1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Last Blood (Luka Terakhir)

Discussion in 'Fiction' started by om3gakais3r, Nov 25, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,040
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    Luka Terakhir
    Bisakah kau menuliskan bagaimana bentuk cintamu?
    atau menggambarkannya?
    atau me-reka satu episode tentangnya?

    Hitamnya langit menggambarkan warna yang sama dengan yang terlukis di atas tanah basah, latar belakang dari pertempuran terakhir dari perang sembilan tahun ini. Pertempuran suatu saat nanti akan memaksa satu pihak menyerah tanpa perlawanan sama sekali.

    Bau karat yang menyengat. Tidak hanya dari tumpukan pakaian perang yang tergeletak di setiap empat meter, tapi juga berasal dari cairan merah yang mengalir dibawa air hujan. Mengalir dari daging-daging busuk yang suatu hari nanti akan dipanggil "pahlawan", "korban perang", atau mungkin tidak diingat sama sekali.

    Sejak awal, tidak ada alasan untukku yang membuat aku harus berdiri di papan judi para raja ini. tidak ada yang mengancamku agar aku harus merenggut ratusan bahkan ribuan nyawa hanya dengan sepotong besi tajam di tanganku.

    Rasa hausku akan darah? muingkin iya. Tapi untuk seorang pedagang sayur sepertiku memiliki rasa dahaga akan kematian orang lain sepertinya hampir tidak mungkin. Terlebih lagi masa laluku yang bagai tidak tersentuh jemari tragedi.

    Lalu, apa alasanku memegang erat pedang yang entah siapa pemilik sebelumnya dan siapa sang pandai besi yang menempanya.

    Tidak satu butir pun pasir dari gurun kepahlawanan yang menempel pada pundakku. Lalu, apa yang aku cari di hutan arwah dan darah ini?

    Hujan deras mendinginkan rasa perih telapak tanganku yang mungkin seharusnya sudah hancur sejak berjam-jam lalu.

    Ya, setidaknya air hujan menjadi penangkal sakit.

    Dua lagi tubuh yang terjatuh karena ayunan tanganku. Kali ini salah satunya kehilangan leher dan kepalanya. Sedangkan yang lain terpaksa terbaring lemas tanpa lengan kanannya.

    Untuk seorang penjual sayuran, bukankah memotong di luar keahlianku? lalu mengapa para tubuh bertutup kaleng baja itu begitu mudah hancur, seperti wortel yang dipotong dengan pisau daging?

    Tanpa seorangpun teman di belakangku membuat aku merasa lebih aman, tidak harus memikirkan pengkhianatan mereka.

    Semua yang ada di depan, belakang, samping, atas, bawah. Semua adalah musuh. Jadi aku bebas boleh melakukan apapun. Menusuk jantung mereka, mata mereka, persendian. Atau menorehkan luka dalam di dada mereka, memotong bagian tubuh mereka yang setengah terlindung baju besi, atau bahkan menghancurkan pembuluh darah utama mereka. Atau mungkin aku bisa membiarkan mereka hidup.

    Tapi itu bukan apa yang aku pilih. Aku lebih memilih membuat nyawa mereka meninggalkan tubuhnya masing-masing ketika mereka dalam jarak yang bisa aku raih dengan pedang ini. Membuat mereka terkubur dalam air hujan yang seharusnya memberi kesegaran pohon-pohon anggur di sekitar.

    Aku tidak peduli. Walau panas tubuhku mulai menghilang, tapi setidaknya aku harus menyelesaikan apa yang aku mulai.

    Mungkin tidak mungkin untuk seorang pedagang sayur dalam satu hari berubah menjadi mesin pemotong daging manusia, menjadi prajurit yang haus darah.

    Tapi itu aku.

    Tidak lama, aku melihat ke sekitar. Tidak lagi ada satupun tubuh yang berdiri di taman kegelapan ini. Padahal beberapa jam lalu, seribu delapan ratus prajurit terbaik di seluruh negeri berbaris rapi menuju sebuah desa kecil yang tidak jauh dari tempat ini. Enam pemimpin klan terkuat, lima puluh jendral, dan sekitar seribu prajurit yang memenangkan perang dengan mudah hanya dalam waktu satu hari berubah menjadi perhiasan bagi tanah yang tadinya berwarna coklat ini.

    "Heh, cuma segini para pahlawan pejuang terbaik di kerajaan Vithas? Tidak satupun bisa menghentikan seorang yang bahkan tidak terlatih di militer? Ha? hahahaha!"

    Aku menepaskan setiap rasa lelah dalam tawaku. Memancing seorang pengecut yang sampai sekarang belum memberi nyawanya padaku. Seorang yang menjadi alasan kenapa aku harus menodai tanganku dengan nyawa banyak orang.

    "Redrick! Kegilaan macam apa yang kau lakukan?!"

    Dari kejauhan, dua ekor kuda mendekat dan berhenti di jarak yang tidak bisa aku raih dengan pedangku.

    "Ini adalah hadiah; untuk kemenangan perang negeri yang kau pimpin, untuk merayakan pertunanganmu dan untuk tanah kelahiranku dan tunanganmu, Eilzh."

    Aku menunduk dengan gemetar. Menghormati sang aktor yang aku ambil tempatnya, Pangeran Voult Cump Vithas yang baru-baru ini memenangkan perang besar dengan kerajaan rival. Memenangkan perang dengan orang-orang yang sekarang sudah tidak bernapas.

    "Kau sebut ini hadiah?! Dasar rakyat jelata. Kalian semua sampah! Mungkin rasa sakit ketika aku mengambil Eilzh darimu tidak cukup untuk membuatmu jera. Sejak awal harusnya aku hancurkan Timbercoal, tempat kelahiranmu bersama denganmu!"

    Voult mengangkat tangan kanannya. Mengacungkan busur silang (Crossbow) ke arahku dan melepas pelatuknya. Membuat sebuah anak panah melayang begitu saja ke arahku.

    Mungkin karena aku kedinginan, aku tidak menghindari anak panah ini dan membiarkannya tenggelam dalam kulit menembus daging dan menancap ke dalam tulang tangan kiriku.

    Otakku sudah tidak berjalan dengan normal. Tidak ada rasa sakit yang aku rasakan, hanya tiba-tiba tanganku mati rasa dan kehilangan tenaga. Kedua tanganku jatuh bersama pedang yang sudah tidak kuat aku topang dengan kedua tanganku.

    "Satu pujian untukmu sudah mengalahkan pasukan terkuat hanya dengan pedang yang kau curi. Sebagai rasa penghormatan, akan aku bunuh setiap anak-anak dan perempuan di Timbercoal secara perlahan dan menyakitkan. Akan kubuat semua laki-laki membayar apa yang kau lakukan, menjadi budakku atau menjadi makanan peliharaan-peliharaanku! Hahaa!"

    Voult turun dari kudanya, mendekat ke jarak yang seharusnya bisa aku capai dengan tangan dan pedangku. Tapi mau bagaimana lagi. Sudah tidak ada sisa tenaga, panas tubuh yang bisa aku keluarkan.

    "Sekarang, pertunjukan yang aku ingin lihat..."

    Crossbow yang digenggamnya diacungkan pada kepalaku, menekan ujung mata panahnya di pelipis di dekat mata kananku.

    "Redrick! Akan aku nikmati kematianmu bagai anggur tersegar yang bisa diberikan dewa padaku! hahahaha-"

    Tawanya terhenti. Bagaikan napasnya tidak bisa mencapai mulutnya.

    Tunggu dulu, itu bukan sebuah perumpamaan. Napasnya secara harfiah tidak bisa mencapai mulutnya.

    Kepala Voult terjatuh begitu saja, meninggalkan lehernya yang masih pada tempatnya.

    "Kita akhiri apa yang kita mulai sekarang, Redrick!"

    Di balik tubuh tanpa kepala Voult itu berdiri seorang perempuan yang sejak tadi ada di samping Voult. Memegang pedang yang diambil dari salah satu mayat prajurit yang aku bunuh.

    "heh, Tentu saja."

    Aku mengumpulkan semua energi di tanganku, membuatku kembali bisa meraih pedang yang aku jatuhkan.

    Pedang itu aku angkat dengan tangan kananku. Kakiku yang mulai mendapat tenaga menyiapkan kuda-kuda yang sudah lama aku tidak gunakan.

    Kuda-kuda yang sama dengan perempuan di depanku.

    Kedua pedang kami berlumur darah. yang membedakan adalah jumlah darah yang menempel di atasnya.

    Aku melompat ke depan, di saat yang sama dengan perempuan itu melakukan hal yang sama. Hanya satu tujuanku (kami), menusukkan sedalam-dalamnya pedang di tangan kanan ke dada kiri satu-satunya orang yang berdiri di hadapan dan menelan pedang satu sama lain ke dalam jantung.

    "Dengan ini cinta kita abadi, bukan?"

    Rasa sakit mulai terasa dari dada kiriku. Berasal dari tempat seharusnya jantungku berada.

    Kesadaranku mulai menghilang, gambar yang terakhir aku lihat adalah satu kecantikan yang sudah lama berada di sampingku.

    "Orang terakhir.. ugh... yang berada di samping kita... Egh! saat kematian kita... adalah orang yang paling dicintai... Haah... Romantis, bukan? Redrick?"

    Aku tidak lagi bisa melihat siapa yang berbicara dengan terengah karena menahan sakit, dan lagi aku tidak yakin dia bisa melihat apa yang aku lakukan sekarang.

    Aku tersenyum untuknya, dan aku yakin dia juga tersenyum untukku.
    "Ya, Eilzh. Kalau aku bisa terlahir kembali... Haagh... aku harap kita bersama lagi.. Eghh... Dan di dunia itu aku harap... tidak ada perang yang mengutuk cinta ki... ta..."

    Dengan kalimat itu, rasa sakit menghilang setelah satu hentakan rasa sakit yang luar biasa.

    Semua menghitam. Episode-episode yang aku lalui penuh dengan dendamku kepada perang terulang begitu saja. Membuat kematian ini menjadi lebih menyakitkan dari yang aku duga.

    Tapi, satu gambar terakhir yang membuatku tenang. Seorang yang mengambil nyawaku adalah orang yang paling aku cinta. Itu sudah cukup.

    Karena... Sejak awal aku tidak sudi nyawaku atau Eilzh direnggut karena perang yang hanya omong kosong ini.
     
    • Thanks Thanks x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. XtracK M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Feb 22, 2011
    Messages:
    261
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +256 / -0
    ceritanya mantap!!! :top: T.O.P

    tapi, ada satu kata yang salah tulis, dan ada penggunaan kata sambung agak janggal, kk :iii:
    tapi, ceritanya mantap!!
    endingnya keren, kk om3ga :top:
    kalimat2nya macam puisi :malu:
     
    • Thanks Thanks x 1
  4. red_rackham M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 12, 2009
    Messages:
    757
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +355 / -0
    Humm....saia kasih cabe ya *evil grin

    Ide ceritanya bagus.

    Tapi karakternya terlalu overkill dengan background-nya sebagai seorang tukang sayur. 1800 orang tentara terlatih tidak bisa membunuhnya? Enam pemimpin klan terkuat, lima puluh jendral, dan sekitar seribu prajurit yang baru memenangkan perang besar kalah begitu saja? Selemah apa mereka?

    Cinta bisa membuat orang melakukah hal2 tidak masuk akal. Yep. Benar sekali. Tapi tolong dibuat logis. Seorang tukang sayur yang membunuh 10 prajurit bawahan, itu masih mungkin. TApi membunuh para jendral yang pastinya sangat terlatih, itu sudah kelewatan.

    Lalu hubungan antara si Redrick dan Voult tidak terasa dalam karena tidak banyak di ekspos. Perasaan sakit hati Redrick karena si pangeran mengambil kekasihnya juga tidak banyak digali.

    Lalu twist di akhir itu....janggal. Klo sejak awal si Eilzh ada di samping si Voult, kenapa dia dari awal ga berusaha menghentikan si pangeran itu? Terkesan si wanita itu tahu2 saja muncul di samping si karakter antagonis demi ending cerita.

    Dialog yg disisipi erangan kesakitan itu....janggal sekali. Lebih baik dialog pengantar kematiannya dibuat singkat dan jelas. Daripada panjang dan disispi erangan2 itu...rasanya mengganggu.

    Anyway....good one and keep on writing :top:
     
    • Thanks Thanks x 1
  5. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,040
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    Cerita ini diangkat dari game yang saya buat juga.. :keringat: dimana player harus membunuh total sebanyak 1800 musuh dari level 1 sampai 70, player dapat level up setelah mengalahkan musuh2 tsbsehingga bisa mengalahkan musuh2 dengan level lebih tinggi. jadi memang kalau dalam bentuk cerita one shot terlalu janggal.. :keringat:
    btw thx komennya.. :top:
     
  6. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Bravo :beer:

    settingnya epic, takaran actionnya pas, penceritaan yang dibatasi malah membuat orang jadi berimajinasi liar sendiri.

    Overall this is a valuable creation.
     
    • Thanks Thanks x 1
  7. chus Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Nov 17, 2011
    Messages:
    25
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +24 / -0
    Akupun tak rela nyawamu dan Elizt direnggut hanya karena perang yang tak berarti

    Nice story. mantaaapp... >.<
     
    • Thanks Thanks x 1
  8. kyotou_yasuri Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Oct 24, 2010
    Messages:
    93
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +20 / -0
    Penggambaran settingnya bagus, jelas. Dengan baca deskripsinya aja sudah benar-benar kerasa kayak di medan perang. Action-nya juga pas, nggak berlebihan. Ceritanya lumayan, cuman agak bingung dengan kemunculan karakter dan twist tentang tokoh utama, pangeran dan Elizh :pusing:

    Ngomong-ngomong, si tokoh utama bener-bener Tukang sayur? Hebat banget ilmu pedang dia... :bloon:
     
  9. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,040
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    jawabannya: Level Up :top:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.