1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

SongFic Go go Adventurer [Doraemon no u ta - Satoko Yamano( Doraemon )] :: [SE2012-C]

Discussion in 'Fiction' started by Giande, Feb 12, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Well semua pasti tahu yang namanya doraemon no uta :haha:

    [video=youtube;zRq3fApeUUY]http://www.youtube.com/watch?v=zRq3fApeUUY[/video]

    konna koto ii na
    dekitara ii na
    anna yume konna yume ippai aru kedo
    minna minna minna
    kanaete kureru
    fushigina POKKE de kanaete kureru
    sora o jiyuu ni tobitai na

    hai takekoputaa

    AN AN AN
    tottemo daisuki
    DORAEMON

    shukudai touban shiken ni otsukai
    anna koto konna koto taihen dakedo

    minna minna minna
    tasukete kureru
    benrina dougu de tasukete kureru
    omocha no heitai da

    sore tototsugeki

    AN AN AN
    tottemo daisuki
    DORAEMON

    anna toko ii na
    iketara ii na
    kono kuni ano shima takusan aru kedo

    minna minna minna
    ikasete kureru
    mirai no kikai de kanaete kureru
    sekai ryokou ni ikitai na

    ufufufu doko demo DOA

    AN AN AN
    tottemo daisuki
    DORAEMON
    AN AN AN
    tottemo daisuki
    DORAEMON
    Aku ingin begini
    aku ingin begitu
    aku ingin ini itu banyak sekaliiii

    semua semua semua
    dapat dikabulkan
    dapat dikabulkan
    dapat dikabulkan dengan
    kantong ajaibbbbb


    aku ingin terbang bebas
    di angkasa

    baling baling bambu

    ang ang ang

    aku sayang sekali
    doraemonkuuu

    Ficnya di bawah :top:

    well ya ini fic emang murni terinspirasi oleh lagu doraemon :peace:
    Yakinlah
    yakinlah
    yakinlah
    yakinlah
    yakinlah
    yakinlah

    :lalala:
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Feb 12, 2012
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Go go Adventurer - doraemon no uta

    Wajah – wajah penuh ketegangan , tidak sabar, dan penuh tekad mewarnai tepi pantai pulau Miliocent. Mereka para adventurer yang datang untuk berkompetisi untuk sebuah kapal.Kapal milik seorang veteran adventurer yang berencana untuk pensiun.

    “S E L A M A T D A T A N G !!” Suara bergemuruh di tepi pantai. Suara itu milik pembawa acara kompetisi kali ini, namanya…

    “Saya Homer sangat bangga bisa memandu kalian para adventurer masa depan. APA KALIAN SUDAH SIAPPPP?” Tanya Homer, tidak ada sautan dari para peserta

    Di sebuah kapal salah satu kelompok peserta berdiri seorang tinggi besar, wajah penuh percaya diri. Ia sengaja tidak mengenakan bajunya yang besar sehingga terlihat seperti mantel menutupi dirinya. Sebuah tongkat digenggam di kedua tangannya, sambil memutar tongkat ia berkata

    “Kapal itu akan menjadi milikku !” Pria itu bernama Septimus Kearn, walaupun penampilannya seperti itu, dialah pemimpin kelompok ini. Paling tidak itulah yang terdaftar dalam lembaran formulir peserta mereka di kompetisi ini

    “Berhentilah bertingkah seperti itu Sep, kapal ini jadi bergoyang dan itu membuatku pusing.” Kata seorang perempuan yang duduk di pojokan. Perempuan bermata violet, rambut panjang yang juga berwarna sama. Ia menggunakan gaun panjang menutupi seluruh tubuhnya, dan di kedua lengannya, masing – masing terdapat sebuah Gauntlet bermata crystal.

    “Perlu kuambilkan air? Atau mau aku pijat? Nona Fiala Ozora” Tawar seorang laki – laki kurus, tinggi, tubuhnya tampak lincah. Ia mampu bergerak dengan leluasa di atas kapal.

    Fiala ozora menolak dengan tegas, dan langsung melempar bola api kecil dari Gauntlet-nya untuk mengusir pria kurus yang bernama Lyndal Lovell.

    “Hei hati – hati !!” Protes pria gemuk yang berdiri di sebelah Lyndall. Selain perut yang besar, pria itu juga membawa tas besar di punggungnya. Katanya itu adalah perlengkapan hidup yang penting buatnya.

    “Hahaha jangan terlalu kaku begitu Berk. Sebagai seorang ahli strategis kamu harus fleksibel dalam menghadapi segala kemungkinan. Kamu kan seorang jenius” Puji Septimus menengahi

    Pria gemuk yang bernama lengkap Berk Asvis itu ingin protes, tapi ia mengurungkan niatnya begitu mendengar kata jenius dari mulut Septimus.

    Satu lagi anggota kelompok mereka adalah seorang perempuan yang masih tertidur di sebelah Fiala. Wanita itu berpostur lebih kecil dibanding Fiala, rambut hitamnya dirajut rapidi belakang. Ia menggunakan gaun pendek berwarna hitam dengan strip putih, dan di bagian pinggangnya terikat talit yang masing – masing ujungnya terdapat sebuah mata pisau kecil.

    “Hoammm, ini dimana?” Kata perempuan itu
    “Kita sudah sampai di Miliocent, nona Shara Val.”Jawab Lyndal dengan suara merayu
    “Ehhhh apa? Kan sudah aku katakan aku tidak mau ikut. Menjadi adventurer itu pekerjaan yang berbahaya” katanya gemetar
    “Tenang saja nona Shara Val, aku Lyndall Lovell akan melindungimu. Itu janjiku sebagai laki – laki”
    “Benar itu, dan kemampuan dan pengetahuanmu sangat berguna dalam kompetisi ini. Ah tidak kemampuanmu itu memang lebih cocok sebagai adventurer. Pengetahuanmu tentang tumbuh-tumbuhan. Kamu sangat dibutuhkan’ Tambah Septimus

    Shara hanya bergidik diam, ia terdiam tidak menjawab. Ia senang mendapat pengakuan tapi masih ragu-ragu.

    “Kamu selalu berkata seperti itu dari kecil. Hampir pada semua orang” Kata Fiala ketus
    “Kenyataannya memang begitu. Kalian semua disini, semua aku butuhkan untuk mencapai keinginanku sebagai adventurer. Untuk mendapatkan kapal itu. Berk dengan otak jeniusnya akan membantu dalam menentukan strategi, Shara dengan pengetahuan akan tumbuh-tumbuhan akan membantu kita dalam melewati rintangan di daerah penuh tumbuhan tidak dikenal, dan kamu Fiala. Kemampuanmu sebagai Cryers 3 elemen sudah pasti itu salah satu syarat untuk menjadi adventurer kemampuan tempurmu yan.. .”

    Fiala langsung menjitak kepala Septimus

    “Aku sama sekali tidak bangga dibilang sebagai kekuatan tempur. Ya sudahalah aku sudah terlanjut datang kesini juga.”

    Septimus tersenyum

    “Kalau aku Sep? keahlianku apa?” Tanya Lyndal

    Septimus tampak berpikir keras,

    “Singkat kata kamu dibutuhkan sebagai tum…” Perkataan Berk langsung dipotong oleh Septimus
    “Siapa lagi yang akan melindungi para wanita disini selain kamu Lynd? Kamu punya peran paling besar disini.” Puji Septimus

    Sementara itu para peserta lain sudah mulai bersiap, pembawa acara, Homer juga sudah selesai menjelaskan aturan singkat kompetisi ini. Target dari kompetisi ini adalah mendapatkan bendera yang tertancap di puncak gunung yang berada di ujung lain pulau Miliocent.

    Peraturannya ada dua, pertama tidak boleh membunuh, yang kedua tidak boleh menggunakan kendaraan terbang. Itu berarti setiap peserta diperkenankan menghambat bahkan menghentikan peserta lain selama tidak membunuhnya. Kompetisi ini diikuti oleh kelompok, tapi setiap individu boleh menyerah sendiri tanpa berpengaruh terhadap anggota lain dalam kelompoknya, ini untuk mencegah keegoisan salah satu anggota. Artinya walaupun kompetisi dalam bentuk kelompok, tapi mereka juga bisa bertindak secara individu. Hanya jika salah satu anggota membunuh peserta lain sangsi tetap dikenakan terhadap kelompok yaitu diskualifikasi dan harus berhadapan dengan pengadilan. Tentu saja penggunaan crystal diperbolehkan.

    Crystal adalah sumber energi. Energi yang dihasilkan oleh crystal bermacam – macam mulai dari angin, api, air, es, bahkan petir tergantung pembuatan dan asalnya. Sebagian crystal hanya dipunyai keluarga bangsawan tertentu sebagian dijual secara umum. Pengguna crystal disebut Cryers, mereka mampu menembakan dan menipulasi energi dalam crystal sesuai keinginan mereka. Biasanya setiap orang mempunyai kecocokan sendiri pada masing – masing jenis crystal dan normalnya hanya satu jenis crystal, tapi pengguna crystal yang profesional atau berbakat mampu menggunakan bermacam – macam jenis crystal dan menghasilkan kemampuan yang luar biasa. Fiala salah satu orang berbakat, ia mampu menguasai 3 jenis crystal berbeda.

    Sebagai seorang adventurer penggunaan crystal sangat penting dalam petualangan mereka. Bisa dikatakan crystal adalah senjata utama para adventurer.

    “Sebelum kita mulai kompetisi ini mari kita dengar beberapa patah kata dari verteran adventurer empunya kapal ini, TUAN EISENMEER ROST!” Teriak si pembawa acara di podium tempatnya berdiri.

    Disana tampak beberapa orang duduk di kursi juri, dan yang paling kelihatan adalah seorang dengan rambut putih dengan wajah tegar mata bagai burung elang yang siap menyantap, tubuh kekar, dan berbagai jenis senjata tergantung di sisi celananya. Guratan wajahnya tidak menunjukan orang itu sudah tua dan keriput tapi malah memberi kesan garang. Ya dialah Eisenmeer Rost salah satu adventurer veteran yang terkenal. Berbagai kisahnya telah banyak dikisahkan.

    Eisenmeer Rost masih diam memandang para peserta setelah diberi kesempatan oleh si pembawa acara. Suasana menjadi tegang. Entah apa yang ada di dalam pikiran adventurer veteran itu.

    “TUNJUKAN KALAU KALIAN PANTAS MENGGUNAKAN KAPALKU, HOLZ FLIEGE!!”

    Sebuah kalimat, tapi mempunyai aura menekan. Semua peserta tampak tegang sekaligus tambah bergairah dalam kompetisi. Septimus sendiri juga tampak bersemangat ia sudah tidak sabar untuk berlari dan mendapatkan kapal untuk digunakannya sebagai adventurer.

    Si pembawa acara, Homer kembali memimpin acara. Tampak sebuah layar besar hologram muncul di tengah udara.

    “Kami memonitor semua tempat jadi jangan kuatir, kalau kalian menyerah tim penyelamat akan langsung menolong kalian.” Kata si pembawa acara.

    “BERSIAPPPPPPPP …..”

    Semua peserta tampak mengambil posisi siap tempur. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi, darimana mereka akan di uji ataupun diserang oleh peserta lain. Semua adalah saingan. Septimus sendiri sudah siap bergerak ia terus memainkan tongkatnya.

    “KOMPETISI MULAIIIIIII !!”

    Bersamaan dengan itu berbagai peserta langsung bergerak maju, Septimus juga ingin langsung berlari kencang tapi sebuah tarikan dari belakang membuatnya tertahan dan terjatuh. Berk menahan Septimus.

    “Ayo bergerak, tunggu apa lagi?”

    Berk menggeleng – gelengkan kepalanya, sementara yang lain asik dengan diri mereka sendiri.

    “Kita tunggu sekitar 15-30 menit dulu. Biarkan peserta lain saling menghabisi. Kita tinggal menikmati hasilnya. Kalau sekarang kita ikukt bergerak pasti kita juga menjadi sasaran.” Berk memberi masukan

    Septimus mengangguk –angguk setuju. Ia merasa yakin kalau dia tidak salah membawa orang. Seorang jenius yang ahli membaca situasi. Septimus memuji pengamatan Berk. Beberapa saat kemudian terdengar suara ledakan dan teriakan dari arah pulau. Tampaknya perkiraan Berk tepat sasaran. Para peserta saling bersaing menjatuhkan satu sama lain.
    Tapi bukan hanya kelompok Septimus yang berpikiran seperti itu, beberapa meter dari tempat kelompok Septimus, sebuah kelompok yang terdiri dari 3 orang juga melakukan hal yang sama. Mereka menunggu. Septimus langsung mengenali salah satu dari mereka, seorang berambut kuning keemasan memakai mantel berbulu dan pedang disarungkan di pinggang, wajah yang bersih, seorang keluarga bangsawan.

    “Cih Macklin Dunner, orang yang paling tidak ingin aku lihat. Putra bangsawan Dunner yang bermain adventurer. Sial ternyata dia punya pemikiran sama dengan Berk.”

    Septimus menggerutu tidak senang. Pria bernama Macklin itu kemudian melirik ke arah kelompok Septimus sambil tersenyum. Kedua orang lain disamping Macklin, seorang pria berkulit gelap, tubuhnya besar sekitar 2 kalilipat dari orang dewasa berdiri tenang. Dan seorang lain adalah perempuan dengan dandanan manis, memakai gaun berenda, rambut panjang yang tertutup topi berenda, serat wajah manis. Mata perempuan itu terus memandang Macklin tanpa peduli sekitarnya.

    Septimus mencoba untuk tidak memperdulikannya.

    22 menit berlalu

    Suara dentuman, dan efek akibat crystal masih terlihat dari kejauhan. Septimus merasa ini sudah waktunya mereka bergerak, kalau lebih lama lagi mereka akan tertinggal jauh dari kelompok terdepan.

    “Ayo kita mulai!!” Teriak Septimus

    Saat mereka hendak turun ke pantai tiba – tiba pasir pantai yang lembut bergetar dan timbul ledakan yang tidak mereka sangka tepat di depan mereka berdiri. Salah seorang teman dari Macklin yang bertanggungjawab akan peristiwa itu,.

    “Adios Septimus!” Gumam Macklin pelan kemudian ia langsung bergerark bersama kedua rekannya.

    ***
    “Sialan MACKLINNNN !” Gerutu Septimus dalam hati. Septimus menggunakan kemampuan crystal angin pada tongkatnya untuk menyingkirkan timbunan pasir yang menutupinya.

    Ledakan itu tidak berbahaya, hanya membuat mereka tertahan sejenak. Fiala dengan mudah menahan serangan itu dengan kemampuanny sebagai cryers 3 elemen, ia juga melindungi Shara. Sedangkan Lyndall, walaupun tubuhnya kkurus diluar dugaan ia mempunyai kekuatan fisik yang cukup menahan gundukan pasir yang menimbunnya. Ia tidak bersusah payah untuk keluar. Nasib sial menimpa Berk, ia tidak punya kemampuan fisik, ditambah perutnya yang gendut dan nasibnya yang sedikit sial, diantara pumpukan pasir yang menimpanya ternyata ada batu cukup besar yang ikut bersamanya, ia pingsan dengan sukses di dalam timbunan pasir

    Septimus berusaha keras untuk membangunkan Berk, tapi usahanya sia – sia. Berk tampak tertidur pulas.

    “Sudah tinggalkan saja pria gemuk itu” Kata Fiala ketus, ia masih sibuk membersihkan dirinya karena beberapa butiran pasir menempel di tubuhnya.

    “ Fiala benar Sep, kalau batu kecil seperti tiu saja membuatnya pingsan, aku yakin dia tidak akan mampu bertahan di ujian kompetisi ini. Apalagi nona Fiala sudah berkata demikian, ah semua perkataan nona Fiala itu harus kita dengar.” Kata Lyndall berapi – api

    Walaupun alasan bagian akhirnya tidak mengenakan, tapi Septimus merasa itu benar.

    “Pengorbananmu tidak akan aku lupakan Berk. Bertahanlah sampai kami kembali.” Kata Septimus sambil meneteskan airmata “Teman – teman ayo kita balas perbuatan Macklin”

    Tidak ada balasan, Fiala hanya berjalan mengikuti Septimus, dan Lyndall berjalan mengikuti Fiala.

    “Anu… aku boleh tetap disini?” Tanya Shara sedikit gemetar “A..a…aku pasti hanya menjadi be,,beban”

    Septimus segera berbalik menuju Shara

    “Kamu aku butuhkan. Ayo jalan” Jawab Septimus singkat

    Shara hendak membalas…
    “Aku akan melindungimu, tenang saja” Kata Lyndall

    Shara masih tidak yakin
    “Dia memang suka seenaknya sendiri, dan suka bohong, tapi perkataan barusan itu jujur, percayalah.”Bisik Fiala
    “Eh…tidak biasanya kamu memuji Septimus, Fiala”
    “Bo..bodoh, itu bukan memuji tapi hanya kenyataan yang aku ketahui. Aku hanya percaya pada diriku sendiri. Sudah ayo kita jalan.”

    Shara hanya tersenyum geli mengikuti langkah Fiala. Tinggal Lyndall yang meratapi nasibnya karena tidak dipedulikan.

    ***
    Pulau Miliocent terbagi menjadi 3 bagian, yaitu hutan gelap, padang ilusi, dan Gunung condor. Setiap tempat mempunyai tantangan kesulitan tersendiri. Dan untuk melalui semuanya dibutuhkan keahlian juga kerjasama solid. Maka dari itu pulau ini sering dijadikan tempat ujian para adventurer.

    Wilayah pertama adalah hutan gelap, untuk mencapainya para peserta harus melewati sungai selebar 24 meter. Hanya ada sebuah jembatan yang berdiri diatas sungai itu, tempat yang tepat untuk menghadang orang yang ingin melangkah maju.

    Aliran sungai yang deras membuat orang tidak akan mamppu melewati sungai dengan mudah, ditambah lagi predator ikan yang secara berkelompok menunggu di dasar sungai. Butuh kemampuan luar biasa atau kegilaan dilevel yang sama untuk menyebrang sungai dengan berenang.

    Septimus dan rekan – rekannya sampai di tepi jembatan setelah berjalan beberapa ratus meter dari tempat mereka bermula. Suasana tenang tidak dirasakan, sekeliling mereka tampak percikan darah terlihat di sekitar jembatan, entah apa saja yang telah terjadi disini dalam waktu 30 menit. Tampak seorang wanita dengan pakaian super ketat berdiri di atas jembatan. Tubuhnya yang seksi terlihat jelas, warna bajunya yang hitam terlihat penuh bercak darah, disampingnya berdiri 2 ekor hewan buas yang dikenal sebagai Nagel wolf, serigala yang mempunyai cakar dan taring 2 kali lebih tajam dari serigala normal.

    “Beast master ya” Gumam Septimus.
    “Ahh.. ternyata masih ada peserta yang tersisa.slurpp” Wanita itu menjilati sarung tangannya yang masih ada darah. Kemudian ia menjentakan cambuk ditangannya sambil menantang.
    “Sebagai peserta terakhir aku akan memberi handicap bagi kalian. Kedua Nagel Wolf pergilah beristirahat, kembalilah ke hutan gelap. Kalian sudah bekerja keras.” Perintah wanita itu.

    Kedua serigala itu mengaum tanda tidak setuju, tapi tatapan mata wanita itu membuat keduanya keder, dan berlari meninggalkan wanita itu masuk ke dalam hutan gelap.

    Kembali wanita itu memainkan cambuknya dan menantang.

    “Ayo maju, Tunjukan kalau kalian pantas untuk menggunakan kapal milik Eisenmeer. Peraturannya mudah, kalian hanya butuh melewati jembatan ini. Kalau berhasil menyentuh sisi seberang, aku tidak akan menahan kalian lagi. Tapi itu kalau ber ha sil.”Kata wanita itu sambil menatap penuh nafsu

    “Baiklah sebagai ketua kelompok aku yang akan menahan dia, dan kalian pergi menyebrang.”Kata Septimus berjalan menuju jembatan

    “Tunggu dulu Sep” Lyndal menghadang Septimus
    “Kamu ketua, tidak boleh tumbang di awal. Biar aku yang menghadapinya” Kata Lyndall penuh semangat

    Septimus memandang Lyndall

    “Lyndalll…. Kamu. Baiklah aku mengerti. Tapi lebih baik kamu hentikan dulu mimisanmu itu.”
    “Ah ini? Ini hanya lambang semangat darah muda. Serahkan wanita itu padaku.”

    Lyndall berjalan dengan penuh heroik menuju jembatan, semakin dekat, hidungnya semakin semangat mengeluarkan darah.

    “Jangan lupakan aku ya cewek – cewek” Kata Lyndal berbalik sesaat

    Fiala hanya mendengus, sedang Shara bersembunyi di balik tubuh Fiala.

    “Apa tidak masalah kita serahkan pada dia?”
    “Kamu pikir kenapa dia aku ikutkan sebagai anggota? Dia punya kemampuan….”

    Belum selesai Septimus berkata, Lyndall berteriak keras dan langsung berlari maju. Tujuannya hanya satu. Wanita bercambuk itu tidak berdiam saja, ia segera mengayun – ayunkan cambuknya untuk menghentikan langkah Lyndall. Deru angin menghembus kencang seiring ayunan cambuk itu.

    “Dia menggunakan crystal angin pada cambuk itu.” Kata Fiala.

    Hembusan angin yang ditimbulkan cambuk itu mampu mengiris daging manusia. Lyndall bukanlah seorang Cryers, dia hanya terus bergerak maju sambil menghindar sebisanya. Walaupun tubuhnya terus teriris sayatan angin ia terus bergerak maju. Ia sama sekali tidak melepaskan pandangan pada wanita bercambuk itu, lebih tepatnya pada tubuh wanita bercambuk itu. Napasnya memburu, ia bergerak dengan nafsu yang memenuhi pikirannya. Dalam otaknya hanya ada satu harus sampai ke tempat wanita itu.

    Melihat tatapan penuh nafsu dari Lyndall, wanita itu sedikit gemetar, dan terus berusaha memainkan cambuknya agar gerakan Lyndall terhenti. Tapi sia – sia, Lyndal bergerak semakin dekat, bahkan ia tidak berhenti walaupun terkena cambuk secara frontal. Lyndall seakan tidak merasakan sakit, walaupun tubuhnya sudah penuh luka.

    Wanita itu sebenarnya bisa menggunakan kemampuannya untuk membunuh Lyndall, tapi sebagai penguji ia tidak boleh melakukannya, ia membatasi kemampuannya dengan limiter yang dipasang di cambuknya.

    “Sial sial sial sial BERHENTI KAMUUU BRENGSEKK” Umpat wanita itu

    Ia mengambil ancang – ancang dan mengayunkan cambuknya sekuat tenaga ke arah Lyndall yang hanya berjarak 3 meter di depannya. Tanpa diduga Lyndall mampu menghindar ayunan cambuk itu. Kesempatan itu langsung di gunakan oleh Lyndall, ia melompat ke arah wanita itu.

    “TIDAKKKK” Erang wanita itu

    Lyndal tidak memberi kesempatan ia langsung memeluk erat – erat tubuh wanita itu.

    “SEKARANG CEPAT LEWAT!” Teriak Lyndall. Walaupun tubuhnya penuh luka, tapi wajahnya menunjukan rasa puas

    Septimus tidak menyia – nyiakan hal ini, ia langsung menarik tangan Fiala dan Shara untuk segera melewati jembatan. Wanita itu hanya bisa pasrah membiarkan Septimus lewat, ia hanya bisa meronta berusaha melepaskan diri dari Lyndall, tap tenaga nafsu Lyndall lebih besar dari yang dia perkirakan, ditambah lagi dia sudah lelah menghadapi banyak peserta.

    Beberapa saat kemudian Septimus, Fiala, dan Shara berhasil sampai di ujung jembatan. Septimus berbalik badan memberi penghormatan terakhir pada teman seperjuangannya

    “Perjuanganmu tidak akan kusia – siakan Lyndall.”

    ***
    Setelah berjalan beberapa menit Septimus, Fiala dan Shara kini berhadapan dengan hutan gelap. Kumpulan pohon berumur puluhan bahkan ratusan tahun tumbuh subur di hutan ini. Daun – daun tumbuh rindang hingga menghalangi sebagian besar sinar matahari yang menerobos masuk. Tiba – tiba muncul layar besar di sebelah mereka…

    “Selamat datang di hutan gelap. Ujian kedua sama mudahnya dengan ujian pertama. Kalian hanya perlu melewati hutan ini. Bagaimana? Kalian sudah siap? Hutan gelap tidak hanya gelap seperti namanya, tapi juga mempunyai kemampuan untuk meredam energi crystal. Ah iya, tentunya selain Nigel Wolf masih banyak hewan liar lain yang hidup di hutan ini. Semoga berhasil …”
    Bersamaan dengan kata terakhir layar itu menghilang.

    “Ehh… bagaimana ini?” Kata Shara takut
    “Ya kita maju, hanya itu satu – satunya jalan” Jawab Septimus

    Fiala hanya geleng – geleng, “Kamu itu dari dulu tahunya hanya maju kedepan untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan.”

    “Kenapa aku setuju untuk iku tkamu kesini ya? Aghh…”
    “Ayo Fiala, shara, kita jangan menunda lagi. “ Ajak Septimus

    Walaupun Shara ketakutan, ia sedikit tertolong dengan semangat Septimus, akhirnya ia memutuskan untuk berjalan mengikutnya. Fiala tidak punya pilihan lain. Baginya sudah terlanjut ikut datang kesini. Menyerah bukanlah keputusan yang dia sukai, jadi satu – satunya yang bisa dia lakukan adalah maju.

    Suasana hutan gelap sama seperti namanya, GELAP. Suasana tampak kelam, batang – batang pohon besar penuh dengan lumut, lembab, bahkan suara – suara hewan dalam kegelapan seakan terus mengintai mereka membuat suasana terus tegang. Dalam keadaan normal kemampuan crystal Fiala mampu membuat bola api yang besar yang dapat menerangi dalam radius 20 meter, tapi saat ini kemampuan crystal tidak bekerja dengan maksimal karena kekuatan alam dari hutan.

    Septimus, Fiala dan Shara terus berjalan dalam remang – remang cahaya bola api. Mereka tidak dapat menentukan arah, dari satu tempat ke tempat lain semua tampak sama. Saat mereka menengadah ke atas hanya tampak tumpukan dahan dan daun yang menutup, dan mereka tidak bisa menandai dimana mereka sekarang. Apa yang mereka lakukan hanya terus berjalan maju, tapi langkah mereka seakan berputar – putar di tempat yang sama. Shara semakin ketakutan dan terus menggenggam erat tangan Fiala, ia sudah tidak tahan dengan suasana ini.

    “Ra…rasanya aku ingin pi…pingsan saja” Bisiknya pelan “Kuharap….ini hanya mim…pi” Tambahnya

    Tiba – tiba Septimus berhenti. Dalam kegelapan seperti ini, ia hanya bisa mengandalkan telinga dan perasaannya. Saat ini ia merasa ada sesuatu yang memandangi mereka, dan semakin dekat.

    “Tahan…” Katanya pelan

    Fiala juga mulai merasakan ada aura menekan di dekat mereka. Dia menjadi waspada.

    “Ini buruk Sep, kalau kita diserang disini… kemampuanku tidak akan berguna. Aku tidak dapat menggunakan crystal.”Kata Fiala

    “A..ada…apa ini?” Shara ketakutan, lututnya tambah gemetar kehilangan tenaga. Ia tertunduk lemas.
    “Aku memang tidak dibutuhkan…..pengetahuanku….pengetahuanku tentang flora sama sekali tidak bisa dimanfaatkan!”
    “Itu tidak benar, kamu adalah bagian dari kelompok Septimus. Dan tidak ada yang tidak berguna.”Balas Septimus
    “Tapi…”
    “Hmm, situasi ini … aku butuh kamu Shara!” Kata Septimus sambil menatap Shara serius
    “Hah? A…apa yang bisa aku lakukan??” tanya Shara keheranan
    “Aku butuh kamu pingsan”
    “Eh??” Shara kebingungan
    “Benar juga, kamu harus pingsan Shara” Tambah Fiala. Tidak ada naga bercanda dalam perkataannya
    “Tapi…tapi..”Shara tidak tahu harus berkata apa.

    Aura menekan semakin mendekat, terdengar geraman kecil di balik kegelapan.

    “Untuk melewati hutan ini kita membutuhkan dirimu pingsan Shara, ayo demi tim.” Pinta Septimus
    “Iya.. iya aku juga mau pingsan dan tidak berada dalam situasi seperti ini… tapi bagaimana caranya untuk pingsan?” Protes Shara
    “Tidak ada cara lain, aku akan bantu…” Septimus langsung mengangkat tongkatnya hendak memukul Shara.

    Fiala langsung mengarahkan tinju ke arah Septimus

    “Dasar bodoh. Apa yang kamu pikirkan melukai Shara?” Protes Fiala
    “Tapi..”
    “Tidak ada tapi… dasar bodoh.” Kata Shara melotot, Septimus jadi tidak bisa berbuat apa – apa

    Fiala dan Septimus merasakan hembusan angin disertai tekanan dari samping mereka. Seekor hewan melompati mereka, dan jatuh tepa di hadapan Shara

    GROARRRRRRRRRRRRR!!!

    Hening,,,,,

    “KYAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!” Shara berteriak ketakutan. Shara tidak dapat menahan rasa kaget, takut, dan cemas akhirnya jatuh pingsan.

    Fiala dan Septimus hanya terdiam melihat apa yang barusan terjadi. Di hadapan mereka sekarang ada seekor hewan besar, lebih besar dari Nigel Wolf, mempunyai mata merah tajam menusuk, mempunya rambut seperti singa tapi berwarna gelap. Taring dalam mulutnya terlihat mencolok karena sepanjang sekitar 20 cm. Hewan itu berdiri melihat Shara yang terjatuh, mencoba untuk mengendusnya.

    “Kita hanya bisa menunggu Val.” Bisik Septimus lemah

    Fiala tidak menjawab, hanya terlihat mengangguk kecil. Sementara tubuh Shara, Shara Val terlihat berdetak, dan mengeluarkan uap panas. Tubuhnya perlahan berubah, lingkar dadanya bertambah, pinggulnya menjadi lebih besar, dan rambutnya bertambah panjang. Tiba – tiba matanya terbuka dan menatap tajam ke arah hewan di depannya. Naluri hewan itu secara refleks bergerak mundur, dan terus menggeram lemah. Shara Val kemudian berdiri, ia tampak lebih tinggi. Ia langsung berbalik melihat ke arah Septimus dan Fiala.

    “Sekarang apa yang kalian lakukan lagi terhadap Shara?” Tanyanya
    “Eh tidak ada Val, harusnya kamu kan tahu. Kamu kan Shara Val eh bukan sekarang kamu bernama Val Shara.”Jawab Septimus.
    “Cih, gadis itu memang lemah terhadap ajakanmu.” Val mendengus

    Shara Val, atau Val Shara, dua pribadi dalam satu tubuh. Shara Val cewek lemah, penakut, dirinya selalu gugup, tapi punya pengetahuan dalam mengenai flora. Lain halnya dengan Val Shara, kepribadian Val Shara bertolak belakang dengan Shara Val. Val orang yang tegas, pemberani, dia bahkan lebih galak daripada lelaki pada umumnya. Perbedaan mencolok lainnya adalah kemampuan Val, jika Shara adalah master dalam hal flora, Val adalah master dalam hal fauna yang lebih dikenal dengan sebutan beast master.

    Hewan besar itu terus menggeram ke arah Val, hewan besar itu mempunyai insting tajam kalau perempuan di hadapannya sekarang adalah orang berbeda dan berbahaya.Geraman yang dia buat merupakan bentuk pertahanan diri agar perempuan di hadapannya, Val mundur. Val garuk – garuk lehernya terlihat jengkel karena suara hewan besar itu.

    “dIAMMMMMMMMMM !”

    Teriakan itu mengakibatkan gemuruh angin besar, sebuah peringatan. Salah satu kemampuan beast master, suara mereka mempunyai tenaga yang mampu menekan hewan – hewan liar. Hewan besar di hadapan Val langsung tertunduk lesu akibat bentakan tadi.

    “Kalau begini kan enak, hmmm… seekor Dorion, Rambut hitam tajam ini ciri khas yang paling mencolok dari mereka.” Kata val setelah memastikan hewan di depannya
    “Nah sekarang, sebaiknya apa yang harus kulakukan terhadapmu Sep? menghajarmu karena telah membawa Shara ke sini? Atau merebusmu hidup – hidup sebagai persediaan bahan makanan?”

    “Eh kurasa keduanya bukan pilihan yang bagus….aku punya ide yang lebih baik. Bagaimana kalau kamu membantu kami memenangkan kompetisi ini?” Tawar Septimus.

    Val tidak langsung membalas, dia hanya memandang remeh Septimus. Ia melirik ke arah Fiala.

    “Hahhh…” Val menghela napas
    “Hukuman untuk Septimus kita tunda dulu Val, lebih baik kita segera keluar dari hutan ini. Eh.. hewan Dorion itu… tentu dia bisa menunjuk jalan keluar untuk kita kan?” Kata Fiala.

    Val berpikir sejenak, mungkin itu ide yang bagus. Lagian dia sadar kalau pribadinya yang lain Shara juga pasti menahan dia untuk menghukum langsung Septimus. Jadi lebih baik dia fokus menyelesaikan kompetisi ini dahulu.

    “Hah… baiklah. Kamu beruntung Septimus.” Val kemudian memandang tajam ke arah Dorion, salah satu kemampuan beast master yang mampu memerintah hewan liat sesuai keinginannya melalui pandangan mata.

    Dorion itu mengaum lembut, tampaknya ia mengerti apa yang Val inginkan. Ia langsung menerobos Septimus, dan Fiala.

    “Ayo ikuti dia, tunggu apa lagi?” Ajak Val.

    Dengan penunjuk jalan penghuni hutan gelap ini, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Tidak ada halangan berarti setelah itu di dalam hutan gelap. Kehadian Dorion di sekitar mereka sudah menjadi ancaman bagi hewan liar lainnya, semua tidak berani menyerang. Setelah beberapa belas menit berlari mengikuti Dorion akhirnya mereka melihat sinar matahari yang menerobos masuk hutan, pintu keluar.

    ***
    Dengan penunjuk jalan, Septimus, Fiala, dan Val berhasil keluar dari hutan gelap. Di hadapan mereka kini terhampar padang rumput yang sangat besar. Septimus memicingkan matanya melihat kejauhan, ia tidak dapat menemukan apapun selain hamparan rumput serta beberapa pohon kecil. Sengatan panas matahari sudah mulai terasa saat mereka mulai menginjakan kakinya ke dalam wilayah padang ilusi. Val memutuskan untuk melepaskan kendali dari Dorion, dan menyuruhnya kembali ke dalam hutan gelap. Di keadaan panas seperti padang ilusi, Dorion tidak akan berguna banyak bahkan mungkin menjadi lepas kendali karena pengaruh panas berlebihan.

    “padahal ini bukan gurun pasir, tapi kenapa bisa terasa panas seperti ini ya?” Septimus bertanya – tanya
    “Sayang, itu harus kamu tanyakan pada Shara, bukan aku.”Val menanggapi.

    Tiba – tiba muncul lagi layar besar di dekat mereka. Dan kembali si pembawa acara, Homer mulai berceloteh mengenai rintangan baru.

    “ SELAMATTTTT. Kalian adalah kelompok ke empat yang berhasil melewati hutan gelap, dan sekaligus menjadi kelompok terakhir. Tapi jangan putus asa terlebih dahulu, kalian masih punya banyak kesempatan untuk menang, pertandingan belum berakhir. Ah biar kujelaskan kalau dihadapan kalian itu adalah padang ilusi. Daripada saya membocorkan kesenangan yang akan kalian temui di padang lusi ini, maka saya tidak akan menjelaskan lebih panjang lagi. Selamat berjuang!”

    Layar menghilang.

    Septimus hanya tersenyum kecut melihat apa yang terjadi barusan. Dia kemudian menyemangati anggota lain, dan seperti yang di duga dia tidak dipedulikan sama sekali oleh Fiala, dan Val. Keduanya malah asik bercerita sendiri.

    “Baiklah ilusi atau apapun itu , ayo kita lanjutkan perjalanan ini!” Teriak Septimus semangat

    Fiala hanya bisa mengeluh dan mengikuti Septimus, demikian juga dengan Val.

    Mereka bertiga berjalan memasuki wilayah padang ilusi. Sebuah padang rumput yang luas, dengan terik matahari yang sangat panas. Dan kenapa dikatakan sebagai padang ilusi masih menjadi teka – teki.

    40 menit kemudian

    Septimus, Fiala, dan Val mulai merasakan dahaga yang luar biasa. Padahal belum setengah jam perjalanan. Tapi dahaga ini bukan karena panas. Fiala merasa ada pengaruh lain yang membakar tenggorokan mereka. Mungkinkah rasa haus ini ilusi? Fiala masih belum bisa menemukan jawabannya. Val sendiri tidak bisa diandalkan dalam hal ini. Kemampuannya sebagai beast master tidak berguna pada saat ini.

    Mereka bertiga terus berjalan menyusuri padang ilusi. Yang menjadi patokan mereka hanyalah pemandangan gunung yang mereka lihat dari kejauhan. Langkah demi langkah terasa semakin berat. Val memikirkan ilusi seperti apa yang akan mereka hadapi. Sampai saat ini dia belum menemukan jawabannya. Fiala yang bertubuh paling lemah mulai hilang keseimbangan, tubuhnya berjalan sempoyongan, untung saja Septimus selalu siap menahan dia saat akan terjatuh,

    “Aku masih bisa berjalan sendiri” Omel Fiala
    “Ya ya aku tahu itu.” Septimus mengalah.

    Semakin lama kaki mereka terasa makin berat untuk melangkah. Mereka merasa rumput – rumput itu berubah menjadi lumpur.

    “Jangan – jangan kita sudah terkena ilusi, saat kita tidak sadar. Aku merasa berjalan dalam tumpukan lumpur.” Kata Septimus

    “Ini bukan ilusi Sep, memang rumput – rumputnya semakin rimbun.” Bantah Fiala. Fiala merasa kepalanya mulai pusing, mungkin akibat sengatan sinar matahari. Fiala merasa kepalanya menjadi sangat berat, seakan dia sedang ditindis oleh batu. Perlahan dia mencium aroma manis, tapi terasa kering.

    “Apa ini hanya aku? Mulutku terasa manis… tapi juga kering”Katanya
    “Kamu pasti mengigau Fiala. Ah mungkin itu ilusi dari padang ilusi ini, kalau hanya rasa manis aku juga mau.” Kata Septimus, ia masih santai walaupun situasi seperti ini.
    “Rasa manis? Kering? Ditambah padang rumput dan cuaca panas seperti ini? Rasanya ada sesuatu yang mengingatkanku…. Tapi aghh. Aku lupa. Hahh… PANASSS “ Keluh Val

    Walaupun sambil mengeluh mereka terus berjalan, hanya itu satu – satunya pilihan.

    12 menit kemudian

    “Ada bola yang bergerak di depan. Aku yakin mataku tidak salah lihat.” Kata Septimus tiba – tiba
    “Bola?” Tanya Val
    “Iya ada bola coklat melintas di depan. Berguling kesana kemari.”

    Seketika itu Val tersentak. Ia baru sadar, dan baru ingat sesuatu yang tadi dia lupakan.

    “Gawat. Rasa manis dan kering ini bukan ilusi!” Seru Val “Ini adalah racun yang disebarkan Braunesfell.”

    Septimus tampak kebingungan, sedang Fiala tampak tidak peduli, dia merasa tidak dapat konsentrasi, tubuhnya limbung, dan akhirnya jatuh.

    “FIALA!” Septimus buru – buru menghampiri Fiala dan menopangnya.
    “Kamu tidak apa – apa?” Septimus terus memanggil, Fiala tidak menjawab, matanya terlihat tidak fokus.
    “Tenanglah Sep. kemungkinan dia hanya terkena racun Braunesfell.” Val memasang posisi tempur “Racunnya sendiri mungkin tidak masalah, yang jadi masalah adalah para Braunesfell. Dan kurasa sekarang kita telah terkepung oleh mereka.” Tambahnya

    Rumput – rumput di sekeliling mereka bergoyang – goyang. Tampak bola – bola coklat terus berguling – guling. Satu , dua, tiga dan terus bertambah. Perlahan bola – bola coklat itu mendekati mereka.

    “Waspada Sep. Satu saja tidak berbahaya, tapi yang jadi masalah mereka selalu datang berkelompok.Hah.. kita beruntung hanya satu orang yang terkena racun bius mereka. Crystal elemen angin melindungimu dari racun yang mendekati, tapi selain itu tubuhmu sangat kuat terhadap racun jadi kamu selamat dari racun. Dan sebagai beast master, diriku juga terlatih untuk menghadapi racun. Ini keberuntungan kita.” Kata val panjang lebar menjelaskan situasi mereka.
    “Aku tidak tahu ini beruntung atau tidak? Tapi yang menunggu kita di padang ilusi bukan ilusi tapi sekolompok karnivora haus darah.”

    “Eh.. aku tidak begitu mengerti. Tapi kamu kan seorang beast master? Bukankah kamu bisa mengontrol hewan liar?” Tanya Septimus
    “Kamu kira semua hewan mampu di kontrol? Banyak yang tidak dapat kami taklukan. Terlebih lagi par braunesfell ini buta dan tulis. Mereka hanya mengandalkan penciuman mereka. Sialnya aku bukan ahli dalam hal wewangian untuk mengontrol hewan.” Jawab Val sambil terus siaga.

    Perlahan bola – bola coklat itu berhenti berguling, sosok mereka terlihat. Tubuh bulat penuh bulku coklat, tidak ada mata, ataupun telinga, hanya terlihat mulut yang lebar.

    “Mereka kelihatan tidak berbahaya.”Kat Septimus

    GRARRR

    Salah satu braunesfell melompat dan membuka mulutnya lebar – lebar. Tampak deretan gigi tajam yang besar memenuhi mulutnya. Val langsung melempar tali yang tergantung di pinggangnya untuk menghalau braunesfell itu. Mata pisau di ujung tali tidak mampu membunuh hewan kecil itu hanya melukai. Mereka jauh lebih gesit, sesaat sebelum mata pisau Val mengenai tubuhnya, hewan itu menahan laju pergerakannya sehingga tidak terkena secara fatal.

    Val tidak berhenti begitu saja. Dia kemudian memutar – mutar tali miliknya untuk mennakut-nakutin para braunesfell. Septimus melakukan tindakan yang sama. Crystal angin miliknya cukup membantu untuk mengusir.

    Perlahan hewan itu tambah banyak, semakin berkumpul mendekati mereka. Mereka tidak bertindak, hanya menunggu…menunggu saat yang tepat untuk menyerang Septimus,Fiala dan Val.

    “Kita harus menerobos Val! Kalau mereka semakin banyak kita tidak akan bisa berbuat banyak.” Kata Septimus

    Val menatap Septimus kemudian tersenyum

    “Kali ini aku setuju denganmu. Tapi harus ada umpan agar salah satu dari kita bisa lari…”
    “Biar aku jadi ump..”
    “Tidak, kamu harus menggotong Fiala. Saat ini dia tidak bisa berbuat apa – apa. Aku tidak mau bertindak seperti pahlawan, tapi ini keputusan paling tepat. Aku pasti tidak bisa menggotong Fiala sambil berlari. Tapi kamu? Ototmu lebih besar dari otakmu jadi aku rasa kamu masi bisa berlari kencang walaupun menggendong Fiala.
    “Tapi…”
    “TIDAK ADA TAPI !” Bentak Val

    Val langsung menusuk lengannya dengan mata pisau miliknya.

    “APA yang kamu lakukan?” Septimus kaget.
    “Hah,, dengan begini pilihan sebagai umpanmau tidak mau harus aku. Mereka hewan yang mengandalkan penciuman. Dan bau yang paling mereka sukai adalah…”
    “Darah maksudmu?”
    “Terkadang otakmu jalan juga Sep. Aku mau laripun sekarang tidak bisa. Aku akan jadi umpan disini dan menahan mereka.”

    Septimus tidak menjawab, dia tentu tidak bisa lagi meninggalkan Val menghadapi kumpulan pemakan daging seperti ini. Septimus ragu untuk bergerak. Sementara itu bau darah yang menyebar membuat para braunesfell menjadi lebih liar. Mereka menggeram ingin cepat menerkam, tidak sabar menunggu.

    “Tenanglah Sep, aku tidak akan mengorbankan diriku seperti ini. Aku hanya akan menciptakan kesempatan… sedikit kesempatan utnuk kamu ah bukan tapi untuk Fiala kabur dari tempat ini. Aku akan menyerah saat keadaan gawat, jadi para pengawas yang mengawasi kompetisi ini langsung menolongku. Atau… kamu ingin menyerah sekarang? “ Kata Val

    Septimus masih ragu

    “Cepat putuskan, aku tidak tahu berapa lama lagi para braunesfell ini akan menunggu teman – teman mereka.” Desak Val

    Menyerah adalah satu pilihan terbaik untuk menyelematkan mereka semua. Tapi Septimus merasa kalau dia melakukan itu Fiala tidak akan memaafkan dia. Walaupun keseluruhan ini adalah keputusan sepihak dari Septimus, dan Fiala ikut dengan rasa terpaksa. Tetap saja Fiala tidak akan memaafkan Septimus kalau menyerah di tengah jalan.

    “ Jangan berlebihan Val menahan diri.” Akhirnya Septimus memutuskan untuk melanjutkan

    Septimus tidak membuang waktu lebih banyak lagi, dia langsung menerobos kepungan braunesfell. Tongkatnya mampu memukul setiap braunesfell yang mendekati dirinya, dengan lincah Septimus memengayunkan tongkatnya ke segala arah untuk membuka jalan. Septimus juga dibantu secara tidak langsung oleh Val, bau darah Val membuat braunesfell lebih fokus pada Val. Akhirnya setelah memukul jatuh belasan braunesfell, Septimus berhasil keluar dari kepungan. Septimus terus berlari kencang ke arah gunung.

    Val yang bertugas sebagai umpan melakukan tugasnya dengan baik. Ia mampu membuat para braunesfell itu tertahan disana, daripada mengejar Septimus. Dan kini dia dalam masalah besar. Para Braunesfell itu akhirnya mulai bergerak, satu demi satu menerkam ke arah Val, mencari makanan mereka. Mereka bergerak liar dari segala arah untuk satu hal, daging Val. Val berusaha bertahan selama mungkin, agar Septimus dan Fiala mampu berlari sejauh mungkin. Tali dengan mata pisau miliknya membuatnya mampu bertahan. Ditambah lagi aura beast master miliknya mampu merusak koordinasi antar braunesfell, sehingga serangan braunesfell tidak teratur dan itu menguntungkan bagi Val. Tapi keadaan itu tidak bertahan lama, perlahan semakin banyak terkaman braunesfell yang melukai tubuh Val, darah yang mengalir membuat para braunesfell lebih bergairah untuk mencabik tubuh Val.

    “MATILAH KALIAN!!!” Teriakan Val terdengar menggema di padang ilusi, dimana ilusi dari pada ilusi adalah namanya yang berupa ilusi.

    ***
    Berkat pengorbanan Val Shara, akhirnya Septimus dan Fiala berhasil melewati padang ilusi. Kini mereka sampai di tanah berbatuan, ada aliran sungai kecil yang mengalir melewati mereka. Septimus berhenti disana dan mengambil air untuk meminumkannya pada Fiala. Pengaruh racun dari braunesfell ternyata tidak berbahaya seperit kata Val. Setelah menjauh dari padang ilusi, keadaan Fiala berangsung membaik, kini dia sudah bisa berdiri tegak seperti tidak pernah terjadi apa – apa pada dirinya. Wajahnya kesal, Fiala tidak terima apa yang barusan terjadi. Kalau saja dia tidak terkena racun, dia yakin mampu mengatasi semua braunesfell tanpa mengorbankan Val,

    Setelah minum sampai puas air sungai, Fiala berjalan mendekati Septimus.

    “Aku tidak akan memaafkanmu kalau sampai gagal mendapatkan kapal itu.”

    Tidak ada nada mengancam, datar. Tapi kedataran itu membuat Septimus gemetar, dia hanya bisa mengangguk seperti boneka. Tiba – tiba layar muncul

    “SELAMATTTT, Kalian berhasil sampai di rintangan terakhir, ah belum. Tapi pasti akan sampai. Gunung Condor. Dan hanya tinggal 2 kelompok tersisa. Kelompokmu dan kelompok Macklin Dunner. Rintangan terakhir sangat mudah, biar aku sampaikan saja disini. Kalian hanya perlu mendaki sampai puncak. Itu saja. Ah… mari kita dengar pendapat dari Eisenmeer Rost akan final ini… Sir Eisen? Sir Eisen?....Sayang sekali Sir Eisenmeer tidak berada di tempat. Ah itu tidak penting yang penting sekarang… “

    “Tunggu, bagaimana keadaaan Val? Apa dia selamat? Dia tidak terluka parah kan?” Potong Septimus

    Si pembawa acara tersenyum licik

    “Itu rahasia. Kalian akan mengetahuinya sendiri setelah kompetisi ini berakhir.sekali lagi SELAMAT BERJUANG !”

    Septimus masih ingin bertanya tapi layar sudah menghilang, dia hanya bisa memaki sendiri sambil menendang bebatuan.

    “Val pasti baik – baik saja. Dia tidak bodoh seperti kamu”Kata Fiala. Dia memilih untuk percaya kalau semua akan baik – baik saja.

    “Ayo cepat bodoh. Jangan buang waktu lagi.”Ajak Fiala

    Septimus tidak bisa membantah dia melangkahkan kakinya mengikuti Fiala yang sudah berjalan duluan, menuju gunung Condor.

    6 menit kemudian

    Septimus dan Fiala berlari kecil untuk mempercepat langkah mereka menuju tempat akhir kompetisi ini. Mengikuti aliran sungai kecil, kemungkinan sumber mata airnya berasal dari gunung Condor. Saat mereka melihat dasar gunung, disana seudah menunggu 2 sosok yang mereka kenal. Perempuan dengan gaun berenda yang mencolok, dan seorang pria tinggi besar berkulit gelap.

    “Ahhhh, kenapa kita harus menunggu disini sih? Aku ingin ikut tuan Macklin.” Kata perempuan itu tampak memelas. Pria berkulit gelap itu masih tenang memandang ke arah Septimus dan Fiala.
    “Lihat tampang mereka? Harusnya cukup kamu seorang Sorte. Cukup kamu saja yang menahan mereka disini. Aku ingin ikut tuan Macklin.” Perempuan itu merengek pada Pria berkulit gelap, bernama Sorte.
    “Ayolah Sorte, biarkan aku naik menyusul tuan Macklin ya? Ya ya ya?”Rayunya

    Sorte masih tetap diam

    “Kita harus mengikuti keinginan yang mulia Macklin. Itu artinya kamu harus tetap di sini Lissa.”Akhirnya Sorte berbicara.

    Lissa hanya cemberut mencibir Sorte. Ia melihat dengan pandangan remeh ke arah Septimus, dan Fiala.

    “Lihat mereka? Tadinya mereka ada 5 orang kan? Tapi sekarang tinggal berdua saja. Kemampuan ketuanya pasti sangat buruk.” Ejek Lissa

    Tiba – tiba sebuah api berbentuk panah mengarah ke arah mereka. Sorte yang waspada mampu melindungi Lissa dari serangan itu.

    “Kalian terlalu banyak bicara. Lebih baik kalian menyingkir dari sana. Aku sedang tidak mood.” Kata Fiala, ia tampak sangat kesal. Ia masih kesal dengan apa yang terjadi di padang ilusi, Rambutnya yang berwarna ungu tampang berkibar, menandakan dia sedang mengumpulkan tenaga untuk menggunakan crystal miliknya. Setelah berkata demikian, Fiala tidak menunggu lama lagi. Ia langsung menganggkat kedua tangannya , kedua Gauntlet crystal miliknya bercahaya, tangan kiri berwarna kebiruan, elemen air, dan tangan kanan berwarna kemerahan, elemen api.Fiala menggerakan tangannya seperti sedang menari, gerakan yang luwes tapi seiring dengan itu tarian api dan air keluar dair Gauntletnya mengarah ke Sorte dan Lissa.

    Sorte langsung menghentakan kakinya. Bumi bergetar, dan tanah dibawahnya berubah bentuk. Dia pengguna crystal elemen bumi. Dinding batu terbentuk menghalangi serangan Fiala. Sementara itu Lissa mengeluarkan 2 buah pistol yang tersembunyi dari balik gaunnya, crystal gun. Senjata yang mampu menggunakan energi crystal dan menembaknya layaknya peluru. Keistimewaan senjata ini adalah si pemakai tidak perlu kemampuan menggunakan crystal.

    “Crystal gun? Hati – hati Fiala!” Seru Septimus saat melihat bola api yang ditembakan oleh Lissa. Ia langsung bergerak untuk melindungi Fiala. Tapi itu tidak perlu. Fiala mampu menghentikan laju peluru api itu dengan api miliknya.

    “Eh…tampaknya aku hanya bisa menjadi penonton.” Keluh Septimus
    “Dasar bodoh! Cepat manfaatkan kesempatan ini untuk menerobos mereka dan susul si Macklin itu.”Desak Fiala. Dia mampu mengatasi kedua rekan Macklin. Gabungan elemen air dan api miliknya mampu menekan keduanya.

    “Sial, ternyata cewek itu punya kemampuan juga.” Gerutu Lissa kesal, ia sibuk menghindari serangan air Fiala yang terus mengincar wajahnya..
    “Tenangkan dirimu Lissa !”Saran Sorte, keadaanya tidak lebih baik. Ia tidak dapat begerak karena panah api terus diarahkan padanya. Dan terpaksa dia berlindung di balik tembok yang diabuatnya.

    “CEPAT BODOH!” Bentak Fiala lagi

    Septimus menjadi serba salah. Tapi di sini dia juga tidak bisa membantu. Salah langkah saja mungkin dia yang terkena serangan Fiala yang ganas. Septimus langsung berlari meninggalkan mereka bertiga.

    “Jangan pergi kamu!” Sorte hendak menahan Septimus saat lewat di dekatnya, tapi Septimus dengan gesit memanfaatkan dorongan tangan Sorte, sehingga ia dapat mendorong tubuhnya lebih cepat ke arah gunung. Sorte ingin mengejar tapi gerakan itu sudah di antisipasi oleh Fiala. Gerakan tangan yang lembut, naik turun membentuk lingkaran api, kemudian melemparnya ke arh Sorte, sehingga gerakan Sorte tertahan.

    Septimus tidak berpikir panjang lagi. Dia harus memanfaatkan keadaan ini. Hanya ini yang bisa dia lakukan. Saat dia melihat wajah serius Fiala dia percaya kalau Fiala mampu mengatasi mereka.

    Mendaki gunung Condor tidak terlalu susah. Dengan kemampuan fisiknya, Septimus mampu mendaki dengan mudah. Gunung Condor tidak curam, kemiringannya hanya sekitar 60-70 derajat. Septimus berusaha secepat mungkin untuk mengejar ketinggalannya dari Macklin. Dia berpikir kenapa gunung ini dijadikan rintangan terakhir? Apa hanya seperti ini rintangannya? Beberapa menit ia mendaki ia sudah melihat sosok kecil jauh diatasnya.

    “Itu pasti Macklin” Gumamnya dalam hati

    Macklin tidak sendiri, langkahnya terhenti. Septimus baru sadar kalau Macklin di serang oleh kumpulan burung besar yang memiliki paruh tajan berwarna kuning keemasan. Mahluk itu adalah Condor, burung karnivora yang memiliki kecepatan dan mata yang sangat tajam untuk melihat mangsanya. Seperti halnya braunesfell, burung ini sangat kejam dan bertindak secara kelompok, yang membedakannya adalah kalau braunesfell hanya meneyeran dengan menerkam mangsanya, burung ini mampu menyerang dari arah mana saja.

    Septimus melihat Macklin kesulitan dalam menahan serangan burung Condor, pedang tipis miliknya tidak mampu menyentuh burung itu. Ini keberuntungan untuk Septimus. Dia dapat memanfaatkan keadaan ini.

    Sementara itu pertarungan Fiala melawan Sorte, dan Lissa mulai berubah arah. Sorte menggunakan kemampuan crystal elemen bumi miliknya untuk membuat pertahanan kecil di sekeliling Lissa. Dengan bantuan itu Lissa mampu menyerang Fiala dengan crystal gun miliknya. Beberapa serangan mampu dihentikan oleh Fiala, tapi kalau menghadapi tembakan beruntun itu membuat Fiala kerepotan.

    “Sial serangan beruntun ini! Aku jadi tidak punya waktu untuk mengatur serangan” Kata Fiala pada dirinya sendiri.

    “Teruskan Lissa. Dia semakin terdesak.” Sorte melihat perubahan kecil dari serangan Fiala yang semakin berkurang.
    “Tidak perlu kamu kasih tahu, aku sedang melakukannya.”seru Lissa

    Untuk menggunakan serangan besar, Fiala butuh waktu untuk mempersiapkannya. Bahkan kini pijakannya mulai bergetar, itu artinya Sorte semakin dekat dengan dia. Sorte memusatkan pikirannya, ia ingin melakukan serangan besar.

    ***
    Crystal memiliki banyak elemen, bahkan beberapa keluarga bangsawan mewarisi crystal dengan elemen unik. Keluarga Dunner, sebagai salah satu bangsawan besar juga mempunyai crystal unik tersebut.

    Hujan petir berwarna perak, menyengat burung – burung Condor yang mengganggu Macklin. Sebelumnya dia tidak punya kesempatan untuk menggunakan crystal elemen petir perak keluarganya/ Septimus secara tidak langsung memberi ruang pada Macklin. Keberadaannya membuat serangan Condor terbagi, dan itu langsung dimanfaatkan oleh Macklin. Petir perak itu langsung menyengat Condor yang menghalau dirinya.

    “Sialan Macklin grrr” Septimus kesal dengan dirinya, dengan tindakannya yang kurang hati - hati. Dia bermaksud untuk menganggu Macklin, tapi saat dia mendekati malah dirinya diserang kumpulan Condor.

    “Kamu terlalu baik Septimus, terlalu baik. Sebagai balasannya aku tidak akan menganggu kesenanganmu dengan condor – condor itu.” Macklin belum sepenuhnya lolos dari serangan condor, tapi sekarang dia sudah bisa dengan perlahan mendaki lagi.

    Sebaliknya Septimus kini kesulitan. Ayunan tongkat elemen anginnya hanya mampu mengusir tapi tidak mampu menjatuhkan Condor, sehingga dia hanya bisa bertahan dengan mengayun – ayunkan tongkatnya. Jika dia berhenti, condor akan menyerang, tapi kalau dia diam begini artinya dia akan kalah karena tidak bisa bergerak. Ia tidak dapat menemukan solusi terbaik.

    “Tampaknya aku bakal dimarahi oleh Fiala lagi” Ungkapnya putus asa. Ia melihat ke bawah ke arah pertarungan Fiala. Tidak begitu jelas, tapi dia bisa memastikan kalau posisi Fiala sedang terdesak.

    “FIALA!” Serunya kuatir, tanpa pikir panjang lagi dia langsung berlari turun gunung, berlari secepatnya. Menuruni gunung dengan kemiringan seperti itu tidaklah mudah, tapi Septimus mampu melakukannya bahkan dengan berlari kencang.

    “Turun memang lebih mudah”Katanya dalam hati.

    Pada saat itu Sorte sudah siap melancarkan serangan besar terhadap Fiala.Batu berbentuk mata pisau besar di arahkan kepadanya. Fiala dengan cepat membuat pertahanan diri. Tapi elemen api maupun air bukanlah elemen untuk pertahanan. Serangan batu itu menembus pertahanan Fiala daan menuju ke arah Fiala.

    BLARRRR!!

    Serpihan batu beterbangan. Fiala terkejut mendapati dirinya hanya terkena serpihan batu kecil. Di hadapannya berdiri Septimus. Dialah yang menahan serangan Sorte.

    “BODOH! APA YANG KAMU LAKUKAN!” Bentak Fiala
    “Eh? “
    “Kenapa kamu turun kembali?” Fiala menjadi kesal
    “Eh..err…sebenarnya aku juga tidak ingin kembali, tapi burung – burung Condor itu membuatku jatuh.” Septimus memberi alasan yang terlintas.
    “Dasar Bodoh…”Fiala wajahnya memerah, tidak terlihat marah.

    “Hei… jangan asik berdua, kita masih ada disini” Seru Lissa kesal.
    “Lissa jangan diam saja, serang mereka!” Perintah Sorte.
    “Tidak perlu kamu suruh 2 kali “Balas Lissa, ia langsung melakukan serangan.

    Septimus tidak kesulitan menahan serangan Lissa dengan tongkatnya, yang jadi masalah adalah Sorte. Ia kembali mengumpulkan tenaga untuk membuat serangan besar lagi.

    “Tahan mereka sebentar. Aku akan gunakan elemen ketigaku, dan menyelesaikan semuanya” Pinta Fiala.
    “Sebentar?”
    “Hanya beberapa menit.”

    Fiala berkonsentrasi, mata ungunya terlihat bercahaya. Gauntlet Fiala hanya terisi masing – masing sebuah crystal. Crystal terakhir Fiala adalah crystal turunan murni keluarganya, Ozora. Elemen void, crystal yang ditanam dalam tubuhnya. Efek langsung crystal itu adalah warna rambut dan matanya yang ungu terang.

    “Warna itu? Jangan – jangan… itu elemen void?” Sorte jadi kuatir “Lissa kita tidak punya waktu lagi, kita harus mengalahkan mereka sebelum gadis itu melepas elemen void.”

    Sorte terburu – buru untuk menyelesaikan pertarungan, ia memutuskan menggunakan serangan – serangan kecil yang tidak membutuhkan waktu lama untuk mengeluarkannya. Serangan demi serangan berhasil digagalkan oleh Septimus, ia menggunakan tubuhnya sendiri untuk menahan serangan. Menit demi menit berlalu, cahaya berwarna ungu berpendar dari tubuh Fiala. Sorte mengambil tindakan pertahanan, ia membuat lapisan batu pelindung untuk mencegah serangan Fiala.

    “MINGGIR SEP !” Teriak Fiala

    Intensitas cahaya tubuhnya semakin kentara, warna ungu berbentuk bola besar.

    “RASAKAN INI!!”

    Bola itu dilepaskan Fiala mengarah ke Sorte dan Lissa yang berlindung di balik tumpukan dinding batu. Bola itu bergerak pelan, tapi kerusakan yang ditimbulkannya tidak bisa dibayangkan, lapisan batu yang dibuat Sorte hancur menjadi serpihan pasir saat bersentuhan. Sorte dan Lissa ingin kabur, tapi gerakan mereka tersedot oleh bola void sehingga mereka tidak bisa bergerak.

    “KALIAN MENYERAH SAJA! BIAR PENGAWAS MENOLONG KALIAN!” Teriak Septimus memberi saran, dan harga yang harus ia bayar adalah tatapan membunuh dari Fiala, dirinya langsung ciut.

    Tidak ada pilihan lain,

    “KAMI MENYERAH!!” Teriak Sorte, Lissa juga ikut berteriak panik.

    Dinding pertahanan tiba – tiba terbentuk saat bersamaan. Itu adalah dinding yang dibuat oleh pengawas kompetisi. 5 lapisan dinding dibuat untuk menahan bola void. Walaupun begitu semuanya dinding itu tidak mampu menghentikan laju bola hanya memperkecil efek kerusakan bola void. Lissa pingsan di tempat, Sorte pasrah menerima bola Void. Tiba – tiba bola itu menghilang, ternyata Fiala yang membuatnya hilang.

    “Berterima kasihlah pada orang bodoh ini. Kalau aku membunuh kalian, artinya keinginan si bodoh ini untuk mendapatkan kapal akan hilang.”Kata Fiala mendekati Sorte yang terduduk lesu,

    Septimus hanya bisa tersenyum pahit. Fiala datang dengan cepat menghampirinya

    “Kenapa kamu masih disini? Apa kamu sudah tidak punya keinginan untuk menang?”
    “Eh… walaupun aku berusaha, tetap saja aku sudah tertinggal jauh dari Macklin, belum lagi burung – burung Condor yang mengangguku.” Septimus beralasan
    “Dasar BODOH! Gunakan otakmu, pakai tongkatmu itu!” Tunjuk Fiala
    “Tongkatku? Apa maksudmu?”
    ‘Dasar! Apa kamu lupa sistem kerja baling – baling yang menggunakan crystal angin? Kamu tinggal memutar tongkatmu dan gunakan crystal anginmu untuk membuatmu terbang.” Jelas Fiala
    “Terbang? Itu mustahil, aku pernah mencobanya, memang sih aku terangkat terbang tapi tubuhku ikukt berputar akibat kencangnya energi angin yang ditimbulkan. Itu membuatku pusing”

    Duak !

    Fiala menginjak kaki Septimus

    “Terbang dan gapai keinginanmu atau aku hajar kamu dengan void disini?” Ancam Fiala
    “Eh…Aku masih punya banyak keinginan Fiala…Banyak yang ingin aku lakukan sebagai adventurer…”Septimus melangkah mundur

    Fiala hanya menatap tajam, mata ungunya menunjukan kalau ancaman itu serius. Septimus tidak punya pilihan lain. Ia memutar tongkatnya secepat yang dia bisa, melakukan apa yang dulu pernah dia coba. Membuat baling – baling tongkat untuk terbang ke angkasa.

    Hembusan angin perlahan semakin kencang ditimbulkan oleh perputaran tongkat Septimus, tubuhnya mulai terangkat.

    “KE PUNCAKKKkk!”

    Perputaran tongkat yang cepat ditambah elemen angin membuat tubuh Septimus terbang, tapi perputaran tongkat itu juga membuat tubuhnya berputar – putar. Akibatnya Septimus tidak bisa mengatur dengan sempurna arah terbangnya, tapi yang pasti ia tetap menuju ke puncak gunung Condor.

    Tidak butuh waktu lama Septimus melihat puncak Condor, dan Macklin juga hampir mencapainya. Burung – burung Condor hanya bisa memperlambat langkah Macklin, tidak menghentikannya. Beruntung bagi Septimus, gemuruh angin yang ditimbulkan oleh baling – baling tongkatnya membuat burung – burung Condor tidak berani mendekat.

    Semakin dekat dengan puncak, tubuh Septimus semakin lemas, kepalanya pusing, ia sudah berada di ujung kekuatannya. Tubuhnya mulai tidak sanggup menahan perputaran itu. Ia dan Macklin semakin dekat dengan puncak, jaraknya tinggal beberapa belas meter.

    DI kejauhan Septimus melihat dari arah padang ilusi gemuruh angin menuju ke gunung Condor. Pusaran angin seperti angin ribut bergerak dengan cepat, debu yang ditimbulkan membuatnya berpikir apakah masih ada peserta lain yang bertahan? Dan sekarang sedang menuju ke tempat mereka?

    “AH tidak perlu memikirkan itu, yang penting aku sampai duluan”Ia memfokuskan pikirannya.

    Gemuruh angin itu sangat cepat, dalam sekejap sudah melewati padang ilusi dan terus bergerak ke arah gunung.

    Septimus dan Macklin tinggal selangkah lagi menggapai bendera di puncak Condor. Gemuruh angin yang dari tadi bergerak langsung melewati Macklin dan menghempas baling – baling tongkat milik Septimus dan menggapai benderanya.

    “KALIAN MASIH BELUM PANTAS MENDAPATKAN KAPALKU!” Suara itu, sosok itu. Gemuruh angin itu ternyata adalah Eisenmeer Rost. Rintangan terakhir bukanlah gunung Condor, tapi Eisenmeer Rost, sang empunya kapal.

    ***
    Semua berakhir, kelompok Septimus kalah demikian juga dengan Macklin. Pemenangnya adalah Eisenmeer Rost. Septimus dan rekan – rekannya berkumpul setelah kompetisi selesai. Berk Asvis, Lyndall Lovell, Shara Val atau Val Shara, Fiala Ozora dan Septimus Kearn, semua berkumpul. Berk, dan Lyndal tidak mendapat luka serius mereka sekarang bercanda sendiri. Shara Val atau Val Shara terluka di beberapa bagian tubuhnya tapi tidak parah karena pengawas turun tangan untuk menolongnya saat dia menyerah. Yang jadi masalah Shara yang menderita sakit adalah Shara karena saat terbangun tubuhnya penuh luka, kepribadian Val sedang tertidur. Fiala sendiri hanya kecapekan, tidak ada luka serius. Septimus yang terbang dengan baling – baling tongkatnya hampir terjatuh karena kaget pemenangnya adalah Eisenmeer Rost, saat ini pun dia masih belum menerima apa yang barusan terjadi.

    “Kamu sudah berusaha keras, tidak ada yang perlu di sesalkan.” Hibur Fiala
    “Benar, sayang aku tidak sempat menunjukan kemampuan strategiku.” Tambah Berk
    “Ah.. Sep sayang sekali padahal aku sudah berkorban dengan memeluk penguji itu.” Kata Lyndall memasang tampang puas
    “Kamu sih bukan berkorban, yang berkorban itu adalah Shara.” Kata Fiala
    “EH? Aku? Kapan? Jangan – jangan….?” Shara tidak mengerti, Val mengerti tentang Shara, tapi Shara tidak tahu tentang Val. Ingatannya saat berkepribadian Val tidak pernah ia ingat saat menjadi Shara.
    “Ah sudahlah sebagai petualangan pertama, hasil ini cukup bagus” kata Berk berteori.
    “Padahal kamu hanya bergerak 10 meter?” Ejek Lyndall

    Septimus masih diam, tiba – tiba dia berdiri

    “Aku masih punya banyak keinginan. Petualangan ini belum memuaskanku, Kita harus melakukan petualangan sebenarnya. Langkah pertama kita akan mencari kapal…” Oceh Septimus semangat
    “Ya ya.. Ah itu kapal penjeput sudah datang. Saat ini aku hanya mau menaiki kapal itu. Aku mau pulang… aku ingin mandi air hangat.” Potong Fiala saat melihat kapal penjeput tiba.

    Semua langsung berlari meninggalkan Septimus. Septimus hanya melongo. Fiala kembali menggandeng tangannya

    “Tunggu apa lagi? Semua menunggumu.”

    Septimus tersenyum. Fiala jadi tersipu saat melihat senyumnya.

    “Ahhhh Aku suka sekali Petualangan!”
     
    • Like Like x 1
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Feb 12, 2012
  4. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Okelah saia udah baca secara full cerita na, pas awal2 memang ga gitu kerasa feel lagu Doraemon na, cuman semakin progress ngebaca feel na kerasa makin kuat :top:

    Terutama pas si Septimus lagi muter2 tongkat na, jadi keinget banget yang bagian 'Baling2 bambu' :XD:

    Secara keseluruhan cerita na bener2 mantap dan terstruktur, suspense yang dibangun dari awal hingga pas klimaks bikin deg2 an euy :top:

    Selain itu mengenai karakter'' nya, lumayan khas lah tiap chara, beserta tingkah lakunya, tetapi menurut saia antagonis utama na (Macklin) masih perlu dikasih sorotan dikit, rasanya kerasa kurang greget dia ini. Saia kira mereka bakalan duel maut pas mau ngedaki ke puncak sampai ada acara guling'' an segala, eh....pas ketemu ending na malah bikin nyengir dikit :hihi:

    Tapi ending na lumayan bagus dan cukup pas dengan konteks cerita, so...no worries :haha:

    Ada beberapa typo sih, cuman ga gitu menggangu saia dalam membaca cerita tsb. Habis itu gaya bahasa na menarik dan mudah dipahami, pendeskripsian adegan na juga enak dibaca.

    Dan highlight saia ada di bagian action na, patut acung jempol dah, pas tiap adegan battle rasa na langsung semangat saia bacanya :top:

    Akhir kata, cerita ini bener2 inspiratif bagi saia untuk terus mengarang. Teruslah kobarkan semangat berekspresi anda melalui tulisan'' menarik seperti ini, om Giande.

    Best regards,

    high_time
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Feb 12, 2012
  5. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    @ high

    makasih banget atas reviewnya :sembah:


    bagian rival e si Macklin emang kurang disorot ya :haha:

    malah kedua rekannya yang lebih berperan.

    hmmm
    mungkin karena saya ingin memfokuskan pada adegan akhirnya yang muter2 :hehe:
     
  6. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Bener2 membawa semangat anime ato manga dulu2 yang masih seru untuk diikuti dan isinya ga cuma moe2.

    Sayang banget ketahuan hasil sekali kerja dan ga di cek lagi. Typo masih banyak (banget) dan ada beberapa kalimat yang ga enak bacanya.
     
    • Thanks Thanks x 1
  7. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    u damn right :haha:

    nulis paling panjang sehari paling....3-4 halaman word :swt:

    masalah typo :haha: daridulu paling malas cek ulang kalau udah kelar nulis :dead:
    penyakit lama harus sedikit demi sedikit diperbaiki

    :maaf:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.