1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Snow Angel

Discussion in 'Fiction' started by merpati98, Apr 22, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    Genre: Uuh... dunno? Fantasy, maybe..

    Fict percobaan yang saya buat dengan harus mengandung 3 topik: Angel, Buku, dan Mesin Waktu(sebetulnya masih ada yang lain, tapi saya lupa kata pastinya apa:ngacir:).
    Dibuat dengan bantuan adik kelas saya--sedikit--dan sampai sekarang belum selesai karena saya kehilangan ide. Inspirasinya nggak tau darimana karena yang nentuin topiknya bukan saya, tapi adik kelas saya itu, jadi kalau ada yang mirip-mirip sama sesuatu maklumin aja(karena manusia nggak ada yang sempurna, right?:ngacir:). Oh ya... ini cerita ditulis buat proyek KN.

    Kritik, saran, komentar yang membangun akan sangat diharapkan.:maaf:

    Penjelajahan waktu adalah suatu hal yang tidak mungkin. Karena jika waktu bisa diputar kembali, itu sama saja dengan tidak adanya waktu. Tidak ada hari ini, tidak ada kemarin, tidak ada besok.

    Tidak ada masa depan untuk mesin waktu.



    Index

    #0
    #1
    #2
     
    • Thanks Thanks x 3
    Last edited: May 28, 2012
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    Salju…

    Aku pertama kali bertemu dengannya waktu itu.

    Di taman kota yang sepi, aku melihatnya.

    Dia, dengan kulit putih pucat sewarna salju dan rambut hitam panjang…

    Berdiri di tengah hamparan luasnya salju yang menggunung,

    Dengan hanya mengenakan selembar gaun putih tipis.

    ‘Apa dia tidak kedinginan?’

    ‘Apa dia... tidak kedinginan?’



    ..

    .

    Salju itu…

    Dingin.


    “Apa kamu percaya penjelajahan waktu mungkin untuk dilakukan, Ikki?”

    Pertanyaan yang sama, yang entah sudah berapa kali dia tanyakan, terulang kembali. Aku tidak tahu apa itu pertanyaan favoritnya atau dia tidak pernah puas dengan jawaban yang aku berikan. Tapi satu hal yang sangat aku ketahui:

    Aku tidak senang menjawab pertanyaan itu. Aku bukan mesin penjawab otomatis yang akan dengan senang hati menjawab pertanyaan apapun yang diajukan kepadaku. Mengatakan satu kata “tidak” pun menghabiskan waktu dan tenaga yang tidak ingin kubuang percuma.

    Lagipula, buat apa aku menjawab pertanyaan yang sudah jelas jawabannya itu?

    Penjelajahan waktu adalah suatu hal yang tidak mungkin. Karena jika waktu bisa diputar kembali, itu sama saja dengan tidak adanya waktu. Tidak ada hari ini, tidak ada kemarin, tidak ada besok.

    Tidak ada masa depan untuk mesin waktu.
     
  4. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    aaaah... mesin waktu itu mungkin...
     
    • Thanks Thanks x 1
  5. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Pas baca bagian prolog na jadi inget sama Clannad :top:

    Mau ngebahas mengenai Time Travel yah :???:
     
    • Thanks Thanks x 1
  6. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    dia orangnya realist sih gan:ngacir:

    bukan.. deja vu.:iii:
     
  7. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    Hari ini adalah hari pertama sekolah setelah libur tahun baru. Tubuhku rasanya masih belum terbiasa untuk diajak kompromi dalam hal bangun pagi setelah sebelum-sebelumnya terbiasa bangun saat matahari sudah naik.

    Ya… karena itulah saat ini aku terpaksa berlari dalam perjalananku menuju sekolah walaupun jarak antara tempat tinggalku dan sekolah tidak begitu jauh. Hanya sekitar 200 meter kalau aku tidak salah memperkirakan—

    “Uwaahh!!”

    Aku berusaha menjaga keseimbangan badanku agar bisa tetap berdiri tegak. Tapi sepertinya usahaku sia-sia karena kakiku sudah terlanjur terpeleset dan sekarang…

    BRUAK!!

    Gaahh!!

    Sialan ini salju! Apa kamu tidak tau kalau keberadaanmu saat ini sangat membahayakan untuk orang yang sedang terburu-buru seperti aku, hah?! Apa kamu tidak tau berapa orang yang telah kamu buat terpeleset karena eksistensimu di dunia ini!? Kamu tidak tau!? (aku juga tidak…)

    Argh! Kenapa juga aku harus pergi ke sekolah pada cuaca sedingin ini?! Kalau sekarang masih libur, pasti sekarang ini aku masih bisa bersantai dalam selimut tebalku tanpa harus khawatir terpeleset di atas tumpukan salju sialan ini!

    Dan kenapa juga aku harus kesiangan di saat seperti ini sih!?



    Sambil berjalan menuju sekolahku (aku tidak peduli lagi soal terlambat atau tidak), aku tidak tau lagi mana yang harus aku salahkan. Salju yang membuatku terpeleset, hari ini, atau aku sendiri. Yahh… kalau dipikir dengan akal sehat tentu saja aku lah yang bersalah.

    Tapi siapa juga orang yang mau disalahkan karena kesalahannya sendiri.

    “Hahaha…”

    Aku tertawa.

    Entah kenapa kedengarannya seperti sedang mengejek diriku sendiri. Menyedihkan… kelihatannya nasib memang sedang tidak berpihak padaku saat ini.

    “Hhh…”

    Menghela napas panjang, aku melanjutkan perjalananku dengan hati-hati. Terima kasih untuk salju yang telah membuatku terpeleset pagi ini.


    Murid baru.

    Aku tidak tau apakah pindah sekolah pada waktu seperti ini adalah suatu hal yang wajar atau tidak…

    Tapi kurasa orang-orang tetap senang membicarakannya baik itu wajar ataupun tidak. Kalau untuk aku sendiri jelas lebih memilih diam di pojokan sambil mendengarkan mereka membuat prasangka-prasangka tidak berdasar mengenai murid pindahahan tersebut.

    “Aku liat orangnya! Tadi waktu aku ke kantor guru aku melihat murid baru itu!”

    “Gimana? Orangnya gimana?”

    “Cakep, nggak?”

    “Hmm… aku nggak liat secara jelas sih. Tapi yang pasti orangnya tinggi dan rambutnya pirang!”

    “Pirang? Kereeen~! Eh, cowok kan?”

    “Iya, cowok!”

    “Ah, tapi kata temenku, anak kelas sebelah, murid baru itu rambutnya merah lho!”

    “Masa? Aku liat dengan mata kepalaku sendiri kok! Temen kamu salah liat paling!”

    “Belum tentu. Mungkin aja rambut murid baru itu bisa berubah-rubah sesuai keadaan.”

    “Oh iya ya… jadi kalau pas rambutnya pirang dia lagi dalam prince mode. Trus kalau pas rambutnya merah dia lagi masuk rage mode yang bikin kekuatannya berkali-kali lipat lebih besar!”

    “Iya.. Iya..! Jadi si prince itu masuk rage mode pas ada orang yang melakukan kejahatan!”

    “Dan dia lalu membasmi kejahatan itu layaknya ksatria berkuda putih!”

    “Kyaa~ Keren~!”

    …aku tidak tau seperti apa cara kerja otak anak-anak perempuan yang ada di kelasku. Bagaimana bisa cerita murid baru nyambung ke cerita pangeran yang bisa berubah mode jadi superhero dan ksatria berkuda putih? Lagipula dia itu sebenarnya apa? Murid baru, pangeran, superhero, atau ksatria?

    Aku tidak habis pikir bagaimana mereka bisa mengarang cerita seperti itu hanya dalam waktu beberapa detik saja.

    Tapi dari percakapan mereka, satu hal yang kukira bisa dijadikan informasi adalah murid baru itu laki-laki.


    “Salam kenal.”

    Aku memandang murid pindahan yang baru saja memperkenalkan dirinya dengan pandangan tidak tertarik. Hanya saja sepertinya yang dikatakan salah satu cewek teman sekelasku tadi benar adanya. Murid pindahan itu mempunyai tubuh tinggi dan rambut berwarna pirang.

    Tapi berbeda dengan warna rambutnya yang sangat mencolok, matanya berwarna hitam gelap yang kalau kamu bertatapan langsung dengannya kamu mungkin akan merasakan sensasi dingin yang aneh dalam sekejap.

    Sebagai tambahan… dia mempunyai aura berwarna biru tua. Cocok untuk orang dengan wajah sedingin dia.

    Setelah perkenalan murid pindahan tersebut, pelajaran berlangsung seperti biasanya. Tidak ada yang istimewa, tidak ada yang spesial. Seperti biasanya.


    Dari kecil aku mempunyai kemampuan untuk melihat ‘aura’ seseorang dalam bentuk warna yang dipancarkannya. Warna ini biasanya terpancar seperti sinar di sekeliling tubuhnya. Karena itulah aku menyebutnya sebagai aura.

    Dulu, aku menganggap itu adalah hal yang normal dan wajar seperti orang-orang pada umumnya. Karena itu setiap kali aku melihat orang yang baru aku kenal aku akan langsung berkata pada ibuku mengenai aura orang tersebut. Biasanya ibu hanya akan tersenyum sedikit sambil mengelus kepalaku.

    “Anak pintar…”

    Aku tidak tau kenapa ibu mengatakan hal seperti itu. Aku tidak tau kenapa ibu tidak memberitahuku bahwa itu adalah hal yang aneh dan tidak wajar. Aku tidak tau kenapa ibu tidak memasang ekspresi heran pada pernyataanku.

    Yang dikatakannya setiap kali aku bilang begitu hanyalah..

    “Anak pintar… Jangan bilang-bilang ayah soal ini ya. Biar hal ini jadi rahasia antara ibu dan kamu.”

    Sambil tersenyum lembut kepadaku.


    Ting.. Tong… Ting… Tong..

    Ng?

    Oh, waktunya istirahat.

    …sepertinya aku melamun lagi tadi. Apa yang kupikirkan?



    Haaah… tidak penting. Lebih baik cepat ke kantin, beli makanan, dan kembali ke kelas.

    Aku beranjak dari kursiku. Berjalan ke luar kelas menuju koridor yang sudah mulai penuh dengan anak-anak yang tengah berjalan bersama-sama ataupun berkumpul di suatu titik sambil tertawa-tawa.

    Berisik. Karena itulah aku tidak suka keramaian. Terlalu berisik.

    “Hei.”

    Eh?

    Aku menoleh. Mendapati seraut wajah asing yang baru saja memanggilku.

    Merah? Aku tidak tau di sekolah ini ada murid dengan rambut dan mata mencolok seperti itu.

    Dia memandangku tajam.

    “A-apa?”

    Oh sial. Kenapa juga aku mendadak jadi gagap begini? Tapi memang tatapannya itu terlalu menyeramkan untuk tidak dipedulikan begitu saja. Kurasa siapapun juga pasti akan berpikiran sama denganku saat ini.

    “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”

    Ha…ah?

    “Ku-kurasa tidak.”

    Mana mungkin aku bisa lupa kalau bertemu dengan orang yang mempunyai ciri-ciri mencolok seperti dia. Apalagi tatapan tajamnya yang benar-benar bisa bikin orang merinding seketika.

    Setelah mendengar jawabanku, dia langsung beranjak pergi tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Membiarkan aku berdiri sendirian di tengah koridor dengan muka bingung.

    Apa… maksudnya?

    Siapa dia?

    Orang aneh…

    Dan aura dia… merah? Bukan, rasanya ada yang lain selain merah. Seperti agak… gelap? Atau hitam?

    Aku menggaruk kepalaku sedikit. Memilih untuk melupakan anak itu dan melanjutkan perjalanan menuju kantin. Saat itu, perkataan anak perempuan di kelas tadi pagi terlintas kembali di kepalaku.

    “Ah, tapi kata temenku, anak kelas sebelah, murid baru itu rambutnya merah lho!”



    Mana mungkin.


    Aku mengeluh. Melihat betapa banyaknya orang yang sedang sibuk berdesak-desakkan di kantin membuat nafsu makanku hilang seketika. Maksudku… daripada harus melewati lautan manusia yang kelaparan itu hanya untuk membeli makanan, lebih baik aku menahan lapar saja sampai pulang nanti.Aku juga tidak terlalu lapar ini.

    Berpikir begitu,

    Aku memutar kembali langkahku, menjauhi kantin yang penuh sesak dengan anak-anak kelaparan. Menyeramkan. Rasanya seperti melihat binatang buas sedang berkumpul dalam satu tempat dan hanya ada satu mangsa di antara mereka.

    Haaah…

    Daripada diam di tempat berisik seperti ini, mungkin lebih baik kalau aku pergi ke perpustakaan sampai waktu istirahat habis.
     
  8. 3clips3 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 7, 2010
    Messages:
    356
    Trophy Points:
    126
    Ratings:
    +1,092 / -0
    weeee. . .
    gayanya komikal banget. . . :iii:
    tapi ceritanya ok. . .
     
    • Thanks Thanks x 1
  9. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    komikal apaan..? kan buat KN sis, jadi emang gini...:ngacir:
     
    Last edited: Apr 24, 2012
  10. spinx04 Veteran

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Nov 22, 2009
    Messages:
    1,675
    Trophy Points:
    217
    Ratings:
    +2,539 / -0
    wogh, mantap! :matabelo:

    cerita nya sangat mudah untuk dipahami n di bayangkan, alurnya santai n bahasa nya ringan. begitu detail dalam menjelaskan perasaan tokoh utama, tapi aq masih tetap bisa enjoy. style penceritaan tokoh nya ga ada niat ngelawak, tapi terasa lucu :top:
    *bisa jadi tambahan wawasan untuk sudut pandang orang pertama buat aq nih :blink:

    btw, di bagian tertentu aq teringat manga yasha, :siul:
     
    • Thanks Thanks x 1
  11. haris88 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 15, 2011
    Messages:
    111
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +83 / -0
    Asik nih cerita ny ..
    kalo menurut saya ada beberapa bagian yg mirip kayak cerita dari anime/manga yg pernah saya baca ..
    tapi mungkin itu hanya perasaan saya saja ..

    Mungkin kalo di tambah ilustrasi tokoh ny, pembaca bisa merasakan seperti membaca komik ..
    karena mungkin latar cerita ny mudah untuk di imajinasikan ..
    -
    Lanjutkan kk .. ^^
     
    • Thanks Thanks x 2
  12. 3clips3 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 7, 2010
    Messages:
    356
    Trophy Points:
    126
    Ratings:
    +1,092 / -0
    bersifat komik (?) menurut kbbi. . .
    intinya kayak komik gitu. . .
    KN apaan ya? :bloon:
     
    • Thanks Thanks x 1
  13. dimasterof32 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 30, 2009
    Messages:
    655
    Trophy Points:
    56
    Ratings:
    +17 / -0
    wah, ane baca ceritanya cukup bagus, jadi ingin baca lanjutanya...
     
    • Thanks Thanks x 1
  14. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    emang style saya gini sih kalau sudut pandang orang pertama. lebih enak. makasih komennya:hmm:

    eh, manga yasha? saya belum pernah baca:bloon:

    kalau emang ada yg mirip... ada ya?:bloon:

    ilustrasinya lagi dibikin:hmm: makasih komennya kk:maaf:

    Kinetic Novel, atau gampangnya ya Visual Novel tanpa route.:lalala:

    makasih komennya:hmm:
     
  15. snowdance99 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 31, 2011
    Messages:
    42
    Trophy Points:
    21
    Ratings:
    +0 / -0
    weeee. . .
    gayanya komikal banget. . .
    tapi ceritanya ok. . .
     
  16. kyotou_yasuri Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 24, 2010
    Messages:
    93
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +20 / -0
    Hmm, mengenai cerita dan karakter belum banyak yang bisa dikomenin, karena masih awal.... Meski saya seneng gaya penulisannya sih.

    Karakter utamanya bener-bener ala LN/VN/KN banget.... Gaya KN nya ketangkep deh pokoknya. :top:

    Wuah mau ada gambarnya? Nggambar sendiri nih? Ditunggu lanjutannya.... :peace:
     
    • Thanks Thanks x 1
  17. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    yep:hmm:

    makasih komennya:maaf:

    iya, gambar sendiri:hmm: ntar saya post di sini jg:lalala:
     
  18. Nebunedzar M V U

    Offline

    No information given.

    Joined:
    Mar 7, 2009
    Messages:
    706
    Trophy Points:
    227
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +5,466 / -0
    Kurasa karena belum menggambarkan keseluruhan cerita feelnya masih belum mudah didapat. :ngacir:

    Oh ya, KN itu kan kalau memang ini skrip untuk VN?? Jadi bukannya ini lebih cocok dibilang LN? :puyeng:
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: May 19, 2012
  19. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    baru sketsa...

    [​IMG]
     
    Last edited: May 10, 2012
  20. Nebunedzar M V U

    Offline

    No information given.

    Joined:
    Mar 7, 2009
    Messages:
    706
    Trophy Points:
    227
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +5,466 / -0
    Oh ini memang skrip untuk KN rupanya. Proyek solo ya? Sepertinya ada bagusnya kalau sketsa yang lainnya juga dikumpulkan di sini untuk bisa dilihat-lihat.
     
  21. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    Malaikat yang kehilangan sayapnya

    Akan jatuh ke bumi

    Sebagai fallenangel




    Salju…

    Memandang salju yang turun lagi sore ini, aku hanya bisa merapatkan jaket sambil memandangi butiran-butiran putih yang turun dari langit dengan pandangan hampa. Melangkah menyusuri jalan yang tampak putih akibat salju, sebentar lagi aku akan sampai di dekat taman kota yang selalu sepi.

    Entah apa sebabnya, tapi taman itu memang jarang sekali dikunjungi oleh orang-orang. Aku beruntung. Karena berkat itu aku bisa jalan dengan tenang tanpa perlu terganggu keberisikan manusia yang tidak perlu.

    “Dingin…”

    Menggumam kedinginan, aku berjalan semakin cepat. Tidak ingin lebih lama lagi berada di luar dalam cuaca dingin seperti ini.

    “Kenapa salju sialan ini harus turun saat aku sedang belanja mingguan sih. Apa dia tidak punya waktu yang lebih tepat lagi untuk turun.. Besok kek.. Lusa… waktu aku di rumah.”

    Menggerutu sendiri, aku hampir menabrak seseorang yang mendadak berdiri di hadapanku. Oke, mungkin bukan mendadak karena itu salahku yang tidak menyadari keberadaannya sampai hampir menabraknya.

    Membenarkan posisi tubuhku yang agak oleng akibat berhenti mendadak. Aku baru sadar… orang yang berdiri di hadapanku…

    Gadis dengan rambut hitam panjang dan kulit putih sewarna salju itu…

    Hanya memakai gaun tipis berwarna putih.

    ‘Apa dia tidak kedinginan?’

    ‘Apa dia tidak kedinginan?’

    ‘Apa dia tidak kedinginan?’

    ‘Apa dia tidak kedinginan?’

    ‘Apa dia tidak kedinginan?’

    Mengulang-ngulang pertanyaan yang sama dalam kepalaku, aku hanya bisa memandang gadis berkulit pucat itu dengan tatapan bingung.

    ‘Apa dia tidak…’

    “Kedinginan?”

    Gadis itu menoleh. Tatapannya datar, seolah-olah tidak peduli dengan apapun yang ada di dunia ini. Melihatku yang ada di depannya pun seperti sama saja dengan melihat salju yang saat ini sedang berjatuhan di sekitarnya.

    Tidak ada bedanya.

    “Kamu… siapa?”

    Tanpa menjawab pertanyaanku—yang tidak sengaja aku tanyakan—dia bertanya padaku dengan nada datar. Datar, sampai hampir tidak terdengar seperti pertanyaan.

    “Kamu yang siapa? Apa kamu tidak kedinginan memakai baju begitu? Sekarang ini lagi musim dingin! Atau kamu mau mati? Kalau kamu mau mati, jangan lakukan di depanku. Aku tidak mau jadi tersangka kasus pembunuhan yang tidak kulakukan.”

    …bicara apa aku pada orang asing begini?

    Dan sejak kapan aku jadi orang secerewet ini?

    “Aku… mati?”

    Dia bertanya dengan nada sedikit heran. Atau bingung.

    “Ya, mati. Apa kamu mau mati?”

    Gadis itu tampak bingung mendengar apa yang kukatakan. Memang ada yang salah dengan kata-kataku? Kalau dia tidak mau mati ya tinggal bilang dia tidak mau kan? Kenapa harus bingung segala…

    “Ikki…”

    ???

    Sejak kapan dia tahu namaku?

    “Sudah berulang lagi ya…”

    Haah?

    “Apa kamu percaya penjelajahan waktu mungkin untuk dilakukan, Ikki?”

    Haaaaah?



    Aku tinggal sendirian.

    Sejak ibu meninggal saat aku SMP dulu, aku tidak pernah merasa betah lagi di rumah. Karena itulah tepat setelah aku lulus SMP, aku memilih untuk tinggal sendirian daripada harus tinggal berdua dengan ayahku yang suka marah-marah.

    Ayahku, tentu saja mengizinkan.

    Mungkin baginya itu adalah sebuah keuntungan. Tidak ada lagi pengganggu yang bisa mengingatkan dia pada almarhumah istrinya. Karena memang, wajahku mirip dengan ibuku, bukan ayah.



    “Aku pulang..”

    Melepas sepatuku lalu menaruhnya di rak, aku berjalan lambat-lambat menuju kamar. Hari ini melelahkan sekali, setelah ditanya oleh anak berambut mencolok itu, entah kenapa rasanya keberuntunganku mendadak hilang semua. Contohnya saja…

    Pertama, aku tidak bisa membeli makanan di kantin karena terlalu banyak manusia—binatang buas kalau boleh aku menyebutnya—dan terpaksa menahan lapar sampai sekarang.
    Kedua, guru yang biasanya tidak peduli dengan keberadaanku mendadak menunjukku ke depan untuk mengerjakan soal. Aku bisa. Tapi tetap saja itu merepotkan.

    Ketiga, dalam perjalanan pulang tadi..

    Lagi-lagi aku terpeleset salju sialan yang sama sekali tidak sadar diri dengan eksistensinya yang membahayakan orang.

    Sial…

    BRUAK! BRAK! BRUK!



    Suara… apa itu?!

    Bergegas berlari menuju sumber suara,

    Aku hanya bisa ternganga melihat tumpukan buku-buku yang biasanya tersusun rapi di rak sekarang berantakan, tersebar begitu saja di atas lantai. Dan di tengah-tengah kekacauan itu… gadis dengan rambut hitam panjang mengenakan sweater yang kebesaran tampak sedang asyik membaca buku.

    Hei…

    “Yuki.”

    Dia menoleh. Matanya yang hitam memandangku dengan datar, seperti biasanya. Dan seperti biasanya juga, selalu terlihat tidak bersalah. Aku yang memang pada dasarnya tidak suka marah-marah pada orang lain hanya bisa menghela napas melihat tatapannya.

    “Kalau sudah selesai, bereskan yang rapi.”

    Dia mengangguk. Tatapannya kembali terfokus pada buku yang sedang dibacanya. Aku meliriknya sebentar sebelum berjalan pergi ke kamarku. Meninggalkan dia membaca di perpustakaan kecil milikku.

    Mungkin, ada satu kesamaan diantara kami yang aku ketahui:

    ..kami sama-sama suka membaca.

    Oh, ya..

    Aku ralat kata-kataku sebelumnya. Aku tidak tinggal sendirian lagi sekarang ini. Karena setelah bertemu dengan gadis itu di awal tahun baru, aku jadi tinggal berdua dengan dia.
    Jangan bilang aku pervert!

    Aku tidak punya pilihan kecuali aku mau dibilang orang kejam yang tidak punya rasa belas kasihan!



    “Apa menurutmu penjelajahan waktu mungkin untuk dilakukan, Ikki?”

    Hah?

    Apa maksudnya bertanya begitu? Dan darimana dia tahu namaku? Seingatku aku sama sekali belum memperkenalkan diri ke dia.

    Memandang gadis itu dengan pandangan menyelidik, aku hanya mendapatinya balas menatapku dengan tatapan datarnya yang sama sekali tidak bisa dibaca maksud dan maknanya.

    “Tidak,” jawabku setelah beberapa saat.

    Mendengar jawabanku, gadis itu tersenyum. Masih tetap seperti tadi, dengan tatapan mata tanpa emosi, dia tersenyum ke arahku. Aku tidak membalasnya. Karena senyuman dia memang tidak berarti apa-apa.

    Dia tetap tidak menunjukkan emosinya sekalipun dia sedang tersenyum.

    “Ikki.”

    “?”

    “Boleh aku minta tolong…”

    “Apa?”

    Aku bertanya malas. Karena saat dia bertanya apa dia boleh minta tolong padaku, aku sudah merasa bahwa sesuatu yang merepotkan akan segera terjadi. Mau atau tidak mau.

    “Aku ingin ke rumahmu.”

    Ke rumahku?

    Kenapa rumahku?

    Melihat wajah bingungku, dia lalu berkata lagi.

    “Begitu. Kurasa kamu lebih suka tipe perempuan yang lemah ya, Ikki.”

    Aku…

    Tidak mengerti maksud kata-katanya sama sekali.

    Aku…

    Tidak tahu bagaimana dia bisa tahu namaku.

    Aku…

    Tidak tahu?

    Saat itu, aku merasa seperti ada memori yang hilang dalam ingatanku. Tidak, aku merasa… seperti pernah terjadi. Bukan, aku merasa bahwa ini tidak pernah terjadi. Kalau begitu… apa…? Kenapa aku merasa telah melupakan sesuatu yang sangat penting?

    Menghiraukan pandangan dari gadis itu. Aku menunduk. Berusaha mengingat…

    Apa?

    Apa?

    Aura gadis itu putih… hampir transparan. Aku tidak pernah melihat orang lain dengan aura seputih dan setransparan dia. Aku tidak pernah melihatnya.

    …jadi ini? Apa maksudnya ini?

    “Ikki.”

    Gadis itu memanggilku. Memanggil namaku.

    Darimana dia tahu namaku? Bagaimana bisa dia tahu sebelum aku memberitahunya? Ini pertama kalinya aku bertemu gadis itu. Dan untuk dia pun seharusnya sama saja. Ya, mana mungkin aku lupa pernah bertemu dengan gadis seaneh dia.

    Tidak mungkin aku lupa. Tidak mungkin. Tidak mungkin. Tidak mungkin.

    Menutup mukaku dengan telapak tangan. Aku mengulang-ngulang kalimat itu dalam otakku. Berusaha meyakinkan diriku sendiri dengan hal yang sudah sangat pasti. Seharusnya aku tidak perlu melakukan ini.

    Karena apa yang terjadi sudah jelas sekali…

    Aku belum pernah bertemu dengan dia sebelum ini.

    Mengangkat muka, aku kembali bertatapan dengan gadis tadi. Yang balik menatapku dengan pandangan kosong dan dinginnya.

    “Hei, siapa namamu?”

    Aku bertanya. Memastikan, kalau dia bukanlah salah satu dari sedikit orang yang aku kenal.

    “Yuki.”

    Gadis yang berdiri di hadapanku menjawab singkat. Dengan nada datar yang mendadak terasa familiar. Yuki… salju? Dingin…

    Salju itu.. dingin.

    Yuki itu…

    “Wuuuussshhh…”

    Aku merapatkan jaketku secara otomatis. Tepat saat angin dingin berhembus dan memotong pikiranku tentang Yuki. Atau lebih bisa juga kubilang… gadis yang berdiri… di hadapanku?

    Eh?

    Menatap tempat gadis itu berdiri tadi, aku mendapati pemandangan yang berbeda dengan sebelumnya. Gadis itu, dengan wajah pucat pasi, terduduk di atas hamparan salju yang dingin. Dengan mengenakan gaun putih tipis yang tidak mungkin bisa menahan suhu udara pada musim ini, dia duduk di atas salju.

    “Dingin?”

    Aku bertanya lagi. Seperti orang bodoh.

    Tapi kali ini, gadis itu tidak menjawab. Karena tepat setelah pertanyaan itu selesai keluar dari mulutku, gadis itu terjatuh. Pingsan. Dengan ekspresi yang bisa membuat siapapun yang melihatnya saat itu mengira dia sudah meninggal.

    Ah.. sial. Memang hari ini bukan hari keberuntunganku. Sama sekali.



    Lagipula, Yuki memang cantik. Tapi dia itu aneh. Aku bahkan tidak yakin apa aku menganggapnya sebagai perempuan atau laki-laki.

    Bisa dibilang… Yuki seperti tidak termasuk dalam kategori manapun. Bukan perempuan, tapi juga bukan laki-laki. Walaupun kalau dilihat secara fisik dia itu pasti termasuk jenis perempuan, tapi aku sama sekali tidak bisa berpikir begitu. Rasanya… seperti melihat orang asing yang tidak kukenal nama serta jenis kelaminnya.

    Entah kenapa.

    Memandang langit-langit kamarku, aku lalu menaruh kacamata minus tigaku di meja, di sebelah tempat tidur yang sedang menjadi tempat berbaringku saat ini. Memejamkan mata, aku menikmati hangatnya selimut tebalku sampai…

    ...
     
    Last edited: May 28, 2012
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.