1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Berbeda, Seperti Kolor

Discussion in 'Fiction' started by lemulemot, Jun 20, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. lemulemot Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Apr 3, 2010
    Messages:
    200
    Trophy Points:
    26
    Ratings:
    +198 / -0
    siang gan, iseng2 nih engga ada kerjaan dirumah mo coba2 bikin cerpen :peace:
    saya gk ada latar belakang penulis atau hobi, cuman seneng imajinasi aja
    kalo misal ada salah atau gk mengenakkan boleh dicaci maki koq :pupi:

    BERBEDA, SEPERTI KOLOR ​

    KRING..KRING…!!
    Aku langsung terbangun dari tidurku, dengan mata yang masih setengah tertutup tanganku menggapai-gapai sumber suara yang tidak beradab tersebut. Akhirnya kutemukan jam wekerku yang berbentuk doraemon. Semua suka doraemon, siapa juga yang mau membenci doraemon ? bulat, berkumis jarang, pendek, menggemaskan, apalagi dengan kantong ajaibnya , semua bisa dikeluarkan. Ya, kecuali kalo ternyata kantong yang ada di perut doraemon isinya sampah plastik bekas muntah-muntahan, atau ternyata doraemon merupakan Bandar besar vcd P*rn* yang menyembunyikan barang jualannya di kantong itu. Kulihat jam udah menunjukkan pukul 8 pagi.

    “Masih jam 8, gila siapa sih yang ngatur wekernya ini, enggak punya otak !” umpatku. Padahal beberapa detik kemudian, aku ingat kalau yang mengatur weker ternyata aku sendiri. Mungkin nanti siang aku harus pergi ke dokter untuk rontgen kepala, siapa tahu bener kalau ternyata di dalam tengkorakku enggak ada isinya.

    Aku ingat alasan kenapa aku mengatur wekerku sepagi ini (jam 8 itu sudah pagi sekali menurutku), karena kemarin aku habis mengikuti seminar tentang pengembangan diri. Sebenaranya aku ikut seminar hanya menemani temanku Eric, kolektor sertifikat. Kata Eric, semakin banyak sertifikat kita dari seminar, semakin gampang cari kerjanya. Pernah aku diperlihatkan koleksi sertifikatnya, bahkan sertifikat tanah rumahnya pun ikut diambil, benar-benar bocah durhaka. Di seminar itu, pembicara atau apalah itu namanya, dengan semangatnya pamer pendapatan mereka, yang katanya bisa 1 juta perdetik, ya perdetik. Dengan mulut berbusa-busa mereka menjelaskan gimana mereka dari yang tidak punya duit, ngutang sama temannya, jual barang-barang berharga seperti handphone, kalung, dan mobil, jalan kaki dari monas sampai bandung untuk jual ayam.

    Sebenarnya ingin aku bertanya sama pembicara tersebut

    “Sebenarnya, apa tujuan kita mencari uang ?”
    “Apakah kita bisa bahagia dengan mempunyai banyak uang ?”
    “Apakah untuk mencari uang yang banyak, kita harus mengorbankan sesuatu, termasuk didalamnya orang lain yang menderita akibat keinginan kita mencari banyak uang ?”
    “Kenapa uang itu ada ?”


    Ratusan pertanyaan muncul dikepalaku dengan tiba-tiba. Tapi akhirnya kuurungkan niatku untuk bertanya, aku lebih memilih memakan lemper yang ada di kotak snack yang dibagikan tadi. Kulihat Eric yang berada disebelah ku, dengan rapinya mencatat apa yang dikatakan pembicara tersebut, rajin sekali.
    Kulihat sekeliling, para peserta seminar pun dengan antusiasnya mendengarkan pembicara, ada yang berlomba-lomba mengacungkan jari untuk bertanya, entah untuk mendapatkan hadiahnya atau memang ingin bertanya. Muka-muka orang pintar pun bertebaran di ruangan itu, bahkan mungkin pantat mereka pun bisa mengerjakan algoritma, pikirku.

    Melihat hal-hal tersebut, aku merasa tidak enak, entah kenapa perasaanku jadi sedih. Mungkin ini yang namanya galau. Aku merasa menjadi orang yang paling bobrok didunia, merasa paling enggak berguna, dan goblok.
    Semakin lama, benar-benar semakin tidak enak perasaanku. Akhirnya kuputuskan untuk pulang duluan.

    “Bro, gue cabut dulu ya” , pamitku kepada Eric.
    “Yah elu, lagi seru ini” , jawab Eric.
    “Sori, gue laper banget nih, perut gue udah enggak bisa kompromi, harus segera diisi di warteg terdekat, kan elu juga yang repot kalo gue ntar mencret” alasanku. Ternyata aku memang jenius
    “Oke deh, tapi ntar sertifikat elu buat gue ya”
    “Iye-iye, sekalian elu fotokopi seratus lembar dah, cabut dulu ya bro” jawabku dengan buru-buru.


    Di dalam perjalanan, semakin sedih perasaanku. Entah apa yang pernah kulakukan selama kuliah, yang bisa kubanggakan. Empat semester kulalui hanya dengan bangun, kuliah, pulang, tidur, menonton tv, dan bermain game. Mungkin jika aku mengatakan kegiatan sehari-hariku kepada orang-orang tadi, pasti mereka tertawa dan mengecapku sebagai orang yang tidak berguna. Saking tidak karuannya pikiranku, motor yang kukendarai kupacu lebih lambat daripada becak, safety first.

    “Harus tidur, harus tidur, jangan terpengaruh mereka..!!” kataku sepanjang perjalanan pulang.

    Sampai rumah aku mengatur weker, lalu langsung membanting tubuhku ke kasur untuk tidur, untung saja bukan John Cena atau The Rock yang membantingku.

    Akhirnya aku ingat kenapa aku bangun jam segini.

    Aku keluar kamar, tidak lupa sebelum itu aku mengumpulkan wadah bekas mie instant yang kumakan tadi malam, benar-benar gaya hidup yang tidak sehat, mungkin 5 tahun lagi kulitku bisa berubah menjadi stereoform seperti wadah mie instant tersebut. Kulihat mbak Wati, pembantuku sedang menyapu lantai. Sambil mengucek-ucek rambut gimbalku aku bertanya kepada mbak Wati, pertanyaan yang sangat penting, pertanyaan yang memegang kunci antara hidup dan matiku.

    “Mbak Wat, bikin lauk apa ?”
    tanyaku
    “Tadi aku goreng tahu sama telur dadar ,mas yog. Sayurnya ada kangkung.” jawab mbak Wati sambil melanjutkan kegiatan aerobik sapunya.

    Aku melangkah menuju dapur. Aku tidak mau memikirkan apa yang orang-orang di seminar itu pikirkan. Aku hidup dengan caraku sendiri, asal orang-orang disekitarku tidak terganggu itu sudah cukup. Hidup ini seperti memakai kolor, tiap orang berbeda-beda, meski sama motifnya, bau yang ditimbulkan berbeda.
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. nanamiang Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 8, 2010
    Messages:
    234
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +21 / -0
    Haha.. ini cerpen ato pengalaman hidup, bro? hehe... tapi cukup menggugah...
    Kadang ikut seminar2 itu gak ada guna menurutku. Cuma dengar tapi kita gak ada niat menjalankan, percuma....
     
  4. lemulemot Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Apr 3, 2010
    Messages:
    200
    Trophy Points:
    26
    Ratings:
    +198 / -0
    hahaha cuman unek2 yang gk brani disampaikan secara langsung bro ^^v, thanks udah baca huehuhe
     
  5. along_co Members

    Offline

    Joined:
    May 6, 2011
    Messages:
    5
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +111 / -0
    enak di bacanya, ada bakat kayak nya bro. btw mirip-mirip ama gw deh gaya hidup ente... tidur jam 3 pagi bangun jam 11 siang.
     
  6. NikitaDE Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 7, 2011
    Messages:
    75
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +13 / -0
    Bagus kaka~ aku sampe di katain aneh gara-gara cengar-cengir sendiri didepan laptop :onion-07:

    EPIC banget deh XD ahaha
     
  7. NikitaDE Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 7, 2011
    Messages:
    75
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +13 / -0
    Bagus kaka~ aku sampe di katain aneh gara-gara cengar-cengir sendiri didepan laptop :onion-07:

    EPIC banget deh XD ahaha
     
  8. lemulemot Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Apr 3, 2010
    Messages:
    200
    Trophy Points:
    26
    Ratings:
    +198 / -0
    hehe makasih brooo !! \^^/ :punk:
    iya nih, ceritanya jg ada yang dari kehidupan pribadi wwkwk, biasa lg masa2 suram

    makasi cc :sayangku: , ati2 cc cengar cengir terus ntar jadi kuda loh jiahahahah LOL

    ------------------------------------------------------------------------------------------

    oya ini ada cerita lagi, ternyata susah bgt ya bkin cerpen, kalo gk sengaja lancar, klo sengaja malah macet2 kek ingus

    KRIK KRIK KRIK

    “Jangkrik !! Panas banget !!” umpatku.

    Siang itu terik sekali, bahkan kulihat tukang sampah yang sedang berkeliling mengambil sampah, bersimbah keringat. Ternyata orang yang berkeringat berlebihan itu tidak keren, tidak seperti di film action yang pernah kulihat. Aku tidak tahu mengapa orang rela berpanas-panasan demi uang, mungkin kelak aku akan tahu sendiri. Kulanjutkan langkahku menuju kampus dengan berjalan malas-malasan.
    Sejujurnya, aku tidak ingin pergi, tapi hari ini IP jurusan ditempatku dibagikan. Menurutku buang-buang tenaga sekali, kenapa tidak seperti di universitas lain yang IP nya diumumkan melalui website, mungkin mereka yang mengurusi bagian tersebut hanya bisa membuka facebook atau situs P*rn*, cih Indonesia sekali.
    Kulihat kendaraan lalu lalang, motor,mobil, truk . Bahkan ada anak kecil yang masih bau popok memacu motornya dengan sangat kencang, mungkin anak kecil itu bosan bermain di lapangan, ia ingin bermain di kolong truk. Sungguh ramai sekali jalan ini, tak seorangpun yang ingin mengalah, seharusnya mobil dan motor yang di impor ke Indonesia tidak usah dipasang rem, mungkin bisa menghemat biaya.
    Langkahku terhenti, aku melihat seorang yang tidak asing lagi. Seseorang yang ingin menghancurkan hidupku. Segera aku menyeberang ke sisi jalan lainnya.
    Tiba-tiba aku mendengar teriakan dari seberang jalan

    “WOI MUNYUK KERITING, KAPAN LU BAYAR CENDOL GUE ?!!”

    Aku terus melangkah, aku pura-pura tidak mendengarkan. Suara itu hanya pikiranku saja. Mungkin aku terlalu gugup karena IP akan dibagikan.

    “OH LU MAU BAYAR PAKE KUPING LU ?? OKE DEH, GUE AMBIL SENDIRI YA?!!”

    Orang-orang sekitar melihatku, seakan aku seperti pedofil yang kabur dari penjara karena nafsunya tidak tertahankan dengan air liur yang menetes di sekitar mulutnya.
    Tapi aku terus melangkah, tiba-tiba ada tangan yang mencolek punggungku, aku takut untuk berbalik, mungkin yang mencolek punggungku adalah Om-om homo yang sedang mencari mangsa, atau kernet kopaja yang akan memaksaku untuk menukar uang receh.
    Dengan keringat dingin membasahiku, mau tidak mau aku berbalik. Ternyata seorang ibu-ibu, huft.


    “Mas, kayaknya orang yang teriak-teriak itu manggil mas”
    “Wah engga mungkin bu, orang saya gak kenal orang itu”
    “Tapi tadi yang teriak nyebut keriting, disekitar sini saya lihat yang keriting cuma masnya”
    “Duh, semua orang kan rambutnya keriting bu”
    “Kok bisa mas ?”
    “Orang yang teriak tadi kan enggak nyebutin rambut yang atas atau bawah bu”
    “Ih jorok masnya”
    “Kok jorok sih ? coba lihat rambut di kaki ibu, pasti keriting. Kalau lurus mah ntar kaya jengkol bu”


    Setelah itu aku tidak melanjutkan berbicara dengan ibu itu, malas rasanya berbicara dengan orang mesum. Kulanjutkan perjalananku. Sebenarnya aku tahu orang yang teriak-teriak tadi menunjukku.
    Tempo hari aku ingin minum cendol karena tidak bisa beol 4 hari. Kuputuskan untuk membeli cendol di orang tersebut. Setelah aku minum cendol itu, aku menemukan kenyataan yang sangat pahit, bahwa cendol tersebut harganya Rp. 9000, ya sembilan ribu rupiah. Gila pikirku, harga yang tidak manusiawi, pembunuhan dengan cara pelan-pelan ini namanya. Dan setelah itu kuputuskan untuk tidak membayar, Bahkan jika aku sudah sukses nanti, kalau sukses, aku tidak akan bayar hutangku itu. Sudah cukup sakit hati yang kurasakan.

    ............
    ............
    ............
    ............

    Akhirnya kakiku sukses mengantarkanku di depan kampus, untung saja kaki ini tidak ada argonya. FISIP, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Sosial dan Politik, dua kata yang sangat kubenci. Aku paling malas yang namanya bersosialisasi, aku tidak ingin punya jutaan teman tetapi hidup dengan jutaan pengkhianat, lebih baik aku punya 1 teman dengan jutaan kebahagiaan. Politik ? aku bahkan tidak pernah melihat tivi dirumah, aku tidak peduli kalau presiden Negara ini adalah doraemon atau piccolo dari planet Namek. Aku menuju gedung A yang memang dibangun sebagai tempat mengurus hal-hal yang berhubungan dengan mahasiswa dan kampus.
    Sampai sana, karena aku tidak tahu dimana tempat mengambil IP, aku memberanikan diri bertanya kepada seorang cewek yang kebetulan sedang berdiri tak jauh denganku.

    “Mbak, mau tanya, ruangan dosen jurusan Administrasi Jemuran dimana ya ?” tanyaku

    Cewek tersebut tersenyum, lalu membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaanku

    “Di sit-“

    WUZZ, tiba-tiba aku mencium bau busuk, seperti toilet yang digunakan untuk beol, tetapi tidak disiram sepuluh hari.

    “Nanti habis lantai dua, adeknya belok kanan, di ujungnya”

    Akhirnya aku sadar, bau busuk tersebut berasal dari mulut cewek ini. Buset, ini cewek makan sampah atau apa sih ?

    “Oh, makasih mbak” ucapku seraya pergi.


    Ternyata, diam-diam Indonesia menyimpan senjata pemusnah massal.

    .......
    .......
    .......

    Sampai diruangan, aku melihat teman-temanku sedang berkumpul membahas IP yang akan dibagikan, aku duduk di pojok ruangan, teman-temanku tidak menghiraukanku dan masih membahas sambil bercanda tawa.

    Keberadaanku seperti angin, tidak pernah dipedulikan orang.

    Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya namaku dipanggil. Aku langsung menuju ke meja dosen waliku. Kulihat dosen waliku, mukanya tertekuk-tekuk seperti celana dalam. Mungkin aku dapat nilai perfect, pikirku.

    “Nih IP kamu” ia memberikan selembar kertas dengan dinginnya memandangku
    “Sudah, pulang saja kamu” lanjutnya
    “Iya pak, terima kasih” kataku sembari pergi

    Dengan kertas IP yang masih kupegang, aku keluar dari gedung tersebut. Kuputuskan duduk diseberang jalan dekat kampus. Kuputuskan untuk melihat nilaiku, tidak lupa aku membaca doa sebelum makan sebelum melihat IP ku…..

    Akuntansi : E
    Filsafat : D
    Statistika : E
    Mikro Ekonomi : A
    Bahasa Inggris : C
    Pemasaran : D
    Fisika Dasar : E
    Indeks Prestasi Total : 1.69

    …………..
    ……………
    …………..

    Aku terdiam, tidak marah ataupun tersenyum. Aku tahu memang hasilnya seperti usahaku. Ingin aku menyalahkan dosen, orang tua, atau pun teman-temanku. Normalnya, orang bilang itu merupakan kesalahanmu. Padahal waktu sekolah kita pernah diajarkan Probabilitas, kemungkinan. Tidak mungkin kan kemungkinan kegagalanku karena aku sendiri, pasti dibalik ini ada kemungkinan-kemungkinan yang lainnya.

    Aku bangkit dari tempat itu, kuputuskan untuk pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan itu aku berpikir.

    Ah, aku tidak mau memikirkan itu. Kalau dipikir-pikir, semakin bertambahnya umurku, semakin susah hidupku karena memikirkan dunia. Aku ingin kembali ke masa kanak-kanak, dimana yang dipikiranku hanyalah bermain. Kalau saja hidup sesimple itu.
    Aku melihat sebuah bajaj dari kejauhan dengan kecepatan tinggi.

    Tanpa pikir panjang, aku melompat menuju bajaj tersebut. Saat ini yang kupikirkan hanyalah…..
    …….
    …….
    …….
    “Bang sampai tanah abang berapa, boleh bayar dirumah ngga ?” tanyaku.
    “Dasar pantat monyet lu !!, bikin kaget gua aja, mo mati ketabrak lu ?” maki abang bajaj tersebut.

    Aku hanya tersenyum. Memang, hidup ini seperti kolor, setiap orang punya kolor kesukannya. Meskipun ia suka, apakah kita juga harus suka ?. Yang orang nilai A tentu tidak selalu kita nilai A, juga sebaliknya.

    “Akan kutaklukkan dunia ini !!”
    “Akan kubuat dunia ini sesimple mungkin !!”


    Aku berteriak sekencang-kencangnya, tak peduli berapa banyak nilai E di kertas ini atau tak ada temanku yang menganggapku, aku harus terus berjuang.

    “Woi berisik, gua lagi nyetir nyet.”

    :pupi: mohon caciannya ya kk cc
    moga betah baca tulisan seorang madesu ini :sedih1
     
    Last edited: Jun 25, 2012
  9. NikitaDE Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 7, 2011
    Messages:
    75
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +13 / -0
    Ahaha iya makasih kaka~~ XD

    Btw cerita kedua itu awal & akhirnya bikin ngakak, tapi yang tengahnya terlalu serius buatku(?)

     
  10. abe_anto Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 14, 2012
    Messages:
    86
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +0 / -0
    hahaha...curcol pengalaman hidup yah...hohohohoo
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.