1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

SongFic Please, Look Only At Me

Discussion in 'Fiction' started by yayalovesdaragon, May 28, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. yayalovesdaragon Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 11, 2012
    Messages:
    87
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +26 / -1
    Misi [​IMG]

    Hehehe... Cuma mau share cerita yang udah lama kubikin aja [​IMG]
    Cerita ini pake beberapa lagu yang sering kudengerin, dan semuanya bagus2 kok ^^v

    Happy reading^^

    ----------------------------------------------------------
    The most beautiful moment of my life is…
    When I loved you after meeting you
    Now I know that
    You’re the biggest gift of my life

    (Gift – K-Will)
    ----------------------------------------------------------​

    “Kembalikan!”

    Gadis itu berbalik dan tersenyum jahil, menatap seorang bocah laki-laki pendek tepat di matanya dan menembus ke hati.

    “Kenapa?” tanyanya tanpa rasa bersalah sedikit pun.

    “Aku mau baca, aku butuh kacamataku,” kata bocah itu terus berusaha menggapai kacamata yang berada di tangan anak perempuan yang terangkat tinggi itu.

    “Kau kan sudah pintar,” ucapnya, masih dengan segaris cengiran jahat di bibir mungilnya.

    “Aku baca bukan cuma untuk belajar. Kembalikan.” Bocah itu menatap tajam, mencoba menyembunyikan detak jantungnya di balik wajah yang kaku.

    Tiba-tiba, anak perempuan itu melempar kacamata malang itu ke tengah kolam. Si anak laki-laki terdiam, menatapnya tak percaya, tapi anak perempuan itu hanya tertawa sumbang.

    “Ambil sana kalau bisa!” teriaknya sambil berlari meninggalkannya sendirian di taman.

    ---***---

    “Nathaniel.”

    Tak ada jawaban.

    “Nathaniel?” suara itu mulai bernada menuntut. Seorang anak laki-laki berbaju biru tersadar dan berseru, “Nathan absen, Miss Scarlet. Dia sakit.”

    “Sakit? Sakit apa dia, Ian?”

    “Kata mamanya sih demam.”

    Kata-kata Ian membuat seseorang di kelas itu tersentak.

    “Wah, apa dia baik-baik saja?” Miss Scarlet bertanya cemas. Ian hanya mengangkat bahu. Miss Scarlet lalu mengedarkan pandang ke seluruh ruang.

    “Apa ada yang bersedia menjenguk Nathan dan meminjamkan catatan hari ini padanya?”

    Sebuah tangan teracung cepat. “Saya!”

    Miss Scarlet melihat ke arah sumber suara, “Oh, Cherise. Baiklah, tapi pinjamkan dia catatan orang lain ya, jangan pinjamkan catatanmu, bisa-bisa sakit matanya kambuh lagi.”

    Seisi ruangan gaduh karena tawa, hanya dua orang yang tidak ikut meramaikan suasana. Cherise yang cemberut dan... dia yang masih sempat menahan tangannya sebelum teracung tadi.

    ---***---

    “Jadi, kau besok sudah bisa masuk sekolah?”

    Nathan terbatuk-batuk sebelum menjawab, “Mamaku bilang belum boleh. Tadi saja aku langsung dimarahi saat turun dari kasur.”

    Cherise menatapnya penasaran. “Memangnya kenapa sih kau bisa demam? Kemarin kan kita masih main sama-sama.”

    Nathan tersenyum, lagi-lagi senyum itu. Dia tahu arti senyum itu, dan itu membuatnya terkesiap. Suaranya membuat Nathan dan Cherise serentak menoleh ke jendela.

    “Apa itu?”

    Nathan diam. Pandangan matanya begitu dalam seakan bisa menembus dinding.

    “Mungkin cuma kucing. Di rumah sebelah Bibi Viola memang memelihara 6 ekor kucing.”

    Cherise terpana. “WOW! Hebat! Kalau sudah sembuh nanti ajak aku ke sana, ya!”

    Nathan tersenyum, dengan sedikit rona sedih di sana. Pandangan matanya masih tertuju ke jendela di sebelah tempat tidurnya.

    Tok tok!

    Ibu Nathan masuk dengan membawa nampan berisi dua cangkir teh susu, handuk basah dan termometer.

    “Cherise, makasih ya sudah mau datang mengunjungi Nathan. Ayo, diminum dulu tehnya. Nathan, buka mulutmu.”

    Nathan membuka mulutnya dan ibunya langsung menjejalkan termometer, sementara Cherise menyeruput minumannya.

    “Dasar anak ceroboh, sudah kelas 3 SD saja masih bisa jatuh ke kolam, di musim seperti ini lagi. Tunggu ya, Nathan, Cherise, tante sedang masak. 5 menit lagi tante akan kembali.”

    Cherise mengangguk mengerti. Ditatapnya Nathan yang tidak bisa berkata apa-apa karena termometer, tapi orang yang dilihat sendiri tidak sadar. Nathan masih memandang ke satu titik tadi, jendela. Cherise ikut memutar kepalanya ke sana. Tidak apa-apa, hanya ada langit biru dengan sedikit awan putih.

    “Ada apa, Nathan?” tanyanya.

    Nathan mengacuhkannya dan bangkit dari kasurnya. Didekatinya jendela itu dan dibukanya. Angin dingin menerpanya, membuatnya menggigil, tapi dari sudut matanya ia menangkap setangkai bunga matahari yang sudah agak layu yang diletakkan di tepi kusen jendela.

    [​IMG]

    Karena kelewat panjang kalo digabung jadi bakal kubikin part2 deh [​IMG]
     
    Last edited: May 29, 2012
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. yayalovesdaragon Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 11, 2012
    Messages:
    87
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +26 / -1
    ----------------------------------------------------------
    I don’t wanna run away but I can’t take it, I don’t understand
    If I’m not made for you then why does my heart tell me that I am?
    Is there any way that I can stay in your arms?

    (If You’re Not the One – Daniel Bedingfield)
    ----------------------------------------------------------​

    “Lyra, mana bukuku? Aku butuh itu untuk ulangan nanti,” Nathan mencari-cari di tumpukan buku yang acak-acakan. Lyra hanya mengalihkan perhatiannya sebentar sebelum kembali pada majalah yang sedang ia baca.

    “Mana kutahu, cari saja sendiri di sana.”

    Nathan menghentikan kegiatannya dan menghela napas. Sejak dulu Lyra Pearce tak pernah berubah.

    “Jangan bercanda lagi, Lyra. Mana bukuku?”

    Lyra mengernyitkan dahi di balik majalahnya. Ia tak suka nada suara Nathan yang begitu menuntut seperti ini, tapi ia tak takut. Memangnya kenapa? Sejak kecil Nathaniel Vince juga tak pernah berubah. Si pengecut berkacamata yang terlalu alim.

    “Makanya, sudah kubilang di sana ya berarti di sana. Kau mengerti tidak?” Lyra menutup majalahnya dan mengambil yang lain. Tapi Nathan lebih cepat. Direbutnya majalah itu terlebih dahulu.

    “Jangan baca lagi, bantu aku.”

    “Sebutkan 10 alasan sangat penting kenapa aku harus membantumu.”

    “Satu sampai sepuluh, karena kau yang meminjamnya kemarin.”

    Lyra membanting tubuhnya ke kasur dan memeluk guling bonekanya. “Apa untungnya untukku? Toh kau yang butuh.”

    “Lyra~,” suara Nathan memelas. Ia tahu cara ini selalu berhasil, apalagi bila ditambahkan dengan mata berkaca-kaca, hanya butuh lima detik baginya untuk...

    “Iya iya! Cih, dasar merepotkan!” Lyra bangkit dari kasurnya dan menambah berantakan kamarnya yang memang sudah acak-acakan itu. Nathan tersenyum puas. Apa dia bilang tadi, Lyra memang tidak pernah berubah. Baik sifatnya yang seenaknya itu maupun kemampuannya untuk membuat jantung Nathan seakan mau meledak karena senang.

    ---***---

    “Lyra, kenapa kau benci sekali sama Nathan, sih?” Pertanyaan itu datang begitu tiba-tiba, bagaikan petir di siang bolong. Lyra terdiam. Cherise sendiri masih setia menunggu jawabannya di sebelahnya.

    “Apa maksudmu?” Lyra tercekat.

    “Sejak dulu kita masih SD, kau selalu mengganggunya, kan? Memangnya dia ada salah apa denganmu?” Cherise terus mencecarnya dengan pertanyaan. Suaranya yang keras membuat perhatian orang-orang di kantin itu juga ikut teralih.

    Lyra tak menjawab lagi, kali ini dalam frekuensi yang lebih singkat. “Tidak ada.”

    “Kalau begitu, kenapa?”

    “Aku cuma tidak suka melihatnya.” DEG! Jantung Lyra berdebar lebih kencang. Itu bohong, itu dusta, tapi saat ini hanya ia dan Tuhan yang tahu kebenarannya.

    Dahi Cherise berkerut tanda tak mengerti, “Alasan apa itu? Memangnya apa yang kau tidak sukai darinya? Dia kan pintar, baik hati, lembut pada perempuan, pokoknya sempurna! Yah, memang sih agak culun, tapi aku pernah melihatnya tanpa kacamata, dan ia SANGAT mempesona!”

    Tiba-tiba Lyra membentak, “Terserah aku mau membencinya atau tidak, kan?!”

    Cherise terkejut, tak membayangkan akan mendapat jawaban yang begitu keras. Lyra mengangkat nampan makanannya dan meninggalkan Cherise termangu sendirian.

    Cherise baru sadar setelah beberapa detik yang hening. Ia menggerutu kesal, “Kenapa dia marah, sih? Aku kan cuma mau tanya..”

    Ia bangkit dari tempat duduk dan baru disadarinya semua orang telah menonton kejadian itu dengan mata yang membulat karena penasaran. Cepat-cepat ia berjalan keluar, tak melihat sesosok pria berkacamata yang juga telah menonton sejak tadi dengan raut wajah yang tidak bisa dimengerti.

    ----------------------------------------------------------
    What about now?
    What about today?
    What if you’re making me all that I was meant to be?
    What if our love never went away?
    What if it’s lost behind words we could never find?

    (What About Now - Westlife)
    ----------------------------------------------------------​

    “Lyra, besok kau ulang tahun, kan? Kau mau hadiah apa?”

    Lyra memandangnya heran, “Kau bertanya aku ingin hadiah apa? Kau gila, ya?”

    Nathan mengangkat bahu tak peduli. “Habis, dua tahun lalu saat aku memberimu hadiah, kau malah memarahiku karena bukan itu yang kau inginkan. Daripada aku dibentak lagi lebih baik aku tanya dulu, kan?”

    Lyra mengingat-ingat lagi, mencoba mencari sepotong ingatan di dalam beribu-ribu kenangannya bersama Nathaniel. Oh, kejadian itu.

    “Jelas saja, orang mana yang akan memberikan bunga matahari pada orang yang membenci bunga itu di hari ulang tahunnya? Pasti hanya kau satu-satunya di dunia.”

    Nathan tampak terkejut, “Benarkah? Tapi dulu kan kau memberiku itu saat aku sakit!”

    “K..Kapan! Aku tidak pernah...!” teriak Lyra gelagapan. Ia membuang muka. Di saat-saat seperti inilah ia selalu menyesali kulit putihnya yang terlalu sensitif.

    Nathan tertawa. Tawa yang jernih, begitu merdu terdengar di telinga Lyra. Suara tawa yang sangat disukainya. Jika ia tidak berada di situasi seperti ini pasti ia sudah ikut tertawa.

    “Jangan bohong! Aku tahu kau yang memberikannya untukku!”

    “Mana mungkin kau bisa tahu! Kau bahkan tidak melihatku meletakkan bunga itu di depan jendela kamarmu!”

    “Dari mana kau tahu bunga itu diletakkan di depan jendela?”

    Lyra memukul kepalanya sendiri dengan kesal. Sial!

    Tawa Nathan terus mengalir, dan setelah ia berhasil meredakannya, ia bertanya lagi, “Kalau itu bukan bunga kesukaanmu, lalu kenapa kau memberiku bunga itu?”

    “Itu... itu karena aku baca di majalah tentang bahasa bunga, dan... dan katanya bunga matahari berarti... ‘Cepat sembuh’! Iya, benar, cepat sembuh,” cerocos Lyra tanpa sanggup menatap Nathan di matanya. Orang paling bodoh pun sanggup melihat kebohongannya.

    Nathan mengangguk-angguk mengerti, tapi tatapannya menyembunyikan misteri yang tidak akan bisa diketahui orang lain selainnya, “Baiklah, jadi kau mau hadiah apa?”

    Lyra berpikir-pikir sejenak, “Belikan aku kalung mutiara, cincin emas putih, gelang...”

    “Op, op! Sebentar! Uangku tidak cukup untuk itu!” potong Nathan kaget.

    “Kalau tidak mau berarti kau harus mengajakku jalan-jalan Minggu ini,” ujar Lyra ringan, berbeda jauh dengan jantungnya yang terus berdentum tak beraturan.

    Nathan berpikir-pikir sebentar, lalu menggeleng. “Aku mau saja, tapi Minggu ini aku tidak bisa.”

    Lyra tetap memasang tampang tak peduli, meski dalam hatinya ia mencelos. “Kenapa? Ada kencan?”

    Nathan kelihatan berpikir-pikir, “Hmm... Mungkin bisa dibilang begitu, tapi kalau cowok dengan... Hei, Lyra, kau mau ke mana?”

    Pertanyaannya dijawab oleh suara bantingan pintu.
     
    Last edited: May 29, 2012
  4. yayalovesdaragon Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 11, 2012
    Messages:
    87
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +26 / -1
    ----------------------------------------------------------
    Love isn't always as you see it
    Love isn't always as you dream it should be
    Love isn't always gonna find you
    But this is love
    Cause you're all I'm thinking of

    (Love Isn't - Same Same)
    ----------------------------------------------------------​

    "Lyra? Kenapa kau ada di sini?"

    Nathan sudah menghabiskan lima belas menitnya menunggu di depan restoran itu, dan ia mendapatkan kejutannya ketika Lyra datang bersama seorang laki-laki yang tak pernah ia lihat.

    Lyra menoleh, terkejut, atau mungkin juga itu hanya pura-pura, dan spontan langsung mempererat pelukannya di lengan kiri laki-laki itu. "Ah, kebetulan sekali ketemu kau di sini. Kenalkan, ini pacarku."

    Mungkin Lyra dan Gen tak menyadarinya, tapi untuk sesaat wajah Nathan mengeras.

    Gen menyodorkan tangan kanannya, "Kenalkan, namaku Gen."

    Nathan hanya menatapi tangan itu sebelum akhirnya menyambutnya. "Nathaniel, Nathaniel Vince."

    "Aku sudah dengar dari Lyra, kau teman kecilnya, kan?"

    Nathan memaksakan senyumnya, "Begitulah."

    Lyra tampak mencari-cari sesuatu. Nathan menatapnya tak suka. "Kenapa?"

    "Mana pacarmu?"

    Nathan mengangkat sebelah alis. "...Kenapa dia harus di sini?"

    Jadi dia benar-benar punya pacar? "Kau bilang kau ada kencan hari ini."

    "Dia punya pekerjaan lain hari ini."

    Entah kenapa Lyra menghembuskan napas lega. Nathan menatapnya bingung, tapi Gen mencium adanya ketidakberesan.

    "Ehm, kalau begitu kami pergi dulu ya," kata Gen sambil memeluk pinggang Lyra, menariknya lebih dekat.

    Gen melambai sebentar sebelum sosoknya dan Lyra menghilang. Nathan hanya bisa terpaku menatap mereka, menatapi tangan Gen yang dengan begitu mudahnya memeluk Lyra. Tanpa disadarinya seseorang mendekatinya sambil memukulnya dan berseru, "Hei! Kau tunggu lama ya?"

    Nathan terkejut, dengan sia-sia mencoba mengatur raut mukanya, "Kau lama. Ayo."

    Ian mengernyitkan dahi dan bertanya cemas, "Nathan, kau kenapa? Kau seperti mau menangis. Apa karena aku memukulmu terlalu keras? Atau karena kau menungguku terlalu lama?"

    Nathan memukulnya pelan, "Tidak ada. Hanya saja rasanya kepalaku sedikit sakit. Sori, tapi aku harus pergi."

    "Hei! Aku baru datang, lho!"

    ---***---

    "Sudah?" Gen bertanya, tapi gadis di sebelahnya hanya menatap ke depan dengan tatapan kosong.

    "Lyra?"

    Lyra tersadar, "Ah, iya? Kau bilang apa?"

    Gen menghela napas, "Aku tahu kau memang hanya minta bantuanku untuk pura-pura jadi pacarmu, tapi kalau reaksimu datar begitu juga aku sakit hati, tahu?"

    Lyra memandangnya tak mengerti, "Kenapa?"

    Perlahan wajah Gen telah berada di depan wajah Lyra. Terlalu dekat.

    "Tung..."

    Suara terkejut seseorang membuat perhatian Lyra dan Gen teralih. Dalam sekejap hati Lyra seakan jatuh ke perutnya. Wajahnya begitu pucat.

    "Na...than..?"

    Dengan tampang bersalah Nathan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Eh, maaf aku mengganggu, tadinya aku mau memberikan ini."

    Ia mendekati dua orang yang masih mematung itu, dan menaruh 2 lembar kertas di tangan Lyra.

    "...Ini?" Lyra membaca tulisan di kertas itu. Dua lembar karcis taman hiburan. Nathan... dia ingat janjinya!

    "Tadinya, aku mau mengajakmu ke sana, tapi sepertinya kau sudah punya seseorang yang bisa menemanimu. Sudah, ya," Nathan pergi dengan berlari. Lyra hendak mengejarnya, tapi tangannya tertahan oleh sesuatu.

    "Lyra, jangan pergi..." Gen memohon, tapi ia tak mendengarnya. Ia menyentakkan lepas cengkeraman Gen dari lengannya dan berlari meninggalkannya.

    "Nathan! Nathan, dengar aku dulu!" Tak ada gunanya. Jarak di antara mereka masih terlalu jauh, Nathan tidak akan bisa mendengarnya. Sepatu hak tinggi yang ia pakai justru membuat larinya semakin lambat.

    "Nathan!"

    "Na..."

    CKIITTT!!

    Suara besi menabrak tulang begitu memekakkan telinga Lyra. Ia terjatuh. Ia tak tahu apa yang terjadi, tapi suara teriakan banyak orang membuatnya sedikit heran. Sejak kapan ada banyak orang di sini? Ternyata tanpa sadar tadi ia sudah menerobos lampu merah. Lyra memandang ke depan, dan darahnya berhenti berdesir seketika.

    Nathan ada di sana, terbaring diam, berlumuran merah di sekujur tubuhnya.
     
    Last edited: May 29, 2012
  5. yayalovesdaragon Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 11, 2012
    Messages:
    87
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +26 / -1
    ----------------------------------------------------------
    I’d take another chance, take a fail
    Take a shot for you
    And I need you like a heart needs a beat
    But it’s nothing new

    It’s too late to apologize, it’s too late
    I said it’s too late to apologize, it’s too late
    Too late

    (Apologize – One Republic)
    ----------------------------------------------------------​

    ~Nathan’s POV~

    Tubuhku terasa ringan, damai sekali. Tapi ada yang kurang, ada suatu tempat yang tak terisi, di hatiku.

    Di mana dia?
    Aku melihat ke sekeliling. Ah, dia di sana, menangis...

    Hanya tiga kali dalam hidupku aku pernah melihat seorang Lyra Pearce menangis. Yang pertama, saat anjingnya meninggal tujuh tahun yang lalu. Yang kedua, ketika orangtuanya memutuskan untuk bercerai dan meninggalkannya hidup bersama neneknya. Yang ketiga, saat ini. Tapi tak pernah kulihat ia menangis sesedih sekarang ini.

    Kenapa? Kenapa kau menangis? Aku ada di sini, tepat di belakangmu! Menolehlah, dan kau akan melihatku!

    Kenapa? Kenapa kau tidak menyadariku? Kenapa kau tidak mau menoleh dan tersenyum padaku? Kenapa?

    Kemudian, entah bagaimana, aku mengerti. Begitu rupanya. Aku tidak bisa lagi berada di sampingnya, dan demikian pula dengannya.

    Tapi, entah kenapa kenyataan ini tidak membuatku seterpuruk yang kuduga. Yah, lelaki mana yang tidak akan bangga jika mengetahui bahwa dirinya telah menukar nyawa demi keselamatan gadisnya?

    Laki-laki yang tadi kulihat bersama Lyra juga sudah berada di sini. Namanya... aku lupa. Aku terlalu syok ketika ia memperkenalkan dirinya tadi. Ia memunggungiku, perlahan memeluk bahu Lyra yang masih terguncang hebat. Aku kenal tatapannya kepada Lyra itu, ia tak jauh beda denganku. Dan aku lega.

    Sementara sekeliling kami semakin ramai, tanpa sadar aku kembali mengingat kejadian itu, saat kami mengungkit-ungkit persoalan mengenai bunga matahari. Dia bohong, arti dari bunga matahari sama sekali bukan itu. Dia kira aku tak tahu, padahal jelas-jelas akulah yang lebih sering membaca dibanding dengannya.

    Lagipula, jika aku tidak tahu, memangnya aku akan nekat memberinya bunga yang sama dua tahun yang lalu? Ironisnya, ia bahkan tak mengerti apa maksudku memberi bunga itu.

    Seberkas sinar hangat menyinariku. Aku tahu ini saatnya untuk pergi. Kulihat sekelilingku, sekedar ingin menyimpan pemandangan ini sebagai sebuah kenangan. Aku teringat. Ah, aku lupa mengucapkannya.

    Kudekati Lyra dan kubisikkan di telinganya, “Selamat ulang tahun Lyra, semoga kau bahagia...”

    ----------------------------------------------------------
    Think of me
    Think of me fondly when we’ve said goodbye
    Remember me once in a while
    Please promise me you’ll try

    We never said our love was evergreen
    Or as unchanging as the sea
    But if you can still remember
    Stop and think of me

    Recall those days
    Look back on all those times
    Think of the things we’ll never do
    There will never be a day when I won’t think of you

    (Think of Me – David Archuleta)

    [​IMG]

    ----------------------------------------------------------
    Arti bunga matahari : “Lihatlah aku”
    ----------------------------------------------------------​

    Yah, demikianlah, jika ada saran dan kritik yang membangun dipersilakan utk berkomentar, mau pedes2 juga gapapa kok (padahal dalemnya [​IMG]) XD
    makasih[​IMG]
     
    Last edited: May 28, 2012
  6. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    too cliche.. Biarpun awal-awal lumayan menipu jg. Saya hampir ngira ini bakalan jadi cinta setiga. dan karena judulnya begitu, saya ngira yang bakalan ngasih bunga matahari itu ya.. orang ketiganya. Tapi mungkin kalau ceritanya gitu bakalan lebih klise lagi. yah, namanya romance emang hampir selalu klise sih. jadi gak jelek jg kalau ada yg bilang gitu.

    moodnya lumayan kerasa. biarpun pas akhir-akhir Nathan ketabrak dan dia mati saya ngerasanya datar.


    terakhir.. kenapa cuma part 4 yang paragrafnya rapi kepisah.:swt:

    ditunggu karyanya yg lain:top:
     
  7. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    romance, tapi sayang kurang terasa feeling romancenya...terlalu cepat dan singkat...paling ga untukku sih :lalala: (sendiri juga ga mampu buat romance padahal :oghoho: tapi kritik punya orang lain :oghoho: )

    ketipu bagian awalnya... gw kira tooh utama cewek e sih cherise, ternyata begitu masuk bagian kedua baru terlihat tokoh lyra :haha:

    kekna kalau ditambah adegan reaksi lyra saat dikelas(part 1) saat dikabarkan kalau Nathan sakit.

    kedua mungkin lebih baik ditambahkan timeline biar pembaca lebih sadar saat ini mereka masih sd, atau smp, atau mungkin sma dll

    penulisannya sih dah enak

    endingnya....di dramatisir lagi donk :oghoho: agak datar sih menurutku, tidak terasa perasaan suka dan sangat cintanya si Nathan dari sudut pandang Nathan

    Ayomain2 di lounge berkenalan sesama penulis dan pembaca :hehe:

    ditunggu karya lainnya :dandy:
     
  8. yayalovesdaragon Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 11, 2012
    Messages:
    87
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +26 / -1
    [​IMG]

    hahaha, memang ide ceritanya ga original sih, jadi mungkin emang alhasil agag2 sinetron gitu, hahaha [​IMG]
    baru belajar bikin romance sih, berikutnya bakal jadi lebih baik kok (semoga) [​IMG]

    oalah, lupa di-enterin semua! oke, sudah saya edit [​IMG]

    makasih banyak buat komennya, saya banyak belajar XD
     
  9. yayalovesdaragon Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 11, 2012
    Messages:
    87
    Trophy Points:
    17
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +26 / -1
    [​IMG] maap oom, baru belajar bikin romance sih, hahaha

    oh, perlu timeline? saya kira gitu aja udah cukup [​IMG] sip, lain kali detailnya bakal diperjelas

    saya bakal coba bikin romance yang lebih menyentuh hati, hohohoho... Berjuang! [​IMG]
    makasih buat kritiknya, berguna banget XD
     
  10. metallizard Members

    Offline

    Joined:
    Mar 12, 2010
    Messages:
    7
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +9 / -0
    ih bagus, dari dlu bingung kok orang" bisa nulis sebanyak itu tapi tetep menarik... kayaknya aku ga bakat jadi penulis :(
     
  11. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    ga smua langsun gbagus tulisannya, banyak2 belajar dan mencuri ilmu dari karya terkenal :hehe:

    ada juga trit writing tips kan silakan dilihat2.

    Kalau ada permasalah tinggal bertanya2 sapa tau penghuni sini bisa membantu :cerutu:

    sekalian mari berkenalan dan saling curhat di lounge :hoho:
     
  12. delopadi Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 17, 2010
    Messages:
    116
    Trophy Points:
    31
    Ratings:
    +2 / -0
    Sebenarnya sudak ketebak dari awal maksud cerita ini, kayak stereotipe kebanyakan cerita romance. Cerita lebih banyak dialog ketimbang deskripsi, tak masalah, ini ciri khas teenlit, atau underteen ya ini? Hihi. Teknik penulisan sudah bagus, saya tidak nemu typo. Inti dari cerita ini ingin menjelaskan apa itu arti sunflower.

    Keep writing!
     
  13. kyotou_yasuri Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 24, 2010
    Messages:
    93
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +20 / -0
    Saya suka dengan atmosfir light-hearted romancenya, kalo digambarkan dengan kata-kata 'pure' kali ya. Tapi kok setelah part 3 trus ada yang pura-pura jadi pacar... aduh... ala sinetron gimana gitu. Udah mulai kerasa agak nggak enak :suram: . Emang bagaimanapun juga butuh konflik di akhir tapi terlalu melodramatis deh kayaknya. Endingnya juga agak... kurang. Tapi secara overall (penulisan dan segala macem) udah bagus. :top:

    Sori kalo ada kata-kata yang menyinggung :maaf:
     
  14. Rangga_ya Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 16, 2012
    Messages:
    29
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +0 / -0
    hahahahaha lucu yahhhhhhhh
     
  15. Rangga_ya Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 16, 2012
    Messages:
    29
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +0 / -0
    jahahaha lu yahhhhhhh
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.