1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen 20 Ribu Untuk Kebenaran

Discussion in 'Fiction' started by dreamanzie, Dec 28, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. dreamanzie Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 19, 2011
    Messages:
    80
    Trophy Points:
    32
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +46 / -0
    INDEX CERPENKU
    Berbagai aroma tubuh dan bau mulut bercampur aduk tercium di Kopaja yang sedang aku tumpangi ini. Penuh sesak tidak aku hiraukan, karena dalam beberapa menit lagi, mata kuliah Pemrograman Web akan dimulai. Quota absen yang di berikan sebanyak empat kali, telah aku gunakan empat-empatnya. Itu berarti jika aku tidak hadir lagi, aku akan mengulang mata kuliah ini semester genap yang akan datang. Tapi entah kenapa, aku selalu optimis tidak terlambat kalau menumpang Kopaja. Karena yang aku tahu benar tentang Kopaja, mereka adalah Raja Jalanan dan tentu saja selalu cepat.

    ***​

    Suatu hari aku pernah melihat seorang wanita kantoran berbicara kepada kernet tentang kapasitas bis yang sudah melebihi batas. Wanita itu duduk di tengah, sementara penumpang lain yang berdiri terus bertambah dan semakin menyulitkan untuk bernafas. Kemudian wanita itu memaksa untuk turun. Berdesak-desakkan menerobos penumpang yang sedang berdiri. Aku mengintip di sela-sela tubuh para penumpang yang lehernya telah basah berkeringat, dan melihat wanita itu sedang muntah di pinggir jalan.

    Sesaat setelah wanita itu turun, kernet yang berlogat Batak itu berbicara keras sambil memegang uang kertas yang di susun sangat rapi "Kalo numpang jangan banyak ngatur. Gak seneng ya turun. Orang kaya kenapa gak naek bis sebelah tuh, TransJakarTai". Semua penumpang tak ada yang peduli dengan kata-kata si kernet batak itu. Dan yang paling penting dari kata-kata itu, aku paham betul apa yang paling di benci oleh kernet dan supir Kopaja. Ternyata TransJakarta. Aku yang sedang berdiri hanya tersenyum kecil mendengar kata-kata si kernet. Aku selalu mengingat-ingatnya untuk aku tulis di tulisanku, dan sekarang inilah cerita itu aku ceritakan kembali.

    ***​

    Aku berdiri lagi dan memang selalu begitu. Kernet mulai mengecrek-ecrek uang logam, tanda untuk meminta ongkos. Terasa jari tangannya mencolek bahuku. Aku menengok, dan aku melihat si kernet yang tersenyum. Tidak seperti biasanya. "Ongkosnya mas" pintanya halus, dengan logat Jawa tulen.

    "Oh iya bang, sebentar" Aku merogoh kantong celanaku dan tidak ada receh. Terpaksa aku memberikan uang dua puluh ribu "Gak ada receh Bang".

    "Yaudah gapapa nanti di kembaliin" kata si kernet.

    Kernet itu berdesakkan lagi untuk meminta ongkos kepada penumpang bis yang sudah penuh sesak. Di tambah si supir yang ugal-ugalan mengendarai bisnya, menyulitkan si kernet untuk melangkah karena selalu ingin jatuh. Setelah kernet itu sudah berada di depan bis, aku ingat kejadian satu tahun yang lalu. Aku pernah memberikan uang dua puluh ribu, tetapi si kernet tidak mengembalikan uang kembalian ongkos. Saat itu aku sedang UTS mata kuliah Aplikasi Komputer, tetapi aku tidak pernah sampai ke kelas itu. Sesaat setelah aku turun dari Kopaja, aku hanya duduk terdiam di pos polisi pertigaan Green Garden. Menunggu temanku datang untuk menjemputku dan mengantarkanku pulang, karena aku tidak punya ongkos lagi.

    ***​

    Kejadian itu terjadi satu tahun yang lalu. Saat itu hujan mengguyur bis Kopaja yang aku tumpangi dari Kalideres menuju Green Garden. Sedangkan aku sedang berpikir, bagaimana caranya aku bisa sampai ke sebrang jalan dan naik angkot lagi tanpa terguyur hujan. Si kernet menyolek bahuku "Ongkos ongkos!" katanya kasar dan tanpa senyum sedikitpun.

    "Sebentar bang" jawabku kesal sambil merogoh kantong celana dan membayar ongkos dengan uang dua puluh ribu "Gak ada receh" aku melihat matanya tajam.

    "Yaudah ntar kembaliannya" ucapnya sinis.

    Saat itu aku hanya memikirkan tentang soal UTS nanti. Menebak-nebak kira-kira soal yang keluar nanti apakah yang telah aku pelajari di rumah atau bukan. Belum lagi masalah hujan, bagaimana aku sampai ke sebrang jalan tanpa basah kuyup. Jadi aku lupa dengan uang dua puluh ribu itu. Ah, kupikir si kernet itu akan mengembalikannya. Aku melihat suasana bis yang mulai sepi dan melihat bapak-bapak sedang membaca koran di bangku paling belakang. Aku melihat headline koran itu "SUAP MULUT: Trend Menutup Kebenaran di Indonesia". Aku sedikit terkikik, serendah itukah harga kebenaran di Indonesia sehingga bisa di ultimatum dengan kata "UANG"?

    Aku belum ingat tentang uang dua puluh ribu yang belum di kembalikan. Kulihat si kernet sedang berteriak "Lipi..Lipi..Lipi". Tetapi aku harus turun dari bis sekarang juga karena sudah sampai tujuanku. Sebenarnya aku tidak bodoh kalau saat itu aku turun begitu saja untuk mengejar angkot di seberang jalan. Karena kalau tidak aku kejar, aku akan telat, pasti. Dan akupun turun, tetapi si kernet tidak sama sekali membahas tentang nasib kembalian ongkos. Aku melihat Kopaja itu berlalu indah dengan suara mesin rongsoknya yang gagah. Aku periksa kantong celanaku untuk memastikan ada uang receh untuk naik angkot selanjutnya. Dan aku baru ingat "Aku hanya membawa uang dua puluh ribu, KAMPRET!".

    Aku berjalan menuju pos polisi di pertigaan Green garden dengan wajah tertunduk bingung "Ke Kampus naik apa? Jalan kaki?" begitulah pikiranku. Saat itu memang aku panik, tapi sengaja aku berlaga seperti sedang tidak terjadi apa-apa. Aku sibuk menelepon teman-teman kampusku, tetapi tak ada jawaban. Aku ingat lagi, "apakah seekor cicak telah jatuh di kepalaku kemarin?". Setelah aku sampai di pos polisi, aku langsung duduk. Melihat tiga orang polisi sedang mengatur lalu lintas, karena lampu lalu lintas mati. Lalu temanku mengirim SMS "Ji, kelas udah mulai lu dimana?".

    Aku membalas "Selesai UTS, lo jemput gue di pertigaan Green Garden. Nanti gue ceritain". Aku langsung menaruh handphone di ransel.

    Tak lama, kemudian salah seorang polisi menghampiriku "Mau kemana dek?" tanyanya ramah.

    "Mau ke kampus pak" jawabku lemas.

    Polisi itu meneguk segelas kopi, "Kok daritadi gak berangkat-berangkat?" dia menaruh gelasnya.

    "Uang Saya ketinggalan di Kopaja pak".

    "Loh kok bisa?"

    "Saya lupa minta kembalian" aku tertunduk, tersenyum malu.

    "Lain kali sediakan uang receh. Kernet itu girang kalo ada penumpang yang memberikan uang ongkos yang besar" katanya, sambil menunjuk-nunjuk bis Kopaja yang lewat.

    "Iya pak, Saya ceroboh banget hari ini" aku masih tertunduk sambil menggaruk kepala. "Tapi gak apa-apa pak, hitung-hitung ingin mencari tahu kalo kernet Kopaja itu jujur atau enggak".

    "Lalu, bagaimana kesimpulannya?" tanya polisi itu.

    "Ya tidak selalu jujur" jawabku.

    "Berarti, kamu rela membayar dengan seluruh uang jajanmu untuk membuktikan kebenaran?"

    Aku terdiam, aku tak mengerti maksud Pak Polisi itu.

    "Kadang, kebenaran itu bisa terbunuh dengan uang" kata Pak Polisi itu sambil berlalu meninggalkanku untuk mengatur lalu lintas lagi sambil menaik-turunkan alisnya yang kanan beberapa kali.

    ***​

    Tidak terasa sudah lama aku melamun memikirkan kejadian satu tahun lalu. Dimana sedikitnya aku mengerti tentang kernet Kopaja. Dan aku juga mengerti tentang kebenaran yang mempunyai harga. Aku langsung mempunyai strategi, aku akan berpura-pura lupa untuk meminta kembalian ongkos. Sehingga aku bisa memastikan tingkat kejujuran dari kernet Kopaja, sekali lagi. Si kernet mengetuk kaca pintu Kopaja dengan uang logam "Garden...Garden...Garden" itu tandanya aku harus segera turun. Aku pakai switerku, aku pakai topi dan aku bersiap untuk turun. "Bang..Bang, Green Garden".

    "Iya...iya depan dikit dek" kata si kernet. Kemudian dia melihatku "Ini kembaliannya dek. Kan belum di kembaliin".

    Aku langsung tersenyum mendengar suaranya yang berlogat Jawa "Oh iya bang, Saya hampir lupa"

    Dia menghitung-hitung uang yang akan di kembalikan kepadaku "Nih dek kembaliannya. Turun disini?" tanyanya.

    "Makasih ya Bang. Iya disini" jawabku.

    Dia langsung mengetuk kaca pintu dengan cepat "Kiri...kiri...kiri" teriaknya.

    Aku pun langsung turun dengan wajah sumringah. Bukan karena aku naksir dengan si kernet itu. Tapi, karena aku masih bisa melihat kernet kopaja yang jujur. Meskipun seluruh masyarakat Jakarta tahu, kernet dan supir kopaja adalah preman, dan seluruh masyarakat Indonesia tahu, preman itu jahat, tetapi aku bisa membuktikannya langsung, kalau tidak semua masyarakat Indonesia -khususnya supir dan kernet kopaja- yang bersikap curang dan korup. Masih ada orang yang sangat menghargai kebenaran milik orang lain, meskipun aku harus mengeluarkan uang dua puluh ribu untuk taruhannya.

    Dreamanzie, Kopaja, Desember 2011 14.35 WIB
     
    • Thanks Thanks x 2
    • Like Like x 1
    Last edited: Jan 31, 2012
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. selang Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 26, 2011
    Messages:
    57
    Trophy Points:
    21
    Ratings:
    +0 / -0
    mantap juga ceritanya, pengalaman pribadi bos?
     
  4. confalz M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Feb 27, 2011
    Messages:
    508
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +132 / -0
    Serius nih? :jah:
    Ga akan rela deh ngasih 20 ribu cuma buat nguji ginian. Ga bisa lah tabiat beberapa orang digeneralisasi sebagai tabiat semua orang.
    Seperti kata Bang Napi di er-ce-te-i siang2 (-ga tau acara itu masih ada/ga-), "Niat jelek itu bisa ada jika dikasih kesempatan. Waspadalah, waspadalah."
    :peace: Opini
     
  5. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    Khas indonesia banget

    cocok sebagai penulis artikel neh kamu gaya tulisannya :hehe:
     
  6. dreamanzie Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 19, 2011
    Messages:
    80
    Trophy Points:
    32
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +46 / -0
    Yap, pengalaman pribadi selama setahun ini naik Kopaja terus :hmm:

    Ya emang saat itu pandangan gue terhadap supir/kernet Kopaja semuanya bertabiat buruk. Mungkin gue nulis "Semua Masyarakat Jakarta tau kalo supir/kernet Kopaja preman" yang terkesan men-Generalisasi, tapi gak tau kenapa gue yakin saat gue nulis ini kalo emang Masyarakat Jakarta semuanya udah tau tabiat supir/kernet Kopaja/Metromini.

    Kejadian awal emang gue pure Lupa, karena gue lupa minta kembalian. Tapi kejadian itu kebetulan banget terjadi lagi. Dan timbul deh niat kaya gitu. Gue pengen tau apakah semua supir/kernet Kopaja bertabiat buruk. Ternyata enggak semua :peace:

    Hehehe . . Terimakasih udah sempetin baca ya
     
  7. kyotou_yasuri Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 24, 2010
    Messages:
    93
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +20 / -0
    Simpel dan menghangatkan hati. Ane suka cerita yang seperti ini. :top:

    Ane juga seneng kalo ketemu orang yang penampilannya preman abis tp taunya baek, (biasanya tukang parkir atau pedagang kaki lima). :hehe:
     
  8. namanobita M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 23, 2010
    Messages:
    217
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +39 / -0
    maaf kaka, pas baca cerita kk ane jadi kepikiran sama kalimat ini...... sekalian koreksi buat ane juga sih...
    "kita sering ingin mengetes apa masih ada kejujuran di pihak orang lain, tapi kadang kita tidak mengetes apakah masih ada kejujuran didiri kira sendiri..."
     
  9. dimasterof32 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 30, 2009
    Messages:
    655
    Trophy Points:
    56
    Ratings:
    +17 / -0
    ehm, emang sih orang itu ada yang jujur ada juga yang gak,
    kalo mengetes kejujuran begini boleh juga dicoba tuh,
     
  10. Nebunedzar M V U

    Offline

    No information given.

    Joined:
    Mar 7, 2009
    Messages:
    706
    Trophy Points:
    227
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +5,466 / -0
    Tema sosial yang perlu sekali-kali diangkat di SF Fiction. :ogtop:
     
    Last edited: May 28, 2012
  11. clontongan M V U

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Apr 20, 2012
    Messages:
    171
    Trophy Points:
    72
    Ratings:
    +1,456 / -0
    lanjut aja nulisnya dulu gans, ntar kalo udah banyak coba di bukuin trus masukin ke penerbit, g penting dokumentasinya lengkap :hmm:
     
  12. Benga Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 15, 2010
    Messages:
    56
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +3 / -0
    Nice story brooo
     
  13. Dimpeez M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Nov 21, 2010
    Messages:
    757
    Trophy Points:
    51
    Ratings:
    +563 / -0
    yahh.. ini salah satu cerita dari sekian banyak cerita yang sering terjadi di ibukota kita. karna banyaknya saingan dengan angkutan umum lainnya, terkadang kernet+sopir angkutan umum melakukan hal tersebut untuk mendapatkan setoran yang lebih banyak. jadi jangan terlalu cepat kita ambil kesimpulan bahwa semua kernet+sopir angkutan umum itu banyak yang tidak baik. ada bagusnya never judge a book by its cover

    untuk TS nya, kalo bisa ditambahin lagi cerita-cerita yang seperti ini. ceritanya bagus dan ada pesan moral yang bagus untuk dicerna :top:
     
  14. aisakurachan M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jul 15, 2009
    Messages:
    230
    Trophy Points:
    41
    Ratings:
    +166 / -0
    sip markusip gan! cocok jd artikel koran/ majalah nih

    hhh kata2 pak polisi nya nusuk bgt "Kadang, kebenaran itu bisa terbunuh dengan uang" :ehem::ehem:

    kira2 klo d bilang mudah2 an bapak ga sering membunuh kebenaran demi uang gimana yah reaksinya ? :peace:
     
  15. Malaika Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 11, 2012
    Messages:
    10
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +197 / -0
    bagus tu yang aku pulang pa gak buat lg aku pergi hahahhhaaa
     
  16. aden180 Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 3, 2012
    Messages:
    19
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +1 / -0
    kalo anda taruhan 20ribu...
    saat ini saya sedang taruhan dengan nilai-nilai di rapor saya....
    .
    pada saat ujian, saya mengandalkan kejujuran, kemampuan, restu orangtua, dan tentunya rahmat dari Allah swt tanpa contek2an
    Semoga berkah ^,^
     
  17. kan4ta Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 14, 2011
    Messages:
    103
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +9 / -0
    bagus banget ceritanya....
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.