1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Ruang biru

Discussion in 'Fiction' started by Pratansyah, Sep 8, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Pratansyah Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 28, 2010
    Messages:
    37
    Trophy Points:
    27
    Ratings:
    +1,480 / -0
    Genre: Romance
    Ini adalah pertama kalinya saya posting cerpen di sini, silahkan memberi komentar, kritik, dan atau saran :ogblink:

    [​IMG]
    Seleret cahaya menembus ruangan biru melalui sebuah jendela tua, permukaan kacanya yang kotor terlihat dalam bayangan bingkainya di lantai. Absennya niat sang pemilik untuk membersihkan jendela telah membuat jendela itu menjadi tempat favorit bagi debu, bahkan beberapa laba-laba telah memutuskan untuk membuat jaring di sana. Lantai ruang itu pun sama saja kotornya. Beberapa lapis debu telah berkarat menempel di sana. Hanya ada segaris permukaan lantai yang tidak terlalu kotor. Garis itu membentang dari ruangan tersebut ke sebuah pintu, dan dibalik pintu itu ada sebuah lorong yang terdapat 3 buah pintu di masing-masing dindingnya. Pintu di sebelah kiri adalah pintu menuju toilet, sebelah kanan adalah dapur, dan pintu di bagian depan adalah pintu keluar. Namun, pegangan pintu ini begitu kotor dan berdebu seolah belum pernah disentuh selama beberapa waktu.

    Aku kembali ke ruangan tadi, dan kembali menatap orang itu. Dari kondisi tempat ini, aku tahu bahwa kegiatan dia sehari-hari hanyalah pergi ke toilet atau dapur untuk sekedar memenuhi fitrahnya sebagai manusia. Selain 2 hal tersebut, aku yakin dia hanya duduk di kursi goyang sepanjang hari sambil membaca sebuah buku yang kelihatannya sudah dia baca ratusan kali. Aku tidak berani mengganggunya, dia kelihatan sedang pulas tertidur dengan ekspresi wajahnya yang damai.

    Sepertinya orang itu tidak menyadari keberadaanku, dia terlalu pulas tidur. Mungkin dia sedang bermimpi indah mengenai suatu hal. Sadar akan hal tersebut, maka aku memberanikan diri mengintip dari pundaknya dan berusaha membaca buku itu. Rupanya buku tersebut adalah sebuah buku yang isinya ditulis manual oleh tangan. Dari sekilas saja aku melihat, aku tahu bahwa penulisnya adalah seorang wanita dan entah kenapa tulisan itu rasanya sangat familiar. Walaupun kondisinya sudah agak kusam, namun tulisannya masih jelas terlihat dan tulisan itu cukup bagus untuk bisa dibaca.

    Ternyata buku tersebut adalah sebuah diary. Aku tidak tahu apa hubungan sang pemilik diary dengan orang yang sedang membacanya. Aku pun tidak tahu kenapa sang pemilik merelakan diarynya kepada orang itu. Bukankah seharusnya diary menjadi sebuah milik pribadi dimana sang pemilik bisa menulis apapun tanpa khawatir tulisannya dibaca oleh orang lain? Ah, aku tidak terlalu memusingkan hal itu. Rasa penasaranku untuk membaca buku itu telah mencapai puncaknya dan aku pun mulai membaca.

    Sepertinya orang yang menulis diary ini sedang sakit parah. Bahkan mungkin penyakitnya tidak bisa disembuhkan. Aku ingin sekali melanjutkan membaca diary itu tapi aku tidak mau membangunkan orang di atas kursi goyang itu. Maka aku menunggu dia bangun.

    *****​

    Semburat merah telah memasuki ruangan dan aku masih terduduk di sudut mengawasi orang di atas kursi goyang itu. Sedari tadi dia hanya diam di sana dan menutup mata seolah sedang mati. Aku mulai berpikir bahwa orang itu tidak memiliki niat untuk bangun hari ini sementara aku semakin penasaran untuk membaca halaman berikutnya. Sebentar lagi malam akan datang dan kesabaranku sudah habis. Aku berdiri dan melangkah ke belakang orang itu. Aku baru sadar bahwa ternyata langkahku tidak menimbulkan suara sama sekali, normalnya sebuah langkah akan menimbulkan suara, sekecil apapun suara itu. Apalagi di ruangan kosong dan lumayan luas ini seharusnya suara langkahku akan bergema lumayan keras. Tapi aku tidak peduli dengan detil-detil semacam itu, yang ada di pikiranku hanyalah rasa penasaran untuk membaca halaman selanjutnya.

    Perlahan aku mengulurkan tangan untuk menggapai buku itu. Kupanjangkan tanganku sejauh mungkin untuk membalik halaman tanpa membuat jarak terlalu dekat dengan dia. Dengan bunyi pelan yang bergema, akhirnya aku berhasil membalik halaman. Aku segera mundur untuk mengantisipasi reaksi orang di atas kursi goyang itu karena telah menggangu tidurnya. Setelah beberapa saat tanpa reaksi, aku kembali ke belakang kursi dan membaca halaman selanjutnya.

    "Oh, betapa indahnya" adalah hal pertama yang aku pikirkan. Seorang wanita yang sedang sakit dan seorang pria yang menunggu kesembuhan sang wanita agar bisa menikah. Dan yang lebih indah adalah fakta bahwa hal tersebut merupakan kenyataan. Aku kembali membalik halaman buku itu dan kembali tidak mendapat reaksi apa pun. Aku tidak peduli lagi, mungkin dia sedang sangat kelelahan dan membutuhkan tidur panjang. Aku pun membaca halaman selanjutnya

    Ingin rasanya aku menangis, tapi aku tidak bisa mengeluarkan sedikit air mata pun. Bahkan perasaan hangat di bola mata pun tidak dapat kurasakan. Aku tidak tahu siapa penulis diary itu, aku pun tidak tahu siapa pria yang melamar wanita itu, aku bahkan tidak tahu siapa orang di depanku yang sedang memegang buku itu. Tapi aku merasa ada setitik kenyataan yang begitu dekat denganku ketika aku membaca buku itu. Ada desir rindu yang menguat setiap aku membaca kalimat-kalimat dalam buku itu. Aku tidak peduli lagi jika aku akan membangunkan orang di depanku dengan membalik halaman itu. Aku hanya ingin segera membaca halaman selanjutnya

    Aku terhenyak ketika membaca halaman itu. Aku mundur ke permukaan tembok dan menyadari suatu hal. Tiba-tiba semua kenanganku meloncat-loncat di depan mata. Pemakaman itu, tangisan itu, rasa putus asa itu, buku itu. Semuanya muncul ke permukaan satu-persatu melengkapi bingkai puzzle kenanganku. Semuanya kini masuk akal. Kenapa langkahku tidak bersuara. Kenapa orang itu terus-menerus tidur. Kenapa tulisan itu begitu familiar. Kenapa kisah itu begitu nyata.

    Aku sudah mati

    Dan di sanalah jasadku. Terduduk memegang buku milik Linda, perempuan yang akan aku nikahi terlepas dari kondisinya dan ketidaksetujuan keluargaku. Aku masih ingat tangisan keluarga dan teman-teman Linda ketika dokter dengan mata sembab mengabarkan kematian Linda. Bahkan aku masih bisa mengingat tangisanku sendiri. Aku mendobrak ruangan itu dan memeluk Linda sekuat tenaga. Aku mengguncangnya perlahan, namun dia tetap tidak bernafas. Tidak ada yang berusaha menghentikanku di ruangan itu. Mereka semua hanya terdiam dan sesenggukan. Hanya suara statis dari mesin pendeteksi detak jantung yang meyakinkanku bahwa Linda telah tiada.

    Pemakaman diadakan keesokan harinya. Di pemakaman itulah aku diberi buku itu oleh ayah Linda. Buku yang merekam semua kenangan kami, mulai dari hari dimana aku menyatakan bahwa aku mencintainya. Hari-hari dimana kami bercanda tawa. Kenangan-kenangan kecil ketika kami saling menggengam tangan ketika kami berjalan. Hingga sebuah hari dimana dia pingsan ketika kami sedang membeli makanan sepulang dari bioskop. Aku segera menghentikan taksi dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tidak sadarkan diri selama beberapa jam. Ketika aku menunggu di luar ruangan, kedua orangtua Linda datang. Ibunya langsung masuk sementara ayahnya duduk di sampingku dan merangkul pundakku dengan erat sambil berkaca-kaca.

    Dari penjelasan ayahnya aku baru tahu bahwa Linda memiliki penyakit kanker otak sejak 3 tahun yang lalu. Aku sering mendapati dia memegangi kepala dengan ekspresi kesakitan, tapi dia berkilah bahwa itu hanyalah sebuah migrain. Ketika aku menanyainya mengenai hal tersebut, dia selalu terlihat marah dan berusaha mengalihkan pembicaraan. Ayah Linda bercerita bahwa Linda bersikeras ingin menyembunyikan hal ini dari aku karena dia tidak mau merubah rasa cintaku padanya menjadi rasa iba. Dia ingin dicintai tanpa dikasihani karena penyakitnya. Aku menangis ketika mengetahui hal itu. Rangkulan ayah Linda di pundakku semakin erat dan aku dapat merasakan getaran pundaknya yang menandakan bahwa dia juga menangis.

    Setelah pemakaman itu aku pergi ke rumah warisan kakekku di sebuah desa terpencil. Aku datang ke sana dengan membawa persediaan makanan yang cukup banyak karena aku tidak berencana untuk keluar dari rumah itu untuk beberapa lama. Aku ingin mengurung diri bersama kenangan Linda yang telah dia tulis di buku itu. Aku menghabiskan waktu dengan duduk di ruangan biru ini sambil membaca buku itu. Mencoba membangkitkan kembali manis pahit kenangan yang pernah kami lalui bersama.

    Hal terakhir yang aku ingat adalah ketika persediaan makanan habis dan aku masih belum mau keluar dari rumah. Aku masih ingin memeluk kenangan-kenangan itu. Beberapa hari aku tidak makan, hingga suatu saat badanku sangat lemas dan aku memutuskan untuk tidur di atas kursi goyang dimana aku biasa menghabiskan waktu dan akhirnya menjadi tempat peristirahatanku yang terakhir.
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Sep 21, 2012
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. nanamiang Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 8, 2010
    Messages:
    234
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +21 / -0
    Cerita yang mengharukan....
    :ogsedih:

    cuma, bacanya agak susah.
    Seharusnya tiap ganti paragraf di-enter aja, biar tulisannya gak numpuk-numpuk gitu, bacanya juga enak...
     
  4. Pratansyah Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 28, 2010
    Messages:
    37
    Trophy Points:
    27
    Ratings:
    +1,480 / -0
    Ho, ternyata susah dibaca toh? Ok langsung sya edit sekarang
    Terima kasih
     
  5. adit_math Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 20, 2010
    Messages:
    27
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +1 / -0
    :ogmatabelo: cerita ini ngingetin ane tentang khayalan waktu masih sma....

    Good Story ...:ogtop:
     
  6. Pratansyah Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 28, 2010
    Messages:
    37
    Trophy Points:
    27
    Ratings:
    +1,480 / -0
    Ente ngehayal apaan pas SMA gan?
     
  7. enyx M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 15, 2012
    Messages:
    278
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +8 / -0
    mengharukan banget....:nangis:

    nice story...:matabelo:
     
  8. yvonemelosa Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 26, 2012
    Messages:
    31
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +9 / -0
    bagus bangeeeeet :nangis: kata-katanya bagus, tapi ada beberapa kata yang kurang pas.. tp alur ceritanya kereeeen :obmatabelo:
     
  9. Pratansyah Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 28, 2010
    Messages:
    37
    Trophy Points:
    27
    Ratings:
    +1,480 / -0
    Makasih gan, btw ini cerpen pertama saya lho...

    Kata2 yang mana gan? Ayo yang mana? Saya butuh kritik :D
     
  10. enyx M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 15, 2012
    Messages:
    278
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +8 / -0
    ^
    ^
    beneran ini cerpen pertama? :kaget:

    pemilihan katanya udah keren, penggambara suasanya juga bagus..:angel3:

    ditunggu next storynya ya :elegan:
     
  11. sleetherooth M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    112
    Ratings:
    +1,445 / -0
    Bagus tuh tulisan nya kk ...

    Kalau aja cinta bisa seindah cerita" fiksi .. Mungkin ......... (Fool's dream)

    lanjut bkin cerpen ya kk ... Semangat nulisnya .. Kalau bisa jangan cuma soal cinta :lol:
     
  12. Pratansyah Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 28, 2010
    Messages:
    37
    Trophy Points:
    27
    Ratings:
    +1,480 / -0
    Sebenernya ini cerpen saya pertama dan satu-satunya

    Saya juga gak nyangka ini cerpen bakal jadi soal cinta, awalnya asal nulis aja dan semuanya mengalir tanpa perkiraan
     
  13. primeseven Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Mar 11, 2011
    Messages:
    46
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +3 / -0
    wah, ceritanya cukup mengharukan, tapi kok aku ngerasa penggambaran suasanan sedihnya masih belum pas ya....
    kayaknya masih kurang natural, meskipun secara alur cerita sudah menggiring pembaca ke dalam suasana yang sedih....

    anyway its great story untuk cerita pertama....

    ditunggu cerita selanjutnya....
     
    • Like Like x 1
  14. kan4ta Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 14, 2011
    Messages:
    103
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +9 / -0
    sedih banget ceritanya
    :terharu:
    nice story:top:
     
  15. bagusaji Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 30, 2009
    Messages:
    97
    Trophy Points:
    101
    Ratings:
    +4,011 / -0
    ceritanya baguus banget.

    ane pengen bisa nulois cerpen sebagus ini T_T
     
  16. nsshadow M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Nov 17, 2010
    Messages:
    2,012
    Trophy Points:
    227
    Ratings:
    +13,301 / -0
    keren, kalimat yang disusun sip dah :angel3:

    kalo boleh kasi saran nih, posisi duduknya d jelasin donk, menghadap jendela, ato menghadap pintu kamar gitu :malu:
     
  17. JanQ M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jan 1, 2009
    Messages:
    397
    Trophy Points:
    92
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +582 / -0
    Ga kepikiran gue kalo yang baca diary-nya ternyata hantu si cowoknya. Kirain ada orang lain yang ga sengaja masuk ke rumah itu. Gue suka sama penggambaran setting-nya nice :)
     
  18. serafim M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 9, 2012
    Messages:
    1,244
    Trophy Points:
    127
    Ratings:
    +874 / -1
    diksinya, alurnya, deskripsinya baguuuuuuss buanget :top:

    tapi....kok kesannya naratif banget ya?? saya belum nemu konfliknya,klo cerita kan setahu saya harus ada konfliknya, atau mungkin saya yg nggak jeli bacanya sehingga nggak bisa nemu konfliknya :peace:
     
  19. Pratansyah Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 28, 2010
    Messages:
    37
    Trophy Points:
    27
    Ratings:
    +1,480 / -0
    Ada 2 kemungkinan gan:
    1. Konfliknya tersirat, bukan tersurat
    2. Emang gak ada konfliknya :ogcute:
    Ane juga gak terlalu yakin, soalnya ane cuma ngasal nulis tanpa rencana atau pengetahuan apa pun soal nulis cerpen :ogmatabelo:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.