1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Penebusan dosa

Discussion in 'Fiction' started by mechadot, Dec 16, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. mechadot M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 16, 2008
    Messages:
    791
    Trophy Points:
    192
    Ratings:
    +22,503 / -0
    here W go


    Aku berjalan di sebuah lorong yang remang-remang. Dua orang sipir menemaniku menuju sebuah gerbang. Perlahan, gerbang yang pernah kulewati delapan tahun lalu itu terbuka. Mentari pagi tersenyum padaku. Sinarnya terasa lebih berharga dari hari-hari biasanya. Aku menghirup udara dalam-dalam. Meskipun udara yang kuhirup sama setiap hari,udara di luar bui terasa menghangatkan jiwaku yang beku.

    ”Selamat jalan, Bung. Jalani hidupmu dengan lebih baik,”ucap salah seorang sipir.

    ”Dan ingat, jangan pernah kembali kesini,” tambah temannya.

    ”Memangnya siapa yang mau kembali,” kataku....dalam hati. Hanya keledailah yang jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Tapi sekarang banyak orang yang lebih bodoh dari keledai.

    Dua orang sipir itu masuk dan gerbang besar itu tertutup kembali. Aku melepaskan pandanganku ke segala penjuru. Tak ada seorangpun yang datang untuk menjemputku. Hanya pepohonan yang melambai-lambaikan daunnya menyambut kebebasanku. Aku melangkah membawa satu tujuan, mencari kedua orang tuaku dan menebus segala kesalahanku.

    Kenangan kelam itu kembali terbayang di pelupuk mataku. Dulu keluargaku adalah keluarga yang cukup mapan dari segi ekonomi. Aku anak tertua dari dua bersaudara. Keluargaku termasuk keluarga yang taat beragama. Kehidupan pribadiku berubah saat kakiku menginjak dunia kampus. Pergaulanku dengan hamba-hamba syetan membuatku jauh dari pencipta alam semesta. Aku mulai lupa kehidupan beragama. Narkoba dan miras mulai meracuni tubuhku namun aku tidak menyadarinya. Kebiasaanku itu mulai merongrong ekonomi keluargaku. Aku seperti orang gila (crazy,red). Aku tidak lagi mendengar (bukannya tuli,red) nasehat-nasehat kedua orang tuaku. Keadaan makin parah saat adikku jatuh sakit. Keuangan kami tidak memungkinkan mengobati penyakitnya. Akhirnya adikku kembali kepangkuan-Nya. Anehnya, aku tidak bisa mengalirkan air mata saat pemakamannya. Penguburan adikku bersamaan dengan penguburanku dalam pandangan orang tuaku. Mereka tidak lagi menghiraukanku. Hidupku kacau balau.

    Puncaknya saat aku tertangkap polisi karena pencurian dua buah permen. Tak ada seorangpun yang membelaku. Aku pasrah menerima hukuman dari negeriku yang (katanya, red) gemah ripah loh jenawi toto tentrem kerto raharjo. Aku menjalani rehabilitasi di balik terali besi. Beberapa tahun kemudian, aku mulai kembali ke dunia nyata, di mana segalanya tidak semudah membalikkan telapak meja. Aku juga mulai mengingat akan Tuhan penciptaku. Terciptalah sebuah puisi.





    PURNAMA BERMAHKOTA PELANGI



    Bangkai busuk kuanggap kencana surga

    Kilaunya sangat mempesona

    Namun membutakan mataku

    Baunya harum semerbak kesturi

    Namun menusuk tajam sukmaku

    Suaranya merdu mendayu

    Namun membuatku tuli



    Aku mengejar kencana semu

    Dan melupakan permata abadi

    Aku merobohkan tiang langit

    Dan menggali jurang kegelapan

    Aku pilih jalan lurus tanpa halangan

    Dan meninggalkan titian berliku yang sejati



    Sayapku hanya selebar jengkal

    Namun bayangnya menutup tujuh lautan

    Samudera telah kureguk

    Namun dahaga tak pernah berakhir



    Aku terbangun di saat senja dan bertanya

    Apakah embun akan hadir

    Menyelimuti dedaunan yang layu?

    Apakah hujan akan turun

    Menyirami gurun pasir yang gersang?

    Apakah cahaya akan bersinar

    Menembus kaca yang berkarat?

    Apakah ini bukan rembulan bermahkota pelangi?



    Dan jawabannya akan kucari. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari (majas klimaks, red) aku selalu memohon ampunan atas segala dosa yang telah aku lakukan. Namun hatiku kaku saat teringat akan kedua orang tuaku. Aku telah durhaka kepada mereka. Air mataku mengalir saat mengingat keduanya. Aku mengetahui bahwa ridho Alloh bergantung pada ridho orang tua. Ibadahku sebanyak apapun tidak akan berguna jika aku durhaka. Sejak saat itu, aku terus berdoa agar aku bisa menebus segala dosaku pada mereka.

    Waktu terus berjalan menuju hari kiamat. Umurku pun semakin menipis. Sebuah suara klakson membuyarkan lamunanku. Suara itu berdenging di telingaku seperti suara pak sipir yang menghardikku. Ternyata aku telah sampai di tepi sebuah jalan raya. Aku memperhatikan lalu lintas yang semakin ramai sambil menutup hidungku. Asap busuk kendaraan telah menodai kotaku ini.

    Wajah kota ini sudah berubah sejak aku tinggalkan. Para gedung sudah tumbuh (majas personifikasi, red) semakin tinggi menjulang (pasti, red) ke atas (majas pleonasme, red). Mereka seakan ingin menggapai langit biru namun aku yakin mereka akan hancur lebur (bukan karena bom, red). Yang kupikirkan bukanlah gedung-gedung yang sekarat itu melainkan sebuah rumah di mana kenangan masa kecilku tersimpan. Aku mulai mengingat letak rumahku. Aku pun melangkahkan kakiku tanpa ragu. Aku memperhatikan orang-orang yang kutemui. Aku bersyukur karena keadaanku masih lebih baik dibandingkan mereka (gepeng, red).

    Matahari mulai meninggi saat aku tiba di depan pagar sebuah rumah. Rumah itu sangat berbeda dengan rumah yang aku kenali dulu. Tiba-tiba muncul seseorang dari dalam rumah itu. Aku mengenali orang itu. Beliau adalah Pak Hadi, tetangga kami dulu. Beliau tidak mengenaliku. Dari beliau aku tahu semuanya. Rumahku digadaikan karena masalahku dan orang tuaku pergi entah kemana. Aku pamit dan melanjutkan perjalananku. Kali ini langkahku tak tentu arah. Aku tak tahu keberadaan mereka. Saat mendengar suara azan hatiku kembali tentram. Aku pun melangkah ke sebuah mesjid dan mengikuti shalat Jum’at.

    ______________



    Setelah melepas lelah aku melanjutkan perjalananku. Akhirnya aku tiba di sebuah pemukiman kumuh. Ada kekuatan yang menuntunku ke sana. Saat itu sedang terjadi keributan. Aku menerobos kerumunan orang untuk melihat apa yang terjadi. Aku tersentak saat melihat dua orang yang tak berdaya di tengah kerumunan tersebut. Mereka adalah kedua orang tuaku. Aku tidak mungkin melupakan wajah-wajah yang selalu menyayangiku sejak kecil. Mereka sedang diintimidasi empat orang preman. Tanpa pikir panjang lagi aku langsung melindungi keduanya yang sudah semakin tua. Keempat preman itu bergerak mengelilingiku. Mereka membentak dan melemparkan kata-kata purba (kata-kata yang tidak pantas diucapkan oleh manusia modern, red) kepadaku. Akhirnya perkelahian pun tak terhindarkan. Dulu aku adalah pengecut nomor satu di dunia namun kehidupan di dalam sel telah mengajarkan apa arti dari berjuang untuk hidup. Aku bisa mengatasi mereka.merasa terdesak, salah seorang preman mengeluarkan pisau lipatnya dan menyarangkannya ke dalam perutku yang saat itu sedang melakukan konser sumbang (kelaparan, red).

    Tiba-tiba terdengar suara tembakan. Polisi telah datang namun aku telah terkapar. Mereka mengejar empat orang preman itu. Kedua orang tuaku mendekat kearahku.

    ” Mengapa kau lakukan ini anak muda?” tanya pria tua itu.

    ” Karena aku adalah anak kalian,” jawabku.

    Mereka tertegun. Aku meminta maaf pada mereka atas segala dosaku namun mereka tidak menjawabnya. Aku pasrah. Yang ingin kuucapkan sekarang adalah dua kalimat syahadat namun aku tak kuasa melakukannya. Saat itu muncullah teman SMAku yang bekerja di sebuah penerbitan. Dia meminta maaf karena tidak menjemputku. Dia juga mengabarkan bahwa cerita-cerita yang kutulis di dalam sel dan kukirimkan padanya akan diterbitkan menjadi sebuah buku. Aku bahagia mendengar kabar itu dan berpesan padanya untuk menjaga kedua orang tuaku. Akhirnya kedua orang tuaku memaafkanku dan aku bisa bertemu dengan khusnul khotimah atau dengan kata lain cerita ini happy ending (salah bung, ini tragedi, red).

    terima kasih
     
    • Thanks Thanks x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    :lol: hukuman 8 tahun hanya karena mencuri 2 permen :haha:

    ga ngerti ini kiasan atau digambarkan secara real bener2 2 permen ( atau permen narkoba )

    :lol:
     
  4. Downloader007 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Sep 16, 2011
    Messages:
    315
    Trophy Points:
    41
    Ratings:
    +97 / -1
    kebanyakan pake penjelasan2 ga jelas ah rad red rad red...
     
  5. mechadot M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 16, 2008
    Messages:
    791
    Trophy Points:
    192
    Ratings:
    +22,503 / -0
    itu pake majas kayaknya... ada kok di buku... majasnya ya gitu. gaje
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.