1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Bukan Pejantan Tangguh

Discussion in 'Fiction' started by gusbadung, Jun 1, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. gusbadung Veteran

    Offline

    Joined:
    Dec 8, 2010
    Messages:
    0
    Trophy Points:
    240
    Ratings:
    +7,908 / -0
    Daun – daun mulai mengering. Daun daun itu menguning, jatuh melayang tersapu angin maret di sore nan kering. Hujan telah hampir sepuluh purnama tak kunjung menyiram, desir basah angin dari kaki bukit pun seolah hanya penyejuk sebuah kehausan alam yang mulai meranggas terbakar matahari.


    Jam 10:30

    Adit bangun siang, atau lebih tepatnya kesiangan, beruntung hari ini hari minggu, hingga dia tak perlu repot repot tergagap bangun untuk menyambar handuk ataupun meloncat segera dan tergopoh kekamar mandi. Dia hanya menggeliat panjang merasakan persendian di seluruh tubuhnya melonggar nyaman, matanya yang bening segera berkaca-kaca setelah mulutnya menguap lebar, mengejap menatap kosong langit langit kamar, pikirannya kosong, hatinya hampa. Ada sesuatu yang hilang dari tujuan hidupnya selama ini.Sesuatu yang sebelumnya telah menjadi rutinitasnya dan tiba-tiba saja seolah tercabut begitu saja. Semalam pikirannya begitu tegar, seolah berharap esok pagi sesuatu yang baru dapat melupakan segalanya. Tapi nyatanya tidak!.

    12:00

    Suara motor yang segera terparkir di halaman rumah, menggugah rasa penasaran Adit yang masih bermalasan di atas kasur sambil menikmati tayangan kartun di televisi, setelah mandi tadi, pikirannya sedikit terbuka, meski sesaknya rasa yang menggumpal di dalam dada tak mampu jua dia usir, Adit melongok keluar jendela. Dilihatnya Tio dan Denny dibawah masih sibuk memarkir motor di depan teras rumah kost, tempat Adit tinggal. Bergegas Adit menuju kearah pintu, bersiap membukakan pintu untuk kedua sahabat karibnya. Dan bersiap untuk curhat.

    12:05

    “ Woi ! bangun woi, jam segini masih molor “ seru Tio dari arah pintu, Adit hanya tersenyum, berusaha menyembunyikan rasa pahit yang mengganjal di hatinya.
    “ Mau ikutan ngga ? kita mau nonton konsernya The Fly di lapangan Renon “ Denny yang muncul kemudian, segera menutup daun pintu dengan perlahan.
    “ Males ah, hari ini gue mau di rumah aja “ Adit menjawab dengan enggan, tak ada yang tau isi hatinya saat ini, tak ada yang tau keadaannnya saat ini.
    “ Yah elu man, hari minggu gini ngga baik mendekam sendiri dalam kamar, mending di pake refresing, cuci mata…cuci mata “ ujar Tio yang telah merebahkan tubuhnya di ranjang, sementara tangannya memegang remote dan bersiap mengganti saluran TV.
    “ Ayolah, gue bela – belain jauh-jauh kesini, mau ngajakin elu, masak elu tolak… ngga asik lu man “ tambah Denny, dia meletakkan tas punggungnya di lantai dekat ranjang. Adit terdiam, mungkin…mungkin ini bisa menjadi mengobat luka hati. Pikirnya dalam hati. Akhirnya Adit pun mengangguk, rahasia ini masih terpendam di dasar hatinya, dan mungkin memang bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkannya ke Tio pun juga Denny untuk saat ini.

    13:45

    Lapangan Renon, yang terletak di jantung kota Denpasar telah penuh sesak dengan motor yang terparkir rapi berjajar depan dan belakang. Tak perlu waktu lama untuk memarkir motor dalam luasnya lapangan yang masih tersisa, hanya mencari tempat teduh di bawah pohon akasia, motor pun terparkir dengan nyaman, tanpa takut protes kepanasan tersengat terik matahari yang membakar. Didalam suasana tak kalah ramainya, penonton telah berjubel bahkan di depan tepat di bawah panggung, kerumunan penonton malah asyik berjingkrak – jingkrak, menikmati alunan music band pembuka yang menghentak.

    “Tapi kita kan baru saja kenal, bahkan kita masih belum tau karakter diri kita masing masing, aku siapa? kamupun siapa ? “ kata Naya tadi malam, di depan teras tempat kost mereka. Naya satu kost dengan Adit hanya kamarnya terletak paling ujung lantai 1, sementara kamar Adit terletak di lantai dua.
    “ Tapi keakraban kita seolah mengikis kata “ baru kenal” yang kau ungkapkan tadi “ sanggah Adit yang duduk di kursi di sebrang Naya, jantungnya berdetak tak beraturan bahkan wajahnya membias ketakutan yang amat sangat. Memang benar, mereka baru berkenalan dua bulan yang lalu tepatnya, tapi kesupelan Naya dalam menjalin persahabatan, membuat dia mudah bergaul dan cepat mendapatkan keakraban dari teman –teman baru di tempat kost.
    “ Terus maunya Adit apa ? “ suaranya lirih, namun mampu menyengat Adit dengan aliran listrik 10ribu watt, inilah saatnya…inilah saatnya , kegusaran Adit bertambah, sekarang atau tidak sama sekali. Gosip yeng beredar terlampau sulit untuk di sangkal
    “Aku mau kejelasan hubungan kita, aku tak mau menggantung “ bibir Adit bergetar, matanya menatap luruh kearah dahi Naya “ never look into her eyes” begitu kira – kira sebuah nasehat yang pernah ia terima dari guru etika komunikasinya sewaktu di bangku sekolah dulu, memang diantara pria penghuni kamar di kost tempat Adit, hanya Adit lah yang terlihat lebih akrab dan lebih mesra terhadap Naya, pun juga demikian dengan Naya terhadap Adit, sehingga tak salah jika rumor yang beredar di lingkungan kost mengatakan bahwa Adit telah menjadi pacar Naya.
    “ Menggantung gimana maksud kamu? “
    “Aku hanya ingin memastikan posisiku dimatamu, agar aku juga tak terlalu berharap banyak ke kamu “
    “ Maksud kamu ?“ dahi Naya mengernyit tajam, sungguh pernyataan Adit membuatnya semakin pusing.
    “Woi..man sadar…sadar, ngelamun mulu “ suara cempreng Tio menyentakkan lamunan Adit.
    “Apaan “ Adit menutup – nutupi rasa kagetnya.
    “Resleting celana lu tuh kebuka “ seru Denny di tengah gemuruhnya music yang mengalun sementara matanya dengan cuek menatap lurus kedepan.
    “ Hah! “ Adit tergagap, Tio ngakak, sedang Denny cuek dengan wajah innocent puas mengerjai Adit. Adit hanya mengumpat panjang pendek.

    16: 45

    Konser belum kelar, tapi Adit yang tak focus pada konser mengajak mereka untuk keluar. Gerutu teman – temannya karena mengajak keluar sebelum konser kelar, tak di gubrisnya. Siang itu Adit seperti berada di dunianya sendiri. Di tempat parkir Tio makin jengkel lagi, saat mendapati tutup busi motornya telah amblas di bawa maling, hari gini kok ya ada maling penutup busi, Adit hanya geleng gelang kepala.Namun tak perlu lama untuk mencari penggantinya, diantara puluhan motor yang terparkir saat itu, gila! benar benar gila, Denny seolah tak peduli sekitarnya, Adit hanya menatap mereka dengan perasaan ngeri, ngga lucu juga kan hanya gara-gara maling tutup busi, mereka jadi babak belur di hajar masa kalau sampai ketahuan, maling kok di balas dengan maling.

    “ Kita ketempat si Bambang aja yuk “ ajak Denny, setelah motor telah mulus kembali berjalan menyusuri jalanan beraspal jauh meninggalkan tempat konser, seolah melupakan kejadian barusan. Adit sempat berpikir, gimana seandainya pemilik motor yang telah hilang tutup businya tadi adalah seorang cewe, kasihan juga kan, mana bengkel terdekat di daerah Renon jaraknya lumayan jauh, dan lagi ini hari minggu, pasti banyak yang tutup hhh…Adit mendesah. Adit yang tadinya ingin menolak, terpaksa mengiyakan saja, hatinya perlu di refresh ulang, kira kira seperti itulah pikiran yang terus mengiang di benaknya.

    “Kamu menganggap aku sebagai apa ? “ Tanya Adit, hatinya telah siap menerima jawaban terburuk sekalipun.
    “ Yaa…aku menganggap kamu sebagai teman “ jeduaaar, jawaban itu seolah petir yang menyambar di lebatnya hujan bulan November, seketika Adit menjadi lemas.
    “ Sebatas itukah ? “ masih belum percaya, atau tepatnya Adit masih belum bisa menerima pernyataan Naya tadi.
    “ Iya “ jawab Naya pendek, dia sedikit bingung, dengan pertanyaan Adit, sebenarnya ini ada apa sih ?, mungkin seperti itulah pertanyaan yang menggelayut di benak Naya.
    “Dengan segala keakraban yang terjalin selama ini ?, dengan kemesraan yang kau berikan ke aku selama ini ? “ Adit masih berharap Naya merubah pernyataannya tadi.
    “ Adit… sebenarnya semua ini tentang apa ?, apa yang mau kamu ungkapkan ke aku, jangan bertele – tele ? “ Naya yang terus di selubungi kebingungan akhirnya membuka jalan.
    “ Aku maunya dan berharap kita lebih dari sekedar teman…” sedikit menggantung, namun tekad Adit semakin bulat, sepertinya Naya belum sadar akan arah pembicaraan mereka sedari tadi.
    Diiiiin ! lagi lagi, sebuah klakson motor menyentakkan lamunan Adit, Adit menoleh. Dilihatnya di belakang Tio dan Denny telah membelokkan motornya memasuki sebuah gang, sial ! sampai kelewatan, rutuk Adit dalam hati. Adit memutar motornya, dan menyusul motor Tio yang telah berbelok memasuki halaman sebuah rumah. Tempat kos Bambang.

    17 : 13

    “ Aku bawa ini nih, ada yang mau nggak “ Denny mengeluarkan botol plastik dari dalam tas punggungnya, berisi cairan bening agak kekuningan. Setelah beberapa saat mereka masuk kedalam kamar Bambang, yang saat itu tengah asyik menyetrika baju kerja untuk besok.
    “ Apaan tu ? “ Adit mengamati cairan dalam botol dengan perasaan sedikit ngeri, jangan…jangan.
    “ Arak !“ jawab Denny singkat, benar saja dugaan Adit, Bambang sudah tersenyum lebar, sedang Tio Cuma cengengesan. Gila!, aku telah berhenti mengkonsumsi barang haram itu, dan aku tak mau terjerumus lagi. Memang…situasi saat ini sedang mendukung, tapi tidak !, Adit berperang dengan dirinya sendiri, satu sisi menolak sedang yang lainnya menggoda untuk mencoba.
    “Wah sorry gua ngga bisa nih, ntar ngga bisa pulang gua “ tolak Adit dengan halus.
    “ Ayolah man sedikit saja, untuk penghangat tubuh “ rayu Denny. Adit kekeh menggeleng.

    Naya hanya tersenyum.
    “ Bukankah kamu tahu Adit, kalo aku masih punya pacar ? “
    “ Iya aku tahu tapi kan pacarmu jauh di Jakarta Naya, dan hubungan kalian pun saat ini sedang menggantung “ jawab Adit. Naya diam.
    “Malah kalau aku bilang hubungan kalian sedang tidak harmonis saat ini “
    “ Bagaimana kamu bisa menjudge hubunganku ngga harmonis dengan pacarku saat ini, tahu apa kamu tentang hubungan kami !“ sambar Naya ketus. Dia tampak sedikit tersinggung,
    Hubungan Naya dan pacarnya belakangan ini memang sedikit kurang harmonis. pacar Naya ngga suka Long Distance Relationship, dan sedikit tak percaya, bahwa nantinya Naya bakalan ngga selingkuh, hingga akhirnya memutuskan untuk break.
    “Ma’af mungkin kamu lupa dengan apa yang pernah kamu bicarakan kemaren kemaren, tapi yang jelas, aku tak perlah lupa dengan ceritamu, sebab itu yang menjadi alasan kuatku untuk mendekatimu “ sedikit tenang, Adit berusaha menenangkan Naya, dan benar Naya pun terdiam, entah apa yang di pikirkannya saat ini.
    “ Tapi yang jelas aku tetap ngga bisa Adit “
    “ Berikan aku alasan yang kuat kenapa kamu ngga bisa “ Adit terus memburu.
    “ Sudah jelas kan, aku masih punya pacar “ ragu – ragu, itu kesan yang di tangkap oleh Adit dari pernyataan Naya barusan.
    “Itu bukan alasan yang kuat, dan aku menganggap itu hanya sebuah pernyataan darimu agar bisa menghindar dari kenyataan yang ada “ Naya bungkam. Nih anak ngotot amat sih pikirnya.
    “ Karena aku tak mencintai kamu “ habis akal, akhirnya pernyataan itu yang keluar dari bibir Naya.
    “ Bullshit!, setelah semua hari- hari yang kita lewati dengan kemesraan dan keakraban, kamu bilang tak cinta….”
    “ Apa hakmu memaksa aku untuk mencintai kamu !“ potong Naya dengan ketus. Sekarang giliran Adit yang terdiam.
    “Memang bukan hakku, tapi apakah aku salah jika mengira dan menganggap bahwa kamu seolah – olah mencintai aku. Aku terlalu di butakan oleh sikapmu terhadapku selama ini, kamu boleh menganggap aku Ge Er atas sikapmu terhadapku, tapi apakah aku salah telah menganggapnya begitu ? “
    “Yang jelas aku masih belum bisa Adit, dan jangan paksa aku untuk menjawab itu sekarang “ wajah Naya menampakkan keputus asaan.
    “Tapi aku terlalu tersiksa dengan hubungan tanpa status kita saat ini Naya, dan aku tak mau memperpanjang penyiksaan ini “. Sekarang atau tidak sama sekali, itu saja yang terus terngiang di telinga Adit.
    “ Sekarang gini ada satu hal yang ingin aku tanyakan ke kamu, seandainya aku menerima apa yang akan kamu lakukan, dan jika aku menolak apa yang akan kamu lakukan ? “.

    “ Duh nih anak dari tadi ngelamun mulu, lu kesurupan dimana sih ?” Denny menepuk bahu Adit yang terpekur melamun sementara matanya menatap kosong kearah layar TV.
    “ Eh apa ? “ lagi – lagi Adit tergagap.
    “ Tahu ah, lu kalo punya masalah ngomong dong ke kita – kita, siapa tau kita bisa membantu “ Ujar Tio, matanya merah, pengaruh alkohol dari Arak yang diminumnya sepertinya telah bereaksi, nih anak kalo lagi teler ngomongnya sedikit lurus.
    “ Memangnya ada apaan sih ?“ Bambang yang ngga ngeh jadi penasaran.
    “ Nih si Adit dari tadi ngelamun mulu, kayaknya ada masalah dengan cewe nih anak “ kata Denny pengaruh alcohol dari arak yang diminum sepertinya juga telah bereaksi.
    “Kalo soal cewe lu ngobrol ajah sama pakarnya ni “ kata Bambang sambil berlagak membenarkan kerah bajunya.Adit tersenyum kecut, sepertinya rahasia ini mesti dia kubur jauh kedalam hatinya, melihat karibnya tengah asyik dalam dunia hayal pengaruh alcohol.
    “Ah..ngga ada, gua ngga ada masalah apa-apa “ jawab Adit ngeles, ketiga karibnya pun akhirnya terdiam, sadar bahwa Adit tak mau berbagi masalah dengan mereka.

    20:00

    Adit gelisah dalam kamarnya seorang diri, di atas ranjang tubuhnya tak mau diam, sebentar miring kekanan, sebentar kemudian miring kekiri.Bunyi detak jam di dinding seolah turut menggelisahkan hatinya.
    “ Ya kalau kamu menerima, berarti kita jadian, dan keakraban serta kemesraan kita selama ini berlanjut, dan jika kamu menolak aku juga tak akan memungkiri bahwa mungkin hatiku akan terasa sakit, tapi bagaimana pun juga ada atau pun ngga ada dirimu di sisiku, kehidupanku akan terus berjalan, ngga mungkin kan, setelah kamu tolak besok jadi kiamat, tapi ma’af jika nantinya sikapku akan sedikit berubah ke kamu, tapi aku pastikan kita masih tetap berteman “ diplomatis, tapi sayang, jawaban itu tak sepenuh hati, kalimat – kalimat itu telah terukir jauh – jauh hari sebelum kejadian malam tadi, sebuah kalimat yang ia terima dari teman curhatnya sekaligus pembimbing dalam menghadapi wanita, bahkan perasaan menerima dari sebuah jawaban paling buruk sekalipun, itu mengapa Adit sedikit tegar malam itu, untuk menghadapi jawaban Naya yang paling buruk sekalipun.

    “ Kok gitu ? “ Tanya Naya
    “ Ya gimana, kan ngga mungkin aku terus deketin kamu, sementara harapan untuk jadi pacar kamu ngga ada ? “ seloroh Adit, senyumnya terlihat hambar.
    “ Ngga lucu !“ Naya merengut, nih anak aneh juga, pikir Adit, kan bener jawabanku tadi. Adit hanya tersenyum.
    “Terus gimana ? “ Adit melirik jam yang melingkar di tangannya, jam 1 malam, gila!.
    “ Sepertinya, aku masih ngga bisa Adit, ma’afin aku, tapi kita tetap berteman kok, dan aku harap sikapmu ngga berubah ke aku “ Akhirnya meluncur juga sebuah jawaban yang sedari awal Adit telah siap menerimanya, Mata Naya berkaca – kaca, Adit sampai heran, apa yang sebenarnya dia inginkan ?, tak menerima cintanya, tapi mengharapkan hubungan mereka seperti kemarin –kemarin, bermanja- manja seperti sepasang kekasih, padahal status hanya seorang teman, perhatian yang lebih, hingga mau tidurpun mereka selalu berbalas SMS mengucap selamat tidur, mimpi yang indah, dan sebagainya dan sebagainya.

    “Baiklah, kalau memang keputusanmu seperti itu, aku masih bisa menepati janji untuk tetap menjadikanmu sebagai teman, tapi sekali lagi, ma’af, aku pastinya ngga bisa untuk tetap mempertahankan sikapku terhadapmu, selamat malam Naya, semoga mimpi indah “ dengan senyum sebagai penutup, Adit pun beranjak dari kursi di teras depan kamar Naya, dan berlalu menuju tangga kelantai atas, sementara Naya hanya menatap kepergian Adit dengan perasaan tak menentu, ada rasa bersalah terselip di sela hatinya, dan sebuah perasaan yang entah dia sendiri tak bisa mengukirnya...rasa sakit.

    Apakah rinai hujan di awal bulan Desember mampu menyiram kerak tanah kering yang terbasuh teriknya matahari bulan Mei, ataukah kering ini hanya sebuah tujuan dari semi semi bunga Akasaia yang mulai mengelopak menyambut basah. Tak ada yang tahu bahkan sebuah jawaban bijak pun tak mampu meranggaskan daun jati untuk gugur menghunjam bumi.

    Satu minggu kemudian

    Setelah malam itu sikap Adit berubah seratus delapan puluh derajat. Sikapnya berubah cuek. sapaan bersahabat dari Naya kala mereka berpapasan hanya di balasnya dengan senyuman dingin, bahkan SMS menjelang tidur dari Naya, kini tak lagi dia balas, Adit jadi pendiam, bahkan untuk ukuran orang segila Adit perubahan itu jelas membuat tanda tanya besar bagi teman temannya, bahkan beberapa di antara mereka malah ada yang bersyukur, menganggap Adit telah sembuh dari sakit jiwanya. Hingga pada suatu sore yang basah. Gerimis seolah belum puas setelah seharian tadi mengguyur Denpasar, langit yang mendung masih nyaman menggantung menebarkan hawa dingin. Adit baru saja datang dari kerja, setelah melepas mantel dan meletakkannya di atas motornya,ia berlari berjingkat menghindari genangan air menuju tangga penghubung lantai atas tempat dia bernaung selama ini, sengaja dia melirik kearah ujung bangunan dimana kamar Naya berada. pintunya tertutup, namun Adit yakin Naya ada didalamnya, Damm ! seperti mengorek luka yang hampir sembuh , sakit itu kembali muncul. Sambil mendesah dalam Adit melangkah menyusuri tangga dan berjalan menuju kamarnya."Dit barusan Shinta kemari nyariin kamu " Gebe yang sedang santai duduk di kursi depan kamarnya menyambut Adit dengan senyuman. Shinta mantan Adit yang sudah lama tak terdengar kabarnya, sudah hampir setahun ini Adit tak pernah mendengar kabarnya lagi."Shinta ? ngapain tuh anak kemari...emmm ada pesan ?" tanya Adit,"Nope, pas aku tanya dia bilang ntar di telpon ajah, gitu, tak suruh nunggu juga ngga mau katanya buru-buru ?" terang Gebe.

    "Oh ya sudah, thanks ya Gebe ""Anytime "Adit segera berlalu berjalan kearah pintu kamarnya.
    “Matahari yang selalu menghangatkanku, kini tertutup mendung, kedinginan sepi yang selalu membekukan ruhku seolah menjadi karib tapakan mimpi di malam gelapku, bilakah matahariku kembali bersinar ?, menegarkanku untuk terus menapaki jalananan setapak ini,...berdua“

    Adit mengernyitkan dahi. Secarik kertas terselip dibawah pintunya, otaknya berpikir dengan keras. Siapa pengirim puisi ini?, dan apa maksudnya. Dahinya berkerut dicarinya beberapa nama, di ingat-ingatnya beberapa wajah, Nayakah ? enggak mungkin. Shinta ?, bah! tuh anak mana bisa bikin puisi. Halah, bodo, Adit meremas kertas itu dan membuangnya di tempat sampah dekat pintu. Di sambarnya handuk dari capstock yang tertempel di balik pintu, dan bergegas menuju kamar mandi.

    19:25

    Di iringi petikan gitar dalam pelukannya, Adit bergumam lirih dalam kamarnya, entah mengapa rasa sepi itu tak jua hilang, padahal waktu telah berjalan seminggu lebih sejak kejadian malam itu, namun perih dalam hati Adit seolah tak kunjung hilang. haruskah aku pergi dari tempat ini ?, Adit membatin, melihatnya setiap hari dan tersenyum padaku, telah cukup membuatku semakin sakit, dan memang tak seharusnya aku disini. Adit bangkit, di letakkannya gitar yang masih di peluknya pada bibir ranjang, pikirannya jauh menerawang menembus tembok putih dinding kamarnya. Sebuah ketukan halus di pintu menyentakkan lamunannya.

    “Siapa?” Tanya Adit, dilihatnya jam yang tergantung didinding. 19:45, tak ada sahutan, suara ketukan pun berlanjut. Adit berjalan perlahan menuju pintu dengan perasan malas. Sebuah wajah yang tak asing berdiri di depan pintu, dia tersenyum.
    “Hai “ sebuah senyum dengan keraguan terkembang manis, berdiri kikuk mencoba melambai tangan, namun urung dilakukan.
    “ Ada apa ? “ Tanya Adit dingin. Perasaan sakit di dada seolah kambuh, melihat gadis berwajah oval dengan rambut sebahu yang tengah tersenyum padanya, kini berdiri di ambang pintu kamarnya, wajah yang selama ini telah membuatnya sakit.
    “Boleh aku masuk ? “ Tanya sang gadis dengan ragu. Adit hanya diam, pandangan matanya jauh menerawang keluar, seolah tak berani menatap wajah sang gadis.
    “ Kalo begitu disini saja “ Naya sang pemilik wajah oval akhirnya pasrah, setelah Adit sang pemilik kamar hanya terdiam, yang itu artinya, Naya tak diijinkan masuk kedalam kamarnya. Namun dengan menggeser badan kesamping, Adit memberi tanda seolah Naya dipersilahkan untuk masuk. Sedikit canggung Naya melangkah masuk, mengamati sekeliling ruangan, yang baru dia lihat.

    “ Kamarmu rapi juga ya, untuk ukuran kamar cowo “ kata Naya basa-basi, sementara Adit hanya terdiam.
    “ Ada perlu apa ? “ Tanya Adit dengan ketus.dia masih berdiri di sebelah pintu.
    Naya membalikkan badan, menatap Adit lekat-lekat. Perasaannya sedikit kurang nyaman, dengan sambutan Adit.

    “ Ngga jadi deh.. “ Naya urung mengutarakan maksudnya, dan dengan gerakan maju dia melangkah menuju pintu. Melihat itu Adit segera menghalanginya di ambang pintu. Naya berhenti terdiam menatap lekat wajah Adit, sesaat mereka saling berpandangan. Deg !, jantung Adit seperti berhenti berdetak.
    “ Besok aku ada undangan ulang tahun di tempat teman….eeem bisa ngga anterin aku kesana, tempatnya jauh…”. Seperti melupakan kejadian malam itu, Naya menghilangkan rasa canggungnya dengan memasang wajah memelas. Adit masih terdiam, otaknya berpikir keras, kenapa..!..kenapa..!..suara itu terngiang terus di kepalanya. Lama Adit hanya terdiam, membuat Naya semakin kikuk yang sedari tadi menunggu sebuah jawaban.
    “Eeem.. ya udah deh aku minta anter yang lain ajah kalo gitu ? “ lirih dan sedikit kecewa, tertangkap dari nada suaranya. Naya melangkah menuju pintu, dimana Adit masih berdiri tegap di sana, dengan bahasa tubuh Naya meminta jalan untuk keluar kamar.
    “ Jam berapa ? “ mencair entah mengapa perasaan Adit tak bisa berbohong, dia benci Naya untuk saat ini, tapi jelas rasa sayangnya jauh lebih besar dari rasa bencinya.
    Naya membalikkan badan, menatap lekat kearah Adit, matanya sayu. Dan entah, Adit seperti melihat ada luka disana.
    “ Setengah tujuh” sedikit tercekat suara Naya dikerongkongan. Adit hanya mengangguk. Sejuk…tiba-tiba saja hatinya menjadi sejuk. Dan Adit tak tahu mengapa hatinya tiba-tiba berubah menjadi sejuk. Sebuah pelukan dari Naya tiba-tiba saja telah meruntuhkan semua dendam, semua benci, dan sakit yang selama ini telah menjadi mimpi buruknya seketika sembuh.
    Bersinarlah kembali untukku matahariku... “ suara Naya lirih, tangisnya tenggelam dalam pelukan Adit.



    [​IMG]











     
    Last edited: Mar 13, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. gusbadung Veteran

    Offline

    Joined:
    Dec 8, 2010
    Messages:
    0
    Trophy Points:
    240
    Ratings:
    +7,908 / -0
    jangan lupa komentnya..:garing:
     
  4. avanz Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 6, 2011
    Messages:
    88
    Trophy Points:
    22
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +41 / -0
    bagus gan ...
    lumayan buat nambah" bahan bacaan ...
    keep posting gan ...
     
    • Thanks Thanks x 1
  5. mynameishiroko M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 6, 2011
    Messages:
    740
    Trophy Points:
    67
    Ratings:
    +220 / -0
    biasa...
    dari segi diksi kata, alur, tema
    sorry no offense
     
    • Thanks Thanks x 1
  6. iobyband Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 30, 2012
    Messages:
    59
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +7 / -0
    lumayan lah daripada bengong
    jangan kapok bwat bikin lagi
     
    • Thanks Thanks x 1
  7. kyle16 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Aug 9, 2011
    Messages:
    391
    Trophy Points:
    66
    Ratings:
    +1,954 / -0
    cerpennya bisa menghanyutkan perasaan pembaca :top:

    meskipun ga diceritain tp gue udh ngerti kok knp endingnya jd kyk gt :hmm:

    eh ato ini msh ada cerita lanjutannya ?? :bloon:
     
  8. gusbadung Veteran

    Offline

    Joined:
    Dec 8, 2010
    Messages:
    0
    Trophy Points:
    240
    Ratings:
    +7,908 / -0
    sebetulnya ini adalah part ke 2-nya, dan aku masih ngerjain part 1 ( prolog) dan endingnya ( epilog) :peace: cuman entah masih macet, padahal ini based on true story..:hihi:
     
  9. kyle16 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Aug 9, 2011
    Messages:
    391
    Trophy Points:
    66
    Ratings:
    +1,954 / -0
    pantesan gue ngerasa aneh kok udh ada gossip gt, pdhl kan kisah mereka seharusnya diceritain dulu sblmnya biar tambah menarik ceritanya :hmm:
     
  10. gusbadung Veteran

    Offline

    Joined:
    Dec 8, 2010
    Messages:
    0
    Trophy Points:
    240
    Ratings:
    +7,908 / -0
    awal konsepnya emang single story ambil bold linenya doang, tapi ya itu tapi kesannya emang seperti "meloncat", makanya aku coba untuk ngisahin awal dan akhirnya..:hiihi:
     
  11. kyle16 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Aug 9, 2011
    Messages:
    391
    Trophy Points:
    66
    Ratings:
    +1,954 / -0
    ohh pantesan :hihi:

    ditunggu deh yah prolog sama epilog nya, soalnya penasaran sama awal dan akhir cerita ini :hehe:
     
  12. gusbadung Veteran

    Offline

    Joined:
    Dec 8, 2010
    Messages:
    0
    Trophy Points:
    240
    Ratings:
    +7,908 / -0
    :hmm: semoga bisa segera selesai, masih 80% mentah sih..:hehe:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.