1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Like in Fairtytale

Discussion in 'Fiction' started by mzgreek, Mar 17, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. mzgreek Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 11, 2010
    Messages:
    97
    Trophy Points:
    56
    Ratings:
    +1,093 / -0
    January 26 2012, 01: 43 PM
    “Hari itu adalah hari ulang tahunku yang ke delapan. Dimana aku bertemu dengan seorang teman kecil. aku berpikir dialah pangeran yang akan bersamaku sampai akhir kisahku, ditemani dengan kalimat ‘happily ever after’ yang selalu di tuangkan ke dalam dongeng-dongeng seorang putri”

    January 26 1990, 06:00 AM
    “Happy birthday Eva!” teriakan kebahagiaan dan bunyi gemuruh terompet memenuhi kamar gadis kecil yang hari ini genap berumur delapan tahun. Dia tersenyum manis, sangat manis hingga memperlihatkan lesung pipit yang terukir sempurna di kedua pipinya. Sesaat muka gadis itu memerah, senang karena kemeriahan yang dia dapat di pagi buta ini. Matanya terbuka dengan lebar, melihat ke sekeliling sambil menikmati setiap senyum yang merekah dari orang-orang dewasa didepannya dan tiba-tiba matanya yang penuh dengan kilau cahaya berwarna-warni mendarat dengan mulus ke cheesecake yang sedang dipegang oleh Esme, ibu pengasuhnya. Dengan satu langkah kecil yang dihasilkan oleh kakinya, eva sampai tepat didepan kue favoritenya itu. Matanya semakin berbinar-binar dan mulutnya bergerak dengan tidak sabaran untuk merasakan kelembutan kue itu di lidahnya.

    “Make a wish” bisik esme pelan ditelinganya. Dia sudah duduk berlutut agar sejajar dengan tinggi eva yang hanya mencapai pinggulnya. Dress hitam ala kepala pelayan itu menyapu lembut lantai marmer yang diberi aksen baby pink. Membuat kamar yang bak istana ini menjadi lebih cerah dan indah.
    Mata eva berputar kesana kemari. Dia meletakkan jari telunjuknya ke pelipis, memberi isyarat bahwa dia sedang berfikir berat. Imajinasi-imajinasi yang dia dapatkan sebelum dia tertidur lelap disetiap malam menari dengan indah di otaknya. Membentuk berbagai potongan-potongan puzzle yang membuatnya semakin bingung untuk memilih. Tapi tiba-tiba potongan-potongan itu bersatu, imajinasinya bersatu membentuk satu harapan yang akhirnya dikeluarkannya didalam hati. Aku ingin menemui pangeranku. Dan setelah itu lilin-lilin berbentuk bunga mawar merah padam dengan tiupan khas putri dari bibir eva. Dia masih tersenyum, lesung pipitnya tidak pernah hilang sedetikpun sejak tadi. Tepukan tangan dan suara nyaring terompet kembali bergema di kamar sang putri, dan lagi-lagi senyum eva tambah melebar.

    “Aku mau cheesecakenya!” sentak eva berteriak tidak sabaran saat dia menyadari bahwa cheesecake yang jelas-jelas tersedia didepan matanya tadi tiba-tiba menjauh bersama tangan lembut esme. Kini orang-orang yang tadi ikut memeriahkan pagi harinya satu persatu keluar melewati pintu kamar eva yang berpuluh-puluh kali besarnya dari besar badan eva.

    “Eva, dear, you can eat the cheesecake as much as you want. But now, let’s get you ready first” suara esme yang lembut tidak menimbulkan kekecewaan dari diri eva karena jam makan cheesecake nya harus ditunda dulu. Eva kecil hanya mengangguk dan mengenggam tangan esme yang sudah bebas dari cheesecake yang tadi dia berikan kepada bawahannya itu.
    Bau strawberry segar langsung menyambut eva saat dia menenggelamkan tubuhnya kedalam bath tub yang sudah penuh dengan busa-busa kesukaan anak-anak seumurannya. Dia tidak menghabiskan banyak waktu disana, setelah esme selesai membilas tubuh nya yang sudah wangi dengan campuran buah strawberry dan kiwi, tanpa disadari kini tubuh eva sudah dibalut oleh dress sutra berwarna pink dari burberry dengan aksen kerutan horizontal dari atas sampai bawah.

    “Ibu dimana?” kalimat yang tiba-tiba melompat indah dari bibir eva memecah keheningan diantara dirinya dan esme. Senyum yang tadinya masih tersisa di bibir ibu pengasuhnya itu tiba-tiba saja menghilang, dan bisa terbaca jelas oleh eva apa yang akan terjadi selanjutnya.

    “Mrs. Nana masih mempunyai pekerjaan yang harus diurus” kalimatnya terputus. Tiba-tiba saja esme bungkam. Dia takut jika dirinya berbicara lebih jauh, itu hanya akan membuat gadis kecil didepannya ini makin kecewa. Tugasnya adalah membuat sang putri affiat tersenyum sepanjang hari, melupakan sejenak tentang ketidak hadiran orang yang dia panggil sebagai ibu itu. Orang yang seharusnya datang di hari kelahiran darah dagingnya.

    “Dan dia harus menetap lebih lama di sana” eva melanjutkan perkataan esme yang tidak dia lanjutkan itu. Ekspresinya datar, dia kecewa. Tapi rasa kecewa yang dia rasakan itu tidak sampai menimbulkan setetes air mata yang dulu pernah dia jatuhkan disaat seperti ini juga. Hal ini sudah biasa baginya, tinggal sendirian bersama orang asing didalam istana yang penuh dengan kemewahan dengan usianya yang masih seumur jagung. Disaat eva masih terdiam memilih jepitan yang akan dia pakai hari ini di kotak jewelerynya, tiba-tiba saja senyum esme kembali muncul. Sedikit mencairkan suasana yang tadinya tegang. Dia mengambil LC Lauren Conrad bobby pin berpita yang terdapat kristal-kristal pink di atas pitanya.

    “Dia akan kembali besok” kini tangan lembut itu sudah berjalan menyusuri rambut hitam eva, menjepitkan jepitan yang sudah dipilihnya tadi di sisi kanan rambut gadis didepannya itu. Esme membawa gadis itu kedepan cermin dan sesaat kemudian cermin didepannya memperlihatkan pemandangan terindah yang tak pernah bosan dia kagumi. Rambut ikal eva menjuntai tinggi sampai punggungnya. Dan akhirnya, sekilas senyum gadis manis itu kembali merekah. Kini jari-jari kecilnya lah yang berbalik menyentuh esme, dia menyentuh wajah ibu pengasuhnya yang terlihat sangat tulus. Lalu disaat keheningan kembali menyerang, eva mendaratkan sebuah kecupan manis di pipi esme sebagai rasa terima kasihnya. Dia tidak tau akan jadi apa nantinya jika esme tidak ada disampingnya sekarang, dia bahkan tidak tau bisa hidup tenang atau tidak walaupun dia mempunyai berpuluh-puluh pelayan rumah tangga yang siap menghampirinya saat dia membutuhkan sesuatu. Eva tersenyum manis setelah itu, dibalas dengan senyuman kecil dari esme lalu mereka berdua berjalan keluar kamar dengan bergandengan tangan.

    “Cheesecake!” eva langsung melepaskan genggamannya dari tangan esme dan melompat dengan girang ke kursi makan. Didepannya kini sudah tersedia satu potong besar cheesecake dan milkshake coklat buatan zakrie yang akan membuatnya merengek dan enggan menyuapkan satu sendokpun sarapan paginya jika tidak ada milkshake coklat itu didepannya. Segera eva suapkan sepotong cheesecake kedalam mulut saat tangannya sukses mencapai garpu yang terletak disamping piringnya. Lembut roti yang menyentuh lidahnya langsung meluruhkan semua kekecewaannya tadi. Keju dan krim yang dingin juga membuatnya tidak berhenti menyendokkan potongan-potongan kue itu kedalam mulutnya sesaat setelah dia sudah menelan potongan lain yang dia kunyah dengan cepat. Lesung pipit masih terpampang dengan lucu saat dia mulai menyedot milkshakenya, menjadikan dirinya sebagai tontonan gratis untuk beberapa pelayan rumah yang kini mengitari ruang makan.

    Detik jam terdengar nyaring ditelinga Evaleslie Affiat. Dia duduk diatas kursi logam di balkon rumah yang menghadap langsung ke arah taman belakang rumahnya yang sudah ditanami dengan berbagai bunga cantik, menikmati embun bekas hujan yang baru saja selesai merintik. Dia membawa kakinya yang tidak menyentuh lantai menari kedepan dan kebelakang, agar kakinya yang menggantung itu tidak terasa lelah. Kepalanya menoleh kebelakang, memandang penasaran jam dinding yang dari tadi menganggu dirinya yang sedang duduk santai sambil menikmati angin di hari kelahirannya itu. 09:25, waktu yang baik untuk berjalan-jalan ditaman. Dengan sedikit dorongan dari tangannya, akhirnya kaki eva berhasil menyentuh lantai dan sedikit tergesa-gesa dirinya langsung berjalan ke ruang keluarga. Esme sedang membersihkan karpet dengan vacuum cleaner saat eva berjalan mendekati dan menarik bajunya.

    “Ada apa, eva?” tanya esme, melihat kebawah dimana ada eva disana. Dia mematikan mesin vacuum cleanernya dan menunggu eva mengeluarkan harapannya yang pasti akan selalu esme kabulkan, apalagi hari ini adalah hari spesial untuk eva.

    “Aku ingin bermain ditaman” seulas senyum terpampang di wajah esme, tapi eva tau bahwa sudah terjadi sebuah kesalah pahaman disini. Bukan. Taman yang dia maksud bukanlah taman belakang rumahnya yang sangat luas dan mempunyai berbagai fasilitas untuk bermain itu.

    “Aku ingin bermain di taman cendrawasih” Inilah yang tiba-tiba membuat esme membeku. Taman cendrawasih, taman umum yang masih berada di wilayah green cove residence. Tapi untuk sang putri affiat, tidaklah gampang untuk menginjakkan kaki dirumput taman itu. Alasannya klise, taman umum seperti itu tidak aman bagi eva. Tapi dari sorot mata eva, esme tau betul bahwa saat itu dia harus mengambulkan permintaan eva.

    “Yasudah, tapi esme ikut menemani eva ya” Bagai memenangkan sebuah lotre bernilai miliaran rupiah, eva melompat-lompat dan berteriak girang ditempat. Hampir lupa dengan rencana jalan-jalannya itu. Dia memeluk erat sang ibu pengasuh dengan senyum yang sumringah.
    Tanpa memperdulikan esme yang kini berdiri tegang dibalik pohon, eva berlari ke arah ayunan di tengah-tengah taman. Ayunan taman tidak senyaman ayunan eva dirumah yang super empuk, ayunan yang sekarang dia duduki juga sesekali suka mengeluarkan kerlingan suara besi yang berkarat. Tapi semua itu malah membuat dirinya semakin mengagumi ayunan ini. Dia masih berayun dengan menyenandungkan nada lagu anak-anak yang sering dia putar dikamarnya, dan sesaat kemudian matanya menangkap sosok pria seumurannya sedang duduk tidak jauh darinya. Bocah laki-laki didepannya hanya duduk disana, bukannya dia tidak menyadari keberadaan eva. Tapi dirinya terlalu menikmati senandungan suara merdu gadis manis dibelakangnya. Tiba-tiba dengan seluruh keberaniannya, eva menepuk pundak pria didepannya. Esme yang menyadari itu hampir saja mau melangkah mendekati eva, berjaga-jaga jika pria yang ditepuk bahunya akan mencelakakan eva. Tapi dia tidak mau memberi penekanan terhadap eva, biarlah dia melangkah keluar. Melangkah keluar wilayahnya yang selama delapan tahun ini tertutup rapat oleh gerbang keluarga affiat.

    “Hai, siapa namamu?” Si gadis manis bertanya. Seperti nama panggilannya, gadis manis. Dia tersenyum sangat manis. Memperlihatkan lesung pipit terindah yang pernah pria itu lihat.

    “Catra” Bocah yang bernama catra itu membalas senyuman eva. Kini eva mengambil tempat kosong disamping catra, diatas rumput yang masih lembab. Dia duduk dengan santai, menghirup sejuknya angin pagi bsd city tanpa menghiraukan dress mahalnya yang akan kotor atau basah karena rumput yang lembab.

    “Namaku Eva” serobot eva dengan nada yang riang. Dia tidak merasa was-was sedikitpun walaupun sekarang dirinya sedang duduk bersebelahan dengan orang asing.

    “Aku tidak pernah melihatmu, apakah kau penghuni baru?” catra memulai pembicaraan. Dia menatap kearah eva. Memperhatikan setiap inchi dari tubuh mungil sang putri, lalu matanya tertarik oleh kilauan indah yang berasal dari rambut halus gadis didepannya. Oleh jepitan indah yang sangat pas dipasangkan oleh putri secantik eva. Disaat itu juga eva menggeleng, menjawab pertanyaan pria didepannya.

    “Aku hanya jarang keluar rumah. Kau sering kesini?” Catra masih memandangi putri kecil didepannya. Sesaat, esme sedikit terganggu dengan tatapan yang diberikan catra kepada eva. Terlalu lama, juga terlalu dalam.

    “Hampir setiap hari, pemandangan disini indah” Eva mengikuti arah jari catra yang menunjuk kedepan, dan barulah dia menyadari bahwa ada pemandangan seindah ini disekitar rumahnya. Posisi mereka sekarang ada disebuah bukit, jadi mereka bisa melihat dengan jelas pemandangan dibawah mereka. “Apalagi saat setelah hujan, kau bisa melihat dengan jelas indahnya pelangi dari sini. Tunggu saja, sebentar lagi pelanginya juga akan muncul” nada bicara catra sekarang sama riangnya dengan eva. Dia memang sangat senang jika dirinya di sangkut-pautkan dengan pelangi. Ekspresi wajah eva kembali bersinar, menerangi wilayah disekitar mereka walaupun saat itu matahari belum sepenuhnya muncul dari balik awan hitam. Detik demi detik berlalu, eva hanya duduk diam ditempat. Memandang kedepan menunggu pelangi yang dimaksud. Tapi walaupun kedua mata mungil itu sepeuhnya memandang kedepan, tidak berarti bahwa dia tidak menyadari tatapan catra yang sedari tadi tidak lepas darinya. Dialah pangeranku. Tiba-tiba dua kalimat itu langsung merubah hidup eva dalam hitungan detik. Tidak ada cahaya yang terang disana, tidak ada suara magic seperti di film cinderella saat sang peri merubah labu menjadi kereta kuda, pun tidak ada seorang peri bertongkat disekitar mereka. Hanya detakan jantung kedua bocah yang terdengar, hanya suara hati eva yang berbicara saat ini.

    “Kaulah pangeranku” gumam eva pelan. Namun keheningan disekeliling mereka membuat gumaman sepelan itupun bisa terdengar samar-samar oleh esme yang berada lumayan jauh dari tempat mereka. Baru saja sang pangeran akan menoleh kearah putrinya, tapi hal yang ditunggu-tunggu tiba-tiba muncul. Mengalihkan niat catra yang tadinya akan bertanya ke eva tentang maksud kalimatnya itu. Senyum catra merekah, kerutan di dahinya tiba-tiba saja menghilang di susul dengan senyum sumringah dari eva.

    “Indah ya” eva lah yang pertama kali memulai pembicaraan setelah beberapa detik pertama mereka hanya menganga melihat kecantikan garis warna-warni yang terbentang luas di langit bitu. Catra hanya menatap eva dengan senyumnya yang paling manis. Tapi kali ini sang putri tidak menyadari tatapan itu, perhatiannya sudah sepenuhnya teralihkan oleh keindahan pelangi didepannya.
    Waktu berjalan begitu cepat, sangat cepat bagi seorang putri yang baru saja bertemu pangerannya. Seharian ini kedua bocah kecil itu menghabiskan waktu mereka ditaman. Mereka juga menikmati makan siang dan malam mereka disini, setelah eva merengek kepada esme bahwa dia belum ingin pulang dan mau makan bersama catra. Jadilah esme menelfon pelayan rumah untuk membawakan makan siang untuk si bocah, begitupun saat matahari terbenam. Setelah menyelesaikan makan malam mereka, esme, eva, dan catra berjalan bersama kearah Green heights dimana rumah catra terletak di sana. Green cove sendiri terbagi menjadi tiga section; green riverpark, green heights, dan de prairie tempat rumah-rumah mewah berdiri disana, termasuk rumah keluarga affiat. Satu-satunya rumah yang kelewat mewah di de prairie. Setelah mengucapkan selamat malam dan memastikan bahwa catra sudah masuk kedalam pintu rumahnya, esme dan eva pergi dari taman depan rumah sang pangeran dan berjalan menuju.. tempat asalnya.

    January 26 2012, 07: 00 AM
    Eva terbangun oleh suara alarm yang menunjukkan pukul 07:00 pagi. Pagi yang cerah, sama seperti hatinya yang cerah karena hari ini dia akan di wisuda setelah sebulan yang lalu dosennya akhirnya menerima skripsi sang putri yang sangat mencintai seni ini. Dia mengenakan electric print shirt dress berwarna azure blue, ditemani dengan kerutan di sepanjang bagian dadanya yang terbelah cukup panjang. Memperlihatkan kulit mengkilap eva yang berbau khas strabwerry dan kiwi. Dia meraih kotak jewelery lamanya dan mengambil LC Lauren Conrad bobby pin yang sama seperti 13 tahun yang lalu dan menjepitkannya di rambut ikalnya.

    Seraya mendengarkan satu persatu nama-nama kerabatnya dipanggil ke atas panggung yang sudah dia injak beberapa menit sebelumnya untuk diberi ucapan selamat dan tanda kelulusan yang resmi, sang putri sibuk dengan kertas pidatonya. Ya, dia diberikan kesempatan berpidato hari ini. Sebagai penghormatan karena dirinya adalah salah satu dari tiga mahasiswa yang lulus dengan nilai terbaik di fakultas interior design binus university. Dan inilah waktunya, dimana dia harus berjalan keatas panggung dan memulai pidatonya. Eva berbicara dengan lancar diatas panggung, gerak-geriknya tidak memberikan tanda-tanda bahwa dia sedang gugup saat itu. Sebelum menutup pidatonya, eva dipersilahkan untuk berbicara tentang hari ulang tahunnya yang kebetulan adalah hari ini. 21 tahun sudah berlalu. dan tiba-tiba saja pikirannya langsung terbang ke masa 13 tahun yang lalu.

    “13 tahun yang lalu, Hari itu adalah hari ulang tahunku yang ke delapan. Dimana aku bertemu dengan seorang teman kecil. aku berpikir dialah pangeran yang akan bersamaku sampai akhir kisahku, ditemani dengan kalimat ‘happily ever after’ yang selalu di tuangkan ke dalam dongeng-dongeng seorang putri. Tapi besoknya, saat aku bangun dari tidurku aku sudah berada di sebuah tempat yang berbeda. Tidak sepanas indonesia, tidak semacet indonesia. Dan aku baru tersadar bahwa aku sudah meninggalkan pangeranku. Tanpa meninggalkan sepatu kaca. Dihari itu pula aku langsung meyakinkan diriku bahwa aku harus meraih cita-citaku. Agar aku bisa bertemu sang pangeran lagi. Seenggaknya kesuksan yang kuraih sekarang lebih baik kan daripada ninggalin sebelah sepatu kaca yang sekarang bisa aja dibikin duplikatnya?” sentak semua orang didalam ruangan tertawa, sedikit terhibur dengan rasa humor yang terdapat didalam darah eva. “Pendek kata, kalau hidup sebaiknya kamu punya tujuan. Walaupun tujuan itu Cuma sebuah mimpi cerita dongeng belaka. Cheers for all!” dan sekali lagi toga yang dipegangnya langsung diangkat tinggi keatas, diikuti dengan kerabat-kerabatnya dan sorakan juga tepuk tangan dari para penonton.

    Eva banyak mendapat selamat dari semua orang hari ini. Mulai dari sahabatnya, sampai para kerabat dan keluarga-keluarga dari mahasiswa fakultas interior design yang tidak dia kenal. Ucapan selamat yang dia terima pun beragam, mulai dari selamat atas kelulusannya, selamat atas pidatonya yang menghibur itu, selamat karena dia berulang tahun, dan juga-

    “Congratulation, you’ve found your prince” selamat karena dia telah menemukan kembali pangerannya. Catra berdiri disana, tepat didepan eva. Membawa mawar merah dan cheesecake yang langsung eva tau walaupun kuenya tidak terlihat karena ditutupi oleh kardus gold bertuliskan TheCheesecakeFactory. Catra memberikan cheesecake itu kepada esme, yang juga datang di hari wisuda eva. Dan dihari ini, bertambah pula satu orang yang akhirnya sadar besarnya arti seorang anak. Mrs. Nana Affiat berdiri disamping esme, memperhatikan kedua sejoli yang diam ditempat mereka masing-masing sambil memberikan tatapan penasarannya kepada esme. Lalu kedua orang tua itu pergi dari tempat mereka, memberikan sedikit ruang untuk si bocah yang sudah beranjak dewasa ini. Eva masih menganga melihat sosok didepannya. Tidak berubah sama sekali. Still the old catra. Yang misterius, yang orang asing, tapi ada rasa nyaman dan aman saat eva berada didekatnya. Setelah akhirnya sadar untuk menarik nafas lagi, eva langsung melompat kearah catra, melingkarkan tangan mungilnya ke leher sang pangeran yang disambut dengan pelukan hangat catra.

    “I love you” bisik catra tepat ditelinga eva. Saking dekatnya, eva bahkan bisa merasakan hembusan nafas catra yang menggelitik leher dan telinganya. Eva tidak perlu menjawab semuanya. Karena saat eva mempererat pelukannya, saat itu pula catra tau jawabannya. Lewat degupan jantung eva yang terdengar jelas di tengah-tengah keramaian. That eva loves him too. That the prince and the princess are finally live happily ever after.

    Author end note:
    Cerita ini terinspirasi dari temen aku :) nama aslinya bukan eva, tapi aku ngambil nama keluarganya yaitu affiat. nama cowoknya juga salah satu nama temennya dia. jadi ga susah lah buat aku ngebikin cerita ini :) Happy reading!

    PS: kritik dibutuhin bangeet :) thanks!
     
    Last edited: Mar 17, 2012
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Kritik 1

    Spasi. Enter. Jarak antar text.

    Kenyamanan pembaca adalah hal yang penting di luar isi cerita.
     
  4. Lazt_stand M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Aug 15, 2009
    Messages:
    4,286
    Trophy Points:
    193
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +3,432 / -0
    Well. krn udah dini hari dan sy ckup ngantuk+tidak enak dibaca krn sebab2 yg disebutkan maxmarcel, sy baru baca sampe ini doank


    Comment sy

    Sepanjang masih ad terjemahan indonya yg pas, hindari penggunaan bahasa seperlima inggris kecuali klo karya sampeyan full inggris ky pny high_Time


    sy rasa lebih enak "ibu asuhnya"


    Selebihnya, cara penyampaiannya bagus. Coba deh dibenahi dlu hal2 yg dikritik si max biar enak dibaca :hmm:
     
  5. yvonemelosa Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 26, 2012
    Messages:
    31
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +9 / -0
    judulnya menarik, tapi jadi males gara-gara jarak tulisannya, ga ada spasi or enter :gigit:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.