1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic La Chronique De Lost Prince (Reboot)

Discussion in 'Fiction' started by Heilel_Realz012, Jul 14, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    Genre : Fairytales / Fantasy / Drama / Romance

    Prakata :

    Ini merupakan cerita lain buatan penulis di luar dari mainstream SAGA Diablo Falling dan merupakan reboot dari versi pertamanya (yang telah selesai ditulis memaparkan Little Red Ridding Hood).

    Cerita ini mulanya terbesit dituliskan oleh penulis ketika mempelajari mengenai sejarah literature dan juga dongeng-dongeng ana pelepas tidur. Sebuah cerita dongeng yg berdiri sendiri dan terinspirasi dari berbagai dongeng-dongeng yg dibukukan oleh The Brother Grimm.

    Versi reboot ini akan memaparkan kisah-kisah fairy tales juga kisah-kisah fiksi tekenal dalam sudut pandang yang lain yang lebih realistis dan dewasa.
    suatu kisah dengan latar modern days + medieval dimana sihir dan mimpi menjadi hal penting yang hilang.

    Semoga dapat terhibur dengan fiksi ini... enjoy it :beer:


    [​IMG]
    The legend of sword tales and sorcery

    by Heilel_Realz012

    Status : Ongoing

    [​IMG]

    Prologue

    Semua anak-anak memiliki impian yang besar di masa kecilnya. Beragam mimpi tentang kisah kepahlawanan melawan sisi jahat, menyelamatkan sang putri, dan kemudian berbahagia selamanya. Segala keindahan fantasi pikiran mereka dan juga kisah heroik yang diceritakan menjelang tidur itu menjadi hal indah yang kemudian terlupakan di masa kedewasaan. Tapi, jika mereka mau untuk kembali mengingat impian itu dan juga mengingat kembali kisah fantasi masa kecil yang terkubur, mereka akan mendapatkan pelajaran yang berharga juga pesan moral untuk menjalankan hidup.

    Ketika aku telah cukup dewasa untuk menghadapi realita dan telah kehilangan semua mimpi-mimpi itu, tiba-tiba saja berkas ingatan itu kembali ketika aku menemukan buku tua yang menjadi barang warisan ibuku. Aku mengingatnya, dia memegang buku itu dan membacakan kisahnya padaku yang sedang berusaha terlelap tidur.

    Aku mengingat suaranya.. aku mengingat kisahnya… aku mengingat kembali semua perasaan masa kecilku itu. Ingatan yang tersimpan.. kenangan..

    Apakah kamu pernah mendengar dongeng Grimm Fairy Tales? Ketika aku kecil, ibuku selalu menceritakan kisah-kisah itu menjelang tidur. Semua cerita yang ibuku ceritakan sangatlah menarik. Dimulai dari Snow white, Little red riding hood, Beauty and the beast dan juga yang lainnya. Namun ketika cerita itu kembali diulang, aku menjadi tidak merasakan itu menarik lagi.

    Ketika aku mengeluh pada ibu yang menceritakan cerita yang kembali di ulang, dia tersenyum padaku. Aku memintanya untuk menbacakan cerita dongeng ataupun cerita lain yang selama ini belum pernah aku dengar. Ibuku terlihat menarik nafas pendek dan membuangnya perlahan sebelum akhirnya berkata padaku.


    “Ibu akan menceritakan dongeng yang terlupakan mengenai Pangeran yang Hilang.”​


    Ketika ibu berbicara padaku, aku merasakan pesimis dengan cerita yang akan diceritakan. Pangeran yang akan menyelamatkan seorang putri dari sosok jahat dan pada akhirnya bahagia hidup selamanya adalah cerita yang berulang kali kudengar. Tapi, ketika ibu menceritakan dengan perlahan kisah sang pangeran, aku terkejut. Aku terus mendengar ibuku melantunkan cerita dan menjadi begitu tertarik dengan dongengnya.

    Kisah itu mengambil dunia alternatif tempat dimana semua dongeng-dongeng yang pernah kudengar berada dan berkaitan satu sama lain. Kisahnya begitu lebih dalam bagi dongeng untuk anak kecil. Kisah kepahlawanan yang heroik, kisah romantisme yang rumit dan lebih banyak perasaan lain yang dapat kubaca dari apa yang diceritakan oleh ibuku.

    Akan kuceritakan padamu mengenai kisahnya… kisah sang pangeran yang selalu kukenang.


    ******​

    [​IMG]
    [​IMG]
    [​IMG]
    [​IMG]
    [​IMG]
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Jul 28, 2012
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    ****INDEX STORY****

    PROLOGUE page 1

    ACT I - The Wanderer and Robin Hood page 1
    Act 1.1 The Wanderer Prologue
    Act 1.2 The Man with Firearms
    Act 1.3 The Lost Hood
    Act 1.4 The figure you became
    Act 1.5 Remains of Legend

    ACT II - Beauty and The Beast page 2
    Act 2.1 Belle The Beauty
    Act 2.2 Ever Dream
    Act 2.3 The broken Princess in the cage
    Act 2.4 Knight with shining armor
    Act 2.5 Nevermore
    Act 2.6 String of Rose Waltz
    Act 2.7 Tale Beauty And The Beast
    Act 2.8 Between Princess and Staff of Rose
    Act 2.9 The edge of the world

     
    Last edited: Aug 19, 2012
  4. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    ACT 1 added :yahoo:

    ACT 1 – The Wanderer and Robin Hood




    Act 1.1 – The Wanderer Prologue


    Kekosongan.. kehampaan… untaian kata yang mungkin tepat menggambarkan sosok pemuda yang sekarang sedang berjalan di tengah derasnya hujan. Lelaki dengan rambut hitam agak ikal yang mengenakan mantel hitam panjang selutut, melangkah perlahan di gang sempit dengan pemandangan kumuh tidak teratur. Sesuatu terukir di dalam pikirannya saat ini. Nama Seventh Lair dia ingat menjadi lokasi yang sedang dicarinya. Sang pemuda membutuhkan pertolongan. Suatu bantuan di dalam kebingungan akan pencarian dan juga rasa kehilangan.

    “Kau hanya menjadi pria bodoh yang percaya pada mimpi!!”

    “Kenapa kamu menjadi kasar dan berani melawan ayahmu sendiri wahai anakku?”

    “Legenda mengenai sihir dan keajaiban hanya ada di dalam kisah, tidak ada bukti mengenai itu Tuan muda..”

    Suara orang-orang yang sang pemuda kenal terngiang-ngiang dalam pikirannya. Walaupun hujan deras turun langsung membasahi tubuhnya memberikan rasa kedinginan, tapi kepalanya yang sedang berada dalam kerumitan tetaplah terasa panas. Lelaki yang sedang berjalan ini bukanlah seorang remaja lagi. Umurnya yang telah menginjak 22 tahun telah memiliki pemikiran dan pandangan sendiri walaupun itu harus menentang banyak orang terdekat di sampingnya.

    “Apa yang lebih berarti daripada keluargamu sendiri, kak!”

    Kedua tangannya yang mengenakan sarung tangan hitam, mendorong pintu kayu di depannya dan masuk ke dalam suatu tempat dengan kondisi basah kuyub. Sang pemuda berdiri menghalangi pintu keluar dan melihat ke seisi ruangan yang memiliki cahaya agak redup memperlihatkan orang-orang yang sedang duduk.

    Kedatangannya yang tiba-tiba dengan baju yang basah kuyub, membuat orang-orang yang sedang minum seluruhnya menatap ke arahnya. Seventh Lair adalah tempat yang sedang dia pijak saat ini, nama dari suatu bar kecil yang ada dipinggiran kota yang terkenal sebagai tempat singgah orang-orang jahat yang membawa masalah.

    Suara sepatu pantofel hitam yang pemuda itu kenakan terdengar berdecit ketika melangkah pada lantai kayu bar dimana dia berupaya untuk menuju ke tempat bartender. Sang pemuda tidak memperdulikan tatapan pria-pria berbadan besar dengan tampang preman yang bertatto jelas di kedua tangannya. Hampir dari keseluruhan pengunjung bar ini menatapnya dengan sangat sinis, seperti mengatakan bahwa tempat ini bukanlah tempat untuknya.

    “Apa yang kau inginkan?”

    Mata sang pemuda yang lelah langsung menatap ke arah bartender wanita yang berbicara. Dia dengan pelan lalu duduk pada kursi bundar dan kemudian meletakan tangannya di meja depan sang wanita peracik minuman. “Berikan aku segelas vodka..”

    Bartender wanita itu mengerti seraya bergerak untuk membuat pesanan yang pendatang itu minta. Orang-orang yang minum bir dan juga sedang ditemani oleh beberapa wanita penghibur, menatap pemuda itu dengan tajam. Sejak kedatangan dan keterdiaman pemuda itu di tempat kotor ini, membuat semua orang itu merasakan ketidak nyamanan.

    Hanya ada dua orang yang tidak merisaukan hal itu. Orang pertama adalah seorang bapak-bapak berusia 50 tahun yang mengenakan jaket berwarna abu-abu gelap dengan perawakan badan cukup besar, memiliki rambut putih yang disisir kebelakang beserta jenggot dan kumis putih lebat pula yang di cukur rapih. Pria paruh baya ini terlihat sedang meneguk bir dan juga menikmati kacang tanah yang tersedia.

    Orang kedua adalah seorang wanita berambut coklat gelap panjang yang diikat kebelakang, memiliki mata biru indah, kulit putih mulus dengan bibir merah merekah. Wanita ini mengenakan setelan pakaian korset hitam dibalut dengan jaket kulit hitam yang mengenakan rok pendek dengan stocking hitam yang menutupi pahanya.

    “Ini segelas vodka yang kau pesan.” Ujar bartender dengan pula memberikan vodka dalam gelas kecil.

    Sang pemuda lalu tidak segan meneguk minuman keras itu sekaligus dan kemudian meletakannya dengan keras pada meja. “Tambah lagi..”

    Gerak tubuh sang pemuda membuat mereka orang-orang yang tidak suka akan kedatangannya menjadi lebih geram. Mereka yang memendam amarah itu tidak mengetahui mengenai kerumitan pikiran yang dirasakan sang pemuda dan keinginannya melepaskan beban dan masalah yang ada di dalam kepalanya.

    “Hal apa gerangan yang membuat pria tampan sepertimu pergi untuk minum di bar luar kota seperti ini?” Tanya gadis yang sedang duduk tidak jauh dari samping sang pemuda yang merupakan salah satu orang yang tidak merisaukan keberadaannya ditempat ini.

    Sang pemuda melirik sedikit pada sang wanita yang tersenyum. Tidak dapat dipungkiri wanita ini memiliki paras wajah ayu nan mempesona yang bisa menarik perhatian lelaki manapun dengan hanya memandang wajahnya.

    “Hanya untuk minum…”

    “Kau membutuhkan teman untuk bicara? Kenalkan namaku Belle.. Siapa namamu?”

    Sang pemuda yang terlihat sedang meneguk vodka dari gelas yang dipegangnya, tidak meneguk habis gelas kelima yang dia pesan. Pemuda itu meletakan minumannya dan kemudian berkata. “Nick.. Nicklio..”

    Belle tertawa kecil dengan menutup mulutnya. Sang pemuda yang melihat itu hanya diam dan kembali meneguk vodka yang tersisa. “Maaf.. Maaf… baru kali ini kulihat pria tampan memiliki nama yang agak lucu seperti itu.”

    “Tertawalah jika itu membuatmu senang…” Nick menjawab sembari memandangi gelas yang sedang kembali diisi dengan vodka.

    “Jadi Nick, kulihat kau seperti sedang dalam masalah. Kau ingin melepaskan sejenak semua masalah itu? Aku bisa menemanimu dan membuatmu nyaman..”

    Nick yang sedang meneguk vodka terpancing dengan perkataan sang gadis. Dia merasakan bentuk rayuan dari gadis manis yang terlihat tidak bersalah ini. Bukankah dirinya memang sedang dalam keadaan yang tidak menentu? Bukankah dia sedang berusaha untuk melepaskan beban pikiran itu.

    “Kau ingin melakukan s*ks?”

    Nick memejamkan kedua matanya dan meletakan gelas yang dipegangnya pada meja. “Maaf.. aku tidak tertarik…”

    Wanita yang terlihat sebelumnya ramah, lalu membuang nafasnya dan kembali duduk lurus memegang gelas martini pesanannya. “Pemuda yang aneh, kamu adalah satu-satunya yang menolakku setelah mendapatkan undangan seperti itu.”

    Nick terseyum dengan posisi menunduk sambil memutar-mutarkan gelas kosong yang dia pegang. Pemuda ini tahu apa pekerjaan sang gadis yang duduk disebelahnya ini. Bukan karena dia tidak memiliki hasrat, tetapi karena idealismenya masih terpegang kuat di dalam hatinya. Itulah kenapa sang pemuda tidak menerima undangan yang diberikan.

    “Kenapa kau menolakku dan memberikan kesempatan itu pada pemuda asing ini!!”

    Ucapan keras pria berbadan besar mengenakan rompi hitam dengan lambang anjing dan elang yang ada dipunggungnya. Pria gundul dengan kumis tebal ini berada dibelakang sang pemuda dan juga sang wanita bersama dengan ketiga orang temannya yang bertampang sangar juga.

    “Aku dapat membayarmu lebih besar dari dia! Kenapa kau tidak mau menemaniku malam ini!!” Pria gundul itu menarik lengan kanan sang wanita yang sedang duduk dan mencengkramnya dengan kuat.

    “Sakit.. lepaskan tanganmu. Aku berhak memilih siapa saja yang menjadi klienku.”

    “Pelacur sepertimu itu tidak perlu memilih-milih untuk mendapatkan uang!!”

    Pria berbadan kekar yang dalam kemarahan besar lalu menampar keras sang gadis hingga terjatuh menyentuh lantai. Suasana bar yang sebelumnya tenang dan hanya diiringi musik blues, kini menjadi tegang akibat tindakan kasar yang terjadi.

    Bartender wanita yang merupakan pemilik bar ini tidak mengucapkan apa-apa. Dirinya ingin semuanya kembali tentram namun takut, karena pemuda yang melakukan tindakan kasar itu adalah anggota gangster dimana di dalam bar ini para saudaranya ada pula sedang menikmati minuman.

    Belle the beauty yang jatuh terbaring pada lantai, lalu bergerak berusaha bangkit dengan memegang bibirnya. Terlihat darah merah sang gadis menetes jatuh dari luka di bibirnya. Sang wanita merasakan perih tapi dia tidak menangis dan malah memandang dendam pada pria besar yang berdiri di depannya.

    “Aku suka dengan tatapanmu Belle..” ucap sang pria dengan mulut yang menyeringai. Pemuda yang terlihat berkuasa itu lalu memerintahkan ketiga temannya untuk membantu sang wanita kembali berdiri. Belle yang merasakan tindakan kasar itu berusaha untuk melepaskan cengkaraman ketiga pria yang menyentuhnya.

    “Seret dia ke toilet…”

    Kata-kata itu membuat sang wanita terkejut terbelalak. Dia tahu apa yang mungkin akan dilakukan pria kasar didepannya itu. Belle berusaha dengan sekuat tenaganya untuk melepaskan diri dari cengkraman pria-pria kotor yang menyentuh dirinya. Tapi apa daya, dia hanyalah seorang wanita yang tidak memiliki tenaga lebih kuat.

    Pria paruh baya yang sejak tadi diam minum bir dan tidak peduli dengan keadaan yang terjadi, tiba-tiba melirik ke arah keributan itu.

    “Hei Tuan…”

    Tiba-tiba saja suara seseorang berbicara dari belakang Pria gundul berkumis lebat. Ketika pria berwajah sangar itu membalikan kepalanya untuk melihat, tiba-tiba saja suatu pukulan keras muncul dan menghantam dirinya hingga terlempar menabrak meja seraya terjatuh ke lantai.

    “Tidak bisakah kau diam minum dengan tenang dan membiarkan wanita itu sendirian…”


    ******​
     
    Last edited: Jul 14, 2012
  5. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Ceritanya mantab gan, lanjutkan :top:

    Entah kenapa Protagonist na jadi bikin saia inget ama Altair, blom bisa komen banyak karena baru awal2 sih cuman sejauh ini saia suka ama jalan ceritanya :haha:

    Btw

    Quote of the day nih :lol:
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jul 14, 2012
  6. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    haha thx high :peace:
    kan dah dibilang ini cerita fairy tales yang lebih relistis dan dewasa.

    emang mirip altair ya? dari mananya emang? :iii:

    haha quote yg itu dasar :lol:
     
  7. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Yo wiss, I like this kind of mature style btw, reminds me of Seinen manga :top:

    Ga tau juga sih, mungkin karena sama2 cool kali makanya jadi keinget ama Altair, kebetulan baru2 ini habis liat video review na Assassin Creed di Gamespot makanya langsung inget gitu deh :haha:

    Wakaka :lol:
     
  8. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update subchapter 1.2 :ogmatabelo:

    Act - 1.2 The man with firearms

    Nick berdiri tegap dengan pakaian yang basah memandang marah pada pria yang jatuh akibat pukulannya. Suasana tegang yang terjadi menjadi lebih memanas sekarang ini. Orang-orang yang berkumpul di dalam bar yang sebelumnya asyik menegak minuman beralkohol lalu bangkit berdiri.

    Sang pemuda bermantel hitam memandangi ke seisi ruangan dan melihat banyak sekali orang yang berdiri dari tempat duduknya masing-masing. Pemuda itu sadar, bahwa lelaki kekar yang dihajarnya itu tidak hanya datang bertiga saja.

    Sang gadis bartender yang melihat situasi akan berjalan menuju kekacauan, lalu mengambil sesuatu dari laci mejanya dengan cepat. Dia mengambil Shotgun dan menenbakan peluru senapan itu ke atas memecahkan ketegangan yang ada. “Kalian semua keluar!!!”

    Sang pemuda, menoleh ke arah belakang melihat amukan pemilik bar yang sedang memegang senjata. “Maaf telah membuat keributan di sini…”

    “Kau melakukan kesalahan fatal bocah dungu…” ujar Pria gundul yang sedang terbaring di lantai dengan mulut penuh darah. Pemuda bermantel hitam yang memandang rendah sosok pria yang dipukulinya, merasakan ada sesuatu yang menarik pakaiannya.

    “Ibumu yang pelacur itu tidak mengajarimu tata krama..”

    Sang pemuda marah mendengar ucapan itu. Sebelum pria yang menarik kerah mantelnya itu dia berikan pelajaran, tubuh sang pemuda sekejap diseret ramai-ramai keluar dari bar.

    Sang gadis yang dipegangi oleh beberapa anggota preman terlihat diseret pula dengan paksa keluar dari bar. Belle terlihat berteriak-riak berusaha melepaskan diri, namun tindakan kasar dia terima kembali sebagai akibatnya.

    “Dunia semakin kacau saja ya?” bartender yang telah meletakkan Shotgun tua miliknya pada meja di depannya berbicara pada pria paruh baya yang sejak tadi tetap santai menikmati minumannya.

    Pria paruh baya itu tidak menjawab dan hanya melepaskan senyuman misterius dan kemudian kembali meneguk bir di tangannya.

    Bartender wanita yang berparas menarik meninggalkan counter-nya seraya mengambil satu bir dan dia bawa melangkah bersamanya. “Ini gratis untukmu?” Ucap sang bartender di meja sang pria paruh baya dengan ramah.

    “Untuk apa? Aku tidak ulang tahun hari ini…”

    “Pemuda itu dalam masalah…”

    “Kau membayarku hanya dengan bir..?”

    “Untuk orang yang setia minum di tempat ini dan selalu membantuku membersihkan masalah yang ada, sekali-kali menolong rakyat jelata itu tidak masalahkan?”

    Pemuda paruh baya memejamkan matanya dan kemudian meminum gelas bir yang diberikan padanya. “Kau terlalu peduli dengan orang lain nona…”

    Sang gadis bartender lalu tersenyum dan kemudian membalikan badannya bersiap pergi kembali menuju counter-nya. “Bukankah anda juga seperti itu pak…”


    ***​


    Guyuran air hujan yang jatuh begitu deras di luar sana, jatuh menyentuh tubuh sang gadis yang teraniaya. Aliran yang mengalir membasahi tubuhnya itu memberikan rasa dingin ketika bersentuhan dengan luka-luka memar yang ada. Jaket hitam yang dikenakannya terlempar entah kemana, tubuh sang gadis sekarang terbaring menatap ke arah gerombolan yang sedang asyik bermain.

    Bibirnya perih.. tapi rasa perih itu tidak sepadan dengan luka yang di derita pemuda yang berusaha menolongnya.

    “Sekarang kau belajar agar tidak berperan sebagai pahlawan kesiangan bukan?”

    Pria gundul dengan wajah sangar yang mendapatkan luka sobek pada mulutnya, memandangi rendah tubuh pemuda bermantel hitam yang sedang meringkuk. Para preman jalanan yang bergerombol menendang berkali-kali tubuh sang pemuda tanpa ampun.

    “Berhenti sejenak!!” Preman gundul berkumis lebat menghentikan tindakan rekan-rekannya dan kemudian memaksa tubuh sang pemuda untuk berdiri. “Hei-hei jangan pingsan dulu bodoh.. mana tenagamu dan semangatmu yang tadi mencoba melawan? Kau adalah pemuda yang berani tapi bodoh ketika mencoba menghadapi kami semua sekaligus.”

    Nick yang merasakan nyeri di berbagai bagian tubuhnya dengan wajah yang penuh darah, mencoba tetap melepaskan pandangan tajam pada sosok kekar di depannya. “Ingin mencoba memukulku lagi huh?” Pria gundul yang mengenakan rompi itu lalu mengambil sesuatu dari saku belakang celananya dengan cepat dan kemudian menyentuhkan benda itu ke leher korbannya.

    “Lihat pisau ini.. pisau ini tajam dan bisa menggorok lehermu dengan mudah..”

    Nick merasakan sesuatu mengiris pelan lehernya, dia tidak bisa melakukan apa-apa. Tenaganya habis setelah sebelumnya berusaha untuk melakukan perlawanan namun semua itu berakhir percuma.

    “Berhenti.. cukup!! Jika kau ingin memperkosaku, lakukan saja!! Tapi hentikan menyakiti pria itu.”Suara wanita yang berusaha bangun dari keterbaringannya terdengar keras dalam hujan yang semakin mereda.

    “Kenapa Belle? Kau tertarik dengan pemuda ini?”

    “Hentikan Ricardo.. aku akan memberikanmu kesenangan malam ini. Cukup sudah cukup.”

    “Aku bisa menikmatimu ketika aku selesai dengan bocah ini. Kamu akan memberikan kenyamanan bagi tiap orang di kelompokku, dengar itu pelacur.”

    Belle mengigit bibir bawahnya memandang geram pada pria kasar dan kekar yang pernah menjadi pelanggannya. Pria dengan kepala pelontos itu tertawa dan kemudian menendang perut sang pemuda menggunakan lutut kanannya. Nick tetap mencoba bertahan dari pukulan-pukulan yang diterimanya dan tetap menjaga kesadaran pikirannya.

    “Ini yang terakhir bocah tolol!” Sang preman menggerakan lengan kanannya berusaha menghujamkan pisau lipat yang dia pegang ke arah perut pemuda yang terluka cukup parah.

    Nick tidak dapat mengelak karena tenaga di tubuhnya belum pulih dan hanya bisa melihat pisau tajam itu bergerak semakin dekat pada dirinya. Di tengah jatuhnya butiran hujan yang dia lihat, tiba-tiba muncul percikan darah keluar dari pergelangan tangan preman di depannya.

    Pisau tajam yang sebelumnya menghunus, kini terjatuh dalam genangan lumpur.

    “Samsak itu sudah rusak.. Masih mau merobeknya juga?”

    Preman berkumis tebal berkepala botak melepaskan cengkramannya pada kerah depan mantel nick dan kemudian berjalan mundur memegangi telapak tangannya yang bersimbah darah. “AAAHHHH!!”

    Dua belas orang lain yang ada berdiri di sana kemudian melirik ke arah sosok gelap yang sedang menodongkan senjata api. Sosok itu ternyata adalah pria paruh baya yang sebelumnya duduk minum bersama mereka di dalam bar.

    “Pria tua!!”

    Pria paruh baya dengan rambut putih yang mengenakan jaket abu-abu gelap, melepaskan rentetan tembakan pada kawanan preman yang bergerak memegang rantai dan juga knuckle besi di tangannya.

    Beberapa tubuh orang-orang kasar itu rubuh terluka akibat luka tembakan dan beberapa di antara mereka berhasil menghabisi masalah jarak dan siap melepaskan tinju pada pria tua yang merepotkan.

    Terkejut dengan terkesima, Pria tua itu ternyata begitu mahir dalam bela diri Krav Maga. Bela diri yang mengajarkan pertahanan diri dari senjata tajam, senjata api, dan bagaimana memanfaatkan senjata api dalam pertempuran close quarter combat itu membantunya dalam tindakan untuk bertahan hidup.

    Sang pria tua membanting lawannya terjerembab ke lumpur kotor dan kemudian melepaskan tinju kiri mengarah pada bagian bawah leher lawannya dan membuat lawan lainnya terlempar jatuh kesakitan.

    Nick yang sedang terbatuk-batuk membungkuk, melihat preman yang berusaha menikamnya masih juga merasakan kesakitan memegangi luka tembakan yang bersarang di telapak tangan.

    Pemuda yang berada dalam kekalutan, terluka, dan basah kuyub itu lalu bergerak dari tempatnya berpijak dan kemudian bergerak ke samping kanan sang lawan, mencengkram erat kepala botaknya itu untuk selanjutnya di banting keras ke permukaan bidang tanah.

    Benturan keras itu berhasil terjadi. Preman botak berkumis lebat bernama Ricardo itu merasakan kepalanya melayang disertai juga punggung serta lehernya begitu terasa sakit akibat bantingan yang dilakukan. “Akkhhh!!!”

    Nick yang seraya berusaha kembali berdiri dari kejatuhannya, lalu kemudian menginjak luka tembakan itu sebelum akhirnya melepaskan tendangan pada wajah sang lawan dan membuatnya pingsan.

    “Aku tidak ingin terpaksa melepaskan peluru ini pada jantung kalian masing-masing. Lekas pergi dari sini dan jangan sampai aku melihat wajah kalian lagi.”

    Pria paruh baya dengan muka dingin menodongkan pistol perak M1911 yang dipegangnya pada kawanan preman yang terlihat kesakitan meringkuk di jalanan. Dia yang melihat komplotan itu masih juga berada di depan bar, lalu melepaskan lima kali tembakan dan membuat para preman itu berupaya sesegera mungkin pergi dari sana.

    Nick berdiri tegap ternegah-engah dilewati oleh sekawanan para pemukul yang telah terluka. Pemuda yang telah dianiaya cukup keras dengan dikeroyok ramai-ramai, tidak melepaskan kemarahan pada mereka pria terluka yang memukulnya. Nick tetap diam membiarkan mereka berjalan pergi dari tempat ini.

    “Belajar mengenai hidup sekarang anak muda?”

    Pria paruh baya yang memegang pistol berjalan mendekatinya dengan perlahan. Hujan deras yang sebelumnya turun kini benar-benar berhenti reda dan hanya menyisakan langit malam cerah dengan terang sinar bulan yang menyinari kedua pria itu dan juga gadis yang masih terduduk di jalanan.

    Pria paruh baya yang telah sampai di samping sang pemuda lalu menepuk bahu kiri pemuda bermantel hitam itu seraya berkata dengan tegas.

    “Dengar, tempat ini bukanlah tempat yang tepat bagi seorang Aristokrat sepertimu untuk singgah.”


    *******​
     
    Last edited: Jul 15, 2012
  9. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Suspense na dapet bro, gaya battle scene dengan konklusi yang berbeda dengan hal2 biasa seperti yang ada di Shonen manga, plus aspek realita yang kerap terjadi apabila seseorang bertindak ceroboh seperti pada cerita tsb. White-knighting is serious business :hihi:

    Keep on writing :dandy:

    Ntar wa mau liat perkembangan berapa chapter ke depan dolo baru ntar komen lagi :haha:
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jul 15, 2012
  10. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    wogh dah dibaca lagi high... dah cukup kerasa ya unsur relitanya? :matabelo

    yuup yang dibold bener. berusaha jadi white-knight di dunia realita itu gk akan berakhir selamanya baik.
    tokoh the wanderer bukan Shade di DF si yang imba. Dia coba pemuda biasa, manusia, memiliki keterbatasan, dan tentu nyawa hanya satu :haha:
     
  11. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update sub-chapter 1.3 :yahoo:

    Act - 1.3 The Lost Hood

    Pria yang terluka terlihat sedang bersender pada tembok gang kotor di dekat bar Seven Lair, tanpa penerangan yang cukup. Pemuda bermantel hitam panjang itu memandangi wajah gadis yang sedang berlutut di depan dirinya yang sedang merana menyesali semua akibat yang ditimbulkannya dan berimbas pada diri sang pemuda.

    “Kau tidak perlu terus meminta maaf seperti itu, Belle..”

    “Tapi semua ini adalah salahku….”

    Nick tersenyum mendengar jawaban dari Belle. Dia memandangi tanpa berkedip wajah cantik sang wanita yang memiliki mata biru indah dan bibir merah merekah yang terluka. Sang pemuda lalu perlahan menggerakan lengan kanannya dan mengambil sesuatu dari saku mantelnya.

    Sebuah sapu tangan putih yang bersih tanpa noda pria itu ambil dan kemudian dia sentuhkan pada luka di bibir sang gadis. “Kau kuat Belle… menghadapi hal seperti ini kau tidak menangis.”

    Belle terkagum dengan perkataan pemuda di depannya. Matanya yang indah tiba-tiba saja berlinang. Tangan kiri Nick tiba-tiba saja bergerak lalu memegang punggung kanan tangan sang wanita dan menuntunnya untuk menggenggam sapu tangan putih yang sedang pemuda itu pegang.

    Butiran air mata sekejap jatuh, sang wanita tidak bisa lagi menahan rasa sakit yang diterima oleh tubuhnya juga perasaannya. Belle melepaskan perasaannya dalam kesedihan di depan Nick yang terlihat tertegun bingung.

    “Kau adalah pria jahat juga, karena telah membuat seorang wanita yang baru kau kenal menangis..”

    Terdengar ucapan pelan dari pria paruh baya yang mengenakan jaket abu-abu gelap. “Ini air mineral. Kumur-kumurlah dan bersihkan mulutmu dari darah yang menggumpal.” Sebuah botol plastik dilemparkan ke udara melayang sejenak dan kemudian ditangkap oleh Nick menggunakan tangan kirinya. “Terima kasih..”

    Belle yang melihat ada orang lain di sana lalu memalingkan wajahnya berusaha menyeka air matanya yang masih mengalir. “Nona, aku akan mengurus pemuda ini. Kamu bisa kembali pulang ke tempat tinggalmu sekarang.”

    “Tapi..? Benar-benar tidak apa-apa?” Belle memandang ke arah pria tua di sampingnya dengan tatapan begitu cemas. “Aku akan membawanya ke klinik. Apa kau perlu juga pergi ke sana?”

    “Klinik? Tidak, Aku.. aku baik-baik saja..”

    Belle menyelesaikannya kata-katanya dan sejenak terdiam sebelum kembali memandang Nick. “Pulanglah…” ucap pelan pemuda berparas inggris dengan mata coklat dan rambut hitam pendek agak ikal berkata.

    Belle mengangguk pelan tanda mengerti dan kemudian mengambil pulpen dari saku jaket hitamnya. Sang wanita menulis sesuatu pada saputangan putih milik Nick dan kemudian mengembalikan benda itu pada pemiliknya. “Simpan ini dan jangan membukanya jika aku masih di sini.”

    Nick kebingungan mendengar kata-kata sang wanita. Belle kemudian menyentuh pipi kanan Nick dengan tangan kirinya seraya kemudian tubuhnya bergerak maju dan mencium bibir sang pemuda dengan lembut.

    “Terima kasih telah berusaha menyelamatkanku..”

    Senyuman manis gadis cantik itu terekam jelas di dalam kepalanya. Sang pemuda bermantel hitam melihat wanita itu melangkah pergi menjauhinya dengan tatapan ke belakang yang tetap melihat ke arahnya. Seakan-akan tidak ingin berpisah, tapi Belle tetap berjalan menjauhi dirinya.

    Ketika jarak semakin terpaut, akhirnya Belle mengalihkan pandangannya ke depan dan berjalan menghilang dalam gelap.

    “Jatuh cinta pada seorang pelacur seperti dirinya?” ucap pria tua itu dengan nada sinis.

    Nick hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu dan kemudian bergerak berusaha bangkit berdiri. “Hanya kagum dengan kecantikan yang dia pancarkan…”


    ***​

    Sub-urban area York.

    Terpampanglah pemandangan suatu komplek cukup padat dengan barisan gedung-gedung tua apartemen yang terlihat tidak terurus yang dipayungi oleh langit gelap malam. Di salah satu apartemen dengan dinding putih yang bergaya Art Deco, terlihat di sana salah satu jendela kaca masih menyala terang padahal hari telah melewati larut malam.

    Nick yang tidak mengenakan mantelnya dan hanya mengenakan kemeja putih berlengan panjang berlumuran darah, terlihat sibuk menyeka noda darah berusaha membersihkannya dengan air. Dia yang sedang berada di dalam kamar mandi merasakan perasaan melankolis ketika pertikaian kasar seperti sebelumnya tidaklah pernah dia rasakan sekalipun dalam hidupnya dulu.

    Pemuda yang merasakan lelah, melepaskan pakaian kemeja yang basah dengan noda darah yang masih terlihat menempel dan menggantungnya pada tempat yang tersedia. Sang pemuda, sekarang hanya mengenakan kaos dalam putih dan celana bahan hitam.

    Nick keluar dari kamar mandi, berjalan melewati lorong letter L dan sampailah dirinya pada ruangan tengah dimana pria paruh baya yang menolongnya sedang membuat teh hangat. “Kenapa kau tidak duduk? Tubuhmu yang kedinginan itu membutuhkan sesuatu yang hangat bukan?”

    Nick yang mendengar itu diam seraya berjalan dan kemudian duduk pada meja tua kotor berhadap-hadapan dengan pria tua yang selesai menuangkan teh hangat pada cangkir kedua.

    Pria paruh baya itu lalu mengambil cangkir yang telah terisi oleh air teh dan menyodorkannya pada pemuda yang terlihat semerawut karena luka dan juga kelelahan. “Aku membutuhkan bantuanmu…” ucap pelan Nick pada pria paruh baya yang sekarang duduk berhadap-hadapan dengannya.

    “Jadi kau pergi ke Seventh Lair untuk mencariku di sana? Apa yang seorang Aristokrat seperti dirimu inginkan dari seorang pedagang tua seperti diriku?”

    “Aku membutuhkan informasi, akses ke jaringan manapun, dan juga senjata. Akan kuberikan akses menuju account milikku dengan ketujuh kunci kombinasi tiap layer dan kau dapat mengambil berapa pun uang yang kau mau dari berangkas digital itu.”

    “Jangan membodohiku, wahai pemuda. Jika kau ingin membuatku tertangkap karena kegiatan ilegal yang kulakukan, itu tidak akan berhasil.”

    Nick melihat Pria di depannya mulai meneguk teh hangat, sedangkan dirinya masih diam tidak menyentuh cangkir itu. “Aku tidak mencoba menipumu…” Nick mulai berpikir sambil memandangi daun teh yang terlihat melayang di dalam cangkir. “Aku tahu kau membantu mereka yang lemah Robin. Aku tahu kau membantu mereka semua dari dana yang kau dapatkan. Aku hanya membutuhkan bantuanmu sekarang.”

    “Robin adalah nama inisial di masa lampau yang kugunakan, dia telah hilang terkubur mati di masa lampau. Sekarang yang ada di hadapanmu ini adalah Rot-kehl-cen, seorang pria tua yang berusaha menjalani masa-masa tua kehidupannya yang sepi.”.

    “Kenapa kau pergi dari jalan itu? Di luar sana banyak orang-orang lemah yang membutuhkan sikap kepahlawan dan sosok pelindung sepertimu?”

    “Pertanyaan yang sama yang akan kutanyakan pula padamu, Tuan muda. Kenapa kau pergi dari jalanmu dan meninggalkan mereka yang membutuhkanmu?”

    Kata-kata sang pria paruh baya menjadi skakmat yang membuat Nick tidak bisa menjawab apa-apa. Sesuatu tentang dirinya, tujuannya, dan sesuatu yang dicarinya telah disadari membuatnya menelantarkan sendiri kehidupannya.

    “Kau memilih sesuatu bukan? Hal yang sama pula yang kulakukan dan membuatku harus melepaskan Hood of Robin.”

    “Tapi simbol itu telah menjadi sosok yang dibutuhkan oleh mereka golongan bawah. Kau menjadi sosok pahlawan untukku ketika kecil walaupun di cap sebagai pencuri yang meresahkan.”

    “Memberikan mereka uang terus menerus membuat mereka ketergantungan dan menutup diri dari kemampuan yang sebenarnya mereka miliki. Aku melihatnya, bahwa pada akhirnya sosok Robin tidak lebih mulia dan menjadi sama dengan para pencuri lain.”

    “Aku tidak mengerti…”

    “Kehidupan nyata di luar tembok besar tinggi penuh etika itu, berbeda dari cerita yang tertulis pada buku tulis yang kau pelajari. Kau akan mengerti ketika merasakan itu sendiri dan belajar mengenai tindakan juga kesalahan yang semula kau anggap pilihan bijaksana.”

    Pria paruh baya yang bernama Kehl kemudian meneguk sisa teh yang ada hingga isi cangkir yang dipegangnya kosong habis tak tersisa. “Beristirahatlah sekarang.. kita akan membicarakan hal lebih rumit ini esok hari.” Dia lalu memundurkan kursinya seraya berdiri dan kemudian mencoba pelan beranjak pergi.

    “Aku mencintai dan menyayangi mereka… Tapi, aku tidak bisa tetap berada dalam garis kebangsawanan itu.”

    Langkah Kehl terhenti. Dia bisa merasakan pemuda yang ada di apartemen tuanya ini, sedang dalam kebingungan dan kebimbangan luar biasa mengenai dirinya sendiri.

    “Katakan, apakah hidup itu adalah untuk mencari yang dibutuhkan atau menjadi yang dibutuhkan? Garis darahmu itu mengandung tanggung jawab besar yang tidak dimiliki orang lain. Kau seharusnya mengerti itu.”


    ******​
     
    Last edited: Jul 15, 2012
  12. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update sub-chapter 1.4 :yahoo:

    Act - 1.4 The Figure You Became

    Pria bermantel hitam, duduk melahap junk food sebagai sarapan di café kecil di daerah pinggiran kota. Dua minggu telah berlalu dan luka-luka yang diterima ditubuhnya telah kunjung membaik. Suasana café terlihat sepi di pagi ini. hanya ada dirinya, seorang pria tua yang minum kopi sedang membaca koran, pemilik café dengan badan agak buncit, dan juga satu pramusaji yang sedang sibuk mengelap meja.

    “Aku memberikanmu waktu dua minggu. Cobalah untuk merasakan hidup di luar sana terlebih dahulu. Setelahnya kita akan membicarakan lagi mengenai masalahmu.”

    Ucapan pria paruh baya bernama Kehl, terngiang-ngiang di kepalanya. Nick tidak tahu apa yang diinginkan oleh pria paruh baya itu. Suatu pembuktian diri dari ketetapan hatinya untuk pergi dari semua kemewahan dan menapak pada jalan sendiri? Pikiran seperti itu terlintas sekilas dalam kepala sang pemuda.

    Pria muda bermantel hitam yang menggembara pada suatu tujuan yang tidak jelas ini tidak mengenal siapapun di luar sana. Satu-satunya seseorang yang dia ingat hanyalah wanita yang dahulu dia temui di bar. Wanita yang memberikan alamat tempat tinggalnya pada sapu tangan putih milik pemuda yang terlihat tersesat ini.


    Belle…​


    “Liputan BBC pagi. Kerajaan York hari ini mengadakan pertemuan penting menyambut kedatangan Queen of Heart dari Kerajaan Kiev. Prosesi penerimaan yang dilakukan di Buckingham Palace diliput oleh banyak sekali stasiun TV dari berbagai negara.

    Kerjasama yang dilakukan untuk bidang, ekonomi, edukasi, dan juga seni budaya menjadi bahan pembicaraan utama dalam pertemuan. Jika hubungan antara York dan Kiev tetap seperti ini, akan membuat peningkatan ekonomi yang kuat untuk kedua Negara dan juga terjalinnya hubungan baik antara Eropa dan Rusia.

    Seluruh anggota kerajaan York hadir untuk menyambut Queen Heart, terkecuali sang pewaris tahta yang disebutkan sedang melakukan travel kemanusiaan mengelilingi dunia.”

    Nick memandang kearah TV di dalam café yang memberitakan berita penting yang menjadi headline saat ini. Dia melihat wanita dewasa yang terlihat awet muda, mengenakan pakaian dress merah elegan, tiba di Buckingham Palace bersama para ajudan kerajaannya. Wanita itu adalah Queen of Heart, sosok yang disegani, memiliki kebaikan hati, tapi juga kejam.

    “Jadi kamu memang serius…”

    Nick mengalihkan pandangannya pada suara yang di dengar telinganya dan melihat di dekatnya berjalan sosok pria paruh baya mengenakan jaket abu-abu gelap dan mengenakan topi hitam dengan tulisan Manchester.

    “Jadi apa jawabanmu Pak Kehl?” ucap sang pengembara dengan tetap melahap burger pesanannya yang belum habis. Pria paruh baya itu lalu duduk berhadapan dengan Nick dan kemudian mengambil sebatang cerutu lalu kemudian menyalakannya.

    “Katakan padaku alasan dari tindakanmu yang seperti ini… Apa yang begitu penting hingga kau lebih memilih pergi dari kemegahan yang kau miliki.”

    Nick terdiam menguyah makanan di mulutnya. Dia lalu mengambil minuman soda yang ada di mejanya seraya meneguk cepat untuk melepaskan rasa seret pada tenggorokannya.

    “Aku memiliki janji pada seseorang…”

    “Janji..?” ucapan heran dari pria paruh baya yang sekarang sedang menghisap cerutu Kuba menggunakan tangan kanannya.

    “Jauh hari di masa lalu, aku adalah seorang anak kecil biasa yang tidak tahu apa-apa. Menjalani hidup dengan dikelilingi para pelayan, keistimewaan, dan juga harta yang melimpah.

    Tapi dia, memberikan arti dari gelar yang kusandang. Seorang pria paruh baya dengan rambut, kumis, dan janggut yang telah seluruhnya beruban. Pria dewasa yang telah menjalani perubahan era yang merupakan ayah dari ayahku.”

    “Dia menjadi sosok yang kau kagumi dan kau panuti..?”

    “Ya, dia adalah panutanku… bukan hanya sebagai kakek yang kusayangi saja, tapi dia layaknya mentor yang lebih baik dibandingkan semua guru privat yang dibayar ayahku untuk mengajariku menjadi sosok pemuda yang sadar akan keistimewaannya.

    Kakek menempa diriku dan membuatku belajar bagaimana berperan sebagai diri sendiri dan bagaimana berperan sebagai seseorang yang menggenggam nyawa banyak orang. Dia mengajariku bagaimana untuk menjadi sosok yang bijaksana, selalu berpikir jernih dalam menghadapi masalah apapun, dan juga mengajariku untuk mempertahankan diri sendiri.”

    “Dan sesuatu akhirnya terjadi pada dirinya dan membuatmu terguncang…?”

    Nick terdiam sejenak setelah mendengar perkataan Kehl padanya. Dia merapatkan telapak tangannya dengan kuat sebelum akhirnya mencoba untuk kembali memaparkan ceritanya pada pria tua itu.

    “Aku percaya pada cerita yang kakekku katakan.. Cerita yang sejak kecil kudengar dan menjadi motivasi terbesarku untuk menempa diri dan menjadi sosok pemuda yang sempurna.”

    “Cerita seperti apa yang membuatmu termotivasi besar seperti itu?”

    “Kisah… mengenai penantian seorang putri yang tertidur dalam menara keabadian.”

    Kehl melepaskan asap dari mulutnya. Walaupun dia terkejut, sang pria paruh baya tidak menampakan bentuk emosi itu pada Nick. Dia melihat pemuda bermantel hitam itu menundukkan kepalanya terlihat berpikir dalam raut wajah penuh kesedihan.

    “Aku memegang tangannya di saat-saat terakhirnya. Melihat dia pria dewasa yang begitu kuat baik itu hati, jiwa, dan pikiran, kini terbaring tidak berdaya di tempat tidur dengan infus dan juga alat pendeteksi denyut jantung.

    Kakek mengatakan padaku mengenai rasa kesedihan yang dia rasakan di penghujung akhir kehidupannya. Dia menyadari jelas hidupnya tidak lama lagi akan berakhir, tapi dia masih belum bisa menepati janjinya pada seseorang. Janji yang terus menghantuinya sepanjang kehidupannya.

    Kakek lalu memberikan benda yang selalu dia genggam walaupun dalam keadaan sakit dan memberikannya padaku. Suatu benda tua yaitu sebuah poket watch berukiran relief gothic dengan jarum jam yang masih berputar.”


    Berjanjilah, kau akan menyelamatkan sang Putri…​


    “Aku berjanji padanya… berjanji sebelum akhirnya nafas orang yang menjadi panutanku akhirnya lepas.

    Semuanya berubah… aku tidak bisa lagi merasakan nikmat dan keindahan hidup dalam komplek penuh etika dan mengabaikan janji itu. Aku mencoba mencarinya dengan susah payah, menggunakan pelayanku untuk membantuku menemukan apa yang ingin kucari, tapi semuanya berakhir nihil.

    Kehidupan dalam keluarga yang sebelumnya harmonis lalu pecah dalam masalah. Mereka semua tidak ada yang bisa mengerti pandanganku, pemikiranku, dan keinginanku. Aku bukanlah boneka yang harus berjalan dalam alur skenario tersusun untuk hidup dan mati. Aku tidak tahu aku telah menjadi apa. Yang kuketahui, aku tidaklah bisa menjadi diriku yang dahulu lagi.”

    “Itulah alasan mengapa kau pergi dari kehidupanmu.. meyangkal semuanya juga membuang gelar Aristokrat yang kau miliki.”

    “Harta.. gelar… Aku tidak membutuhkan itu. Aku hanya ingin menepati janjiku.”

    Kehl menghisap kembali rokok miliknya dan kemudian membuang asap di mulutnya sebelum akhirnya meletakan cerutu itu pada asbak seng yang tersedia.

    “Dengarlah.. Aku mengerti kau memiliki pemikiranmu sendiri dan juga pandangan yang berbeda yang mungkin orang lain tidak bisa mengerti. Tapi dengar Nick, kamu akan mengorbankan banyak hal untuk itu semua.

    Bagaimanapun juga mereka semua adalah keluargamu, walaupun mereka tidak mengerti cara pandang itu mereka tetaplah keluargamu. Ini bukan menjadi masalah apakah kau sejenak pergi meninggalkan mereka, tapi ini lebih ke apakah suatu saat nanti kau akan bisa kembali ke sana. Kembali pada keluargamu. Kembali pada orang-orang yang mencintaimu.”

    Nick tertegun mendengar ucapan dari Kehl. Pria paruh baya di depannya ini memang orang yang berpikiran dewasa. Berbeda cara pikirnya jika dibandingkan dengan dirinya yang melihat sesuatu hal itu dengan begitu simpel.

    “Pilihan ada pada dirimu… Aku akan membantu, karena aku juga pernah berhutang padamu. Tapi kuperingatkan sekali lagi, siapkah kamu untuk semua resiko yang akan kau terima akibat mengambil jalan ini? Siapkah kamu untuk menjadi figur diri yang baru?”

    Keadaan menjadi hening. Pembicaraan serius di dalam café itu berhenti dengan memperlihatkan sang pengembara yang tertunduk memikirkan sesuatu. Kehl lalu mengambil kembali cerutu yang disimpan pada asbak.

    “Aku berterima kasih pada kalian semua yang telah datang ke tempat ini. Aku Pangeran Renard, mewakili kakakku yang tidak bisa hadir, menyatakan kegembiraan besar karena kerjasama akhirnya terjalin antara Kingdom of York dan Kiev.”

    Suara televisi yang memberitakan langsung pidato resmi dari Kerajaan York menjadi suara satu-satunya yang terdengar di dalam ruangan. Nick merasakan kekalutan di dalam pikirannya akibat pilihan berat yang harus dipilih yang akan melahirkan resiko berbeda.

    “Aku akan memilih jalanku sendiri…”



    *******​
     
    Last edited: Jul 15, 2012
  13. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    added sub-chapter 1.5
    end of prelude :matabelo:

    Act - 1.5 Remains of Legend

    Staff Di Rosa… Artifak tua yang masih terjaga keindahannya yang direncanakan akan dihadiahkan oleh kementrian Prancis kepada Julliet el Cielo yang merupakan putri dari salah satu Godfather terkemuka di negara ini.”

    Nick meneguk minuman bersoda dan kemudian meletakan gelas yang telah habis itu di depannya. Kehl masih terlihat sibuk merokok, dengaan tatapan serius melihat sang pemuda.

    “Kau sadar dengan apa yang kau inginkan Nick? itu sangatlah berbahaya. Kau tahu, tindakanmu ini akan menyeret Mafia untuk bergerak mengejarmu.”

    “Aku tahu itu Pak Kehl. Karenanya aku membutuhkan bantuan dari Robin.”

    “Aku telah mengatakan padamu… Robin Hood telah mati di masa lalu.”

    “Kau mengatakan akan membantuku bukan?”

    “Aku akan melakukannya, tapi resiko ini terlalu besar. Bukan hanya untukku, tapi dirimu juga. Kau sadar? kau bisa tewas karena mencoba melakukan ini semua?”

    Nick memandang ke arah jendela kaca besar di samping kanannya yang memperlihatkan pemandangan luar café. Pemuda itu melihat seorang laki-laki muda sedang berjalan mengenggam erat tangan wanita di sampingnya dimana pemuda itu juga terlihat menggendong seorang anak. Nick berkata di dalam hatinya, mempertanyakan kembali apa yang sedang dilakukannya saat ini. Keluarga, apa benar sepantasnya aku korbankan semua itu hanya demi egoku?

    “Aku tahu siapa dirimu sebenarnya Nick. Aku sebagai orang yang telah cukup tua ini, menyarankan padamu untuk berpikir kembali.”

    “Apakah anda percaya dengan legenda Pak Kehl…?”

    “Aku percaya itu sebagai sebuah cerita yang memiliki pesan nilai moril yang dapat diambil..”

    “Aku mengerti. Dan karenanya aku tahu aku sendirian.”

    Kehl melihat pemuda dihadapannya terlihat putus asa memandangi ke arah luar seakan-akan mimpi itu berada sangat jauh tapi dapat pemuda itu lihat jelas. Dia tahu, dia memang tidak bisa mengerti cara pikir anak ini. Bagaimana bisa seseorang bersusah payah hanya untuk membuktikan kebenaran dari sebuah legenda.

    “Maaf.. ini kopi pesanannya” ujar pramusaji wanita menghidangkan secangkir kopi hangat dan meletakannya pada meja. Kehl mengangguk dan tersenyum memberikan terima kasih seraya kemudian menyentuh kopi hangat itu.

    Aromanya dia cium sejenak dan kemudian dengan perlahan Kehl mencicipi caffeine yang seharusnya tidak boleh dia minum di usianya yang telah lewat 40 tahun. “Aku memiliki anak dan aku mengerti bagaimana rasanya seorang ayah ditinggal pergi anak yang disayanginya.

    Aku ingat mengenai pertemuanku dulu denganmu Nick. Ketika aku masih mengenakan topeng Robin dan mencari harta demi masyarakat miskin di luar sana. Aku tahu aku salah memasuki rumahmu yang bukan merupakan rumah konglomerat yang korup. Tapi aku tahu, aku tidak memiliki pilihan lain.

    Kebakaran besar yang terjadi di pemukiman kumuh membuatku harus melakukan semua itu untuk menolong mereka semua yang kehilangan segalanya.”

    Nick tersenyum dengan tetap memandang ke arah pemandangan di luar sana. “Aku terbangun di tengah malam itu, berjalan pelan menuju dapur untuk mengambil minuman karena merasakan haus. Tapi di sana ada hal yang berbeda, aku melihat sosok hitam asing mengenakan jubah.”

    “Kau menemukanku sedang mencuri. Memergokiku yang sedang mencoba mengambil hiasan dinding terbuat dari emas. Tapi, ada hal yang begitu mengangguku sampai saat ini. Aku tidak mengerti kenapa kau menunjukan tempat dimana harta berharga milik keluargamu itu disimpan. Bagaimana bila aku adalah perampok jahat yang kemudian akan membunuhmu ketika telah mendapatkan harta berharga?”

    “Aku percaya Robin tidak akan membunuh orang yang tidak bersalah.”

    Kehl meneguk kopi hangat dan merasakan nikmatnya minuman itu masuk ke dalam tenggorokannya. “Kepercayaanmu itu menjadi kelemahan terbesarmu Nick. Kau tidak tahu apa yang mungkin terjadi secara realita di luar rumahmu itu. Kau mungkin saja mati ketika itu, bila aku ternyata memilih untuk membungkam saksi mata.”

    Pria paruh baya yang mengenakan topi hitam itu menyimpan gelas yang dia pegang seraya berdiri dan menyimpan uang pada piring untuk membayar minumannya.

    “Berikan aku waktu 3 hari. Aku akan mengawasi dan mencari data-data mengenai kediaman Don Cielo juga mengenai benda yang kau inginkan.” Kehl yang telah berdiri tegap kemudian mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya. “Gunakan telepon seluler ini untuk menghubungiku, walaupun sebenernya aku berharap kau tidak meneleponku dan melanjutkan rencanamu itu.”

    Telepon seluler berwarna hitam dengan tipe flip diletakan di atas meja makan. Nick memandangi benda itu tanpa berbicara apa-apa. Pria paruh baya yang dulu merupakan pencuri yang legendaris, melangkah pergi keluar café meninggalkan pemuda bermantel hitam itu sendirian.

    Nick membuang nafasnya seraya menyender sejenak. Dia yang memandangi pemandangan di luar sana, lalu mengambil sesuatu dari dalam mantelnya dan melihat terpaku pada benda yang sedang digenggamnya itu. Jam saku tua dengan ukiran indah terbalut emas, dia buka penutupnya dan melihat jarum jamnya masih bergerak berputar dengan kaca yang telah retak.

    Selama jarum jam ini masih berputar, sang putri masih menunggu kedatangan sang pangeran yang akan menyelamatkannya dari keabadian. Temukan dia.. berjanjilah untuk menemukan putri yang tertidur itu…

    Nick memejamkan matanya mengenang kembali kata-kata terakhir dari orang yang berarti untuknya. Dia dengan segala keterbatasan dirinya sekarang ini, berusaha untuk tetap percaya dan menepati janji yang telah dia ucapkan.

    Aku akan menemukannya.. Aku berjanji.


    ***​


    Pembukaan cerita pun selesai…

    Kalimat terakhir yang diucapkan oleh ibuku dahulu kala masih terngiang-ngiang dan membekas di hatiku memberikan rasa penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

    Lelaki yang tidak memiliki apa-apa kecuali pakaian yang dikenakannya dan juga sedikit uang yang dirinya simpan, keluar dari café kecil itu dan menghirup udara segar di hari yang masih pagi.

    Sang pemuda melihat dirinya sekarang ini berbeda dengan dirinya yang dulu. Dia tidak ditemani orang-orang berpakaian jas hitam yang mengikutinya dibelakang. Dia sendirian, tidak dikekang oleh jadwal padat pertemuan, dan juga agenda lainnya.

    Nick lalu mulai melangkah berjalan di sepanjang trotoar dan merasakan kehidupan bebas. Pemuda itu melihat suasana hiruk pikuk kota dimana orang-orang berlalu lalang dengan ramainya. Sang pemuda mendengarkan suara bising klakson mobil dalam kemacetan sebagai lantunan orkestra Mozart yang biasa dia dengarkan dan suara sibuk orang-orang berbicara di telepon sambil berjalan sebagai suara lembut para pelayan yang melayaninya.

    Semua hal yang tidak pernah pemuda itu rasakan di dalam kurungan tembok besar, dia telah dapatkan sekarang.

    Dia yakin, dirinya dapat menjalani hidup seperti ini.. Nick yakin dia bisa terlahir kembali menjadi sosok yang lebih baik dari dirinya dahulu.

    Dalam lamunannya, tiba-tiba saja pemuda itu berhenti…

    Tepat dirinya berhenti di antara lalu lalang orang-orang yang berjalan searah dan berlawanan arah…

    Nick berada di bidang jalan zebra cross bagi pejalan kaki. Dia melihat langkah orang-orang itu yang berada di sekelilingnya yang maju terus dan berlawanan arah, seakan-akan mengingatkannya bahwa dia sekarang ini masih bisa kembali.

    Kembali ke kehidupan lamanya… kembali pada kemewahan miliknya.

    Tapi, sang pemuda kemudian mengambil sesuatu dari sakunya…

    Jam saku tua bundar yang berwarna emas yang memiliki rantai sebagai kalung, dia pegang dan pandangi dengan haru.

    Benda itu menjadi suatu benda yang berharga bagi sang pengembara, walaupun dirinya belum mengetahui rahasia dari objek itu.

    Selain menyimpan kenangan mengenai legenda putri tidur yang begitu dipercayainya, jam itu memiliki legenda lain yang lebih besar yang pemuda itu tidak akan bisa bayangkan.


    ******​
     
    Last edited: Jul 16, 2012
  14. lovefairy Veteran
    Veteran GM

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 17, 2007
    Messages:
    8,634
    Trophy Points:
    252
    Ratings:
    +107,148 / -0
    Ane baru sampe chapter 1-2 ni :malu:


    Satu hal yg paling kentara dari karyanya TS yg ini dibanding yg sebelumnya adalah peningkatan dalam penggunaan huruf besar yang benar, tanda baca yg tepat, dan beberapa kaidah2 penulisan lainnya. Good job! :top: Meski ada beberapa lainnya jg yg masih agak salah. Misal kuyub (seharusnya kuyup)

    Tp don't worry lah ya.. kl ntar jadi buku, pasti di-proofread sama editornya :haha:

    Kemudian mengenai cerita, saya sih ga terlalu bisa komentar banyak, kl masalah cerita kan itu selera masing-masing orang beda. Terus terang saya lebih suka versi awalnya... hahahha, mungkin saya yg tidak terbiasa membaca mature fairy tale.

    Saya pgn komentar mengenai gaya penulisan aja, dr seorang pembaca awam yg tidak terlalu paham sastra :haha:
    • Unsur medievalnya sangat kerasa. Nice.
    • Menurut saya, deskripsi yang diberikan pada setiap karakter/tempat/situasi masih kurang smooth sehingga membuat saya benar2 merasa dijejali dengan detail2 yang bertubi-tubi. Saya susah menjelaskannya lebih detail, tp semoga TS yg penulis bisa memahami maksud saya :peace:
    • TS tidak konsisten dalam "memanggil" karakternya sehingga si karakter tersebut timbul tenggelam dalam benak saya. Doh, ini gmn pula cara saya ngomongnya. :facepalm:

      Begini, contohnya di bagian ini.
      Sebentar sang gadis, sebentar sang wanita, sebentar Belle, terkesan seperti ad 3 org wanita yg dianiaya :haha:


      Nah menurut saya, kalau memang sudah pernah diperkenalkan sebagai Belle, then the author must call her as Belle for the rest of the story. Penggunaan deskripsi sang wanita berambut coklat dan sebagainya itu sudah tidak bisa dipakai lagi setelah pembaca diberitahu siapa namanya. Palingan kata ganti lainnya yg bisa dipakai adalah: dia.
    • Kemudian karena cerita ini dituturkan dalam bahasa Indonesia, saya agak bingung mengapa ada kata-kata the beauty di sana :hihi: Kira-kira kl padanan dalm bahasa Indonesianya apa ya? :haha:

    Gitu sih menurut ane :keringat: maaf kl tidak berkenan :maaf:


    Saya jg sadar ga mudah untuk menulis itu, saya uda lumpuh dalam dunia tulis menulis sejak masuk kuliah, :lol: ga pernah nulis lg... Terus berkarya ya :top:
     
    • Thanks Thanks x 1
  15. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    Wogh dah dibaca :matabelo:
    Emang versi reboot ini ambil tema lebih dewasa.

    Sedikit demi sedikit coba benerin eyd dan kaidah penulisan :top: dan bikin deskripsi yang smooth emang masih belajar ini.. masih perlu latihan lebih banyak :sedih:

    Penggunaan ungkapan lain untuk menunjukan tokoh dah jadi kebiasaan si. kadang dipanggil Nick, dipanggil pemuda bermantel hitam, sang pengembara.
    dilakuin kayak gitu supaya seminimalisir gk ngelakuin banyak pengulangan nama Nick :keringat:

    Buat Belle yang pake gelar The Beauty, karena Belle disitu adalah tokoh yang ada di Beauty and The Beast dan ternyata di fict wa itu dia berprofesi sebagai kupu-kupu malam. :mimisan:

    Btw thx komen dan koreksinya mod.
    Wa sebisa mungkin akan tetap berkarya :beer:
     
  16. lovefairy Veteran
    Veteran GM

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 17, 2007
    Messages:
    8,634
    Trophy Points:
    252
    Ratings:
    +107,148 / -0
    dark fairy tale ya, ternyata beauty itu seorang kupu2 malam :shock: :haha: Ngebaca chapter2 terakhir keinget sm West Series Grimm dan Once Upon A Time :XD:

    Menurut saya sih lebih enak ngulang2 nama Nick, drpd berulang2 nyebut pria bermantel hitam :XD:
    Seenggaknya pembaca ga perlu berpikir 2 kali untuk mengetahui karakter mana yg lagi dibicarakan penulis.
     
  17. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    lebih banyak twist yang lainnya kok.. contoh little red riding hood yang pernah wa bikin sebelumnya, bakalan beda disini.
    seperti apakah rupa red riding hood? tunggu penampilannya nanti :malu:

    grimm fairy tales zenescope? wa juga baca itu dan emang salah satu referensi fairy tales yang lebih kelam dan dewasa. :XD:
    karenanya bikin tokoh fairy tales di fict ini harus dengan konsep beda dari yang dah ada.
    btw, once upon a time itu yang mana ya? yang semua tales digabung jadi satu?

    ohh i see.. pendapat orang beda-beda si emang :beer:
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jul 16, 2012
  18. lovefairy Veteran
    Veteran GM

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 17, 2007
    Messages:
    8,634
    Trophy Points:
    252
    Ratings:
    +107,148 / -0
  19. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
  20. lawren M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jun 4, 2009
    Messages:
    428
    Trophy Points:
    222
    Ratings:
    +8,683 / -0
    numpang komen disini ya om :matabelo:

    keren nih Robin ex"hood", sekarang maenannya pake pistol M1911 dan beladiri krav maga, udah "gantung busur" ya :haha:
    trus juga umurnya udah 50 taun, tapi masih keren gitu...

    oh ya, sekalian tanya yg di act 1-2

    "....seraya mengambil satu bir dan dia bawa melangkah bersamanya."

    kayaknya agak janggal ya, seolah-olah birnya bisa diajak jalan bareng? :bloon:

    sekian dulu om, nanti dilanjut lagi ya :hmm:
     
    • Thanks Thanks x 1
  21. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    Wogh dibaca juga fict ini :matabelo:

    Konsep Robinnya emang yang duah veteran.. bukan yang masih muda.
    Sosok legendary thief itu. senjata api? yuup kan pake latar modern days :top:

    Yang di act 1.2, gaya sastra itu sebenarnya.
    Iya emang klo dibaca kayak mengindikasikan dibawa jalan bareng tapi sebenarnya cuma dibawa aja :peace:

    Di tunggu komen yg lainnya ya.. :malu:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.