1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic FATE: Die Untertan Erzalung von der Selee

Discussion in 'Fiction' started by rechtmasta, Dec 5, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    Hi, para IDWS-ers, nubi memberanikan diri buat mempublish karya nubi yang sebenernya udah dibuat 10 tahun yang lalu. Mudah-mudahan bisa dinikmati yah. Saran dan kritik sangat ditunggu, mohon maaf kalau level-nya belum selevel para suhu dan master disini :)

    ---------------------------------------------------------------------------------------------------

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------

    FATE
    Die Untertan Erzalung Von der Selee


    BOOK I

    Prolog
    BAGIAN I
    Perkenankanlah hamba menceritakan kepada kalian sejarah dari dunia ini, sejarah yang mungkin sudah tidak pernah terlintas lagi di benak setiap orang atau bahkan ditutupi oleh segelintir orang
    Kita semua harus tahu karena kita ada di sini sebab dari adanya sejarah…
    Maka perkenankanlah hamba,
    Methias Reverdian Magnus Nilhalem
    Menceritakan kisah ini
    Kisah turun temurun yang selalu dipesankan agar jangan dibuka..
    Kisah dimana para pendahuluku bersumpah agar tidak menceritakannya kepada siapapun
    Kisah yang ditulis oleh leluhur hamba yang namanya terpaksa tidak bisa hamba sebutkan, biarlah hanya ceritanya yang diketahui oleh generasi penerus, bukan namanya…

    Perang Besar Cyldia…
    Peristiwa inilah yang menjadi poros awal dari dunia yang kita tempati sekarang ini, mungkin beberapa orang di beberapa dunia yang berbeda mengetahui sedikit tentang peristiwa ini
    Dunia berbeda ?

    Hmm…mungkin hamba harus memulai kisah ini jauh lebih awal
    Pertama-tama hamba akan bertanya kepada kalian semua…apakah dunia itu hanya ada satu ? dunia yang kalian masing – masing tempati sekarang ini ?
    Sayang sekali, dunia ini jauh lebih banyak daripada hanya sekedar satu dunia saja, diluar sana ada lebih dari beribu – ribu dunia, ada yang saling mengetahui satu sama lain adapula yang terisolasi satu sama lain

    Menurut catatan hamba orang yang pertama kali mengetahui hal ini adalah Silf Morekdinens dari Wolferhamms (berdasarkan jurnal Myriam Bernaldi di dalam jurnalnya yang disebut “Fridin A’kh Meliard” atau kita sebut saja Helai Tabir Langit). Dan seratus tahun kemudian, hamba tidak tahu kapan pastinya, Paradigm Morekdinens dari Fermerhamms meneruskan penelitian leluhurnya berhasil membuat jembatan antar dunia dan menjadi orang pertama yang berhasil melintas di dua dunia yang berbeda (hal ini aku dapat juga dari jurnal yang sama).

    Maka tidak terasa orang – orang dari dunia yang berbeda mulai menjalin hubungan satu sama lain, tentunya hanya beberapa dunia yang telah dapat terhubung satu sama lain, sisanya masih tetap terisolir satu sama lain…

    Hal berikutnya yang terjadi adalah mulai timbul “sesuatu” yang diluar biasanya, aku tidak tahu bagaimana menjabarkan “sesuatu” ini tapi jelas sekali ada perubahan yang terjadi di dunia. Orang yang pertama kali mendokumentasikan perubahan – perubahan ini adalah Rodanar von Aldren, seorang cendikiawan dari dunia yang bernama Felis, beliau menuliskan semua hasil penelitiannya di dalam buku yang ia beri judul Vel Geisthmachen atau secara harafiahnya adalah Gerakan Dunia. Di dalam bukunya itu beliau berhasil menuliskan beberapa kejadian yang terjadi tidak sebagaimana mestinya dan terjadi setelah hubungan antar dunia menjadi semakin intens. Hamba sendiri tidak dapat menjabarkan satu persatu apa yang terjadi yang beliau tuliskan di dalam bukunya karena biarlah itu ditemukan oleh individu – individu yang memang ingin mencarinya.

    “Sesuatu” tersebut mulai berkembang ke batas menjadi tidak dapat dikendalikan dan puncaknya adalah pecahnya perang antar dunia untuk pertama kalinya antara dunia Hillzebub dan dunia Ferentes. Tidak ada yang tahu awal mula perang itu terjadi karena apa, tetapi menurut penelitian perang tersebut terjadi hanya karena perselisihan kecil antar manusia saja, yang kemudian berkembang menjadi perang antar ras dan akhirnya perang antar dunia. Hasil dari kedua perang itu sungguh sangat mencengangkan kedua dunia hancur luluh lantak dan 90 persen populasi kedua dunia itu musnah baik tumbuhan, hewan terutama manusia.

    Tetapi semua itu tidak membuat orang-orang yang mengetahui tentang hal tersebut waspada. Api perselisihan malah semakin berkobar dan genderang peperangan bertabuh dan saling menyahut dimana-mana, alam semesta terseret kedalam masa kekacauan dan kegelapan.

    Pada tahap inilah cikal bakal dari perang yang seharusnya diingat terus sepanjang masa tetapi semakin tergerus oleh waktu hingga pada akhirnya memori akan peristiwa ini hilang sama sekali, dimulai.

    Ketukan pertama genderang Perang Besar Cyldia telah ditabuhkan…

    Tahun bintang ke 3 bulan ke 6 ( kira – kira tahun 564 apabila dikonversikan kepada penanggalan masa kini ) Putri Almunia Solana Vasvodem III secara resmi diangkat menjadi Ratu pemimpin negeri Valoran di dunia Edenia menggantikan ayahnya,Yang Mulia Raja Ernst Solana II yang mangkat dikarenakan sakitnya yang berkepanjangan. Pada saat itu usia Putri masih sangat muda, sekitar 19 tahun kalau ingatanku yang tua ini tidak salah.

    Ratu Almunia memulai masa baktinya dengan cukup mengagumkan. Rakyat sangat puas akan kerjanya sekaligus sangat mencintainya karena sikapnya yang sangat memperhatikan rakyatnya.

    Sebenarnya Ratu Almunia juga adalah murid satu – satunya dari Maestre Organa, Maestre terhebat di Edenia. Maestre adalah sebutan bagi seseorang yang sangat mengusai ilmu kekuatan, alkimia bahkan dikatakan dapat mengendalikan elemen – elemen yang ada di alam semesta ini, inilah fakta yang tidak diketahui oleh orang – orang. Dan dengan sendirinya Ratu Almunia juga menjelma menjadi seorang Maestre yang hebat, bahkan di saat pengangkatannya Maestre Organa menyebutkan bahwa Ratu Almunia hanya berada dua tingkat di bawahnya.

    Aku sendiri tahu dengan pasti bahwa disela – sela kesibukannya sebagai pemimpin negeri Valoran, Ratu Almunia masih belajar untuk meningkatkan kemampuannya sebagai seorang maestre terutama di bidang ilmu perbintangan, alkimia dan sejarah. Pada saat pembelajarannya itulah Ratu Almunia menemukan bahwa dunia Edenia bukanlah dunia satu – satunya yang dihuni oleh manusia di alam semesta ini, terdapat berjuta – juta dunia lainnya yang beberapa diantaranya telah saling menjalin hubungan. Melewati penelitian dan pembelajaran yang cukup lama, pada usianya yang ke-23 tahun Ratu Almunia dengan sangat mengagumkan dapat membuka komunikasi dengan manusia yang berasal dari dunia lain, Wassersmidht Maerkel dari dunia Herbron. 6 bulan kemudian Ratu Almunia berhasil membuka gerbang antar dua dunia dibantu oleh para maestre terkemuka Edenia, setelah itu masyarakat Edenia sepakat untuk mengangkat Ratu Almunia menjadi Perwakilan dari Edenia.

    Waktu berjalan begitu cepat hingga perselisihan antar dunia yang terjadi di luar dunia Edenia mulai menghampiri telinga Ratu Almunia. Khawatir apabila dunianya terseret dalam arus peperangan dan perselisihan yang semakin besar Ratu Almunia mulai melakukan negoisasi dengan para perwakilan dari dunia – dunia lain dengan tujuan untuk mempererat hubungan antar dunia. Tetapi usaha beliau akhirnya hanya berujung pada kesia – siaan karena para perwakilan dunia lain seolah – olah sudah tertutup oleh ambisi mereka masing – masing untuk memperluas wilayah dunianya.

    Pada akhirnya Ratu Almunia berhasil mengajak beberapa dunia kecil untuk membentuk semacam aliansi demi melindungi masyarakat mereka dari kobaran api peperangan yang mulai meluas. Ketika keadaan mulai tidak terkendali, Ratu Almunia mulai berpikir keras, minimal untuk melindungi masyarakat Edenia dari peperangan. Akhirnya beliau mengambil langkah yang sangat tidak disukainya, memperkuat para tentara Edenia bahkan menunjuk beberapa maestre untuk melatih pasukan – pasukan khusus dari masing – masing negeri. Inilah cikal bakal dari Para Anvalef, berasal dari bahasa kuno Valoran yang berarti para penjaga, pasukan khusus yang dapat memanipulasi unsur – unsur alam.

    Enam kstaria terpilih untuk mendampingi Ratu Almunia dalam tugasnya bernegoisasi dengan perwakilan – perwakilan dunia lain demi menjaga stabilitas semesta sekitar Edenia. Beberapa diantaranya dapat kusebutkan, Malakhia Herden dari negeri Feros, Guria Jaden dari negeri Kolum, Hentam Turian dari negeri Barden, Cecilia Almanac dari negeri Denia, Serian Sethas dari negeri Bernas dan yang terakhir sekaligus yang paling muda dan terkuat diantara para kstaria tersebut, Volkan Norvask dari negeri Valoran sisanya terselebung di belakang kabut waktu. Masing – masing ksatria tersebut memiliki keahlian dalam mengendalikan unsur – unsur alam yang berbeda, Megido unsur api, Hiluth unsur udara, Gaia unsur tanah, Aquos unsur air, Astah unsur cahaya dan Fetah unsur kegelapan beserta seluruh varian turunannya.

    Ratu Almunia akhirnya memilih jalan terakhir, menggunakan kekuatan militer terbatas untuk menghentikan perselisihan yang semakin menyebar dan mendekati dunia Edenia. Tetapi langkah tersebut ternyata menjelma menjadi kesalahan terbesar yang dilakukan oleh Ratu Almunia, dunia – dunia yang menjadi sekutu Edenia malah menganggap beliau sudah memulai agresinya untuk memperluas wilayah. Sehingga para mantan sekutu Edenia bergabung dan menyerang Edenia dengan dalih takut dunianya diserang terlebih dahulu oleh pasukan Edenia.

    Sang Ratu menyadari kesalahannya tapi bola perang sudah terlanjur bergulir, tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain mempersiapkan diri untuk bertahan hidup. Pada awalnya pertahanan Edenia merespon dengan sangat baik serangan – serangan dari luar yang berasal dari sepuluh gerbang dunia berasal dari masing – masing dunia yang menyerang Edenia; Astaroth, Melikal, Groundheim, Biblical, Reinderr, Astray, Bornes, Javahan, Kalimtan, dan Iritsis.

    Perang tersebut berlangsung selama hampir satu tahun lebih lamanya, dan para penyerang sudah mulai kewalahan menembus pertahanan Edenia yang sangat kuat, ketika keberhasilan untuk bertahan sudah di depan mata, dan perdamaian sudah kembali terbayang…

    Terjadilah peristiwa yang sangat tidak disangka dan membalikan semua keadaan…
    Setiap kali mengingatnya tubuh hamba bergetar hebat sekaligus merasakan ketidakberdayaan hamba karena sebagai orang yang sangat mengetahui seluk beluk Edenia hamba tidak dapat mencegahnya

    Tapi biarlah kalian yang membaca kisah hamba ini yang menilainya, apa yang terjadi dan apa yang menyebabkan peristiwa itu biarlah semuanya terungkap perlahan – lahan di dalam kisah ini, bersabarlah anak – anakku, karena tidak ada yang bisa kita dapatkan dari keterburu – buruan

    Ah, tampaknya sudah saatnya hamba mnceritakan kesuluruhan kisah ini kepada kalian semua anak – anakku, resapilah, renungilah agar apa yang diceritakan oleh maestre terakhir ini agar dapat menjadi petunjuk hidup bagi kalian…

    Ceritaku ini sudah hamba pastikan agar dapat dimengerti oleh semua bangsa dunia yang tersebar di jagad semesta ini dan hamba buat dari mata sang pemegang tali takdir…

    Berhembuslah angin pengetahuan…
    Bersinarlah cahaya Vasvordmn…
    Lihatlah ke dalam jiwa kalian masing-masing anak-anakku…

    Voredem…Velias…Vestaha…………………………………………………………………….



    ***​
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Aug 29, 2014
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    Gimana kawan2 adakah pendapat kalian untuk tulisan gw ini :)
     
  4. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    diluar konteks pertanyaan2 yang mau ingin gw tanyakan... cerita ini potensinya sangat besar. Kamu membuat background tempur sangat besar... BUANYAK DUNIA dan perang. unsur penjaga, elemen, diplomasi dll

    ok masuk dalam pertanyaan (mungkin seharus e kamu bakal jelaskan di chapter selanjutnya tapi berhubuung gw ga sabar ingin tau jadi bertanya dulu ... kalau jawabane bakal diungkapkan di chapter selanjutnya yaa biarkan jadi kejutan aja pas baca chapter selanjutnya :hehe: )

    1. sebagai ratu yang katanya sangat menyanyangi rakyatnya... ngapain dia mau membuka gerbang dunia lain?

    2. Apa si ratu ga berpikir panjang? dunia lain itu penuh dengan hal - hal lain tentunya tidak dikenal dan asing sangat asing ... ui kita berbicara dunia lain bukan negara lain yang berada dalam satu dunia. Bahkan negara dalam satu dunia aja bisa menjadi asing dan berbahaya kalau tidak dilakukan pendekatan terlebih dahulu (ya sukur2 kamu menemukan negara atau suku lain yang lebih lemah)... MAkanya setiap perjalanan mencari dunia baru dan membuka lebar - lebar pintu imigrasi itu butuh banyak pertimbangan ( bukan dunia skarang, kita berbicara jaman medieval )... karena ini prolog mungkin di skip ya perjuangan si ratu mendapatkan persetujuan dari orang - orang yang membantunya memimpin negara

    3. Seberapa besar Valoran ini? Kenapa negara lain tidak mengintervensi prilaku si ratu yang terus membuka gerbang dunia lain?Suatu dunia pasti dipimpin oleh orang - orang yang berbeda tentu punya pendapat berbeda... atau kah? negara lain juga membuka gerbang dunia lain? dalam prolog emang tertulis hanya 1 yang perrtama kemudian 2 yang dibantu meister... tapi paragraf selanjutnya yang menjelaskan bahwa si ratu berhasil membuat aliansi dengan beberapa dunia lain yang lebih kecil... artinya dah buanyak gerbang antar dunia yang terbuka donk?

    4. Perangnya gimana? ini ngomongnya antar dunia (ada gerbang penghubung) apa sebegitu gampang memobilisasi pasukan melewati gerbang? apa tidak bisa gerbang di tutup? apakah kemampuan membuka dan menutup gerbang hanya milik edenia aka ratu seorang? dunia lain ga isa?Kalau gw jadi pemimpin dunia yang bakal diserang dunia lain mah... tutup aja gerbangnya abis perkara, dan buat segel. Apa mungkin abis dibuka ga bisa ditutup? ceroboh banget kalau tau ga bisa ditutup ngapain buka gerbang banyak - banyak? buat apa?

    5. Dunia lain itu apakah di huni race yang sama? maksudnya manusia kah? atau ada race2 lebih pinter lebih aneh lebih buas dll? terus bahasa mereka?

    6. Herannya kenapa dunia lain kok nyerang e edenia doank? kok ga saling nyerang antar dunia lain? kalau mereka takut akan edenia yang mampu membuka gerbang? Kalau mereka takut militer edenia, kenapa malah di serang? jadi intinya edenia ini punya teknologi paling maju begitu? Mereka begitu eprcaya aliansi sama dunia - dunia yang mereka juga g kenal untuk menyerang yang terkuat menurut mereka? Terus b agaimana caranya mereka berdiplomasi dengan dunia - dunia lain itu?

    7 Konsep gerbang ini seperti apa? seberapa besar? seberapa banyak yang isa muat sekali jalan? apa tidak ada distorsi? apa seperti pintu kemana saja doraemon?
     
  5. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    Terimakasih sebanyak-banyaknya buat comment Giande :haha:

    Okay dicoba jawab satu-satu pertanyaannya:
    1. Sebenernya ini konsep dasar suatu negara. kalo negaranya mau lebih maju dan makmur, mau ga mau harus buka gerbang buat terhubung dengan peradaban lainnya kan. Itu versi mikro-nya, nah pada saat itu seluruh negara hampir bisa dikatakan sudah mencapai batas jenuh pada kemakmuran dan ingin membuka wawasan yang lebih. dikatakan kalao Ratu berhasil berhubungan dengan negara lain, nah mari kita anggap saja pada saat itu Ratu sangat tertarik dan berpikiran kalau itu bisa membuat rakyatnya lebih bahagia (panjangnya ntar pas cerita berjalan, huehehehe)

    2. Jawabannya ampir sama dengan yang nomor 1 yah :)

    3. Valoran itu bisa dikatakan cukup luas sebagai sebuah negara ada beberapa kota besar di dalamnya. Mungkin maksudnya Edenia, secara dunia Edenia hampir mirip dengan Bumi kita, tentu saja ada beberapa negara di dalamnya (nanti dicerita disebutkan kok negara-negara lainnya).

    4. Tentu saja perangnya lewat gerbang antar dunia. Nanti di bab selanjutnya akan ada perang besar-besaran antar Edenia dan musuhnya, disitu juga dijelaskan tentang kondisi gerbang-gerbang antar dunia.

    5. Untuk masalah race, sementara ini saya hanya akan berfokus untuk manusia saja. Kemungkinan tidak ada race diluar manusia karena takutnya nanti malah terjebak di stereotipe LOTR, ada manusia, elf, dwarf, orc, troll, dll. Tapi sesuai dengan kebutuhan cerita, mungkin ada mungkin tidak. Saya akan berfokus di perbedaan kebudayaan masing-masing negara bahkan dunia.

    6. Ini nanti akan dijelaskan di bab-bab berikutnya.

    7. Sama jawabannya kyk No. 4

    Okayyy...time for the new chapter. Silahkan nikmati chapter berikutnya di post dibawah ini :haha:
     
  6. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    Prolog - Bagian II-

    Prolog
    BAGIAN II​


    Cahaya menyilaukan membutakan mataku, lalu terdengarlah dentuman yang sangat keras di sebelahku, tetapi aku seolah tidak mendengarnya. Ada sesorang yang berteriak kepadaku, seorang perempuan…

    “LAN, BANGUN ATAU KAU JUGA MAU JADI MAYAT DI SINI!” perempuan itu berteriak kepadaku. Siapa dia ? Aku mencoba menggali dalam ke pikiranku yang sedang ditutupi kabut ini. Potongan – potongan gambar muncul tapi tidak ada yang memberiku petunjuk siapa perempuan itu. Ah, iya, setelah berusaha cukup keras aku ingat sekarang, perempuan itu adalah Melia.

    Walaupun mataku terasa perih entah karena apa, apakah karena asap hitam yang tampak pekat menarai – nari di depan wajahku atau karena darah yang meluncur dari kepalaku, aku bisa melihat kondisi Melia. Pakaiannya sudah robek disana – sini, armor berwarna hijau zamrudnya sudah banyak retakan dan terpotong. Tubuhnya dikotori oleh darah entah darah siapa itu, bahkan mungkin itu adalah darahnya…

    Lalu terdengar pula teriakan lagi, kali ini suara laki – laki…

    “LAN, SADARLAH! KAU HARUS KUAT!” hmmm…kali ini pikiranku langsung mau diajak bekerja sama. Lance? Lance nama laki – laki itu, kondisinya tidak jauh berbeda dengan Melia. Lance kulihat sedang sibuk menahan sepasukan orang yang mengenakan armor berwarna hitam dan merah.

    Kepalaku tiba – tiba terasa sakit luar biasa. Aku memutar pandanganku ke semua arah berusaha untuk menangkap dan mencerna pemandangan yang saling bersilangan dihadapanku sekarang.

    Sebenarnya apa yang sedang terjadi disini, orang – orang disekitarku saling berteriak satu sama lain, api berkobar dimana – mana, darah mengalir di tanah, bunyi pedang beradu baik sesama pedang atau dengan armor bahkan dengan tubuh manusia yang diiringi jeritan memilukan. Tombak menusuk menebas dan memotong, anak panah berterbangan dan kilatan - kilatan cahaya bersahutan, bahkan alam pun bertingkah sangat aneh. Api yang membesar atau mengecil, angin yang serasa tajam, tanah yang bergolak, air yang menjadi keras, halilintar yang menyambar manusia, sinar putih dan hitam yang saling membelit. Kenapa aku bisa berada disini ?! Entah kenapa secara reflek lalu aku melihat ke tanganku…

    Dan aku melihat sesosok manusia…sesosok perempuan yang bersimbah darah di tanganku, wajahnya memucat tetapi tetap memancarkan kecantikannya yang luar biasa.

    …!!!
    Aku tahu wajah ini, bahkan wajah ini yang selalu muncul dibenakku. Wajah inilah yang menjadi alasanku untuk hidup seperti ini hingga sekarang, untuk menerima takdirku yang pada awalnya aku sangat aku benci…

    Aku menatap lekat wajahnya yang cantik dan mentrentamkan hati…

    Semua kenanganku bersamanya tiba- tiba muncul di dalam benakku seolah ada yang memutar balik kenangan tersebut. Seketika itu aku langsung teringat, apa yang sedang aku lakukan dan apa yang harus aku lakukan saat ini. Aku merasakan kesedihan yang tak tertahankan tetapi aku tahu kesedihanku hanya untuk diriku sendiri biarlah rasa sedih itu aku ratapi setelah ini. Aku berusaha menutupi rasa sedih ini dengan kekesalan dan kemarahan yang aku arahkan kepada kobaran api peperangan didepanku.

    “Maafkan aku…aku akan meninggalkanmu untuk sementara waktu, tunggulah aku disini…” bisikku, lalu aku letakkan tubuhnya di bawah rimbunnya pepohonan yang masih bertahan di tengah amukan perang ini. Aku mengenggam erat pedangku.

    “Mari kawan, kita tuntaskan perang tidak berguna ini” bisikku kepada kedua pedang yang telah menemaniku sejak aku menerima semua kekuatan untuk melindungi Edenia. Aku bangkit dan bersiap untuk menuju ke tengah medan perang, untuk terakhir kalinya aku melihat tubuhnya yang bersandar dengan damainya, aku tersenyum…

    “MELIA, LANCE, OLAF, LEANDRA, HESKEL!! Ayo kita selesaikan ini semua sekarang !” mereka berlima serentak menoleh kearahku dan melempar senyum kepadaku, dan aku membalas senyuman mereka.

    Aku bersiap untuk merangsek maju, dengan pedang di kedua tanganku, aku berlari dan berteriak sekuat tenaga meninggalkan kepingan – kepingan kenangan di belakangku…


    Pertarungan terakhirku…

    Apakah aku menerima takdirku ini…

    Ya…

    Dan aku bersyukur…









    ***
     
    Last edited: May 7, 2013
  7. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    OKayyy...terimakasih buat semua rekan-rekan yang menyempatkan waktunya untuk membaca.
    Bagian berikutnya akan di post setelah taun baruan...happy holidays! :haha:
     
  8. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    sebaiknya istilah yang bisa di indonesiakan seperti "armor" ya di indonesiakan jadi baju zirah atau sejenisnya, kalaupun tetep ngotot dan kerasa enak pake istilah asing sebaiknya dibuat cetak miring aka italic

    untuk ceritanya...tunggu lanjutannya lagi. Perang selalu membuat penasaran :hehe:
     
  9. frick M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 1, 2008
    Messages:
    3,641
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,734 / -0
    :sembah:
    Konsep dalam Prologue I-nya keren.
    Cuma yang gw agak 'ngeh' itu penjelasan konsep 'dunia'. Ini yang kesulitan menjelaskan penulisnya apa karakternya (Matt)?
    :hehe:

    Itu bener hasil kerja 10 tahun lalu? Mantap dah.
     
  10. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    @Giande Sebenernya kalo di versi word semua tulisan asingnya itu italic, cuma lupa diedit pas nge-post disini (segera diedit :D)

    @Frick Konsep dunia itu sebenernya simpel, yaitu anggap saja kalo sekarang itu sebuah planet dianggap satu dunia. Jadi dalam satu dunia itu ada beberapa negara. Yup ini gw tulis pas SMA 3 baru kelar pas udah gawe setaun yang lalu :haha:
     
  11. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    FATE: Die Untertan Erzalung von der Selee - BAB I Bagian I -

    Sesuai janji, hari ini ngepost BAB I bagian I dulu. Selamat menikmatinya kawan-kawan, saran dan kritiknya selalu ditunggu :haha:

    ----------------------------

    BAB I
    Sang Pembawa Benang​


    Aku tebangun, sendiri di ruangan yang gelap, yah memang kamarku atau lebih tepat tempat tinggalku yang kecil ini tidak pernah terang benderang, cahaya lampu hanya menganggu ketenangan tidurku, membawaku melihat bayang – bayang kedua orang tuaku yang meninggalkanku dua tahun yang lalu. Aku yang sekarang lebih nyaman berada di dalam kegelapan seperti ini, kegelapan bisa membuatku merasa lebih tenang.

    Tiba – tiba terdengar suara keras dari luar kamarku,

    “DIII, AYO BANGUNNN!!!!!!!” Aghh, suara itu lagi, umpatku, kenapa dia tidak pernah membiarkanku dalam ketenangan, selalu saja membuat suara berisik di pagi hari. Dengan langkah yang berat aku menuju pintu kamarku dan membukanya, di balik pintu aku melihat sesosok gadis dengan muka yang sangat ceria, sungguh ekspresif sekali sangat kontras denganku yang bermuka muram dan selalu menekuk mulut.

    “Rena, sudah kukatakan kau jangan kemari lagi setiap pagi kesini untuk membangunkanku. Ah...tapi sudahlah kata – kata ini sudah kuulang – ulang selama setahun terakhir dan kau tetap tidak mau mendengarkannya” kataku pada Rena. Rena Caldios, temanku, yah setidaknya aku sudah bisa menganggapnya sebagai temanku sekarang ini.

    “Hahahaha, melihat wajahmu yang baru bangun sungguh membuat pagiku menjadi lebih berwarna Di” Rena berkata sambil tertawa melihat wajah dan penampilanku yang kusut. Seharusnya aku kesal ditertawakan seperti itu tapi entah kenapa tawa Rena justru bisa membangkitkan semangatku, mungkin karena aku sudah mulai terbiasa dengan kelakuannya yang seperti ini.

    “Yayaya, ayo kau mau masuk atau tidak Ren? Tunggu sebentar aku mau mandi dulu” aku berkata sambil membukakan pintu agar Rena bisa masuk ke kamar apartemenku, sebenarnya tidak pantas juga kamar seperti ini disebut apartemen, karena kamarku hanyalah sebuah kamar kecil dengan kamar mandi kecil di bangunan tua. Ah sudahlah apa artinya sebuah nama belaka, aku tidak peduli. Setelah aku persilahkan, Rena masuk ke kamarku dan tetap mempertahankan wajahnya yang penuh senyumnya itu.

    Setelah aku masuk ke kamar mandi aku langsung menanggalkan semua pakaianku dan melemparnya ke keranjang baju kotor yang tampak sudah sangat penuh itu. Hhh…tampaknya aku harus segera membawa pakaian – pakaian kotor tersebut untuk dicuci sebelum Rena melihatnya.

    Akupun langsung beranjak dan berdiri di bawah shower lalu menyalakannya. Guyuran air yang dingin terasa menusuk tubuhku yang belum siap menghadapinya. Tapi setelah tubuhku terbiasa guyuran air ini malah membuat tubuhku menjadi tenang, semua indraku sudah bangut dan kembal bersiap untuk menghadapi hari – hariku. Tak mau mebuat Rena menunggu terlalu lama, akupun segera menyelesaikan ritual mandi pagi ini. Segera setelah aku selesai mengeringkan badan dan menggosok gigiku aku berniat memakai baju yang telah kusiapkan, sial…aku lupa membawa baju ganti sebelum masuk tadi. Terpaksa aku hanya melilitkan haduk di pinggangu dan melangkah keluar dari kamar mandi.

    Setelah aku mandi aku melihat keadaan kamarku yang berubah seratus delapan puluh derajat dari keadaan semula, bekas – bekas makanan, kemasan – kemasan mi instan yang tadinya berserakan, untaian kabel-kabel komputer dan tv yang semerawut telah tersusun dengan sangat rapih, bahkan lantai kamarku yang berdebu sudah licin sekali terlihatnya.

    “Wow…” aku hanya bisa berkata itu dan terbengong-bengong melihat keadaan kamarku ini dan reflek aku langsung mencari Rena dan menemukannya sedang menjemur selimutku dipagar beranda kamarku. Seperti bisa merasakan kehadiranku, Rena langsung berbalik menghadapku.

    “DIII!!!” Rena tiba – tiba berteriak
    “Rena! Apa – apaan?” sahutku kaget mendengar teriakannya
    “Kamu yang apa – apaan Di!”
    “Maksudmu apa Rena?” tanyaku tidak mengerti
    “Cepat pakai bajumu Di! Pemandangan ini bisa membuat mataku sakit!”

    Sontak aku baru sadara kalau aku hanya menggunakan handuk yang melingkar di pinggangku tanpa memakai apa – apa lagi. Aku langsung bergegas menuju lemari pakaian dan mengenakan seragam sekolahku. Setelah merasa siap aku kembali menuju Rena.

    “Maaf Rena”
    “Hi…hi…hi tidak apa – apa Di” balasa Rena dengan senyumnya yang khas.

    Setelah itu aku kembali melihat sekeliling kamarku yang sudah sangat rapih. Aku memalingkan wajahku ke pada Rena.

    “Rena, kau yang melakukan semua ini?” tanyaku.

    “Ya tentu saja Di, memang kamu lihat ada perempuan lainnya disini, ehm ralat, perempuan nan cantik dan manis disini kecuali aku?” sahut Rena sambil mengembangkan senyumnya yang khas. Yaa…memang Rena termasuk perempuan yang diidolakan mungkin hampir seluruh laki-laki di sekolah kami, aku ? Aku sendiri tidak tahu perasaanku kepada Rena, apakah aku memang mempunyai perasaan khusus kepadanya atau tidak. Yang jelas aku sangat berterimakasih dengan kedatangan Rena ke dalam hidupku.

    Sepuluh tahun yang lalu di suatu stasiun kereta aku yang sedang menunggu kereta bersama ibuku untuk pertama kali bertemu Rena yang sedang bersama kedua orang tuanya. Ternyata ibuku dan ibu Rena adalah sahabat ketika mereka bersekolah di kota asal ibuku, pada saat itulah aku pertama kali berkenalan dengan Rena, umurku pada saat itu baru delapan tahun.

    Sejak saat itulah aku sering diajak bermain bersama oleh Rena yang ternyata rumahnya hanya berjarak beberapa rumah dari rumahku. Entah kenapa sekolahku selalu sama dengan sekolah Rena hingga saat ini.

    Sampai hal itu terjadi, kedua orang tuaku meninggal pada kejadian pembantaian di suatu sekolah pedalaman. Kedua orang tuaku yang berprofesi sebagai guru diundang untuk memberikan penyuluhan di sekolah tersebut. Ternyata tugas tersebut berujung kepada kematian mereka berdua. Hingga saat ini tidak ada seorangpun yang mengetahui detail kejadian tersebut bahkan karena apa mereka tewas tidak kunjung juga diumumkan hingga saat ini. Saat itu aku baru berusia 16 tahun. Tentu saja berita itu sangat mengguncang diriku karena aku sanagt dekat dengan kedua orang tuaku.

    Tidak ada seorangpun yang bisa nmenjelaskan kepadaku kenapa hal tersebut bisa terjadi. Banyak rumor yang beredar mulai dari pembantaian tersebut dilator belakangi oleh persaingan usaha yang kebetulan sekolah tersebut ada di atas tanah sengketa, ada yang menyebutkan bahwa para pembantai tersebut adalah memang para penjahat buron yang belum bisa ditangkap. Apapun alas an yang berkembang semua berujung pada ketidak pastian. Koran – Koran dan media hanya memuat bencana tersebut selama dua hari dibandingkan dengan berita – berita tentang ekonomi atau bahkan skandal para birokrat – birokrat busuk di Negaraku.

    Semuanya seolah – olah seperti memang ingin dilupakan, kematian orang tuaku dianggap tidak begitu penting. Yang paling menyakitkan adalah aku tidak bisa melihat jasad kedua orang tuaku. Pihak pemerintah berdalih mereka tidak bisa membawa pulang jasad kedua orang tuaku karena tidak ada dana, lokasi jauh dan sebagainya. Aku tidak punya keluarga lagi selain dengan kedua orang tuaku. Saat itu aku benar – benar sendiri. Kesendirian merayap, menjerat dan mencekik leherku.

    Semenjak itu aku langsung menutup diri kepada dunia, menganggap semua yang ada di dunia ini sebagai musuhku. Aku tidak perduli dengan lingkungan disekitarku bahkan kepada diriku sendiri. Hingga saat Rena masuk ke dalam kehidupanku. Tanpa mengenal lelah Rena terus membujukku untuk kembali bangkit, dan yah…dia berhasil. Aku memang harus benar-benar berterima kasih kepada Rena.

    “Di, kenapa senyum-senyum begitu sambil melihat wajahku? Suka yaaa…?” sahut Rena membuyarkan lamunanku.
    “Woi…! Sembarangan..kenapa juga aku sampai suka !” elakku.
    “Hahahahaha…..” Rena tertawa lepas.
    “Ahhhh…sudah-sudah, aku sudah siap nih, ayo kita berangkat sekarang Ren” sahutku kepada Rena.
    “Ayo, ayo” sahut Rena dengan semangat.

    Aku dan Rena berlari mengejar kereta pagi terakhir yang menuju sekolah kami, kami baru sadar kalau kami sudah terlambat.

    Akhirnya kami sampai tepat sebelum gerbang sekolah ditutup. Aku menjalani hari sekolahku seperti biasa, tidak ada yang istimewa, sama seperti anak-anak sekolah pada umumnya Tapi yah berhubung ujian akhir sudah semakin mendekat, khusus kelas kami diadakan pelajaran tambahan, sial.

    Sepulang sekolah aku langsung berlari menuju tempat kerjaku, aku bekerja menjadi seorang karyawan disebuah toko yang menjual perlengkapan olah raga. Aku harus bekerja, dinas sosial hanya bisa menanggung biaya sekolahku, untuk biaya hidup sehari – hari aku harus berusaha sendiri.

    Lalu aku mendengar Rena memanggilku.

    “DI, tunggu aku” panggilnya
    “Kenapa Ren, kau tahu kan aku harus buru-buru bekerja” balasku.
    “Iya, iya aku tahu, tapi ada yang mau aku bicarakan dulu denganmu” sahut Rena setelah berhasil menyusulku.
    “Aduuh, apa tidak bisa ditunda besok saja Ren? Aku bisa terlambat nih” aku benar-benar harus secepatnya pergi ke tempat kerjaku.
    “Sebentar saja Di, aku hanya mau bertanya, hari minggu nanti apa kau ada acara?” tanyanya.
    “Acara? Sudah tentu ada, tidur seharian dikamarku!”aneh sekali pertanyaannya, seharusnya dia tahu kalau hari libur aku menghabiskan waktuku tidur seharian penuh di kamarku.
    “Ow iya ya, ya sudah berarti kau harus bisa kalau kuajak pergi Di” Rena berbicara dengat semangat sekali.
    “Ahhhh…memangnya ada apa sih Ren?” balasku dengan malas.
    “Nanti saja begitu sampai pada tempat tujuan aku cerita kepadamu Di, mau yah, ayolah Di aku hanya minta sekali ini saja” pintanya.
    Aku berpikir, ya apa salahnya aku pergi dengannya, Rena telah melakukan banyak hal untukku sudah, setidaknya aku bisa memenuhi permintaannya ini.
    “Ok Ren, kita pergi ke tempat yang jadi kamu mau itu” aku mengiyakan permintannya tersebut seketika aku merasa telah mengambil keputusan yang sangat tepat, apalagi setelah melihat wajah Rena yang kegirangan.
    “Horee!! Terima kasih Di, ingat yah jam delapan pagi aku tunggu di stasiun kereta, pakailah baju terbaikmu Di!” sorak Rena sambil kemudian setengah berlari menjauhiku.

    Lalu aku mulai berlari menuju tempat kerjaku.

    ***

    Tak terasa hari demi hari berlalu hingga akhirnya tiba pada hari dimana aku berjanji pada Rena untuk menemaninya ke suatu tempat. Aku melihat jam di samping tempat tidurku…!!! Aku sudah terlambat, segera aku mandi dan memakai baju yang…menurutku yang terbaik. Aku berlari menuju ke stasiun kereta seperti yang telah kita janjikan. Aku berlari hingga paru-paruku terasa seperti terbakar, aku tidak perduli terhadap siapapun di dunia kecuali kepada satu orang, yah hanya Rena saja yang aku pedulikan, aku tidak akan pernah membuat Rena kecewa. Itulah sumpah kepada diriku sendiri, sebagai balas budi untuk apa yang telah dilakukan Rena untukku selama ini.

    Akhirnya setalah menguras seluruh tenaga yang aku miliki aku sampai juga di depan statsiun kereta, mataku langsung mencari-cari sosok Rena di stasiun tersebut. Akhirnya aku berhasil melihat sosok Rena yang sudah menunggu di depan loket tiket kereta.

    “Maaf, maaf aku terlambat Ren” sapaku sambil terengah-engah karena berlari tadi.
    “Tidak apa-apa Di, aku sudah senang sekali ternyata kau benar datang menemuiku hari ini” balasnya sambil tersenyum”
    “Tentu saja Ren aku datang, aku pasti menepati janjiku” balasku dengan sedikit heran. Aku merasa ada yang sedikit aneh pada Rena hari ini, tetapi aku tidak berhasil menemukan apa yang aneh itu. Aku tidak berani untuk menyeledikinya lebih jauh lagi, akan terlihat sangat aneh !

    “Sekarang aku sudah datang kesini, mungkin kau sudah bisa memberitahuku kita akan pergi kemana Ren?” tanyaku.
    “Kita akan pergi ke Huaco, tepatnya pantai Anemone” katanya sambil menunjuk papan arah di atas loket tersebut.
    “Hmm…memangnya ada apa disana Ren?” tanyaku
    “Ah, sudahlah nanti juga kau tahu Di’balasnya sambil menarik tanganku agas segera mengantri untuk mebeli tiket kereta.

    Kereta kami tiba, kmi cukup beruntung karena kereta tidak terlalu penuh sehingga Rena dan Aku bisa mendapatkan tempat duduk. Keretapun mulai berjalan sesuai tepat wakut, kalau dipikir-pikirt aku dan Rena akan melakukan perjalanan yang cukup jauh, bahkan yang paling jauh dibanding dengan selama aku pernah pergi bersamanya.

    Terakhir aku berpergian jauh bersama Rena ketika wisata sekolah ke daerah perkebunan di Aliios, itupun sudah lama sekali dan karena memang pihak sekolah mewajibkan para muridnya untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.

    Selama perjalanan kami mengobrol tanpa henti, mulai hal di sekolah kami hingga hal-hal yang sebenarnya tidak penting untuk dibicarakan. Tetapi semakin lama aku berbicara dengan Rena hari ini, semakin aku merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya hari ini, sesuatu yang membuatku sangat bersemangat untuk berbicara dengannya. Dan sampai saat ini aku tidak bisa menemukan penyebabnya.

    Tidak terasa tiga jam sudah berlalu dan akhirnya kami tiba di tempat tujuan kami, hari sudah beranjak siang ketika kami tiba. Ketika aku keluar dari kereta, angin pantai langsung menerpa wajahku. Panas tetapi sekaligus sangat menyegarkan, tanpa sadar akupun tersenyum. Ternyata aku memang membutuhkan liburan seperti ini, lepas dari segala kepenatan dunia sehari-hariku di kota Annabel.

    “Di, ayooo!” sahut Rena setengah berteriak, dia tampak semangat sekali, ada apa ya hari ini, memang ada ssesuatu yang spesial, ahh aku jadi semakin penasaran saja.
    “Sekarang kita sudah sampai disini Ren, nah kita mau kemana sekarang?” tanyaku.
    “Sekarang…kita makan siang dulu yuk Di, kita makan siang di pantai aku sudah mempersiapkan semuanya” Rena berkata sambil menunjukkan tas keranjangnya, oh rupanya yang ada di dalam tas keranjang besar itu makanan.

    Anemone Illustration​
     
    Last edited: Jun 7, 2013
  12. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    FATE: Die Untertan Erzalung von der Selee - BAB I Bagian II -

    Setelah beberapa lama, saatnya update lagi :haha:

    Silahkan menikmati :)

    -------------------------------

    “Ok, kebetulan aku sudah lapar sekali Ren, kita cari dulu tempat yang enak di pantai” aku mengiyakan ajakannya untuk makan.

    Lalu kami mulai berjalan menuju pantai yang letaknya tidak jauh dari stasiun kereta, selama perjalanan kami hanya melihat beberapa orang saja, maklum memang bukan musimnya liburan. Tetapi suasananya memang benar-benar menyegarkan, angin pantai yang hangat, suara deburan ombak yang yang berima, hamparan pasir pantai yang putih, laut biru yang yang berkilauan terkena terpaan sinar matahari, sungguh pemandangan dan suasana yang menakjubkan.

    Ketika aku dan Rena sedang berjalan menyusuri pantai aku menangkap suatu bayangan objek besar di tengah-tengah pantai. Aku memicingkan mataku dan melihat sebuah…pohon?! Aneh sekali pohon serindang ini ada ditengah-tengah pantai yang dan bukan pohon yang biasanya ada di daerah pantai. Pohon ini lebih menyerupai pohon-pohon yang biasa ada di tengah-tengah taman kota.

    “Kau sudah melihatnya Di, itulah alasanku mengajakmu kemari” Rena tiba-tiba berkata.
    “Maksudmu Ren?” tanyaku.
    “Nanti kau akan kuberitahu Di, ada saatnya…” balas Rena sambil tersenyum.
    “Sekarang kita makan saja dulu Di” lanjut Rena.
    “Ok, bagaimana kalau kita makan di bawah pohon itu saja Ren ?” usulku sambil menunjuk kearah pohon tersebut.
    “Ternyata pikiran kita sama Di, ayo kita kesana” ajak Rena sambil menarik tanganku dan berlari-lari kecil.

    Setelah beberapa saat kamipu tiba dibawah kerimbunan pohon tersebut. Diluar dugaan, ternyata pohon ini lebih besar daripada ketika aku melihatnya dari jauh tadi. Rena segera menghamparkan kain alas yang dia keluarkan dari keranjang yang dia bawa sedari tadi. Segera setelah itu Rena mulai mengeluarkan semua isi dari keranjang itu dan menyusunnya diatas alas kain tersebut.

    Entah kenapa mataku seperti terpaku pada Rena ketika ia menyusun makanan-makanan tersebut, baru kali ini aku merasakan hal seperti ini. Akhirnya setelah beberapa saat Rena selesai menata semua makanan.

    “Ayo Di, silahkan dicicipi. Semua makanan ini aku yang buat” sahut Rena dengan riang.

    Sebenarnya tidak usah dimintapun aku tidak bertahan lama-lama untuk tidak mencicipinya. Aku tahu Rena pintar memasak dan aku juga sering makan masakan Rena. Tapi hari ini aku benar-benar takjub melihat masakan Rena, terasa ada yang berbeda…entah apa tapi hal itu membuat perutku meraung sangat keras meminta untuk segera diisi masakan Rena.

    “Rena, ini luar biasa. Kau yang membuat semuanya sendiri ?” Tanyaku masioh terkagum-kagum melihat semua makanan di hadapanku.

    “Tentu saja Di, semuanya aku yang memasaknya. Tanpa bantuan siapapun”
    Setelah makan siang kami menghabiskan waktu bermain-main di pantai, tenyata cukup menyenangkan juga sekali-kali bermain seperti ini.

    Akhirnya matahari pun mulai tenggelam dan kami duduk berdua di bawah pohon besar tersebut sambil memandangi matahari yang mulai menghilang di balik garis cakrawala. Tiba-tiba Rena berdiri dan melangkah beberpa langkah ke mendekati laut.

    “Di, pasti kau penasaran sekali kenapa aku mengajakmu ke tempat ini” Rena berkata sembari membelakangiku.
    “Yah, tadinya aku penasaran sekali kenapa kau mengajakku ke sini Ren, tapi sudahlah, yang penting perasaanku sekarang terasa enak sekali Ren” jawabku sambil tersenyum.
    “Aku juga senang sekali Di, aku sudah lama merencanakan ini semua, pergi ke suatu tempat jauh hanya berdua denganmu Di” Rena berbicara sambil terus memandangi matahari terbenam.
    “Dan akhirnya aku mengetahui tempat ini Di, aku merasa tempat ini sangat cocok sekali Di” lanjut Rena.
    “Cocok untuk a..”
    “Aku menyukaimu Di” potong Rena sambil berbalik menghadapku menunjukkan senyumannya.

    Ya Tuhan, sekarang aku tahu apa yang berbeda dengan Rena hari ini, dia begitu…cantik, baju putihnya yang diterpa sinar lembayung matahari, wajahnya yang berlatar matahari ketika tenggelam di samudera, terutama senyumannya…senyuman terindah yang pernah aku lihat selama ini.

    “A…a…a” aku hanya bisa tergagap mendengar perkataan Rena.
    “Di, tidak usah terlalu kau pikirkan, mengatakannya saja sudah membuatku bahagia sekali” sahut Rena sambil masih tetap tersenyum kepadaku yang masih tertegun melihat kecantikannya.
    “Di..Di kamu memang tidak pernah berubah tetap menjadi Di yang aku tahu, Di yang aku sayangi dan aku cintai sejak dulu” lanjut Rena.

    Ketika itu aku ingin menggenggam tangan mungilnya, memeluk tubuhnya, membelai rambut pendeknya yang hitam bersinar, aku melangkah mendekati Rena

    “Rena…” aku tersenyum. Waktu seolah berhenti saat itu, mataku tidak pernah lepas sedetikpun dari matanya, seolah-olah aku ingin mengetahui setiap gurat wajah cantik di hadapanku ini.

    Ketika kebisuan yang indah sedang memeluk kami berdua, mataku tiba-tiba menangkap seberkas cahaya berwarna merah dari langit menuju kearah kami. Cahaya yang sangat menyilaukan. Dalam hitungan detik cahaya tersebut secara tak terduga langsung mengenai tubuh Rena yang serta merta rubuh ke dalam pelukanku. Aku sama sekali tidak bisa bereaksi karena kejadiannya sangat cepat sekali. Aku dan Rena terlempar beberapa langkah ke belakang, tanganku mendekap Rena dengan erat.


    Setelah berguling-guling diatas pasir untuk beberapa saat, akhirnya tubuhku membentur gundukan pasir yang cukup besar sehingga bisa menghentikan tubuh kami. Aku ingin langsung melihat kondisi Rena, tetapi entah kenapa aku tidak punya keberanian untuk itu.

    Perasaanku tiba-tiba diselimuti oleh perasaan takut yang sangat mencekam. Dinginnya perasaan tersebut menjalar kesetiap bagian tubuhku seolah-olah ingin menelanku bulat-bulat. Dadaku terasa sangat sesak, aku sangat takut sekali, aku tahu perasaan ini, perasaan kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Pandanganku akhirnya berhasil menatap lekat-lekat wajah Rena.


    Aku melihat matanya yang sayu tengah memandang tajam kearahku, senyumnya yang indah masih bersinar cerah diwajahnya. Aku tidak berkata apa-apa, meskipun aku tahu ada yang salah, tetapi aku tidak tahu apa itu, selain dari cahaya merah yang m,enghantam tubuh Rena.
    “Rena…”
    “Terima kasih Di…” bisik Rena ke telingaku. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi, tetapi dengan jelas aku merasakan ada sesuatu yang terenggut dariku, terenggut dengan paksa dan rasanya sangat menyakitkan sekali.

    “Rena…Rena” aku sangat terkejut memeluk tubuh Rena yang terkulai tidak berdaya dalam pangkuanku, aku melihat punggungnya telah berlumuran darah.

    “RENA…RENA…RENA…BUKA MATAMU RENA!!!” aku sungguh panik, Rena tidak menjawab panggilanku, pada saat itulah aku sadar, Rena sudah meninggalaknku untuk selama-lamanya…

    “RENAAAA…AAARRRGGGGHHHH!!!” aku berteriak sejadi-jadinya, air mataku tidak terbendung lagi, aku memeluk tubuh Rena sekuat-kuatnya, aku tidak mau melepaskannya. Lalu terdengarlah suara orang berbicara, aku tidak mau memperdulikannya tapi entah kenapa mataku langsung mencari arah suara itu.

    “Ya…ya..ya…memang tidak ada hiburan yang lebih menyenangkan daripada ini”
    “Hehehe..betul, betul, tapi tampaknya seranganmu agak meleset”
    “Diam kau aku memang hanya ingin mengetes saja bagaimana reaksi dunia ini terhadap kekuatanku, ternyata lumayan juga”
    “Hahahaha, mungkin kali ini giliranku”

    Aku melihat dua sosok yang sedang berbincang dengan tenangnya berjalan di atas laut, aku tidak mempercayai penglihatanku ini, tapi aku tidak peduli aku yakin kedua orang inilah yang membunuh Rena. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi ketika aku sadar aku telah berlari menerjang kedua orang tersebut. Aku tidak peduli apakah orang yang memakai baju berwarna hitam atau merah, yang penting aku harus membunuh salah satu dari mereka atau bahkan keduanya. Tinjuku sudah mengepal keras teracung di udara, siap untuk menghantam mereka.

    Orang yang berbaju merah tersenyum mengejek melihat tingkahku dan mengacungkan jarinya kearahku, seketika itu keluarlah seberkas cahaya merah dari jarinya kearahku. Bagus…aku tidak perduli…bahkan bagus sekali jika aku mati disini dengan cara yang sama dengan Rena, aku tertawa di dalam hatiku, akhirnya disinilah garis hidupku berkahir.

    Ketika cahaya merah itu semakin mendekat kearah dadaku, tiba-tiba dari atasku muncul hujan cahaya yang berbeturan dengan cahaya merah tersebut. Benturan itu membuatku terpelanting jauh ke belakang, dan sebelum semuanya berubah menjadi putih aku melihat tubuh Rena…wajahnya yang masih tersenyum…baju putihnya yang cantik, Rena bersandar di pohon itu seolah-olah sedang tidur.

    Tunggulah Rena…
    Tunggulah sayangku…
    Aku tidak akan pernah membiarkanmu sendirian…

    Lalu semuanya berubah menjadi kegelapan dan kesunyian total yang menutupi semua panca inderaku.
     
    Last edited: May 7, 2013
  13. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Komen dolo ah...

    Prolog 1 - Entah cuma saya atau nama-nama yang dinakan ini kurang bersahabat ya... Saya jadi bingung dan sulit menghapal nama-namanya. Terlebih karena info namanya terlalu banyak untuk sebuah prolog. Misal, nama pasukan yang menguasai 6 elemen. Bukankah bisa juga cukup disebut '6 ksatria yang menguasai 6 elemen'. Dan dunia-dunia yang menyerang bukankah cukup 'aliansi yang terdiri dari 10 dunia'. Tapi mungkin penulis punya pertimbangan lain ya.

    Yah, overall sih menurutku sebaiknya prolog ini dibuat sesimpel mungkin, tidak perlu sampai mendetailkan semua nama-namanya. Misal kayak One Piece yang dari awal ceritanya berhubungan sampe akhir, cuma tokoh2 di akhir itu sebenernya uda pernah disebut di awal tapi hanya dengan foreshadow atau panggilan-panggilan biasa saja.
     
  14. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    Thanks buat kritik dan komennya :D pertimbangan penulis pada awalnya cuman mau buat cerita dengan background yang se-detail mungkin. Mungkin malaa jadi senjata makan tuan yah...ok! akan selalu saya ingat kritiknya :)
     
  15. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    sampe bagian terakhir masih belum banyak perubahan dan cerita. Awal yang mau dibuat tragis?

    Karakterisasi tokoh utama juga masih belum jelas :hehe:. belum lagi namanya hanya Di... -Di atau Di-

    jadi penasaaran nama tokoh utama ama prolog itu sama opo ora ya :cerutu:

    yang bagian awal dipanggil Lan, yang ini dipanggil Di
     
  16. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    Thank you buat masukannya :haha: untuk karakter utama, perkembangannya akan bisa keliatan di inti cerita (I Hope :haha:). Sama masalah nama nanti juga bakal diceritain ko sama si karakter utamanya. Spoiler dikit, karakter utama ini sama ko sama yang ada di prolog bagian II.

    Ga lama lagi kelanjutannya di upload, jadi harap bersabar yah, semoga tetep mau ngikutin cerita ini :)
     
  17. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    BAB II Mata Sang Penjaga - Bagian I

    Okay, karena kesibukan kantor yang mendadak jadi sadis jadi agak lama updatenya :)

    Enjoy...and feel free to throw all critics and opinion :haha:

    ------------------------------------

    BAB II
    Mata Sang Penjaga​


    “Terima kasih Di…” sosok itu berkata kepadaku sembari tersenyum. Aku berusaha menggapai sosok itu.
    “Terima kasih…hiduplah Di…” lanjutnya. Aku berusaha memanggil sosok tersebut tetapi suaraku tidak kunjung keluar.

    …!!

    Rena, aku terbangun dan nama itu yang pertama terlintas di pikiranku, mataku berusaha mencerna lingkungan disekitarku. Dimana aku, apa yang terjadi ? Oh, mungkin ini yang dinamakan dunia setelah kematian, pikirku, dan aku mulai tertawa hambar, air mataku tetap keluar membasahi pipiku. Perasaan ini seperti menyayat hatiku dalam-dalam, perihnya tidak tertahankan.

    Aku sudah kehilangan satu-satunya orang yang berarti untukku. Untuk beberapa lama mataku memandang kosong, menyapu semua sudut ruangan ini. Sekelebat pikiran menyeruak di dalam hatiku, ah sudahlah Dilandau, kalau memang ini benar dunia setelah kematian pasti tak lama lagi aku akan bertemu kembali dengannya. Walaupun sudah berkata seperti itu hatiku tetap tidak dapat menyembunyikan lukanya.

    Aku ingin menangis sekeras-kerasnya, berteriak sejadi-jadinya, tetapi semua itu tidak dapat kulakukan. Hatiku sudah telalu terluka untuk melakukan semua itu. Rena, aku sangat ingin bertemu denganmu, mataku bergerak liar mencari sosok yang sangat kuharapkan ada disini bersamaku, tapi yang terlihat hanyalah warna kelabu dari tembok yang mengelilingi diriku.

    Tidak, Rena pasti tidak menginginkan aku terjatuh kembali dalam keterpurukan, ya itu pasti akan membuatnya sangat bersedih setelah usahanya membuatku bangkit kembali dari keterpurukanku. Entah darimana tetapi kata-kata tersebut tiba-tiba terlintas di pikiranku, dan ya, aku harus setuju.

    Aku tidak boleh seperti ini, aku tidak boleh seperti ini terus, kalau memang ini adalah dunia kematian, aku akan mengobrak ngabrik dunia ini hingga aku bisa bertemu kembali dengan Rena, tapi kalau dunia ini bukan dunia kematian hanya satu yang bisa kulakukan, mencari orang yang telah merenggut Rena dariku dan membunuhnya.

    Baiklah sudah saatnya aku mencoba untuk mengetahui dimana sebenarnya aku berada.

    Lalu aku berusaha untuk berdiri, hhmmm…aku melihat tempatku tertidur, tempat tidur kayu yang sisi-sisinya terdapat pilar kayu berukiran, lalu aku melihat ke sekeliling ruangan ini, temboknya tidak ditutupi oleh cat hanya berupa batu-batu kelabu yang tersusun rapi diselingi beberapa oranamen-ornamen dari kayu dan kaca. Ada sebuah lemari kayu yang cukup besar berpintu dua di salah satu kamar ini di salah satu pintunya tertanam cermin yang juga dihiasi ukiran yang sangat indah. Aku melangkah dan melihat bayanganku di cermin itu, rambutku telah memanjang hingga hampir menutupi saebelah mataku dan mencapai pundakku, sudah berapa lama aku tertidur pikirku.

    Aku melanjutkan langkahku menuju bak yang tampaknya tempat untuk mencuci muka, aku memutuskan untuk membersihkan mukaku, ah airnya segar sekali, aku belum pernah merasakan air sesegar ini. Lalu aku melihat ke jendela kecil di sebelah bak kecil ini, mungkin aku akan tahu dimana aku bila membuka jendela ini, kemudian aku menjalankan niatku untuk membuka jendela kecil tersebut. Ketika aku membuka jendela tersebut angin dingin tetapi sangat menyegarkan langsung berhembus dimukaku, aku tidak percaya apa yang aku lihat di luar jendela ini. Aku ternyata berada di dalam menara kastil zaman abad pertengahan dan kamarku terletak cukup tinggi dari atas tanah, tapi yang paling menakjubkan adalah pemandangan yang aku lihat di luar kamarku.

    Hamparan rumput hijau diselingi oleh bunga-bunga berwarna merah dan kuning, lalu ada beberapa pohon yang menjulang tinggi dan di tengah-tengah hamparan rumput itu terdapat suatu bangunan kubah besar. Terdengar suara binatang yang saling bersahutan, terutama kicauan burung yang seolah-olah mempunyai simfoni-nya sendiri.

    Luar biasa, apakah alam kematian seindah ini pikirku, tapi kalau bukan, dimana sebenarnya aku ini. Pikiran tersebut menambah langsung membuat rasa sakitku kembali muncul, kalau ini memang bukan alam kematian, apakah artinya aku tidak akan pernah lagi bertemu dengan Rena? Rasa sakit semakin kencang menderaku, sakitnya tak tertahankan.

    Ketika aku sedang menikmati pemandangan luar biasa tersebut yang diiringi dengan jeritan luka dihatiku, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar.

    “Tuan, saya tahu tuan sudah bangun mungkin tuan ingin sarapan terlebih dahulu, saya juga telah menyiapkan baju ganti untuk tuan kenakan” sahut suara di balik pintu tersebut.

    Untuk sesaat aku ragu-ragu untuk menghampiri pintu itu, apakah ada orang lain selain aku disini ? Tetapi aku putuskan untuk mencoba mencari tahu siapa yang ada dibalik pintu itu.

    Aku segera melangkah dan membuka pintu itu, aku merasakan tanganku bergetar cukup keras ketika memegang pegangan yang terbuat dari besi itu, tapi aku memberanikan diriku dan membuka pintu itu.. Di balik pintu tersebut beridiri sesosok bapak yang sudah cukup tua, memakai setelan jas berwarna putih dan sebuah kacamata bulat dengan bingkai perak.

    “I…iya” entah kenapa aku menjadi tergagap ketika melihat bapak tersebut.
    “Saya akan taruh makannya disini dan bajunya juga saya taruh disebelah makannya” bapak tersebut berkata ramah sambil menaruh pring makanan dan baju ganti di atas meja kecil di sebelah tempat tidur.
    “Perkenalkanlah, nama saya Andre Westerfell, apabila tuan butuh sesuatu tuan tinggal menekan tombol di sebelah tempat tidur itu” Pak Andre memperkenalkan dirinya sembari menunjuk kearah tombol kecil berwarna emas yang menempel di tembok samping tempat tidur.
    “Ah…saya Dilandau Estrafa” balasku memperkenalkan diri.
    “Aku sudah tahu siapa nama tuan, sekarang saya permisi tuan” sambil tersenyum Pak Andre mundur keluar kamar seraya, menutup pintu kembali.

    Aku masih berdiri di tengah ruangan kamar tersebut, semakin bingung, semakin banyak pertanyaan yang berkecamuk di dalam benakku. Ah, tolol sekali aku ini sampai tidak sempat bertanya apapun kepada bapak itu, aku mengutuk diriku sendiri. Apapun yang telah terjadi yang penting sekarang aku harus makan dulu, mungkin karena sudah lama sekali aku tidak makan perutku terasa sangat lapar.

    Makanan yang disediakan Pak Andre tidak seperti makanan yang pernah aku lihat sebelumnya, Tampak seperti sup yang ditambah dengan irisan-irisan berbagai macam sayuran dan daging, tetapi dipermukaannya tampak seperti tekstur dari roti.

    Aku memutuskan untuk mencoba makanan asing tersebut, ketika satu sendok makanan itu masuk kemulutku aku merasakan sensasi luar biasa yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya, enak sekali, perpaduan bumbu-bumbunya sangat tepat, tidak ada yang kurang atau berlebih. Apa nama makanan ini…lain kali aku akan menanyakannya pada Pak Andre. Setelah makan sebenarnya aku ingin ingin sekali mandi untuk menyegarkan tubuhku dan mungkin berharap ingatan burukku tentang Rena bisa terbawa air yang membasahi tubuhku, tapi aku tidak menemukan pintu lain selain pintu utama kamar ini. Jadi kuputuskan untuk langsung menggati bajuku saja dengan baju yang telah disediakan.

    Aku terkejut karena baju ini sangat pas sekali dengan tubuhku, aku menatap cermin untuk melihat baju yang kukenakan ini, desainnya sama sekali belum pernah kulihat, sangat sederhana tetapi sekaligus sangat elegan dan nyaman. Mungkin terbuat dari sutera tetapi terlalu tebal untuk baju yang terbuat dari sutera, lengan bajunya yang pendek membuatku merasa sejuk sekali, dan celananya tampak seperti terbuat dari anyaman kulit tetapi sangat ringan. Warna bajunya yang putih bergaris biru dan celana yang berwarna kecoklatan cukup serasi menurutku, jauh lebih bagus dari baju yang menurutku baju terbaik yang kumiliki.

    Aku juga menemukan sepasang sepatu di sebelah lemari, aku kemudian melangkah untuk melihat sepatu tersebut, dan…seharusnya aku tidak perlu terkejut lagi, tetapi sepatu ini benar-benar pas dengan kakiku. Aku berusaha memakai sepatu ini, setelah beberapa saat akhirnya aku menemukan cara untuk mengencangkan sepatu ini, cukup dengan menghubungkan sabuk-sabuk kecil yang ada di sepatu ini, sedikit aneh tetapi memang nyaman untuk dipakai.

    “Dilandau Estrafa” tiba-tiba terdengar suara memanggil namaku di balik pintu.
    “Ya” aku bergegas membuka pintu kamar.
     
    Last edited: May 7, 2013
  18. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    BAB II Mata Sang Penjaga - Bagian II

    Okay, karena kesibukan yang semakin sadis...akhirnya baru bisa ngepost lagi baru sekarang.

    PLease enjoy...:hoho:

    -----------------------------

    Ketika pintu kamar sudah terbuka, aku melihat sesosok perempuan di depan pintu kamar, perempuan tersebut menatapku dengan sorot matanya yang tajam dan sedingin es. Tapi harus kuakui perempuan tersebut sangat cantik, lebih cantik dari semua perempuan yang pernah kutemui, bahkan lebih cantik dari Rena. Rambutnya berwarna hitam panjang terurai dihiasi dengan gelang biru yang mengikat longgar rambutnya, matanya berwarna biru cerah, kulitnya tidak putih lebih tepatnya berseri. Perempuan itu menggunakan gaun sepanjang tumit berwarna biru laut, sangat serasi dengan warna matanya, dia juga menghiasi dirinya dengan beberapa perhiasan yang semakin memancarkan keanggunannya, mataku tidak bisa melepaskan pandangan kepada sosok didepanku.

    “Ada yang salah?” perempuan tersebut bertanya kepadaku dengan suaranya yang dingin dan pandangan yang menusuk.
    “Ah..eh..tidak..tidak ada masalah” jawabku terbata-bata.
    “Aku lihat kau sudah siap, sekarang ayo ikuti aku” perempuan tersebut berkata sambil membalikkan badannya dan mulai berjalan akupun mengkuti langkahnya.

    Kami mulai berjalan menyusuri lorong istana ini, menaiki tangga menuruni tangga, cukup jauh juga pikirku. Setelah beberapa saat berjalan kami melintasi suatu jalan setapak di luar kastil, memang bukan taman yang kulihat dari jendelaku, tetapi tidak kalah indahnya, kiri dan kanan jalan setapak ini diapit oleh rangkaian bunga dan beberapa buah patung-patung yang mengucurkan air, jalannya dilapisi oleh batu-batu pualam dan dipayungi oleh tumbuhan-tumbuhan merambat yang menambah kesan indah dari sinar-sinar matahari yang menyusup melalui celah-celah tanaman yang renggang

    “Percepat langkahmu” hardik perempuan tersebut mengagetkanku yang sedang memandangi taman tersebut.
    “Hei, apa masalahmu?” balasku tidak senang dengan nada bicaranya.
    “Masalahku? Tidak ada, tapi aku tidak mau membuat orang yang telah menolongmu menunggu lebih lama lagi gara-gara lambannya kau berjalan” tegasnya sambil mendekatkan mukanya dan menatapku dengan tajam.
    “Mengerti?” lanjutnya.
    “Kau pikir aku jadi takut padamu setelah kau menghardikku seperti tadi? maaf tapi aku tidak peduli, aku jalan sesuai keinginanku, apakah aku berjalan lambat atau cepat.”balasku tak kalah tajam. Lalu perempuan itu lebih mendekatkan dirinya kepadaku hingga wajahnya hanya berjarak beberapa senti di depan wajahku.
    “Dengar, aku sama sekali tidak segan untuk memotong kedua kakimu dan menyeret sisa tubuhmu yang bisa berbicara agar bisa mengikutiku” perempuan itu mengancamku dengan nada yang aku tahu bahwa perempuan ini bisa melakukan ancamannya terhadapku, dengan mudah.
    “Bagus, tampaknya kau sudah mengerti” lanjut perempuan tersebut, dan dia mulai berjalan dengan kecepatan yang lebih cepat dari semula, akupun dengan enggan terpaksa mengikutinya.

    Setelah melewati beberapa lorong akhirnya kami tiba disebuah ruangan besar berbentuk bundar, disekeliling ruangan tersebut terdapat banyak pintu setelah aku hitung sekitar 8 pintu dan satu pintu yang berukuran lebih besar daripada pintu yang lainnya jadi semuanya berjumlah sembilan pintu. Aku melihat lebih jauh lagi ruangan ini, disetiap sisi pintu terdapat pilar-pilar yang menjulang keatas dan akhirnya saling bertemu. Yang paling menakjubkan adalah pemandangan langit-langit ruangan ini ditengah-tengah langit-langit ruangan ini terdapat semacam kubah kristal yang dapat membuat sinar mathari masuk kemudian dipantulkan oleh cerming-cermin yang tersebar secara tidak teratur disekeliling ruangan ini hingga membuat ruangan ini terang dan seolah-olah temboknya memancarkan cahaya berbeda, ada yang lembut dan ada yang sangat terang.

    Aku hanya bisa terpaku melihat ruangan ini, sungguh luar biasa, siapa yang bisa membuat ruangan seindah ini pikirku.

    “Hei! Cepat kesini!” sudah kuduga aku akan mendengar hardikan tersebut, perempuan itu segera menyuruhku untuk melanjutkan perjalanan ini.
    “Ya…aku segera kesana, sebenarnya berapa lama lagi kita harus berjalan?” tanyaku kepadanya, nafasku sudai mulai terengah-engah, sedangkan perempuan itu tampak biasa saja, seolah-olah ia tidak merasakan perjalan tadi yang cukup jauh.
    “Kita sudah sampai ke tujuan kita” jawabnya.

    Dan setelah dia menyelesaikan kata-katanya, tangannya yang ramping menyentuh pintu besar tersebut, dan pintu besar tersebut berangsur membuka. Akupun mendekati pintu tersebut, ternyata di permukaan pintu tersebut terukir relief-relief yang sangat menarik aku hanya dapat menangkap sekumpulan orang-orang yang mengelilingi semacam pintu dan di bagian bawah trelief tersebut terlihat seperti orang-orang yang sedang berbaris bercampur dengan situasi yang aku kira seperti medan perang. Ketika aku sedang sibuk melihat relief yang terukir di pintu besar tersebut perempuan itu sudah semakin menjauh menyusuri lorong di depanku, akupun segera berusaha menyusulnya.

    Dinding lorong ini tidak berbeda jauh dengan ruangan bundar dan permukaan pintu besar sebelumnya, disekeliling dindingnya terdapat pilar-pilar yang berjarak simetris satu sma lain dan di antara pilar diisi dengan berbagai macam lukisan dinding dan relief-relief lainnya, tetapi aku tidak sempat untuk melihatnya secara lebih seksama lagi karena aku sedang berusaha mengejar perempuan tersebut yang sudah semakin menjauh saja di depanku. Setelah berjalan cukup jauh, lorong tersebut mulai melebar hingga membentuk sebuah ruangan oval, tetapi lebih kecil dari pada ruangan sebelumnya.

    “Yang Mulia, Viola menghadap bersama dengan Dilandau Estrafa” sahut Viola tiba-tiba. Aku langsung mengarahkan pandanganku kearah perempuan yang ternyata bernama Viola dan melihat lebih jauh lagi untuk mengetahui kepada siapa Viola berbicara dan dengan nada yang sangat lembut sekaligus hormat.

    “Terima kasih Vi” aku langsung mengarahkan pandanganku ke asal suara tersebut. Lalu terdengar langkah kaki ringan yang menuju kearah kami, perlahan tetapi pasti langkah tersebut terus mendekat kepada kami, tetapi anehnya aku belum juga bisa melihat siapa orang yang mendekati kami. Setelah beberapa saat sebuah tirai yang kusangka tidak ada disana tersibak dan dibalik tirai tersebut muncul sesosok wanita yang sangat anggun.

    Rambutnya berwarna keemasan digulung keatas dan dihiasi sebuah mahkota kecil yang memancarkan berbagai macam cahaya. Wajahnya yang anggun hanya ditambahkan riasan tipis saja yang justru membuatnya semakin menarik, matanya yang kecoklatan memancarkan kesejukan, atau lebih tepatnya aura keibuan. Sesuatu yang telah lama tak kulihat tetapi aku sangat mengingatnya.
     
    Last edited: May 7, 2013
  19. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    BAB II Mata Sang Penjaga - Bagian III

    Akhirnya bisa release juga bagian selanjutnya.

    Yak...seperti biasa, enjoy...:haha:

    ---------------------------------

    BAB II
    Mata Sang Penjaga - Bagian III​

    Semakin dekat wanita itu mendekati kami semakin jelas aku melihat sosoknya. Tubuhnya dibalut dengan gaun putih yang secara luar biasa tampak seolah-olah berganti-ganti warna seiring ia berjalan. Gaunnya hanya dihiasi beberapa ornamen saja, seperti ikat pinggangnya yang berwarna keemasan, satu buah bros kristal yang berfungsi sebagai pengikat gaun di pundak kanannya. Keseluruhan pakaian yang ia gunakan menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi dan semakin membuat wanita tersebut memancarkan aura keanggunan sekaligus wibawa yang membuatku secara tidak sadar menundukkan kepalaku, aku tidak berani untuk menatapnya secara langsung.

    “Janganlah engkau menundukkan kepalamu seperti itu tuan Dilandau Estrafa” ujar wanita itu dengan suaranya yang lembut, aku langsung menegakkan kepalaku setelah mendengar ucapannya dan melihat wanita itu tersenyum lembut kearahku.
    “Perkenalkanlah, saya Almunia Solana Vasvodem III, orang-orang biasanya memanggil saya cukup dengan Almunia saja” ujar wanita tersebut.
    “Perkenalkan juga, nama saya Dilandau Estrafa” balasku sembari mengulurkan tangan untuk menajabat tangan wanita yang bernama Almunia tersebut.
    “Hei! Jangan kurang ajar terhadap Yang Mulia Ratu” Viola tiba-tiba menghardikku sambil memelototiku. Ya ampun, benar juga dari tadi Viola menyebut wanita ini dengan sebutan Yang Mulia pastinya wanita ini bukan orang sembarangan seharusnya aku lebih berhati-hati dalam bersikap. Kali ini aku diam mendengar hardikan dari Viola, mungkin karena kehadiran Ratu Almunia di hadapanku. Semua perasaan negatif di dalam diriku seolah-olah menguap begitu saja.

    “Viola, cukup, sebuah gelar hanya dipergunakan untuk kepentingan formalitas belaka.” tegur Ratu Almunia kepada Viola. “ Aku sendiri tidak suka dengan segala gelar yang disematkan kepadaku, aku merasa lebih nyaman apabila orang-orang di sekelilingku menganggapku sebagai orang yang setara dengan mereka dan memanggilku dengan nama depanku saja” Lanjut Ratu Almunia. Aku sedikit tersenyum melihat wajah Viola yang baru saja ditegur oleh Ratu Almunia, akhirnya perempuan sombong itu mendapat sedikit balasan atas perlakuannya kepadaku sebelum ini pikirku.

    “Ratu Almunia, silahkan anda memanggilku hanya dengan Lan saja” aku memutuskan untuk memanggil Ratu Almunia sesuai dengan kedudukannya saja, karena itu memang masuk akal untukku. Aku juga ingin agar panggilan Di hanya digunakan oleh Rena saja, jadi lebih baik aku dipanggil Lan oleh orang lain.
    “Baiklah Lan, kalau itu memang membuatmu nyaman” Ratu Almnuia berbicara tanpa pernah sedetikpun senyuman hilang dari wajahnya. “Lan, aku tahu hatimu sudah dipenuhi berbagai pertanyaan bahkan semenjak pertama kali kau membuka matamu” Perkataan Ratu Almunia tepat sasaran, berbagai macam pertanyaan yang ada di benakku sedang berebutan untuk dikeluarkan dan mendapatkan jawaban.

    “Tenang Lan, kita punya banyak waktu untuk menjawab satu persatu pertanyaanmu secara mendetail, tetapi untuk saat ini saya hanya akan menjawab pertanyaanmu yang paling mendasar saja, apa yang terjadi padamu” Mendengar Ratu berkata aku hanya bisa menganggukkan kepalaku saja.

    “Sebelumnya kau pasti mengira kalau kau sudah mati Lan, tapi tidak aku menegaskan bahwa kau sangat jauh dari kematian kau hidup Lan dan dunia ini bukan dunia kematian seperti yang kau perkirakan sebelumnya” Sambung Ratu. “Kalau begitu sebenarnya saya ada dimana sekarang ini Yang Mulia?” Balasku. “Sekarang ini kau ada di negeri Valoran, di Edenia” Ratu Almunia segera membalas pertanyaanku.

    Aku semakin bingung dengan jawaban Ratu, negeri Valoran? Edenia? Apa maksud dari jawaban Ratu.

    “Aku tahu kau pasti bingung dengan jawabanku tadi Lan, baiklah aku akan mencoba menjelaskannya padamu secara perlahan tetapi hanya garis besarnya saja.” Ratu Almunia berbicara sambil tersenyum padaku, lalu beliau mulai mendekati diriku. “Pejamkan matamu Lan” kedua tangan Ratu tiba-tiba memancarkan cahaya yang berpendar lembut, dan anehnya aku tidak merasa takut ketika Ratu menempelkan tangannya ke pelipisku, malah tindakan itu membuatku merasa nyaman dan mulai menutup mataku.

    Ketika aku menutup mataku badanku serasa melayang-layang dan kemudian kembali mendarat dengan sensasi yang tidak bisa kuutarakan, secara berangsur-angsur aku melihat suatu gambar atau lebih tepatnya seperti sebuah gambar yang bergerak dengan cukup jelas. Gambar-gambar bergerak tersebut menunjukkan sebarisan orang berkumpul dan saling berbicara kemudian mereka tercerai berai diiringi dengan amukan api dan lautan yang berubah merah menjadi darah, sungguh pemandangan yang aneh sekaligus mengerikan. Lalu terdengar suara di dalam kepalaku.

    “Lan…sekarang dengarkanlah semua kata-kataku, aku mohon kau tidak memotong dahulu, karena kita hanya memiliki waktu sedikit”
    “Dahulu orang-orang mengira mereka hanya tinggal sendiri di dunia mereka”
    “Lalu waktu berjalan dan satu orang mengetahui bahwa ada dunia lain di luar dunianya.”
    “Dan terbukalah pintu antar dunia, menjadikan semesta ini saling terhubung dan bermunculan kemungkinan-kemungkan baru yang tidak terhingga jumlahnya.”
    “Banyak hal baik yang muncul dari peristiwa ini dan hanya sedikit hal buruk yang terbawa.”
    “Tetapi manusia menganggap remeh dan lengah menanggapi hal buruk tersebut.”
    “Manusia harus membayar akan kelengahannya, hubungan antar dunia retak, darah mulai mengalir dan perang mulai bergulir.”
    “Manusia hanya bisa bertahan.”
     
    Last edited: May 7, 2013
  20. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    masihhhh pembukaan cerita... lom bisa banyak dikomen sampe di chapter terakhir

    penjelasan mengenai istana, baju sangat mendetail, jadi mempermudah untuk mendapat gambaran tempat dan situasi :top:

    yang sedikit menggelitik di bagian akhir chapter..
    pertama si ratu mengatakan punya banyak waktu, terus abis itu mengatakan waktunya sedikit :oghoho:

    mungkin maksudnya waktu yang sedikit itu waktu untuk memberi gambaran ke dilandia dengan tangan bersinarnya begitu ya :hehe:
     
  21. rechtmasta M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Apr 29, 2010
    Messages:
    1,043
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +301 / -1
    THanks buat komennya :haha:

    Emang ini masih bab-bab awal sih, jadi masih pelan alurnya.

    Hmmm,,, yang komentar Ratu Almunia itu, ntar diliat ulang lagi takutnya malah plot hole :swt: THanks for pointing it out.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.