1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Outcast of Pride

Discussion in 'Fiction' started by MaxMarcel, Jan 24, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    genre: Fantasy, romance
    Two ill fated person met under a fatefull sun.

    Outcast of Pride



    Tidak ada makanan di bawah pohon tua itu. Tidak ada daging rusa ataupun kelinci, bahkan buah-buahan atau kacang-kacangan sama sekali tidak ada. Hal itu membuat, Alfarr melepaskan napasnya dengan kecewa.

    Ia masih ingat ketika berbagai hewan-hewan liar menyisihkan makanan untuk para penjaga pohon Veill’ark. Tapi jaman sudah berubah. Dan bagi kaum druid, jaman berubah terlalu cepat dengan arah yang mengerikan. Dengan sedih Alfarr memandang pohon Veill’ark. Apa yang dulunya merupakan lambang dari kasih dan perlindungan dewa-dewa lama sekarang sudah memudar.

    Akar-akar raksasa pohon Veill’ark yang mencengkeran tanah sekarang sudah kering dan tampak rapuh. Tidak ada lagi daun hijau yang menghiasi dahan-dahannya yang memayungi angkasa. Bahkan kehidupan sendiri enggan untuk menghuni pohon tersebut.

    Alfarr tahu dengan baik bahwa tidak ada harapan bagi pohon itu. Sama seperti tidak adanya harapan bagi kaum druid yang menyembah dewa-dewa lama. Tapi ide tersebut sama sekali tidak dapat diterima hati kecilnya. Karena tanpa pohon Veill’ark, ia tidak akan punya lagi tujuan di dunia ini.

    Pada akhirnya Alfarr memutuskan untuk menyingkirkan jauh-jauh kepedihannya. Mengingat masa lalu tidak dapat mengenyangkan perutnya yang lapar.

    “Binatang sialan, tidakkah mereka ingat pada orang yang menjaga keseimbangan alam ini.” gerutu Alfarr sambil berjalan menjauhi pohon Veill’ark, “Hutan ini sangat luas dan binatang yang menghuninya tidak terhitung, tidak adakah satupun yang berbelas kasihan pada penjaga hutan ini?”

    Gemerutu Alfarr sama sekali tidak berhenti sepanjang perjalanannya untuk mencari makanan. Ia baru saja akan mengomel tentang burung-burung pheasant yang tidak menaruh biji-bijian di bawah pohon Veill’ark ketika tanpa sadar matanya terarah pada sebuah gundukan kecil.

    “Tidak hanya melupakan penjaga alam ini, bahkan serigala sekarang sudah membuang-buang makanan.” gerutu Alfarr lebih lanjut, walaupun sebenarnya ia senang karena bisa makan sisa-sisa tersebut.

    Alfarr terkejut. Ia menahan napasnya ketika sadar gundukan tersebut bukanlah bangkai binatang. Tanpa diduga, apa yang tadinya diduga Alfarr sebagai seonggok mayat rusa ternyata merupakan manusia. Seorang wanita.

    Dalam sekejap nalurinya sebagai seorang druid bekerja. Ia berlutut di samping sosok wanita tersebut. Pandangannya dengan cepat jatuh pada cairan merah yang menodai tanah. Tangan kiri wanita itu terpotong pada pergelangan, lukanya tampak mengerikan dan tidak terawat. Sementara itu tangan kanannya dirantai dan dibelenggu.

    Tubuh wanita itu panas dan ia dapat mendengar napas lemah yang dapat menghilang setiap waktu. Dalam sekejap ia tidak lagi merasa lapar, pembuluh darahnya telah dipenuhi dengan tugas untuk membantu makhluk hidup lain. Tanpa membuang-buang lebih banyak waktu, Alfarr mengangkat tubuh wanita itu dengan berhati-hati dan berjalan kembali ke kediamannya.

    “Dewa-dewa lama mengawasi dan menjagamu, tidak ada yang meninggalkan dunia ini dengan sia-sia.” bisiknya dalam bahasa kuno, mengulang sepotong doa kaum druid.

    ***​

    Sentuhan lembut matahari membuatnya terjaga. Di mana aku? Bisiknya lemah dalam hati.

    Aislinn mencoba untuk bangkit tapi tubuhnya terlalu lemah. Ia dapat merasakan setiap anggota tubuhnya menolak keinginannya, seakan-akan ia sedang diikat dengan rantai tidak terlihat dan diberi pemberat.

    Apa yang terjadi. . ? Perlahan-lahan ia menarik tangan kirinya dan menemukan lukanya sudah di perban. Ya. . . Aku melarikan diri. Tapi kemudian. . ? Aislinn menggali ingatannya, tapi kabut tebal menutupi pikirannya. Semakin kuat ia berusaha mengingat, semakin kuat kabut yang menyelimuti pikirannya.

    Dengan tubuhnya yang lemah, Aislinn berjuang keras melawan kabut pikirannya. Tapi pada akhirnya ia menyerah dan membiarkan rantai-rantai mimpi menariknya.

    Begitu ia membuka kembali matanya, Aislinn melihat sosok samar-samar berdiri di sampingnya. Kata-kata dalam bahasa asing mendesis di telinganya dan membuatnya terjaga seketika itu juga. Instingnya mengambil alih, dengan sekuat mungkin ia mendorong sosok itu dengan tangan kanannya.

    Sosok itu meneriakan serangkaian kata-kata dalam bahasa asing ketika terhuyung ke belakang.

    Ketika matanya tidak lagi berkunang-kunang, Aislinn sadar bahwa ternyata sosok itu merupakan seorang pria dengan penampilan yang aneh. Pria ini mengenakan pakaian dari berbagai kulit binatang dan memiliki rambut panjang yang berantakan.

    “Tenanglah, aku tidak memiliki niat jahat padamu.” kata pria tersebut dengan aksen yang asing.

    “Di mana aku? Apa yang terjadi?” tanya Aislinn dengan nada waspada.

    “Kau berada jauh di pedalaman hutan Veill. Aku menemukanmu tidak sadarkan diri, kau terluka dan memiliki demam tinggi, tapi sepertinya kau sudah cukup kuat sekarang.”

    Ketegangan Aislinn berkurang. Ia mengangkat tangan kirinya dan kembali melihat lukanya yang sudah diperban.

    “Kau yang melakukan ini?” tanya Aislinn.

    “Tidak, tangan kirimu sudah terpotong ketika aku menemukanmu!” jawab pria itu panik.

    “Bukan itu maksudku. Apa kau yang mengobatiku?”

    Pria itu mengangguk kecil.

    “Terima kasih. . . Maaf aku sudah merepotkanmu.” kata Aislinn lemah.

    Melihat sikap Aislinn yang sudah lebih tenang, pria itu mendekatinya.

    “Bolehkah aku mengetahui kisahmu? Aku tahu kau sedang melarikan diri. Dari siapa?”

    “Tentu saja, kau tahu.” desah Aislinn. Suara gemerincing rantai memecah keheningan ketika ia mengangkat tangan kanannya yang masih terbelenggu, “Apakah kau takut menolong seorang penjahat dari Kekaisaran?”

    “Tidak.” jawab pria tersebut dengan ringan.

    Aislinn sama sekali tidak menduga jawaban tersebut tapi ia tidak menunjukkan keterkejutannya. Ia hanya menatap penolongnya dengan lembut dan mulai bercerita, “Syukurlah kalau begitu. Aku melarikan diri ketika pasukan Kekaisaran hendak memindahkan tempat tahananku. Ketika penjagaan mereka sedang lengah, aku memotong tangan kiriku sendiri untuk melepaskan diri dari cincin rantai yang terpaku pada kereta tawanan. . . Kurasa kau tidak perlu khawatir, tidak ada pasukan Kekaisaran yang bisa mengejarku. Aku melarikan diri ketika mereka semua tertidur lelap. Mereka sama sekali tidak mempertimbangkan ada orang yang bisa bertindak sekasar diriku.”

    “Kau menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk dapat mencapai tempat ini.” pria itu terdengar simpatik. Pandangannya menjadi melunak, “Aku turut menyesal atas apa yang terjadi padamu. Tapi mungkin ini bukan tempat terbaik untukmu.”

    “Aku tidak mengerti.” jawab Aislinn bingung.

    “Lihatlah sekelilingmu.” balasnya singkat.

    Aislinn memperhatikan ruangan tempat ia berada. Dinding kayu yang dihiasi oleh tulang dan kulit binatang mendominasi ruangan tersebut. Tentu saja bagi Aislinn kamar tersebut akan tampak seperti kediaman pemburu, jika tidak ada lambang kepala rusa jantan dengan mahkota wreath di setiap tiang penyangga.

    Pikiran Aislinn melayang pada kisah-kisah pemberontakan ratusan tahun lalu, ketika Kekaisaran melarang penyembahan dewa-dewa lama. Kaum druid dan penduduk pribumi melawan titah ini. Gambar kasar dari kepala rusa bermahkota wreath terukir pada tiap bendera pemberontak.

    Pertempuran-pertempuran bersejarah terjadi di seluruh Kekaisaran, tapi pada akhirnya pemberontakan mereka hanyalah sebuah perjuangan pahit tanpa hasil. Tidak hanya pemujaan dewa-dewa lama yang dilarang, kaum druid dan pendukungnya diburu oleh Kekaisaran. Selamanya mereka menjadi orang asing di tanah kelahiran mereka sendiri.

    Bila saja ia tidak melakukan kejahatan dan masih berada pada posisi lamanya, Aislinn sendiri memiliki kewajiban untuk mengusir kaum druid yang berada dalam daerah Kekaisaran. Tapi keadaan sudah jauh berubah baginya sekarang.

    “Tidak apa. . .” Aislinn dapat merasakan ironi di lidahnya sendiri, “Kau bisa memanggilku Aislinn. Aku tidak punya tempat lain sebagai tujuan. Dapatkah aku tinggal disini, setidaknya untuk sementara.” pinta Aislinn dengan sungguh-sungguh.

    “Dewa Hercine memberkatiku dengan nama Alfarr dan kau bebas untuk tinggal selama apapun disini.” kata Alfarr ramah.

    Aislinn tersenyum lemah, ia merasa senang karena diterima. Ia ingin mengenal penolongnya lebih jauh tanpa perlu memperhatikan status sosialnya, tapi rantai-rantai kelelahan kembali menjeratnya.

    “Aku. . .” ia berusaha mengucapkan rasa terima kasihnya, melawan rasa kantuk yang menyeretnya. Walaupun ia tidak berhasil menyelesaikan kalimatnya, senyum tulus di wajahnya sudah mewakili hatinya.

    ***​

    Ia sama sekali tidak tahu berapa lama ia tertidur, dan sudah sepanjang apa waktu berlalu. Satu hal yang pasti, Aislinn merasa kuat ketika ia terjaga pagi ini.

    Ketika menyibakkan selimut dan berusaha bangkit, ia menemukan pendapatnya tidak sepenuhnya benar. Kakinya terhuyung ketika ia berusaha untuk berdiri. Untung saja ia berhasil menggunakan bahunya untuk bertumpu pada dinding ruangan.

    Dengan terus bertumpu pada dinding ruangan, Aislinn berjalan keluar dari ruangannya. Ia menemukan dirinya berada dalam sebuah aula besar. Meja-meja kosong dari kayu berjajar di tengah ruangan, sementara di ujung ruangan terdapat altar batu. Berbagai simbol dan huruf asing terukir pada altar tersebut.

    Hal yang paling menarik perhatian Aislinn merupakan patung perunggu yang terletak di atas altar. Patung ini berbentuk sesosok pria dengan kepala rusa jantan yang dimahkotai tanduk dari berbagai binatang sekaligus. Di tangan kanannya sebuah tombak tampak mengancam, sedangkan tangan kirinya tampak membuai bayi serigala.

    Aislinn menghela napas lemah dalam hatinya. Tanda yang lebih dari cukup untuk menjatuhkan hukuman mati. . . Aku sudah meninggalkan jalan itu. Ya, aku sudah meninggalkannya. Apa aku benar-benar sudah-?

    Ia membuang wajahnya dari patung dewa lama tersebut. Tubuhnya menjadi gemetar. Bukan hawa dingin, ataupun tubuhnya yang lemah. Tapi belenggu masa lalulah yang menghantuinya.

    Sekarang ia merasa seperti patung tersebut mengeluarkan hawa dingin yang menusuk tulang-tulangnya. Seakan-akan sedang menghakimi dirinya akan tindakannya di masa lalu. Suara gemerincing rantai di tangan kanannya membuat jantung Aislinn makin berpacu. Ia hanya ingin keluar dari ruangan tersebut. Ia menyeret kakinya dengan langkah yang terpatah-patah menuju pintu besar yang mengarah ke luar.

    Ia hanya berdiri di muka pintu. Tangan kanannya mencengkeram daun pintu dengan gemetaran. Sinar matahari membelai kulitnya, tapi hanya keringat dingin yang keluar. Udara segar mengisi napasnya, tapi hanya rasa menggigil yang muncul.

    Ditengah-tengah perasaannya yang kacau, Aislinn melihat Alfarr sedang berdiri di hadapan sebuah pohon raksasa yang gersang. Pria itu menyentuhkan telapak tangan kanannya pada tubuh besar pohon tersebut. Cahaya lembut berwarna hijau terpancar dari telapak tangannya sampai tiba-tiba Alfarr menghentikan sihirnya.

    Pria itu melangkah mundur perlahan dengan wajah yang murung, ia menggeleng kecil. Ekspresi wajahnya berubah begitu mata mereka bertemu. Aislinn sama sekali tidak dapat menyembunyikan kelemahan dalam matanya. Alfarr langsung berlari-lari kecil ke arahnya dengan sorot mata cemas.

    “Aku tidak apa-apa, kau tidak usah khawatir.” kata Aislinn buru-buru begitu menyadari kekhawatiran di mata Alfarr.

    “Kau tidak seharusnya disini.” bisik Alfarr sambil mengalungkan lengan Aislinn di bahunya dan membantu wanita itu berjalan masuk, kembali ke dalam aula. Aislinn hanya bisa pasrah dan mengikuti kemana Alfarr membimbing tubuhnya. Tapi setidaknya hatinya sudah lebih tenang ketika ia memiliki teman sekarang.

    “Duduklah di sini. Tubuhmu tidak bisa pulih hanya dengan kekuatan penyembuhan druid saja. Tunggulah sebentar.” kata Alfarr selagi membantu Aislinn duduk dan kemudian pergi menghilang ke salah satu ruangan.

    Beberapa menit kemudian pria itu muncul dengan membawa nampan kayu. Tampak berbagai makanan di atas nampan tersebut.

    “Kau juga membutuhkan ini untuk pulih.” katanya sambil tersenyum.

    Aislinn mengamati berbagai makanan yang semuanya berasal dari alam; jamur, madu, telur, bahkan beberapa helai tanaman yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

    “Maaf, kalau makanan yang kita miliki berbeda dari yang ada di kota-kota Kekaisaran. Aku menjamin semua makanan ini tidak berbahaya.”

    Aislinn tersenyum kecil, “Terima kasih.”

    Perlahan-lahan ia makan dalam keheningan dengan Alfarr menemani dirinya. Keheningan tersebut baru pecah ketika Aislinn mengajukan sebuah pertanyaan.

    “Apakah itu? Pohon besar yang ada di depan aula ini.”

    Pertanyaan tersebut membuat Alfarr menatap Aislinn dalam-dalam. Pandangannya mengisyaratkan bahwa itu bukanlah pertanyaan yang sederhana.

    “Para druid menyebutnya Veill’ark. . . Ada cerita yang mengatakan dewa Hercine sendiri yang memberikan bibit pohon tersebut pada para druid.” jawab Alfarr sambil memainkan jempolnya sendiri.

    “Kenapa kau terlihat murung ketika menatap pohon itu?”

    Perubahan ekspresi Alfarr memberi tahu Aislinn bahwa ada beberapa hal yang seharusnya tidak ia ganggu, ”Maaf, aku tidak seharusnya mengatakan hal itu.”

    Alfarr menghela napas, ia tampak menatap sepatunya sendiri dengan pandangan muram. Aislinn sendiri menjadi kebingungan dalam keadaan ini, ia tahu ia telah melakukan kesalahan sekali lagi.

    “Mereka mengatakan,” tiba-tiba pria tersebut membuka mulutnya, “bahwa pohon itu akan terus hidup selama Hercine masih berjalan di dunia ini. Tapi seperti yang bisa kau lihat, pohon tersebut sudah mati.” suara Alfarr terdengar tercekat ketika mengucapkan hal tersebut.

    “Banyak dari kami yang kehilangan arahan ketika pohon Veill’ark mulai menggugurkan daunnya. Beberapa mengatakan pohon tersebut sedang tidur dan suatu hari lagi akan bangkit. . . Pada akhirnya semua orang menyerah dalam penantiannya, akulah yang terakhir dari kaum druid yang masih bertahan. Aku sudah menunggu bertahun-tahun, tidak ada yang terjadi hingga saat ini. Dan a-aku sudah kehilangan, aku sudah kehilangan tujuanku.”

    Pria itu tertunduk, Aislinn sama sekali tidak dapat melihat wajahnya. Ketika ia mendapat kesempatan, sebuah beban yang dipikulnya selama bertahun-tahun dengan mudah meluncur keluar dari lidahnya. Menjadi penjaga hutan terakhir selama bertahun-tahun memang merupakan beban berat baginya, terutama ketika ia tidak tahu kebenaran dari tugasnya. Pertanyaan ‘apakah ia masih dibutuhkan untuk melayani atau seluruh kepercayaannya hanyalah kebohongan’ terus menghantuinya. Dan di titik inilah ia pecah.

    Tiba-tiba Alfarr merasakan sebuah sentuhan lembut. Tanpa terduga Aislinn memeluknya dari belakang.

    “Aku mengerti apa yang kau rasakan.” bisik Aislinn dengan nada pilu, “Kau berhak untuk sedih, tapi kau tidak kehilangan segalanya. Tujuanmu tidak akan pernah hilang selama kau masih ada.”

    Tiba-tiba Alfarr merangkul Aislinn, “Tolong, jangan pergi.” ucapnya dengan nada bergetar.

    Untuk beberapa saat mereka terus bertahan dalam posisi tersebut. Kesunyian menyelimuti mereka berdua. Bukan kesunyian yang penuh suram dan duka, tapi kesunyian yang damai dan menenangkan hati.

    Entah mengapa melihat Alfarr bagi Aislinn sama seperti melihat dirinya sendiri. Ia tahu seperti apa rasanya sendirian dan kehilangan tujuan. Terhanyut dalam kehampaan dengan dunia yang runtuh mengikutinya.

    Aislinn tidak tahu berapa banyak waktu yang berlalu, matahari sudah lama menghilang dan kegelapan sudah menyelimuti mereka berdua untuk waktu yang lama. Aislinn sendiri hampir jatuh tertidur ketika tiba-tiba ia merasakan tubuh Alfarr menegang.

    “Ada sesuatu yang salah.” desisnya tiba-tiba sambil bangkit. Nada bicaranya sekarang sudah tajam dan tubuhnya sigap.

    “Alfarr?” Aislinn menjadi bingung.

    “Malam ini terlalu sunyi, aku tidak bisa mendengar sedikitpun suara binatang. Sesuatu atau seseorang pasti telah mengusir mereka dengan kehadirannya. Diamlah di sini.” Alfarr berjalan hati-hati menuju pintu keluar sementara Aislinn hanya dapat menatapnya dengan khawatir.

    Tepat sebelum pria itu keluar, ia menoleh ke Aislinn dan tersenyum kecil, “Terima kasih, berkat dirimu aku sudah merasa jauh lebih baik sekarang.”

    Senyuman tulus tersebut membuat Aislinn lebih tenang, Tapi tetap saja masih ada sepercik kegelisahan di dalam dirinya. Ia mencoba menyusul Alfarr, baru saja setengah jalan menuju pintu keluar, Aislinn sudah mendengar keributan di luar.

    Dengan tergesa-gesa Aislinn berlari ke luar, hanya untuk menemukan bahwa masa lalu telah berhasil mengejarnya. Di bawah sinar bulan, sosok-sosok manusia dengan baju besi semerah darah tampak dimana-mana. Ukiran tiga buah pedang yang saling menyilang terpahat di perisai mereka. Pasukan Kekaisaran.

    Sementara itu Alfarr tampak sedang bertarung dengan beberapa orang pasukan Kekaisaran sekaligus. Melemparkan sihir berupa bola-bola api ke arah lawan-lawannya.

    Aislinn tahu tubuhnya tidak sekuat dulu, walaupun begitu berkat istirahatnya ia sudah cukup kuat untuk bertarung. Aislinn berlari sekuat mungkin ke arah Alfarr, ia mengayunkan rantainya ke pasukan Kekaisaran yang mencoba untuk mengepung Alfarr. Rantai tersebut mengayun dengan berat, cukup kuat untuk membuat pingsan atau bahkan membunuh.

    Tepat sebelum Aislinn sampai di tempat Alfarr berdiri, seorang pasukan Kekaisaran berhasil memukul pria tersebut dengan gagang pedangnya. Untung saja Aislinn sampai tepat pada waktunya. Sebelum pasukan Kekaisaran menghujamkan pedangnya ke tubuh Alfarr, Aislinn menjatuhkan pasukan tersebut dengan sebuah ayunan rantai di kepala.

    “Tahan pedang kalian!”

    Tiba-tiba sebuah suara teriakan memecahkan ketegangan.

    Sesosok pria dengan baju besi komandan berjalan ke arah Aislinn dan Alfarr. Tepat tiga langkah di depan Aislinn ia berhenti, membiarkan wanita itu mengenali wajahnya.

    “Horatius.” desis Aislinn, ia sangat mengenal orang yang telah menangkapnya.

    “Aislinn Silverwise, siapa sangka kau akan melarikan diri hingga ke tempat seperti ini.” kata pria bernama Horatius tersebut dengan nada mencemooh.

    “Aku bisa melihat bahwa kau masih mengejarku. Tidakkah kau puas dengan hal yang sudah kau miliki?”

    “Aku tidak bisa menolak perintah, sang Kaisar menginginkan dirimu dalam belenggu dan membusuk di penjara. . . Kau tahu, kepala seorang penghianat bernilai lebih tinggi dari kriminal biasa. Siapa sangka, ksatria kebanggan Kekaisaran yang mampu membantai seekor naga seorang diri akan berhianat dan melakukan menjalankan pembunuhan pada penasihat kepercayaan Kaisar. Aku sendiri tidak akan berani menangkapmu hanya dengan pasukan sebanyak ini. Tapi aku tahu kau pasti terluka cukup parah dan lemah karena perjalanan panjang.”

    Aislinn hanya bisa menggeram kecil mendengar penghinaan Horatius, ia juga tidak yakin bisa melawan seluruh pasukan Kekaisaran dengan kondisi fisiknya yang sekarang.

    “Mungkin Kaisar akan menjadikanku kepala ordo ksatria bila aku membawamu. Jabatan yang mungkin merupakan milikmu bila kau tidak banyak bertingkah. Ah, dan mungkin ia juga akan memberikanku sebidang tanah untuk menghancurkan pendukung dewa lama terakhir di wilayah ini.”

    “Tinggalkan ia sendiri!” bentak Aislinn marah.

    Horatius tampak terkejut dengan reaksi Aislinn. Dalam waktu cepat keterkejutan di wajahnya berubah menjadi tawa.

    “Lihatlah dirimu sekarang, dulunya kau seorang ksatria yang bangga dari Kekaisaran. Lihatlah dirimu sekarang, kau seorang penjahat, pelarian, bahkan pecinta kaum sesat.”

    “Seharusnya kau yang melihat dirimu sendiri!” bentak Aislinn, “Kau sudah tahu seberapa kotor pemerintahan kita sebenarnya. Kau tahu semua sumpah untuk kehormatan sebenarnya hanyalah kebohongan. Tapi kau tetap menjilat sepatu atasanmu!”

    Perkataan Aislinn membuat Horatius berang, “Kau-! Cepat tangkap dia!”

    Pasukan Kekaisaran yang berdiri paling depan langsung menghadang Aislinn dengan pedang terhunus. Seakan tidak mempedulikan mereka Aislinn melompat ke arah Horatius. Ia mengayunkan rantainya, menyandung dan memukul pasukan Kekaisaran yang ada di hadapannya.

    Dalam waktu beberapa detik saja. Ketika para pasukan yang terkena serangan Aislinn mengerang kesakitan, Aislinn dengan cekatan mengayunkan rantainya. Diiringi suara gemerincing yang dingin rantai tersebut sudah melilit di sekitar leher. Sebuah hentakan dan suara derak tulang.

    Sebelum ada pasukan Kekaisaran yang sempat bereaksi, komandan mereka sudah terkapar tanpa nyawa. Kebingungan menyebar dengan cepat dalam sisa pasukan Kekaisaran. Beberapa menjatuhkan senjata mereka, beberapa mengacungkan tombak mereka pada Aislinn dengan gemetar.

    “Pergilah.” seru Aislinn, “Ambil kawan kalian yang terluka dan pergilah. Tidak ada lagi hal yang bisa kalian lakukan di sini. Pergilah, kembali ke rumah kalian.”

    ***​

    Cahaya matahari yang memancar dari balik dahan-dahan kering pohon Veill’ark menyambut Alfarr ketika ia membuka matanya.

    “Kau sudah sadar?” sebuah suara lembut menyambutnya.

    “Aislinn?” Alfarr baru menyadari saat ini ia tengah terbaring di bawah pohon Veill’ark sementara Aislinn membiarkan pria itu mengistirahatkan kepalanya di pangkuan Aislinn.

    “Mereka sudah pergi.” jawab Aislinn pelan, “Maafkan aku karena telah membawa kesulitan ini padamu.”

    “Kau baik-baik saja kan? Bukankah itu hal yang terpenting?”

    Aislinn menggeleng, matanya tampak berkaca-kaca, “Aku tidak jujur dengan dirimu. Sebenarnya, aku adalah seorang ksatria Kekaisaran. Hanya saja aku memberontak dan saat ini dalam pelarian. Maafkan aku, maaf, aku sama sekali tidak bermaksud membuat kekacauan ini.”

    Alfarr mengangkat tangannya dan mengusap-usap kepala Aislinn, “Semuanya baik-baik saja sekarang. Bukankah kau bilang sendiri mereka sudah pergi?”

    Aislinn menggeleng keras, “Tidak, mereka pasti akan terus memburuku. Apalagi aku membiarkan mereka kembali ke markas.”

    Alfarr tiba-tiba bangkit berdiri, “Kalau begitu kita hanya perlu meninggalkan tempat ini.”

    Aislinn hanya dapat memandangnya dengan tidak percaya, “Tapi ini adalah rumahmu, dan tugasmu adalah untuk menjaga tempat ini.”

    Pria itu melemparkan sebuah tatapan penuh makna pada pohon raksasa yang selama ini sudah ia jaga sebelum akhirnya ia menghembuskan napas perlahan, “Pohon Veill’ark sudah lama mati, tidak ada gunanya tetap tinggal di sini. Jikalau dewa-dewa lama sudah meninggalkan daratan ini, aku tetap bertugas untuk menjaga keseimbangan dunia ini. Tugasku sebagai druid mungkin berakhir di sini, tapi tidak di tempat lain. Kita akan pergi mengarungi dunia ini, sejauh mungkin dari Kekaisaran dan aku akan terus mendampingimu.”

    Alfarr mengulurkan tangannya, sebuah tawaran untuk pergi meninggalkan masa lalu dan menjelajahi dunia baru bersama. Menjadi dua orang dalam pengasingan karena kebanggaan yang mereka pegang.

    Aislinn menyambut uluran tersebut dan membiarkan Alfarr menariknya berdiri. Ia segera memeluk Alfarr erat-erat.

    “Kalau begitu biarkanlah aku menjadi ksatriamu. Perkataanmu telah memenangkan hatiku. Marilah kita pergi hingga ke ujung Gaea, membuka jalan kita sendiri.” bisik Aislinn perlahan.


    Tahun-tahun berlalu. Kisah-kisah bermunculan di dalam penginapan dan istana-istana, mengenai sepasang kekasih yang pergi bertualang dari satu tempat ke tempat lainnya, membantu kaum lemah dan mengembalikan keseimbangan. Kenangan akan kasih, perjuangan, dan kebanggaan mereka selalu abadi dalam sajak para penyair di sepanjang benua Gaea.
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Feb 2, 2012
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,040
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    Komentar saya sebagai teman sesama penulis:
    Kisah cinta yang menarik. Druid yang kemungkinan adalah penyembuh dengan kekuatan alam dan seorang ksatria perempuan adalah kombinasi yang menarik.
    sepertinya kekuatan Aislinn sudah berkurang setelah dia "mati", bukan? tidak terbayang kemampuannya sebelum "mati". Aku suka karakter dia yang agresif.

    Komentar sebagai pecinta cerpen dark+/romance
    1st, the story is rather plain. Kadang aku merasa de ja vu dengan cerita tentang seorang tipe "healer" yang menyelamatkan tipe "fighter" di tengah hutan.
    But, for the swapped gender. normally biasanya "healer" adalah seorang perempuan dengan ras elf, atau penyihir. still, it's unique.

    Considering your other works, this seems like not your style at all.. that's my opinion.

    susunan kejadian mengalir dengan pasti, tanpa basa-basi dan langsung pada pokok permasalahan adalah karakteristik dari cerpen dengan sudut pandang orang ke tiga, so i don't have anything about the story flow.
    Beberapa kata tidak efektif, atau kurang enak didengar/dibaca (menurut saya) walau ada, tapi tidak signifikan.
    oh, satu lagi. i thought this was a romance?
    dark fantasy? this is just fantasy. my darkness nerve doesn't even feel anything at all.

    kalau kurang berkenan, saya minta maaf. :maaf:
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jan 24, 2012
  4. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Thank you, untuk komentarnya. Malah kalo komentarnya kayak gini gw seneng (soalnya ketahuan bener2 di baca, bukan cuma komen setengah junk)

    Darknya itu karena segi ceritanya yang agak kelam. Oh well, this is not really a romance, just a seed of romance.

    :lol: emang gw punya style nya kayak gimana. Gw sendiri aja ga tahu.

    Well, membuat hal yang unik itu kayaknya least of my ability. just writting for my desire :swt:

    Sekali lagi, makasih buat komennya :D
     
  5. red_rackham M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 12, 2009
    Messages:
    757
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +355 / -0
    Okeh.....

    Dark fantasy?! Ini bukan dark fantasy! Ini fantasy dengan sentuhan romance ringan yang enak dibaca! :top:

    Memang awalnya agak plain tapi semakin lama semakin menarik. Hanya saja....bagian klimaks yang saia rasa janggal.

    Oke...si Aislin diceritakan membunuh Horatius dan setelah itu pasukan yg mengejarnya mundur begitu saja. Rasanya ini janggal. Untuk pengingat, pasukan itu sudah bisa menjatuhkan si Alfarr yg punya sihir (relatif powerful dan berbahaya), sedangkan Aislin sendirian tanpa senjata. Kenapa mereka tiba2 mundur begitu saja setelah dapet gertakan ringan dari Aislin? :bingung:
    Pengingat lagi: kondisi saat itu: prajurit ada banyak, lawan 1 orang tanpa senjata, druid (penyihir) sudah tumbang => chance menang besar sekali (kecuali klo Aislin dibuat IMBA di cerita ini)
    Tapi bagian akhirnya itu keren :top:

    Good one and keep on writing (o___<)b
     
    • Thanks Thanks x 1
  6. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Hahahaha, ternyata salah tag ya >_<

    Aislinn kan seorang mantan knight, dia malah yang lebih powerful (bisa nerobos tentara yang ngepung Alfarr cuma pake chain). Mungkin salah gw juga sih ngasih kesan waktu Aislinn lagi recovery, dia itu lemah.

    Pertimbangannya waktu nulis itu, kalo leader militer udah tumbang, pasukannya kan jadi kebingungan sehingga persuasi itu lebih mudah. Tapi memang masih mikirin kata-katanya Aislinn waktu nyuruh mundur, kurang tajem gimana gitu. . .

    Makasih banyak ya udah baca dan komen :D
     
  7. red_rackham M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 12, 2009
    Messages:
    757
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +355 / -0
    Itu yg harusnya cukup ditonjolkan sebagai salah satu ciri plus dari Aislin. Mungkin di bagian klimaks itu dipanjangin sedikit. Mungkin diceritakan sedikit bagian Aislin menerobos (dan akan lebih baik sambil membunuh) pasukan yg menjaga si Horatius. Jadinya kesan klo si Aislin 'bukan ksatria biasa' lebih kuat lagi bagi pembaca. But this is just my opinion.

    Anyway...ini udah bagus kok :top:
     
    • Thanks Thanks x 1
  8. Senruika Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jun 27, 2010
    Messages:
    25
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +34 / -0
    ih waw udah lama gak baca cerita kamu, and i realize you're really improved since then

    kali ini deskripsinya lebih enak dibaca, gak terlalu basa basi dan langsung ke pokok tujuan, it's nicely done ^^

    lol padahal di awal awal aku udah sempet siap siap mau kecewa waktu baca bagian awal waktu alfarr nunggu "sesajen" (eh sesajen atau bukan sih itu? #gubrak), soalnya hal yang dibicarakan kesannya gak terlalu penting dan bertele tele (yang padahal bisa jadi source information menarik untuk tengah cerita), mungkin karena kurang tease kali ya?
    IMO kalo di awal awal diceritain kalau orang orang udah pada losing faith sehingga gak mau lagi menyembah dewa dewa lama (tapi gak menceritakan alasan kenapa bisa gitu) itu bisa jadi tease menarik loh menurutku, soalnya kalo cuma ngasih 10% info di awal lalu 90% di akhir itu kurang menggugah rasa penasaran, bagusan 50% lalu 50% kataku :p

    dan di bagian ketiga dimana Aislinn lagi teringat masa lalunya, you done great untuk bagian menunjukkan masa lalu Aislinn yang pahit, coba aja kalo ditunjukin juga kalo Aislinn benar benar menyesal dan merasa bersalah, pembaca bisa jadi absorbed tuh sama cerita kamu :p

    liat aja di Prologuenya fate/0 di bagian masa lalu kariya, disana gen urobuchi gak terlalu mereveal masa lalu kariya tapi bener bener menunjukkan perasaan bersalah, penyesalan, dan kesedihan dia karena masa lalu (goddammit i'am really absorbed that time)

    and one more thing
    oke, aku tau kalau percakapan ini harusnya terjadi dengan cepat, tapi bukan berarti ini cuma perlu dipisah dengan tanda koma @_@

    coba kalau dibagian yang aku kasih tanda |==| kamu tambahin deskripsi seolah olah Aislinn itu kelepasan bicara or something, bisa kerasa tuh suasananya oleh pembaca
    gak usah takut sama waktu yang melaju, there's no concept of time in a story

    edit : eh iya ada yang kelupaan @_@

    untuk bagian comander yang langsung one hit kill dan matinya cuma gitu aja...., kesannya worthless banget #gubrak

    aku setuju tuh sama racham, mestinya diceritain di awal dong kalo Aislinn itu termasuk soldier pr0 yang bisa bikin gentar lawan

    or at least something liek this
    [​IMG]
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Jan 26, 2012
  9. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Wogh sasuga komen2nya :matabelo

    Ampe speechless gw bacanya. Jarang2 (mungkin ini pertama kalinya) lu komen kayak gini di thread cerita gw.

    :lol: rada berlebih kalo Aislinn menyombongkan diri kayak gitu.

    Mungkin gw ubah jadi komandan musuhnya yang ngasih tahu kekuatan Aislinn :ngacir:

    ================
    Done, sudah di edit ulang. Coba baca yang sekarang :ngacir:
     
    Last edited: Jan 26, 2012
  10. chain94 Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Nov 14, 2011
    Messages:
    3,130
    Trophy Points:
    236
    Ratings:
    +5,007 / -0
    Ceritanya lumayan :fufufu:..

    Cerita ttg pohon mati, terus penghuninya meninggalkan pohon tersebut dan hanya ada satu yang tetap bersama pohon tsb mirip dengan cerpen yang pernah saya baca di kumpulan cerpen Bobo. Jadi bagi saya, kek dah pernah baca :p (jangan marah ya om).
    Terus, yg bagian Horatius. Menurut saya terlalu cepatnya mati si Horatius, padahal dia itu leader dari pasukan dia. paling gak ada sedikit adegan pertarungan.
    Terakhir, bagian yg saya suka, pas si Horatius mati, anak buahnya pada kebingungan.. itu mantep banget. :top: biasanya dari cerita yg saya baca, biar leadernya mati, anak buahnya tetap bertarung/maju terus pantang mundur. :hehe:
     
    • Thanks Thanks x 1
  11. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Makasih udah mau baca dan komen.

    Haha, susah memang nyari ide yang bener2 blom di pake orang :sepi:

    Udah berusaha di relevankan dengan sedikit penjelasan bahwa Aislinn itu char imba.
    Ya kan ada tipe leader yang cuma ngomong doang skill rendah :lol:

    Makasih komennya, nanti lain kali di usahakan bikin yang lebih bagus lagi ficnya.
     
  12. Lazt_stand M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Aug 15, 2009
    Messages:
    4,286
    Trophy Points:
    193
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +3,432 / -0
    scene dmn Aislinn memperkenalkan dirinya ke Alfarr (lebih tepatnya, menyebutkan namanya ke Alfarr), feeling saat 2 orang yg sama2 tidak mengenal satu sama lain n sedang tenggelam krn mslh masing2 berkenalan, akan lebih terasa klo bagian dmn Aislinn dan Alfarr saling menyebutkan nama masing2 ditaruh belakangan, sesudah Aislinn mengutarakan niatnya untuk menumpang di sana dan Alfarr menyetujuinya

    dan benar, kurang tepat disebut bergenre dark fantasy. setidaknya klo cm selese sampe situ aja.
    Sy pribadi ckup menikmati critanya, sampai membaca bagian akhir baru ingat klo cerita sampeyan it cerpen
    n sy membatin "ahh, cm sampai di sini."
    mungkin klo maw diperpanjang, bs jadi dark :top: dan penjelasan gmn aislinn imba jg bs ditambah belakangan

    IMHO, ini pendapat ane sbg penikmat long term story
    coz ane krng sk membaca cerpen.
    Why ?

    krn klo cerpen tersebut bs membuat sy terpesona akan critanya
    maka sy akan kecewa krn critanya harus berakhir cepat

    tp untuk ukuran cerpen, story sampeyan sy bilang bagus
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jan 27, 2012
  13. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Makasih udah baca, makasih juga buat komentarnya :matabelo:

    Hahaha, mungkin nanti bisa di buat expansionnya ini :lalala:
     
  14. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    well... saya bingung mau komentar apa. pertama sih.. kayak yang udah dibilang om3ga, pemilihan katanya agak kurang enak. Ada kata yang keseringan diulang, ada yang emang harusnya nggak ada di situ. Ada juga yang.. saya pikir sih bisa diganti dengan kata lain yang lebih cocok.

    Soal ceritanya.. saya nggak akan komentar lagi tentang komandannya yang mati dengan sekali serang aja. Okelah.. si Aislinn emang IMBA. Yang bikin saya nggak sreg itu justru pas Aislinn ngomong soal kotornya kekaisaran. Dia nggak jelasin secara detail(ini cerpen, tapi paling nggak.. kasih sedikit penjelasan mungkin bisa lebih oke).. cuma kayak gertak kosong. Dan ini bisa bikin pasukan kekaisaran bingung dan ragu-ragu pas disuruh nyerang sama komandannya? apa nggak aneh? peraturan militer biasanya jelas. Ngelawan atasan sama dengan hukuman berat, dan saya kira peraturan ini juga berlaku di pasukan kekaisaran. Buktinya Aislinn dihukum penjara gara-gara dia melawan kan?

    IMO lebih wajar kalau pasukan kekaisaran pas disuruh nyerang langsung nyerang, cuma Aislinn terlalu IMBA dan dia bisa ermm.. segera ngehabisin yang mendekat dan membunuh komandan sombong itu. Well... it just my opinion. :p

    Terakhir.. ini genre romance kan ya. Saya suka genre romance. Terutama yang perkembangan antar karakternya nggak terburu-buru. Jujur aja.. mungkin karena ini emang ditulis buat jadi cerpen, so... perkembangannya kerasa agak gimana gitu. Aislinn suka Alfarr gara-gara apa? nolongin dia? trus Alfarr suka Aislinn gara-gara apa? ngebantuin dia nemuin tujuan hidup baru? secara konsep sih saya suka. Tapi mungkin kalau perasaan Aislinn/Alfarr lebih diceritakan lagi kemungkinan pasti bisa lebih bagus. Soalnya... ini genre romance, right?

    keseluruhan saya suka:top:. konsep dewa-dewa lama yang menghilang. druid. Penjaga hutan. dan Pohon keramat yang mati. Saya kira kalau jadi cerita yang lebih panjang dengan setting yang lebih luas pasti menarik juga:beer:

    Mission Completed:ngacir:

    :maaf: kalau ada kata-kata yang gak enak..
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: Jan 27, 2012
  15. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    OMG OMG OMG :matabelo idenya bagus
    Nanti edit lagi ah :ngacir:

    :sepi: Memang ga terlalu di pikirkan matang itu romancenya. Jadi rada ga jelas.

    Makasih banget udah baca dan komen, an honest opinion is what I need. :)
     
  16. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    hmm komentar saya, klo menurut saya nih ya... sampai saya baca adegan Alfarr menemukan Aislinn rasanya langsung terbuka semua tabir misteri. rasanya ane langsung tau bagaimana kelanjutannya. tetapi pas sampai bagian Horatius datang menyergap itu rasa penasaran mulai muncul.

    nah tapi sayang, di saat rasa penasaran makin muncul, saat kukira pergumulan lawan Horatius akan memanas :onfire: , ternyata si Horatius ga ada apa2nya :madesu:

    untuk ukuran seorang penjilat si Horatius gampag banget terprovokasi, cuma oleh 1 kalimat yang kurang nusuk.

    trus prajurit2 Horatius itu juga gampang bgt nyalinya luntur cuman gara2 kalimat yang kurang nusuk itu.

    begitulah pendapat saya yang nubie ini gan, mohon dimaafkan bila ada salah2 kata... :maaf:
     
    • Thanks Thanks x 1
  17. Adhyaksa Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Sep 13, 2009
    Messages:
    46
    Trophy Points:
    21
    Ratings:
    +11 / -0
    Deskripsi di paragraf awal sebenarnya ga terlalu panjang IMO, cuman nuansa "boring" dari genre fantasy agak membuat pembaca menganggap storynya kebanyakan detail, mungkin yang udah biasa baca fantasy ga terlalu ngaruh dengan ini.
    Menurut gw settingnya lumayan, walaupun storynya terlalu generic. Selain itu, gw rasa development antara Alfarr sama Aislinn masih kurang (tapi ini one-shot sih, jadi ga mungkin bisa terlalu panjang).

    :ehem: Sori kalo kebanyakan komplen.
     
    • Thanks Thanks x 1
  18. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Makasih untuk kritiknya :)
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.