1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic I Want to Be An Angel

Discussion in 'Fiction' started by lemulemot, Jul 26, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. lemulemot Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Apr 3, 2010
    Messages:
    200
    Trophy Points:
    26
    Ratings:
    +198 / -0
    ~I Want to be An Angel~


    Chapter 1
    Another Day, Like Everyday


    Aku melangkahkan kaki menuju sebuah bangunan yang bagiku terlihat sangat suram, lagi-lagi aktifitas yang membosankan. Dengan tas ransel dipunggungku dan seragam lengkap dengan celana panjang yang terlihat sepadan, orang pasti mengira aku akan pergi ke sekolah. Ya, aku memang pergi ke sekolah, tapi pikiranku lebih ingin pergi menuju game center atau kembali ke rumah untuk memeluk guling yang sering kuhiasi dengan air liur.

    Sebenarnya jarak dari rumahku menuju ke sekolah lumayan jauh. Orang tuaku menyuruhku untuk menggunakan fasilitas bis supaya menghemat tenaga. Tapi kurasa alasan menghemat tenaga tidak berlaku untukku, lagipula di sekolah tenagaku tidak pernah terkuras sehingga aku lebih memilih berjalan, lumayan uang transport bisa kukumpulkan. Sebenarnya aku juga tidak tahu untuk apa aku mengumpulkan uang, keinginan untuk membeli sesuatu pun tidak pernah terbersit di pikiranku.

    Langkah demi langkah kulalui di aspal ini pandangku hanya menuju kedepan, tanpa menghiraukan jalan raya di sebelah kananku atau pertokoan yang ramai oleh para pekerja yang sedang membuka tokonya di sebelah kiriku.

    Langkahku terhenti.

    Mataku menuju bis yang sedang berhenti di halte pemberhentian bus, banyak anak sekolah yang sedang terburu-buru menuju ke bis dari arah berlawanan lalu sopir bis lengkap dengan seragamnya yang sedang menunggu bis penuh, yang mungkin kutaksir umurnya sekitar 23 tahun, karena ia sangat muda dan otot-otot lengannya kulihat dari samping berbentuk dan terlihat kekar.

    Dengan seragam yang sama denganku, kulihat sesosok perempuan cantik dengan rambut hitam lurus dan poni pendek, seperti tipikal tokoh anime yang sering kulihat di TV sedang menatapku dengan pandangan dingin dan tanpa ekspresi di kursi belakang bis, dengan tatapan seperti aku bisa menafsir tatapannya, mungkin seperti "makhluk apa itu yang sedang berjalan malas ?" atau "apakah di sekolahku ada murid yang seperti monyet ?"

    Kubalas tatapan itu dengan tatapan orang malasku.

    Tatapan orang malas ? aku bahkan tidak tahu apa maksud tatapan orang malas seperti apa !

    Kedua mata kami saling berpandangan dengan kaca bis sebagai pemisahnya. Cukup lama kami berpandangan.

    "Aghh !" mataku sudah tidak kuat, aku mengucek mataku lalu memalingkan muka. Kulanjutkan perjalananku menuju sekolah dengan langkah terburu-buru. Mungkin aku malu karena mataku sudah tidak kuat.

    Kutinggalkan halte bis itu

    Ditengah perjalananku, tiba-tiba pundakku dirangkul oleh seorang laki-laki.

    "Hei brother seperti biasa, malas ke sekolah ya ?!!"

    Suara yang seperti suara sesorang yang sedang buang air besar masuk ke telingaku

    "Oh kau Lute, jangan panggil aku brother, aku tidak pernah ingat mempunyai saudara gay sepertimu !" ucapku dingin

    "Jangan begitu dong brother"

    "Berisik kau ! dan jangan merangkul pundakku Lute, apa nanti yang dipikirkan orang jika melihat kita ?" aku menampik tangan Lute yang melingkari pundakku dengan kasar.

    "Ah kejam sekali kau"

    "Berisik"

    Lute mungkin satu-satunya sahabatku di dunia ini, aku tidak pandai bergaul dengan orang-orang, aku bahkan tidak tahu nama teman-teman sekelasku. Aku bertemu Lute ketika aku dihukum guru konseling karena nilaiku yang sangat buruk dan tidak pernah berubah dari awal aku masuk ke sekolah ini, kata wali kelasku, aku beruntung bisa naik kelas karena guru-guru mengasihaniku. Apakah aku harus senang karena aku beruntung sebab ada orang yang mengasihaniku ? padahal normalnya orang tidak suka jika dikasihani, aneh sekali.

    Kembali ke Lute, ternyata dia tidak jauh beda denganku, bahkan jika diranking dari 100 murid, mungkin aku ranking 99 dan Lute berada di ranking 100. Mungkin jika otak kami dijual, yang lebih dulu dibeli pasti otak si Lute, karena otaknya tidak pernah terpakai. Yang aku benci adalah bahwa aku lebih pendek darinya, aku yang mempunyai tinggi 180 cm, dan sering menjadi pusat perhatian orang.

    "Kau sudah membuat PR, Aino ?"

    "Sudah lah, jangan-jangan kau lupa pak Yoshi, wali kelas kita pernah mengatakan jika kita tidak membuat PR, ia akan menggorok leher kita pelan-pelan dengan penggaris besi, membayangkannya saja aku tidak mau"

    "Pinjam dong" ucapnya polos sambil tersenyum

    Aku dengar dari murid-murid, sebenarnya Lute terkenal dikalangan perempuan di sekolah. Kata mereka pernah beberapa kali ada yang mengutarakan perasaannya kepada Lute, tapi ia menolak semuanya.
    Tidak heran bagiku, dengan tampang gay dan rambut seperti berandalan Lute digilai banyak perempuan. Aku sering melihat perempuan-perempuan di kafe tempatku bekerja paruh waktu berteriak norak sambil menunjukkan manga yang berkover dua laki-laki keren berpelukan sambil bertatapan satu sama lain tanpa sehelai pakaian, sangat sangat gay.

    "Ini" kataku pada Lute sambil melempar buku ku, setelah kumerogoh-rogoh ranselku

    "Wow, kau memang sahabat terbaikku, Aino"

    Lute melompat kearahku sambil tangannya bersiap memelukku. Masih dengan tatapan malasku, aku memukul perut Lute.

    "Uppercut"


    sebelumnya, sori nih klo tulisan saya enggak professional dan cenderung ancur lebur :peace:
    gk sebagus yg pro2 disini huhu
    belom pernah nulis, masih belajar sambil ngabisin waktu luang, awalnya gk brani ngepost hhe
    tolong komennya yaa
     
    • Thanks Thanks x 2
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. lemulemot Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Apr 3, 2010
    Messages:
    200
    Trophy Points:
    26
    Ratings:
    +198 / -0
    Pintu kelas kubuka, kulihat kelas sudah dipenuhi murid-murid, yang berarti aku dan Lute yang terakhir masuk, tentu saja guru tidak dihitung.

    Aku menuju mejaku di paling belakang dan dekat jendela. Mungkin benar-benar tempat duduk yang sangat sesuai denganku, sedangkan Lute duduk tepat didepanku. Awalnya aku tidak nyaman karena badan jangkungnya menganggu pandanganku, tapi setelah kupikir bahwa aku tidak pernah memperhatikan ketika guru menerangkan, aku biarkan saja.

    Kulihat murid-murid kelasku ada yang sedang bercanda, membahas sesuatu, atau belajar bersama. Ingin aku merasakan seperti mereka

    Tetapi kehadiranku di kelas ini hanya seperti udara, datang dan pergi...

    Aku meletakkan tas ranselku di meja, kemudian aku duduk. Pandanganku menerawang jauh ke jendela sambil tangan kananku menopang kepala.

    Namaku Aino Retsch, seorang anak biasa dari keluarga yang biasa pula, siswa kelas 3 di akademi Feer de Aus.

    Bakatku ? entah. Aku tidak ikut dalam kegiatan ekstrakulikuler, aku tidak pernah mengikuti lomba-lomba atau semacamnya. Seperti yang kubilang, aku hanyalah seorang yang biasa.

    KREEK...

    Seorang berperawakan pendek dengan rambut gondrong masuk ke kelas.

    Gawat, pak Yoshi datang.

    Para murid langsung kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

    "Hei, Lute buku PR ku" dengan nada berbisik aku meminta Lute agar mengembalikan buku PR yang dipinjamnya tadi.

    "Oke bos" balas Lute sambil menyodorkan buku PR ku.

    Suasana hening. Murid-murid hanya bisa memandang pak Yoshi yang berada di depan kelas.

    Walaupun pak Yoshi merupakan wali kelas kami, yang berarti kami sering bertemu dengan pak Yoshi, tetapi dengan rambut gondrong yang dicat kuning dan seragam ketat yang tidak sepadan dengan bentuk badannya yang bulat berisi kami selalu takjub dengannya. Bahkan suatu hari pernah ketika pak Yoshi mengajar, karena seragamnya yang terlalu ketat, kancing seragam yang dipakainya copot dan mental sangat keras mengenai kepala seorang murid sampai murid tersebut terkapar tak berdaya. Ada aksi, ada reaksi.

    "Aino Retsch"

    Tiba-tiba pak Yoshi memanggilku ditengah keheningan.

    "Ya pak" jawabku sambil mengangkat tangan.

    "Kau sudah mengerjakan tugas yang kuberikan kemarin ?"

    "Sudah pak"

    "Sekarang kau berdiri, jelaskan tentang dunia ini semua yang kau tahu !"

    "T-tapi pak, ini tidak ada hubungannya dengan tugas yang bapak berikan"

    "Tidak usah protes ! memang tidak ada hubungannya"

    Sial, guru macam apa pak Yoshi sebenarnya.

    "Kenapa diam saja ? tidak tahu ?"

    "T-tahu pak. Jadi dunia yang kita tempati ini disebut juga dengan dunia Archelaus. Di Archelaus terbagi 7 negara yang setiap negara dipisahkan oleh jembatan Eveor yang konon katanya setiap jembatan dijaga oleh penjaga suci yang disebut orang-orang dengan Ogx. Tujuh negara tersebut yaitu Alel , Ezael, Jehiel, Lael, Medael, Wiel, dan Ziel. Negara kita yaitu negara Lael."

    Setelah aku menjelaskan, pak Yoshi hanya diam.

    Hei pak, kenapa diam saja ? bukannya murid yang terbodoh kedua dikelas jika bisa menjawab itu hal yang istimewa ? Setidaknya sehabis pulang kita bisa berpesta pora di restoran mahal, kita rayakan sebagai hari pintarnya Aino.

    “Ya bagus Aino, kembali duduk”

    Aku kembali duduk sambil memasang muka kecewa. Kecewa karena tidak ada yang menghargai, atau minimal mungkin bertepuk tangan. Hei, si Aino akhirnya bisa berpikir.

    Dengan Lute didepanku yang sedang mendengarkan musik melalui headsetnya, aku menundukkan kepalaku sembari melipat kedua tangan.

    Lebih baik tidur daripada tenagaku terbuang.

    ***​

    KRINGG...!!!

    Tidak terasa bel istirahat kedua berkumandang.

    Aku tidak beranjak dari tempat dudukku, karena aku tidak punya kegiatan apa-apa.

    Perutku susah untuk lapar, uang pun rasanya tidak ingin kugunakan untuk suatu hal.

    Kulihat Lute masih tetap duduk, headset di telinganya sudah dilepas, sekarang ia sedang membaca majalah olahraga sambil menggumam tidak jelas, memang susah mempunyai teman yang sedikit tidak “normal”.

    Aku memandangi halaman sekolah lewat kaca sebelahku. Kulihat beberapa murid laki-laki ada yang sedang bermain bola di lapangan dan segerombol murid perempuan sedang menonton sambil sesekali mereka berbisik-bisik lalu tertawa, mungkin mereka sedang membicarakan laki-laki yang mereka sukai yang sedang bermain bola.

    Di lain sisi ada beberapa murid sedang memakan bekalnya secara bekelompok sambil membahas sesuatu.

    Pandanganku teralihkan oleh sesosok perempuan dengan rambut panjang hitam lurus yang sedang duduk memeluk kedua kakinya, ia termenung di pojok lapangan. Tidak ada yang menemani, hanya melihat murid laki-laki yang sedang bermain bola dengan pandangan kosong, matanya melihat dengan sorot tajam dan dingin, seolah ingin membunuh seseorang.

    Tiba-tiba aku teringat oleh seorang perempuan yang tadi pagi “beradu” pandangan denganku.

    Setelah kuingat-ingat ternyata ia perempuan yang tadi pagi.

    Mungkin jika aku bertanya kepada Lute tentang perempuan itu, ia akan membantuku, setidaknya biarkan aku tahu nama perempuan tersebut.

    Aku mencolek punggung Lute.

    “Ada apa ?” tanya Lute sambil membalikkan punggungnya.

    “Hei Lute, kau tahu siapa perempuan yang duduk dipojok lapangan itu ?”

    “Perempuan mana ? aku tidak melihatnya”

    “Itu, dasar kau buta. Perempuan yang berambut panjang dan hitam, yang wajahnya seperti tokoh-tokoh di anime”

    Lute berdiri, kemudian memicingkan matanya kearah lapangan

    “Tidak ada, Aino. Ah, kau saja yang terlalu banyak menonton anime”

    “Sial, itu aku melihatnya dengan jelas, mungkin otakmu yang terlalu keruh”

    “Duh, kau mengangguku saja”

    Setelah itu, Lute kembali duduk sambil membaca majalah yang belum selesai dibacanya.

    Pandanganku tetap menuju kepada perempuan tersebut. Entah kenapa pandanganku tidak bisa lepas karenanya. Ini bukan perasaan penasaran, suka, ataupun curiga. Akupun tidak tahu perasaan apa yang menyelimutiku. Rasanya sangat aneh, tetapi membuatku tenang, aku yakin ini bukan imajinasiku.

    KRINGG....!!

    Bel tanda berakhirnya istirahat kedua.

    Aku masih memandang perempuan itu sampai pak Yoshi kembali masuk sambil membawa beberapa lembar kertas.

    Sial, ada kuis dadakan.

    Ketika aku memalingkan pandanganku dari perempuan itu. Sekelebat aku melihat perempuan tersebut berdiri lalu mengembangkan sayapnya yang putih.

    Sayap ?

    Dengan bulu-bulu putih yang menghiasi sekelilingnya, tiba-tiba angin berhembus kencang. Ia tersenyum. Senyum terindah yang pernah aku lihat.

    Apa dia malaikat ?

    Aku hanya diam terpaku.
     
    • Thanks Thanks x 1
  4. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +825 / -0
    coba ikut komen :malu:

    kesan pertama setelah baca... unusr anime-ish nya kerasa.
    awalnya wa kira, tokoh malaikatnya itu adalah "Aku" yang merupakan orang bodoh yang tidak dihargai.
    tapi ternyata bukan.

    alur plotnya masih datar. wajar emang masih sub-chapter 1-2.
    untuk penjabaran lokasi seting (fantasy), benua, dan negara mana, ok gk maksa.
    tebakan wa selanjutnya, ini mau dibawa ke slice of life ya jalurnya?
     
  5. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    bagus. tulisannya udah rapi. jadi gampang bacanya.

    tapi ceritanya berasa datar banget. wajar sih, cuma saya jadi ngerasa pacenya kelambatan. saya gak ngerti buat apa adegan aino jawab pertanyaan guru dengan brilian setelah sebelumnya dia disebut orang malas yang rankingnya rendah.

    dan adegan dia ketemu angelnya mungkin bisa lebih didramatisir IMO.

    ditunggu lanjutannya:top:
     
    Last edited: Jul 27, 2012
  6. tiohanny Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 3, 2011
    Messages:
    175
    Trophy Points:
    31
    Ratings:
    +64 / -0
    Bagus storynya. Tapi agak2 bingung waktu dia ngejawab pertanyaan. Agak2 ga nyambung ya kk.. Tapi bagus ko.. Ditunggu cerita selanjutnya ya kk
     
  7. par_joe Members

    Offline

    Joined:
    Jul 27, 2012
    Messages:
    1
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +0 / -0
    Prolog keren
    bahasa udah rapih, plus bagus buat cerita yang banyak selipan humornya...
    walaupun ada beberapa ungkapan yang kurang enak didenger, gak tau itu emang gak enak atau gw aja yg ngerasa
    tapi overal keren lah...
    ditunggu lanjutannya

    regards AegisOfImmortal
     
  8. lemulemot Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Apr 3, 2010
    Messages:
    200
    Trophy Points:
    26
    Ratings:
    +198 / -0
    Hais, sori bru update.
    Lagi stres jd hikki + IP 2,5 :onion-07:


    Chapter 2
    Do You Want to Be An Angel ?

    Apa kau bosan di dunia ini
    Apa kau ingin meninggalkan dunia ini ?
    Apa kau tak punya orang yang kau cintai di dunia ini?


    Aku mendengar suara, sebuah bisikan.
    Bisikan yang seolah menusuk-nusuk telingaku.
    Bisikan yang menggetarkan hatiku.
    Panas, kenapa begitu panas ?
    Gelap, tidak ada secercah cahaya pun.

    Tiba-tiba aku melihat sebuah kobaran api, sangat kuat. Api itu mendekatiku secara perlahan.
    Apakah aku berada di neraka ?
    Sebuah tangan keluar dari kobaran api tersebut, berusaha untuk menggapai tanganku. Kugenggam tangan tersebut. Tangan yang sangat halus tetapi terlihat pucat.

    Secara perlahan, kulihat sesosok perempuan. Ia tersenyum, tetapi aku tidak melihat kebahagiaan terpancar dari senyum tersebut, seperti senyum palsu yang menahan kesedihan.
    Sepasang sayap menghiasi punggung perempuan tersebut. Sayap tersebut terlihat begitu menyedihkan karena bulu-bulu yang rontok dan kusut.

    Bibir perempuan tersebut dengan pelan mendekati telingaku.

    Ia berbisik kepadaku, dengan suara lirih dan serak.

    “Apakah kau ingin menjadi malaikat ?”

    ***​

    Gubrak..!

    Aku terjatuh dari tempat tidurku dengan selimut yang menjuntai tak beraturan dan guling yang jatuh kelantai.

    Sial, sudah tiga hari aku bermimpi seperti ini dan tiga hari pula mimpiku sama. Apakah aku akan menjadi dewasa yang sangat membosankan dan tanpa gairah hidup ?

    Kulihat jam weker yang berbentuk doraemon. Meski aku berumur 17 tahun, apa salahnya jika aku suka dengan doraemon ? kucing bulat tanpa kuping tersebut membuatku selalu ingin bermimpi. Andai aku punya mesin waktu, akan kuubah waktuku yang tak berguna dimasa lalu.

    Angka menunjukkan pukul 7 pagi.

    Saatnya menjalankan rutinitas yang membosankan, lagi.

    Setelah mandi, memakai seragam, dan makan pagi aku menuju ke sekolah.

    Seperti biasa, aku bertemu Lute di tengah perjalanan.

    “Hei Aino, nanti malam kau datang kan ?”

    Tiba-tiba Lute bertanya kepadaku, membuatku kaget.

    “Datang kemana ?”

    “Yah kau ini, kan setiap akhir tahun sekolah kita mengadakan api unggun”

    Ternyata Lute mengingatkanku untuk datang ke acara yang menurutku membosankan. Meskipun aku tak pernah menghadiri acara tersebut. Aku membayangkan seluruh murid dikumpulkan ditengah-tengah api unggun dan menari bersama dengan norak.

    Ugh, aku ingin muntah membayangkannya.

    Mungkin jika ada yang kelaparan, tinggal mendorong seorang didekatnya untuk dijadikan daging bakar.

    “Aku tidak ikut Lute, malas” jawabku.

    “Kau ini, acara ini kan terakhir kali bagi kita. Masak kau tidak ingin berbagi kebahagiaan dengan yang lain ?” dengan nada yang sok sedih dan puitis Lute bertanya lagi kepadaku.

    “Tidak-tidak, hari ini aku ingin tidur sepuasnya sepulang sekolah”

    “Sayang sekali, padahal sangat seru”

    Kami melanjutkan perjalanan ke sekolah.

    Sampai dikelas, aku menaruh tas ransel di atas meja lalu duduk dan melihat ke jendela, seperti biasa.

    Seperti biasa, memang seperti biasa, tidak ada yang berubah.

    Mungkin sebagian orang menganggap hidupku membosankan.

    Hey, jika ada seorang yang merasa bosan, seharusnya mereka senang karena menandakan semuanya baik-baik saja.

    Kemudian aku berhenti melamun ketika melihat pak Yoshi masuk ke kelas.


    Kringg…!


    Bel istirahat jam pertama menggema ke seluruh sekolah.

    Lute mengajakku untuk membeli makanan dikantin karena ia dari kemarin belum makan. Tetapi kutolak ajakannya karena aku malas berdesak-desakan ketika membayar makanan. Waktu awal masuk sekolah ini, aku pernah sekali membeli makanan di kantin dan berdesak-desakan, sungguh pengalaman yang sangat buruk dan menyakitkan, lebih baik aku mengigiti meja dikelas daripada berdesak-desakan. Ternyata kekuatan makanan begitu dahsyat.

    Aku memilih tetap duduk di kursi sambil mengamati dari jendela.

    Pandanganku tertuju oleh sesosok perempuan, aku melihat perempuan itu lagi.

    Perempuan bersayap.

    Dengan cepat aku mengalihkan pandanganku. Mungkin itu hanya imajinasiku.

    Tiga hari yang lalu, setelah aku melihat perempuan itu, pulang sekolah aku bertanya kepada murid-murid dikelasku untuk menanyakan tentang perempuan tersebut. Tentu aku tidak menyebutkan perihal sayap tersebut, bisa-bisa aku diadukan kepala sekolah karena ada orang gila yang berkeliaran di sekolah.

    Semua tidak tahu, bahkan tidak pernah merasa melihat.

    Tetapi, setelah kupikir-pikir aku bermimpi seperti itu setelah aku melihatnya.

    Apa mungkin ia malaikat yang dikirimkan tuhan untuk mencabut nyawaku ?

    Aku ketakutan membayangkan itu.

    Kemudian aku menuju toilet, daripada membayangkan hal yang mengerikan tersebut.


    ***​

    Tak terasa sekolah usai.

    Badanku lemas, tak ada tenaga. Mungkin karena aku terlalu malas.

    Lute menghampiriku, menanyakan apakah aku ingin ikut acara api unggun nanti malam yang ke sekian kalinya. Telingaku sampai keram mendengar pertanyaan yang sama terlebih dengan kalimat yang sama setiap menitnya. Apa Lute tidak pernah belajar kosa kata waktu ia di sekolah dasar ?.

    Setelah kumenolak ajakan Lute, kuputuskan untuk beristirahat dulu sebelum pulang kerumah.

    Kumiringkan kepalaku bersandar di meja.

    Senja sore yang membuat gelap ruangan kelas membuatku terasa damai. Angin sepoi-sepoi dan suasana hangat ini.

    Pelan-pelan aku menutup mataku.


    ***

    Aku terbangun.

    Sial, aku ketiduran.

    Kepalaku terasa nyeri, sepertinya aku salah posisi tidur. Tidak ada dokter yang merekomendasikan untuk tidur di meja kelas.

    Kulihat ponselku, ternyata sudah pukul 7 malam. Dengan cepat aku mengambil tas kemudian pulang kerumah.

    Ketika langkahku sampai dilorong sekolah, aku ingat kalau malam ini ada acara api unggun. Mungkin aku bisa melihatnya sesekali.

    Kuamati dari jendela lorong halaman sekolah tampak gelap. Aku tidak bisa melihat apa-apa, mungkin mereka sedang menyiapkan kejutan.

    Hampir sampai diluar sekolah, aku mencium bau amis. Bau yang sangat menyengat hidungku.

    Bau ini seperti bau darah.

    Aku melihat kaca dengan cipratan darah yang sangat besar.

    Lantai sekolah seolah menjadi berwarna merah karena darah kental yang menggenanginya.

    Kemudian aku lari, berusaha untuk cepat sampai rumah.

    Aku takut.

    Apa mungkin ini sebuah lelucon yang dibuat ketika api unggun berlangsung ? sungguh tidak lucu.

    Aku sampai dihalaman sekolah.

    Jantungku berdetak kencang, napasku memburu, keringat seolah tak henti-hentinya keluar dari tubuhku.

    Mataku melotot menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan tersebut. Otakku terasa kaku tidak mampu berpikir, kaki dan mataku tidak bisa bergerak.

    Kusaksikan ratusan tubuh tak bernyawa tergeletak di tanah dengan darah pekat yang menggenanginya dikelilingi oleh bulu-bulu putih yang berubah warna akibat terkena darah.

    Mayat-mayat itu semuanya dikoyak bagian dadanya, jantung mereka ada yang sudah tergeletak terpisah dari badan dan ada yang hampir lepas hanya terkaitkan oleh urat-urat.

    Lebih mengerikannya, mayat-mayat tersebut tidak mempunyai bola mata dengan darah yang mengalir dari pelipis mereka.

    Kulihat ratusan bola mata tercecer, seperti dicongkel secara kasar oleh benda tajam.

    Srek…srek

    Tiba-tiba ada sesosok yang mendekatiku, berjalan dengan sangat lambat dan tak beraturan.

    Dikegelapan itu aku melihat sosok yang mendekatiku adalah Lute. Ia tak mempunyai bola mata, Bajunya penuh dengan darah yang mengalir dari pelipis matanya. Tangannya berusaha meraihku, tetapi nihil, ia hanya menggapai angin kosong saja.

    “I-iblis…ttto…longgg..aa…kkkk..uuu..”

    Suaranya mengerikan.


    Jrottt..!!


    “Uaghhhhh…!!!!”

    Tiba-tiba sebuah pisau menembus dadanya dengan sangat kencang sampai jantungnya keluar dari tubuhnya.

    Dihadapanku Lute tumbang. Darah mengucur seolah tanpa henti dari tubuhnya.

    Pisau yang menusuk jantungnya tiba-tiba berubah menjadi sehelai bulu putih.

    “Hoekk..!”

    Aku muntah.

    Perutku mual, mataku seperti tidak berkedip melihat kejadian tadi.

    Halaman sekolah yang biasanya penuh dengan canda tawa murid, sekarang menjadi area pembantaian. Disini mereka bahagia, disini pula mereka meregang nyawa.

    Api dari kayu bakar yang digunakan untuk api unggun terpercik kecil, seperti takut untuk menyaksikan fenomena ini.

    Apakah ini mimpi ?

    Kusadari ada seorang perempuan berdiri di tengah-tengah mayat tersebut.

    Perempuan yang aku lihat sepanjang waktu tadi.

    Kedua sayapnya mengembang, kuku di semua jarinya berubah menjadi panjang dan runcing layaknya sebuah pedang.

    Matanya menatap lurus kearahku tanpa emosi.

    Ia mendekatiku.

    Mayat Lute yang berada dihadapanku dihempaskan begitu saja dengan satu gerakan tangannya.

    Lututku lemas, aku terjatuh dengan kedua tanganku menopang tubuh.

    Dadaku sesak.

    Apakah aku akan mati ?

    Di depan mataku sekarang ada sesosok perempuan yang sudah pasti bukan manusia, yang siap untuk membunuhku secara sadis.

    “K-kau siapa..?

    Aku bertanya kepada perempuan yang berada dihadapanku tersebut. Hampir tidak ada suara yang keluar dari mulutku karena aku terlalu takut.

    “Aku…siapa…?”

    Ia menjawab dengan suara yang sangat lirih. Suara yang persis dengan suara yang berada dalam mimpiku.

    “Aku…siapa…?” Ia mengulangi perkatannya.

    “Aku malaikat” jawabnya dingin dan datar

    Aku tidak bisa berkata apa-apa.

    Tubuhku tak bisa bergerak.

    Ia masih berdiri menatapku.

    Dikegelapan malam, desir angin seolah membelai rambutnya yang panjang.

    “Apakah kau ingin menjadi malaikat ?”
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jul 31, 2012
  9. lemulemot Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Apr 3, 2010
    Messages:
    200
    Trophy Points:
    26
    Ratings:
    +198 / -0
    aaa thx komennya

    ah iya itu, bener2 ngaco yg negara2 nya ini jadi bingung mau dibawa kemana hiks :sebel:
    engga slice of life sih, tergantung imajinasi gw membawa kemana :malu:

    itu dia, gw yg masih acak adut dalam nulis ini mikir kalo 1st POV jadi lambat
    aduh itu gw jg rada aneh lho baca peranyaannya
    thx udah komen :*

    asik ada komen lg :D
    hahah lagi2 pertanyaan yg sama yg gw aja bingung wktu nulis mau dibawa kemana penjelasan itu

    ah jadi malu gan, ente udah pro ternyata mau membaca tulisan orang bego ini :sembah:
    makasih gan, ternyata PM ane ada hasilnya jg :malu:
     
  10. yvonemelosa Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 26, 2012
    Messages:
    31
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +9 / -0
    kalimatnya terasa berkesan kaku, meskipun ide ceritanya menarik, tapi kurang ada gregetnya.. dan ada penggunaan kata yang aku tidak mengertii, seperti :

    Di depan mataku sekarang ada sesosok perempuan yang sudah pasti bukan manusia, yang siap untuk membunuhku secara sadis.

    “K-kau siapa..?

    Aku bertanya kepada perempuan yang berada dihadapanku tersebut. Hampir tidak ada suara yang keluar dari mulutku karena aku terlalu takut.

    “Aku…siapa…?”

    Ia menjawab dengan suara yang sangat lirih. Suara yang persis dengan suara yang berada dalam mimpiku.

    “Aku…siapa…?” Ia mengulangi perkatannya.

    “Aku malaikat” jawabnya dingin dan datar
    aku gak ngerti kenapa dya malah nanya dirinya sendiri ? :???:

    but sofar aq cukup menyukainya, cemaangkaaa :cheers:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.