dan disiplin kolotnya. Namun, dia mau tidak mau mengakui kecakapan pria tambun itu dalam mengatur pasukannya, disertai dengan kepala bulatnya yang penuh dengan strategi brilian. Captain Wellmark tidak menerapkan disiplin ketat kepada anak buahnya, bahkan dia menganggap anak buahnya bukan bawahannya, melainkan setara dengannya, sama-sama bagian dari kesatuan Knight dari kerajaan Great Harthonia, namun, wibawa dari Captain Wellmark telah secara otomatis membuat semua bawahannya bertindak dan bertingkah laku benar-benar terhormat dan tidak tercela sedikitpun, diiringi dengan kesetiaan tinggi pada sang Captain, yang tidak ingin mereka cemari namanya.

    Karena itu, kesatuan milik Wellmark, Knight of Lion adalah salah satu yang terbaik dari kesatuan-kesatuan Knight milik Great Harthonia. Selain ketangguhan dari masing-masing personel, kesatuan Knight of Lion mempunyai kekompakan luar biasa, bagaikan saudara dalam medan perang. Layaknya satu sudah mengetahui apa yang dipikirkan yang lainnya, hal itu ditambah dengan pimpinan mereka, Captain Wellmark yang brilian.

    Captain Wellmark akhirnya sampai di kediaman Prince pada saat hari sudah malam. Dia dikawal oleh dua orang yang, kalau dilihat dari kondisi baju mereka, mereka bertiga baru saja memacu kuda mereka secepat mungkin dari perbatasan Castle of Houston ke rumah milik Prince itu.

    “My Lord!” ujar pria gemuk itu begitu memasuki ruang tamu sang Prince.
    “Wellmark! Bagus kau sudah datang!” jawab Prince dengan raut muka marah.
    “Ada apa My Lord memanggil hamba kemari?” tanya Wellmark “Kami sedang melaksanakan pendudukan terhadap Castle of Houston untuk kepentingan perang lanjutan, namun tiba-tiba pelayan My Lord datang kepadaku dan mengatakan kalau My Lord ingin bertemu denganku secepatnya, sebelum akhirnya dia pingsan karena kelelahan…” ujar Wellmark dengan senyum ramahnya yang khas “Jadi apakah yang kiranya hamba dapat lakukan untuk My Lord”

    Prince tidak mengatakan apa-apa namun langsung memberikan surat yang baru saja di terimanya tadi pagi itu. Surat yang berasal dari Wellmark “Ini berasal darimu dan adalah tulisan tanganmu, benar?”
    Wellmark mengambil surat yang disodorkan kepadanya “Well, tentu saja ini tulisan tanganku, aku bahkan sudah membubuhkan tanda tangan untuk membuktikan itu asli tulisan tanganku”
    “Bagus!” ujar sang Prince “bagus kau sudah begitu mudah mengakuinya, maka urusan ini jadi mudah”
    “Maksud My Lord?”
    “Wellmark…. Kukira kau bisa lebih baik dari ini, tidak bisakah kau tidak bergurau? Apalagi ini kau lakukan di dalam surat resmi kepadaku..”
    “Bergurau? Apa maksud yang mulia?”

    Wellmark mengerenyitkan alisnya tanda dia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh tuannya itu. Prince menggeleng-gelengkan kepalanya dengan gusar “Wellmark, Wellmark…. Di suratmu kau tuliskan, ‘benteng Houston berhasil dijatuhkan dengan gemilang hanya oleh dua orang bersaudara Aurelius’ nah.. kecuali aku telah salah paham, apakah yang dimaksud dengan suratmu ini, hanya dua orang saja bisa menjatuhkan satu benteng? Terlebih lagi Castle of Houston yang bahkan oleh pasukan kita saja sulit ditaklukkan?” Wellmark tertawa, “Memang begitulah adanya My Lord!”

    Tubuh gempal Captain Wellmark bergoyang-goyang dengan liar saat dia mengatakan hal itu. Dia tampak benar-benar bersemangat.

    “Bahkan akupun tidak percaya, saat dua bersaudara itu menghilang, pergi sendirian ke benteng saat sebelum subuh, dan kembali kepadaku dengan menenteng kepala pemimpin benteng pada siang harinya, bahkan saat itu belum saatnya bel makan siang dibunyikan” ujar pria besar itu riang.

    Prince terheran-heran saat mendengar kata-kata penuh semangat dari pimpinan Knight paling kuat dibawahnya itu. Sebagian dari dirinya mengganggap bahwa hal itu mungkin saja termasuk lelucon dari Captain Wellmark, mengingat bukan sekali dia berkelakar dengan mengatakan sesuatu yang aneh dan sulit dipercaya. Namun, Wellmark selalu melakukannya dengan cara, yang membuat semua orang tahu kalau dia sedang bercanda, dan tidak serius dengan kata-katanya. Hal itulah yang tidak ditemukan Prince dari pria gemuk yang berdiri dihadapannya saat ini, ia malah melihat kesungguhan di mata Captain Wellmark saat mengatakannya.

    “Baiklah Wellmark… kurasa aku harus percaya.. walaupun sulit, untuk mempercayai ceritamu dan bahwa Castle of Houston memang betul ditumbangkan oleh dua orang saja, sayang sekali kita tidak tahu bagaimana cara mereka melakukannya..”
    Wellmark tergelak “Kebetulan sekali My Lord, aku sudah berpikiran hal yang sama, dan dengan kebetulan juga, aku menemukan seorang bocah pelayan, yang mengikuti dan melihat semua yang dilakukan dua bersaudara Aurelius di benteng dan melihat dengan langsung sepak terjang dari Dios Aurelius dan Vertus Aurelius, dan dapat menceritakannya dengan detil kepadaku”

    “Bagus! Kalau begitu kau ceritakanlah padaku” ujar Prince,
    Wellmark tersenyum lebar, dan kemudian dengan suaranya yang serak dia memulai ceritanya.

    Two Young Lions

    Dua sosok lelaki mengendap-endap di bawah jembatan di belakang Castle of Houston itu. Mereka bersembunyi dengan bantuan kabut yang sangat tebal yang menyelimuti daerah benteng itu dari semenjak malam.

    Meskipun telah tersembunyi oleh kabut, kedua sosok itu berkemampuan sangat tinggi, dengan tidak menimbulkan suara apapun saat bergerak di air.

    Jembatan itu dijaga oleh dua orang penjaga, yang selalu berjalan menyebrangi sisi-sisi jembatan itu dan kemudian berhenti di sisi lainnya. dengan begitu tidak akan ada yang lolos dari pengamatan mereka. Atau begitulah yang seharusnya.
    Saat kedua penjaga itu berpapasan di tengah jembatan, dengan sigap kedua sosok yang sudah sedari tadi bersiaga dibawah jembatan, melompat naik dari kedua pinggir jembatan, dan dengan sigap membunuh kedua penjaga malang yang bahkan tidak sempat berteriak karena terkejut.

    Dengan cepat, kedua orang itu melepaskan jubah hitam mereka, dan dengan segera mengenakan baju seragam milik penjaga yang mati itu, dan dengan sekejap, mereka sudah tidak ada berbeda dengan prajurit lainnya yang ada di benteng itu.

    “Vertus, aku akan ke kandang kuda...”
    “Baiklah, aku akan langsung masuk ke dalam..”

    Vertus berlari kearah benteng, dan menghilang di dalam kegelapan, sementara itu, seorang lagi, Dios, yang merupakan kakak dari Vertus, berlari kearah istal dimana kuda-kuda benteng itu ditaruh.
    Di pertengahan jalan menuju ke istal, Dios melihat tiga orang prajurit yang saat itu sedang bertugas jaga malam.

    Dios menarik pedangnya yang pipih dan panjang, sebuah Sabre yang dibuat dengan sangat apik, yang sengaja dibuat demi kecepatan dan ketajamannya.

    Dengan kegesitan bagaikan binatang, Dios meloncat dan memanjat tembok benteng disampingnya, kemudian dengan menjadikan tembok benteng sebagai pijakan kakinya, dia melontarkan tubuhnya, mendarat tepat di tengah prajurit-prajurit penjaga itu.

    Dan dengan gerakan yang sangat cepat, Dios berputar, dan menebas leher ketiga prajurit itu, hingga kepala mereka terpisah dari tubuhnya sebelum mereka sempat berkata apapun.

    Dengan tenang dia menyarungkan pedangnya, kemudian membuat tanda salib, sebelum kemudian beranjak mengambil obor yang tergantung, dan dua botol minuman keras yang ditenggak para prajurit penjaga yang telah dia cabut nyawanya.

    Tanpa membuang-buang waktu, dia segera membasahi kayu-kayu lapuk istal kuda itu, dan membakarnya dengan obor.

    Nyala api yang ditimbulkan oleh obor itu terhalang oleh dingin dan lembabnya udara saat itu, ditambah lagi dengan tebalnya kabut, mengakibatkan lambatnya mata api untuk membesar.
    Namun itu sudah termasuk di dalam rencana, dengan demikian, Dios akan punya cukup waktu untuk menyusul adiknya untuk menyusup kedalam benteng.

    Dan diapun segera berlari menuju bangunan utama benteng itu.

    Di perjalanannya, Dios bertemu dengan beberapa prajurit yang menghalanginya.

    Namun, seperti prajurit-prajurit sebelumnya, Dios membunuh mereka dengan cepat, bahkan sebelum para prajurit itu sempat menarik pedang mereka keluar. Dios berlari menyusuri pinggiran benteng yang ditutupi pepohonan, Diantara pepohonan yang berjajar di pinggir benteng itu, hanya terlihat kelebatan-kelebatan perak yang berasal dari tebasan pedang milik Dios, dan bunyi tubuh-tubuh dari prajurit yang terjatuh, tidak bernyawa lagi.

    Setelah berlari beberapa meter, dan membunuh banyak prajurit, Dios berhenti, melihat keatas dan melihat jendela yang terletak lima meter diatas tempatnya berdiri. Kemudian pandangannnya teralih ke pohon besar yang terletak tepat di seberang jendela itu, pohon ek tua dan besar, yang tingginya bahkan hampir menyamai atap benteng.

    Dios menyarungkan pedangnya, melepas tali yang menopang sarung pedangnya dari pinggangnya, kemudian menyampirkannya di punggungnya.

    Dengan kegesitan seekor kucing, dia berlari menuju pohon ek besar itu, dan melompat, menjadikan pohon ek itu sebagai pelontar tubuhnya, dan mencapai jendela diatasnya itu dengan sebelah tangannya, dengan mudah, dia menaikkan sisa tubuhnya yang masih bergantung dengan berayun.

    Jendela itu terbuat dari baja. Namun tidak seluruhnya. Dios melihat kalau gembok jendela itu tidak terbuat dari bahan yang sama, melainkan hanya terbuat dari besi, dan terlebih lagi, sudah berkarat.

    Dios menghunus pedangnya, mengangkat pedangnya hingga sejajar dengan bahunya. Kemudian dengan ketepatan luar biasa, dia menusukkan pedangnya hingga menghancurkan gembok tua yang mengunci jendela itu.

    Jendela itu menghantarkannya pada tangga dalam benteng, Dios menatap tangga gelap itu, kemudian melompat turun, dan berlari naik.

    Tak jauh dari tempatnya naik, dia mencapai sebuah ruangan, dimana terdengar suara riuh.
    Dia menempelkan telinganya untuk mendengarkan lebih jelas suara yang terdengar dari dalam, dan mendapatkan sesuatu yang dia incar. Ruangan ini adalah ruangan para jendral, para pimpinan prajurit itu sedang mengadakan rapat. Suara-suara riuh terdengar saat mereka saling berdebat antara satu dengan lainnya.

    Dios baru saja menggapai pedangnya, ketika dia mendengar suara derap langkah kaki yang sepertinya adalah milik seorang prajurit yang berlari menaiki tangga. Dios segera mundur dan bersembunyi di balik bayangan, tidak terlihat oleh prajurit itu saat dia terburu-buru memasuki ruangan.

    Prajurit rendah tadi membawa berita bahwa istal kuda dalam keadaan terbakar, dan apinya sudah membesar dan gudang makanan terancam ikut terbakar. Ditambah kekacauan yang diakibatkan kuda-kuda yang meloloskan diri dari istal yang terbakar sangat sulit ditenangkan kembali.

    “Apa katamu!” terdengar suara bentakan seseorang, disusul dengan bentakan-bentakan lain yang senada. Tampaknya semua jendral tidak senang mendengar berita itu.

    “TENANG!” teriak seseorang di ruangan itu, dan seketika itu suara Jendral lain menghilang, sehingga suara itu bisa melanjutkan kata-katanya “Tenang! Kau! Cepat bawa aku kesana!”
    Jendral itu segera melangkah keluar, dan tepat pada saat dia melangkah keluar gerbang ruangan itu, sebuah pedang menembus pintu kayu yang tebal itu dan menembus tengkoraknya.

    Teriakan kaget dari Jendral-jendral lain terdengar dari dalam ruangan.

    Dios mencabut pedangnya yang menembus pintu dan membunuh jendral utama musuh itu. Kemudian dengan gerakan sigap dia meloncat kedepan pintu dan segera melancarkan serangan ke jendral-jendral lain yang bahkan belum kembali dari keterkejutan mereka.

    Dengan beberapa tebasan, Dios sudah membunuh empat dari beberapa jendral yang berkumpul disana. Namun saat dia bermaksud membunuh yang kelima, para jendral yang lain sudah sempat untuk menarik pedang mereka dari sarungnya, dan mengacungkannya ke Dios.

    Tersudut, Dios mundur perlahan sambil melihat ke sekelilingnya untuk mencari suatu celah untuknya bertindak.

    Dan disaat itulah, tiba-tiba dinding atas ruangan itu runtuh dan menimpa beberapa dari jendral yang sedang mengepungnya.

    Dari lubang menganga, Vertus melompat turun, kemudian, dengan pedangnya yang besar, dia berputar dan menebas para Jendral menjadi dua sekaligus.

    Jendral-jendral yang tersisa melihat hal itu dengan terror yang tergambarkan dengan jelas di mereka, dan sedetik kemudian, mereka terburu-buru melarikan diri dari situ.

    Dan Dios sudah siap di ambang pintu untuk menghalangi langkah mereka.

    “Minggir!!” teriak salah seorang jendral sambil menyerang kalap ke arah Dios. Yang berakhir dengan tragis bagi para jendral itu. Semuanya mati terpenggal dengan bersih oleh pedang ramping sang kakak, atau dibelah dua separuh badan oleh pedang besar sang adik.

    “Itu sudah semua?” tanya Vertus

    Dios melihat ke semua wajah-wajah korban yang baru saja mereka bunuh. Setelah menutup mata sejenak dan membuat tanda salib, dia berkata “Hanya Gubernur yang tersisa…”

    “Biar aku yang melakukannya.. kau tidak pernah bisa membunuh orang tua.. ataupun anak-anak dan wanita..” ujar Vertus sambil berjalan keluar ruangan itu.

    Tanpa berkata apa-apa, Dios melangkah untuk mengikuti adiknya itu.

    “Kau tahu…” Vertus kembali bicara “Suatu saat kelemahan hatimu itu akan membunuhmu, kak”

    Dios tidak berkata apa-apa, dia hanya memindahkan pedangnya kembali ke pinggangnya dan berlari mengikuti Vertus dalam diam.

    Atau sebenarnya dia berusaha mengingat semua wajah-wajah yang nyawanya dia ambil hari ini, berharap, hal itu akan membuatnya sedikit lebih baik. Walaupun tidak akan menghilangkan dosa-dosanya…
    Dengan sifatnya yang lunak itu, sebenarnya Dios tidak cocok menjadi seorang pendekar, terlebih lagi, seorang prajurit. Namun, selain bahwa keluarganya dikenal sebagai keluarga yang terkenal dalam ilmu pedangnya, dan sudah menghasilkan banyak Masters of Sword, namun juga karena negaranya, Great Harthonia sedang dilanda peperangan .

    Karena itu, meskipun dengan rasa enggan yang besar, namun Dios telah diajarkan sedari kecil tentang kepatriotan dan rasa cinta kepada negaranya, dan karena itulah, ia merasa berkewajiban untuk mengangkat senjata, untuk mengakhiri perang secepat mungkin, dan membawa kedamaian kembali ke negaranya.

    Namun, adiknya, Vertus berbeda dengannya, meskipun bukan seseorang yang kejam, namun bukan juga orang lunak seperti dirinya. Selama memiliki alasan yang cukup, Vertus tidak akan ragu untuk membunuh, dan apabila diperlukan, dia juga tidak akan ragu membunuh wanita, anak-anak atau orang tua. Meskipun begitu, Vertus bukan seorang yang gemar membunuh, bahkan, di suatu saat, dia pernah berkata pada Dios, “Semenjak aku membunuh, semua anggur yang kuminum, bagaikan berasa seperti darah”, dan di saat lain, dia tidak akan ragu, untuk mengayunkan pedangnya.

    “Kurasa dia pasti disini!” seruan Vertus membuyarkan lamunan Dios, mereka telah mencapai sebuah ruangan dengan pintu yang sangat besar. Yang tidak salah lagi, adalah ruangan yang disediakan untuk pemimpin benteng.

    “Aku akan masuk”

    Vertus mendobrak pintu besar itu dengan kakinya, dua penjaga dengan baju jirah besi yang menutupi seluruh mereka menghadangnya.

    “Paladin!” teriak Vertus tidak percaya, Paladin adalah ksatria elite yang diberkati oleh sang kaisar sendiri, dan yang terakhir akan dilakukan oleh mereka, seharusnya adalah mengkhianati sang Kaisar yang telah mereka sumpah untuk selalu melindungi dan melayaninya.

    Salah seorang Paladin menebaskan pedang besarnya ke Vertus, yang dihindari dengan mudah dengan berkelit kesamping olehnya, raut wajah Vertus menunjukan keterkejutan, sekaligus kemarahan.

    “Vertus!” seru Dios

    “Aku tahu!”

    Vertus menarik pedangnya, kemudian, dengan satu tebasan besar, dia berhasil membelah ksatria berbaju zirah itu menjadi dua bagaikan memotong tahu.

    Seorang paladin lagi, yang menggunakan sebuah Lance yang sangat besar, mengarahkan tusukan kearah Vertus.

    Dios mencabut pedangnya dengan cepat, lalu dengan sigap menusukkannya ke celah zirah yang terletak di siku, korbannya meraung kesakitan dan menjatuhkan Lancenya, seketika itulah Dios mengayunkan lagi pedangnya dan memotong leher sang paladin dengan cepat.

    “Hmmph, berani-beraninya mereka menyaru mengenakan jubah paladin” ujar Vertus sembari mengusap darah dari mukanya. Dios, seperti biasa sedang mendoakan musuhnya yang tergeletak tidak bernyawa “Kurasa mereka bukan ingin menyaru, namun baju zirah paladin dan tameng besar mereka tentu memberikan keunggulan dalam perang” katanya.

    “Yah, meskipun mereka tidak memperhitungkan kalau zirah itu akan sangat berat, atau memperhitungkan kalau zirah mereka tidak berguna di depan pedangku” komentar Vertus, Kemudian dia melihat mayat yang dibunuh kakaknya dan menambahkan “Atau tidak berguna juga di depan kecepatan pedangmu, tidak salah kau dijuluki “Dios the flash draws– Dios sang kelebatan cahaya”

    Dios sang kelebatan cahaya, adalah nama julukan yang didapat oleh Dios yang karena kecepatan pedangnya yang terlalu cepat untuk mata manusia normal, sehingga mereka hanya bisa melihat sekelebatan cahaya dari pedangnya saat dia mengayunkan.

    Sedangkan Vertus, dengan pedangnya yang besar, mendapat julukan “Vertus the Demon blade – Vertus sang pedang iblis”. Gelar yang didapat karena pertarungan yang dia lakukan saat di perbatasan tepat setelah kedua bersaudara ini berangkat dari desanya, dan ditengah perjalanan, mereka menemui peperangan antara pasukan kerajaan dan para pemberontak, dan mereka ikut serta dalam peperangan itu. Saat itulah nama julukan ‘Dios sang kelebatan cahaya’ dan ‘Vertus sang pedang iblis’ lahir. Gaya bertarung Vertus, dengan pedang raksasanya menebas musuh-musuh menjadi dua dengan mudah, terkadang mementalkan mayat musuhnya ke udara, dan terkadang menebas kuda dan penunggangnya sekaligus, menyebabkan rasa takut di musuhnya berikut juga diantara pasukannya sendiri.

    Disaat itu mereka melihat Vertus bagaikan hewan buas yang haus darah, bagaikan Iblis yang turun dan mencabik-cabik semua yang ada di depannya. Dari saat itu, namanya terkenal- secara buruk- sebagai sang pedang iblis.

    Mereka melangkah memasuki ruangan tidur sang pemimpin benteng, orang tua itu sudah berpakaian perang lengkap, namun sama sekali tidak berniat untuk melawan mereka, melainkan hanya berlutut gemetar, dengan kepalanya menyentuh lantai, kemudian dia berlutut memeluk kaki Dios sambil memohon-mohon “Tolong ampuni nyawaku! Aku akan berguna sebagai tawanan kalian, aku akan memberitahukan semua rahasia pasukan pemberontak kepada kalia-”

    Sebelum orang tua itu sempat menyelesaikan kata-katanya, kepalanya sudah terlepas dari tempatnya berada. Dios hanya bisa memalingkan wajahnya dari pemandangan itu.

    “Dan, semua sudah selesai..” gumam Vertus pelan

    “… kenapa kau membunuhnya?” tanya Dios pelan, seakan bertanya ke dirinya sendiri.

    “Kalau dia tetap hidup, gerombolan pasukan pemberontak mungkin saja akan melakukan tindakan bodoh dengan mencoba menyelamatkan dia, namun sekarang dia sudah mati, kurasa mereka akan mendapat pukulan yang cukup”

    Dios tidak membalas kata-kata saudaranya, dia tahu kalau hal itu benar, dia sudah memikirkan itu juga sebelumnya. Menyimpan seorang tawanan yang adalah juga seorang bangsawan, tidak akan cukup bagus.

    Selain akan mengakibatkan usaha-usaha penyelamatan yang akan merepotkan, namun juga adanya kemungkinan kalau tawanan mereka itu pada akhirnya akan dibebaskan karena statusnya sebagai bangsawan. Hukuman bagi seorang bangsawan akan memerlukan proses pengadilan yang rumit dan berbelit-belit. Pada saat itu, akan banyak penyusup dari pihak musuh dan menyuap para bangsawan-bangsawan kerajaan, yang pada akhirnya akan membawa masalah lebih besar dari mereka.

    Vertus mengenggam rambut dari kepala sang pemimpin kerajaan yang tergeletak dan mengangkatnya.

    Kemudian mereka berdua segera berlari keluar ruangan itu dan menuruni tangga dalam benteng.

    “Aneh.. tidak ada seorang prajuritpun yang menghalangi kita..” Ujar Vertus, kepala sang pemimpin benteng berguncang-guncang didalam genggamannya.

    “Semua pasti sibuk membereskan ‘kekacauan’ yang kubuat…” gumam Dios pelan.

    Segera setelah mereka berhasil keluar, benar saja, hampir seluruh prajurit benteng berada di sekitar istal dan gudang makanan, istal kuda tampak terbakar habis, sehingga kuda-kuda, yang sepertinya hampir semua, mengalami luka bakar terpaksa ditambatkan di beberapa pasak yang dibuat secara darurat, sedangkan gudang makanan prajurit bernasib lebih baik dari istal, meskipun begitu, telah mengalami kerusakan yang cukup parah juga.

    Salah seorang dari prajurit yang berkumpul menoleh kearah kedua bersaudara itu, dan segera memberitahukan ke prajurit disebelahnya.

    Dalam beberapa detik, ribuan mata telah melihat kearah kedua bersaudara itu.

    “Yah, sepertinya kita harus melawan mereka bukan..”

    Vertus baru menggapai gagang pedangnya, namun Dios menaruh tangannya untuk menahan adiknya. Kemudian dia melangkah kedepan, dan berkata dengan lantang
    “Berhenti! Para prajurit pasukan revolusi! Kalian tidak punya alasan lagi untuk bertarung dengan kami!”
    Para prajurit saling berbisik satu dengan lainnya, melihat bahwa dia sudah berhasil mendapatkan perhatian dari para prajurit, Dios melanjutkan
    “Kami telah membunuh semua jendral kalian, dan membunuh sang gubernur yang kepalanya bisa kalian lihat kami bawa saat ini!” serunya sambil menunjuk ke kepala gubernur yang sedang dibawa oleh Vertus, dan langsung mendapatkan keterkejutan dari para prajurit.

    “Prajurit! Sekarang aku bertanya kepada kalian! Apakah kalian masih perlu bertarung dengan kami!? Pimpinan kalian sudah mati, dan saat ini, pasukan kerajaan sudah mengepung tempat ini, dan dengan benda ini..”

    Dios mengeluarkan benda kecil, sebesar cerutu, yang merupakan sebuah pembuat sinyal asap.

    “Begitu aku menyalakannya, pasukan kerajaan yang kalian kenal dengan nama ‘Knight of Lion’ akan menyerbu kemari, dan apakah kalian kira kalian bisa melawan mereka?”

    Para prajurit mulai berbicara satu sama lain. Semua saling berdebat sehingga suasana menjadi sangat riuh.
    Dan Vertus kehabisan kesabarannya.

    “Kurasa kita harus menegaskan maksud kita dalam kata-kata ‘percuma melawan’ pada mereka”

    Vertus maju sembari menghunus pedang besarnya dengan satu tangan.

    “Lihat!!”

    “Sang Pedang Iblis!”

    “Dan di sebelahnya, jangan-jangan.. sang Kelebatan cahaya!”

    Melihat pedang besar Vertus yang khas, tidak heran para prajurit langsung mengenali Vertus. Dan cerita tentang mereka berdua, melebihi kenyataan bahwa pimpinan mereka telah terbunuh, atau bahwa mereka saat ini terkepung tak berdaya oleh para pasukan kerajaan, telah membuat para prajurit sangat ketakutan.

    “Lari!!”

    “Kita akan dibantai!!”

    Para prajurit saling berhamburan untuk melarikan diri. Keriuhan yang sangat hebat terjadi saat seluruh prajurit berusaha secepat mungkin pergi jauh dari tempat itu. Ada yang terjatuh dan terinjak-injak oleh teman-temannya, ada yang dengan panik berusaha memanjat tangga luar benteng, ada yang dengan terburu-buru menceburkan diri ke sungai di samping benteng.

    “well, kurasa kita berhasil membujuk mereka untuk tidak perlu melawan kita kan?” kata Vertus ringan sambil menoleh kearah kakaknya.

    Dios hanya diam, kemudian dia beranjak meninggalkan tempat itu. “Kita akan melapor ke pasukan kerajaan di luar” katanya.

    “Dan mereka akan menerima kita masuk menjadi salah satu Knight of Lion!” sambung Vertus

    “Entahlah…”

    “Kurasa itu hal yang sudah pasti!”

    Pada saat itu, Captain Wellmark berdiri di luar gerbang benteng, dia baru saja mendapat laporan aneh dari anak buahnya, bahwa terjadi hal yang tidak dapat dimengerti di Castle of Houston.

    Dan saat dia melihat sendiri apa yang terjadi, diapun terheran-heran.

    Bagaimana tidak? Dia melihat prajurit-prajurit pasukan pemberontak berlarian keluar dari Castle of Houston bagaikan orang kesetanan, bahkan ada yang melompat ke sungai dan berenang sejauh mungkin dari benteng itu.

    Terheran-heran, Wellmark memerintahkan ke Knightnya untuk menangkap beberapa prajurit musuh yang lari untuk di tanyai.

    Namun jawaban yang didapatnya, tidaklah seperti yang dia harapkan akan dia dengar dari prajurit-prajurit itu, semua dari mereka meracau tentang sesuatu seperti iblis, atau setan dan bahwa para jendral dan gubernur dibunuh.

    Wellmark semakin kebingungan, dan anak buahnya datang padanya dan menginformasikan kalau ada dua orang berkuda menuju ke arah mereka.

    Wellmark segera beranjak untuk menyambut pendatang ini, dia berdiri di damping oleh dua orang Knight terbaik di kesatuannya.

    “Kapten!” seru salah seorang Knight di sisinya “Lihat!”

    Wellmark sudah melihatnya sebelum anak buahnya memberitahu dia, dia melihat dengan jelas Vertus sedang melambai-lambaikan kepala manusia.

    Kepala sang Gubernur….

    Vertus dan Dios menghentikan kuda mereka beberapa meter dari kemah sang kapten, kemudian turun dan berlutut menghadap sang kapten.

    “Bangunlah, tidak perlu bersikap formal” ujar Wellmark, pria tua gemuk itu memperhatikan kedua pemuda yang ada di hadapannya, dan dia tidak mengenal pemuda-pemuda itu.

    “Siapakah kalian? Dan kenapa kepala gubernur ada pada kalian?”

    Vertus maju dan menceritakan pada sang kapten kisah mereka. Sang kapten mendengarkan mereka dengan kagum dan tercengang-cengang.

    “Sulit dipercaya….” Kata sang kapten ketika Vertus selesai bercerita, baru pada saat Wellmark menemukan seorang bocah pelayan dari Castle of Houston yang melihat semuanya itu, barulah Wellmark percaya sepenuhnya kepada kedua bersaudara itu.

    Vertus mengangkat kedua bahunya, “Well, itulah yang terjadi”

    “Kapten, sebaiknya kapten segera mengerahkan pasukan menduduki Castle of Houston” Sela Dios.
    Wellmark memukulkan telapak tangannya ke dahinya, “Benar juga! Baldwin! Pimpin beberapa orang dan lihatlah keadaan di dalam benteng”

    “Kalau begitu, kami mohon diri dulu..” Dios menunduk memberi hormat kepada Wellmark kemudian menarik Vertus pergi dari situ.

    “Tunggu-tunggu!” ujar Wellmark, “Dari kesatuan manakah kalian?”

    Mendengar kata-kata itu, Vertus segera melepaskan diri dari Dios, kemudian menghampiri sang kapten dan menunduk di depannya “Kami tidak punya kesatuan apapun, dan kami berharap bisa masuk dalam Knight of Lion”

    “Dan siapakah nama kalian? Aku baru saja sadar kalau aku belum mengenal kalian”

    Vertus memperkenalkan dirinya dan Dios, dan menceritakan asal mereka.

    “Aurelius! Kalau begitu tidak diragukan lagi! Kalian pasti termasuk dalam Masters of Sword” seru Wellmark kaget.

    “Kapten!!”

    Seorang Knight tergopoh-gopoh menghampiri Wellmark, kemudian membisikkan sesuatu kepada Wellmark..
    “Astaga!” kata Wellmark dengan mata terbelalak karena kaget.

    “Jadi kalian adalah pahlawan yang sangat terkenal dari perbatasan ‘Sang Kelebatan Cahaya dan Sang pedang Iblis’ tidak dapat kupercaya…”

    Vertus menggaruk kepalanya, “Tidak kusangka berita cepat sekali tersebar”

    Wellmark tertawa, “Luar biasa! Aku tidak menyangka bisa bertemu langsung dengan para pahlawan! Apa kalian yakin ingin masuk kedalam kesatuanku? Aku akan sangat bangga dan senang sekali!”

    Vertus tersenyum senang “tentu saja, kami memang bermaksud begitu! Bukan begitu, kak?”

    Dios, yang sedari tadi mendengarkan dari jauh dengan sengaja melengos, menunjukkan kalau dia tidak terlalu perduli.

    “Nampaknya kakakmu tidak terlalu tertarik..”

    “Ah.. dia memang seperti itu, jadi? Apakah anda akan memasukkan kami?”

    Wellmark menepuk bahu Vertus dengan hangat “Tentu saja, tentu saja, aku akan sangat senang menerima kalian”

    Dios mendengus melihat semuanya itu, kemudian berbalik dan pergi.

    ---

    Wellmark menyesap tehnya, kemudian melanjutkan “Begitulah, tak lama kemudian Knight-ku menemukan seorang bocah pelayan yang mengatakan dia telah melihat pertarungan yang dilakukan oleh kedua bersaudara itu, dan semuanya cocok dengan yang dikatakan Vertus”

    “Tidak kusangka… para Masters of Sword masih ada…” komentar Prince

    “Ya! Dan mereka telah membuktikannya! Sekarang mereka bahkan berada di dalam kesatuanku” Wellmark berdiri dari sofa tempatnya duduk dengan bersemangat, “Knight of Lions-ku, dengan ditambah Sang kelebatan cahaya dan Sang Pedang Iblis…..” Wellmark tampak berangan-angan.

    “Sepertinya kita telah diberkati oleh kekuatan yang sangat besar, bukan begitu?”

    Mendengar ucapan prince, Wellmark tersenyum puas “tentu, My Lord, bahkan, kurasa kita, akan bisa menyerang Castle of Glassglow!!

    “Kalau itu benar terjadi, maka peperangan ini akan langsung berakhir! Apabila Castle of Glassglow bisa ditaklukkan, dan si pemberontak Morgan Callady bisa dihancurkan, maka kita akan menang!” ujar Prince bersemangat.

    Dan kedua orang itu bersulang, masing-masing membayangkan kemenangan besar di depan mata mereka.

    When The Lion Sleeps
    “Apa yang membuatmu jadi begini?”

    Vertus menghampiri kakaknya yang duduk di bawah pohon rindang sambil memejamkan matanya.

    Dios membuka sebelah matanya, lalu menjawab dengan acuh tak acuh “Tidak ada apa-apa”

    “Ha!” teriak Vertus, dia mengibaskan tangannya dengan gusar “Tidak ada apa-apa, hanya saja kau tidak terlalu tertarik bergabung di Knight of Lions, atau mungkin tidak tertarik berpartisipasi di perang ini?”

    Dios tidak menjawab kata-kata dari Vertus, namun dia hanya berdiri, dan beranjak menjauh dari situ.

    Vertus menarik pedangnya tiba-tiba, dan menebaskannya pada Dios yang sedang membelakanginya.

    Beberapa detik sebelum pedang itu menghantam kepalanya, Dios sempat menyadari serangan tiba-tiba ini dan dengan cepat menarik pedangnya sendiri.

    *Trangg!!*
    Pedang Vertus menghantam pedang Dios, Dios mengalirkan serangan Vertus kesamping dengan pedangnya,
    kemudian mengayunkan pedangnya dengan cepat, sehingga ujung pedangnya sampai ke leher Vertus.

    “Apa maksudnya ini?”
    Tanya Dios dengan gusar, ujung pedangnya masih tetap berada hanya beberapa senti dari jakun Vertus.

    Matanya menatap mata adiknya itu dengan marah. Namun tetap berusaha menenangkan api yang bergemuruh di dadanya.

    “Sudah pernah kukatakan dulu..” Jawab Vertus sambil tersenyum, kemudian dia mengangkat alisnya sambil melanjutkan “Kapanpun api di matamu padam, akulah yang akan menyalakannya kembali!”

    Begitu selesai mengatakan kata-katanya, Vertus menggunakan gagang pedangnya untuk menangkis ujung pedang Dios yang mengancam lehernya. Dios segera mundur sebelum pedangnya dipentalkan oleh pedang besar Vertus, dan kemudian memutar badannya untuk menghindari ayunan pedang besar Vertus yang berjarak setipis kertas dari dadanya.

    Vertus mundur selangkah, kemudian dengan cepat, kembali maju dan mengayunkan pedangnya dengan cepat dan liar.

    Dios menggunakan pedangnya untuk menangkis serangan-serangan berat dari pedang besar Vertus. Pedang besar itu seakan mengalir dan tahu-tahu terpental ketika bersentuhan dengan pedang tipis milik Dios.

    “Ilmu Pertahanan Absolut! Sudah kuduga, pedangmu, GlintSabre adalah pedang yang sangat cocok untuk melakukannya! Pertahanan yang sempurna, bahkan Dad tidak dapat menembus pertahananmu!”
    Vertus mempercepat serangan-serangannya, tebasannya semakin tajam dan berat.

    *Trang!!*Trangg!!*Trangg!!!*

    “Sebaiknya cukup sampai disini…” Dios berkata di tengah-tengah hujan tebasan Vertus, pedangnya berputar-putar menangkis setiap serangan, gerakannya begitu mengalir, seakan-akan dia dan Vertus sedang menari dengan pedang mereka.

    “Aku tidak akan mengakhirinya, tidak apabila kau tidak serius menyerangku!” teriak Vertus sambil tetap menyerang Dios dengan ganas.

    “…Baiklah..”

    *TRANGG!!* dengan satu tebasan yang mengarah dari bawah ke atas, Dios mementalkan pedang besar Vertus kebelakang.

    Kemudian Dios menarik pedangnya hingga tegak lurus, menempelkan genggamannya pada dadanya, hingga badan pedang hampir menyentuh wajahnya.

    “Aku akan serius sekarang…” bisik Dios, kemudian matanya berubah menjadi berkilat, penuh semangat tarung. Dan kemudian, seperti nama julukannya, dengan satu hentakan, Dios mengayunkan pedangnya sembari melakukan langkah besar kearah Vertus.

    Vertus menyambut tebasan Dios dengan pedang besarnya, namun, pedang lawannya berubah arah tiba-tiba, dari gerakan menebas, berubah ke menusuk, ketika Vertus menghindari tusukan itu, pedang Dios kembali berbelok menebas, hingga berhasil menebas sedikit bagian dari baju Vertus.

    Melihat itu, Vertus, alih-alih merasa kaget atau marah, namun seulas senyum terbentuk di bibirnya, kemudian seluruh ekspresi mukanya berubah menjadi bersemangat, dan matanya menjadi bagaikan menyala.

    “Inilah yang kuinginkan! Bertarung denganmu! Bertarung dengan satu-satunya orang yang setara denganku!”

    Bersamaan dengan selesainya kata-katanya, Vertus harus menarik pedangnya keatas, dan menangkis tusukan pedang Dios dengan gagang pedangnya.

    “Heh!”

    Vertus menendang badan pedangnya, hingga pedang besar itu terayun hampir saja mengenai wajah Dios apabila pemuda itu tidak melangkah mundur tepat pada waktunya. Tidak berhenti sampai situ, Vertus menyambung serangannya, dia memutar badannya dan membuat pedang besarnya berputar seperti kincir, kemudian dengan mudah, dia memutar pedang besarnya dengan satu tangan dan kembali menebaskannya tegak lurus.

    Begitu pedang besarnya menyentuh tanah, daratan bagaikan meledak Karena kekuatan tebasan Vertus, tanah terbelah dua oleh tebasannya, rumput-rumput berterbangan di sekitar para petarung.
    Bagaikan petir, ujung pedang Dios melesat di tengah-tengah ledakan rumput dan bunga, yang harus ditangkis Vertus dengan menggunakan badan pedang besarnya sebagai tameng, namun tetap saja membuatnya terdorong kebelakang.

    Tusukan kilat itu diikuti dengan tusukan-tusukan beruntun yang dilancarkan oleh Dios, suara besi beradu bagaikan suara hujan. Ratusan tusukan dilancarkan oleh Dios dengan sangat cepat, sehingga Vertus merasakan pedangnya bagaikan di hantam oleh ribuan pedang di saat bersamaan.

    Vertus menguatkan genggaman tangannya pada pedangnya, kemudian mengayunkan badannya untuk bersalto diudara.

    Dorongan tusukan beruntun dari Dios dipergunakan oleh Vertus untuk memberinya kekuatan putaran untuk pedangnya berayun keatas.

    Dios mengambil posisi dan siap menyambut Vertus dengan tusukannya apabila dia turun kebawah.
    Namun hal itu tidak cukup untuk membuat Vertus berhenti, melihat hal yang tidak menguntungkan baginya, Dios segera menghindar dengan melompat.

    Pedang Vertus kembali menyebabkan ledakan besar di tanah, namun kali ini, pedang besarnya tertanam hampir separuhnya di tanah.

    Dios mendarat dengan ringan diatas badan pedang Vertus, kemudian sekali lagi dia menodongkan ujung pedangnya ke antara alis mata Vertus, namun Vertus hanya tersenyum, kemudian dia menendang gagang pedangnya.

    Dios melompat bersamaan dengan pedang Vertus berputar diudara, Vertus melompat dan menangkap gagang pedangnya, kemudian langsung menebaskan pedangnya pada Dios yang sedang melayang diudara.
    *Trengg!!* karena tidak adanya pijakan kaki yang memadai, Dios hanya bisa menerima serangan Vertus dengan gerakan seadanya.

    Dia berhasil menangkis serangan Vertus, namun akibatnya dia jadi terpental, dan melesat menuju tanah.
    Hanya karena kelenturan tubuhnya, Dios berhasil memutar tubuhnya sebelum kepalanya menghantam batu. Namun, hantaman keras tubuhnya pada batu tetap mengakibatkan rasa sakit di sekujur tubuhnya, disertai dengan rasa pening di kepalanya.

    Dios berusaha berdiri, namun kembali terjatuh pada lututnya, rasa pening dikepalanya amat sangat, sehingga dia hampir tidak bisa merasakan kakinya.

    *Swossh*

    Pedang besar Vertus berayun tepat di samping wajahnya, dan menggores pipinya.

    Dengan pandangan berkunang-kunang, Dios melihat Vertus berdiri di sampingnya.

    “Nampaknya aku menang….” Katanya sambil mengulurkan tangan untuk membantu Dios berdiri “Tapi aku seharusnya sudah mati dua kali, atau bahkan lebih, kalau saja kau tidak ragu…”

    “Kalah adalah kalah, tidak ada alasan lain” sahut Dios dengan lirih, kepalanya terasa sangat pening, hingga berdiri saja sudah menghabiskan seluruh kekuatannya.

    “Kau ini…” Omel Vertus, namun senyuman tidak hilang dari wajahnya, tanda dia sangat menikmati pertarungan mereka barusan.

    Dan baru saat itulah mereka baru sadar kalau pertarungan mereka barusan ditonton oleh Wellmark yang baru saja kembali, dan seluruh Knight of Lions, mereka tidak menyadari, karena mereka terlalu berkonsentrasi dalam menghadapi satu sama lain, di pertarungan antara lawan yang seimbang, kehilangan konsentrasi sama saja kekalahan, atau lebih buruk, kematian karena kecerobohan.

    Dios dan Vertus segera mendapat tepuk tangan yang sangat riuh dari Wellmark dan semua Knight-nya.
    Wellmark maju untuk menyambut mereka berdua “Pertarungan yang benar-benar gila, kini aku yakin, tidak akan ada seorangpun di negara ini yang sebanding dengan kalian berdua”

    “Ooh… ya ampun…” Vertus memutar bola matanya “Bagaimana nih, kak?” tanyanya pada Dios.

    “Kau yang memulai, kau yang bertanggung jawab” ujar Dios lemah “Aku lelah, aku…. Tidur dulu..”

    “Whoa! Hey!!” Vertus berteriak mengguncang-guncang tubuh kakaknya, namun Dios sudah tertidur dengan sangat pulas, bagaikan orang mati.

    ---

    Dios terbangun pada saat sinar matahari masuk dari jendela kamarnya yang terbuka. Dia membuka sedikit matanya, berusaha membiasakan diri pada cahaya matahari yang menyilaukan matanya.

    Dia mengerjap-ngerjapkan matanya, melihat langit-langit yang asing baginya…

    “Ah!” seru seseorang dari sebelah tempatnya berbaring. Seorang gadis, Dios tidak sempat melihat wajahnya karena gadis itu terburu-buru berlari keluar ruangan sambil meneriakkan “Sir Knight sudah terbangun..!” ujarnya pada seseorang di luar.

    Kemudian Vertus dan Wellmark memasuki ruangan, bersama dengan seorang pria lain yang berambut pirang seperti padang pasir.

    “Well.. Well… akhirnya kau bangun juga” ujar Wellmark dengan senyum ramah yang menjadi ciri khasnya. Sedangkan Vertus menggeleng-gelengkan kepalanya di samping pria itu “Benar-benar.. kau dan kebiasaan hibernasi-mu itu…” ujarnya dengan senyum mengejek.

    Dios bergegas berdiri, dan setelah merapikan penampilan seadanya, dia berkata “Berapa lama aku tidur…”
    “Well… kau telah tidur tiga hari..” Ujar Wellmark sambil mengelus-elus dagunya yang ditumbuhi bulu-bulu janggut tipis dan dengan alis bertaut seperti orang yang berpikir.

    “Hmm.. lebih lama dari perkiraanku..”

    “Tapi sungguh luar biasa! Semua lukamu pulih bagaikan menghilang! Hanya dalam tiga hari!” ujar pria berambut pirang yang ikut dengan Wellmark dan Vertus. Pria itu berumur sekitar lima puluhan, dan dari bajunya, Dios langsung mengenali kalau orang itu dokter.

    Dios menatap ke arah Vertus “Kau memanggil dokter?”

    Vertus hanya mengangkat bahunya sambil berkata, “Aku sudah coba mengatakannya pada kapten, tapi dia bersikeras kalau orang yang tidak bangun sama sekali dalam dua hari artinya tidak beres..” ucapnya ringan sambil melayangkan senyum ke arah Wellmark, kemudian menoleh kembali ke Dios sambil melanjutkan “Kukira, kalau kau tidur selama sebulan, seperti saat kau terluka parah waktu itu, mungkin saat ini kau terbangun dan mendapati dirimu sudah ditempatkan di dalam peti mati..”

    “Kuharap itu tidak terjadi lagi..” jawab Dios ringan, kemudian dia menunduk ke arah Wellmark untuk memberi salam, kemudian menjelaskan “Maaf terlambat memberi salam, Kapten Wellmark..”

    “Tidak apa-apa, lupakan saja tata cara formalmu itu, di Knights of Lion tidak perlu ada basa-basi seperti itu,
    kita adalah keluarga, tapi..” Wellmark menaikkan sebelah alisnya dengan tatapan menyelidik bertanya “Apakah kau biasa tidur seperti itu?”

    Dios tersenyum sebelum menjawab “Well, begitulah dalam kasusku, aku akan perlu melakukan, apa yang disebut oleh Vertus, Hibernasi, untuk memulihkan luka-lukaku, dan, kalau dalam kasus Vertus, kurasa dia sudah menghabiskan jatah makanan untuk beberapa minggu kalian?”

    Mata Wellmark terbelalak lebar “Bagaimana…. Oh! Jangan katakan!?”

    Dios memberi senyum mengejek melihat Vertus, yang dibalas dengan senyum yang sama oleh Vertus.

    Tanpa diduga, Wellmark tertawa “Hahaha.. benar-benar! Aku tidak bisa tidak terkejut dengan kalian! Para Masters of Sword benar-benar unik!” Wellmark memutar posisi sebuah kursi yang ada disitu, kemudian duduk dengan posisi terbalik di kursi itu, dengan tangannya yang gempal bertengger di senderan kursi “Jadi, kekuatan kalian yang luar biasa ada bayaran mahalnya! Satu harus tidur dalam waktu lama, sedangkan satu lagi akan makan seperti seekor beruang!!”

    Dios dan Vertus tersenyum bersamaan.

    “Well, lalu apakah kau tidak memerlukan makanan?” tanya Wellmark ke Dios.

    “Tentu saja aku butuh, tapi aku membutuhkan porsi normal saja, sama halnya seperti Vertus hanya butuh tidur layaknya manusia normal”

    “well, baiklah, aku akan segera menyuruh pelayanmu untuk mengantar makanan untukmu!” ujar Wellmark sambil beranjak keluar, diikuti oleh sang dokter.

    “Pelayanku?” tanya Dios tepat sebelum Wellmark keluar dari pintu.

    “Tentu saja! Pimpinan regu dari Knightku tentu harus memiliki pelayan pribadinya!” ujar Wellmark lalu segera keluar dari ruangan.

    Dios menatap Vertus dengan tatapan kaget bercampur tidak percaya “Pimpinan Regu!?”

    Vertus mengangkat bahunya, namun senyum bangga tersungging di bibirnya “Tidak ada Knight lain yang sekuat kita, ingat? Itulah alasannya…”

    Dios baru saja ingin memprotes, sebelum seorang gadis pelayan, gadis yang sama dengan yang tadi dilihat Dios saat baru saja bangun dari tidurnya.

    Gadis itu cantik, rambutnya yang hitam, alisnya yang membujur indah dan berwarna sama, dan mata berwarna hitam yang sangat dalam…

    “Kau.. siapa namamu..” tanya Dios

    “Nama saya Jade, tuan..” jawab gadis itu.

    “Jade? Tapi kau… bukan orang dari negara ini kan?”

    Gadis itu menggeleng, “Bukan tuan… hamba.. dari seberang lautan..”

    “Dan namamu bukan Jade, kan?” selidik Dios

    Gadis itu menatap Dios sekilas, namun lalu menunduk dengan wajah memerah “Bukan.. nama asli saya… Ying… tapi… disini.. saya.. dikatakan.. maksud saya.. lebih.. mudah.. dipanggil.. Jade… karena, nama asliku… susah diucapkan….” Jawab gadis itu pelan dan terbata-bata.

    “Bolehkah aku memanggilmu dengan nama aslimu saja? Aku lebih menyukai nama aslimu..” bujuk Dios dengan lembut. “Dan kurasa Ying, memang lebih bagus, sangat cocok dengan dirimu..”

    Gadis itu menatap Dios dengan mata yang menyiratkan kebahagiaan, namun langsung buru-buru menundukkan wajahnya. Sang pemuda dapat melihat muka gadis itu memerah sampai ke kupingnya, namun ada anggukan kecil yang hampir tidak terlihat dilakukan gadis itu.

    “Baiklah… Ying, mengapa kau bisa sampai disini? Dan berkerja sebagai pelayan?” tanya Dios dengan lembut.

    Gadis itu menatap Dios, namun terlihat ragu untuk bicara, dan kembali menyembunyikan wajahnya.

    Dios beranjak dari tempatnya duduk, kemudian berlutut di depan tempat gadis itu berlutut, Dios mengulurkan tangannya untuk menyibakkan rambut hitam panjang gadis itu, dan menampakkan wajah cantik gadis itu.

    “Jangan takut.. aku tidak akan menyakitimu..” bisik Dios.

    Ying mengangkat wajahnya, kemudian tersenyum kecil, senyuman yang lemah, namun cukup untuk membuat hati Dios bergetar, kemudian gadis itu berkata lagi dengan suaranya yang merdu “terimakasih Tuan.. hamba, bukanlah pelayan.. hamba hanyalah budak saja.. hamba diculik dari tempat asal hamba.. kemudian, dijual sebagai budak.. untung master tempat ini sangat baik, hingga mau menampung dan memperkerjakan hamba dengan baik… disini…”

    Dios mengelus rambut hitam gadis itu yang sehalus sutra “Sungguh malang nasibmu.. tetapi syukurlah, kau tidak pernah menemui keburukan yang menimpamu disini..” katanya dengan nada menenangkan.

    “Ya.. saya sangat bersyukur pada Tuhan akan itu…” jawab gadis itu, dia tersenyum, senyuman yang bagaikan dewi, pikir Dios dalam hatinya.

    “Baiklah.. lalu, kau sekarang menjadi pelayan pribadiku?” tanya Dios

    “Ya.. hamba akan menjadi pelayan pribadi untuk Tuan, Master dan Jendral Wellmark telah mengaturnya begitu..” jawab gadis itu.

    “Baiklah, kau tidak perlu takut.. aku yang akan menjaga dan melindungimu mulai sekarang..”

    Gadis itu hendak memprotes, namun Dios memberikan isyarat dengan jarinya agar gadis itu tidak mengatakan apa-apa lagi, kemudian pemuda itu melanjutkan “Dan satu hal lagi.. apabila kita hanya berdua, bisakah kau memanggilku Dios saja? Seperti aku memanggilmu Ying? Dan jangan menganggap aku majikanmu, aku minta anggap saja kau membantuku, bukan melayaniku, bisakah?”

    “Tapi, Tuan, hamba….” Jawab gadis itu, nada kepanikan terdengar di suaranya.

    Dios menggeleng pelan “Bukan, bukan Tuan, tapi Dios, lalu aku tidak menginginkan kau menyebut dirimu sebagai Hamba kepadaku, aku mau kau menganggap bahwa kita adalah sejajar, sebagai sahabat, bukan majikan dan pelayan..”

    “Tapi… hamba… aku… hamba tidak bisa melakukannya….” Ujar gadis itu sambil menggelengkan kepalanya kuat-kuat

    “Biasakanlah, dan aku serius dalam permintaanku ini.. bisakah kau melakukannya untukku?” ucap Dios dengan lembut dan membujuk.

    “Tapi… kenapa?” tanya gadis itu

    “Karena aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai pelayanku.. aku menganggapmu sebagai gadis yang setara denganku, dan seorang gadis yang sangat cantik, lebih menyerupai dewi dibanding hanya sebagai pelayan..”

    Kata-kata Dios yang diucapkan dengan tulus itu menggetarkan gadis itu, karena baru kali itu seorang pria mengatakan pujian kepadanya dengan nada tulus, bukan dengan nada menggoda dan kurang ajar yang biasa di dengarnya dari lelaki-lelaki lain yang datang ke penginapan.

    “Ying?...”

    Suara lembut dari Dios menyadarkan gadis itu, dia baru saja sadar kalau dia telah berdiri dengan pandangan mendamba pada lelaki itu, lelaki yang menurutnya masih sangat muda, namun memperlihatkan kalau dia baik hati dan sangat tulus dalam kata-katanya ke gadis itu.

    Butuh beberapa saat bagi Ying untuk menemukan kembali suaranya, kemudian dengan susah payah gadis itu berkata “Ham…aku… akan memasakkan sesuatu untuk.. tu.. untuk..mu..”

    Dios tersenyum mendengar kata-kata gadis itu, kemudian dia mendapat suatu ide yang sangat bagus.
    “Ying… apakah.. apakah mungkin aku boleh ikut denganmu untuk memasak?”

    Ying menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya, baru kali ini ada seorang pria yang menawarkan diri untuk memasak bersamanya. Sepanjang pengetahuannya, bagi pria-pria yang menyebut dirinya Knight, selain berperang, mereka tentu hanya menikmati hidupnya dengan bersenang-senang, menyantap makanan dan hiburan-hiburan lainnya. Setidaknya adik dari pria yang berdiri di depannya ini, Sir Vertus, bersikap layaknya seorang Knight sejati.

    Melihat pandangan gadis itu, seakan Dios dapat membaca pikiran gadis itu dan berkata “Aku menikmati memasak, dan hal-hal lainnya yang mungkin dianggap orang-orang aneh, mengingat posisiku, namun, kau tahu, aku tidak begitu menyukai pertempuran, dan aku benci kalau harus membunuh..” jelasnya.

    “Lalu.. kenapa kau menjadi seorang Knight?” tanya gadis itu dengan polos yang kemudian disadarinya bahwa pertanyaannya itu terlalu kasar, Ying segera menunduk-nunduk memohon maaf pada Dios, namun pemuda itu tidak marah, melainkan hanya memegang pundak si gadis, “Tenanglah, aku tidak marah, dan, alasannya aku menjadi Knight, adalah karena adikku, Vertus, menginginkannya..”

    Wajah gadis itu menyiratkan rasa ingin tahu dan perasaan penasarannya, Dios tersenyum melihatnya dan sekali lagi, seakan dia bisa mendengar hal yang dipikirkan oleh gadis itu, pemuda itu melanjutkan “Aku tidak pernah ingin menjadi seorang Knight, bagiku, lebih menyenangkan mengelola sebuah restoran atau penginapan dibandingkan harus mengambil nyawa orang….”

    “Namun kau sudah melindungi lebih banyak nyawa lagi..” komentar gadis itu, “Dan, kurasa… kau akan bisa mengakhiri perang ini.. dan mengembalikan perdamaian.. di negara ini..”

    Dios terbelalalak keheranan, bagaimana mungkin gadis itu bisa mengatakan hal yang sangat ingin dia dengar, kata-kata yang sudah mengangkat perasaannya yang bagaikan berkubang di lumpur karena dosa-dosanya, beberapa patah kata yang sudah menyelamatkannya dari kegelapan.

    Dios pasti sudah memperhatikan gadis itu terlalu lekat, karena gadis itu terlihat jengah, dan kemudian memalingkan wajahnya sambil berkata pelan “Sebaiknya… kita segera memasak… jika kau ingin… karena sebentar lagi… aku masih harus memasak untuk makan siang seluruh tamu penginapan juga..”

    Dios tersenyum, dan berkata “Tentu saja aku akan membantumu memasak untuk mereka juga!”

    Kemudian dia menghampiri gadis itu, dan mereka segera keluar ruangan dan menuju kearah dapur penginapan itu.

    ---

    “Luar biasa!!” ujar Wellmark setelah menghabiskan isi piringnya sampai tandas “Biasanya masakan sudah sangat lezat, namun masakan barusan, benar-benar mengalahkan masakan istana sekalipun!!”

    Wellmark berseru kepada Master penginapan yang sedang duduk di kursinya dibalik meja bar “Master!! Siapapun yang telah memasak makanan ini sungguh luar biasa!! Aku sangat ingin mengajaknya untuk menjadi juru masak di kesatuanku!!” ujarnya.

    Master penginapan itu tersenyum “Tapi kau sudah merebutnya dariku, Jendral!” jawabnya “Gadis yang kau jadikan pelayan bagi Sir Knight yang tertidur lama itulah yang memasaknya, dia adalah juru masak andalanku, dan sekarang aku bingung bagaimana aku bisa melanjutkan usahaku tanpanya!” seru master dengan tertawa, dia memang merasa kehilangan gadis itu, namun, setelah melihat Dios, orang tua itu hanya berharap, kalau gadis itu, yang selama ini dirawat sebagai anaknya sendiri, bisa lebih makmur apabila menjadi pelayan pribadi Knight yang diakui di kesatuannya.

    “Tidak!” ujar Vertus tiba-tiba “Aku memang masih bisa merasakan cara masak yang sama seperti yang sebelumnya dihidangkan, tapi.. aku mengenal cara mengolah makanan seperti ini!!”

    Wellmark menatapnya heran “Apa maksudmu?”

    Vertus tersenyum seraya beranjak dari tempat duduknya, “Dios!! Aku yakin dia yang memasaknya! Dan kurasa dia memasaknya bersama gadis itu!” Vertus segera berjalan menghampiri dapur, Wellmark dan Master mengikutinya karena rasa penasaran mereka.

    Ketika mereka mencapai dapur, mereka mendengar suara tawa yang terdengar dari dalam.

    Ketiga pria itu melongok kedalam, dan mendapati kalau Dios dan Ying sedang menikmati makanan yang terletak di depan meja mereka sendiri. Dan Dios masih mengenakan celemek, yang menunjukkan dugaan Vertus benar, memang dialah yang memasak makanan yang dibuatnya bersama dengan gadis itu.

    Namun, ketiga pria itu tidak mengganggu kedua muda-mudi itu, mereka bertiga bertatapan dengan penuh arti, kemudian mengendap-endap menjauh dari situ. Dalam hatinya, master berterimakasih pada Tuhan, dia belum pernah melihat wajah gadis itu segembira yang baru saja dilihatnya, dan dugaannya tentang Dios sepertinya benar, “Kuharap kau bisa berbahagia, Jade..” bisiknya.

    ----

    Malam itu Ying tidak bisa tidur…

    Dia terlalu bahagia saat ini, hingga rasanya dia tidak bisa tidur karena takut kalau mimpi indahnya ini akan segera berakhir bila esok tiba.

    Dia tidak percaya akan keberuntungannya, sebelumnya dia sudah sangat takut, ketika master, yang sudah dianggapnya bagai ayah sendiri, mengatakan kalau dia akan menjadi pelayan pribadi seorang Knight.

    Di dalam benaknya, Knight yang akan menjadi majikannya, akan sama saja dengan semua Knight yang datang ke penginapan, dan akan memperlakukannya dengan semena-mena, atau, lebih mengerikan lagi, akan memaksanya untuk memuaskan nafsu pria itu.

    Namun, Dios benar-benar berbeda, dia benar-benar baik, sebagai Knight, bahkan, pria itu bahkan lebih baik dari semua pria-pria yang pernah dia kenal. Lebih dari semua bangsawan yang mampir ke penginapan tempatnya berkerja ini.

    Pria itu bukan hanya baik kepadanya, namun juga menghargainya layaknya dia adalah seorang putri, bukan seorang pelayan, tidak pernah ada pria yang begitu terhadapnya selama ini, statusnya sebagai pelayan, terlebih lagi, karena dia adalah orang dari negara asing, membuatnya sering mendapat perlakuan yang membuatnya terhina, dan kehinaan demi kehinaan yang didapatnya, secara otomatis membuat sifatnya menjadi pemalu dan sangat tertutup.

    Namun hari ini Dios telah membuatnya tertawa..

    Tiba-tiba dia teringat kalau pria itu bisa memasak dengan sangat luar biasa, yang membuat masakannya yang biasa saja menjadi benar-benar istimewa.

    Lalu, dia juga teringat, kalau pria itu mengajaknya makan bersamanya. Dia tidak pernah mengira akan bisa semeja dengan seorang yang berbeda statusnya dengannya, terlebih lagi orang itu seharusnya adalah majikannya, karena itu mereka berdua tidak makan di ruangan makan penginapan, namun Dios mengajaknya makan bersama di meja dapur, dan menolak untuk makan apabila Ying tidak menemaninya makan.

    Ying menutup wajahnya dengan bantal sambil berteriak sekerasnya, kegembiraannya meluap-luap, hingga dia benar-benar tidak sanggup lagi untuk tidur.

    Menyadari kalau akan percuma saja kalau dia tetap berbaring saat ini, gadis itu turun dari tempat tidurnya, kemudian mengganti bajunya dan mengenakan mantel hangat, dan memutuskan untuk keluar sebentar, “Aku akan berjalan-jalan sebentar…” pikirnya.

    Begitu keluar dari kamarnya, sesaat matanya mengarah ke kamar tidur milik Dios..

    Kemudian dia tersadar, dan segera berjalan dengan agak cepat menuju taman di depan penginapan, semburat merah muncul di pipinya karena malu.

    Ketika sampai di pintu, Ying mendengar suara orang berbicara dari arah taman..

    “Tidak mungkin, His Lordship tidak mungkin melakukan hal ini..” ujar sebuah suara, yang dikenal Ying sebagai suara Wellmark, nada bicaranya terdengar sangat gusar.

    “Saya hanya menghantarkan pesan, My Lord..” ujar seorang lagi

    “Tapi.. apakah kau yakin, kalau…. Kau tidak salah mengucapkan perintah dari His Lordship?” tanya Wellmark dengan penuh harap.

    “Tidak, kurasa tidak.. perintah itu tidak mungkin bisa salah diucapkan..” kata seorang lagi “His Lordship dengan jelas mengatakan ‘Knights Of Lions akan menyerang Castle of Odell, namun, diperintahkan agar Aurelius bersaudara memasuki benteng, dan Knight yang lain akan menunggu sampai ada kode, dan baru menyerang setelah pintu benteng berhasil diturunkan’ itulah perintahnya, tidak mungkin ada kesalahan” ucap orang itu tenang.

    “Tidak… itu.. sama saja mengorbankan mereka berdua.. Castle of Odell… penuh dengan jebakan.. dan.. tidak mungkin keduanya akan bisa keluar dari kepungan prajurit kalau mereka menurunkan pintu benteng, peralatan penurun pintu benteng berada jauh dibelakang benteng, di daerah terbuka, sehingga tidak mungkin ada orang bisa mendekati tanpa terlihat patrol… dan lebih buruk lagi… itu terletak di sebelah barak prajurit, tidak… mereka tidak bisa melawan enam ribu prajurit hanya berdua saja.. itu sama saja dengan mengorbankan mereka.. meskipun apabila pintu benteng berhasil diturunkan…. Kita bisa menang, namun, dengan pengorbanan kedua Aurelius itu…” gumam Wellmark seperti kesetanan, dia berpikir sangat keras, dan semuanya tampak mustahil baginya, hingga dia menggelengkan kepala dengan putus asa.

    “Maaf Jendral, tapi bukankah dua bersaudara Aurelius itu sangat kuat? Aku mendapat kesan seperti itu dari cara His Lordship menceritakannya padaku, dan beliau sangat percaya kalau dua bersaudara Aurelius itu akan mampu melaksanakan tugas ini tanpa kesulitan..” kata sang pembawa pesan itu dengan heran, sepertinya reaksi dari Wellmark tidak seperti yang diharapkannya.

    Wellmark menggeleng “Mereka memang kuat… namun tetap saja.. melawan enam ribu orang hanya berdua saja.. adalah hal mustahil..”

    “Tidak bisakah mereka menurunkan jembatan, dan kemudian melarikan diri dari situ?” tanya sang pembawa pesan.

    “Tidak mungkin, sebelum mereka berhasil menurunkan jembatan benteng, mereka sudah akan terlihat oleh para pengawas yang disiagakan di menara-menara pengawas, dan hanya dalam sekejap, mereka akan terkepung, bahkan sebelum mereka beranjak menjauh dari peralatan penurun jembatan itu…” ujar Wellmark, suaranya terdengar begitu putus asa.

    Ying, yang saat itu mendengarkan semua percakapan kedua pria itu sambil bersembunyi di balik pintu, merasakan dunianya bagaikan runtuh, semua hal yang didengarnya membuat kakinya sangat lemas.

    Bagaimana mungkin, pikirnya, bagaimana mungkin dia akan kehilangan Dios begitu cepat, bagaimana mungkin esok hari Dios akan disertakan di misi yang akan membuatnya kehilangan nyawanya, dan bagaimana mungkin dia bisa kehilangan lelaki itu, setelah dia baru menyadari kalau dia benar-benar mencintai pria itu, saat ini, saat dia akan segera kehilangan pria itu…

    Tanpa sadar, Ying sudah berlari, dia tidak memikirkan apapun kecuali Dios, kakinya dengan sendirinya membawanya ke pintu kamar Dios.

    Dia tidak ingat untuk mengetuk pintunya, gadis itu langsung membuka pintu kamar lelaki yang dicintainya itu.
    Ying mendapati Dios masih belum tidur, lelaki itu sedang duduk dalam posisi yang sepertinya adalah posisi meditasi. Pemuda itu menatap sang gadis dengan tatapan heran, namun tetap dengan keramahan yang sama.

    Ying berdiri diam di ambang pintu, hanya menatap lekat ke arah pemuda di depannya tanpa mengatakan apa-apa.

    “Ying? Apa yang terjadi? Kenapa kau kemari malam-malam begini?” tanya Dios, dia menjadi khawatir melihat pucatnya wajah Ying saat menatapnya.

    Lalu, tanpa bisa ditahan lagi, tangisan Ying meledak, gadis itu langsung lari ke Dios dan menyembunyikan wajahnya di bahu pria itu.

    “Tenanglah… kumohon, ceritakanlah padaku, apa yang membuatmu sedih? Apa yang mengganggumu?” tanya Dios, dia menenangkan gadis itu dengan mengelus-elus lembut rambut hitam dan panjang milik Ying. “Aku akan melindungimu, tenanglah, bukankah sudah kukatakan kepadamu, kalau aku yang akan menjagamu, kau tidak perlu khawatir apapun…”

    Ying mengangkat wajahnya, kemudian dengan kepedihan yang sangat, dia berbisik pelan “Aku tidak ingin kehilanganmu, Dios… aku.. tidak akan sanggup… kehilanganmu?”

    “Kehilanganku? Apa yang kau katakan? Kau tidak akan kehilangan aku, aku tidak akan membuangmu” jawab Dios dengan lembut.

    Ying mengeleng lemah, “Bukan… bukan itu…” bisiknya

    “Hmm? Lalu kenapa kau sesedih ini? Katakanlah padaku..” bujuk Dios sambil menarik kepala gadis itu untuk bersender di dadanya. Di dalam pelukannya, tangisan gadis itu berangsur-angsur memelan.

    “Aku… mendengar hal yang mengerikan….” Bisik gadis itu di dalam pelukan Dios, “Ceritakanlah… dan kemudian aku akan meyakinkanmu kalau kau tidak perlu takut” jawab Dios.

    Ying menghirup nafas dalam, menelan ludah, kemudian mulai bercerita di dalam pelukan Dios, dia menceritakan semua yang baru saja dia dengar, percakapan Wellmark dengan seorang pembawa pesan, lalu, di akhir cerita, gadis itu mengatakan dengan lirih “Aku.. tidak mau kehilanganmu…”

    Dios berpikir sejenak, kemudian berkata “Kurasa aku tidak akan meninggalkanmu.. aku akan kembali padamu.. aku berjanji..” dia menatap gadis yang menatapnya dengan lemah di dalam pelukannya dengan tatapan dalam yang mengandung ketulusan namun terdapat semangat di dalamnya. Semangat yang menunjukkan kehidupan, semangat yang membuat Ying merasa hangat saat menatap dua mata hijau yang menenangkan sekaligus melingkupinya.

    “Maukah.. kau berjanji?” tanya gadis itu.

    “Ya… aku berjanji, aku akan selalu kembali kepadamu..” ucap Dios dengan tegas namun tetap dengan kelembutan yang sama “Apakah kau bisa mempercayaiku?”

    “Aku… percaya..”

    Lalu dengan lembut, Dios mengecup bibir gadis itu, dibawah cahaya bulan dan bintang-bintang, kedua insan itu telah saling mengerti, kalau mulai dari saat ini, mereka tidak akan sanggup dipisahkan satu sama lainnya. Jiwa mereka saling memanggil. Dan Ying menitikkan airmatanya, separuh karena lega dan merasa terlindungi, separuh lagi karena merasa bahagia.

    Keesokan paginya Ying terbangun dan menyadari kalau dia telah tertidur di tempat tidur Dios. Sedangkan dia mendapati pemuda itu sedang tidur di sofa. Bahkan tanpa selimut, karena selimut satu-satunya di kamar itu sudah dipakai untuk dirinya.

    Hati gadis itu tersentak, kemudian dipenuhi dengan rasa haru dan kebahagiaan, dia berdiri dan mendekati pemuda itu, kemudian menyelimutinya dengan selimut yang menempel dibadannya.

    Kemudian gadis itu menunduk dan mengecup dahi sang pemuda yang tertidur.

    ---

    Hati sang gadis menjadi kembali gundah setelah acara makan siang selesai.

    Wellmark memanggil semua Knightnya dan mulai membicarakan dengan serius mengenai rencana menyerang Castle of Odell, sang Jendral mengucapkan setiap katanya dengan nafas yang tertahan dan dengan raut muka yang pucat. Nampak jelas Wellmark telah melewatkan malam dengan tidak tidur sama sekali.

    Namun, perintah adalah perintah, dengan berat hati, Wellmark tetap harus membicarakan hal ini dengan para Knightnya. Lalu, seperti yang telah dia perkirakan, teriakan tidak percaya dan teriakan protes datang dari anak buahnya.

    Tapi anehnya, menurut Wellmark, bahwa kedua bersaudara Aurelius malah tenang-tenang saja mendengarkan berita itu. Sang adik tampak acuh tak acuh, sedangkan sang kakak, yang duduk di samping sang gadis pelayannya yang berdiri di sebelahnya, nampak tenang, dan sesekali membisikkan sesuatu ke gadis pelayannya itu, dan dibalas dengan anggukan kecil oleh sang gadis.

    Melihat hal itu, Wellmark menjadi heran dan bertanya, “Bagaimana? Dios? Vertus? Ini mengenai kalian, jadi aku ingin tahu apakah kalian akan melakukannya? Atau mungkin aku akan mencoba mengatakan kepada His Lordship kalau rencana ini benar-benar mustahil dilakukan…?”

    Vertus hanya mengangkat bahunya, sehingga mau tidak mau, Wellmark menatap kepada Dios dengan tatapan bertanya.

    Dios berdiri dari kursinya, dia merasakan genggaman gadis di sampingnya mengejang ketika dia berdiri, karena itu, dia menatap Ying yang berada di sebelahnya dengan tatapan menenangkan dan memberikan anggukan kecil.

    Ying sedikit ragu sesaat, namun dia memutuskan untuk mempercayai Dios, karena itu dia membalas anggukan Dios dengan anggukan kecil yang sama, kemudian mengendurkan genggaman tangannya pada pemuda itu sebelum melepaskannya.

    Dios berjalan ketengah-tengah para Knight yang sedang berkumpul dan berdiri di depan Wellmark.
    “Aku akan melakukannya” katanya singkat.

    “Kalau begitu akupun ikut!” sambung Vertus cepat.

    “Apa kalian yakin?” tanya Wellmark “Aku tidak ingin kehilangan kalian, Knight terbaikku, terlebih lagi baru saja aku mendapatkan kalian di kesatuanku”

    “Kami tidak akan mati, seperti His Highness, Prince inginkan, kami akan bisa melakukan rencana itu, kemudian kembali kesini” kata Dios dengan ketegasan di suaranya.

    Mendengar itu, dan melihat keseriusan di mata Dios, maka Wellmark tidak mengatakan apa-apa lagi. Dan rapat itu dibubarkan, dengan rencana penyerangan Castle of Odell akan dilancarkan esok pagi.

    Semua Knight dari kesatuan Knights of Lion bergegas untuk melakukan perjalanan.

    Castle of Odell hanya berjarak sekitar setengah hari dari tempat mereka berada, dan apabila mereka ingin mendapatkan tempat penyerangan yang cukup strategis, maka mereka harus sudah tiba di Zattanyas Plain – Padang Zattanyas, yang terletak di sebelah barat Castle of Odell dan merupakan tempat yang baik karena terhalang oleh perbukitan kecil diantara padang itu dan benteng, sebelum malam dan segera mempersiapkan penyerangan mereka saat subuh.

    Karena itu sejam setelah rapat berakhir, para Knights of Lion sudah berada di kuda masing-masing dan segera memacu kuda mereka menuju Zattanyas Plain. Dan, karena Dios tidak bermaksud meninggalkan Ying, dan membuat gadis itu lebih khawatir lagi, maka Dios mengajak gadis itu untuk ikut bersama dengan menggunakan kuda milik Dios.

    Pasukan itu sampai saat matahari tenggelam. Mereka langsung mendirikan kemah-kemah dan menambatkan kuda-kuda mereka yang kelelahan di pepohonan yang banyak terdapat di padang itu.

    Kemah Dios dan Vertus pada awalnya direncanakan untuk disatukan, namun, dengan adanya Ying, maka Dios memiliki kemah sendiri.

    Malam itu, saat Ying sedang memasakkan makanan untuk Dios dan seluruh anggota Knights of Lion yang lain, Vertus memasuki kemah milik Dios.

    “Tidak kusangka kau akan menerima misi ini.. dan, kukira kau tahu, kalau kau berencana untuk kembali dengan selamat, seperti janjimu ke gadis itu, maka kukira kau tahu apa yang harus dilakukan..”

    Vertus sengaja membiarkan kata-katanya menggantung, Dios, yang sedari tadi memunggunginya, berbalik menatapnya, tanggannya menggenggam dua bilah pedang yang bersarung putih dengan ukiran-ukiran berwarna hitam dan perak di sepanjang sarungnya, dengan pegangan pedang yang menyerupai bentuk salib.
    Vertus bersiul “Rupanya kau memang bermaksud untuk serius..”

    Dios mengangguk, dan dengan gerakan cepat, dia menyarungkan pedang-pedang itu ke pinggangnya, dan menghunusnya, dan mengeluarkan dua pedang perak yang nyaris kembar, kecuali bagian salib yang memanjang dari gagang pedang sampai ke ujung badan pedang, satu pedang mempunyai salib berwarna biru dengan ukiran berwarna hitam yang membingkai salib tersebut, sedangkan satunya lagi memiliki salib berwarna merah dengan hiasan berwarna emas yang membingkainya.

    “Jadi kau berniat menggunakannya?”

    Dios tidak menjawab pertanyaan itu, namun dia menyilangkan kedua pedang itu di depan dadanya, kemudian dengan sangat cepat, dia menebaskan pedang kesamping, hanya kelebatan cahaya perak yang terlihat saat dia melakukannya.

    Tiba-tiba kain tenda yang berada di sebelah kiri dan kanan Vertus robek, bagaikan disayat oleh benda tajam. Namun Vertus sendiri tidak apa-apa, bahkan tidak seutas benangpun dari bajunya terusik.

    Vertus tersenyum, dan kemudian berkata “kalau begitu, kurasa aku juga akan memakai ‘dia’.” Katanya sambil menggenggam pedangnya dan memutar-mutarnya sebelum dia melanjutkan “Apa yang membuatmu berubah pikiran? Bukankah kau biasanya seperti seorang santo, dan tidak menginginkan pembunuhan?”

    “Aku memang tidak menginginkan untuk membunuh siapapun..” ucap Dios singkat, dia menyarungkan pedangnya sebelum menlanjutkan “Namun aku tidak bisa mati sekarang, karena itu…”

    Dios tidak dapat melanjutkan kata-katanya, karena tepat pada saat itu, Ying masuk.

    Gadis itu sedikit terkejut ketika mendapati Vertus sedang berada di dalam kemah, namun segera menguasai dirinya sebelum berkata dengan sopan “Makan malam sudah siap, tuan”

    Vertus melempar senyum ke Dios kemudian berbalik menuju keluar, ketika dia berada tepat di samping Ying, Vertus berkata sambil lalu “Kau memang wanita yang hebat, jaga dia baik-baik” ucapnya.

    Ying menatap tidak percaya kearah punggung Vertus yang menjauh. Kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke pemuda yang berdiri di depannya.

    “Apa…. Sir Vertus.. sudah tahu…?”

    Dios tersenyum dan menjawab “Kurasa, ya, namun tidak perlu di khawatirkan” Kemudian dia mendekati gadis itu dan bertanya “Apa yang dia katakan kepadamu?”

    Gadis itu memberitahunya apa yang Vertus bisikkan kepadanya barusan. Sebelah alis Dios terangkat, kemudian dia tertawa, dan berkata “Kau memang sangat luar biasa, aku setuju dengannya, tapi kuharap dia tidak akan bersaing denganku untuk dirimu! Karena aku tidak akan pernah menang soal wanita!”

    Ying menghamburkan diri ke pelukan Dios, kemudian dengan wajahnya di dada pemuda itu, Ying berbisik “Kau tidak perlu khawatir soal itu, jiwaku hanya memanggil dirimu, dan hatiku hanya menginginkan dirimu”

    Dios membalas pelukan gadis itu, dan membisikkan ke gadis itu “Aku tidak meragukan itu…”

    Makan malam dinikmati para Knight dalam sunyi, sama sekali tidak ada seorangpun yang berbicara atau mengobrol antara satu dengan lainnya. Semua tampak khusyuk menikmati makanan mereka. Wellmark tampak hampir-hampir tidak dapat menelan makanannya.

    Lain halnya dengan Vertus, dia tetap makan dengan lahap dan menghabiskan hampir lima kalkun sendirian. Di sebelahnya, Dios makan dengan tenang, dan berusaha untuk membujuk Ying, yang duduk di sebelahnya untuk makan juga.

    Kira-kira setengah jam dari tengah malam, Vertus dan Dios sudah bersiap untuk melakukan penyerangannya.
    “Kumohon, berhati-hatilah..” ucap Ying ketika melepas Dios pergi, kemudian di balas Dios dengan kecupan ringan di kelopak mata gadis itu “Aku akan kembali, aku sudah janji”

    Kemudian tepat ketika tengah malam, dua bersaudara Aurelius memacu kuda mereka kearah Castle of Odell.

    ~ Three ~
    The Raging Lions

    Dua sosok memanjat tembok tinggi Castle of Odell dengan mudah, dengan kecepatan dan kegesitan bagaikan kucing.

    Dengan beberapa lompatan gesit, mereka mencapai sisi atas dari tembok benteng.

    “Itu adalah alatnya, alat untuk menurunkan pintu benteng”

    Ucap Dios sambil berlutut di atas tembok benteng dan menunjuk kearah sebuah alat besar dengan tali-tali yang rumit, dan menghubungkan dengan katrol-katrol raksasa yang berfungsi untuk menurunkan pintu benteng Castle of Odell yang luar biasa besar dan berat.

    “Benar-benar alat yang luar biasa...” gumam Vertus kagum “Seluruh alat itu ditutupi oleh baja yang sama tebalnya dengan pintu gerbangnya..”

    “Betul, dan itu menjadikan mustahil untuk menggunakan panah”

    Dios memperhatikan struktur alat yang lebih menyerupai menara itu “Kurasa satu-satunya jalan, adalah masuk dari pintu itu” dia menunjuk ke pintu yang terletak di bawah bangunan itu, terletak di tengah-tengah barak prajurit “Kemudian naik, dan mengoperasikan alat itu dari dalam…” katanya sambil menunjukkan jarinya sesuai arah yang dimaksudnya.

    Vertus mengangguk paham. “Lalu, bagaimana caranya kita melakukannya? Apa aku harus mengobrak-abrik barak-barak itu dengan ‘dia’?”

    Dios menggeleng “Tidak, aku yang akan melakukannya”

    Vertus menatapnya dengan terbelalak, kemudian tertawa pelan “Luar biasa, gadis itu benar-benar luar biasa… bahkan demi kembali kepadanya, kau mau melakukan hal yang tidak kau inginkan…”

    “Begitulah…” sahut Dios singkat, lalu dia melanjutkan dengan cepat “sekarang, dengarkan aku dengan baik..”

    Dios membabarkan rencananya pada Vertus, yang kemudian di akhiri dengan anggukan setuju oleh sang adik. “Baiklah..” kata Vertus singkat.

    “Kita mulai…”

    Mereka segera melompat dari tembok benteng itu dan mendarat dengan mulus di tanah di dalam benteng.

    Kemudian dengan cepat Dios melesat ke arah barak prajurit, sedangkan Vertus berlari menuju ke arah menara besi itu.

    Dios, berlari sampai ke tempat barak para prajurit, dengan cepat dia membunuh prajurit penjaga yang berdiri di dekat sebuah obor dan sedang meneguk minuman keras di tangannya.

    Dia menyambar obor yang terletak di dekatnya, kemudian dengan aba-aba melempar, dia melempar obor itu ketengah-tengah barak prajurit, lalu dia menggunakan pedangnya untuk meraih simpul dari gentong Gin yang berada di samping mayat sang penjaga, dan melemparkannya kearah obor itu mendarat.

    Sekali lagi, minuman keras membantu api untuk membesar dan menjalar dengan cepat, persis seperti yang telah dilakukannya dalam penyerbuan benteng sebelumnya.
    Namun, kali ini dia bergerak kearah api itu…

    Beberapa prajurit mulai menyadari adanya kebakaran, dan satu persatu keluar dari barak mereka.

    Saat kaki mereka melangkah melewati pintu barak, sebuah pedang melesat dan memutuskan urat leher mereka.

    Dios berlari sambil membunuh prajurit-prajurit yang keluar karena kebakaran yang dia timbulkan.

    Dengan dua pedang kembarnya, Dios membunuh banyak prajurit yang bahkan belum cukup siap untuk menyadari kalau Dios menebas leher mereka saat mereka keluar dari barak mereka.

    Dios bergerak dengan sangat cepat, dirinya dan dua pedang yang dibawanya, hanya terlihat bagaikan sekelebat cahaya perak yang membunuh korban-korbannya hanya dengan melewatinya saja.

    Baru setelah dia membunuh ratusan orang, atau lebih, baru para prajurit menyadari ada bahaya yang mengancam mereka. Dan mulai sulit untuk Dios untuk membunuh mereka dengan sekali serang. Karena mereka sudah belajar, melalui ratusan teman mereka yang sudah tergeletak menjadi mayat, untuk berhati-hati atas serangan cepat Dios.

    Karena itu, semua prajurit mulai keluar dari barak mereka, dengan perlengkapan lengkap, dan dengan memajukan perisai mereka saat mereka keluar dari pintu barak.
    Mengetahui kalau taktiknya sudah tidak efektif, Dios menghentikan serangannya, dan kemudian melompat untuk menjauh dari situ.

    Para prajurit mengejarnya.

    Dios terus berlari, sampai ke tempat dimana Vertus sedang menunggu.

    Seulas senyum tersungging di wajah Vertus, kemudian dia mengangguk pelan sambil menunjuk tanah di depannya.

    Dios mengangguk, kemudian dia mengambil dua langkah lebar, kemudian melompat, kurang lebih sejauh sepuluh meter.

    Di belakangnya, para pengejarnya sudah berhasil menyusulnya. Setelah melihat dia dan Vertus, para prajurit itupun langsung berlarian ke arah mereka, dengan pedang di tangan kanan, dan perisai di tangan satunya. Mereka berteriak dengan lantang, dan berlari menghambur ke arah kedua bersaudara itu.

    Dan menuju jebakan yang di siapkan oleh Vertus.

    Tiba-tiba para prajurit dikejutkan karena tanah yang mereka injak, tiba-tiba rubuh. Dan menelan ratusan prajurit kedalamnya.

    Lubang itu memang tidak terlalu dalam, namun prajurit yang mengenakan baju jirah yang berat, dan apalagi yang terjatuh lebih dulu, pasti akan mati tergencet oleh teman-temannya, sementara yang lebih diatas. Mungkin akan lebih beruntung karena mungkin bisa selamat, meskipun, sedikit dari mereka yang selamat itu, yang akan mampu untuk bertarung lagi.

    Mereka yang tersisa, terperangah melihat teman-temannya yang menjadi korban jebakan itu. Sekaligus juga heran.

    “Bagaimana mungkin lubang sebesar itu bisa dibuat tanpa sepengetahuan kita?” kata salah seorang prajurit.

    Sebenarnya, Vertus dapat melakukannya karena rencana dari Dios, yang telah menyelidiki, bahwa tepat di mana lubang itu sekarang berada, adalah tepat dimana aliran air tanah dalam jumlah besar mengalir, dan membantu menunjang tanah diatasnya, dan dilapisi oleh lapisan lumpur yang liat dan cukup keras untuk memperkuat tanah tersebut.

    Mengetahui hal itu, Dios menyuruh Vertus untuk menghujamkan pedang nya ke tanah dan mencapai letak dari air tanah itu, menghancurkan lapisan sedimentasi lumpur yang menahan air itu, dan sekaligus mendesak air agar melesak keluar dari lubang yang dibuat oleh Vertus.

    Kehilangan penyangganya, tanah itu segera rubuh ketika diatasnya, ratusan prajurit berjirah yang berat berlarian, sehingga menghasilkan kawah yang besar dan menelan para prajurit itu.

    Namun, tidak diduga bahwa aliran air yang mengalir, lebih besar dari yang diduga sebelumnya, dan telah menghasilkan lubang yang sangat dalam.

    Namun Vertus tidak tahu hal itu, dia sudah terbiasa melihat keberhasilan strategi yang diberikan oleh kakaknya, sehingga tanpa berbicara apa-apa lagi, dia langsung menghunuskan pedang besarnya.

    “Kini giliranku untuk menahan mereka, sementara itu, cepatlah turunkan pintu sialan itu!”

    Dios mengangguk, kemudian langsung berlari masuk kedalam menara.

    Vertus menengok kearah belakang sejenak, kemudian kembali melihat ribuan prajurit yang berdiri di hadapannya.

    Mustahil bisa lolos…. Ya?...... pikirnya getir

    “Maafkan aku Dad… tapi, aku akan menggunakan ‘itu’, bagaimanapun juga, aku tidak mau mati disini..” gumamnya, lebih seperti berbicara ke dirinya sendiri.
    Kemudian dia meraih pedangnya, dan mencapai suatu bagian kecil yang terpasang di pangkal pedangnya, kemudian dia memutarnya dengan keras.

    Kemudian, satu-persatu, baja-baja yang menutupi pedang besar milik Vertus tanggal, dan setelah semua penahannya berjatuhan, tampaklah sebuah pedang yang berwarna merah keemasan, yang berkilau bagaikan matahari senja.

    Vertus membawa pedangnya kedekat wajahnya, kemudian membisikkan ke pedangnya “Mari kita lakukan…. ‘Infernus’!”

    Vertus mengibaskan pedangnya, dan pedang merah itu berderak-derak, kamudian, perlahan-lahan, pedang itu memanjang, dan Vertus melecutkannya, sehingga pedang itu meliuk bagaikan naga api yang menari-nari.

    “Maju!!”

    Vertus melecutkan pedangnya yang bagaikan cambuk sekali lagi, kali ini, pedangnya diarahkan ke para prajurit yang termangu-mangu melihat pedangnya yang ajaib itu.
    Infernus, pedang milik Vertus, meliuk-liuk, dan mencabik-cabik semua yang dilewatinya. Pedang itu amat sangat tajam, sehingga apapun yang dilewati olehnya, akan langsung putus.

    Vertus memutar-mutar pedang cambuknya dan sesekali melecutkannya, dan membunuh puluhan prajurit dalam sekali lecut.

    Melihat pembantaian ini, para prajurit kehilangan keberaniannya. Mereka berhamburan melarikan diri dari tempat mereka berdiri, berusaha sejauh mungkin dari Vertus dan pedangnya yang meliuk-liuk berbahaya dan merenggut nyawa para prajurit satu-persatu.

    Namun, Vertus, tidak membiarkan para prajurit itu lari darinya, seperti kesetanan, Vertus mengejar para prajurit yang berhamburan melarikan diri. Nampak sekali dari raut wajahnya, kalau Vertus sedang kehilangan akal sehatnya, dia sedang dalam keadaan trance-kesurupan yang parah. Pandangan matanya berkilat, bagaikan mata pemangsa namun, tampak kosong, tidak ada ekspresi apapun selain ekspresi dingin tanpa perasaan, Vertus nampak selayaknya sebuah boneka, seakan-akan badannya bergerak dengan sendirinya.

    *GRAATAKKK!!!*

    Suara keras berasal dari menara yang menunjukkan kalau katrol-katrol raksasa yang berada di dalamnya mulai bergerak, dan secara perlahan, tali-tali baja mulai tertarik, dan dengan kekuatan yang luar biasa, menarik terbuka gerbang baja setebal kurang lebih lima meter.

    Namun hal itu tetap tidak menghentikan Vertus.

    Pedangnya menari liar, membabat semua yang ada di depannya. Manusia, bangunan, dan bahkan tanah-tanah berterbangan karena sabetan pedang ular tersebut.
    Bayangan melesat dari atas menara, bagaikan bayangan burung layang-layang yang melesat turun. Dan Dios, mendarat tepat di depan Vertus dan meloncat kearah adiknya itu, dengan kedua bilah pedangnya bersiaga di tangan.

    Dios melompat ke kanan dan kiri, menghindari lecutan pedang Vertus sembari sesekali menggunakan pedangnya untuk menepiskan serangan-serangan yang tidak dapat dihindari dengan sempurna.

    Dengan sekejap, Dios sudah berdiri tepat di depan Vertus…

    *TRANGG!!!*

    Pedang mereka beradu, pedang milik Dios menahan tepat di pangkal pedang Vertus, sehingga gerakan pedang ular itupun terhenti seketika.

    “Hentikan…” ujar Dios kepada adiknya “Tugas kita sudah selesai, lepaskan ‘Infernus’…. sekarang!”

    Vertus tidak mendengarkan kakaknya, bahkan dia semakin mendesak Dios dengan berat tubuhnya, kemudian dengan satu teriakan lantang, dia berhasil mendorong Dios hingga pemuda itu terpaksa melompat kebelakang untuk menjaga keseimbangannya.

    “Haaaaaahh!!” teriak Vertus

    Tarian pedang yang sempat terhenti kembali menari dengan liar di hadapan Dios. Lebih cepat dari sebelumnya, dan membuat Dios kesulitan, namun masih dapat menghindari dan menangkis serangan-serangan yang seperti badai itu.

    Seakan menyadari kalau tidak satupun serangannya mengenai Dios, Vertus menekan suatu tombol di pangkal pedangnya menggunakan ibu jari, yang membuat pedang itu kembali ke wujud semula, sebuah pedang besar yang berkilat merah.

    Vertus melompat menyerang Dios dengan kecepatan dan ketajaman serangan yang luar biasa.

    Dios mengalami kesulitan untuk menghadapi serangan ini…

    *TREKKK!!* pedang besar milik Vertus kembali beradu dengan pedang Dios yang berhasil menangkis tebasan kearah badannya tepat waktu.

    Namun Vertus kembali menekan suatu tombol di ujung pedangnya itu, yang membuat pedangnya tiba-tiba kembali melemas, dan memanjang.

    “Akh!” seru Dios kaget, ketika ujung pedang Vertus meliuk tajam dan berhasil mengenai perutnya, beruntung Dios dapat dengan cepat menghindar dan menggunakan pedangnya sendiri untuk menepis serangan itu sebelum merobek perutnya dan melukai organ dalamnya.

    Namun luka itu cukup mempengaruhi kelincahan gerakan Dios.

    Serangan bertubi-tubi milik Vertus yang menggabungkan serangan dalam bentuk pedang ularnya dan kemudian sesekali menarik pendek pedangnya dan menyerang dengan ganas, di hindari dnengan susah payah oleh Dios.

    Wajahnya meringis menahan sakit lukanya, butir-butir keringat dingin menetes di pipinya. Satu per satu, luka-luka gores kecil timbul di tubuh Dios karena serangan-serangan Vertus yang liar berhasil mengenainya karena dia tidak bisa menepisnya dengan sempurna.

    Dan Dios sudah berada di ambang batasnya, ketika akhirnya dia terpaksa melompat mundur, menjauh dari jangkauan pedang adiknya…

    “Maafkan aku Ying… kuharap aku masih akan bisa kembali padamu…” gumam Dios pada dirinya sendiri.

    Kemudian dia menutup matanya, kemudian perlahan-lahan, dia menyilangkan kedua pedangnya di depan dadanya, dan mengatur nafasnya hingga seakan-akan aura di sekitar tubuhnya berubah menjadi angin sejuk yang berputar-putar mengelilingi Dios..

    Dengan tiba-tiba, Dios membuka matanya, dan menatap tajam lurus-lurus ke arah Vertus.

    “Kuharap aku tidak sampai membunuhmu…” ucap Dios lirih, sekejap matanya menampakkan keraguan, namun dengan segera kembali menatap tajam ke arah Vertus “en garde!!” ucapnya ketika dia maju menyerang.

    Pada saat itu Dios seakan-akan menyatu dengan angin, dia melesat begitu cepat, sehingga dengan mata manusia, hanya terlihat sekelebat saja bayangan dirinya, sebelum akhirnya tubuhnya kembali nampak, berlutut dibelakang tubuh adiknya.

    Vertus terdiam bagaikan tertenung.

    Kemudian, perlahan-lahan, luka-luka tebasan mulai bermunculan di sekujur tubuhnya, pertama-tama puluhan, kemudian ratusan, dan akhirnya darah bermuncratan hampir dari seluruh permukaan tubuhnya.

    Seluruh urat di tubuh Vertus putus, luka-luka itu dangkal, tapi akan sangat mematikan bagi manusia normal. Ditambah dengan banyaknya darah yang keluar, tidak mungkin seorang manusia akan hidup, setidaknya seorang manusia normal akan langsung mati di tempat.

    Untungnya, Vertus tidak termasuk di dalamnya…

    Penempaan tubuh dan ilmu rahasia warisan keluarganya telah membuat Vertus bagaikan monster.

    Luka-lukanya dan kakaknya akan sembuh lebih cepat daripada manusia normal, meskipun mereka akan membutuhkan tambahan untuk semakin mempercepat penyembuhan mereka, dengan melakukan hibernasi atau memasukkan makanan dalam jumlah besar, namun tetap saja, beberapa luka di tubuh Vertus mulai sembuh, namun, luka-luka baru masih terus bermunculan tanpa henti. Sehingga luka-luka tersebut seakan muncul kemudian sembuh, dan dalam sekejap terbuka lagi…

    Itu adalah efek yang dihasilkan oleh ilmu tertinggi yang dikuasai Dios ‘Sabit Kematian Perak’..

    Ilmu ini akan menghasilkan luka yang fatal dan banyak pada korbannya, mencabik tubuh korbannya sampai habis karena luka-luka yang terus bermunculan, Ilmu ini biasa dipergunakan sebagai pemungkas ketika menghadapi lawan yang mengenakan zirah besi, dimana, ilmu ini mampu mengikis jubah besi yang dikenakan sang korban, dan akhirnya akan tetap tembus mencapai kulit korban dan mengikisnya sampai ke tulang.

    Namun, Dios tidak mengeluarkan seluruh kekuatan dari ‘Sabit Kematian Perak’ miliknya, dia menekan tenaga dari jurus itu sampai sekecil mungkin, sehingga luka yang ditimbulkan ke Vertus, adalah luka-luka dangkal, yang, meskipun tidak akan sampai membunuh Vertus karena kemampuan mereka menyembuhkan luka dengan cepat, tapi akan melumpuhkan Vertus sedemikian rupa, karena penyembuhan luka sebanyak itu, akan sangat memakan tenaga Vertus.

    Dan Dios memang berhasil, Vertus kehabisan tenaga, dan melepaskan pedangnya, dan jatuh pada lututnya.

    Dios memperhatikan itu dari sudut matanya, dan menghembuskan nafas lega ketika melihat Vertus pingsan, dalam keadaan terduduk, namun dari penilaian sekilas, Dios memastikan kalau Vertus akan baik-baik saja, dan dia dapat mendengar derap kuda, yang dapat dipastikan berasal dari pasukan Knights of Lion yang mendekat kemari. Karena itu, dia merenggangkan otot-ototnya.

    “Ohokk!!” Dios harus membayar mahal pada saat dia menekan tenaga dari ‘Sabit Kematian Perak’, tenaga berlebih dari serangan itu kembali pada dirinya sendiri, dan melukai organ-organ dalamnya, sehingga dia memuntahkan darah yang luar biasa banyaknya.

    Kepalanya terasa sangat pening, dan padangannya benar-benar kabur, seluruh ototnya bergetar hebat, bahkan tangan dan kakinya sudah tidak mampu menunjang tubuhnya lagi…

    Dan saat itulah, dia melihat kilatan cahaya sekilas..

    Dios berusaha memfokuskan matanya pada asal cahaya itu. Samar-samar, dia dapat melihat siluet manusia, dan dengan instingnya yang terlatih pada berbagai macam pertarungan dan berbagai jenis musuh, ia dapat dengan segera mengetahui kalau dia sedang melihat seorang pemanah..

    Dan pemanah itu, sedang membidik ke arah Vertus yang sedang tidak sadarkan diri..

    Walaupun mereka mampu menyembuhkan diri dari luka mereka lebih cepat dari manusia biasa, namun hal itu tidak akan membuat mereka menjadi mahluk yang tidak bisa mati, mereka akan mati, apabila luka yang di derita terlalu parah, ataupun apabila kepala mereka, atau tepatnya, otak mereka dan Jantung mereka terluka. Cedera otak akan menghentikan kemampuan bawah sadar mereka untuk mempercepat metabolism tubuh mereka untuk menyembuhkan luka, sedangkan jantung adalah organ yang sangat penting karena peredaran darah adalah bagian terpenting yang tidak boleh terganggu untuk penyembuhan mereka.

    Dan tentu saja seorang pemanah akan membidik kepala atau jantung dari targetnya.

    Hal yang selanjutnya terjadi, terjadi begitu cepat.

    Sang pemanah melepaskan anak panahnya, dan Dios, dengan kekuatannya yang entah bagaimana, masih tersisa dari dirinya, melompat dan menjadikan dirinya sendiri sebagai tameng untuk adiknya.

    Anak panah itu menembus punggung sampai ke dadanya, tepat di jantungnya..

    Seperti api lilin yang padam, Dios terjatuh di sebelah adiknya, terkapar, tidak bergerak…

    Selanjutnya, para Knights Of Lion tiba, dan membunuh sang pemanah, sebelum mereka melihat, kedua bersaudara itu, satu terkapar dan satu berlutut dengan kubangan darah di sekeliling mereka..

    Fourth

    The Wounded Lion

    Dios dan Vertus segera dilarikan kembali ke kemah para Knights of Lion.

    Ketika melihat Dios, Ying berteriak histeris dan menghambur ke tempat Dios, sebelum akhirnya para prajurit terpaksa menariknya menjauh agar dokter dapat memeriksa kedua bersaudara itu dengan lebih saksama..

    Beberapa saat kemudian, dokter telah selesai memeriksa keduanya.

    Dengan ajaib, Vertus hanya mengalami luka-luka goresan yang tidak membahayakan nyawanya. Terlebih lagi, luka-luka itu sedang menutup dengan kecepatan yang bahkan dapat diamati langsung. Dokter mengatakan kalau kemungkinan dalam beberapa hari Vertus akan sembuh sepenuhnya dan akan segera sadar dari pingsannya.

    Sedangkan keadaan Dios, adalah hal yang sangat berbeda, setelah memeriksakan keadaan Dios, dengan sedih dokter mengatakan kalau keadaan pemuda itu amat sangat kritis, luka di perutnya sangat parah, beberapa urat ototnya putus dan tulangnya retak, belum lagi ditambah dengan cedera organ dalam yang di deritanya, dan paling parah, adalah jantungnya yang tertembus panah.

    Dios, tidak seperti adiknya, tidak menunjukkan kemampuan kesembuhan cepat. Hal itu karena luka di jantung, menghalangi kemampuan penyembuhan itu untuk bekerja. Selain itu, nampaknya dia sudah menggunakan semua tenaganya sehingga tidak ada tenaga penyembuh tersisa lagi dalam dirinya.

    Dan dokter hanya bisa angkat tangan melihat parahnya keadaan Dios, hanya keajaibanlah yang bisa menyelamatkan pemuda itu sekarang. Bahkan, dokter itu menambahkan, meskipun Dios mungkin saja dapat melewati masa kritisnya dan bertahan hidup, pemuda itu tidak akan pernah bisa menjadi Knight lagi. Urat-urat otot dan tulang-tulang pemuda itu yang cedera, tidak akan pernah sembuh dengan sempurna. Pada akhirnya, pemuda itu hanya akan menjadi pemuda lumpuh, kalaupun dia bisa bertahan hidup lebih dari satu minggu…

    Wellmark benar-benar tidak dapat menyembunyikan penyesalannya, sedangkan Ying, begitu hancur hatinya melihat pemuda yang dicintainya terbaring tidak berdaya, dengan kemungkinan kalau pemuda itu mungkin saja akan segera meninggalkannya…

    Karena itu, gadis itu tidak pernah meninggalkan sang pemuda, gadis itu selalu menjaganya, siang dan malam, merawat sang pemuda yang bahkan tidak dapat menggerakkan seujung jarinya sedikitpun.

    Ying melarang semua orang untuk mendekati Dios, dia benar-benar marah kepada Wellmark, ataupun semua orang, dan bahkan berani mengusir utusan dari Prince keluar dari kamar Dios, dia tidak memaafkan semua orang karena telah membuat sang pemuda menjadi seperti keadaannya sekarang.

    “Bangunlah… “ Doa gadis itu setiap malam “Bangunlah… bukankah kau berjanji akan kembali padaku…”

    Dalam hatinya, Ying hanya berharap Dios bisa bertahan hidup, dia tidak peduli walaupun misalnya pemuda itu hanya menjadi orang lumpuh, dia akan menjaganya, dia akan bekerja untuk bagian mereka berdua, asalkan Dios tetap hidup, gadis itu tidak perduli apa yang akan terjadi di masa depan mereka.

    Namun sang pemuda tidak kunjung membuka matanya, dia nampak seperti sedang tertidur tenang, namun nafas Dios sangat pelan, bahkan hampir-hampir tidak terlihat. Ying benar-benar takut kalau tiba-tiba Dios berhenti bernafas. Gadis itu selalu bersender di dada sang pemuda, untuk mendengarkan detak jantung yang lemah, namun tetap saja masih merupakan tanda kehidupan..

    Ying sudah tidak memakan apapun, hanya mau meminum susu dan madu, itupun karena master memaksanya untuk meminumnya. Selebihnya, sang gadis tidak pernah beranjak dari kamar itu, bahkan, sepertinya tidak dapat tertidur.

    Wajahnya sudah sangat pucat, dan bayangan hitam terbentuk di bawah matanya bagaikan lebam, menandakan kalau ia benar-benar kurang tidur. Namun, dengan keras hati, gadis itu tetap menolak untuk membiarkan orang lain menggantikan posisinya untuk menjaga Dios.

    Pagi itu, kondisi Dios masih tetap sama, tidak ada perubahan berarti dari kondisi pemuda itu.

    Ketukan di pintu membuat Ying langsung terduduk siaga.

    “Hey… apa aku boleh menengoknya?”

    Vertus berdiri di ambang pintu, dia baru saja tersadar sekitar tiga hari lalu, dan dengan cepat pulih setelah menghabiskan jatah makan untuk seratus prajurit dalam waktu dua hari. Dan sekarang, tidak ada satu lukapun yang tersisa di badan Vertus, semua luka telah sembuh dan tidak meninggalkan bekas apapun.

    Ying mengangguk, mengijinkan Vertus untuk menengok kakaknya, setidaknya Vertus adalah saudaranya, pikir Ying, dan karena itu dia harus membiarkan Vertus bertemu dengan Dios. Mungkin saja, pikir gadis itu, mungkin saja Dios akan bisa sadar setelah mendengar suara Vertus yang sangat dikenalnya, atau mungkin Vertus tahu cara ajaib untuk menyembuhkan Dios.

    Namun Vertus hanya berdiri terdiam dan menatap ke kakaknya yang terbaring tak berdaya di depannya.

    “Ini salahku…” katanya “Kalau saja aku lebih kuat… kalau saja dia tidak perlu menolongku… tidak akan… begini….”

    Ying dapat melihat penyesalan dan kesedihan yang amat sangat dari wajah Vertus, sesaat gadis itu merasakan keharuan dalam dadanya, dan ia merasakan kalau sebentar lagi tangisannya akan pecah.

    Namun pada saat itu, Vertus menoleh kearahnya..

    “Maafkan aku…” pria di depannya menunduk dalam-dalam, belum pernah Ying diperlakukan demikian, terutama karena statusnya sebagai pelayan, selain itu, sikap Vertus benar-benar bersungguh-sungguh, sehingga mau tidak mau, Ying menjadi tergugah.

    “Sudahlah… dia… telah menyelamatkanmu, karena itu… kumohon.. jagalah… nyawamu baik-baik…”

    Vertus mengangkat kepalanya, kemudian kembali melihat Dios dengan terluka

    “Aku.. aku yang mengajaknya…” Vertus berlutut di samping tempat tidur kakaknya “Aku mengajaknya… dan berpikir.. kami, akan bisa mendapatkan kejayaan, aku tidak ingin, kemampuannya hanya disia-siakan dan hanya terkurung di desa kami… aku ingin agar dia diakui.. aku ingin agar dia, dengan kemampuannya, bisa berdiri sebagai pahlawan yang paling diakui di negeri ini…”

    Vertus menggigit bibirnya sampai mengeluarkan darah, dan kepalannya terkepal, hingga menunjukkan urat-urat yang terbentuk di sekujur lengannya.

    “Akulah yang bertanggung jawab untuk ini…. Seharusnya aku tidak…”

    “Cukup…. Sudahlah… Dios… dia.. tidak menyalahkanmu….” Potong Ying.

    Vertus melihat kearah gadis itu, dan gadis itu mengangguk kepadanya.

    “Dios… pernah berkata kepadaku… bahwa… dia.. meskipun dia… membenci pembunuhan… tapi… dia berterima kasih… kepadamu…”

    Vertus melihat Ying dengan heran..

    Ying melanjutkan dengan sedikit tersipu “Dia… berterimakasih kepadamu… karena.. kami… bisa bertemu…”

    Vertus hanya terdiam, sebelum akhirnya berkata “.. apa menurutmu.. dia.. tidak marah padaku? Atau menyalahkanku?”

    Ying menggeleng “Tidak… kurasa, dia menyelamatkanmu.. karena, kebaikan hatinya….”

    Vertus mendesah “Ya.. dia memang orang yang sangat baik…”

    Keduanya terdiam melihat Dios yang terbaring, masing-masing dari mereka memikirkan masalahnya masing-masing, namun, keduanya mendoakan hal yang sama, yaitu agar pemuda yang sedang berbaring tidak berdaya itu, bisa segera melewati masa kritisnya dan membuka matanya kembali.

    “Aku… akan segera pergi besok..” kata Vertus “Kami.. diundang ke istana oleh raja.. karena keberhasilan kami…”

    Ying terkejut mendengar hal itu, namun dia sengaja menyembunyikan perasaanya agar tidak terlihat. Namun Vertus tetap merasa tidak nyaman “Aku tidak ingin pergi..” katanya

    Ying menggeleng “Tidak.. kau.. harus pergi.. kau, adalah wakil dari Dios… kau harus ikut pesta itu.. untuk bagian Dios juga… dan ceritakan pada mereka… tentang Dios..” pinta Ying

    Tidak menyangka akan mendengar hal itu, Vertus menatap Ying dengan kekaguman, dia bahkan tidak memikirkan pesta itu dengan cara pandang seperti yang gadis itu katakan. Gadis ini cerdas, dan berpikirian tajam, pikirnya, sungguh sangat serasi dengan Dios…

    Kemudian dia memberikan anggukan persetujuan ke Ying dan sebelum pergi, dia mendekat ke sebelah Dios dan berkata kepada kakaknya “Bangunlah bodoh, kau tidak boleh meninggalkan gadis ini, kau benar-benar menyia-nyiakannya, dan kurasa kau tidak mau membuatnya lebih sedih dari sekarang kan?”

    Kemudian Vertus keluar dari ruangan itu, meninggalkan Ying dan Dios.

    Vertus berjalan dengan semangat baru, kata-kata gadis itu benar, pikirnya, dia bisa mengharumkan nama Dios di pesta itu, dia bahkan tidak pernah berpikir sejauh itu. Bahkan, dia benar-benar tidak ingin menghadiri pesta itu, yang tetap dilakukan pada saat Dios sedang bergantung pada ujung nyawanya.

    Namun tidak sekarang, Vertus mendapatkan semangat baru dalam menghadiri pesta kemenangan itu. Dia akan membuat semua orang yang hadir disitu, mengetahui kalau Dios adalah pahlawan yang sebenarnya.

    Dan Vertus berangkat dengan semangat baru..

    ---

    Ying tidak menyangka dirinya akan berkata seperti itu kepada Vertus. Tapi, lebih dari apapun, dia menginginkan agar orang-orang itu tidak melupakan jasa-jasa dari Dios dan menyingkirkannya layaknya Dios hanyalah sebuah benda bekas yang dapat dibuang setelah tidak dapat digunakan lagi.

    Ying bangkit dari tempatnya duduk, dia berjalan menuju ke pria yang dicintainya, dan kemudian, duduk di sisi tempat tidur.
    Gadis itu menatap wajah sang pemuda dengan pandangan sedih..

    Tidak sadar, air mata merebak di pelupuk matanya. Dia berkata dengan pelan dan lirih “Bagaimana kau bisa tega…? Aku menunggumu.. aku percaya kau akan bisa sadar… namun.. semakin hari… aku tidak tahu.. bagaimana lagi… aku bisa bertahan….”

    Bersamaan dengan kata-katanya, Ying merasakan kepalanya pening sekali, kemudian dia tidak merasakan kakinya sanggup menopang dirinya lebih lama lagi. Bagaikan boneka marionette yang putus benangnya, gadis itu jatuh pingsan tepat diatas tubuh kekasihnya yg masih belum sadarkan diri.

    FIFTH
    The Heart that Wasn’t a Lion’s

    Pada saat itu, Vertus telah sampai pada istana, di sana dia disambut dengan hangat oleh Prince Gainsbright dan Captain Wellmark dan seluruh bangsawan yang hadir disitu, namanya dielu-elukan sebagai pahlawan, gadis-gadis mengelilinginya dan para ibu mereka berusaha dengan keras mempromosikan anak gadis mereka pada sang pahlawan, Vertus, Meskipun tidak terbiasa dengan perlakuan seperti itu, namun Vertus nampaknya dapat dengan mudah terbiasa dengan perlakuan ini, terlebih naluri lelakinya tidak akan menolak untuk menjadi perhatian wanita-wanita yang cantik dan anggun.

    Vertus adalah seorang yang tampan dan gagah, dirinya yang lebih periang dan apa adanya, memang membuat dia terkenal oleh wanita-wanita. Namun, wanita desa dan wanita bangsawan sungguh merupakan kelas yang sangat berbeda, pikir Vertus. Dengan gaun-gaun berbelahan leher rendah dan aroma parfum mereka yang memabukkan, membuat Vertus tidak menolak untuk dihimpit oleh sekumpulan wanita-wanita itu.

    “Kulihat kau cukup menikmati pesta ini” ujar sebuah suara dari balik kerumunan wanita yang mengerubungi Vertus.

    “Captain, well, begitulah” jawab Vertus dengan senyuman yang tak dapat disembunyikannya.

    “Sungguh sayang Dios tidak bisa ikut bersama kita, tapi kuharap kau bisa mewakili bagiannya juga hari ini” kata pria gempal itu sambil menghampiri Vertus dengan susah payah karena kumpulan para wanita.

    Kemudian Wellmark menepuk pundak Vertus dan berkata lagi “Kemarilah sebentar, prince ingin bicara denganmu sebelum yang Mulia raja datang”

    “Baiklah” ujar Vertus singkat, “Sampai nanti, nona-nona” tambahnya, tak lupa memberi salam pada wanita-wanita yang mengerubunginya layaknya Gentleman sejati.

    Vertus melihat Prince Gainsbright menunggunya di dekat pusat aula utama istana itu, di sampingnya berdirilah seorang gadis yang amat sangat cantik, berparas bagaikan dewi dengan rambut pirang panjang gadis itu yang nampaknya selembut sutra.

    “Vertus! Sang Pahlawan!” ujar Prince Gainsbright

    “Suatu kehormatan bagi saya, Prince, dan...”

    “Namaku Noel” sahut sang gadis.

    “Princess Noel” Prince Gainsbright buru-buru melanjutkan “Putri dari yang mulia King of Great Harthonia, King Gryphonheart”

    Vertus tersenyum dan menunduk hormat pada sang princess “Suatu kehormatan bagi saya”

    “Ah, sudahlah, tidak usah terlalu formal padaku, yang lebih penting, cepat ceritakan padaku cerita bagaimana kalian merubuhkan dua benteng itu” ujar sang princess dengan bersemangat.

    Vertus melirik ke prince Gainsbright yang sedang memutar bola matanya, kemudian melihat kembali kearah princess Noel yang sedang melihatnya dengan mata jernihnya yang bagaikan pantulan Kristal Aquamarine.

    “Baiklah, mudah-mudahan princess tidak bosan dengan cerita ini” kata Vertus sebelum akhirnya dia memulai ceritanya.

    ---

    “Hei…”

    Ying mendengar suara lembut berbisik di telinganya, disusul oleh belaian lembut yang dia rasakan pada rambutnya, Ying membuka perlahan matanya.

    Tepat di depan matanya, Dios menatap Ying dengan lembut, wajah yang sangat dirindukan oleh gadis itu, sedikit lebih kurus dan pucat, namun tetap saja wajah ramah yang sama, dan mata yang meneduhkan hatinya.

    “Dios..” bisik Ying, tidak percaya dengan penglihatannya sendiri

    “Selamat pagi..” balas Dios lembut sambil terus membelai rambut hitam sang gadis. “Lihat apa yang telah kau lakukan pada dirimu sendiri…” lanjut Dios mendesah “Atau… mungkin akulah yang salah telah membuatmu begini…”

    Sebelum Dios bisa berbicara lebih banyak lagi, Ying memeluknya dengan erat, tangisan gadis itu pecah di dalam pelukan kekasihnya.

    ---

    Selang beberapa saat, Semua orang tergopoh-gopoh kembali ke penginapan reyot itu, setelah mendengar berita bahwa Dios telah tersadar, semua, kecuali Vertus yang entah mengapa tidak terlihat batang hidungnya diantara semua orang yang menghambur masuk ke kamar Dios.

    Semua orang berebut untuk menanyakan soal ini dan itu pada Dios, yang kemudian pada akhirnya mereka semua diusir keluar kamar oleh Ying , yang menyatakan Dios butuh istirahat dan sebaiknya tidak diganggu oleh hal-hal yang tidak penting.

    “Hey, tapi seorang Captain berbicara pada prajuritnya adalah hal penting!” Ujar Wellmark seraya Ying mendorong tubuh gempalnya keluar ruangan itu.

    Gadis itu kemudian berbalik karena mendengar suara tertahan dari belakangnya, dan mendapati Dios sedang berusaha menahan tawanya dengan tangan.

    “Apa yang lucu?” tanya gadis itu sambil mengerenyitkan alisnya.

    “Kau baru saja mengusir Jendral dari pasukan terelit yang dimiliki kerajaan ini” jawab Dios geli “Yang kebetulan, dia juga sekaligus sebagai atasanku” tambah Dios ringan.

    “Ah” seru Ying seakan baru saja tersadar atas apa yang baru saja dilakukannya “Apa aku akan membuatmu terkena masalah?” tanya sang gadis dengan panik.

    “Aku tidak perduli akan hal itu” jawab Dios sembari berusaha bangkit dari tempat tidurnya.

    Ying segera berlari ke sisi pemuda itu dengan tujuan untuk membuatnya berbaring kembali, namun ditampik dengan halus oleh sang pemuda. “Tidak apa-apa, aku baik-baik saja” katanya lembut.

    Ying memandangi Dios dengan raut wajah khawatir, yang kemudian sangat membuat Dios menjadi salah tingkah dan, dengan memutar bola matanya, Dios akhirnya menyerah dan duduk di pinggir tempat tidurnya.

    “Aku benar-benar tidak apa-apa” ujar Dios lembut ke gadis yang menatapnya dengan khawatir dan sedikit ragu, seakan-akan kini dirinya terbuat dari kaca atau es yang sangat rapuh, yang dapat retak setiap saat.

    “Kau mau mengatakan sesuatu?” tanya Dios

    Ying tampak ingin mengucapkan sesuatu, namun dengan cepat diurungkan olehnya dan menggeleng “Tidak, tidak ada”

    “Ying..” Ucap Dios dengan suara lirih “Katakan saja? Aku akan mendengarkannya”

    Tapi sang gadis tetap pada pendiriannya, dia hanya menggeleng dan berkata kalau dia tidak ingin mengatakan apapun saat ini.

    “Kalau begitu, biar aku saja yang mengatakannya” ucap Dios perlahan “Kemarilah, aku ingin berbicara serius tentang hal ini”

    Dios membuat gadis itu duduk disampingnya dan kemudian berkata kepadanya “Aku tahu apa yang ingin kau katakan..” katanya lembut.

    Ying mengangkat wajahnya dan menatap wajah pemuda yang dicintainya itu “Apa yang aku ingin katakan?”

    “Ya..”

    “Apa itu?”

    “Mengenai Knight of Lion..” saat Dios mengucapkannya, dia dapat merasakan Ying sedikit terkesiap dari ujung jarinya yang menyentuh tangan gadis itu.

    “Sudah kuduga, aku benar..” Dios tersenyum sambil menatap mata sang gadis “Nah, aku akan berbicara soal itu”

    Ying menatap Dios dengan tatapan was-was, namun sang pemuda tetap memasang senyumnya dan gadis itu dapat merasakan kehangatan dari tangan Dios ketika pemuda itu menggenggam tangannya.

    “Sekarang ini, aku tidak dapat berhenti dari Knight of Lion..” ucap Dios lembut, dan di dalam genggamannya, dia dapat merasakan tangan Ying sedikit menegang dalam sepersekian detik, tidak cukup lama untuk disadari kalau Dios tidak memperkirakan hal ini sedari awal.

    “Tenanglah, ini bukan seperti yang kau kira” ujar Dios menenangkan, lalu dia melanjutkan “Aku hanya tidak ingin membuat Vertus kecewa, namun aku berjanji tidak akan terlalu melakukan hal-hal yang berbahaya lagi..”

    “Hanya sampai pasukan kerajaan berhasil merebut perbatasan, yang artinya hanya tinggal dua benteng lagi, dan kemudian…” Dios menjemput tangan Ying yang bebas sehingga kedua tangan gadis itu berada di dalam genggaman kedua tangannya sendiri.

    “Maukah kau hidup bersamaku, tidak sebagai seorang Knight ataupun bangsawan apapun, mungkin aku akan sangat miskin setelah ini, namun aku akan berhenti sebagai Knight dan menjauhi bahaya seperti yang kau inginkan, jadi, maukah kau bersamaku? Sampai mungkin waktu yang akan sangat panjang di hadapan kita?”

    Untuk beberapa saat, Ying hanya menatap pemuda di hadapannya tanpa berkedip. Dengan raut wajah tanpa ekspresi.

    “Uh..” Dios menggaruk kepalanya dengan jengah “Apakah aku salah mengatakannya atau mungkin kau tidak berniat begitu… Tapi, kupikir kau akan setuju untuk menikah denganku..” Ujarnya kecewa.

    Pada Detik itulah Ying menemukan kembali suaranya, dan dengan panik dan sedikit tercekat “Aku mau.. tentu saja aku mau.. tapi.. tapi..”

    Dios mendongak dan menatap sang gadis di hadapannya dengan heran.

    Ying menarik napas dalam-dalam sebelum berusaha untuk berbicara, butuh waktu beberapa saat baginya untuk dapat kembali menenangkan dirinya untuk berkata. “Maksudku, aku tentu tidak keberatan, mungkin malah sangat gembira atas lamaranmu. Tapi, aku tidak mengira… aku tidak menyangka.. kalau aku.. tidak.. tidak sebagai istri… tidak berpikir kesitu…”

    “Apa maksudmu tidak sebagai istri?” tanya Dios heran “Memang apa masalahnya? Kau tidak ingin menjadi istriku?”

    “Aku…. Maksudku, kau.. adalah seorang… eh, bukan, maksudku… akulah masalahnya..” jawab Ying dengan terbata-bata.

    “Kau?”

    “Ya…”

    “Jelaskan kepadaku, kumohon, sebelum aku menangis karena ditolak olehmu” ujar Dios dengan nada menggoda.

    Ying menggeleng dengan kuat, seakan-akan lehernya tidak akan cukup kuat untuk menahan kepalanya yang menggeleng dengan cepat “tidak.. tidak… tidak… tidak.. bukan begitu..”

    “Jadi, miss Ying, bolehkah aku bertanya mengapa kau menolak lamaranku?” kata sang pemuda sambil berpangku tangan dan berpura-pura marah.

    “sudah kukatakan tadi, bukan KAU yang jadi masalah, tapi AKUlah masalahmu” jawab Ying

    “Dan tadi sudah kukatakan juga kalau aku meminta penjelasan darimu” sahut Dios.

    Ying menatap pemuda di hadapannya dengan tatapan tidak percaya, kemudian berkata dengan penuh keheranan “Aku tidak percaya kau melupakan fakta bahwa aku adalah orang asing, aku bukan berasal dari Negara ini, bagaimana mungkin kau bisa melupakan kenyataan itu?”

    “Aku tidak pernah lupa akan hal itu, Lalu? Apa masalahnya?”

    “Kau akan dilecehkan apabila menikah dengan orang asing, atau lebih buruk, mungkin saja kau akan dijauhi atau tidak diperbolehkan lagi melakukan apapun yang dianggap terhormat di Negara ini, bisa saja kau disamakan denganku kalau kau menikah denganku” ujar Ying dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Aku mengira kau akan mau menerima aku, cukup hanya sebagai gadismu, bukan sebagai istrimu” (note : gadis = simpanan).

    Mata Dios membelalak sedemikian lebarnya hingga tidak mungkin bisa lebih lebar lagi dari itu, kemudian dengan nada sedikit tinggi, dia berkata “Kau… oh, ya ampun”

    Ying menunduk melihat kemarahan dari Dios itu, Dios menatap gadis yang ketakutan itu dan memutar bola matanya “Oh ya ampun, Ying, dengarkan aku..” pemuda itu meraup wajah sang gadis dengan kedua tangannya hingga wajahnya dan wajah gadis itu saling menatap dalam jarak yang cukup dekat, sehingga Dios dapat melihat mata hitam Ying yang jernih dan dalam.

    “Aku tidak peduli soal hal-hal seperti itu, sama sekali tidak peduli, kau dengar aku?” kata Dios sembari dengan lembut telapak tangannya meremas pipi gadis itu “Aku tidak peduli dengan apapun kata orang, tidak akan ada yang bisa menghentikanku, tidak Captain, tidak Pangeran, tidak Raja sekalipun… oh, bahkan Vertus tidak akan kubiarkan mengatakan apapun soal hal ini”

    “Tapi..”

    “Tidak ada tapi, dengarkan aku gadis bodoh yang kucintai, aku berniat menjadikanmu sebagai Istriku, tidak lebih rendah daripada itu, dan tidak ada seorangpun yang akan kubiarkan menghinamu, tidak satu patah kata pun, kau mengerti?”

    Ying tidak dapat berkata apapun kecuali mengangguk pelan.

    “Bagus, sekarang, mari kita ulangi hal ini dengan formal” kata Dios sembari beranjak berdiri, dan sedikit linglung karena kondisi badannya yang belum pulih benar. Namun dia menahan Ying yang berusaha berdiri menahan badannya. “Tetaplah duduk dulu sebentar, dan biarkan aku melakukan ini dengan benar” ujarnya.

    Kemudian dia berdiri sekitar setengah kaki dari gadis itu, melangkahkan kaki kanannya kedepan dan berlutut di hadapan gadis itu “Ying, maukah kau menikah denganku, dengan semua yang akan terjadi kelak, maukah kau tetap bersama denganku, sampai waktu yang akan sangat lama?” tanyanya.

    Dan jawabannya didapat olehnya dalam bentuk anggukan kecil dan tangisan bahagia dari gadis itu.
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Feb 11, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. ayanokouji M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 17, 2009
    Messages:
    239
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +51 / -0
    Sepi Komen yah klo disini,

    yah mudah2an karya saya bisa memenuhi standard di forum ini, karena orang2 di forum ini berbakat semua. Banyak cerita yang bisa jadi best seller kalau diterbitkan padahal.
     
  4. kirih Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 6, 2010
    Messages:
    93
    Trophy Points:
    62
    Ratings:
    +39 / -0
    " Menyimpan seorang tawanan yang adalah juga seorang bangsawan, tidak akan cukup bagus."

    keaknya kalimat itu sedikit ambigu deh gan.. ubah ke bahasa yang agak lembut gan..
    klu bisa ganti seperti ini..

    "menangkap seorang tawanan yang memiliki darah bangsawan, tidak akan bagus bagi kerajaan"

    saran aja sih...
    tp overall bagus kok.. ditunggu lanjutannya...
    + di tunggu job archernya...
     
  5. frick M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 1, 2008
    Messages:
    3,641
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,734 / -0
    Pada malu2 mungkin, karena karyanya bagus....:ngacir:
     
  6. ayanokouji M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 17, 2009
    Messages:
    239
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +51 / -0
    Thanks buat kritiknya yah Kirik, itu sebenarnya saya juga agak bingung, karena Fiction ini sebenarnya saya buat 3 tahun lalu dengan memakai bahasa Inggris, dan kata awalnya itu sebenarnya lebih ke Holding atau "menahan" seolah2 bangsawan itu hanyalah 'bargain chip' atau sebagai barter. tapi kalau menggunakan menahan itu, tidak terasa sarkastismenya, karena bangsawan yang dijadikan sandera perang biasanya diperlakukan dengan baik sebagai bahan pertukaran atau jaminan.

    Karena itu saya pertimbangkan untuk menggunakan terjemahan "menyimpan" sehingga menggambarkan seolah2 Dios menggambarkan bangsawan itu sebagai barang gitu, tapi malah membuat ambigu. Sulit ya menggambarkan kata2 dengan tepat menggunakan bahasa Indonesia. Tapi saya akan tetap menggunakan bahasa Indonesia, karena ada kebanggaan tersendiri untuk menggunakan bahasa Ibu.
     
  7. ayanokouji M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 17, 2009
    Messages:
    239
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +51 / -0
    Update Chapter #3

    Huah, ternyata menceritakan kembali dalam bahasa yang berbeda itu sulit yah...
    Apalagi saya tidak begitu mahir bahasa Indonesia yang baik dan benar.

    Karena semua chapter saya update di Post #1, post yang bawah2 boleh dipakai untuk kritik saja deh,
    Kritik pedas tidak ditolak, selama tujuannya bukan hanya nge-flaming atau ngejunk.

    Atau boleh juga berikan ke saya saran "sebaiknya ceritanya begini..." atau pertanyaan "Kenapa harus begini...?"
     
  8. kirih Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 6, 2010
    Messages:
    93
    Trophy Points:
    62
    Ratings:
    +39 / -0
    yep emang kok.. tp gpp tulis aja.. ntar klu ada yang ambigu aku bantu benerin deh.. :)

    di tunggu chapter 4 nya
     
    Last edited: Jan 3, 2013
  9. kirih Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 6, 2010
    Messages:
    93
    Trophy Points:
    62
    Ratings:
    +39 / -0
    ayanokouji.. baca aku punya cerita juga yach.. dan di tunggu juga kritikannya

    Lim Xiang Lin
     
    Last edited: Jan 3, 2013
  10. ayanokouji M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 17, 2009
    Messages:
    239
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +51 / -0
    I'm hitting a slump, so please wait a little while for the next chapters, I have to do a little bit research first.

    Oh, and I am very sorry to use English, since Formal Indonesian is little bit hard for me now. Thank you all for viewing my work.
     
  11. frick M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 1, 2008
    Messages:
    3,641
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,734 / -0
    You're half Indonesian or what?
    :bloon:
     
  12. ayanokouji M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 17, 2009
    Messages:
    239
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +51 / -0
    Nah, I've been on Dallas for 7 Years, so my Indonesian have become somewhat messed up.
    I can only recall some of casual words, but as for formals, you must forgive me that I must study it all over again.

    Fortunately, I haven't messed up on my Indonesian grammar too much have I?
     
  13. frick M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 1, 2008
    Messages:
    3,641
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,734 / -0
    I see.
    Well if it troubles you, you can write in English....:ngacir:
     
  14. ayanokouji M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 17, 2009
    Messages:
    239
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +51 / -0
    Nah, it's Ok, really..
    I am proud to be Indonesian, and it will be a challenge for me too :ogtop:
     
  15. ivan245 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 20, 2009
    Messages:
    296
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +14,656 / -0
    Pantes berasa baca novel terjemahan.

    So far so interesting. Waiting for the next update.
     
  16. ayanokouji M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 17, 2009
    Messages:
    239
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +51 / -0
    Update new Chapter
     
  17. Yoviano Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 13, 2012
    Messages:
    34
    Trophy Points:
    7
    Ratings:
    +18 / -0
    Turut berduka cita juga ya kalau memang di Indowebster sepi, saya juga newbie dan merasakan hal yang sama.

    overall, cerita fiction tentang heroes yang paling bagus yang pernah saya baca!

    dan tenang saja, translate ke bahasa indonya tidak buruk kok... :)
     
  18. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Ingin indowebster rame? Cobalah untuk membaca dan komentar karaya2 fiksi yang lain. ^^ Klo saya pribadi sih juga cenderung malas baca tulisan orang, tapi selalu ngarepin tulisan sendiri dibaca...

    Tapi sejauh ini saya baru baca badian Prolog. Mungkin di sini tujuannya untuk menarik rasa penasaran terhadap kedua knight? Tapi menurutku kurang nge-hook. Di ranah fantasi, seorang ksatria yang mengalahkan ratusan musuh sendirian itu sudah biasa. Jadi dibuat selebai apapun sang prince, rasanya tetep kurang nge-hook pembaca untuk mengetahui siapakah kedua knight itu? Tapi mungkin beda ceritanya klo si Prince dapet surat dari pihak pemberontak, klo ada dua knight konyol yang mereka jadikan tawanan karena nekad menyerang berdua saja (Maaf klo ide asbun saya yang konyol ^^).

    Yah, cuman saya belum baca lebih jauh si, mungkin ternyata kedua knight ini memang brilian. Nanti saya sambung lagi ya...
     
  19. frick M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 1, 2008
    Messages:
    3,641
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,734 / -0
    Hmmm... dua kesatria mengalahkan pasukan satu kastil menurut gw gak begitu biasa. Kalo menurut pembaca yang udah keseringan baca cerita fantasy mungkin iya, tapi kan gak berarti biasa menurut karakter dalam orific-nya?
    :bloon:

    Tapi kalo memang ada pembaca yang merasa bgitu, mungkin tandanya perlu ada perbaikan biar pembaca tersebut tetap tertarik. Menurut gw gak ada ide cerita yang buruk, yang ada mungkin di eksekusi aja. Tapi ingat, gak ada karya manusia yang bisa memuaskan semuanya.
    :hmm:
     
    Last edited: Jan 19, 2013
  20. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Iya juga sih ya, klo dengan sudut pandang karakter di dalam cerita sih ga biasa juga...

    Update :

    Btw uda baca Chapter 1, mantap gan! :ogtop:

    Deskripsi pertarungannya asyik untuk diikuti dan rupanya pertarungannya masih masuk akal, gak serta merta semua pasukannya dilibas terus sampe habis.

    Dan Chapter 2, cukup oke. Hanya kadang saya ga bisa memvisualisasi pertarunga Dios lawan Vertusnya. Trus... entah napa saya kurang sreg dengan kehadiran Ying di situ. Ah, tapi ini cuma perasaan saya saja...



    Btw, ini ada beberapa plot hole :

    1. Di prolog si Wellmark bilang klo paginya kedua knight itu ilang, eh pas siangnya balik membawa kemenangan. Tapi di Chapter 1 dikatakan klo kedua knight itu adalah knight asing yang baru akan bergabung sama Knight of Lion.

    2. Di Chapter 2, setelah Ying masuk kamar dan ngobrol sama Dios, itu Wellmark dan Vertus uda keluar apa masi di dalam sih. Klo masi di dalam koq mereka diam aja nontonin adegan Dios ma Ying?



    Uda baca chapter 3 dan 4, keren lah. Alur narasinya enak dan menarik untuk diikuti. Tapi ya entah kenapa saya masih kurang sreg sama keberadaan Ying... Apa karena mereka saling jatuh cinta terlalu cepat ya...
     
    Last edited: Jan 19, 2013
  21. ayanokouji M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 17, 2009
    Messages:
    239
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +51 / -0
    Thanks for the critics, It really means a lot for me.

    Next chapter is still on progress, since, well, there's problem with the flood and all.

    jadi, saya coba menjelaskan untuk Grande_samael sebisa saya. (Ps : Sorry kalau bahasa saya agak kaku)

    Untuk masalah Plot hole, plot hole #1, Vertus dan Dios sudah masuk sebagai Knight dari Kerajaan Great Harthonia, tapi mereka belum termasuk ke jajaran Knight of Lion yang merupakan kesatuan Elite dari antara Knight kerajaan tersebut. Jadi, kata-kata bahwa mereka sebagai Knight yang baru itu, adalah mereka naik pangkat dari Knight biasa menjadi anggota Knight of Lion

    Untuk Plot hole #2 ada tertulis : “well, baiklah, aku akan segera menyuruh pelayanmu untuk mengantar makanan untukmu!” ujar Wellmark sambil beranjak keluar, diikuti oleh sang dokter.
    Jadi itu posisinya mereka memang akan keluar ruangan, dan dialog yang dikemukakan dilakukan sambil beranjak keluar dari ruangan itu.

    Lalu, keberadaan Ying itu sangat diperlukan untuk cerita nantinya, dan saya memang sengaja mempersingkat kisah cinta mereka, karena, well, saya tidak ingin memfokuskan cerita pada cerita cinta mereka lebih daripada yang seharusnya ada di cerita Ksatria seperti ini. Takutnya nanti malah seperti cerita Roman.

    Mudah2an jawaban saya bisa memuaskan, dan Look forward untuk next story ya
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.