1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen A Zombie's Tale

Discussion in 'Fiction' started by soraciel, Jul 4, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. soraciel Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 27, 2011
    Messages:
    82
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +30 / -0
    Genre: romance, drama action

    sinopsis: di sebuah negeri yang penuh dengan zombie, ada cowok pecundang bernama Rayo yang bertemu dengan cewek "antik" Sarah...

    oh iya, tokoh cewek ini terinspirasi dai artis dibawah ini, hayoo coba tebak siapa ini artis??:ogrokok:

    [​IMG]

    yoo... mari capcus ke cerpennya~~ :ogdugem:


    Hosh, hosh, hosh,

    Aku berlari. Terus berlari. Meninggalkan sahabatku yang tengah menjadi bual-bualan para zombie gila itu.

    Ya.

    Zombie.

    Makhluk berkulit hijau pucat yang menyerupai manusia dengan bentuk mata yang membulat seperti lingkaran disertai kerut-kerutan yang membuat mereka tak sedap dipandang. Aku tidak tahu pastinya kapan kotaku, eh maksudku negeriku terinfeksi virus zombie. Tiba-tiba saja ada pengumuman bahwa seluruh laki-laki harus menjadi tentara untuk melindungi negara dari serangan zombie. Termasuk aku.

    Tapi tidak, aku sudah tidak mau lagi saat aku melihat John, sahabatku sejak kecil dimakan para zombie. Aku terus berlari, berharap makhluk-makhluk gila tersebut masih menikmati John. Aku memang jahat. Meninggalkan sahabat dalam keadaan seperti itu. Tapi biarlah, John sudah tahu dari dulu bahwa aku anak yang pengecut. Dia pasti memaklumiku,kan?

    BRAK!

    Karena “keasyikan” berlari sambil memikirkan John aku menabrak seseorang di tikungan jalan raya. Aku terjerembab sebentar, lalu berdiri untuk melihat siapa yang telah kutabrak.

    Oh, tidak buruk. Seorang cewek cantik tapi kusam (mungkin karena sering dikejar zombie sehingga dia tidak sempat mempercantik diri. Yah, mau bagaimana lagi. Aku mandi saja tidak sempat apalagi pakai parfum), rambutnya merah hati yang panjangnya seleher tapi berantakan sekali. Dia memakai wedding dress putih. Dia pasti terlihat lebih anggun kalau saja bagian depan rok gaunnya tidak robek sehingga lututnya yang penuh goresan terlihat padahal sepatu hak tingginya yang berwarna perak sangat cocok dengan gaunnya.

    Penampilannya cewek ini justru terkesan agak macho karena dia membawa dua pistol di tangannya. Yang sedang ditodongkan ke mukaku.

    “aku bukan zombie.” Jawabanku kubuat tenang.

    Dia mengangkat pistolnya, “ kau mau ke tempat persembunyianku?”

    Wajahnya tampak lega setelah mengetahui yang dia temui bukan zombie. Suaranya sangat halus. Suara yang biasa dimiliki oleh kaum hawa. Aku mengangguk, beranjak dari jalan aspal yang tadi kududuki dan segera berlari mengikuti cewek berambut merah itu pergi.

    Tempat yang ditinggali cewek itu memang pantas disebut tempat persembunyian. Aku eh, maksudku kami harus melewati gang super sempit. Tidak ada rumah di gang tersebut, gang ini ada karena diapit oleh dua pabrik besar yang sudah bangkrut dari waktu sebelum zombie menyeruak ke negeri ini. aku bahkan berani bertaruh penduduk di sekitar gang ini tidak tahu bahwa ada gang yang berujung pada sebuah rumah kecil disini.

    “siapa namamu”, cewek itu membuka percakapan setelah kami sampai di rumahnya.
    Rumahnya sangat sederhana. Hanya terbagi tiga ruang. Ruang tamu (kalau bisa dikatakan seperti itu) yang hanya berhias lampu dop dan karpet merah yang sudah usang. Dua ruang lainnya aku tidak tahu apa karena pintunya ditutup. Tapi sangat cukup untuk berlindung dari serangan zombie.

    “Rayo. Rayo Gilbert.”, aku menjawab sambil tersenyum.

    “kau?”

    “Sarah. Sarah Williams”, dia juga menjawab sambil tersenyum.

    Dalam hati aku(mungkin si Sarah juga) bersyukur pada Tuhan bahwa aku masih punya kesempatan untuk menyebutkan namaku pada orang lain yang jenisnya manusia tentunya.

    “kau datang disaat yang tepat Rayo. Aku tadi keluar dari sarangku untuk mengambil bahan makanan.” Dia tertawa kecil sambil memasukkan tangan ke belahan dadanya. Dia mengeluarkan beberapa kaleng makanan. Pantas saja ada yang ganjil pada bagian dadanya saat aku bertemu dengannya di jalan. Kalau kaleng itu dia makan sendiri mungkin bisa empat hari. Tapi karena ada aku makanannya hanya cukup untuk dua hari.

    “tak apa. Aku membawa makananku sendiri kok.” Aku menolak dengan halus. Sambil memasukkan tanganku kedalam saku dan kukeluarkan isinya. Sebuah sosis yang sangat bau. Sosis yang kubawa saat makan malam terakhir bersama teman-temanku di markas tentara. Kulihat Sarah langsung menutup hidungnya saat melihat sosis itu.

    “sudahlah, makan saja kalengan ini. tapi tidak gratis,lho. Besoknya kau harus membantuku untuk mencari makanan kalengan lagi,ya?” rayunya sambil tetap menjepit hidungnya yang mancung. Aku hanya menurut. Berharap bahwa perburuan makanan kaleng nanti aku bisa jadi orang yang berguna baginya.

    “Sarah,” tiba-tiba saja aku ingin bicara dengannya saat makan kornet kaleng.

    “Hm?” Sarah menatapku dengan mulut yang penuh dengan kornet. Lucu sekali.

    “mmm, kau tidak susah mencari makanan dengan baju seperti itu?”

    “tidak.”

    Sebenarnya aku ingin bertanya kenapa tapi sepertinya dia tidak antusias dengan topik yang kuajukan jadi aku diam saja. Menikmati makanan kalengku.

    ***

    “Hei, dasar tukang tidur! Ayo bangun! Kita harus cari makanan lagi!”

    Sarah membangunkanku dengan kasar. Ugh, sepertinya kalau sudah menyangkut soal makanan dia tidak tanggung-tanggung lagi. Suara dan ekspresinya persis dengan ibuku saat beliau menyuruhku untuk membeli telur di warung sebelah. Aku terbangun dengan ogah-ogahan. Oh ya, aku tidur di ruang tamu. Dua ruangan lain itu ternyata kamar Sarah dan kamar mandi. Sayangnya, air yang keluar cuma air wastafel. Itupun tidak deras. Otomatis kami hanya bisa sikat gigi atau meraupi muka kami.

    “kau mau tugas yang mana? Mengambil makanan atau menembak zombie yang muncul?”, Sarah menghampiriku di kamar mandi sambil menggosok gigi.

    “ambil makanan.”,jawabku.
    Mampus aja aku kalau kena bagian nembak zombie. Bisa-bisa aku menembak diriku sendiri dulu saat melihat mereka.

    “oh, begitu? Kupikir kau ingin yang nembak zombie. Pria biasanya suka hal yang menantang.” Dia berkumur lalu menatapku dengan senyuman nakal.

    “tidak sema pria suka hal yang menantang.” Aku membela diri. Sudahlah, aku memang jenis cowok pecundang. Aku tidak peduli jika Sarah menganggapku lemah.

    “iya iya. Aku tahu kok. Tolong siapkan kantong makanan yang banyak ya. Aku ingin bahan makanan kita cukup sampai satu minggu.”
    Aku hanya mengangguk saat mendengar suara halusnya itu. Merapikan rambut coklatku lalu bergegas mengambil kantong makanan. Hanya perlu sepuluh menit untuk melihat penampilan khas Sarah yang sudah siap dengan dua pistolnya.

    “Ready?”, tantangnya

    “anytime, madam.”,kujawab sambil mengedipkan sebelah mataku.

    Kami berjalan dulu untuk keluar dari gang. Sarah mengintip keluar dulu apakah ada zombie yang sedang memerhatikan kami. Aku sangat kagum terhadap Sarah. Dia bisa berlari dan berjalan cepat dengan sepatu hak tingginya itu. Seolah-olah dia cuma pakai sandal jepit sepertiku. Kami bertemu dengan beberapa zombie, untung saja bukan gerombolan. Sarah bilang jalan yang kami lewati adalah jalan yang jarang dilewati para zombie (dia sendiri tidak tahu alasannya) setelah melakukan beberapa riset jalan.
    Tidak susah untuk melakukan tugasku. Aku hanya perlu masuk ke minimarket dan mengambil makanan sebanyak-banyaknya sambil dijaga Sarah. Kalau dia tidak ada, mungkin aku sudah mati dimakan petugas kasir yang sudah jadi zombie. Sayangnya, keberuntunganku eh, maksudku kami berhenti sampai di minimarket.

    Brak. Brak. Brak.

    Aku dan Sarah terdiam tepat di luar minimarket. Lalu kami menoleh ke belakang.

    Ya. Ada gerombolan zombie yang mendatangi kami dengan langkahnya yang pelan. Wajahku memucat hingga untuk menatap Sarah saja aku malu.

    “kita pasti bisa kabur.”, Sarah masih berusaha bersikap positif. Dia menarikku kemudian berlari. Langkah Sarah begitu cepat. aku penasaran seberapa cepat larinya jika dia tidak memakai sepatu perak berhak itu. Saat kupikir kami berhasil lolos, tiba-tiba saja Sarah terjerembab. Aku kaget dan segera menghampirinya.

    DUAR!

    Ternyata ada zombie yang muncul dari got lalu menahan kaki Sarah. Untung saja Sarah langsung menembaki zombie sialan itu.

    “kau tak apa-apa?”, kupegangi kaki yang tadi ditahan zombie. Aku melihat luka bekas tancapan kuku zombie tadi.

    “tidak apa-apa sih. Tapi sepertinya...” Sarah mengerang kesakitan. Sepertinya dia juga keseleo.

    Aku terdiam. Bingung apa yang harus kulakukan sekarang. Cepat atau lambat zombie akan menyusul kami karena aku. Apakah aku harus menggendong sarah dengan badan yang kurus ini? cowok yang bahkan larinya saja tidak lebih cepat dari cewek ramping berambut merah. Sekali lagi kupandangi raut muka Sarah yang tampak menahan sakit. Aku bisa saja meninggalkan Sarah seperti aku meninggalkan John.
    Otak pengecutku mulai berputar.

    Ya. Toh kalau aku menggendongnya sampai ke markas zombie itu pasti bisa menyusul kami. Ujung-ujungnya malah kami berdua sama-sama dimakan. Akan lebih baik kalau dia kutinggal. Mengambil semua makanan dan segera pergi ke markas sebelum zombie-zombie gila itu tahu.

    “segeralah pergi, Rayo.” Aku terkejut mendengar Sarah bicara.

    “apa?”, aku bertanya untuk memastikan apa yang dia katakan tidak salah.

    “zombie itu akan segera datang. Tinggalkan saja aku. Dengan kondisi ini aku sudah tidak mungkin kembali ke markas....”, Sarah menunjuk kakinya yang terluka.

    “pergilah, karena cepat atau lambat aku akan....”

    Sebelum Sarah selesai bicara aku sudah menggendongnya ala tuan putri. Ya, aku sudah membulatkan tekad. Aku capek sendirian. Aku lelah berlari terus-menerus. Karena itulah aku akan menyelamatkan Sarah.

    “Hentikan bodoh! Turunkan aku!”, Sarah berusaha untuk melepaskan diri dariku. Jika dia melakukan ini saat aku belum meninggalkan John. Dia pasti langsung lepas dari genggamanku.

    “Diamlah. Aku pasti akan membawamu sampai ke markas.”, setelah mengatakan itu aku langsung berlari. Dalam keadaan genting itu. Dimana kau sedang dikejar makhluk paling jelek nomor satu di dunia tubuhmu pasti berevolusi. Kaki yang kurus bisa berlari dengan sangat cepat. lengan tak berotot bisa menggendong manusia dengan tinggi 156 cm dan berbobot 49 kg selama setengah jam. Otak yang berukuran ciut sama dengan nyalimu itu bisa berpikir keras agar kau bisa keluar dari jeratan zombie.

    “Rayo...”,

    “apa?”

    aku menjawab panggilannya sambil berlari. Masih memilih-milih jalan yang tidak akan dipilih oleh zombie. Sesekali menembak jika ada zombie yang jaraknya dekat denganku.
    Huh, ada gunanya juga aku jadi tentara.

    “dua minggu yang lalu.. adalah hari yang seharusnya aku bisa berbaha..gia...”, Sarah berbicara terputus-putus. Tapi aku diam. Masih ingin mendengar suara halusnya.

    “saat itu... aku sudah siap dengan gaun putihku ini.. tentu saja.. gaun ini jauh terlihat lebih indah saat itu..”

    “aku bisa membayangkannya.”, sahutku sambil tersenyum kecil.

    “Jack.. pengantin priaku, datang dengan memakai tuxedo hitamnya. Dia sangat...tampan. kalau saja waktu berhenti pada saat itu...”
    Aku melihat sekilas ke arahnya. Dia mulai meneteskan air mata.

    “aku tahu zombie sudah berkeliaran dimana-mana... kami bahkan sudah menyiapkan tempat untuk berlindung dari zombie ******** itu... kami hanya.. hanya ingin punya ikatan!”
    Tak perlu ditanya lagi. “kami” yang dia maksud adalah dia dengan suaminya, Jack. Dan tempat yang mereka siapkan itu pasti rumah kecil di ujung gang itu.

    “ugh.. mereka tiba-tiba saja mendobrak masuk... menggigit semua pengunjung.. termasuk ibuku.. ayahku.. adikku...” aku bisa medengar isak tangis Sarah yang bercampur dengan auman zombie di belakangku. Kubiarkan dia terus bercerita.

    “jack menyuruhku pergi.. dia memberiku jalan rahasia untuk keluar dari... tempat itu... kubilang, aku tidak mau pergi jika tidak bersamanya... tapi.. dia berjanji akan menyusulku.. jadi...”

    BRAK!

    Aku membuka pintu dengan kakiku dan juga sudah memastikan tidak ada zombie yang mengikuti kami. Kubaringkan Sarah di kasurnya sambil melepas sepatu haknya.

    “tunggu,ya. Aku mau ambil obat dulu buatmu.”,tepat ketika aku berbalik Sarah malah menarik bajuku dengan tangan kecilnya.

    “tidak perlu. Hosh,, hosh, tidak ada obat untuk virus yang ada di tubuhku ini.. jadi... lebih baik kau ... disini saja...”
    Aku kasihan melihatnya. Tubuhnya sangat panas dan dia selalu mengerang kesakitan saat kugendong tadi. Aku tidak tega melawan kata-katanya. Jadi, aku kembali duduk disampingnya.

    “maaf Rayo,, aku sudah menyusahkanmu...”

    “ini lebih baik daripada sendirian, Sarah.” Aku mencoba tersenyum untuk menghiburnya.

    “Haha, kau tahu... sejak saat itu.. aku selalu menunggu Jack... berharap bertemu dengannya dan dia kagum kepadaku karena aku bisa bertahan hidup...tapi... dia tak kunjung kembali... dan saat betemu denganmu... sekilas kupikir kau adalah Jack... bodoh,kan? Padahal Jack pasti sudah mati atau bergabung dengan rombongan zombie itu...”
    Sarah terdiam sebentarnya. Aku tidak bisa melihat tatapan matanya karena tertutupi oleh poni merahnya itu. Mendadak dia berkata lagi,

    “dalam sepuluh menit ini pegilah...”

    “kenapa?” ototku mengejang, tapi aku berusaha untuk menenangkan suaraku.

    “virus zombie ini sudah menyebar. Aku sudah merasakan hasrat untuk... mencabik daging manusia...”

    “kau akan segera sembuh Sarah, ini cuma panas biasa.” Sangkalku, sekaligus untuk membohongi diri sendiri.

    “kau harusnya sudah... tahu, Rayo...”

    Ya, aku tahu. Aku bisa melihat kulitnya yang dibalut gaun putih pelahan-lahan menjadi hijau pucat. Dan taringnya yang sekarang lebih panjang 0,5 cm.

    “pergilah.. carilah tempat persembunyian lain... dan berkumpullah dengan manusia yang lain...”

    Aku terdiam. Sebenarnya aku ingin cepat-cepat kabur lagi. Meninggalkan tempat ini. tempat yang sebentar lagi akan dikerubungi zombie. Ya, aku memang ingin kabur. Tapi hanya kabur bersama Sarah. Bukan sendirian.

    “baiklah.”, aku berdiri sambil menggendong Sarah. Lagi.

    “apa lagi ini, Rayo?”, Sarah sedikit kesal dengan perlakuanku.

    “aku ingin pergi. Tapi harus bersama kau. Aku lelah sendirian.”

    “Bodoh! Sudah kubilang aku ini akan jadi...”
    Aku tidak mendengar kata-kata Sarah. Kubawa dia keluar dari rumah dan pergi ke jalan raya. Tempat dimana para zombie itu berkumpul.

    “apa yang kau lakukan, bodoh! Zombie-zombie itu akan memangsamu!”, ucapnya dengan rasa amarah.

    “Sarah...”, aku menatap matanya. Berhenti sejenak.

    “kau ingin aku kaumakan atau zombie lain yang memakanku?”

    “aku ingin kau pergi dari sini.”, Sarah menjawab dengan tegas.

    “Sarah... kau bahagia’kan? Menjadi zombie?” , dia kelihatan kaget tapi aku langsung meneruskan perkataanku.

    “sebentar lagi kau akan bergabung dengan kelompok sana. Meninggalkanku. Memangsa manusia lain. Mungkin juga kau bertemu dengan zombie Jack. Sedangkan aku? Tetap berlari. Kabur dari waktu kematianku walau aku tahu tidak akan bisa..”
    Sarah berusaha mencerna perkataanku.

    “oke, kalau begitu bunuhlah aku. Agar aku tidak menjadi salah satu makhlu menjijikkan itu.”, dia menatapku dengan tatapan yang menantang. Tapi aku hanya tersenyum. Ya, aku tahu apa yang kuinginkan sekarang.

    “tidak Sarah, bukan itu yang kumaksud. Aku juga ingin menjadi salah satu dari kelompok menjijikkan itu. Kau dan aku akan menjadi makhluk yang selama ini paling kita benci.”
    mata Sarah melebar, “maksudmu...”

    “gigit aku Sarah. Agar kita bisa bersama-sama. Walau harus menjadi zombie.”

    “kau gila Rayo.” Rahangnya mengeras.

    “terserah. Mau kabur juga terlambat. Kau lihat, kan zombie yang sedang mengelilingi kita?”
    Benar. Para zombie itu sedang mengelilingi kami. Yah, walaupun masih jarak jauh sih.

    “pilihanmu cuma dua. kau gigit aku atau makananmu ini akan direbut oleh para zombie.”, aku tersenyum kepadanya. Sarah menatapku bingung. Ah, pupilnya sudah mulai mengecil.

    “itu pilihanmu, tahu. Bukan pilihanku.”, Sarah tertawa kecil.
    Aku melepaskan gendonganku. Membiarkan cewek mungil ini berdiri.

    “Jadi?”

    Sarah tersenyum, “menunduklah.”
    Aku menuruti permintaannya. Dia membisikkan sesuatu di telingaku, “kau tidak menyesal?”

    “tidak.” Jawabku mantap.

    “terimakasih Rayo. Kau tidak melepaskan aku seperti Jack.”,bisiknya.

    Aku sedikit terkejut mendengar pernyataan itu. Tapi rasa itu langsung diganti kesakitan yang luar biasa saat leherku digigit Sarah.

    “teruskan... Sarah...”

    “tentu saja, akan kusebar virus ini di tubuhmu sampai kau menjadi makhluk yang sama menjijikkannya denganku.”

    Aku tersenyum. Sambil menikmati gejolak perubahan di tubuhku.

    ***

    Ternyata tidak buruk juga menjadi zombie. Kecantikan Sarah memang sedikit memudar, tapi diantara zombie-zombie yang ada, Sarah masihlah yang paling cantik. Otak kami sepertinya hanya berisi tentang makanan-makanan saja. Meski begitu, aku masih bersama Sarah. Walau tingkat keintelejensian kami menurun. Kami tetap berusaha untuk terhindar dari tembakan manusia. Prioritas kami (baca: aku dan Sarah. Bukan plus zombie,lho) cuma dua.
    Memburu manusia terus menerus (kami tidak berniat jadi vegetarian zombie. Ada,lho zombie yang cuma berburu hewan).
    Dan bersama.
    Untuk selamanya.


    ini cerpen pertama ane gan.. maaf ya kalau banyak kesalahannya.. comment dari agan-agan sangat saya harapkan.. :oggomen:
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Apr 12, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. rqi_singkongs Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 5, 2012
    Messages:
    89
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +3 / -0
    ending nya di luar dugaan gan.. ane kira semacam action kaya resident evil.. ternyata percitaan zombie haha. nice cerpen gan
     
  4. soraciel Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 27, 2011
    Messages:
    82
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +30 / -0
    huaaaa,, thaaaannnkks banget udah mau nge-comment, kirain ini thread ga bakel comment, huaaaaa :ogsedih:


    oke2, maaf ya kalo ternyata actionnya cuma dikit. hehe:ogpeace:

    sekali lagi thx buat komentarnya :ognangis:
     
  5. yellowfang M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 9, 2008
    Messages:
    872
    Trophy Points:
    117
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +997 / -0
    wahh ini pendapat awam aja ya :XD:
    pas baca...aku kepikiran satu. Mimpi buruk. :haha:
    aku kepikiran kalo aku ada disituasi kayak gitu ntar gimana... Okey, skip

    Ternyata cerita romance ya :XD:
    sedih juga cerita Sarah sama Jack tapi untung dia udah nemu Rayo :XD:
    bahasa nya ringan enak dibaca~ :hihi:
     
  6. rifqiabdr Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 3, 2012
    Messages:
    12
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +0 / -0
    bikin cerita lanjutannya dong om, cerita pertualangan Rayo sama Sarahnya. Saya pikir bakal seru
     
  7. soraciel Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 27, 2011
    Messages:
    82
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +30 / -0

    hueehheheh makasi komennya gaan :peace:

    waah, kayaknya kalo itu ga bisa gan, ini udah ane desain sebagai cerpen, mungkin habis unas ane bakal buat fiksi bersambung, mungkin lho. mueheheh :hahai:
     
  8. Ayam99 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 13, 2013
    Messages:
    96
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +154 / -5
    keren nihh '-')b
     
  9. soraciel Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 27, 2011
    Messages:
    82
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +30 / -0
    makasii gan udah mampir,:malu:
     
  10. temtembubu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2010
    Messages:
    598
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +1,934 / -3
    :kaget: judul nya zombie's tale, ternyata romance toh. :haha: padahal saya kira bakal menemukan hal yang bikin tegang gmn gt. :maaf: saya hampir tidak mengerti mengenai seharusnya cerita romance seperti apa sih, jd maaf klo ternyata komentar saya ngaco.

    1. ketika Rayo memutuskan untuk menjadi zombie mengikuti Sarah, sebenarnya itu perasaan dari cinta Rayo yang tiba2 tumbuh pada Sarah atau kepasrahan Rayo yang telah lelah dikejar2 zombie ya? maaf klo saya kurang dapet feel-nya :maaf:

    2. :hehe: peluru yang dipakai untuk nembak2 zombie itu kok ga abis2 ya?

    :peace: segitu aja de komentar dari saya, :maaf: maaf klo komentarnya ngaco
     
  11. procoder Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 7, 2011
    Messages:
    127
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +1 / -0
    wah mantep nih gan ceritanya :D
     
  12. soraciel Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 27, 2011
    Messages:
    82
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +30 / -0
    waah, ini nih komeng yang ane cari2 , huehehe, sebelumnya makasi ya udah mampir di trit ane :xiexie:

    1. yang bener yang keduax gan, Rayo yang pasrah dikejar2 zombie, secara dia kan pengecut gan. dia pny rasa ke Sarah lebih karena kasihan dan rasa senasibnya, menurut ane sih.. (TS ikut galau):iii:
    2. wkakakaka, namanya juga fiksi gan, ntar deh di fiksi ane yang selanjutnya bakal mbuat yang lebih logis :hahai:

    makasi gan udah mampir~
    makasi gan
     
  13. Fairyfly MODERATOR

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Oct 9, 2011
    Messages:
    6,818
    Trophy Points:
    272
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +2,475 / -133
    ikut komen gan :nongol:

    anoo, ane kira malah karena perasaan Rayo yang tiba2 muncul. soalnya settingannya kerasa kek gitu gan.

    overall ceritanya menarik. mungkin perlu detail di hal2 kecil kek lingkungan dll supaya feelnya lebih dapet gan :hmm:
     
  14. soraciel Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 27, 2011
    Messages:
    82
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +30 / -0
    makasi udah mampir gan :peluk:
    ahaha, waah ini berarti ane musti banyak-banyak belajar nih tentang penyampaian situasi makasi gan buat sarannya, :malu2:

    semoga abis unas ane bisa mbuat fiksi lagi :matabelo:
     
  15. dhaniz_zorro M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jun 8, 2011
    Messages:
    299
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +12 / -0
    ini part kesukaan ane. Suka banget kalo ada karakter yang memiliki sikap yang pemberani dan rela berkorban seperti sarah.
    Lanjutin bikin cerpennya ya :matabelo:
     
  16. soraciel Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 27, 2011
    Messages:
    82
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +30 / -0
    aww aww makasiih gaan, jadi malu nih ane :malu:
     
  17. kazuke27 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 8, 2010
    Messages:
    56
    Trophy Points:
    21
    Ratings:
    +11 / -0
    Kaget (bukan ama zombienya, ama ceritanya) wkwkkw.. tp keren gan... nice... keep writing yee.. ^.^d
     
  18. s3mar M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 16, 2012
    Messages:
    1,012
    Trophy Points:
    112
    Ratings:
    +287 / -0
    ikutan komeng ahhh :ogelegan:
    keren cerpennya bro, idenya mantap :ogtop: apalagi bagian akhir2: saya pikir kalau udah jadi zombie kesadaran akan hilang, tapi ternyata masih bisa mikir n merasakan ya. ide yang unik nih heheeh :top:

    btw, proses kedekatan Rayo n Sarahnya kurang dapet nih. kok begitu ketemu ujug2 langsung deket n percaya, padahal belum ada percakapan2 yang intens semacam berbagi cerita asal-usul masing-masing gitu :unyil:
    terus yg adegan Rayo gendong Sarah keknya kurang pas kalau Sarah ceritanya pas digendong. IMHO :cerutu:

    :cheers: terus berkarya kk! :cheers:
     
  19. soraciel Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 27, 2011
    Messages:
    82
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +30 / -0

    waaaah ane dikasih cendool, gak nyangka banget nih,:terharu::terharu: makasi banyak ya gaan,
    jadi makin semangat buat nulis nih, :semangat: :semangat:
    haha iya gan, sebenerny sih mau ane panjangin jugak, tapi ini masi genre cerpen , ane takutnya pembaca pada bosen baca cerita ane gara2 kepanjangan :takut:


    wuakakakak, iya si gan, mana si Sarah itu cewek hardcore, ahahahah :hahai:
     
  20. soraciel Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 27, 2011
    Messages:
    82
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +30 / -0
    thanks gan udah mampirr :malu:
     
  21. XtracK M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2011
    Messages:
    261
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +256 / -0
    :hi: cerita pertama yang ak baca setelah sekian lama masuk inkubator :lalala:

    komen, nih, ya..
    1.
    ini maksudnya di bandingkan dengan siapa, sih? :???:
    2. uhm... feelnya masih gk terasa, mungkin karena cepat alurnya
    3. deskripsi tokoh2nya masih kurang, kk. kayaknya bagus juga klo tarok gambar aja biar gk susah bayangin tokohnya :hehe:

    yah,, cerita yang menarik, kk. apalagi klo dijadiin cerita panjang/novel :top:

    lanjutkan perjuangan :onfire:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.