1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Sebuah Adegan di Stasiun Kota

Discussion in 'Fiction' started by ekajogja, Oct 28, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. ekajogja Members

    Offline

    tukang ketik

    Joined:
    Aug 28, 2011
    Messages:
    47
    Trophy Points:
    22
    Ratings:
    +30 / -0
    Tetua-tetua yang terhormat,
    mohon petunjuk untuk cerpen saya ini :sembah: semoga berkenan :matabelo:

    Sebuah Adegan di Stasiun Kota

    Setelah pagi lenyap dirundung mendung, hari berhias derai gerimis. Titik-titik air menari-nari di tingkap menara katedral tua sebelah stasiun kota, merajam ujung reranting cemara, meruapkan aroma bumi basah di udara. Sekali tempo dawai-dawai angin menyuarakan orkestrasi sunyi, membawa hati segenap penghuni kota ini larut dalam soliloqui kekal. Begitu syahdu dan rentan.

    Tingkah gadis itu, si kecil berambut kemerahan itu, seakan tak hirau akan duka langit. Seuntai senyum tak putus-putusnya tersulam di merah bibirnya, sementara kaki-kaki rampingnya menapaki baja rel kereta. Sesekali ia bersijingkat mengikuti irama yang hanya terdengar oleh telinganya. Senandung-senandung kecil tanpa suara. Seperti melodi yang keluar dari kecapi yang dipetik oleh jemari peri-peri hujan. Alangkah cantiknya.

    Seolah menjadi percik api unggun di kelam kabut, gerak-gerik bidadari mungil itu menjadi kiblat tatap mata-mata lesu yang berjajar di stasiun kota, menanti kereta yang tak urung tiba. Baru lima sepuluh menit, memang; namun perut yang didera lapar dan fikir yang dipilin cemas membuat penantian itu serasa berabad lamanya.

    Aku ada di sana, di tengah sekumpulan orang yang tak sabar menanti saatnya tiba di rumah setelah seharian penuh bergulat dengan hiruk pikuk kota. Sudah hampir tak mampu lagi aku berdiri, menantikan saat terbebas dari terpaan kesunyian ini. Seluruh tubuhku terasa lemah, hilang daya untuk meneruskan dongeng-dongeng kehidupan. Di beranda stasiun pengembaraan yang teduh dan beku ini.

    Seperti mata orang-orang bernasib sama yang membatu bersamaku di stasiun ini, mataku juga terpaku pada gadis berambut kemerahan itu. Entah sihir apa yang menyertai setiap jingkat langkahnya, yang nyata adalah bahwa kami semua telah terhanyut dalam kesahajaan sosoknya. Sosok selembut kapas yang diterpa jarum-jarum gerimis, namun tetap merelakan dirinya jadi kembang yang membayang di selaput mata para pengagumnya.

    Satu persatu, senyum mulai terkembang di bibir kami yang sedari tadi ngilu tersayat hawa dingin. Ada tiupan-tiupan kehangatan yang merencah dari sana, dari keberadaan gadis kecil itu. Seakan matahari yang enggan muncul sejak pagi menitipkan kuasa cahaya ke dalam tubuhnya. Tubuh kecil rapuh berbalut gaun rombeng yang telah pudar warnanya oleh bilasan waktu. Ah, sekulum ironi yang masam betul aromanya.

    Senandung dan tarian gadis kecil itu kian rancak. Seiring hujan yang kian deras, gadis itu seperti berjuang melawan angkuhnya alam dengan gerakan-gerakan yang kian lincah sekaligus nyanyian-nyanyian keriaan yang makin keras kedengarannya. Namun dentum-dentum hujan yang menabuh atap besi stasiun semakin menulikan telinga kami; hingga cuma sekejap nyanyian gadis itu terdengar, lalu hilang lagi.

    Aku menatap sekeliling. Beberapa orang mulai tak sanggup berdiri, lalu duduk di lantai yang basah tergenang jatuhan air dari talang yang bocor. Beberapa lainnya berjalan mondar-mandir di sepanjang kios-kios yang berderet di beranda stasiun, dari timur ke barat lalu ke timur lagi, barangkali mencoba menerka-nerka masakan apa yang telah disiapkan istri-istri mereka setibanya di rumah nanti.

    Oh iya, aku lupa memberitahukan pada kalian bahwa kebetulan semua orang yang ada di stasiun ini adalah laki-laki. Mulanya aku juga heran, namun bisa kupahami karena sejak beberapa waktu yang lalu – sejak para penguasa memaklumatkan aturan yang melarang kaum hawa berkeliaran di tempat-tempat umum; mencegah godaan nafsu, begitu alasannya – maka wanita pun sangat jarang ditemui di stasiun ini. Kadang cuma wanita-wanita nekat yang tak takut ancaman hukum yang tampak di sekitar sini, seringkali cuma banci.

    Setelah bosan menjelajahi – untuk kesekian kalinya – ujung ke ujung bangunan stasiun dan mengamati orang-orang yang ada di dalamnya, aku pun menghentikan langkahku. Tanpa sengaja, kali ini aku berdiri tepat di depan tempat gadis kecil itu menari-nari dengan riang. Aku bisa mendengar sepatah dua patah syair yang dia lagukan. Semacam nyanyian sendu, namun entah mengapa gadis itu menyanyikannya dengan raut muka gembira. Tapi tunggu dulu, wajah yang tadi terlihat tak henti-hentinya tersenyum itu ternyata basah oleh air mata yang sederas hujan di sekelilingnya! Apa sebenarnya ini? Apakah otakku sudah mulai tak waras sehingga tak mampu mencerna arti semua ini? Atau gadis kecil itu terlalu gila hingga tak mampu mengendalikan emosinya sampai campur aduk seperti itu?

    Aku tak mampu dan tak mau berpikir. Tubuh dan pikiranku sudah terlalu lelah. Aku tengah menunduk dan memijit-mijit kening ketika terdengar gemuruh roda-roda kereta yang beradu dengan rel baja. Peluit kereta memekik mengguncang kalbu. Orang-orang di sekelilingku mulai maju ke tepi rel, saling dorong. Wajah-wajah mereka berubah cerah saat perlahan kepala kereta mulai tampak di ujung stasiun. Riuh puluhan mulut mereka terdengar saling menyemburkan kata-kata satu sama lainnya. Senyum-senyum lega, beberapa bahkan mulai tertawa-tawa. Tubuhku mulai terasa ringan setelah beban penantian itu terlepaskan. Namun itu cuma sekejap saja.

    Gadis kecil itu, ya, gadis kecil berambut kemerahan itu masih di sana. Berjingkat-jingkat menari di atas rel kereta di depanku. Masih senyuman yang dibasahi air mata yang sama. Oh! Aku memekik tertahan. Bagaimana ini? Bisa-bisa dia...

    Tanpa pikir panjang aku melompat ke arahnya. Mulutku mengoarkan pekik ketakutan. Sepersekian milidetik aku terbang melayang. Namun sebelum ujung jariku menyentuh tubuh gadis itu, Tappp...! Sesuatu yang padat, keras, dan panas menepuk ringan punggungku. Merah darah memercik dan membutakan mataku. Telingaku berdenging begitu ngilu. Denging panjang dan amat menyakitkan yang berangsur-angsur mereda seiring munculnya larik-larik cahaya yang luar biasa terang beterbangan di sekelilingku. Seluruh tubuhku begitu ringan. Aku tetap terbang melayang. Begitu ringan, ah... Akhirnya...
     
    • Thanks Thanks x 3
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    lagi bengong di stasiun kereta. Hidup bosan tanpa ada pemandangan cewek. Tergoda liat ada gadis berjalan di atas rel kereta, gelandangan. Awas kereta datang
    DOak

    akhirnya aku bisa meninggalkan dunia penuh otot ini
     
    • Thanks Thanks x 1
  4. ekajogja Members

    Offline

    tukang ketik

    Joined:
    Aug 28, 2011
    Messages:
    47
    Trophy Points:
    22
    Ratings:
    +30 / -0

    tengkiu atas "closing line"-nya :malu2:
     
    Last edited: Oct 28, 2011
  5. INTERNETS M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jun 30, 2011
    Messages:
    3,135
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,651 / -1
    Aku yang ngak ngerti tentang cerpen atau apa ya , aku baca tulisan diatas seperti puisi aj .....?
    maaf kalau komen ane seperti ini...
     
  6. ekajogja Members

    Offline

    tukang ketik

    Joined:
    Aug 28, 2011
    Messages:
    47
    Trophy Points:
    22
    Ratings:
    +30 / -0
    thx atas komennya.
    ada batas yg sangat halus antara "prosa liris" dan "puisi naratif". keduanya sama2 punya alur, penggambaran situasi batin (emosi) tokoh, dan diksi yang ketat.
    lalu apa bedanya?
    silakan temukan sendiri ;)
     
  7. yvonemelosa Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 26, 2012
    Messages:
    31
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +9 / -0
    Bagus kok, bahasanya mudah dipahami, meskipun awal aq agak bingung, gadis yang dimaksud itu sebenrnya siapa :bingung: ..dan apa yang terjadi sama gadis itu kurang ada penjelasan,but so far aku sukaa storynyaa :top:
     
  8. kan4ta Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 14, 2011
    Messages:
    103
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +9 / -0
    bagus kok ceritanya, cmn endingnya agak kurang jelas
     
  9. bluesekai Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 8, 2010
    Messages:
    98
    Trophy Points:
    101
    Ratings:
    +1,248 / -0
    Klise.... :ogngacir:
     
  10. xiaomao13 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 22, 2008
    Messages:
    2,451
    Trophy Points:
    132
    Ratings:
    +919 / -0
    Yah, oom-nya mati ketabrak kereta.
    :v
     
  11. b4yured Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 17, 2011
    Messages:
    41
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +4 / -0
    bagus, meski agak gimana gtu hehehe, tp dr ane 2 jempol dah buat agan
     
  12. imnotbig Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 13, 2013
    Messages:
    114
    Trophy Points:
    17
    Ratings:
    +1 / -0
    pendapat gue aja nih ye , bahasanya aga berat ya , terlalu banyak deskripsi yang klise , perumpamaannya juga terlalu ke puisi dan unsur prosanya jadi aga pudar :peace:
    sejauh yang gue tahu , biasanya cerpen itu ngga mengubah nasib dari tokoh utamanya , ini tokoh utamanya malah kecelakaan. akhirnya juga belum jelas deh menurut gue
     
  13. bagusaji Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 30, 2009
    Messages:
    97
    Trophy Points:
    101
    Ratings:
    +4,011 / -0
    nice :2thumbsup
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.