1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Raka

Discussion in 'Fiction' started by ivan245, Oct 24, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. ivan245 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 20, 2009
    Messages:
    296
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +14,655 / -0
    Last edited: Jan 10, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. ivan245 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 20, 2009
    Messages:
    296
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +14,655 / -0
    “Menara utama, ROMEO – ECHO – MIKE. “

    “ROMEO – ECHO - MIKE. Sambungan diterima.”

    “Di sini Raka, pilot pesawat ROMEO – ECHO – MIKE. Meminta izin menyalakan mesin.”

    “ROMEO – ECHO – MIKE izin diberikan. Harap gunakan hangar 8. QNH 10002”

    “Hanggar 8 QNH 10002 ROMEO – ECHO – MIKE.”

    “ROMEO – ECHO – MIKE, read-back correct.”

    Raka mulai menyalakan mesin pesawat , lalu memakai helm kemudian mengecek semua tombol dan parameter. Setelah pengecekan ketiga, ia akhirnya yakin semua telah siap. Disetirnya Rem, pesawat jet kesayangannya menuju hangar 8 dan melanjutkan komunikasi.

    “ROMEO – ECHO – MIKE posisi di hangar 8.”

    “ROMEO – ECHO – MIKE izin lepas landas diberikan. Kecepatan angin saat ini 220,6 knot.”

    “ROMEO – ECHO – MIKE lepas landas.”

    Deru mesin semakin menguat. Hawa pembakaran afterburner di belakangnya terasa semakin panas. Perlahan, ia mendorong throttle mesin ke depan. Seketika itu pula, pesawatnya bergerak maju dan langsung melaju kencang. Detik berikutnya, Raka sudah menyentuh awan.

    “ROMEO – ECHO – MIKE ganti ke blank radar.122.750”

    “ROMEO – ECHO – MIKE ganti ke blank radar 122.750”

    ***

    Raka mengarahkan pesawatnya ke utara, menuju gunung berapi besar yang sedang aktif-aktifnya. Lava panas memuncar dari puncak dan meleleh turun menuju kaki gunung. Tepat di atasnya, sesuatu menyerupai piring yang sangat besar terbang di tengah kepulan debu. Garis-garis neon berwarna-warni terlihat menyusuri tiap senti piring tersebut. Di tengahnya ada lubang besar menganga. di mana sesekali piring-piring terbang yang lebih kecil meluncur turun dengan kecepatan tinggi, lalu melesat menuju medan perang di bawahnya dan menembakkan laser-laser berbahaya.

    “Transmisi masuk” komputer tiba-tiba berbunyi.

    “Sambungkan.” Jawab Raka singkat, sambil mempercepat laju pesawatnya.

    “Raka, bagaimana statusmu.” Suara berat dari radio menggema di dalam kokpit. Pemilik suara tu adalah Fath, komandan favorit Raka. Kesuksesan misi penyerangan ini bergantung pada instruksinya, dan keberuntungan Raka sendiri.

    All green komandan.” Jawabnya, lagi-lagi dengan singkat.

    “Ingat, misimu adalah menghancurkan inti UFO itu dan mengakhiri invasi merepotkan ini. Putar otakmu dan cari cara menyusup ke dalam target. Jangan sampai ketahuan dan lakukanlah yang terbaik. Nasib bumi ada di tanganmu.” ujar komandan dengan ketegasnnya yang biasa.

    “”Siap, komandan.” Jawab Raka lagi, singkat lagi.

    “Dan…” tiba-tiba Komandan Fath melanjutkan perkataannya.

    “…berhati-hatilah, nak…” sambungnya pelan. Kali ini, suaranya terdengar lebih berat dan sedikit rintih. Raka hanya menyimpulkan sedikit senyum. Pak tua yang terlalu sentimental.

    Perhatian Raka mendadak teralihkan oleh alarm yang berbunyi. Dilihatnya radar, dan ia langsung paham telah ada tiga pengejar yang bergerak dengan kecepatan luar biasa.

    “Pterodactyl..” Raka membantin pelan, saat melihat raksasa terbang itu memperlihatkan deretan giginya yang besar dan tajam. Ia mempercepat laju pesawatnya dan bersiap menghadapi tiga dinosaurus ganas yang sepertinya lapar itu.

    Raka membawa Rem meliuk, berputar, dan zig-zag dengan lincah untuk mencoba menghindar dari serangan-serangan yang datang. Setelah melakukan maneuver favoritnya: terbang vertical tegak lurus, Raka akhirnya berhasil mengambil posisi di belakang dua ekor Pterodactyl. Dengan sigap, Raka langsung membidik penyerangnya.

    “Tembak!” serunya sembari menekan tombol rudal. Suara desisan dua roket terdengar meninggalkan sayap Rem dan melesat menuju targetnya. Dua ekor Pterodactyl menjerit nyaring saat rudal-rudal tepat mengenai dada dan kepala mereka dan meledak. Dalam seketika dinosaurus terbang itu meregang nyawa dan meluncur jatuh menuju samudra.

    Raka bersorak girang. Namun sayangnya, rasa senangnya terlalu berlebihan. Dengan fatalnya ia melupakan satu hal teramat penting. Saat anak muda itu sadar, semuanya sudah hampir terlambat.

    “Mana satu ekor lagi?”

    Suara nyaring lengkingan menjawab pertanyaannya. Seekor kadal terbang yang masih tersisa menukik tajam, lurus menuju pesawat Raka. Melihat kematian kedua saudaranya, Pterodactyl itu siap menghantam tanpa ampun.

    “Sia-“ Raka hanya bisa memejamkan mata dan mengumpat singkat menyesali kebodohannya. Ia benar-benar yakin kali ini riwayatnya sudah habis.


    BUUMMMM!!!!
     
  4. ivan245 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 20, 2009
    Messages:
    296
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +14,655 / -0
    Beberapa saat, tak terjadi apa-apa. Dengan rasa tidak percaya, perlahan Raka membuka matanya. Ia menoleh ke kanan-kiri mencari penyerangnya yang kini tidak terlihat lagi. Yang ada, malah seekor naga besar bersisik perak sedang terbang di sisi pesawat jetnya.

    “Kau tak apa-apa?” tanya naga itu. Bola mata hitamnya menatap Raka cemas.

    “Ya. Terima kasih Levi. Aku berhutang budi padamu.” Raka benar-benar lega. Nyaris saja ia tak selamat. Terlambat beberapa detik saja, ia kini sudah menemani para nymph di dasar laut sana. Beruntung, ada Levi, naga keturunan bangsawan yang menjadi sahabatnya sejak misi berbahaya di perang pemberontakan Tiamat. Saat itu, Raka membebaskan Levi dari penjara dan mengembalikan kekuatan magisnya yang disimpan dalam Kristal Sarvas. Seekor naga, terutama yang berdarah emas, sangat tahu betul bagaimana caranya membalas budi.

    “Apa misimu, Raka?” Tanya Naga itu kemudian, setelah memastikan Raka baik-baik saja. Raka tersentak sedikit, mencoba mengingat kembali misinya.

    “Ehhh, aku harus menyusup masuk kapal induk alien itu, lalu menghancurkan intinya.” Jelasnya, sambil menunjuk piring terbang yang besar di atas gunung. Diam-diam Raka berharap, semoga Levi punya informasi bermanfaat.

    Nyengir lebar merekah dari wajah sahabatnya itu. Gigi peraknya berkilat terang dan memaksa Raka memicingkan mata karena silau.

    “Kurasa aku tahu rute yang tepat untukmu. Ikut aku.” Levi menolehkan kepalanya, sebagai isyarat agar Raka mengikutinya. Ia pun kemudian menukik tajam, mengarahkan laju pesawatnya langsung menuju kapal induk itu. Agar dapat mengikuti kecepatan naga itu, Raka mendorong tuas mesin lebih jauh, menaikkan kecepatan jetnya,

    Ketika jarak mereka dengan UFO besar itu tinggal beberapa kilometer, UFO-UFO kecil mulai bergerak mendekati. Beberapa UFO kecil itu berkumpul dan membentuk formasi, sebelum menyerbu Raka dan Levi. Raka menurunkan kaca depan helmnya, dan bersiap-siap untuk berkelit dari penyerangnya. Susah payah ia menghindari peluru dan laser yang mengarah kepadanya. Dengan maneuver yang biasa, Raka mengendalikan pesawatnya dengan lincah, membuat kawanan UFO itu semakin ganas menggempurnya. Beruntung, saat itu ia didampingi seekor naga yang sangat kuat. Levi adalah petarung yang hebat dan tangguh di angkasa. Saat ia menyemburkan nafas apinya yang berwarna kebiruan, puluhan UFO langsung dilelehkan seperti marsmallow dalam sekejap.

    “Masih ganas, Pak tua.” Mau tak mau Raka sedikit terkesima oleh aksinaga itu barusan.

    “Tua? Dasar tak sopan! Aku baru seratus ribu tahun!” Balasnya dengan tawa yang membahana. Semburan api muncrat dari mulutnya, melesat hanya terpaut satu senti dari Rem.

    “Sama sekali tak lucu.” Raka membatin sambil merengut.

    Setelah pertarungan berlalu selama beberapa menit, mereka berdua akhirnya mengalahkan semua UFO yang mengejarnya. Tinggal sedikit lagi, dan keduanya akan sampai di kapal induk alien itu.

    “Di sana,” Levi mengarahkan moncongnya ke arah sebuah celah di antara kerangka logam yang hancur. Dilihat dari kondisinya, sepertinya ada yang berhasil menembakkan beberapa misil ke sana. Lubang itu cukup sempit, namun Rem akan bisa melewatinya tanpa masalah.

    “Pergilah nak. Badanku tidak akan muat untuk masuk celah sesempit itu. Sepertinya mulai sekarang kau sendi-.” Belum sempat Levi menyelesaikan kalimatnya, alarm pesawat mengeluarkan bunyi memekakkan telinga.

    “Ada serangan!” beberapa kejadian berikutnya berlangsung begitu cepat. Dalam sekejap, kulihat Levi menjerit kesakitan saat dua misil seukuran sedan menghantam punggung naga itu.

    “Levi!” Raka meraung keras. Tetapi, meski khawatir dengan keadaan temannya, tiba-tiba perhatiannya teralihkan oleh alarm yang berbunyi nyaring lagi. Kali ini, ia melihat tiga roket melesat cepat di depannya. Sasaran mereka tidak ada yang lain selain Raka.
    Raka mulai panik. Meski ia adalah penerbang handal, keadaan genting ini mengharuskannya untuk mulai serius.

    “Battle mode!”
     
  5. ivan245 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 20, 2009
    Messages:
    296
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +14,655 / -0
    Hai guys. Jadi kuputuskan untuk menggabung chapter 3 sampai selesai, karena minatku untuk memperpanjangnya sudah hilang, haha.
    Enjoy :)

    Seketika, Rem mengeluarkan suara berderak dan bagian-bagian pesawatnya mulai terpisah-pisah. Sayap dan afterburnernya bergeser ke belakang. Kokpit menjorok masuk ke dalam dan dari kedua sisi badan pesawat muncul tangan dan kaki mekanik yang terlihat kuat. Hanya dalam sepersekian detik, Raka telah mengendarai Rem yang berubah menjadi robot humanoid dan bersiap melumpuhkan roket-roket yang sama sekali tak menurunkan kecepatannya.

    TANG! TANG! TANG! Suara benturan antar metal membahana di langit. Raka dengan sigap meninju ketiga roket itu dan meledak jauh dari Rem. Walaupun sudah tidak ada lagi misil yang menerjangnya, Raka sadar bahwa bahaya belum selesai. Ia menurunkan kaca helmnya dan mengaktifkan radar. Dilihatnya setitik merah besar di arah jam 3. Tanpa ragu, Raka menembakkan dua rudal ke arah titik tersebut. Dari kejauhan, tampak siluet kemerahan pertanda rudal tadi menghantam sesuatu.

    Beberapa saat kemudian, si penyerang mulai menampakkan diri. Raka sedikit terkesima melihat musuhnya itu. Dialah sebuah kapal yang sangat besar, kira-kira stadion sepakbola. Kapal itu berwarna merah terang dengan pahatan burung besar di moncongnya. Lambang burung juga tergambar di layarnya yang berwarna merah bersama simbol tulang dan tengkorak ala bajak laut. Tulisan “S.S. Phoenix” tertera jelas di sisi kapal. Dan sepertinya, kapal itu siap menembak lagi.

    “Raka, cepat pergi!” Levi tiba-tiba muncul di sisi Rem. Dengan susah payah berseru pada Raka. “Waktumu akan terbuang percuma kalau harus meladeni mereka. Serahkan mereka padaku.” ujarnya mantap. Namun Raka tetap ragu. Ia melihat luka besar menganga di punggung naga itu. Mampukah Levi menghadapi kapal besar itu bersama awaknya yang ganas sendirian?

    “Cepat!” Kali ini Levi berteriak. Raka menatap lekat matanya, dan kemudian paham. Naga pemberani itu tidak terima didebat. Raka pun mengangguk dengan terpaksa.

    “Jangan mati, Levi,” ujarnya pelan, lalu memacu robotnya menuju kapal induk alien. Di belakangnya, Levi terlihat menyeringai lebar, seakan-akan ia akan membuka sebuah kado yang sangat besar.

    “Nah, ayo bertarung sepuasnya,” tawanya senang.

    ***

    Raka memacu robotnya secepat mungkin. Ia meliuk-liuk, menyusuri lorong sempit sambil sesekali menembaki UFO-UFO mini yang muncul. Setelah beberapa menit, akhirnya ia sampai di ujungnya. Sekarang Raka berada di ruangan yang sangat luas dan-

    “Nenek ompong peyot….” umpatnya seketika.

    Raka melengos saat melihat kerumunan UFO-UFO yang menempel di dinding ruangan itu, seakan mereka sudah tahu akan kedatangannya. Kini, ribuan UFO itu membidikkan senjatanya dan siap menyerang. Raka menggigit bibirnya, merasa bodoh karena begitu mudahnya terkepung.

    “Hahahaha! Usaha yang bagus, makhluk bumi. Dibandingkan kaummu yang lain, hanya kau yang mampu mencapai tempat ini,” alien-alien itu berbicara pada Raka. Suaranya terdengar seperti ratusan orang keracunan helium yang berkata secara bersama-sama. Lucu, tapi menakutkan.

    “Sekarang kau terperangkap! Tidak ada jalan keluar dari sini. Jadi, percuma saja melawan…” lanjut alien itu.

    Pandangan Raka menyapu ke sekelilingnya, mencari celah untuk kabur.

    “…dan serahkan bumi pada kami!” Detik berikutnya, Raka sudah dihujani laser-laser dan misil kecil. Raka langsung berkelit, berputar-putar tak tentu tanpa arah. Ia memusatkan konsentrasinya untuk kabur, dan mencari jalan keluar. Tiga-empat serangan pertama, tembakan mereka masih bisa Raka hindari. Namun, lama-kelamaan ketimpangan jumlah mulai menampakkan hasil. Laser-laser dan misil-misil sedikit demi sedikit mulai menyerempet badan robotnya. Raka beberapa kali mencoba membalas tembakan. Beberapa alien jatuh akbita terkena peluru robotnya. Namun, melihat jumlah UFO-UFO yang sangat banyak, sepertinya hal itu tak ada pengaruhnya.

    “Hahahaha!!! Mati kau, makhluk bumi! Mati!!!” tawa alien itu menggema ke seisi ruangan. Raka merasakan harapannya sudah semakin menipis.

    Lalu sesuatu tiba-tiba mencuri perhatiannya.

    Jauh di langit-langit, Raka melihat semburat cahaya terang berwarna biru muda. Cahaya itu muncul dari celah yang terbuka akibat peluru nyasar yang robotnya tembakkan.

    “Zoom in, seribu persen,” perintah Raka. Ia mencoba mengintip asal cahaya itu melalui celah barusan. Agak terganggu, karena laser-laser masih mengguncang robot Raka. Sepertinya, karena konsentrasinya terbagi, alien-alien itu semakin mudah menembaki Raka. Namun, Raka tidak peduli.

    “Zoom in, lima ratus persen,” Raka masih berusaha mengetahui asal cahaya itu. “Enhance image,” setelah memperoleh visual yang lebih baik, Raka akhirnya tersadar. Cahaya itu berasal dari benda yang menyerupai kristal berwarna biru terang. Ada semacam gelombang yang merambat dari Kristal itu, seperti riak air. Harapan Raka pun terbit lagi.

    Energy Core-nya!” seru Raka senang, Ia langsung menukik seratus delapan puluh derajat dan terbang menuju celah itu. Alien-alien lain sepertinya sadar, karena mereka kemudian panik. Rentetan tembakan semakin gencar mereka tembakkan. Raka kini dihujani lebih banyak laser dan misil.

    “Bunuh dia! Bunuh diaaaa!!!!!” teriak alien-alien itu secara bersamaan.

    Raka sudah tidak peduli lagi untuk menghindari serangan mereka. Ia memacu robotnya dengan kecepatan penuh, menuju celah sempit itu. Tembakan alien-alien itu pun semakin sering mengenainya.

    "KRAK!"

    Bagian kaki robotnya lepas.

    "KRAK!"

    Satu lengan copot.

    "KRAK!"

    Lengan kedua putus.

    Dengan tersisa hanya bagian tubuh dan kepala, Raka memaksakan afterburner punggungnya. Setelah masuk jarak tembak, Raka mulai membidik dan membuka kunci torpedo utama.

    Lock-on” komputer memberi isyarat. Raka menahan nafas.

    “Tembak!” ia berseru sembari menekan tombol peluncur.

    Tak terjadi apa-apa.

    Raka bingung dan mulai panik. Alien-alien itu semakin gencar menembakinya.

    “Tembak! Tembak! Tembak!” berkali-kali ia menekan tombol itu. Tetap tak terjadi apa-apa. Keringat dingin mengucur deras dari dahi Raka.

    “PRANGG!!”

    Satu tembakan telah memecahkan kaca pelindung kokpit. Waktu Raka sudah tidak banyak.

    Hanya tersisa satu cara.

    Raka menghela nafas dan memejamkan mata. “Sori komandan, maksudku, ayah. Sepertinya aku tak akan pulang…” bisiknya pelan, kemudian tersenyum pasrah. Ia membuka mata perlahan , lalu memicu laju robotnya yang tinggal setengah.

    Raka berteriak sekuatnya. Dengan sisa energy yang tersisa, ia mendesak masuk celah itu. Alien-alien terus menembaki Rem yang tersangkut. Semakin banyak bagian robot itu yang hancur, namun artinya Rem semakin mengecil, dan laser-laser alien itu ikut memberikan dorongan bantuan. Dengan satu hentakan kuat, akhirnya Raka berhasil menerobos masuk.

    Momen yang menentukan kini telah tiba. Raka tinggal menabrakkan dirinya menuju Kristal dengan cahaya kebiruan. Semakin dekat, cahaya itu semakin terang, hingga saat robotnya menabrak, warnanya berubah menjadi putih total. Raka bisa merasakan ledakan energy luar biasa mendorong tiap senti tubuhnya dengan sangat kuat.

    Kemudian, semuanya menjadi gelap.

    ***

    “….Ka….Raka….”

    Sayup-sayup terdengar, suara lembut dari kejauhan.

    “…Raka…bangun Raka…”

    Perlahan ia membuka mata. Cahaya terang dari jendela terlihat sangat menyilaukan. Raka mengerjap-ngerjapkan mata, lalu menguap lebar.

    “Sudah pagi nak. Cucilah mukamu lalu turun untuk sarapan,” ucap ibu dengan kelembutan yang biasa, sembari tersenyum padaku.

    Raka mengucek-ucek matanya. Dengan kelopak setengah terbuka dan seringai konyol di wajah, ia kemudian berkata riang:

    “Ma, dengerin deh. Adek bermimpi seru semalam!”

    -------------------------------------------------------------------------------- END ----------------------------------------------------------------------------------------------
     
  6. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    Komen dikit.

    Sebetulnya daripada orific lebih cocok masuk cerpen kayaknya. Ngeliat tiap chapter juga pendek-pendek, dan emang udah nggak ada niatan buat diterusin lagi kan. Baca bagian pertama kesannya lumayan. Pilot tempur dan pesawat. Saya kira tadi genrenya sci-fi. Tapi setelah itu ternyata muncul naga dan mungkin bisa juga masuk ke fantasy. Ceritanya sendiri kurang dikembangin. Kalau buat orifict sebenarnya terlalu langsung ngelompat ke climax, tanpa adegan pembuka, dll. Dan gara-gara itu saya sampai selesai baca ni fict nggak bisa mastiin Raka itu cowok apa cewek. Kayaknya sih cowok ya.. cuma saya habis nonton yang ada tokoh cewek nama Rakka jadi kebayangnya malah ke sana. Trus endingnya... agak maksa. Kayak manga yang kena axe sebelum sempet nyeritain apa-apa lagi. Dan twist 'ternyata itu mimpi' udah terlalu cliche sebetulnya buat dipake. Saya prefer endingnya Alien jadi menguasai bumi daripada kayak begini. Bad end is cooler than normal end.

    Terakhir, Keep on writing and don't lose motivation:beer:
     
    Last edited: Jan 22, 2013
  7. kirih Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 6, 2010
    Messages:
    93
    Trophy Points:
    62
    Ratings:
    +39 / -0
    setuju ama agan..:top:
    lebih cocok ke cerpen..
    kecuali ada pengambaran cerita.. ciapa itu ras naga, kejadian/peperangan tiamat.. btw raka itu ras nya Human yach gan?
    khan gag cuman human yang bisa pake robot.. (dalam fiction dwarf atau dark elf juga bisa pake robot)...
    mohon sedikit penjelasnnya,, :makasih-g:
     
    Last edited: Jan 22, 2013
  8. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Terlepas dari typo dll, yang paling saya suka chapter 1 sama paragraf terakhir, karena chapter 2 dan 3 terlalu mainstream. Hehe.

    Uda keren itu pesawat vs dinosaurus tanpa ganggu gugat alien, naga, dan robot.

    Cerita antara raka dan levi uda terlalu biasa, tarung bareng, si naga luka, trus nahan pasukan di luar. Cara raka menang jg terlalu biasa.

    Trus saya sempat mikir, ni cerita maksudnya apa? Tp ternyata itu cuma mimpi, ya yg berarti ga perlu maksud apa2. .

    Overall nice gan!
     
  9. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    :lol: alien, naga, pesawat terbang kelas model macross

    campur aduk neh

    Ada beberapa bagian yang ga pas : si raka di awal merasa nyaris modar karena burungprasejarah, kemudian di bagian terakhir pesawatnya jadi hebat bener isa berubah jadi robot (atau gw salah baca ya).

    Pertarungan akhir bumi hanya mengandalkan 1 pilot :lol: bahkan indenpenden day (kondisi pertarungan akhirnya mirip sih ) terbangin semua pesawat tempur menyerang dari seluruh bumi plus satu pesawat nyusup ke mothership alien.

    Bisa dibilang cerita ini walaupun menarik karena penggabungan beberapa unsur PAST fantasy sama MODERN SCI FI tapi tidak dirancang dengan baik, banyak plothole didalamnya. Kamu hanya memfokuskan di bagian RAKA, tai tidak memikirkan kondisi perang sekitarnya jadinya ya seperti ini.

    Monggo bergabung di loounge dan terus berkarya salam :elegan:

    :boong:
     
  10. ivan245 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 20, 2009
    Messages:
    296
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +14,655 / -0
    Wah, ternyata ceritaku dibaca juga. Dikomen lagi. Makasih ya
    Saya akan coba jawab satu-satu :D

    Awal niatnya orifict. Karena bosan ganti ke cerpen.
    Tapi pas mau diedit prefixnya gak bisa diganti, jadi dipaksain formatnya.
    Raka itu cowok. Dari awal endingnya memang mau dibuat mimpi. Terlalu biasa yah?
    Makasih komennya :)

    Raka itu human kok. Tapi karena di cerita memang gak ada dipastikan, mau ras apa aja juga boleh.
    Makasih komennya :)

    Memang ceritanya sengaja gitu. Paragraf terakhir sebenarnya juga disiratkan kalau Raka itu adalah anak kecil. Jadi mimpi Raka adalah proyeksi imajinasinya. Imajinasi bocah berumur sepuluh tahun, yang membangun dan menjalani petualangan yang dibuatnya sendiri. Jadi memang gak ribet.
    Makasih komennya :)

    Ini ceritanya mimpi anak kecil. Raka berpetualangan dalam imajinasinya sendiri. Jadi fokusnya memang Raka, dan enggak ribet karena dia memang masih bocah.
    Makasih komentarnya :)
     
  11. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    sip, keep writing dan persiapkan dirimu yah!
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.