1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Tale of My Head [Imagination World Anthology : Immortal]

Discussion in 'Fiction' started by Grande_Samael, Apr 15, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Sebagai fiction yang ditulis untuk memeriahkan Imagination World Anthology dengan teman Immortal.

    “Kau tahu immortal? Immortal berarti tidak mati. Dan aku adalah seorang immortal! Akulah seorang tidak bisa mati.

    Entah sudah berapa lama aku hidup. Berapa banyak orang yang kutemui, berapa banyak orang yang kujadikan teman, berapa banyak teman yang mati meninggalkanku, aku tak ingat lagi.
    Terkadang terlintas di pikiranku untuk mengakhiri hidup ini, tapi aku takut mati. Aku tidak berani mengiris leherku menggunakan pisau. Pasti sakit sekali rasanya. Lagipula lukaku akan segera pulih sebelum aku benar-benar mati.

    Tapi bagaimana jika kepalaku langsung dipenggal begitu saja? Kurasa aku akan mati. Tapi rasa sakitnya? Saat itu aku tidak tahu. Maka aku mencoba peruntunganku. Diam-diam aku memasuki sebuah ruangan penyimpanan guillotin tua.

    Perlahan-lahan aku masuk. Mengndap-endap mencari ke sana ke mari sampai aku menemukan sebuah guillotin yang kelihatan cukup tajam. Untungnya beberapa puluh tahun yang lalu aku pernah bekerja dengan benda itu, jadi aku tahu cara menggunakannya. Aku juga bisa membuat simpul tali untuk mengontrol guillotin agar aku bisa memenggal kepalaku sendiri.

    Kemudian aku memasang kepalaku di sana, menutup mataku, berdoa, menunggu, menjadi agak ragu namun segera menguatkan hatiku, dan akhirnya menarik tali penahannya.
    Sedetik kemudian pisau raksasa itu jatuh dah membuat kepalaku terlepas dari tubuh. Sakit? Ya. Namun hanya sesaat.

    Lalu kepalaku menggelinding menjauh. Saat itu aku masih menutup mataku. Kupikir aku sudah berhasil mati. Tapi sayang ternyata tidak. Ketika aku membuka mataku, aku masih hidup, namun dengan tubuh yang terpisah dari kepalaku.

    Ketika itu aku tidak bisa merasakan tubuhku. Aku tidak bisa menggerakkannya dari jauh. Kepalaku juga tidak bisa bergerak sendiri untuk menempel kembali dengan leherku. Aku menjadi panik. Aku mencoba berteriak minta tolong, tapi ruangan itu terletak di sebuah tempat yang jauh dari pemukiman. Entah apakah ada orang yang bisa mendengarku. Dan lagi kalaupun ada yang menemukanku mereka pasti akan berpikir aku hantu.

    Karena itu aku menjadi sangat bimbang. Perasaanku tidak menentu, apakah ingin ditemukan atau tidak.

    Lalu aku mendengar suara langkah kaki kecil mendekat. Aku terus bertanya-tanya siapa yang datang. Awalnya kukira seorang anak kecil, tapi tidak mungkin ada anak kecil di tempat seperti ini.
    Aku terus menebak-nebak dengan penuh harap-harap cemas, sampai aku merasakan sesuatu yang basah menjilati pipiku.

    Rupanya itu suara langkah kaki seekor anjing.

    Setelah puas menjilatiku beberapa saat anjing itu menggingit pipiku dan membawaku pergi, pergi menjauhi tubuhku. Aku benar-benar jadi panik dibuatnya. Aku ingin berteriak, tetapi kadang ragu juga karena aku tidak ingin ada yang menemukanku dalam keadaan yang seperti ini.

    Belum selesai aku keluar dari kebimbangan, anjing itu sudah meletakkanku di suatu tempat. Suatu semak belukar yang tidak kukenal. Lalu dengan teganya ia meninggalkanku di sana. Seorang diri. Tanpa makan dan minum. Kehujanan. Kepanasan. Kedinginan.

    Saat itu aku berharap kalau aku benar-benar mati.

    Untungnya entah beberapa hari kemudian seorang malaikat datang dan membawaku pergi dari sana. Hahaha. Dan di sinilah aku. Sekarang. DI tempat ini. Bersamamu...”

    ***

    Rasanya tenggorokanku sangat kering setelah berbicara panjang lebar begini. Tapi gadis itu sama sekali tidak berinisiatif untuk mengambilkanku air, malah masih memandangiku dengan tatapan aneh. Entah terkejut, takut, ata malah kagum?

    “Hei, malaikat penolongku, bolehkah jika aku meminum air?” tanyaku sesopan mungkin, tapi gadis itu malah membalasku dengan tatapan mengejek.

    “Maaf, bukannya tidak membolehkanmu, tapi kau hanyalah kepala tanpa saluran ke lambung. Jika aku memberimu minum maka airnya akan langsung keluar dan membasahi mejaku. Lalu lantaiku akan jadi basah juga. Aku kan jadi harus mengepel lagi. Lagipula kalau airnya keluar lagi, aku jadi ragu apakah rasa hausmu akan hilang”.

    Ya ampun, egois sekali dia. Apalah artinya mengepel daripada siksaan yang kurasakan berhari0hari terakhir ini... Tapi sebaiknya aku tidak menyerah dulu “To, tolonglah. Sudah berhari-hari aku tidak minum. Rasa haus ini benar-benar membunuhku”.

    “Tapi kau bilang kau tidak bisa mati kan?” jawabnya datar sambil menelisik seluruh bagian kepalaku “Kau tidak akan mati karena tidak minum”.

    Gadis ini benar-benar sadis! Aku memang tidak akan mati, tapi ia bahkan tidak ingin melepaskanku dari derita kehausan ini. Sekarang aku jadi ragu, apakah gadis seperti ini akan mau membantu mencari tubuhku.

    “Begitu, alasanmu masuk akal,” kataku berusaha tetap tenang “Namun maukah kau membantu mencari tubuhku yang hilang?”

    “Tubuhmu pasti sudah membusuk”.

    Gila, cepat sekali ia menjawab! Tapi tetap, aku tidak boleh menyerah!

    “Tidak juga. Nona, bukankah sudah kukatakan kalau aku tidak bisa mati? Bahkan aku masih bisa bicara dalam keadaan seperti ini. Tubuhku tidak akan membusuk semudah itu”.
    Ia menggaruk-garuk lehernya.

    “Bagaimana ya, beberapa hari yang lalu aku memang mendengar ada mayat tanpa kepala yang ditemukan di tempat penyimpanan guillotin tua. Waktu itu beritanya ramai sekali. Kurasa orang-orang sudah mengubur tubuhmu di suatu tempat yang tidak kuketahui,” kata gadis itu tanpa ada rasa simpati sedikitpun di wajahnya. Mengesalkan.

    “Berita yang sangat berguna,” kataku “Kurasa kita bisa bertanya pada orang-orang di mana mereka menguburkan tubuhku...”

    “Kurasa memang bisa tapi,” sepertinya ia akan mengatakan sesuatu yang tidak ingin kudengar “Tapi sebenarnya aku ingin menyimpan kepalamu untuk koleksi barang keramatku”.

    Apa aku tidak salah dengar? Gadis ini ingin menyimpan kepalaku untuk koleksi? Apa ia sudah gila? Ingin rasanya aku berteriak. Aku tidak ingin menghabiskan puluhan tahun ke depan di lemari koleksinya. Tidak, aku tidak ingin itu. Namun masih, aku belum boleh menyerah sekarang aku harus memikirkan sesuatu.

    Gadis ini aneh. Benar-benar tidak normal. Mengapa harus ia yang menemukan kepalaku? Mengapa ia bisa berada di sana pagi tadi? Mengapa. Oh, aku tahu, mungkinkah karena ini.

    “Oh nona, aku paham sekarang. Mungkinkah ketika kau menemukanku pagi tadi, sebenarnya kau sedang mencari benda keramat Pisau Cukur Waktu?” kataku dengan cepat, lalu menunggu sebentar. Aku menunggu reaksinya. Sebentar. Sebentar. Ya, aku tahu! Dari wajahnya terlihat jelas jika ucapanku benar. Tak kusangka seorang gadis akan mencari benda seperti itu.

    “Sungguh aku salut padamu nona. Kau bahkan tahu mengenai benda keramat itu, benda keramat yang hanya kuketahui lokasi penyimpanannya. Karena aku telah hidup ratusan tahun lalu. Karena akulah yang menyembunyikannya di sana ratusan tahun lalu!” kataku panjang lebar, mencoba mempengaruhinya. Dan benar saja, keterkejutan tergambar jelas di wajahnya.

    “Pisau cukur yang jika digunakan bukannya memotong, namun malah menumbuhkan bulu. Kukira gadis-gadis norak zaman ini tidak suka bulu. Tapi ternyata kau berbeda, kau tahu betapa berharganya benda itu...”

    “Cukup, cukup,” tiba-tiba ia memotong kata-kataku “Kalau benar kau menyembunyikannya, di mana?”

    Hohoho, ia sudah termakan tawaranku. Tawaran yang tidak mungkin diterima oleh gadis-gadis pada umumnya. Ia memang tidak umum.

    “Aku akan dengan senang hati menunjukkannya padamu,” kataku “Malah, aku akan membawamu ke tempat berbagai benda keramat yang disembunyikan para tukang sihir ratusan tahun yang lalu, hanya saja...”

    “Hanya saja kau tidak bisa melakukannya tanpa tubuh?”

    “Oh ya, kau cepat sekali tanggap nona...” Ya ampun, ia adalah pencari benda keramat sejati “Jadi, apa kita sudah saling mengerti?”

    “Kurasa, namun aku belum benar-benar mempercayaimu. Kau harus menunjukkan terlebih dahulu...”

    “Aku mengerti. Dan aku ingin kau tahu satu hal. Menurutku kau adalah gadis yang brilian! Karena itu kau tidak mungkin menipuku. Kau bisa saja membuatku menunjukkan letak Pisau Cukur Waktu dan mengkhianatiku setelahnya. Tapi kurasa kau tidak akan melakukan itu. Mengapa? Karena sebenarnya aku sangat ingin menunjukkan sebuah harta yang sangat bernilai, yang bagiku lebih bernilai daripada kepalaku sendiri. Anting-Anting Kecoa!”

    Apa ia akan termakan kata-kataku kali ini? Apakah ia? Apakah ia? Luar biasa sekali, rupanya aku memiliki lidah yang mujarab!

    “Anting-Anting Kecoa, yang jika dipakai akan membuatmu bisa memahami nyanyian para katak setelah turun hujan?” gadis itu berkata layaknya anak kecil yang menginginkan permen.

    “Benar. Benda yang saat ini terkubur di dasar samudra jauh di selatan. Suatu tempat yang jika kau ingin ke sana akan membutuhkan pelayaran selama 1 bulan penuh, atau jika ingin melalui jalur darat akan memakan waktu 6 bulan lamanya. Sialnya, kurasa hanya aku yang tahu lokasinya. Tanpaku, semua pelayaran lama itu akan sia-sia. Eh, tunggu dulu, kau tidak akan mempercayai begitu saja kan? Tidak sampai aku...”

    “Bawa aku sekarang,” tiba-tiba gadis itu menjambak rambutku untuk mengangkatku “Tunjukkan Pisau Cukur Waktu padaku, akan kubawa kau mencari tubuhmu, lalu kau bawa aku ke tempat benda-benda keramat yang kau tahu”.

    “Oh, baiklah aku setuju. ADUH. Pelan-pelan!”

    Begitulah, aku berhasil meyakinkannya. Tanpa berpikir dua kali gadis itu segera membawaku memasuki hutan untuk mencari Pisau Cukur Waktu. Tapi masalahnya, apakah benda itu benar-benar ada?

    Masih bersambung, chapter 2 segera menyusul...
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Nih part 2, langsung tamat. Makin kacau aja ceritanya di part 2 ini.

    Ya, benda itu benar-benar ada. Pisau Cukur Waktu, pisau cukur yang digunakan King Phillippe II untuk menumbuhkan kumis dan cambang. Entah kapan, dulu sekali, pisau cukur keramat itu dicuri Baldyron The Thief. Karena suatu kebetulan apa aku lupa, kepemilikan pisau cukur itu berpindah kepadaku. Apa yang terjadi kepada Baldyron setelahnya aku tidak ingat. Yang jelas, karena itu pasukan kerajaan mengejarku. Dan parahnya, King Phillippe II mengumumkan hukuman mati bagi pencuri pisau cukur kesayangannya!

    Tidak tahan karena terus melarikan diri, aku memutuskan untuk menyembunyikan pisau cukur itu di hutan ini. Kemudian aku menyerahkan diri pada pasukan kerajaan. Mengarang cerita bahwa aku tidak pernah menyentuh pisau cukur kesayangan sang raja.

    Tapi aku salah, aku malah ditangkap dan disiksa agar mengaku. Jika aku tidak abadi, saat itu aku pasti sudah mati. Tapi tetap saja aku tidak tahan jika dipukuli terus menerus. Akhirnya aku memberitahukan tempat penyembunyian Pisau Cukur Waktu di hutan ini. Namun sayang sebelum King Phillippe II menemukan kembali pisau cukur kesayangannya terjadi pemberontakan besar di negeri ini.

    Raja botak itupun di hukum pancung menggunakan guillotin oleh rakyatnya. Aku sendiri dibebaskan karena dianggap sebagai korban kelaliman sang raja. Sementara Pisau Cuku Waktu, kutinggalkan begitu saja di hutan ini. Aku sama sekali tidak punya keinginan untuk menembuhkan jenggot yang lebat.
    Ratusan tahun berlalu dan di sinilah aku, karena kebodohanku sendiri kini tengah berada dalam posisi yang sulit. Tapi siapa sangka pengetahuanku akan pisau cukur itu yang nantinya akan menolongku. Kebetulan sekali, tapi ini nyata. Kurasa inilah yang namanya pekerjaan Tuhan. Pekerjaan yang dilakukan dengan cara yang tidak pernah di duga-duga.

    “Jadi, sekarang ke mana?”

    Tanya gadis itu membuyarkan lamunanku.

    “Hmm sebentar. Kita sudah sampai di sini. Sebuah pohon cemara tua berbatang 3. Berarti 20 langkah ke utara dan kita akan menemukannya di balik batu persegi lima yang berwarna hijau”.

    Tanpa menunggu lama gadis itu berlari 20 langkah ke utara dengan kasar. Setelah sampai di deretan tumpukan batu ia langsung melempar kepalaku begitu saja dan mulai mencari sebuah batu berwarna hijau. Ia menemukannya, membaliknya, dan voila! Sebuah pisau cukur berkarat dengan gagang hitam kusam.

    “Lihat itu, kau puas sekarang? Aku tidak sabar ingin melihatmu menumbuhkan jenggot,” ledekku, tapi tiba-tiba ia berjalan ke arahku dengan tatapan mengerikan “He, hei, aku Cuma bercanda. Aku tahu itu hanya barang koleksi tapi...”

    “Aku ingin tahu apakah benda ini asli”.

    Tanpa memberi penjelasan apapun lagi ia segera mengerok wajahku dengan kejam. Keajaibanpun terjadi. Kini di wajahku terdapat kumis, cambang, dan jenggot yang luar biasa lebat. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, tapi aku dapat merasakannya.

    “Jadi, kau percaya sekarang?”

    ***

    Hari sudah gelap tapi gadis itu masih berjalan riang ke sana ke mari mencari informasi mengenai tubuhku. Sementara aku, ia masukkan dengan paksa ke dalam tasnya yang sempit.

    Berkali-kali aku merasa bersyukur akan obsesi gadis ini terhadap benda keramat. Karena kalau tidak, aku ragu ia akan begitu bersemangat mencari. Walau nantinya hanya kenyataan pahit yang akan ia temukan. Pengetahuanku akan lokasi Anting-Anting Kecoa hanyalah bualan belaka. Tapi untuk saat ini aku harus menutup mulutku rapat-rapat. Akan kubeberkan semuanya nanti. Lagipula aku tetap tidak bersalah. Setidaknya aku sudah memberikan Pisau Cukur Waktu padanya.

    Malampun datang, dan gadis itu sedang berbicara dengan seseorang. Dari suara yang kudengar, rupanya orang itu adalah orang yang ikut mengurus penguburan tubuhku. Kalau benar begitu, berarti gadis ini harus bersiap-siap untuk menjadi maling makam malam ini.

    Tapi arah pembicaraan berjalan ke arah yang lain. Dari yang kudengar, Madam Estelleban, seorang nyonya bangsawan menaruh minat pada tubuhku. Ia sungguh terkejut ketika mendengar ada tubuh yang ditemukan tanpa kepala. Ia semakin terkejut ketika orang-orang mengatakan tidak ada darah yang mengalir keluar dari bekas potongan lehernya. Dan ia menjadi terobsesi dengan tubuhku ketika ia mengetahui fakta bahwa tubuhku masih terasa hangat dan terlihat hidup walau sudah berhari-hari tak bernyawa. Menurutnya tubuhku adalah benda keramat yang pantas dikoleksi. Nyonya itu sama gilanya dengan gadis ini...

    Maka begitulah, Madam Estelleban menggunakan kekuasaannya untuk mengambil tubuhku. Bagaimana reaksi suami dan anak-anaknya ketika mengetahui ia membawa pulang seonggok jenazah tak berkepala? Entahlah, kurasa suaminya pun sudah gila karena mau menikahi orang seperti itu.
    Jadi malam ini kami mengatur rencana di dalam kamar gadis itu.

    “Ngomong-ngomong nona, kulihat rumah ini sepi sekali bahkan di malam hari?” tanyaku berbasa-basi untuk memulai percakapan.

    “Iya aku memang tinggal sendiri. Rumah ini kecil, aku tidak butuh orang lain untuk merawatnya,” jawab gadis itu sambil memakan sepotong roti yang panjangnya bukan main.

    “Nona, bolehkah aku meminta sedikit roti? Ah, betapa bodohnya aku, saat ini mulutku tidak terhubung ke lambung, jadi kalaupun aku makan pasti akan tercecer. Maafkan kebodohanku nona...” tapi gadis itu tetap cuek sambil terus mengunyah rotinya. Benar-benar tidak memiliki rasa simpati!

    “Oh iya, kembali ke pembicaraan, kalau boleh tahu mengapa nona muda yang cantik sepertimu tinggal sendiri?” tanyaku lagi. Kurasa aku memang penasaran dengan latar belakang gadis aneh ini. Mungkinkah orang tuanya membuangnya karena hobi anehnya ini?

    “Aku dibuang orang tuaku,” jawabnya singkat.

    Ya ampun, tebakanku benar!

    “Maaf jika aku menyinggungmu nona,” tapi aku masih ingin tahu lebih banyak “Tapi jangan bilang kau dibuang karena hobimu ini?”

    “Tidak, aku dibuang saat aku masih bayi,” katanya “Ngomong-ngomong aku belum tahu namamu?”

    Tiba-tiba saja ia mengubah topik pembicaraan. Rupanya ia masih punya hati. Mengenang masa lalu pasti menyakitkan baginya. Ya, aku mengerti. Aku sangat memahami perasaan seperti itu. Ya sudahlah, lagipula kalau diingat-ingat lagi memang benar, sudah seharian ini kita bersama namun kami masih belum saling berkenalan.

    “Perkenalkan, namaku Frankhel Leonald Buffastlo,” kataku seraya ingin sedikit menunduk dan mengayunkan tangan kanan tapi... Saat ini aku hanya kepala.

    “Oh, aku Gringge Royaltien,” katanya singkat sambil mengelap mulut “Jadi, Astlo, bagaimana sebaiknya kita merebut kembali tubuhmu?”

    “Aku biasa dipanggil Frank, atau Leo,” sergahku namun ia tak peduli. Gadis jahanam.

    “Aku tanya bagaimana strategi kita kira-kira? Menyelinapkah? Ya kurasa sebaiknya begitu. Aku tahu tempat kediaman Madam Estelleban dan keluarganya. Ada lubang di belakang rumahnya. Aku dan anak-anak yang lain seringkali menyelinap lewat lubang itu dahulu”.

    Kurasa seharusnya ia tidak perlu menanyakan strategi padaku. Mungkin ia hanya basa-basi agar aku merasa penting?

    “Tapi tunggu dulu,” tiba-tiba aku menyadari sesuatu “Dulu Nona Gringge masih kecil, apa lubang itu masih muat sekarang?”

    “Dulu ada anak yang sangat gendut bernama Rumbobulus. Karena ia tidak bisa lewat, maka kami membobok lubang itu hingga jadi cukup besar”.

    “Ya ampun, kau sangat suka merusak... Oh, tapi nona, apakah lubang itu masih ada setelah sekian lama?”

    Dan ternyata lubang itu masih ada sampai sekarang. Lubang itu terletak di tembok pagar bagian belakang yang jaraknya sangat jauh dari rumah utama. Wilayah bagian ini ditumbuhi semak belukar yang sangat tinggi sehingga ada lubang besarpun tidak terlihat siapapun. Dengan perlahan Gringge memasuki semak belukar sementara aku masih berada di dalam tasnya.

    Di dalam tas aku tidak bisa melihat apapun, dan yang kutahu berikutnya adalah kami sudah berada di dalam pekarangan tempat kediaman Madam Estelleban.

    “Aneh, mudah sekali masuknya,” kataku sedikit tidak percaya.

    “Tempat ini adalah pemakaman keluarga. Lihatlah sekelilingmu,” saat itu aku baru menyadari bahwa kami berada di lingkungan pemakaman, dan Gringge berdiri di atas makam seseorang “Untungnya Madam Estelleban tidak begitu peduli dengan orang mati, jadi tempat ini tidak pernah dirawatnya”.

    “Begitu rupanya. Lalu apa yang dulu nona lakukan bersama teman-teman di sini? Apa nona suka mencuri?”

    “Tidak, kami tidak pernah masuk lebih jauh”.

    “La, lalu?”

    “Kami biasanya berada di sini saja melakukan berbagai eksperimen”.

    Mendadak rasa horor dan teror mencekam diriku. Eksperimen apa yang dilakukan anak-anak di area pemakaman? Semakin lama aku merasa semakin takut berada dekat-dekat dengan gadis ini...

    Lalu aku tidak berkata apa-apa lagi. Langsung saja Gringge berlari-lari dalam kegelapan menuju ke rumah utama Madam Estelleban dengan kepalaku berada di cengkeramannya.

    “Apa tidak ada penjaganya?” tanyaku lagi karena tiba-tiba aku merasa aneh.

    “Sepertinya Madam Estelleban hanya menempatkan penjaga di ruang koleksinya. Ini akan sulit”.

    Apakah benar akan sulit? Sejauh ini semua masih baik-baik saja. Gringge berniap menyusup melalui jendela. Tetapi jendelanya dikunci. Lantas Gringge mengambil batu dan memecahkan kaca jendelanya berkeping-keping. Kamipun masuk. Ya ampun, kalau seperti ini bukan menyusup namanya!

    Gringge segera berlari menyusuri lorong sebelum ada yang datang. Lorong-lorong rumah ini sangat panjang. Ada banyak pintu dan ruangan. Tiba-tiba Gringge berhenti berlari.

    “Ada apa?” tanyaku.

    “Shhh...” Gringge membekap mulutku.

    Ia berjalan perlahan-lahan mendekati sebuah pintu dan berhenti di depannya. Dari sini terdengar suara seseorang. Kamipun menguping. Suara ini...
    Suara-suara yang hanya diketahui orang dewasa.

    Gringge pun melanjutkan perjalanan. Sesekali kami kami hampir berpapasan dengan penjaga, tetapi Gringge sangat lihai. Ia dapat mendengar suara langkah kaki penjaga dari jauh. Dengan cekatan ia mengubah rute dan menyelamatkan kami dari tertangkap.

    Kami terus naik ke lantai dua, tiga, empat, lalu turun ke bawah tanah tingkat satu, dua, dan akhirnya kami menemukan sesuatu di tingkat tiga.
    Ada dua orang penjaga yang bermain kartu remi di depan tangga menuju ruang bawah tanah tingkat empat. Tidak salah lagi, di situlah ruang koleksi Madam Estelleban berada. Sementara kami masih bersembunyi di salah satu sudut gelap ruangan memperhatikan kedua penjaga yang bermain kartu.
    Entah bagaimana cara kami melewati mereka. Kami hanya menunggu. Menunggu tiap salah satu dari mereka kalah, lalu yang menang akan menenggak segelas minuman, yang kelihatannya beralkohol. Begitu terus sampai keduanya minum cukup banyak, lalu mabuk, lalu tertidur. Kamipun bisa lewat. Ternyata mudah.

    Perlahan Gringge meniti tangga turun satu persatu hingga kami dihentikan sebuah pintu kayu besar di ujung anak tangga. Kelihatan kokoh, terbuat dari kayu jati kualitas tinggi. Terdapat ukiran-ukiran yang luar biasa indahnya. Gagang pintunya sangat besar, terlihat berat dan mantap.

    Lalu Gringge memutar gagang pintu itu dan pintunya terbuka.

    “Oh, tidak dikunci,” kata Gringge ringan lalu masuk.

    Ya ampun, apa semua ini tidak bisa lebih mudah lagi? Aku sempat merasa congkak, tapi kecongkakanku hilang dalam sekejap. Tepat ketika kami masuk 3 pucuk senapan api ditodongkan ke arah kami. Gerakan Gringge langsung terhenti. Kami tertangkap basah. Kalau sudah begini, entah apa yang akan terjadi.

    “Berhenti, penyusup! Angkat tangan, siapa kau? Bagaimana kau bisa masuk ke dalam sini? Loh, apa yang kau bawa itu? Kepala manusia?!! Kepala siapa itu? Kau psikopat! Jangan-jangan kau ke sini untuk membunuh Madam Estelleban??? Loh, tunggu, kau ini? Jangan bilang padaku, jangan bilang padaku... Apakah anda Nona Gringge? Ya ampun nona, ke mana saja anda selama ini? Mengapa baru datang sekarang? Hei, kalian, turunkah senapa kalian!”
    Aku dan Gringge hanya diam saja menyaksikan penjaga tua itu bermonolog. Entah apa yang harus kukatan... Tapi mengapa ia mengenal Gringge?

    “Di mana ibu?” tanyanya.

    Dengan ramah si penjaga tua mempersilakan kami masuk. Lalu ia mengatakan kepada kami untuk menunggu di sebuah ruangan kecil. Ia bilang Madam Estelleban sedang bersenang-senang dengan benda koleksinya, jadi jangan diganggu dulu. Setelah selesai ia pasti keluar, katanya. Kemudian Gringge mengatakan bahwa dua penjaga di atas sedang tidur setelah mabuk-mabukkan akibat kalah bermain kartu. Dengan wajah penuh kekesalan penjaga tua itu keluar ruangan sambil mengumpat sendiri.

    “Dasar tidak becus,” itu yang dikatakannya kalau aku tidak salah dengar. Lalu suasana menjadi hening setelah ia keluar ruangan.

    “Aneh,” kataku yang diletakkan di atas meja membelakangi Gringge. Kemudian gadis itu membalikkan kepalaku dengan kasar.

    “Apanya?” tanyanya.

    “Tadi penjaga itu mengatakan kau psikopat, tapi tidak jadi menembakmu, malah mempersilakan kita masuk” kataku meruntut kejadian barusan.

    “Ia mengenalku,” jawabnya ringan.

    Benar-benar aneh.

    “Hanya karena itu? Luar biasa sekali nona. Tapi mengapa ia bisa mengenalmu? Tadi nona bilang ‘ibu’, jangan bilang ibu nona adalah Madam Estelleban???”

    “Yah, harus kuakui itu,” katanya seraya melirik ke arah jam dinding yang berdentang.

    “Apa, apa, tidak bisa dipercaya nona. Jadi Madam Estelleban membuang nona? Sungguh biadab. Tapi jika begitu kenapa penjaga barusan mengenali wajah nona?”

    “Sebenarnya aku tidak dibuang. Aku hanya kabur dari rumah setahun lalu”.

    “Jadi begitu... Eh, tapi kenapa nona?”

    “Sejujurnya, aku malu punya ibu seperti dia. Hobinya aneh. Benar-benar maniak”.

    Katanya dengan wajah datar. Gadis yang duduk di hadapanku saat ini benar-benar maniak. Bagaimana ia bisa malu kepada ibunya, tetapi tidak malu pada dirinya sendiri, padahal keduanya memiliki hobi yang sama???

    “Duh, sudahlah, aku pusing. Tapi masih ada yang membuatku bingung, mengapa kita harus mengendap-endap?”

    “Kita mau mencuri, apa ada pencuri yang masuk terang-terangan? Dasar aneh”.

    Betapa sakitnya aku ketika ia berkata begitu. Disebut aneh oleh orang yang aneh, itu berarti aku adalah keberadaan yang sangat aneh di dunia ini. Keanehan abadi.

    Tiba-tiba perbincangan kami terhenti saat kami mendengar suara “hohoho” yang aneh, yang semakin lama semakin mendekat, mendekat, mendekat. Kemudian terdengar bunyi “krek”, lalu sebuah pintu berwarna merah di ujung ruangan terbuka.

    “Benar-benar nikmat, luar biasa. Biarpun tanpa kepala, tak kusangka alatnya masih bisa digunakan. Sungguh-sungguh keras. Kuat. Luar biasa!” kata seorang wanita paruh baya yang masih cantik dan bertubuh kencang. Kuperhatikan wajah dan lehernya dibasahi peluh. Apakah gerangan yang baru saja ia perbuat? Dan apa maksud kata-katanya barusan? Perasaanku jadi tidak enak.

    Mendadak ia berhenti dan menatap kami dengan kaget. Apa ia terkejut melihatku? Sebuah kepala tanpa tubuh?

    “Ya ampun Gringge, dari mana saja kau selama ini??? Kau menghilang begitu saja untuk membawakanku sebuah kepala yang hidup? Luar biasa, kau memang anakku. Itu akan memperlengkap koleksiku!”

    Ibu ini benar-benar gila!

    “Aduh ibu, mana ada ibu yang senang karena dibawakan sebuah kepala tanpa tubuh oleh anak perempuannya? Lagipula aku tidak berniat memberikan ini padamu!” kata Gringge langsung memeluk kepalaku erat-erat, mungkin ia takut aku direbut oleh ibunya.

    Anaknya pun sama gilanya...

    “Maafkan aku anakku, sepertinya aku masih terpengaruh oleh koleksi baruku,” kata Madam Estelleban meminta maaf namun dengan nada kecewa “Tapi darimana kau dapat benda itu? Apa kegunaannya?”

    Aku benar-benar heran, madam rupanya lebih tertarik pada diriku daripada anaknya sendiri. Madam itu mendekat lalu duduk di seberang meja menghadap kami. Gringge masih memelukku erat-erat hingga aku kesulitan bernapas.

    “Itu tidak penting,” kata Gringge tiba-tiba dengan tegas “Yang penting, aku menginginkan tubuh tanpa kepala yang katanya baru saja kau jadikan koleksi!”

    “Oh, tidak bisa sayang. Tidak akan kuberikan benda itu cuma-cuma. Kecuali mungkin jika kau tukar...” Mada Estelleban melirik ke arahku sehingga Gringge memeluk kepalaku makin erat. Kali ini aku kesakitan.

    “Wahai ibundaku, jika ini kutukar dengan itu, maka semuanya menjadi sia-sia. Ia tidak akan bisa menunjukkan letak Anting-Anting Kecoa padaku!”

    Bodoh, benar-benar bodoh. Menurut pengalamanku selama ratusan tahun, manusia akan merasa berkuasa jika mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan oleh orang yang mengajukan penawaran. Karena Gringge baru saja mengatakan semuanya, Madam Estelleban pasti tidak akan mau melepas tubuhku begitu saja. Bisa jadi ia malah akan menginginkanku untuk dirinya sendiri. Kalau sudah begini semua jadi sulit. Harus membuat penawaran. Ya, aku harus melakukan sesuatu. Mungkin aku harus memperdayanya? Baiklah, akan kutunjukkan kemampuan negosiasi yang telah ditempat oleh keabadian ini.

    “Jika kau menemukannya nanti, maukah kau meminjamkannya padaku? Sekali saja,” kata Madam Estelleban tiba-tiba hingga membuatku terpana “Sudah lama aku mencari benda keramat itu tapi tidak pernah kutemukan. Seandainya saja aku bisa menyentuhnya. Sekali sebelum mati, maka aku akan sangat puas. Tujuan hidupku sudah tercapai!”

    Aku memperhatikan Gringge, dan betapa terkejutnya aku. Ia menunjukkan wajah prihatin.

    “Ibu, kau sungguh aneh. Tujuan hidupmu hanya seperti itu saja? Baiklah, akan kubantu kau ibu. Lagipula itu bukan apa-apa dibanding tujuan hidupku. Aku baru akan puas setelah memiliki paling tidak 1 juta benda keramat. Dibandingkan diriku, kau sangat menyedihkan,” kata Gringge yang membuat mulutku ternganga selebar-lebarnya.

    Di dunia ini benar-benar ada orang seperti mereka.

    Madam Estelleban segera memasuki ruangan yang ia gunakan sebelumnya. Beberapa menit kemudian ia keluar semabri menyeret tubuhku dengan kasar. Ada yang aneh. Pakaianku dipasang dengan berantakan. Kancingnya ada yang terbuka. Ikat pinggang tidak di pasang di tempat yang semestinya. Seakan-akan baru saja ada yang melepas dan memasangkan bajuku. Astaga, apa yang terjadi.

    Dengan terisak-isak Madam Estelleban berkata “Ini kuserahkan padamu. Biarlah kebahagiaan yang kurasakan beberapa hari terakhir ini menjadi sebuah kenangan saja. Jaga benda ini baik-baik”.

    “Tentu saja madam, akan kujaga tubuhku baik-baik,” akhirnya aku bersuara, tetapi tidak ada yang memperhatikanku.

    Ibu dan anak ini melakukan upacara serah terima tanpa memedulikan keberadaanku. Seakan-akan benda itu memang milik mereka! Oh, sudahlah, toh sebentar lagi itu menjadi milikki. Milikku seorang.

    ***

    Lalu Madam Estelleban mengajak kami minum teh sebentar, sementara ia memerintahkan penjaga untuk membawa tubuhku ke depan.

    Kami berbincang-bincang sebentar. Madam Estelleban dan Gringge terus bertanya padaku, dan aku terus membual mengenai benda-benda keramat. Gringge juga sempat mendemonstrasikan Pisau Cukur Waktu di dahiku. Mengapa ia membawa-bawa benda itu?

    Tanpa terasa waktu berlalu dan jam dinding berdentak enak kali. Sudah jam enak pagi.

    “Baiklah ibu, aku harus segera pergi. Aku akan ke selatan mencari Anting-Anting Kecoa. Setelah itu aku berjanji akan segera ke sini. Tapi ingat, kau hanya boleh pakai sekali!”

    “Tentu saja anakku,” kata Madam Estelleban, lalu mulai terisak-isak lagi.

    Kemudian Madam Estelleban mengantar kami ke pintu depan. Di sana tubuhku sudah menanti.

    “Ngomong-ngomong, bagaimana cara memasang kepala dan tubuhmu?” tanya Gringge.

    “Entah, coba kau tempelkan saja,” jawabku, aku memang tidak tahu.

    Gringge pun menempelkan kepalaku dengan tubuhku, dan voila! Aku kembali ke wuju semula! Seorang pria abadi tampan yang bertubuh tegap!

    “Ternyata mudah, mengapa tidak kau minta dari tadi?” tanya Gringge lagi sehingga aku terdiam.

    “Entahlah, aku lupa,” aku benar-benar lupa.

    “Aneh,” kata Gringge dan Mada Estelleban bersamaan.

    “Sudahlah, kalau begitu sebaiknya kita segera berangkat!”

    Gringge menyetujui kata-kataku. Kamipun berpamitan. Madam Estelleban terus menangis terisak-isak melepas kepergian anaknya. Atau melepas kepergian barang koleksinya? Sementara itu si penjaga tua menitipkan sebuah kotak kecil kepada Gringge. Setelah acara perpisahan yang penuh haru ini selesai kamipun pergi untuk memulai perjalanan mencari Anting-Anting Kecoa yang legendaris.

    Ah, tidak. Bukan kami yang akan mencarinya. Aku tidak tahu di mana benda itu berada, karena itu aku akan pergi. Biar saja ia kutinggal sendiri.

    Dan setelah ini mungkin aku akan kembali mencari cara untuk mati? Ya, kurasa aku akan melakukan itu saja, daripada mencari sesuatu yang tidak kuketahui lokasinya.

    “Oh ya, kita ke rumahku dulu,” kata Gringge di perjalanan “Aku harus menyembunyikan koleksi-koleksiku sebelum berangkat”.

    “Oh ya nona, silakan. Kurasa itu penting agar kita bisa melakukan perjalanan dengan tenang”, kataku di mulut, namun dalam hatiku aku tertawa. Tertawa keras sekali. Karena sebentar lagi ia akan menangis tersedu-sedu tanpa harapan ketika menyadari aku sudah pergi meninggalkannya!

    “Oh ya, jangan berpikir untuk lari, aku memiliki benda ini!” katanya menunjukkan kotak kecil yang tadi diberikan si penjaga tua.

    “Oh ya, benda apakah itu nona?”

    “Kau akan tahu sendiri saat ingin menggunakannya nanti. Jangan macam-macam ya. Aku tidak tahu jika aku bisa membakarnya. Tapi yang terburuk, mungkin aku akan memotong-motongnya menjadi seratus bagian lalu menebarnya di laut menjadi makanan ikan. Entah apa jadinya seorang pria abadi yang tidak memiliki benda ini”.

    “Eh, apa? Apa yang kau ambil?”

    Tetapi Gringge sudah berlari meninggalkanku begitu saja. Meninggalkanku dalam sebuah tanda tanya besar. Jadi, apa yang harus kulakukan sekarang? Mengejarnya? Ataukah?

    Tiba-tiba seseorang menabrakku. Oh, seorang wanita yang lumayan cantik. Dan lumayan mabuk. Masih pagi sudah mabuk, yang benar saja. Wanita itupun kehilangan kekuatannya dan terduduk lemas di tanah. Haruskah aku menolongnya? Atau... Anggap saja ini pagi keberuntunganku. Berhasil mendapatkan kembali tubuhku, dan kini dapat langsung menggunakannya. Hehehe. Terkadang hidup abadi tidak selalu membosankan.

    Aku menyeret wanita mabuk itu ke suatu gang yang sepi dan sempit. Dengan penuh nafsu aku mulai menggerayanginya. Kulucui pakaiannya, lalu pakaianku, dan pada saatu itulah aku baru tersadar. Sesuatu yang membuatku mungkin harus mengikuti Gringge seumur hidup Gringge.

    “BRENGSEK!!!”

    Tanpa pikir panjang lagi aku segera memakai pakaianku kembali dan berlari meninggalkan wanita mabuk yang tak berdaya itu. Sendirian.
     
    Last edited: Apr 15, 2012
  4. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,041
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    Entah kenapa aku ketawa lepas pas baca akhir ceritanya.. :haha:
    haduh... banyak sekali komentar yang ingin aku lontarkan, tapi aku tahan untuk menjaga moral pembicaraan.. :keringat:
     
  5. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    duh, padahl saya akan merasa sangat terhormat untuk mendengar komentar bijak om :hahai:

    klo g komeny d PM ajah om biar g d baca anak d bawah umur
     
  6. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,041
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    bukan komentar sih, cuma beberapa tanggapan saja... seperti.. itu yang di dalam kotak yang dibawa adalah.. *snip*
    atau.. menurutku untuk adegan mesum, ingat teori tiga tahap; lihat, telusur, aksi. jadi peningkatan hormon ketika membaca bertahap naik... :hihi:
    hmm.. hanya itu... yang aku sanggup sampaikan.. :XD:
     
  7. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    iy, benda di dalamy sesuai dgn yg om pkirkan. Hehehe.

    aduh saya ga paham ma tanggapan kedua maksudny apaan.
     
  8. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,041
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    hmm. ga penting sih, cuma.. untuk impact yang lebih bagus, saya pikir lebih diperpanjang bagian

    supaya lebih kaget pembacanya.. :XD:
     
  9. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    oh, wokwokwok msalahny klo kepanjangan takut dicekal ma badan sensor. . Lagian sy gak ahli nulis adegan hot gituh. . :hahai:
     
  10. 3clips3 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 7, 2010
    Messages:
    356
    Trophy Points:
    126
    Ratings:
    +1,092 / -0
    ampun. . .
    apa apaan ini?
    ckckck. . .
    beeeeerrrrrrrrrrrrbahaya. . .

    1 lagi. ..
    banyak typo. . .
     
  11. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    aaaa ni karya utk dewasa. . . .

    Terlalu semangat nulisny jd byk typo. . .
     
  12. NodiX M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 7, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    122
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +921 / -0
    saya gk boleh baca?:bloon:
     
  13. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    boleh. Om kan uda terlalu dewasa.
     
  14. 3clips3 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 7, 2010
    Messages:
    356
    Trophy Points:
    126
    Ratings:
    +1,092 / -0
    Wkwkwk. . .
    Kirain high aja yang mesum ternyata ada atu lagi. . . :p
    Padahal idenya menarik. . .
    Fiksi ghotik gitu. . .
    Eh, berakhir seperti itu. . .
    Hadeh. . . :facepalm:
     
  15. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Eh, om nangkep ya klo suasana yang saya bayangkan ke-ghotik2-an gitu? padahal rasanya ga saya tuliskan, cuman membayangkan aja pas nulis...

    Wokwokwokwok sebenernya saya mau buat romance antara Gringge dengan si Kepala tanpa badan, juga pendalaman cerita ke arah filosofi akan arti hidup, tapi entah mengapa imajinasi dan jari2 saya malah membawa ke arah yang lain :hahai:
     
  16. 3clips3 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 7, 2010
    Messages:
    356
    Trophy Points:
    126
    Ratings:
    +1,092 / -0
    Om?! :facepalm:
    Saya tante ya bukan om. . . *ditendang
    Nangkep dong. . .
    Kuburan, alat pemenggal kepala entah apa namanya itu, barang-barang keramat. . .
    Kesannya ghotik gitu. . . :hehe:
    Ayo ayo di rombak biar kisah percintaannya berasa. . .
     
  17. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    oh, ternyata tante ya... pantesan kelihatannya sangat menentang ma perkembangan cerita ini :hahai:

    tapi saya ga ahli bikin cerita romance nih tan...
     
  18. NodiX M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 7, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    122
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +921 / -0
    hadeh, untung saya manggil tante-tante kemaren...:hahai:

    saya masih kecil om, jangan menjerumuskan anak bangsa gitu donk:elegan:
     
  19. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    om kan bukany emg uda terjerumus?
     
  20. NodiX M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 7, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    122
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +921 / -0
    saya masih polos, tapi kalo bergaul macem omg bakalan gk lama lagi:ngacir:

    jdi OOT nih, kabur...
     
  21. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    apa pula omg, oh my god?

    Duh, makany komen yg bner dong. .
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.