1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen The Extinction of Humanoid

Discussion in 'Fiction' started by chain94, Apr 21, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. chain94 Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Nov 14, 2011
    Messages:
    3,130
    Trophy Points:
    236
    Ratings:
    +5,007 / -0
    Ini adalah cerita fantasi pertama saya. Masih amburadul sih konsepnya, tapi gak apa-apalah. (mungkin ada kesan dipaksa supaya cerita cepat selese, tapi saya emang dah buntu ide. :dead:, mungkin kalo ada ide lagi, akan saya ubah bagian 'dipaksa'-nya).

    semoga ceritanya oke buat pembaca. :ogcute:

    “Kita harus merampungkan Dimension Gate secepatnya, sebelum planet raksasa itu menabrak planet kita,” kata Dion, pemimpin planet Human yang juga merupakan seorang ilmuwan. Rakyat yang mendengar pidatonya hari ini bersorak gembira dan bersemangat. Bagaimana tidak? Masa depan spesies Humanoid akan berakhir dalam 10 hari ke depan, saat sebuah planet raksasa datang, melintasi orbit planet Human. Pidato yang diadakan di Palace of Honor, pusat peradaban planet Human menarik pendengarnya dari seluruh planet. Diperkirakan seratus ribu orang memenuhi aula Palace of Honor untuk mendengarkan pidato darurat itu.

    Leo adalah salah satu ilmuwan yang terlibat dalam pengembangan Dimension Gate. Berdiri di barisan ilmuwan pengembang, Leo dengan jas putihnya bertanya-tanya dalam hatinya mengenai apa yang akan terjadi pada hari H itu. Apakah proyek ini sempat selesai? Atau mungkin selesai, namun Gerbang itu tidak berfungsi? Atau tidak selesai dan Humanoid musnah? Berbagai pertanyaan melintasi pikiran Leo. Terbayang keluarganya di hati Leo, di mana Ayah dan Ibunya masih hidup, menemaninya selama masa kanak-kanak.

    Leo yang tengah memainkan bola yang lebih besar darinya, dan Ayahnya menjadi teman bermainnya, sedangkan Ibunya menyanyikan lagu yang indah. “Kamu pasti akan menjadi orang yang hebat, Leo,” kata Ayahnya. Ibunya pun tersenyum dan melanjutkan nyanyiannya. “Leo, Leo, anak Ayah dan Ibu. Orang hebat masa depan. Leo, Leo, Ayah dan Ibu sayang kamu.” Namun, saat itu, Leo tidak tahu bahwa sebentar lagi kedua orang tuanya akan pergi selama-lamanya. Lima hari setelah kejadian itu, orang tuanya mengalami kecelakaan saat mengendarai kendaraan terbang MagLit, kendaraan yang menggunakan magnet planet sebagai energi dan mampu mencapai kecepatan cahaya.

    Sebuah kabel dalam mesin terputus, menyebabkan kendaraan itu menjadi oleng dan menabrak gedung besar. Saat itu, Leo baru berumur delapan tahun dan ia berada di sekolah. Di tengah pelajaran Fisika, seorang guru BP masuk ke kelasnya dan meminta ijin pada guru yang mengajar. Leo dibawa ke ruang BP dan ia diberitahukan mengenai kabar buruk itu. Hatinya hancur dan ia menangis dengan kencang. Guru BPnya pun menangis dan memeluknya. “Tidak apa, Leo. Ibu akan merawatmu,” ucapnya dengan nada yang sedih.

    Dan sekarang Leo berada di sini, Palace of Honor, bersama teman-teman ilmuwan lainnya, mengembangkan berbagai mesin berteknologi canggih. Tanpa sadar, ia meneteskan air matanya. “Ayah, Ibu. Sekarang Leo sudah menjadi orang hebat seperti yang diimpikan kalian. Tapi Leo kangen sekali dengan Ayah dan Ibu,” katanya dalam hati. Tangannya segera dikepalkan dan diletakkan di dadanya. Namun, ia tetap berusaha bersikap profesional sebab ia masih berada di depan banyak orang yang mendengarkan pidato Dion.

    Demi, sahabat Leo yang paling dekat, menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan Leo. Dengan tanggap, Demi menanyakan keadaannya, “Leo, ada apa? Apakah kamu baik-baik saja?” Leo, mengetahui kecemasan Demi berusaha menenangkannya, “Tenang. Aku tidak apa-apa. Aku hanya rindu pada kedua orang tuaku.” Demi, yang juga kehilangan kedua orang tuanya saat kecil, menghibur Leo dengan berkata, “Tidak apa-apa. Terkadang aku juga merindukan kedua orang tuaku. Yang pasti aku selalu berusaha membuat mereka bangga padaku.”

    Leo pun nampak tenang dan tidak menjawab apa-apa. Ia hanya bisa berharap bahwa semoga ia bisa bertemu dengan kedua orang tuanya di manapun ia bisa bertemu.
    “Demikianlah pidato darurat ini. Semoga para ilmuwan kita bisa menyelesaikan mesin itu tepat pada waktunya,” kata Dion, mengakhiri pidatonya. Semuanya bertepuk tangan, termasuk Leo dan Demi. Harapan mereka sekarang menjadi satu. Semoga Dimension Gate bisa selesai sebelum peristiwa mengerikan itu.

    Seusai pidato itu, Leo dan Demi segera menuju ke pusat penelitian yang bernama Research Power. Ruangan ini berukuran raksasa di mana ribuan gajah bisa memasuki tempat ini. Di lantai dua, Leo dan Demi segera menyalakan komputer mereka masing-masing dan melanjutkan tugas mereka. Sejenak Leo memandang Gerbang itu. Bentuknya bukanlah seperti gerbang biasa, melainkan sebuah mesin besar yang akan digunakan untuk memindahkan planet ini ke tempat lain melalui ruang dimensi.

    Berbagai kabel melintasi mesin besar itu dari atas hingga ke bawah. Komputer tersebar di sekitar Gerbang untuk mengendalikan dan memberi perintah padanya. Leo segera mengembalikan perhatiannya pada komputer di depan. Dengan cepat, ia mengetik dan melakukan simulasi untuk mencari tempat yang pas untuk planet Human di suatu ruang angkasa. Sedangkan Demi, berusaha melakukan pengetesan perangkat lunak yang akan digunakan saat Dimension Gate selesai untuk mencegah adanya kesalahan-kesalahan dalam pengoperasiannya.

    Pengetahuan akan kedatangan planet raksasa itu telah diketahui selama ratusan tahun, setelah berhasil diciptakannya sebuah mesin yang mampu melihat masa depan, Mirror of Fate. Penciptaan mesin ini sangatlah berbahaya karena dikhawatirkan akan mengundang para penjahat untuk disalahgunakan. Namun, saat mengetahui bahwa sebuah planet raksasa akan datang menabrak, penggunaan Mirror of Fate segera dihentikan karena para pemimpin segera berusaha mencari solusi untuk menyelesaikan masalah itu. Tapi, Mirror of Fate diletakkan di Palace of Honor dan dijadikan sebagai pajangan.

    Lima hari telah berlalu sejak pidato darurat dan Dimension Gate baru rampung sebanyak 75%. Meski telah dimulai sejak ratusan tahun lalu, perkembangannya tidak begitu menonjol. Rakyat mulai cemas dan berusaha membantu apa yang mereka bisa untuk mempercepat pengembangan Dimension Gate. Leo dan Demi mulai cemas dengan keadaan ini. Menurut Leo, mesin ini tidak akan berhasil dirampungkan pada waktunya. Namun, Demi berusaha menyakinkan Leo bahwa mesin itu akan selesai pada waktunya.

    “Aku mulai kehilangan harapan bahwa mesin ini bisa selesai pada waktunya,” kata Leo dengan nada putus asa. Demi segera menghampiri Leo yang menghentikan aktivitas simulasinya. “Jangan begitu. Aku yakin kok kalau Dimension Gate akan rampung,” kata Demi menghiburnya. Leo membalas, “Tapi kapan? Setelah peristiwa tabrakan itu? Entah sedih atau senang.” Demi menjadi bingung, “Mengapa senang? Bukankah ini adalah peristiwa yang akan memusnahkan kita?”

    “Kalau tabrakan itu terjadi sebelum kita berhasil, maka kita semua akan mati. Aku akan bisa menemui kedua orang tuaku,” jawab Leo menjelaskan dengan suara yang kecil. Demi terkejut mendengar respon Leo. “Aku berharap bahwa kita bisa selamat dari tabrakan itu dan memulai hidup baru. Aku tidak ingin bergantung pada orang tuaku. Kesedihan tidak akan membawaku ke mana-mana. Yang diinginkan orang tuaku bukanlah sedih terus dan mengakhiri hidupku, melainkan hidup dengan nyaman tanpa melupakan mereka,” Demi menjelaskan. Leo pun terkagum mendengarnya.

    “Baiklah, kini, aku telah semangat lagi. Semoga kita bisa selamat dari peristiwa itu. Dan bila selamat, maukah kau menikah denganku?” tanya Leo. Demi tersipu malu, dan memberikan jawaban, “Aku akan menjawabnya setelah kita selamat.” Leo pun menggoda Demi.

    Tepat pada hari yang diramalkan, seluruh planet menjadi gelap. Planet raksasa itu telah terlihat dan rakyat berkumpul di Palace of Honor. Dion segera berdiri di depan, menyampaikan pengumuman yang sangat buruk. “Rakyatku sekalian. Aku tidak bisa menyampaikan kabar ini, namun aku harus melakukannya. Dimension Gate hanya rampung sebanyak 70%. Kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan mesin ini. Tapi apa daya, kami tak mampu menyelesaikannya. Bila saja kami diberi waktu, maka kami akan mampu menyelesaikannya tepat pada waktunya.”

    Suasana mulai ricuh. Rakyat mulai berlarian, mencari sanak saudaranya untuk mengucapkan selamat tinggal. Leo dan Demi pun berpelukan. “Leo, bila kita tidak selamat, aku ingin mengaku padamu bahwa aku cinta padamu,” kata Demi sambil menangis. Leo pun menangis dan menjawabnya, “Aku juga. Aku cinta padamu. Aku sayang padamu. Semoga kita bertemu lagi di dunia lain.” Para ilmuwan lain pun berpelukan pada orang yang dikasihinya.

    “Tapi, kerja keras para ilmuwan tidak akan kusia-siakan,” lanjut Dion sambil menunjukkan sebuah tombol kecil berwarna merah. “Meski tidak rampung, tidak ada salahnya bila mesin itu diaktifkan.” Rakyat menjadi terdiam. Dion berkata dengan nada sedih, “Sebelumnya, bila mesin ini gagal, aku ingin kalian mengetahui bahwa aku sangat mengasihi kalian dan tidak ingin kehidupan kita berakhir seperti ini. Aku sayang kalian semua, rakyatku.”

    Seseorang menjawab, “Aku juga sayang padamu, Dion.” Yang lain mulai mengikuti dan berkata hal yang sama. Sejenak, Dion melanjutkan, “Terima kasih. Aku sangat terhormat bisa memerintah kalian. Semoga kita bisa bertemu lagi di kehidupan yang lain.” Dion mulai menghitung, “Tiga…. Dua…. Satu…” Dan tombol merah kecil itu ditekan.

    Di ruang Research Power yang kosong, Dimension Gate mulai berfungsi dan menjadi berisik. Lampu di bagian-bagian Dimension Gate menyala satu per satu. Di aula, semuanya menjadi silau dan suara gemuruh besar terdengar. Tabrakan pun tak terhindarkan. Leo hanya bisa menutup matanya dan memeluk Demi, berharap bahwa mesin itu bekerja. Namun, apa yang diharapkannya tidaklah menjadi kenyataan.

    “DUARRR!!!!”

    Perlahan, Leo merasakan getaran yang begitu besar dan tidak mampu mempertahankan pelukannya pada Demi. Leo hanya bisa berteriak, “AAAAAHHHHH!!!” Sayup senyap dan Leo merasakan dirinya melayang entah kemana. Ia berpikir, “Mungkin aku ke tempat Ayah dan Ibu?” Sekejap, ia terjatuh. “DUAKK!!” Dan ia menjadi tak sadarkan diri.

    “Leo, Leo, Leo,” ucap seorang perempuan samar-samar. Leo tidak bisa melihat dengan jelas. Pikirannya masih gelap. “Sadar, Leo,” ucapnya lagi. Siapakah dia? tanyanya dalam hati. “Ayo, Leo, sadarlah. Aku tidak ingin kehilangan dirimu.” Lagi-lagi. Leo berusaha membuka matanya, namun terasa sangat berat. “Nampaknya ia telah…,” kata seorang laki-laki. “Tidak, ini tidak mungkin,” balas perempuan itu pada laki-laki tersebut. Mendadak, muncul kekuatan, dan Leo mampu membuka matanya.

    “Urrghh,” gerutu Leo sambil menyipitkan matanya karena cahaya yang diterima matanya terlalu banyak. “Syukurlah, kau sadar,” kata Demi melihat Leo membuka matanya. Dion terkejut dan berusaha membantu Leo untuk bangkit. Demi langsung memeluk Leo dan menangis. “Demi, kita berada di mana?” tanya Leo.

    Dion segera menjawab, “Entahlah, sepertinya Dimension Gate tidak bekerja dengan begitu baik. Kau bisa lihat sendiri kan?” Leo mulai melihat sekelilingnya. Yang nampak di matanya adalah banyak rakyat dan ilmuwan yang saling membantu sama lain. Palace of Honor terlihat berantakan dari jauh, namun tetap utuh seperti sebelumnya. Ia kemudian sadar bahwa ia berada di sebuah padang rumput yang hijau, bukan di dalam aula. Tidak hanya Palace of Honor, ia juga melihat dua bangunan lainnya berada di sekitar Palace of Honor.

    Menurut Leo, mesin itu bekerja dengan baik. “Aku rasa mesin itu bekerja dengan baik,” katanya. Demi pun melepaskan pelukannya dan berkata dengan nada terisak, “Tidak, Leo. Mesin itu tidak sempurna.” Dion pun menjelaskan, “Kau belum lihat secara keseluruhan. Aku sudah mengelilingi tempat ini. Kesimpulannya, kita tidak berada di planet yang sama, namun planet yang baru. Hanya seper empat dari perabadan kita yang berhasil berpindah ke planet baru ini. Sisanya, aku rasa menghadapi peristiwa tabrakan itu.”

    Leo pun mengangguk, mendengar penjelasan Dion. “Sepertinya kita bisa memulai hidup baru di sini,” katanya lega. Leo pun segera berdiri, dan berniat untuk berkeliling sejenak. Namun, Dion memegang bahunya dan berkata dari belakang, “Tidak. Nampaknya penghuni asli planet ini marah dengan kehadiran kita yang semena-mena.” Leo segera berbalik dan menunjukkan wajah bingungnya, “Maksudmu?”

    “Selama aku berkeliling tempat ini, aku mendapati bahwa ada beberapa spesies yang wujudnya sama dengan kita, mengintai dari balik pepohonan. Aku ragu bahwa kita bisa selamat dan hidup dengan tenang di planet ini,” jelas Dion. Leo segera menjawab, “Kita bisa melawannya, kan?” Demi memegang tangan Leo dan berkata, “Tidak, Leo. Kita tidak memiliki peralatan yang cukup melawan mereka. Ingat, mereka adalah penghuni asli planet ini. Jumlah mereka pastilah banyak, sedangkan kita hanya tersisa dua puluh ribuan orang. Itupun sekitar setengahnya menderita luka-luka.”

    Dion berkata, “Karena itu, aku rasa kita tidak akan mampu bertahan lebih dari seminggu. Lagipula,..” Leo segera memotongnya, “Kita tentu bisa melawan. Lihat di sana, Palace of Honor. Ada Dimension Gate bukan? Kita bisa menggunakannya lagi. Juga Mirror of Fate.” “Leo, Dimension Gate hanya setengah yang berhasil terpindah. Sedangkan Mirror of Fate, mesin itu sebenarnya telah rusak ketika pertama kali digunakan. Lagipula, kita tidak memiliki listrik untuk mengaktifkan peralatan-peralatan canggih kita yang berhasil terpindah, juga Dimension Gate dan apa kau yakin mau menggunakannya lagi setelah melihat keadaan ini?” jelas Dion.

    “Tetapi, kita bisa bertahan di sana dan mempelajari penghuni asli planet ini, mencari kelemahannya dan menyerang kelemahan itu. Mengapa kau putus asa?” Dion yang mendengarnya mulai sedih, mengingat Leo masih tidak mengetahui apa-apa.

    “Kau tidak tahu bahwa aku sebenarnya telah berbincang dengan mereka, penghuni asli. Aku mendapat informasi bahwa mereka berjumlah 8 spesies, di mana masing-masing spesies memiliki keunggulan tersendiri. Jumlah mereka aku rasa per spesies mencapai jutaan. Mereka memberi waktu kita selama tiga hari untuk pindah dari planet ini. Bila kita tidak juga pergi, maka mereka akan memusnahkan kita. Nah, bagaimana kita bisa bertahan bila demikian?” jelas Dion.

    Leo pun mulai putus asa mendengarnya. Namun, ia bertekad untuk tetap melawan. “Sebaiknya kita membuat pertahanan saja di Palace of Honor. Selamat atau tidak, itu biarlah kita hadapi nantinya.” Dion pun setuju dengan ide Leo dan segera memberitahukannya pada rakyat yang selamat untuk segera berkumpul di Palace of Honor dan membuat pertahanan yang kuat.

    Tiga hari berlalu, Dion dan rakyat lainnya telah membentengi pintu masuk ke Palace of Honor. Leo dan Demi mengamati dari atas Palace of Honor. Leo kemudian melihat banyak orang bersayap terbang dari langit menuju mereka. Langit pun menjadi gelap karena penuh dengan orang bersayap itu. Rakyat lainnya yang berada di atas termasuk Leo dan Demi terkejut. “Astaga, kita tidak mungkin menang,” ucap salah seorang rakyat.

    Di sisi lain, Leo juga melihat air bah datang dan ada ratus ribuan orang berdiri di atas air bah itu. Terlihat juga banyak naga-naga yang tak terhitung berterbangan di langit, mengarah ke mereka. Dari sisi lain, banyak orang hutan, orang gunung, orang berukuran kecil dan orang raksasa berlari ke mereka. Leo sadar bahwa mereka telah dikepung dari segala penjuru. Dengan cepat, ia menghitung total spesies.

    “Hanya 7? Bukankah ada 8 spesies yang akan menyerang?” tanya Leo pada dirinya sendiri. Demi mendengar pertanyaan itu dan menjawabnya dengan cepat, “Itu bagus, kan?” Mendadak sebuah misil meluncur ke arah Palace of Honor. “APAAA??” teriak Leo. Misil itu langsung menghantam tengah bangunan Palace of Honor dan membunuh banyak orang di sekitarnya. Leo dan rakyat lainnya merasakan guncangan itu dan mulai panik. Misil lainnya pun terlihat mengarah ke mereka dan menghantam pintu masuk Palace of Honor.

    Leo merasa bahwa ia tidak mampu melakukan apa-apa. Mereka tidaklah memiliki senjata untuk melawan. Terasa hanya sebentar, ketujuh spesies itu menyerang dan membunuh mereka semua. Leo berusaha melawan dengan seadanya, namun ditusuk dari belakang dengan sebuah tombak oleh seorang bersayap. Darah mulai bermuncratan dari tubuh dan mulutnya. Segera, ia mulai kehilangan kesadarannya.

    Samar-samar ia melihat Demi berlari ke arahnya, meski banyak orang bersayap sedang mengincarnya. Belum sempat ia sampai di tempat Leo, sebuah tombak melayang, menembus perutnya. Demi pun terjatuh dan ia berusaha mendekati Leo dengan menjulurkan tangannya. Leo berusaha memegang tangan Demi, namun, kesadarannya telah hilang. Demi, Ayah, Ibu, aku akan segera bertemu kalian. Segera. Humanoid pun musnah di pusat peradaban mereka, Palace of Honor, yang kemudian berubah nama menjadi Palace of Blood.

    -TAMAT-
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    gmana komeny y. .

    Plot ny bgus, tp penulisany seperti pengen d buru2 tamat. Pelan2 aja kli nulisny, biar adegany lbih terasa emosionalny.
     
    • Like Like x 1
  4. NodiX M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 7, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    122
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +922 / -0
    berasa banget keburunya om, padahal kalo dikembangin dikit masih berasa feelnya

    itu, pas Leo inget sama ibu bapaknya, seharusnya ada suasana riang atau gembira yang terkesan di sana,
    tapi, karena terlalu dipaksa cepet jadinya kesannya datar dan rasanya seperti jadi sekedar 'informasi'

    dan pas bagian Dion ngomong ke rakyatnya kalo dia sayang sama rakyatnya, saya rada sreg di sana
    saya rasa dialognya kurang pas untuk interaksi seorang pemimpin dengan rakyatnya
    IMO, walaupun dia terlihat peduli sama rakyatnya tapi saya merasa dia kurang beribawa dengan ucapannya itu

    seperti yang dibilang om grande, terlalu terburu-buru,
    walaupun pacenya musti agak lambatan supaya bisa lebih dinikmatin

    dan akhir kata, kayaknya lebih masuk ke sci-fi daripada fantasi
    soalnya unsur fantasinya cuman muncul di akhir bagian aja
    dan sci-finya merupakan elemen penting dari ceritanya:siul:
    akhirnya om chain beraksi juga
    perasaan di kandang pernah bilang dah bosen nulis lagi
    semangat om, semangat:yahoo:

    saya sempet gak ngenalin om karena omnya udah GK:hihi:
     
    • Thanks Thanks x 1
  5. chain94 Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Nov 14, 2011
    Messages:
    3,130
    Trophy Points:
    236
    Ratings:
    +5,007 / -0
    Kada kuat nulisnya, jadi dicepat2in. :lol:
    ntar kalo bisa, saya remake ceritanya. :siul:

    :lol:, saya ga sensitif orangnya, jadi ga bisa ngegambarin suasana senang gimana, sedih gimana, yg berwibawa gimana, dll. :dead:

    yap, kada kuat sudah nulisnya.. :dead:
    saya bisa dapat ide buat nulis, tapi ga tahu cara nulisnya gimana. jadinya seperti yg di atas deh. :dead:

    hmm, mungkin juga, masuk sci-fi kali ya. :iii:
    tq atas infonya. :xiexie:

    kebetulan aja keluar minatnya. :hihi:
    masalah di saya sebenarnya jumlah ide sama cara nuanginnya yg KO.
    jadinya, stop nulis, :hahai:

    mumpung ada voucher gratisan, kenapa engga. :hahai:
     
  6. NodiX M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 7, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    122
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +922 / -0
    itu sci-fi om,

    ditunggu remakenya om:xiexie:
     
    • Thanks Thanks x 1
  7. dimasterof32 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 30, 2009
    Messages:
    655
    Trophy Points:
    56
    Ratings:
    +17 / -0
    wah, kalo dibaca ceritanya emang menarik, tapi cpt amat ke endingnya..
    coba kembangin dikit jadi mantap ini.
     
    • Thanks Thanks x 1
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.