1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

FanFic Kematian yang Tertukar [Final Destination]

Discussion in 'Fiction' started by R3Qui3M, Oct 27, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Ini adalah fanfic pertama saya yang terinspirasi dari seri Final Destination.

    Saran dan kritiknya sangat dinantikan. :xiexie:

    Index:

    Prolog
    Chapter 1

    Kematian, bukanlah akhir dari segalanya, namun adalah akhir dari kehidupan. Kematian itu datangnya seperti pencuri, tidak ada yang bisa menduga. Mungkin kau bisa dicabut namanya sekarang, satu menit lagi atau besok. Tidak ada yang tahu dengan pasti mengenai kematian. Mungkin kau bisa mendapat firasat buruk, tapi itu belum tentu adalah kematian. Bila kematian datang, kau pasti akan mendapat firasat buruk. Kematian mengikuti daftar yang telah ditentukannya. Kau tidak bisa lari dari itu, tidak akan bisa. Meski kau berhasil melarikan dari daftar yang pertama atau mencuranginya, kau akan dikejar kembali dengan daftar yang baru, lebih menyedihkan daripada yang pertama. Kematian akan menelanmu, memasukkannya ke dalam asam lambung yang mengganas, memisahkan rohmu dan jasadmu di dalam ususnya dan membuangmu di tanah berapi. Jangan pernah mengira kau bisa melawan takdir yang telah ditentukan. No one can ever cheat Death.
     
  2. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Chapter 1

    McKinley, Pennsylvania. Seorang pria telah berhasil menghentikan ledakan yang akan terjadi di salah satu ruang teater yang sedang dibangun di Springfield Centre Mall. Pria dengan nama Nick O’Bannon mendapatkan firasat yang memberitahu dirinya untuk segera memadamkan api yang sedang menjalar menuju ke tangki berisi bahan kimia yang mudah terbakar. Ribuan jiwa diselamatkan berkat aksi dirinya tersebut. Sayangnya, dia menderita luka yang cukup parah di tangannya karena terkena tembakan paku dari salah satu alat pekerja yang terjatuh. Begitu ditanya mengenai firasat tersebut, Nick menjawab, “Aku tidak tahu mengapa aku bisa mendapatkan firasat tersebut. Tapi melihat jumlah korban jiwa yang nanti akan banyak, aku harus menghentikannya. Pacarku dan temannya juga sedang menonton film di teater tepat di belakang ruang asal ledakan tersebut.” Petugas mal memberikan sebuah penghargaan kepada Nick karena berhasil mencegah ledakan yang akan terjadi.

    “Wow, kau lihat itu, seorang pria berhasil mencegah ledakan yang akan terjadi di Springfield, McKinley,” ucap Bob yang tengah duduk di atas sofa sambil menengok ke arah sahabatnya yang sedang berdiri di sebelah sofa saat menonton siaran berita di ruang kerja mereka. Shane, nama sahabatnya, hanya terdiam dan menggeleng-geleng. “Ini benar-benar luar biasa, aku hampir tak bisa mempercayainya,” jawabnya. Tiba-tiba seorang perempuan masuk ke ruang kerjanya tanpa mengetuk pintu. “Hei, aku minta laporan keuangan untuk acara di Oklahoma nanti. Berikan padaku sekarang. Aku mau memeriksanya kembali, memastikan semuanya sudah terencana dengan baik,” kata perempuan itu. “Oke, Mary,” jawab Bob sambil memberi petunjuk pada Shane untuk mencari laporan yang diinginkannya. Shane langsung bergerak mencari laporan di atas meja kerja mereka. “Hei, kau sudah lihat berita di TV? Seorang pria beruntung ini mencegah ledakan di Springfield Mall McKinley,” kata Bob pada Mary. “Yah, aku sudah melihatnya. Cukup menakjubkan, bukan? Mungkin salah satu dari kita juga bisa melakukannya,” balas Mary sambil tertawa kecil. “Haha, kau aneh ya? Masa menginginkan hal bernama firasat itu ingin terjadi di salah satu dari kita?” “Aku tidak bilang menginginkannya. Aku hanya bilang mungkin. Kita tidak tahu kan apa yang akan terjadi.” Bob tidak merespon, hanya mengangkat kedua tangannya seperti orang yang tidak tahu. Shane segera memberikan laporan yang diminta Mary kepadanya.

    “Ini laporan yang kau inginkan,” katanya. “Oh, terima kasih,” jawab Mary. Sebelum dia keluar dari ruangan itu, Mary membalik badannya. “Jangan lupa besok berkumpul di sini jam 7 pagi. Kita akan berangkat bersama menuju bandara,” Mary mengingatkan. Kedua pria itu mengangkat jari jempol mereka. Setelah Mary keluar, Bob dan Shane bertepuk tangan. “Kita akan menuju Oklahoma. Aku berharap dapat pacar di sana,” ucap Shane. “Mudah-mudahan. Aku hanya ingin acara ini cepat selesai dan menikmati keindahan Oklahoma,” kata Bob.

    Keesokan harinya, jam 7.30 mereka semua telah berkumpul di ruang resepsionis. Ruangan yang cukup besar itu tidak terlihat penuh karena hanya ada 7 orang di dalamnya. Suasana ribut terdengar hingga ke ruangan sebelahnya, tempat Mary dan Jordan sedang berdiskusi. Mary keluar dari ruangan tersebut. “Perhatian semua, kita berangkat sekarang. Bawa barang-barang kalian.” Bob dan Shane bersama lainnya segera mengangkat koper mereka dan menuju ke dalam bus yang akan mengantar mereka ke bandara. Sedangkan di dalam ruangan tempat diskusi, Mary dan Jordan sedang berbicara. “Mary, hati-hati di jalan. Aku akan merindukanmu,” kata Jordan. “Tenanglah, ini hanya empat hari. Kau tak perlu khawatir,” jawab Mary. “Baiklah, aku percaya padamu.” Jordan mencium kening Mary. Kemudian Mary segera keluar sambil melambaikan tangan dan berkata, “Selamat tinggal.” Jordan juga membalas lambaian tangan Mary dan berkata, “Selamat tinggal.”

    Mary segera masuk ke dalam bus yang berisi 9 orang, termasuk dirinya dan sang supir. Bus tersebut mampu berisi 30 orang, namun karena banyak barang bawaan dan perlengkapan presentasi, maka bus tersebut terlihat penuh. Mary mengambil tempat di bagian depan, tepat di sebelah Bob dan Shane di mana Bob mengambil tempat di dekat jendela. “Pak, silahkan jalan,” kata Mary. Pintupun tertutup dan bus tersebut berjalan. Perjalanan ini memakan waktu 1 jam karena lokasi kantor mereka cukup jauh dari bandara internasional John F. Kennedy. Semua terdiam, tidak ada yang berbicara, karena suasana mengantuk masih terbawa. Di tengah perjalanan, mereka melewati sebuah jembatan yang terlihat masih baru. Bob berkata pada Shane, “Hei, ini kan jembatan yang pernah runtuh di tahun 1999. Kalau tidak salah, akibat angin kencang yang berhembus dan konstruksi yang kurang memadai.” “Oh ya? Aku tidak ingat.” Mary menyambung, “Benar, ini jembatan yang pernah runtuh, tapi sekarang sudah diperbaiki, jadi tak perlu khawatir.” Shane hanya mengangguk saja. Mereka melewati jembatan tersebut dengan lancar.

    Sesampainya di bandara, mereka turun dari bus dan mengangkat barang bawaan mereka bersama peralatan presentasi. Bob mendapat bagian terberat dari peralatan tersebut. “Sial, mengapa aku harus membawa yang seberat ini,” keluhnya. “Badanmu besar, makanya kau mendapat bagian terberat,” jawab Mary. “Sial,” jawab Bob. Tiba-tiba muncul seorang pria memberikan brosur sambil berkata, “Kematian bukanlah akhir.” Brosur yang berjumlah satu lembar itu berukuran kertas biasa, bertuliskan, “Kamu tidak bisa mencurangi kematian.” Bob terdiam melihat brosur dan tulisan yang tercetak di sana, kemudian Shane datang dan membantunya, mengabaikan orang tersebut. Setelah mereka check-in dan menunggu di ruang tunggu, Bob berkata pada Shane, “Hei, aku memiliki firasat aneh, firasat yang tidak enak.” “Oh, ayolah, jangan bermain-main. Kita sudah mau naik pesawat, jangan kau bilang kalau kau mendapat penglihatan bahwa pesawat yang akan kita naiki meledak dan terbakar seperti pada penerbangan Volée Airlines 180, di mana seorang bocah memiliki penglihatan tersebut.” “Tidak, aku tidak mendapat penglihatan seperti itu, aku hanya mendapat perasaan tidak enak.” Sejenak, terdengar suara wanita mengumumkan, “Para penumpang yang terhormat, terima kasih telah menunggu, dipersilahkan para penumpang dengan penerbangan Deve Airlines 23 untuk masuk ke dalam pesawat.” Bob dan Shane terdiam, lalu mengangkat barang-barang mereka membawanya ke dalam pesawat.

    Di dalam pesawat, Bob mendapat tempat duduk bernomor 18C dan Shane dengan nomor 18D, sedangkan tempat 18A tidak ada yang menempati. Shane berkata, “Sekarang adalah waktunya untuk menikmati lautan. Dan kau,” sambil menoleh ke Bob, “Jangan katakan bahwa pesawat ini akan meledak.” “Tidak akan.” Pesawat pun segera berjalan menuju ke landasan pacu dan perlahan-lahan terbang ke udara. Bob berbisik dalam hatinya dengan penuh kecemasan, “Tuhan, selamatkan penerbangan ini. Jangan sampai terjadi hal buruk.” Lima menit kemudian pesawat telah terbang dengan sempurna. Bob melihat Shane tengah tertidur di kursinya. Segera Bob memanggil pramugari dan meminta selimut untuk sahabatnya. Dengan cepat sang pramugari memberikan selimut dan menyelimuti Shane. Bob berkata, “Terima kasih (Tuhan).” “Maaf, pak?” tanya pramugari tersebut. “Ng, terima kasih telah membawakanku selimut,” jawabnya. “Oh, sama-sama Pak.” Sang pramugari segera meninggalkan mereka berdua.

    “Para penumpang yang terhormat, sebentar lagi kita akan mendarat di Bandara Internasional Oklahoma City, waktu setempat telah menunjukkan pukul…” ucap sang pramugari mengumumkan. Bob merasa tenang dan tidak khawatir setelah penerbangannya dari New York menuju ke Oklahoma selama 3 jam lebih dilaluinya dengan rasa was-was. Shane yang sudah terbangun, berkata pada Bob, “Lihat, tidak ada yang perlu ditakutkan. Semuanya berjalan dengan lancar.” “Ya, aku bersyukur akan hal itu,” ucap Bob. Sekeluarnya dari pesawat, mereka berkumpul di ruangan bandara. Mary menghitung rekan-rekannya. “Satu, dua, tiga,…” bisik Mary pada dirinya sendiri. “Hai Mary,” kejut Bob dari belakang pada Mary. Mary langsung terkejut. “Dasar sial kau.” Bob tertawa. “Bagaimana perjalananmu? Menyenangkan?” tanya Mary. “Tidak, sangat suram. Aku tidak tahu harus bilang apa,” jawab Bob. Shane melanjutkan, “Sampai-sampai dia berkeringat padahal kan dingin di dalam pesawat.” Bob memukul Shane dengan perlahan. Shane berusaha menghindar dan Mary tertawa melihat tingkah laku mereka.

    Mereka mencari bus sewa untuk mengantar mereka ke hotel 1Boss. Dinamai 1Boss Hotel karena hotel tersebut adalah hotel satu-satunya yang berbintang lima dengan tingkat mencapai 50 lantai, terluas dan termahal di negara bagian Oklahoma yang ditujukan untuk para big boss. Kualitas yang diberikan sangat menjanjikan. Tidak tanggung-tanggung, hotel ini menyediakan ballroom dengan kapasitas 1000 orang di dalamnya. Sesampainya di depan hotel, mereka berkumpul kembali. Mary berkata, “Kalian sudah tahu siapa pasangan kalian sesuai yang kalian pilih waktu itu. Hanya saja nomor kamar belum dikonfirmasi oleh pihak panitia. Persiapkan diri kalian. Kita akan mempresentasikan mengenai perusahaan kita.” Semua mengangguk. Mary masuk terlebih dahulu untuk mengkonfirmasi tentang kamar. Bob dan Shane mengikutinya dari belakang. Saat berjalan ke dalam, Bob melihat papan nama bertuliskan 1Boss, Once In, Never Out (Sekali masuk, tidak pernah keluar) di atas pintu masuk. Bob mendapat firasat aneh, tapi tidak menghiraukannya.

    Satu per satu Mary memberikan kunci kamar pada rekan-rekannya dan mereka semua mendapat kamar di lantai 20. Barang-barang mereka dibawakan oleh para petugas yang berada di hotel. Sesampainya di lantai 20, mereka mencari nomor kamar masing-masing. Bob dan Shane mendapat kamar bernomor 23474. Di depan pintu mereka melihat nomor kamar tersebut. “Wah, nomor cantik nih,” ucap Bob. Shane menjawab, “Halah, cuma kebetulan aja. Mana kunci kamarnya, aku capek nih, mau tidur.” Bob membalas, “Ya,ya,ya.” Bob segera membuka pintu kamar dan membawa beberapa barang. Shane segera menuju ke ranjangnya dan tidur di atasnya. Bob menunggu di luar beberapa saat, menanti kedatangan sang petugas yang membawakan koper-koper mereka. Melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 1.20, lima menit berlalu sejak mereka masuk ke kamar. Sang petugas belum juga datang. Tiba-tiba Bob merasakan sebuah guncangan kecil dan mendengar suara-suara yang tidak mengenakkan. Suara yang terdengar seperti suara kretek, kretek. Bob segera melihat ke langit-langit, namun, dia tak menemukan apa-apa.

    “Permisi, Pak,” ucap sang petugas yang mendadak berada di sebelah Bob. Bob terkejut melihat keberadaannya yang mendadak. “Maaf, nampaknya saya mengagetkan Bapak. Ini barang-barang kepunyaan Bapak dan teman Bapak. Saya akan angkat ke dalam kamar,” ucap sang petugas. Bob hanya terdiam dan mengangguk. Sang petugas segera mengangkat dan membawanya masuk. Selesai barang-barang berada di dalam kamar, sang petugas segera keluar. Bob menghentikannya dan memberikan tip. “Maaf, Pak. Tadi saya telah mengagetkan Bapak. Saya tidak berhak menerima uang tersebut,” ucapnya. Bob terdiam sejenak dan berkata, “Tidak apa. Terimalah.” Sang petugas mengangguk dan berterima kasih padanya. Dia langsung menyimpannya ke dalam kantongnya dan menuju ke arah lift. Bob kemudian mengunci kamarnya dan segera tidur juga mengingat dirinya yang cukup lelah.

    Jam 7.00 setelah makan malam bersama, mereka semua mengunjungi Ballroom 1Boo, di mana ballroom inilah yang terbesar di hotel ini. Orang-orang akan mengatakan ‘Boo’ pada ruangan yang sangat megah ini, dihiasi dengan lampu-lampu raksasa berwarna kuning yang menyala di langit-langit, ditemani dengan keramahtamahan para pelayan yang bertugas, dan panggung yang didekorasi dengan indah di mana terdapat sebuah miniatur komputer dan laptop raksasa dan podium di dekatnya. Begitu masuk ke dalam ballroom, Bob merasa kagum dengan ruangan tersebut. “Woah, besar sekali ballroom ini, aku tidak pernah menyangka akan masuk ke dalam ballroom ini,” ucap Bob. Shane membalasnya, “Ya, tapi kau sudah masuk ke dalam ruangan ini.” Mary memotong percakapan mereka, “Baik, semuanya, harap ikuti aku, kita akan mengisi buku tamu undangan.” Bob yang masih terkagum-kagum tidak menyadarinya hingga Shane menarik jasnya. “Hei, apa yang kamu lakukan?” tanya Bob. “Cepat ikuti mereka, kita akan mengisi daftar tamu undangan,” ucap Shane. “Oh, oke.”

    Meja yang ada buku tamu undangan di atasnya berjumlah 5 buah yang terdiri dari A, B, C, D dan E. Banyak para tamu yang mengisi buku itu pada saat yang bersamaan, sehingga mereka mengantri. Mary, Bob dan Shane kedapatan bagian buku D. Saat Bob ingin mengisi, dia mendapat perasaan yang tidak enak lagi, ketika melihat buku tamu tersebut. Ada 6 orang sebelum mereka bertiga yang mengisi buku tersebut. Mary mengisinya terlebih dahulu, diikuti Bob dan Shane. Mereka semua kembali berkumpul di depan meja tamu dan bersama-sama menuju ke meja yang terletak di ujung kanan depan dari podium karena meja tersebut telah diatur untuk mereka. Bob, Shane dan Mary duduk bersebelahan. Kemudian Mary mengingatkan, “Jangan lupa jam 8.10 adalah giliran kita presentasi, persiapkan diri kalian.” Bob berbisik pada Shane, “Bagaimana kalau setelah ini kita pergi ke bar? Aku mau menghilangkan perasaan-perasaan aneh ini.” Shane segera menjawab, “Tentu, aku juga ingin minum-minum.”

    Lampu ruangan besar berwarna kuning dimatikan menandakan bahwa acara akan dimulai. “Para tamu sekalian, terima kasih telah meluangkan waktu Anda untuk datang ke acara ini. Pertama-tama, saya akan memperkenalkan diri saya. Saya adalah Derek Anthony, sebagai MC pada acara ini. Kami sebagai panitia ingin mengucapkan terima kasih kepada para donatur yang telah memberikan banyak bantuan…” ucap MC di panggung. “Sungguh membosankan,” ucap Shane. Bob berkata, “Sabarlah, habis acara ini, kita pergi ke bar.” Melihat seorang pelayan yang sedang membawa minuman, Bob memanggilnya dengan mengodekan tangannya. “Permisi, bisakah aku mendapatkan minuman? Temanku sedang tidak enak badan.” Sang pelayan segera memberikannya sambil berkata, “Tentu saja. Silahkan minta kembali bila telah habis.” “Terima kasih.” Bob memberikan minuman tersebut pada Shane.

    Jam 7.45, saat menikmati acara, Bob mendapat keanehan, dia merasakan adanya guncangan kecil dan mendengar adanya suara kretek-kretek. “Hei, kau rasakan itu?” tanya Bob pada Shane. “Apanya? Aku tidak merasakan apapun,” jawab Shane. “Ada yang tidak benar,” kata Bob. “Oh, ayolah, jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku belum dapat pacar di sini,” ucap Shane sambil menggerutu. Meski demikian, Bob merasakan keanehan yang sangat mengganjal di hatinya.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.