1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Gara Gara Cicak

Discussion in 'Fiction' started by deJeer, Jun 26, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. deJeer Administrator
    Head Admin

    Offline

    Watching You

    Joined:
    Sep 7, 2009
    Messages:
    16,920
    Trophy Points:
    335
    Ratings:
    +32,900 / -3
    Ada yg percaya ama mitos kejatuhan cicak? :oghoho:
    Kali ini saia mau share sebuah cerita yang ada hubungannya ama mitos kejatuhan cicak
    special thanks buat my Best Friend, Gitchy yg udah punya ide 3D tokoh (tp maap g saia cantumin, entah ada dimana filenya :p)

    yuk mari kita baca sadja
    semoga menghibur

    GGC (Gara-Gara Cicak)
    By deJeer @d3733r

    Di kosan Zake...

    Kamar Zake penuh dengan barang yang berserakan. CD-CD band metal berserakan di lantai. Zake tiduran di kasur sambil memegang sapu. Jemarinya memainkan kunci gitar di sapu yang dipegangnya. Telinganya tersumbat rapat oleh headset. Dia menyanyikan lagu Spultura. Tak lama kemudian Popo masuk ke kamar Zake.
    “Woi! Udah jam berapa ini? Ayo berangkat kerja!” teriak Popo
    Zake tidak mendengar perkataan Popo. Popo mendekati Zake lalu melepas headset dari telinga Zake. Popo mendekati telinga Zake berniat mengagetkan Zake.
    Woi Tuan Metal, waktunya kerja!”
    Zake mengelus telinganya setelah mendegarkan suara keras dari Popo. “Sialan kau! Sakit nih kuping tau!” gerutu Zake
    Tiba-tiba ada cicak jatuh tepat di perut Zake. Zake kaget membuang cicak di perutnya lalu berdiri merasa ketakutan. “ Emak, eh emaaakk, cicakkk!”
    “Menurut mitos, kalau kejatuhan cicak itu bakal dapat sial. Hiiii...,” Popo mencoba menakuti Zake.
    Masa sih? Aduh emaaaakk!” takut Zake
    Haha. Cuman mitos aja tau. Masa sangar gini takut ama mitos. Huu...”
    Serem tau! Gak lucu ah!” gerutu Zake.


    ***


    Tempat tambal ban Seribu Maaf...

    Zake menatap ban sepeda motor Popo yang sedang ditambal oleh tukang tambal ban. Wajahnya masih dengan raut ketakutan. Popo menepuk punggung Zake. “Woi, kenapa kamu? Kelihatan takut gitu. Pasti belum bayar kosan ya? Haha.”
    Sialan! Ngaget-ngagetin aja. Gak lah. Aku lagi kepikiran soal mitos kejatuhan cicak nih,” gerutu Zake.
    Emangnya kenapa? Masih dipikirin aja. Haha.”
    Mungkin gak ya, mitos itu jadi kenyataan? Ban bocor ini awal kesialan dimulai?”
    Zake, Zake. Ada-ada aja. Tapi mungkin aja sih. Haha.”
    Melihat Zake dan Popo ngobrol mitos. Tukang tambal ban merasa tertarik untuk nimbrung. “Emang ada apa sih mas, kok ngomongin mitos segala?”
    “Ini nih Pak, teman saya. Dia ngerasa kena kutukan mitos kejatuhan cicak. Haha,” canda Popo.
    “Oh, kejatuhan cicak ya mas? Saya percaya ama mitos itu loh. Saya pernah punya pengalaman buruk soalnya,” sahut tukang tambal ban bersemangat.
    Masa, Pak? Gimana ceritanya? Tuh kan, serem ih,” Zake makin merasa ketakutan.
    Waktu itu...,” tukang tambal ban mulai bercerita.

    Flashback starts...

    Malam itu jam dinding menunjukkan pukul tujuh malam. Meja makan penuh dengan makanan lezat. Ada ayam panggang, sop iga, dan lauk pauk lainnya. Kursi Tarno dan Wiwin yang bersebelahan berhadapan dengan kursi ibu dan ayah Wiwin.
    “Ayo silakan Tarno, dimakan jamuan malam ini,” ucap ayah Wiwin berwibawa.
    Iya, Pak. Terima kasih jamuannya. Selamat makan malam,” jawab Tarno dengan senyuman.
    Semua anggota keluarga Wiwin termasuk Tarno menyantap hidangan yang ada di meja makan. Tiba-tiba ibu Wiwin bertanya pada Tarno. “Tarno, apa kamu benar-benar serius ingin meminang Wiwin?”
    I, iya, Tante. Tekat saya sudah bulat untuk meminang Wiwin. Saya sudah cinta mati sama anak Tante, “ jawab Tarno sedikit grogi.
    “Ah, kamu bisa aja. Mas Tarno nih ya romantisnya,” sahut Wiwin dan Tarno hanya senyam-senyum.
    “No, jadi bagaimana dengan usaha ayahmu? Apakah lancar-lancar saja? Kemarin Om denger dari Wiwin kalau ayah ibu kamu baru pulang dari Eropa ya? Mana nih oleh-oleh buat Om ama Tante?” tanya ayah Wiwin.
    Tarno tersedak makanan setelah mendengar perkataan ayah Wiwin. Wiwin mengambilkan gelas minum Tarno. Tarno lalu memegang gelas itu. “Minum dulu, Mas. Pelan-pelan,” cemas Wiwin.
    Saat Tarno ingin meminum sirup jeruk yang dipegangnya, ada cicak jatuh ke dalam gelas jus yang ingin diminumnya.
    Gimana No, soal kadonya?” ayah Wiwin masih menanyakan soal kado.
    Tarno yang kaget lalu menumpahkan isi gelas ke depan. Air jus dari gelas mengarah ke ayah Wiwin yang masih terbuka setelah menanyakan soal kado. Wajah ayah Wiwin tersiram dengan air jus dan cicak yang ada di dalamnya masuk ke dalam mulut ayah Wiwin. Ayah Wiwin terdiam dan tanpa sadar menelan cicak yang masuk ke dalam mulutnya. Ayah Wiwin lalu jatuh tak sadarkan diri. Ibu Wiwin dan Wiwin mendekati ayah Wiwin. Mereka merasa panik.
    “Papa! Bangun, Pa!” cemas ibu Wiwin. Ibu Wiwin menggoyang-goyangkan ayah Wiwin berharap suaminya cepat tersadar.
    Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Terdengar suara sirine ambulan dari luar rumah Wiwin. Ayah Wiwin dibawa dengan tandu oleh perawat.
    Esok paginya, di pemakaman terlihat raut wajah Wiwin dan ibu Wiwin yang penuh dengan air mata dan kesedihan. Ibu Wiwin tak henti-hentinya menangis. Satu-persatu pelayat pergi meninggalkan pemakaman termasuk ibu Wiwin. Hanya ada Wiwin dan Tarno yang tersisa. Tarno memeluk pundak Wiwin. Wiwin lalu melepas pelukan Tarno. Dia menatap Tarno dengan air mata yang masih berlinang.
    Win, maafin aku ya. Aku merasa menyesal,” sesal Tarno.
    Ternyata cinta matimu udah buat ayahku mati, Mas!” Wiwin menampar Tarno.

    Flashback ends...

    Wajah Tarno sudah berlinang dengan air mata. Dia lalu menyeka air matanya dengan kaos putih polos kusut yang dipakainya. “Jadi begitu Mas ceritanya. Makanya tambal ban ini namanya Seribu Maaf. Seribu Maaf buat Wiwin,” Pak Tarno menggigit kaosnya.
    “Aduh tuh kan. Emaaaaaaaakkkk!” teriak Zake makin ketakutan.


    ***


    Kantin kantor punya ayah Mbak Syla...

    Emaaaaaakkkkk!” teriak Zake ketakutan.
    “Woi, berisik!” Pak Surtisna HRD kantor memukul mulut Zake dengan gulungan kertas daftar pengiriman barang.
    “Aduh, Pak. Sakit nih mulut. Maaf, maaf,” Zake menusap-usap mulutnya.
    Kamu ini kenapa sih, Ke? Daritadi kayak orang stres. Udah gila ya?” Sutrisna penasaran.
    Iya tuh, Pak. Si Zake udah gila gara-gara cicak! Hahaha,” canda Popo.
    Cicak? Emang kenapa dengan cicak?” Sutrisna makin penasaran.
    Si Zake lagi kena kutukan mitos kejatuhan cicak, Pak!”
    Garis dahi Sutrisna terlihat mengencang, “kejatuhan cicak ya? Saya juga punya cerita nih soal mitos itu. Dulu...”
    Belum memulai ceritanya, Zake memotong pembicaraan Sutrisna. “Udah, Pak! Gak usah cerita aja. Serem ih. Jangan cerita. Plis dong, Pak.”
    Sutrisna menatap Zake,jangan-jangan, Mbak Syla gak ke kantor hari ini gara-gara kesialan kamu nih!”
    Ehem, ehem. Sadar, Pak. Mbak Syla anaknya Pak Bos,” sindir Popo.
    Sutrisna membenahi kerah kemejanya lalu menegakkan badannya. “Ehem. Bukannya kalian juga suka Mbak Syla ya? Tenang saja, nanti saya kasih undangan pernikahan kami,” dengan gaya nada berwibawa dan menyindir.
    Zake memutahkan air minum yang diminumnya begitu mendengar perkataan Sutrisna.


    Dalam perjalanan antar barang...

    Zake memuntahkan air ke luar jendela mobil. Dia lalu mengelap bekas air di mulutnya. Popo menyetir mobil dengan santai. “Pede bener tuh tadi Pak Sutrisna. Undangan. Sungguh terlalu,” ucap Zake dengan nada sinis.
    “Haha. Biasalah, Ke. Dia kan cinta berat ama Mbak Syla. Kamu dulu kan teman SMP nya Mbak Syla. Pasti kamu cemburu ya? Haha,” Popo menyindir Zake.
    Bah, udah cerita lama itu. Gak usah dibahas ah,” terkesan Zake ingin menutupi sesuatu.
    “Cieee. Cinta lama nih yee.”
    “Apaan sih. Udah ah kerja, kerja!”
    Zake dan Popo berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam mengantar barang. Semua barang akhirnya sudah diantar dengan selamat ke tujuan. Popo ingin menutup pintu belakang mobil. Dia melihat masih ada satu barang yang belum diantarkan. Dia lalu melihat list alamat pengantaran. Tanpa pikir panjang, dia bersama Zake menuju tempat terakhir pengiriman barang.


    ***


    Alamat terakhir...

    Zake merasa cemas karena dia tahu daerah ini adalah distik pelacuran dan waria. Zake gemetaran dan memikirkan tentang kesialan mitos kejatuhan cicak. Dia memegang erat barang pengiriman yang ada di tangannya.
    Po, kamu aja gih yang masuk. Feeling ku udah ga enak nih,” ucap Zake yang gemetaran.
    “Feeling. Gaya bener. Sok Inggris kamu ini. Haha,” canda Popo.
    Popo memencet bel rumah. Tak lama kemudian, keluar seorang waria. Hay, sayang. Ada apa niii. Masih sore gini udah pengen disepong ya?”
    “Astagfirullah,” ucap Zake kontan.
    Dengan nada menggoda dan pandangannya menghadap Zake si waria berkata, “hey ganteng. Ngomong apa tadi kamyu?”
    Maaf, Mbak. Apa benar ini alamatnya Bapak Joko Sugiyanto?” Popo mencoba tenang.
    Tiba-tiba saja raut wajah waria di depan Zake dan Popo menjadi serius. Dengan nada serius dan suara lelaki serta menatap Popo dan Zake, si waria berkata, “tunggu! Kalian tunggu di sini! Awas jangan kabur!”
    Rasa cemas Zake semakin besar. Badannya berkeringat dan gemetaran, “aduh, Po. Beneran kan ini perasaanku. Kabur aja yuk.”
    Tiba-tiba ada empat orang waria keluar dari rumah. Mereka lalu memaksa Zake dan Popo untuk masuk ke dalam rumah.
    Emaaaaaak!” teriak Zake.

    Di suatu hamparan sawah...

    Ayah dan Ibu Zake beristirahat di pinggir sawah milik mereka. Ibu Zake bersin. “Aduh, Pak. Ini badan gak sakit gak kenapa-kenapa kok daritadi bersin-bersin terus.”
    “Anakmu si Zainudin alias Zake itu lagi kangen kali, Bu,” canda ayah Zake.
    Di rumah Syla...
    Terlihat kamar yang rapi dengan cat warna putih yang bersih. Syla bersandar di kasur dengan tempat tidur yang terbuat dari besi berwarna emas. Dia tersenyum sambil melihat foto kenangan masa SMP nya. Dia membuka-buka lembar demi lembar halaman. Tiba-tiba pandangan Syla tertuju pada foto dirinya bersama seorang lelaki yang mirip dengan Zake. Bibir Syla tersenyum terbuka ingin mengucap, “Za...”

    Dalam rumah waria...

    Ke, keknya ini bener-bener gara-gara cicak nih. Cari ide buruan. Biar kita bisa kabur dari sini,” bisik Popo.
    Zake dan Popo sudah berada di dalam rumah waria. Tangan mereka diikat di belakang. Mereka berdua dalam posisi berlutut. Terlihat lima orang waria ada di depan mereka.
    “A, aku gak tahu nih. Kamu sendiri kan tahu kalau aku paling parno ama waria,” jawab Zake ketakutan dan gemetaran.
    Aih, aih. Kalian bisik-bisik deketan. Kalian homo ya?” tanya seorang waria.
    Di kantor punya ayah Mbak Syla...
    Kantor sudah ditutup. Sutrisna bersiap untuk pulang. Dia memikirkan keberadaan Zake dan Popo. “Dasar , Homo! Hilang kemana itu dua orang homo. Mana bawa mobil kantor lagi!” Sutrisna mengambil handphone dari saku celananya, berniat untuk menghubungi Zake dan Popo. Dia melihat wallpaper di handphone nya yaitu foto Syla. Sutrisna memandanginya.
    Mbak Syla. Cantiknya dirimu. Kapan aku bisa nikah ama kamu sayang,”
    Tak sadar, muncul notifikasi dead battery di handphone Sutrisna. “Yah, matek. Mbak Sylaaaa...”


    ***


    Syla duduk di depan meja rias. Syla me-lipstik-i bibirnya dengan lipgloss. Dia tersenyum mengambil handphone di depannya yang berdering. Terdengar suara ringtone lagu Somewhere Over The Rainbow.
    Oh, udah di depan ya? Masuk aja ke kamar ku, Rin. Gak dikunci kok.” Tak lama kemudian, ada yang membuka pintu kamar Syla.
    Dalam rumah waria...
    Terdengar suara pintu dibuka. Zake dan Popo melihat orang yang keluar dari pintu di hadapan mereka. Terlihat sesosok wanita cantik di hadapan mereka. Seorang wanita dengan rambut sebahu, kulit putih, tinggi sekitar 165 cm dan tubuh yang langsing. Umur wanita itu sekitar 25-an tahun ke atas. Dia mengenakan hotpants.
    Mata Popo terbuka lebar melihat wanita di hadapannya, “Astagfirullah.”
    Dengan senyum dan air liur yang menetes Zake mengucap,”Alhamdulillah.”
    Malam Bunda Sugimoto,” sambut para waria.
    Malam, ladies,” jawab Bunda Sugimoto.
    Sugimoto duduk di kursi sofa berwarna merah marun. Dia mengangkat kaki kanannya lalu meletakkannya di atas kaki kirinya sambil melihat ke arah Zake dan Popo.
    Zake menatap Sugimoto dengan senyuman dan mencoba berbicara lirih ke Popo, “ wah, Po. Sugimoto, orang Jepang nih dari namanya. Cantik bener. Disekap selamanya juga rela nih kalau ama wanita secantik itu.”
    Sugimoto melihat Zake dan Popo dengan senyuman dan suara lembut, “malam, tuan-tuan.”
    Zake menatap Sugimoto dengan senyuman, “malam, Bunda. Popo hanya terdiam tak menjawab salam dari Sugimoto.
    Sugimoto memandang Zake dengan senyuman, “wow, ramah sekali tuan ini. Ladies, bawa tuan itu ke sini. Tolong sekalian lepas ikatannya.”
    Baik, Bunda,” jawab para waria. Para waria melepas ikatan Zake lalu membawanya di hadapan Sugimoto.
    Sugimoto memandang Zake dengan kedipan mata, “duduk samping Bunda sini, Tuan.” Tanpa basa-basi, Zake segera duduk di samping Sugimoto. Sugimoto merangkul pundak Zake. Zake terlihat tegang dan badannya bergemetar.
    “Gak usah grogi, Tuan. Hem, sayang,” rayu Sugimoto.
    Jemari kanan Sugimoto mengelus pipi Zake lalu telunjuknya menyentuh bibir Zake. Mata Sugimoto perlahan tertutup dan dia mendekatkan bibirnya ke bibir Zake.

    Di rumah Sutrisna...

    Sutrisna mencium layar handphonenya. Terlihat kabel charger handphone tertancap di saluran listrik. “Mmmmuuaacchhh! Mbak Sylaaaa. Akhirnya bisa menatap wajah Mbak Syla lagi.” Sutrisna memandang foto Syla di meja tempat dia duduk sekarang. Dia lalu mengambilnya.
    “Duh, Mbak Syla. Kamu memang di mana-mana. Betapa cantiknya dirimu. Kamu selalu di hatiku sayang. Kapan aku bisa di hatimu? Andai aku bisa, pasti akan aku antar cintaku ini ke...”

    Dalam mobil Syla...

    “Ke hatimu. Haha,” canda Syla sambil mengemudi mobil Honda Jazz berwarna biru miliknya ditemani oleh Ririn.
    Ye, ditanyain serius mau kemana. Dari tadi jawabnya ke hatimu mulu. Serius ini,” Ririn sedikit merasa sebal.
    Aku juga serius ini. Emang gak boleh ya kalau aku pengen ke hatimu?”
    Ooo, tidak bisa. Aku bukan lesbi ya. Yee, dasar ih. Aku cium, baru tau rasa kamu, “ canda Ririn.
    Emang rasanya gimana? Haha,” canda Syla.
    “ Hmm, rasanya?

    Dalam rumah waria...

    Telunjuk Sugimoto memegang bibirnya sendiri. Dia menatap Zake dengan senyuman merayu. “Manis sekali rasanya ciuman dari bibir kamu, sayang.” Zake terdiam memandang Sugimoto tanpa kata dengan senyuman.
    “Astagfirullah,” ucap Popo dengan nada lirih sambil melihat Zake dan Sugimoto sambil mengelus dada. “Jagalah hati, “ sambil meniru gaya AA Gym.
    “Ladies, ka-ra-o-ke time...,” ucap Sugimoto kencang amun centil.
    “Baik, Bunda!” sambut para waria.
    Para waria mendorong layar led 42” dan sound system ke hadapan Sugimoto. Mereka memersiapkan peralatan karaoke. Selesai mempersiapkan, salah satu waria memberikan dua buah microphone ke Sugimoto. Sugimoto memberikan salah satunya ke Zake. “Let’s play!” ajak Sugimoto.
    “Sugimoto?” Popo memikirkan sesuatu.


    ***


    Terlihat toko kue dengan interior serba emas. Susunan raknya pun rapi. Bisa terlihat bahwa toko kue tersebut toko kue yang mahal. Syla mendekati salah satu pelayan berbaju maid. Syla mengambil selembar kertas dari tas kain bergabar bunga lily. Dia lalu memberikannya kepada pelayan di depannya.
    Mbak, pesanan sesuai bon ini udah bisa diambil belum ya?” tanya Syla memberikan bon kepada pelayan.
    Pelayan membaca bon yang diberikan oleh Syla. “Oke. Tunggu sebentar ya, Mbak.”
    “Emang kamu pesan kue apaan, Syl?” tanya Ririn.
    “Ma-u ta-u a-jah, a-jah ta-u ma-u,” jawab Syla bercanda.

    Dalam rumah waria...

    Popo akhirnya bisa mengingat sesuatu yang tadi diingat-ingatnya. Terdengar suara musik dari lagu Kemesraan Ini Janganlah Cepat Berlalu.
    Jah. Sugimoto. Sugiyanto. Joko Sugiyanto. Si Zake dicium waria tuh tadi,” Popo menghela nafas. Popo mencoba berdiri dan berbicara pada Sugimoto. “Bunda Sugimoto!”
    Sugimoto, Zake dan para waria memandang Popo. Sugimoto mengambil remote dvd lalu mematikan musik yang sedang dimainkan. Dia memandang Popo. Popo berjalan mendekati Sugimoto lalu dia berlutut di depan Sugimoto. Dia dengan pandangan ke bawah.
    Dengan nada berwibawa, Popo berkata, “Bunda Sugimoto. Maafkan saya hanya terdiam saja dari tadi tanpa menyadari kecantikan Bunda. Bersediakah Bunda untuk melepaskan ikatan saya ini? Saya ingin melayani Bunda lebih dari teman saya yang bodoh di samping anda itu.”
    Bodoh? Apa-apaan ini?” Zake terlihat marah.
    “Tatap wajah Bunda, sayang. Ladies, lepas ikatan sayangku ini,” ucap Sugimoto sambil memandang mata Popo. Popo memandang ke wajah Sugimoto. Para waria melepaskan ikatan Popo. Popo lalu berdiri menunduk.
    “Terima kasih Bunda Sugimoto. Apa yang bisa saya lakukan untuk Bunda,”
    “Hmm, menarik sekali kamu sayang,” ucap Sugimoto merayu.
    Popo menegakkan badannya lalu mendekati Zake, “Zake, kamu tidak layak untuk di samping Bunda Sugimoto. Lelaki macam kamu ini tidak bisa melayani Bunda dengan semestinya.”
    Sugimoto memandang Popo dengan senyuman menggoda. Zake merasa marah lalu berdiri di hadapan Popo. Popo memegang tangan kanan Zake dan mendekati telinga Zake lalu membisikkan sesuatu. “Ke, ka-bur.” Popo menarik tangan Zake. Mereka berdua mencoba kabur dari rumah waria.
    Zake dan Popo bisa keluar rumah waria. Mobil mereka ada di sebelah kiri tapi mereka malah belok ke kanan. Terjadi adegan kejar-kejaran. Zake dan Popo berlari melewati sebuah perempatan, mereka belok ke kanan. Mereka melewati jembatan, belok ke kanan lagi. Melewati pertigaan lalu belok ke kanan lagi. Melewati perempatan lalu belok ke kanan lagi. Akhirnya mereka memutar balik ke rumah waria. Mereka bisa masuk ke dalam mobil mereka. Tak jauh di belakang mereka, para waria mengikuti. Akhirnya mobil Zake dan Popo bisa berjalan.
    Sugimoto berteriak dengan suara lelaki nada keras dan marah namun nafas tersengal-sengal, “woi, asyuu! Bayar woi!”


    ***


    Suasana kosan Zake sudah sepi. Bulan purnama terlihat di langit yang cerah. Popo bersandar di depan muka mobil. Zake duduk di tembok teras depan kamarnya. Tak ada sepatah kata yang terucap dari mereka berdua. Zake lalu mendahului untuk memulai perbincangan. “Po, kenapa kamu mengajakku kabur? Kamu iri ya?”
    “Hah? Iri? Ke, kamu ini udah diselamatin masih aja berpikiran yang engak-enggak,” jawab Popo dengan nada sebal.
    Zake berdiri mendekati Popo. Dia menepuk keras bahu Popo. Tatapannya ke arah Popo. “Kapan lagi Po aku bisa dekat dengan wanita. Apalagi wanita secantik Sugimoto!” marah Zake.
    Popo balik menatap Zake, “wanita, wanita dan wanita. Kenapa sih di otak kamu cuman ada wanita aja? Pikirin tentang nasib kita dong! Gimana caranya besok kita jelasin soal mobil ini ke Pak Surtisna ama Bos! Kamu tuh...”
    Apa? Aku apa?” tanya Zake dengan nada marah.
    Zake memukul wajah Popo. Terjadi adu pukul antara Zake dan Popo. Di saat mereka bertengkar, datanglah mobil jazz biru yang dinaiki oleh Syla dan Ririn. Zake dan Popo tidak memerhatikan dan memerdulikan hal tersebut. Akhirnya pertengkaran mereka berhenti. Dua-duanya terkapar jatuh bersampingan menghadap langit.
    Ternyata kita bisa berantem gini gara-gara waria bernama Sugimoto doang ya?” tanya Popo dengan suara lirih dan tersengal-sengal.
    Zake kaget mendengar perkataan Popo. Dia sentak bangkit dan duduk. Pandangannya ke arah Popo. Popo juga bangkit lalu duduk. “Sugimoto? Waria?” tanya Zake tidak percaya.
    Joko Sugiyarto alias Sugimoto. Tadi pas kamu lagi asik ama dia, aku tuh mikirin itu tau. Rumah isinya waria semua. Sugi sugi, kepikiran nama penerima barang tadi sih. Yaudah lah. Selamat ya udah dicium waria. Haha.” tawa Popo merasa puas.
    Emaaakkkk!” teriak Zake merasa kecewa.
    Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu tetangga Zake yang memakai daster di depan Zake. Dia lalu memukulkan panci yang dia bawa ke kepala Zake, “berisik!” Lalu dia pergi.
    “Jelangkung sialan. Datang gak dijemput, pulang gak dianter,” Zake mengelus kepalanya kesakitan.
    “Sukurin!” tawa Popo makin merasa puas.
    Popo lalu berdiri mencoba lari. Zake juga berdiri mencoba mengejar Popo namun mereka berdua berhenti begitu melihat ada Syla dan Ririn di depan mereka. Syla dan Ririn memandang Zake dan Popo dengan bingung. Syla melambaikan tangan kanannya ke mereka berdua sedangkan tangan kirinya memegang sebuah plastik putih besar.
    “Syla?” ucap Zake lirih.
    Ririn?” ucap Popo lirih.
    Sepuluh menit berselang...
    Dari teras, Popo dan Ririn yang duduk berhadapan melihat Syla mengompres wajah Zake yang memar-memar di dalam kamar Zake.
    Kalian ini kenapa sih? Kamu ini dari dulu gak pernah berubah. Hobi banget berantem, “ Syla menekan keras kompres ke pelipis Zake.
    “Aduh duh. Pelan-pelan. Sakit tau,” Zake merasa kesakitan.
    Popo memandang Ririn, Ririn pun juga sama. Tak ada kata yang terucap hingga mereka berdua berbicara secara bersamaan dengan senyuman namuk kaku, “hay.”
    Mereka berdua terdiam lagi. Namun tak lama kemudian mereka berdua tersenyum dan tertawa. Mereka lalu mengucap kata secara bersamaan lagi dengan senyum yang lebih lepas, “apa kabar?”
    Popo dan Ririn kembali tertawa setelah mereka mengucap kata yang sama bersamaan untuk yang ke dua kalinya. “Sekali lagi baregan kayaknya bakal dapat payung cantik nih. Haha,” canda Popo.
    “Bisa aja kamu, Po. Gak berubah ya kamu. Dari dulu sampe sekarang masih suka ngelucu aja,” tawa Ririn.
    Popo melihat gelang dari anyaman benang di tangan kanan Ririn. “Dari dulu sampai sekarang,” Popo menghela nafas. “Dari dulu sampai sekarang, kamu masih mau pakai gelang itu ya, Rin?”
    Ririn terdiam. Dia melihat lalu mengelus gelang di tangan kanannya dengan tangan kirinya. Dia menghela nafas, berdiri, memandang Popo dengan senyuman lalu berdiri di depan Popo. Popo memandang Ririn dengan senyuman pula. Ririn mengangkat tangan kanannya dan mengepal. Terlihat tulisan PR di gelang yang dipakai Ririn. Sebuah gelang yang diberikan Popo ke Ririn semasa SMA.
    PR. Pekerjaan rumah! Harus semangat kerjain PR! Semangat anak SMA! Haha. Popo Ririn!” senyum canda Ririn.

    Dalam kamar Zake...

    Zake menatap Syla begitupula sebaliknya, “Mbak Syla kok bisa nyampe sini? Disuruh Pak Bos buat cek mobil ya?” tanya Zake.
    Ke, gak usah panggil Mbak ah. Berasa kita jauh banget. Lagian, ini bukan di kantor. Huu.”
    “Enggak gitu sih. Cuman sekarang kamu anak bos dan aku anak buah. Agak gimana gitu aja sih.”
    Syla menghela nafas, “kamu gak kangen aku ya? Ini udah setengah tahun sejak aku balik ke Indo. Akhirnya aku bisa ketemu ama kamu lagi, Ke. Tapi yah, kita udah terasa jauh banget. Kita gak pernah ngobrol sebagai pria dan wanita lagi, sama sekali. Kamu malu ya sekantor ama aku yang anak dari bos kamu?”
    “Aku gak bermaksud diemin kamu atau gimana, Syl. Tapi yaa, aku tuh...,” Zake berusaha menjawab dengan nada hati-hati.

    Di teras kosan Zake...

    Popo dan Ririn terlihat duduk bersebelahan. Mereka tersenyum satu sama lain. “Oiya, Rin. kamu kenal ama Syla darimana?” tanya Popo.
    Oh, itu. Ceritanya lucu sih. Gara-gara ketukeran ransel di Ngurah Rai pas liburan tiga bulanan lalu aja sih. Eh kita malah jadi deket. Ya udah,” jawab Ririn dengan tawa.
    Ternyata dunia itu sempit yah. Kamu bisa ketemu Syla, aku bisa ketemu kamu lagi. Haha. Oiya, masuk yuk.” Popo dan Ririn beranjak masuk ke kamar Zake.
    Syla memandang Zake dengan senyuman, “udah, Ke. Ga usah dijelasin. Aku tahu kok.”
    Ehem, ehem. Kayaknya ada yang CLBK nih ye,” sindir canda Popo.
    Apaan sih. Tiba-tiba datang ga dijemput. Udah kayak tetangga sebelah tadi aja. Haha.” Canda Zake.
    Syla memandang Ririn dan Popo. Dia melihat tangan Popo dan Ririn yang bergandengan, “ehem, ehem. Udah gandengan tangan aja nih.”
    Popo dan Ririn melepas tangan mereka satu sama lain. Mereka terlihat salah tingkah. Ririn tampak malu dan salah tingkah membenahi rambutnya, “err, emm. Aku ama Popo ini temen dari SMA. Iya, temen SMA.
    “Iya, kita dulu temen deket pas SMA. Udah, udah. Lanjutin aja acara kalian. Aku ama Ririn tunggu di luar aja kalau gitu,” Popo mencoba mengalihkan pembicaraan.
    Ciee, ehem, ehem. Duduk sini semua yuk. Bentar lagi udah jam dua belas malam nih,” sindir canda Syla. Syla membuka plastik yang dibawanya dari mobil. Dia lalu membukanya. Ternyata isinya adalah kue ulang tahun. “Ada yang punya korek api?”
    Ririn lalu mengeluarkan korek api dari tasnya lalu memberikannya ke Syla. “Nih. Emang siapa yang ulang tahun?” tanya Ririn penasaran.
    Zake salah tingkah mengacak-acak rambutnya sendiri, “emm.”
    Oh, I see. Buruan nyalain gih. Hihi,” senyum Ririn.
    Popo mendekati telinga Ririn lalu berbisik, “kamu bawa korek. Kamu masih suka ngerokok ya?”
    “Yah, maaf ya. Aku masih belum bisa berhenti ngerokok. Sama halnya ama perasaan ini, Po. Aku juga belum bisa berhenti mencintai kamu,” jawab Ririn lirih.
    Popo terdiam sejenak. Dia menatap Ririn dengan mata yang memerah dan berkaca-kaca muncul air mata namun Popo berusaha menahannya.
    Err, Syl. Ternyata kamu masih inget ulang tahunku yah. Aku, aku gak nyangka aja kamu,” ucap Zake canggung.
    Syla berpura-pura tidak menghiraukan perkataan Zake. Dia menyalakan lilin lalu menutup mata. “Make a wish!” ucap Syla bersemangat.
    Zake hanya tersenyum dan ikut menutup matanya. Kesialan hari ini berakhir dengan bahagia. Mereka berempat makan kue ulang tahun Zake.

    :oghoho:
     
    • Thanks Thanks x 11
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    wooo mepet bgt ni. . Romance tu cerita cinta ya? Klo romance of 3 kingdom?
     
  4. deJeer Administrator
    Head Admin

    Offline

    Watching You

    Joined:
    Sep 7, 2009
    Messages:
    16,920
    Trophy Points:
    335
    Ratings:
    +32,900 / -3
    ^
    salah posting kah kk?
    wkwkw
     
  5. Jars27 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 16, 2010
    Messages:
    437
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +21 / -0
    :hoho: yang kejatuhan cicak aja sialnya bisa kayak gitu

    apalagi saya, sering bunuh cicak :hoho:


    ceritanya kocak :hoho:
     
  6. abe_anto Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 14, 2012
    Messages:
    86
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +0 / -0
    huueekkk...geli ane sama cicak ahh...
     
  7. natan09 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 30, 2011
    Messages:
    719
    Trophy Points:
    37
    Ratings:
    +344 / -0
    kejatuhan cicak pernah rasanya 1x/2x tuh lupa
    tapi kalo sisak cicak sering tuh
    wkwkwk
    gtw dah brp banayk cicak yg disiksa tuh
     
  8. mitshui Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 12, 2010
    Messages:
    166
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +5 / -0
    wkwkwkwk jadi inget kejadian saudara saya pas lagi mandi eh ada cicak karena paling takut sama cicak dia sampe keluar cuma ditutup sama handuk wkwkwkwkwk
    btw nice story kaks
     
  9. fyresimpact Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 15, 2012
    Messages:
    33
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +13 / -0
    hahahahaa,ane pernah tuh gan kejatuhan cicak beberapa kali gan (udah lama jadi lupa)

    nice story gan
     
  10. gludux M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Nov 19, 2008
    Messages:
    2,506
    Trophy Points:
    112
    Ratings:
    +430 / -0
    bagus lah...tetep berkarya yaaa :ogterbang:
     
  11. switched Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 11, 2012
    Messages:
    32
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +5 / -0
    keep writing sob :)
     
  12. bernardaskes Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 27, 2011
    Messages:
    13
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +0 / -0
    sip tulisannya ok nbanget
     
  13. 4nt0n1 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 29, 2010
    Messages:
    22
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +3 / -0
    wkwkwkwkwkwk...... kocak..... lanjutkan perjuanganmu.......
     
  14. teremitzu M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Dec 30, 2010
    Messages:
    684
    Trophy Points:
    206
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +13,462 / -0
    pernah gan q ngalami itu kejatuhan cicak....

    tapi gag sgitunya kejadiannya....hehehe
     
  15. babeh_orayz M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Apr 29, 2009
    Messages:
    479
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +3,436 / -0
    Walaupun ngakak liat si Zainudin alias Zake tapi akhirnya endingnya berakhir bahagia
     
  16. balqi Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 14, 2009
    Messages:
    126
    Trophy Points:
    31
    Ratings:
    +11 / -0
    Kata orang tua dulu mau dpt sial...hehehe...
     
  17. Blankzz Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Sep 7, 2010
    Messages:
    23
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +0 / -0
    jadi keinget gw dulu
    kejatuhan cicak di muka


    jadi trauma ama cicak gw sekarang haha
     
  18. MataSakti M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Nov 3, 2011
    Messages:
    1,087
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +291 / -0
    ceritanya bagus, lanjutkan perjuanganmu
     
  19. GuardianOfKnight Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jun 10, 2012
    Messages:
    393
    Trophy Points:
    51
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,041 / -0
    wkwkwk bner kocak keep writing sob
     
  20. bano17 Members

    Offline

    Joined:
    Sep 10, 2011
    Messages:
    8
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +0 / -0
    trit yang bermutu, lajutkeun
     
  21. Ramdhit M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Nov 18, 2011
    Messages:
    218
    Trophy Points:
    32
    Ratings:
    +39 / -0
    Nice story. . .

    Idenya bagus. . .
    Untung gw blom pernah kejatohan cicak. . .
    Jangan sampe lah. . .
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.