1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Kapuas Epidemic

Discussion in 'Fiction' started by Heilel_Realz012, May 20, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    Genre : Drama / Survival / Horror

    Prakata:
    Kapuas Epidemic adalah fict yang merupakan salah satu spin-off dari SAGA Diablo Falling. Fict ini mengambil seting tempat di daerah Asia Tenggara (Indonesia) dan berbeda dengan spin-off lainnya yang biasa menggunakan seting eropa.
    Fict ini menceritakan mengenai suatu epidemic (wabah) yang muncul didaerah kalimantan dan Tim khusus yang diterjunkan kesana untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

    Jika biasanya pembaca disuguhkan dengan tema dogma dalam SAGA Diablo Falling, maka didalam fict ini akan berbeda. Fict ini akan dibuat dengan mencoba menekankan unsur kemanusiaan dan juga pendekatan survival-horror dalam ceritanya. Silahkan dibaca dan klo berkenan tinggalkan komen, kritik, atau saran. :beer:


    [​IMG]

    Spin-off Diablo Falling

    For the country and nationalism.... We died in rain blood.

    Another title name : Epidemik Kapuas

    by Heilel_Realz012

    Status : Ongoing

    [​IMG]

    [​IMG]


    Prologue


    Namaku Rendra Satria. aku adalah salah satu dari segelintir militan yang kembali pada kecintaan negaraku sendiri.

    Di masa lampau aku berperang demi rakyatku, berperang demi keadilan tapi akhirnya mengerti bahwa aku terhanyut pada politik orang-orang yang memiliki tujuan yang busuk. Dimanfaatkan untuk menjadi mesin pembunuh dengan janji-janji mengenai Negara Fortuna, tapi ketika melihat apa yang telah kulakukan untuk mendapatkan impian itu, simbahan darah orang-orang tak berdosalah yang membuatku sadar.

    1 tahun telah berlalu dan hari ini aku dibebaskan karena remisi dan kembali menjadi warga negara sang bumi pertiwi. Mengetahui bahwa cap pengkhianat itu akan terus melekat pada diriku dan memberikan suatu beban tersendiri dalam hati, aku tahu aku tidak bisa benar-benar menjalani hidupku sebagai warga negara biasa seperti yang lainnya.

    Cap buruk yang akan terus melekat ini sama seperti mereka keluarga dari PKI yang terus dipandang sebelah mata walaupun telah berganti 5 generasi.

    Aku yang tidak memiliki arah tujuan kemanapun dan terluntang lantung di pulau Jawa, kemudian bertemu dengan seseorang. Dia adalah orang dari pemerintahan dan dia memberikanku kesempatan untuk menebus semua kesalahan yang kulakukan di masa lalu. Suatu jalan untuk menunjukan bahwa aku adalah warga negara yang baik dan benar-benar rela bertumpah darah demi negara yang dahulu dikenal dengan nama nusantara ini.

    Negara ini membutuhkanku..


    ***​


    Tahun 2012, Negara kepulauan besar yang dikenal dengan toleransi beragama dan juga multi kultural yang ada didalamnya, terkena suatu pertikaian yang kemungkinan menyebabkan perpecahan disintegrasi. Negara Republik yang pernah merasakan kondisi yang sama pula di darussalam dan papua, kini harus kembali berada dalam kondisi siaga di Kalimantan.

    Militan pemberontak bangkit untuk melepaskan diri dari kedaulatan republik. Memberikan ketakutan, bentuk teror, dan rasa ketidak amanan bagi warga sipil yang hidup disana. Negara yang melihat kondisi pemberontakan semakin besar kemudian mengirimkan TNI AD untuk mengamankan wilayah-wilayah yang telah dikuasai dan juga memukul mundur para militan dari kota-kota besar.

    Pulau kalimantan yg berada dalam konflik besar antara pasukan republik dan juga FPK (front pembebasan Kalimantan) harus menghadapi serangan wabah misterius yang muncul ditengah-tengah pertikaian. Kapuas Epidemic, itu adalah nama dari wabah misterius yang membunuh banyak nyawa rakyat sipil di pulau terbesar negara multikultural ini.

    Militer telah dikirimkan berangsur-angsur bersama dengan bantuan pula dari pihak kepolisian untuk mengevakuasi rakyat sipil yang berada dalam zona konflik.

    Aku Rendra Satria bersama dengan tim relawan bersenjata, tergabung dalam tim badan kesehatan berangkat ke pulau Kalimantan untuk melakukan investigasi mengenai wabah yang muncul. Kami yang memiliki misi tersendiri berupaya untuk menghindar dari pertikaian antara militer republik dan para militan, dan tetap berada pada misi kami sendiri sebagai team penyelamat.

    Tapi misi ini tidaklah sesimple yang dibayangkan...

    Dengan peralatan seadanya dan juga hanya dibekali satu pucuk Senapan Serbu II juga senjata sekunder Baretta 92FS dengan magazine terbatas, aku berada dalam suatu kondisi yang lebih pelik dari yang pernah kubayangkan.

    Aku telah melihat mimpi buruk dalam pertikaian yang terjadi di darussalam. Tapi setelah aku menginjak tempat ini, aku barulah menyadari mimpi buruk yang sebenarnya.


    ******​
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: May 23, 2012
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    ****INDEX STORY****

    ACT 0 - PROLOGUE page 1

    ACT I - The Health Departement Team Rescue page 1
    Act 1.1 - Bravo Team Health Departement
    Act 1.2 - In the Duty and Procedure
    Act 1.3 - Lost in Incident


     
    Last edited: May 27, 2012
  4. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    added first chapter :yahoo:


    ACT 1 – The Health Departement Team Rescue



    Act - 1.1 Bravo Team Health Departement



    [​IMG]

    15 April 2012, Kota Banjarmasin.


    Namaku adalah Rendra Satria. Aku sekarang ini sedang duduk didalam truk militer yang sedang melaju bersama dengan anggota tim yang lain untuk menuju ke lokasi tujuan dan menerima misi penting.

    Pemerintah Republik tengah berada pada kondisi siaga satu di Pulau Kalimantan karena pemberontakan yang terus terjadi. Aku melihatnya dalam berita bagaimana kondisi menjadi begitu buruk karena rakyat sipil ikut menjadi korban dalam baku hantam militer dan para pemberontak. Banyak wartawan yang meliput dan tidak kunjung kembali dan beberapa diantaranya ada yang disandera dalam kondisi mengenaskan.

    Militan yang kulihat melawan angkatan darat, memiliki persenjataan yang terlampau baik. Ini membuatku sedikit heran, darimana para militan ini mendapatkan pasukan senjata otomatis yang modern? Aku yang merupakan mantan militan GAM, tahu benar bagaimana kondisi dahulu ketika pertikaian di Nangro Aceh Darussalam dan bagaimana kondisi persenjataan kelompok kami yang begitu minim.

    Apakah pemberontakan di Kalimantan itu disokong oleh orang-orang besar atau dibantu oleh Negara luar? Aku tidak bisa membayangkan konspirasi yang mungkin terjadi. Para Militan FPK tidak mungkin hanya kelompok pemberontak kecil biasa yang memiliki dana untuk menyuplai anggotanya untuk melakukan pemberontakan besar. Sesuatu dibelakang mereka adalah sesuatu hal yang pasti besar yang terselimuti oleh kegelapan.

    Aku tidak tahu kenapa aku diminta datang kemari dan ikut dalam satuan khusus Departemen Kesehatan. Sedikit ada yang membuatku aneh dan juga janggal, kenapa Departemen Kesehatan membutuhkan regu bersenjata dan membentuk tim ini?

    Tapi semua itu tidaklah menjadi masalah. Aku disini adalah karena kewajibanku pada Negaraku. Apapun yang harus dihadapi, dan sesulit apapun rintangan yang ada, aku akan menyelesaikan misi ini walaupun harus bersimbah darah.

    “Kita sampai!! Tim Bravo ayo bergerak!! Move!! Move!! Move!!”

    Suara tentara dengan nada yang tegas menyuruh kami untuk segera turun dari truk. Enam orang anggota tim termasuk diriku, bergerak bergegas turun dari mobil dan melihat kami berada pada suatu lapangan dengan pemandangan tenda-tenda militer juga pergerakan para tentara yang sedang berlalu lalang.

    “Tim Bravo, ikuti Letnan Joko untuk menerima peralatan dan objektif misi.”

    Aku dan seluruh timku memberikan hormat dan kemudian berjalan mengikuti orang yang sebelumnya ditunjukan. Berjalan mengikuti sang guide dengan melihat kondisi sekeliling membuatku sadar, bahwa ini bukanlah hanya base militer saja.

    Aku melihat relawan-relawan yang membawa makanan juga obat-obatan dimana mereka sedang menurunkan persediaan itu satu persatu dari mobil dan menyimpannya di tanah. Disisi yang lainnya aku melihat para perawat sedang mengobati para tentara yang terluka didalam tenda medik. Perang yang terjadi benar-benar buruk, lebih buruk dari apa yang bisa dilihat dalam pemberitaan televisi. Dan kami harus menjalankan misi didalam suasana tegang dan berbahaya seperti ini?

    Kami Tim Bravo akhirnya sampai pada satu tenda putih dengan logo Departemen Kesehatan. Disana kami berbaris rapih dan kemudian melihat Letnan Joko membawa seorang wanita paruh baya yang terlihat berusia sekitar 60 tahunan keluar dari dalam tenda yang terlihat sibuk beserta asisten wanitanya yang terlihat muda yang berumur sekitar 20 tahunan.

    “Jadi ini adalah Tim Bravo yang dibentuk untuk Departemen Kesehatan?” sang wanita paruh baya tersenyum memandangi kami semua yang terlihat begitu tegang.

    “Ya, mereka adalah Tim Bravo. Orang-orang pilihan yang direkomendasikan intelejen republik yang memiliki keahlian masing-masing. Anda bisa mengambil alih operasi sekarang Nyonya Widya“ Letnan Joko menjawab.

    “Baiklah. Aku akan memperkenalkan diri terlebih dahulu pada kalian. Namaku adalah Widya Sari, aku adalah penanggung jawab dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan. Keberadaan kalian dan mengapa tim ini dibentuk adalah sebagai akibat dari suatu krisis kesehatan yang terjadi di pulau ini.

    Kementerian kesehatan berada dalam keadaan waspada mengenai suatu wabah yang terjadi di Kapuas. Suatu penyakit aneh menyebar disalah satu kabupaten dan menyebabkan jatuhnya korban dari warga sipil. Jika saja kondisi Kalimantan tidak berada pada siaga satu karena gejolak pemberontakan, kami dapat dengan cepat menanggulangi wabah yang ada. tapi kenyataannya tidak seperti itu.

    Aku akan memberikan objetif misi pada kalian. Kalian Tim Bravo akan mengawal orang dari Departemen Kesehatan untuk sampai ke lokasi tujuan dan mencari tahu apa yang menyebabkan wabah penyakit aneh itu muncul. Ambil sample yang dibutuhkan dan kumpulkan data sebanyak mungkin sebelum kembali.”

    “Kami datang kesana bukan untuk menyembuhkan?” aku kelepasan menyanggah berbicara.

    “Kami tidak tahu dengan benar epidemic apa yang menyerang. Kami hanya tahu dari deskripsi umum yang masuk dari informasi seluler. Kami akan melengkapi kalian dengan obat-obatan yang mungkin bisa berguna untuk melawan wabah itu, tapi misi kalian yang terpenting adalah mencari sample dan data lapangan sebanyak mungkin.”

    Nyonya Widya Sari kemudian melirik kearah asisten wanita yang berada disamping kirinya dan kemudia melanjutkan bicara. “Dr. Ayu Wulandari akan pergi bersama kalian dan menjaga keselamatan hidupnya adalah tugas kalian. Lindungi dia dan biarkan dia mengerjakan tugasnya sebagai peneliti.

    Baiklah, aku limpahkan kewenangan Tim Bravo padamu Ayu.”

    “Aku mengerti.” Dokter Ayu menjawab dengan mengangguk.

    “Aku harap kalian berhasil membawa sample yang dibutuhkan dan dapat kembali dengan selamat.”

    Nyonya Widya Sari kemudian memberi hormat pada Tim kami dan kami pun bergerak memberi hormat padanya. Setelah meeting mengenai misi itu berakhir, kami Tim Bravo bergerak mengikuti Letnan Joko untuk membawa peralatan yang dibutuhkan dalam misi.


    ***​


    Armament Tent

    Keenam anggota tim termasuk diriku, berganti pakaian dan juga mempersiapkan persenjataan yang akan kami bawa. Aku mengenakan sweater hitam berlengan panjang dengan hoodie, yang dibalut dengan protective vest berwarna putih dengan logo Departemen Kesehatan yang dapat dilihat dibagian belakang punggungnya.

    Aku mengenakan pula celana berwarna biru dongker dengan sepatu bot hitam tentara dan juga pelindung siku dan lutut sebagai pengaman. Aku yang telah siap dan telah mengenakan sarung tangan tactical, lalu menyimpan radio di pinggang kiriku dan kemudian menyimpan handgun Baretta 92FS pada Holster dipaha kananku. Terakhir, aku mengenakan ban dilengan kiri dengan logo Departemen Kesehatan dan kemudian mengambil sepucuk senapan SS2-V4.


    [​IMG]


    Selalu mengenakan bandana yang digunakan untuk menutup bagian mulutku, aku kemudian keluar dari tenda persenjataan dan berbaris rapih didepan pemimpin kami yaitu Dr. Ayu Wulandari. Satu persatu dari tim ku selesai bersiap-siap dan kemudian berbaris memanjang dengan rapih dan tegap. Dr. Ayu yang melihat persiapan selesai kemudian berbicara. “Sebelum kita berangkat, aku ingin mengenal kalian dulu satu persatu. Katakan padaku nama kalian dan juga asal kalian, Tim Bravo.”

    “Namaku Budi Handoko, asal Yogyakarta.” Adalah sosok Pria dengan badan kekar dan kumis lebat dengan potongan rambut yang disisir semuanya kebelakang.

    “Namaku Aditya Pratama, asal Jakarta.” Adalah sosok Pria dengan postur badan biasa saja dan mengenakan kacamata bulat dan rambut pendek ikal yang acak-acakan dan terlihat secara umum sebagai seseorang yang berpengetahuan.

    “Namaku Ridwan Setiawan, asal Bandung.” Adalah sosok pria dengan badan yang tinggi, tidak terlalu berotot tapi badannya cukup stereg. Berpenampilan wajah sunda dengan rambut cepak.

    “Namaku Thomas Pattihua, beta asal Ambon” Adalah sosok Pria dengan kulit coklat gelap dengan rambut model rasta dan logat bicaranya yang begitu khas.

    “Namaku Ray Lumatau, asal Manado.” Adalah sosok pria dengan kulit terputih dalam tim dan terlihat selalu serius. Dia berpotongan rambut belah tengah dengan panjang rambut sebahu berwarna coklat kemerahan.

    Kelima orang anggota Tim telah memperkenalkan diri. Ya tinggal diriku sendiri yang belum memperkenalkan diri dan masih terdiam membisu. “Dan siapa namamu tuan bertopeng?” ucap sang Dokter wanita memandang diriku dengan heran Karena diam saja.

    “Namaku Rendra Satria, aku berasal dari Aceh.”



    ********​
     
    • Thanks Thanks x 2
    Last edited: May 20, 2012
  5. st_illumina Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 8, 2010
    Messages:
    65
    Trophy Points:
    7
    Ratings:
    +20 / -0
    @_____@/ sasuga heliel.

    Sayang di tim bravo ga ada orang batak. orang sumatra dah diambil Rendra sih..... but, pulau jawa aja ada 3 orang......
     
    • Like Like x 1
  6. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    wahh illumina sampai jauh-jauh datang lintas forum :matabelo/

    Ini kan baru maparin Tim Bravo. Tim alphanya belum..
    karena fict seting Indonesia tentu dipikirkan mengenai multi kultur dan etnisnya :matabelo:
     
  7. st_illumina Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Feb 8, 2010
    Messages:
    65
    Trophy Points:
    7
    Ratings:
    +20 / -0
    ahahahahaha,
    :matabelo/
    cuma make id yang selama ini cuma buat ngelurk IDWS kok. Semangat ya
     
    • Thanks Thanks x 1
  8. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update :yahoo:

    Act - 1.2 In the Duty and Procedure

    15 April 2012 Jam 10.00 pagi, Helikopter yang datang untuk membawa kami ke lokasi wabah telah siap untuk segera berangkat. Aku dan tim ku mengecek kembali semua peralatan yang akan dibawa satu persatu. Terlihat tidak jauh dari tempatku berada, Handoko dan juga Ray sedang mengangkat box medik dan memasukannya kedalam Helikopter. Didekat mereka yang sedang memasukan suplai medik, aku melihat Dokter Ayu sedang berbicara dengan sang pilot dan terlihat cukup serius.

    “Kita memiliki masalah Dokter, daerah lintasan helikopter yaitu Kuala Kapuas sedang dalam kondisi pertikaian sekarang ini. Militer AD dan juga para militan telah memulai konfrontasi sejak pagi tadi. Wilayah itu menjadi wilayah yang berbahaya untuk dilewati.”

    “Gunakan rute yang lain. Semakin lama pemerintah tertahan untuk meneliti wabah yang merebak, akan semakin banyak nyawa tidak berdosa yang mati.”

    “Jika melakukan itu, Helikopter tidak akan bisa mengantarkan kalian sampai pada lokasi kabupaten tujuan. Apa anda siap untuk mengambil opsi itu dokter?”

    Dokter Ayu terlihat diam berpikir dan tidak menjawab. Aku merasakannya sang dokter wanita ini tidak bisa memilih keputusan yang ada, sebab dia tidak mengetahui dengan benar kondisi area Kalimantan dan juga situasi apa yg sebenarnya terjadi dilapangan.

    “Apa ada masalah?” Handoko yang berbadan besar dengan wajah yang tegas menghampiri pilot Helicopter dan Dokter Ayu yang sedang berbincang.

    Aku melihatnya, Dokter Ayu berusaha menjelaskan kondisi pada Handoko dan Ray yang ada disana. Aku yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan secara tidak sengaja, melangkah mendekati mereka untuk ikut dalam diskusi.

    “Itu artinya kita harus melangkah berjalan dari tempat pemberhentian hingga menuju kabupaten tujuan? cukup beresiko karena kondisi Kalimantan dalam keadaan awas.” Handoko mengeluarkan pendapatnya dengan tegas.

    “Tapi itulah alasannya kenapa kita ada disini. Untuk melindungi dan membawa dokter sampai tujuan dan selamat hingga kembali ke republik.” Ray berbicara dan terlihat begitu optimis bila mengambil resiko yang ada.

    Dokter Ayu terlihat masih bimbang dengan apa yang harus dia putuskan. Aku yang telah berada disana bersama mereka, kemudian mengutarakan pendapatku mengenai situasi yang terjadi.

    “Resiko yang terlalu berbahaya. Tidak ada satupun dari anggota tim yang benar-benar mengetahui jelas area yang akan dilalui. Jalur darat adalah jalur yang teramat berbahaya jika memang militan itu ada.

    Ingatlah kita bukanlah tim yang dibentuk dan diperlengkapi layaknya angkatan darat. Jika harus berhadapan secara langsung dilapangan melawan mereka para pemberontak, itu akan menjadi momen yang mengerikan.”

    “Jadi pangana takut untuk melawan mereka, Rendra? Kalau pangana memiliki ketakutan seperti itu, pangana seharusnya tidak masuk dalam tim khusus ini.” dengan nada yang mengejek Ray mencoba membuatku tersulut emosi.

    Aku hanya menatapnya diam dan melihat senyuman arogannya ditunjukan langsung padaku. Sebenarnya mudah sekali bagiku untuk menghajarnya ditempat ini.

    “Hei-hei tenang-tenang.. pertikaian dalam grup itu bukan hal yang baik.” Suara dari Aditya dengan wajah yang santai mencoba untuk menenangkan suasana yang sedikit panas.

    Ridwan yang sedang mengecek senapan SS2 yang dipegangnya dan berada didekat Ray, kemudian berbicara padaku. “Aku mengerti maksud dari pendapatmu, Rendra. Tapi aku lebih setuju dengan apa yang dikatakan Ray. Kita bukanlah Relawan PMI.. kita adalah relawan bersenjata. Menghadapi suatu baku tembak adalah hal yang seharusnya kita persiapkan.”

    Aku hanya mendengarkan dan tidak menjawab. Aku mengerti, mereka tidak mengerti kondisi lapangan yang terjadi ketika konflik dan bagaimana militan itu bukanlah sesuatu hal yg harus dianggap sepele.

    Aku pernah hidup dijalan itu. Untuk membunuh satu sampai empat orang anggota TNI yang berkemampuan pun dapat kulakukan jika menggunakan taktik yang tepat. Kalimantan adalah rumah bagi mereka para militan dan tempat ini adalah area asing bagi kita sang pendatang.

    Tiba-tiba aku merasakan ada yang merangkulku dari belakang. Ya, ternyata itu adalah Thomas. “Beta mengerti dengan maksud ose. Beta setuju dengan pendapat Rendra, tapi hal yang lebih penting adalah untuk segera menyelesaikan rasa sakit dari para penderita wabah. Kita harus mengambil resiko itu.”

    Aku menghela nafas dan kemudian memandang kearah dokter Ayu yang sejak tadi memperhatikan kami. “Anda adalah pemimpinnya, segala keputusan ada ditangan anda dokter. Aku akan menjalankan tugasku sebagaimana yang anda perintahkan.”

    Dokter ayu memandangiku dengan mulut yang terbuka sedikit. Dia terlihat sedikit terperangah, karena pada akhirnya dialah yang harus memutuskan kembali. Sang wanita yang kebingungan itu menyilangkan tangannya dan kemudian menunduk.

    “Kita akan pergi menggunakan rute lintasan yang lain.”


    ***​


    Jam 11.00 siang, Kota Banjarmasin.

    Helikopter akhirnya mengudara tepat di jam-jam menuju tengah hari. Pemandangan kota Banjarmasin dari udara yang dapat dilihat menjadi topik yang dibicarakan anggota tim saat ini. Sayangnya aku tidak tertarik dengan hal itu.

    Adtya yang duduk dikursi depan bersama pilot berbincang-bincang mengenai pengalaman kerja dilapangan. Ternyata dari pembicaraan itu barulah aku mengetahui bahwa Aditya yang terlihat berpengetahuan dan juga lebih pantas sebagai orang kantoran ini adalah salah satu dari anggota angkatan udara.

    Ray, Thomas, dan Handoko terlihat mulai akrab. Mereka terdengar sedang berbincang mengenai pengalaman mereka masing-masing. Yang kulihat terdiam membisu didalam helikopter ini hanya Aku, Ridwan, dan Dokter Ayu.

    “Jadi kalian adalah orang-orang dingin yang ada dikelompok ini ya?” ucap Dokter Ayu untuk memecahkan keheningan diantara kami bertiga.

    “Aku hanya malas untuk memulai pembicaraan..” ucap Ridwan dengan pelan dan kemudian bersender dengan menyilangkan kedua lengannya dibelakang kepala.

    “Dan kau Rendra.. kau mau menceritakan mengenai pengalaman dimasa lalumu?” ujar dokter Ayu yang terlihat tertarik untuk mendengar pengalaman hidupku.

    “Aku tidak ingin menceritakan mengenai masa laluku..”

    Jawaban singkat padat dan jelas kuberikan. Dokter Ayu yang sebelumnya terlihat penasaran hanya menatapku dengan sedikit kecewa. Dia tersenyum kecil menunduk dan kemudian melihat kearah pemandangan luar. “Kutebak.. kurasa masa lalumu itu menyakitkan..”

    Aku hanya terdiam. Aku tidak memiliki apapun untuk dibicarakan. Untuk mengeluarkan lelucon pun rasanya aku akan mengeluarkan lelucon yang garing. Untuk menjelaskan masa lalu pun itu tidak mungkin. Apa yang akan mereka pikirkan bila tahu aku adalah mantan militan GAM.

    “Dokter Ayu, kita sekarang telah melewati langit-langit daerah Palingkau. Sebentar lagi kita akan sampai di daerah Mandomai dan menuju Pulang Pisau untuk seterusnya mencapai daerah Kapuas.” Sang pilot memberitahukan posisi helikopter yang telah melakukan lintasan memutar menghidari Kuala Kapuas.

    “Aku mengerti. Terima kasih telah mau tetap mengudara dan mengambil rute lain, Pilot.”

    Sang pilot Helikopter mengangkat lengan kirinya dan kemudian menunjukan jempolnya yang berarti OK pada sang dokter yang duduk dibelakang.

    “Ada kebakaran didepan sana?!” Aditya yang duduk dikursi depan membuat seluruh perhatian tim teralih untuk melihat apa yang terjadi.

    “Konfrontasi terjadi pula ditempat ini.. ini akan buruk.” Ucap sang pilot.

    “Dapat kita kembali untuk mengambil rute lain?”sang dokter yang was-was melihat kondisi daerah didepannya yang sedang terjadi kebakaran dan baku tembak, berusaha menanyakan opsi lain.

    “Kita tidak bisa memutar, kita telah berada pada lintasan pertikaian yang terjadi dibawah sana.”

    Sang pilot yang bertanggung jawab mengemudikan helikopter, berusaha menerobos langit-langit area pertempuran. Aku yang berada didalam helikopter, melihat pertempuran yang terjadi benar-benar sangat buruk. Pasukan TNI berusaha terus menekan para militan yang memiliki persenjataan modern dan juga beberapa terlihat mereka sedang menembak menggunakan gatling gun yang terpasang di cab belakang mobil.

    Aku berharap pada Tuhan agar kami yang berada dilangit-langit bisa lolos melewati neraka dibawah sana.

    Tapi sesuatu akhirnya terjadi….



    *********​
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: May 21, 2012
  9. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update :yahoo:

    Act - 1.3 Lost in Incident

    Gelap gulita, segalanya dengan sekejap saja menjadi hitam kelam. Aku tidak tahu apa yang sebelumnya telah terjadi. Segalanya terjadi dengan begitu sangat cepat.

    Benturan yang begitu keras membuat kepalaku melayang tinggi. Aku yang telungkup diatas permadani rumput liar, berusaha bangkit dari rasa sakitku dan mencoba untuk sadar dan kembali ke dunia nyata.

    Aku membuka mata dan melihat kearah sekeliling. Secara samar-samar sebuah bangkai helikopter rusak yang porak-poranda terlihat berada didekatku. Aku yang masih mencoba mengambil alih tubuhku kembali, berusaha terus melakukan fokus pada penglihatanku untuk melihat lebih jelas walaupun kepalaku masih terasa berputar-putar.

    Apakah itu adalah helikopter yang kutumpangi tadi?

    “Uhukk!! Uhukk!!”

    Terdengar suara seseorang yang terbatuk-batuk. Aku yang masih dalam keadaan setengah sadar, bangkit berdiri dan kemudian berjalan dengan terhuyung-huyung menuju keasal suara yang kudengar tadi. Suara itu berasal dari bangkai helikopter yang tadi kulihat.

    Dengan pose memegangi kepala menggunakan lengan kiri, aku yang berjalan beberapa langkah akhirnya sampai pada tujuanku. Aku melihat dikokpit depan, Aditya Pratama sedang terduduk terbatuk-batuk mengeluarkan darah dengan bagian perut yang tertusuk bagian helikopter yang rusak. Tubuhnya penuh rembesan darah karena kulihat bagian helikopter menusuk perutnya sangat dalam.

    “Ren..dra..” ucap pelannya meringis dengan memandangku yang tiba-tiba muncul disampingnya. “Bertahanlah Aditya, kamu akan baik-baik saja..” aku berusaha untuk membuatnya tenang walaupun aku sendiri tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuk menolongnya yang sedang sekarat itu.

    “A..yu. Temukan.. Dok..ter A..yu..”

    Aditya tertunduk tak bergerak setelah menyelesaikan kata-katanya. Misi yang seharusnya mudah yaitu mendapatkan sample wabah, kini menjadi buruk dan kami harus kehilangan satu anggota regu. Aku dengan rasa yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, berusaha mengecek kondisinya dan aku sadar dia tidak lagi bernafas.


    Mengapa ini terjadi?​


    Aku yang tidak menyangka apa yang terjadi sekarang ini, memandang kearah kursi sang pilot dan melihat orang yang membawa kami ke daerah konflik ini juga tewas secara mengenaskan. Tubuhnya tersungkur kedepan dengan darah yang keluar dari sela-sela helm yang dia kenalan. Aku tidak ingin membayangkan benturan apa yang terkena pada wajahnya. Aku tidak ingin membayangkan pula apa yang terjadi pada bagian perutnya.

    “Rendra.. ose selamat?!”

    Terdengar suara pelan memanggilku dari belakang. Aku yang terkejut kemudian membalikan badan dan melihat Thomas sedang memapah Handoko yang terluka.

    “Mengerikan… setelah lolos dari area pertikaian antara militer dan FPK, helikopter yang sedang kita naiki terkena tembakan peluncur roket.” Handoko yang telah duduk beristirahat diatas rerumputan liar berbicara dan menceritakan apa yang terjadi. “Malang sekali Aditya, dia harus gugur dalam kecelakaan.”

    “Aditya telah berpulang. Beta berharap semoga dia diterima disisi Tuhan. Haah.. sebenarnya beruntung bagi kita karena tembakan itu meleset dan hanya mengenai ekor helikopter. Tapi memang pendaratan darurat yang terjadi benar-benar ekstrim. Beta selamat.. beta beruntung.” Thomas terlihat lelah dan mengusap-ngusap kepalanya.

    “Apa kalian menemukan Dokter Ayu?” ucapku bertanya pada kedua rekan yang ada dihadapanku.

    Handoko mengeleng-gelengkan kepala dan Thomas hanya menghela nafasnya pelan. Ya, aku sadar, pendaratan darurat itu membuat kami terpencar-pencar disini.

    Aku yang masih sedikit merasakan rasa sakit akibat benturan, perlahan berdiri tegak dan mengeluarkan baretta 92FS dari holster. “Apa yang akan kau lakukan Rendra?” ucap Handoko terkejut melihat gelagatku.

    “Aku akan mencari Dokter Ayu Wulandari. Kalian tunggulah disini, mungkin Ray dan Ridwan akan datang kemari untuk mencari anggota yang selamat pula.”

    “Sangat berbahaya didalam hutan sana. Ose harus hati-hati. Kami berdua mendengar suara auman mengerikan didalam sana sebelumnya.”

    “Aku tentu akan berhati-hati Thomas.”

    “Rendra ambil ini!” Handoko dengan tegas berbicara dan melemparkanku sesuatu. Aku menangkap benda yang dia lemparkan itu dan menyadari bahwa itu adalah magazine peluru handgun 9mm.

    “Jika kau memberikan ini, maka..”

    “Kau akan lebih membutuhkannya..” Aku melihat Handoko yang terlihat lelah dengan kaki yang terluka itu tersenyum. Peluru cadangan ini mungkin memang akan berguna untuk melakukan ekplorasi didalam hutan sana.

    Aku yang melihat tatapan percaya dari Handoko kemudian mengangguk pelan untuk menghormatinya. Aku lalu berlekas berjalan masuk menuju kearah hutan belatara.

    “Rendra, ose harus berhati-hati! Beta dan Handoko akan menunggu ose kembali!”

    Kudengar suara Thomas memberikanku semangat dari kejauhan. Aku yang telah berjalan cukup jauh namun masih berada pada jangkauan pandangan mereka, kemudian mengangkat tangan kiriku sekepala sebagai tanda mengerti.


    ***​


    Areal Hutan Mandomai, Kalimantan Tengah

    [​IMG]

    Rerimbunan pohon yang lebat menjulang tinggi dan suara angin yang menerpa dedaunan, membuat perhatianku terkadang menjadi siaga. Kondisi lingkungan yang masih asri dan liar membuatku sadar bahwa aku tidak boleh sembarangan bergerak dan berjalan. Pergi dengan tujuan untuk menyelamatkan seseorang, tapi bisa jadi akan hilang dalam keheningan hutan.

    Rerumputan liar terkadang menghalangi langkahku dan terkadang pula permukaan tanah berair yang ada sedikit menyulitkan pergerakanku. Aku sadar dengan melihat kondisi alam yang kulalui bahwa di bagian hutan ini akan menuju ke area rawa apabila terus mencoba menuju kearah pesisir sungai. Aku berupaya untuk tidak bergerak menuju kesana. AKu tidak pernah mau membayangkan apa yang menungguku di daerah berair seperti itu.

    Menghela nafas, sedikit bingung dengan yang terjadi saat ini. Aku tidak menemukan jejak dari Dokter Ayu. Semestinya, dia tidaklah berada jauh dari tempat jatuhnya helikopter yang membawa kami. Ini sedikit aneh, apa ada suatu hal yang membuatnya harus masuk semakin melesak kedalam hutan?

    “Analgesic-Obat penahan rasa sakit?!” kutemukan satu botol kecil berisi tablet yang tergeletak dipinggiran bebatuan dekat sungai kecil disebelah kiriku. Kulihat dengan seksama, botolnya benar-benar masih baru dan tidak usang. Aku menduga, ini adalah benda yang dibawa oleh Dokter Ayu.

    Keheningan hutan yang kurasakan tiba-tiba saja terpecah, Ketika burung-burung seketika bersuara dan terbang kelangit disertai dengan suara rentetan tembakan. Aku bergegas berlari menuju kearah suara berasal dengan memegang Handgun Baretta 92FS yang kumiliki dengan melewati rintangan rerumputan liar juga melompati beberapa dahan kayu tua yang menghalangi jalur langkahku.


    Militan FPK.. apakah mereka berada pula ditempat ini juga?​


    “Sialan!!!” kudengar suara yang begitu familiar berteriak. Dia melepaskan tembakan beruntun pada rerumputan bergerak yang ada disekitarnya.

    Lelaki yang sedang ketakutan dan menyerang membabi buta itu ternyata adalah Ray Lumatau. “Hentikan tembakanmu Ray!” teriak diriku berusaha mengambil alih perhatiannya.

    Dia yang terkejut mendengar suaraku, kemudian menolehkan wajahnya dan melihat diriku tiba semakin dekat ke lokasi dirinya berada. “Rendra kau selamat!?”

    “Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membuang peluru senapanmu sembarangan seperti itu?” ucapku yang akhirnya berhenti berlari.

    “Se-sesuatu yang mengerikan ada didalam hutan ini! Dia mengejarku Rendra!” Dengan terbata-bata dan terlihat ketakutan Ray menjawab pertanyaanku.

    “Sesuatu?” ucapku dengan kebingungan.

    “Dia mengaum layaknya singa, tapi dia bukanlah singa Rendra.”

    “Singa? Mungkin kau dikejar oleh babi hutan liar..”

    “Ti-tidak.. babi hutan tidak mungkin sebesar itu dan tidak akan mengaum seperti itu. Percaya padaku Rendra, kita harus segera pergi dari hutan mengerikan ini.”

    “Ya, kita akan keluar dari tempat ini, tapi sebelumnya kita harus menemukan Dokter Ayu terlebih dahulu.”

    “Terlalu berbahaya jika melakukan pencarian dengan adanya keberadaan monster itu Rendra! Pangana tahu benar itu bukan?!”

    “Regu kita dibentuk untuk melindunginya! Kau sendiri yang mengajariku mengenai alasan kita berada disini dan kau juga yang paling siap dengan segala resiko yang terjadi! Kau lupa itu?!”


    ************* ​
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: May 22, 2012
  10. NodiX M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 7, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    122
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +922 / -0
    keren ficnya om heil:matebelo:
    numpang subscrip dulu:lalala:

    oh ya, pas pengenalan anggota tim bravo si thomas bilang gini
    walaupun semuanya bilang "Namaku" pada awal dialog perkenalan mereka, tapi rasanya si Thomas ini keluar dari konteks logatnya
    Namaku ~ beta, nggak nyatu dalam satu kalimat
     
    • Thanks Thanks x 1
  11. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    thx dah baca... :beer:

    harusnya "nama beta" ya? :malu
    masih belajar si bikin fict dengan logat gini.
     
  12. a6h6a6n Members

    Offline

    Joined:
    Mar 9, 2011
    Messages:
    4
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +2 / -0
    hhmmm, ngebaca kapuas PANDEMIC jd ingat ama zombieku.
    Lanjutin ah, siapa tahu bisa banyak chapternya. Ayo bro, kita bikin cerita diluar aliran kita (mayoritas buatanku sih udah normal, paling 72 seal ama kroninya, sisanya begitulah yang kamu tahu. Situ yang masih tersesat, nulisin DF terus. hahahahahahan)
    jangan tanya kapan mau upload ya, EYDnya belum beres nih.

    si vis pacem parabellum
     
    • Like Like x 1
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.